Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TOKO
JL. RAMBUTAN, TANJUNG SELOR
Perhitungan Struktur
BAB I
PRELIMINARY DESIGN
BAB II
PEMODELAN STRUKTUR
Pemodelan struktur dilakukan dengan software analisa struktur SAP 2000
BAB III
PEMBEBANAN
Pada perhitungan disini bangunan dimodelkan secara ruang (3D) dengan menggunakan program
bantu SAP 2000. Input beban berupa beban gravitasi yaitu beban mati (DL) dan beban hidup (LL)
yang bekerja pada tiap lantai. Berat sendiri balok, kolom, plat, dan sloof tidak dimasukkan dalam
pembebanan tetapi dimodelkan sebagai frame dalam analisa struktur SAP 2000.
BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR
Pada prinsipnya, pelat satu arah arah serupa dengan balok lebardengan gaya
momen lenturterutama bekerja dalam satu arah (lx). Sedangkan pada pelat dua arah, momen
lentur akan bekerja pada kedua arah bentang pelat (ly dan lx).
Direncanakan:
- Ø tulangan lentur = 10 mm
- Ø tulangan susut = 10 mm
Dalam bukunya, “Desain Beton Bertulang oleh Chu-Kia Wang dan Charles G.
Salmon pada bab 16 menyatakan bahwa: bila perbandingan dari bentang panjang (ly)
terhadap bentang pendek (lx) kurang dari sekitar 2, maka permukaan lendutan mempunyai
kelengkungan ganda. Beban lantai dipikul dalam kedua arah oleh empat balok pendukung
sekeliling panel (pelat), dengan demikian panel menjadi suatu pelat dua arah (two way slab)”.
Maka tipe pelat lantai ini termasuk dalam pelat dua arah.
Dari buku Chu-Kia Wang dan Charles G. Salmon jilid II halaman 135 terdapat juga
pernyataan mengenai anggapan perletakan pelat, yaitu:
αm < 0,375 = sebagai balok tanpa tepi
1,875 > αm > 0,375 = sebagai balok tepi yang fleksibel
αm > 1,875 = sebagai balok tepi yang kaku
Karena nilai αm pada pelat lantai = 4,565 maka berdasarkan anggapan perletakan
pelat dari buku Chu-Kia Wang dan Charles G. Salmon jilid II halaman 135 , bisa dikatakan
bahwa pelat termasuk dalam pelat yang kaku atau terjepit penuh.
Dalam perhitungan analisis pelat dua arah ini digunakan metode koefisien momen.
Dimana nilai koefisien momennya didapat berdasarkan tabel 13.3.1, PBBI 1971.
Dikarenakan pelat yang direncanakan terjepit penuh oleh balok pada keempat sisinya
sehingga pada PBBI 1971 pasal 13.3 tabel 13.3.1, pelat tersebut termasuk dalam tipe II
dimana persamaan gaya dalam momen yang digunakan adalah sebagai berikut:
Mlx = +0,01 x q x Lx2 x Xx
Mly = +0,01 x q x Lx2 x Xy
Mtx = -0,01 x q x Lx2 x Xx
Mty = -0,01 x q x Lx2 x Xy
Dimana:
Mtx = momen tumpuan arah x
Mty = momen tumpuan arah y
Mlx = momen lapangan arah x
Mty = momen lapangan arah y
Dan nilai q didapatkan dari kombinasi pembebanan yang direncanakan untuk pelat lantai
yaitu:
Q = 1,2 (DL) + 1,6 (LL)
q = 1,2 (444 kg/m2) + 1,6 (250 kg /m2)
= 932,8 kg/m2
Momen
Momen X (kg.m/m) Momen (N.mm)
Mtx = 0,001 * q * Lx^2 *X 76 1134 11,342,848
Mlx = 0,001 * q * Lx^2 *X 36 537 5,372,928
Mty = 0,001 * q * Lx^2 *X 57 851 8,507,136
Mly = 0,001 * q * Lx^2 *X 17 254 2,537,216
Tulangan arah ly
Tulangan arah lx
tx ty
Potongan pelat lantai
Karena pelat memiliki dua arah tulangan utama yang berbeda arah ( x dan y) maka tingga
efektif dari pelat adalah:
Sebagai pertimbangan nilai ekonomis, yaitu hemat adalam pemakaian baja tulangan
serta diharapkan tinggi penampang yang optimal, maka perlu adanya batasan-batasan rasio
tulangan (perbandingan tulangan tarik dengan komponen tekan beton). Karena penampang
yang tipis walaupun tulangannya banyak dapat menimbulkan defleksi yang berlebihan.
ρ min = 0,002
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝛽 600
ρ balance = ( 600+𝑓𝑦) = 0,0516
𝑓𝑦
ρ maks = 0,75 x ρ balance = 0,0387
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓𝑐′ = 11,765
Penulangan tumpuan
Tumpuan arah x
Tumpuan arah Y
Mty = 8.507.136 Nmm
𝑀𝑡𝑦
Mn = 𝜑 = 10.633.920 Nmm
𝑀𝑛
Rn = 𝑏 𝑥 dy2 = 0,804
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ perlu = 𝑚 (1- √1 − ) = 0,0034
𝑓𝑦
ρ min, ρ perlu dan ρ maks harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
ρ min < ρ perlu < ρ maks
Penulangan lapangan
Lapangan arah x
Lapangan arah Y
Mly = 2.537.216 Nmm
𝑀𝑙𝑦
Mn = 𝜑 = 3.171.520 Nmm
𝑀𝑛
Rn = 𝑏 𝑥 dy2 = 0,240
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ perlu = 𝑚 (1- √1 − ) = 0,001
𝑓𝑦
ρ min, ρ perlu dan ρ maks harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
ρ min < ρ perlu < ρ maks
Kontrol lendutan:
(SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4)
Dikarenakan tebal pelat yang digunakan lebih besar daripada tebal pelat minimum,
maka lendutan tidak perlu dikontrol.
Kontrol retak:
(SNI 03-2847-2002 pasal 12.6)
3
z = fs √𝑑𝑐 𝑥 𝐴 < 30 MN/m untuk struktur didalam ruangan
< 25 MN/m untuk penmpang yang dipengaruhi cuaca luar.
Fs diambil 60% dari kuat leleh yang disyaratkan
dc = jarak antar titik berat tulangan utama sampai ke serat tarik terluar
A = 2dc x s ; dengan s adalah jarak antar batang tulangan
Dimana:
dc = 20 + ½ x 10 = 25 mm
A = 2 x 25 x 150 = 7500 mm2
3
z = 0,6 x 240 √25 𝑥 7500 = 8241,9 N/mm
= 8,242 MN/m < 30 MN/m … Ok
Pelat aman terhadap retak
Dari perhitungan penulangan pelat lantai tebal 15 cm, maka dapat disimpulkan:
Penulangan arah sumbu x:
- Tumpuan = ø 10 – 150 mm
- Lapangan = ø 10 – 150 mm
- Susut + suhu = ø 10 – 200 mm
Pada prinsipnya, pelat satu arah arah serupa dengan balok lebardengan gaya
momen lenturterutama bekerja dalam satu arah (lx). Sedangkan pada pelat dua arah, momen
lentur akan bekerja pada kedua arah bentang pelat (ly dan lx).
Direncanakan:
- Ø tulangan lentur = 10 mm
- Ø tulangan susut = 10 mm
Dalam bukunya, “Desain Beton Bertulang oleh Chu-Kia Wang dan Charles G.
Salmon pada bab 16 menyatakan bahwa: bila perbandingan dari bentang panjang (ly)
terhadap bentang pendek (lx) kurang dari sekitar 2, maka permukaan lendutan mempunyai
kelengkungan ganda. Beban lantai dipikul dalam kedua arah oleh empat balok pendukung
sekeliling panel (pelat), dengan demikian panel menjadi suatu pelat dua arah (two way slab)”.
Maka tipe pelat lantai ini termasuk dalam pelat dua arah.
Dari buku Chu-Kia Wang dan Charles G. Salmon jilid II halaman 135 terdapat juga
pernyataan mengenai anggapan perletakan pelat, yaitu:
αm < 0,375 = sebagai balok tanpa tepi
1,875 > αm > 0,375 = sebagai balok tepi yang fleksibel
αm > 1,875 = sebagai balok tepi yang kaku
Karena nilai αm pada pelat lantai = 3,86 maka berdasarkan anggapan perletakan
pelat dari buku Chu-Kia Wang dan Charles G. Salmon jilid II halaman 135 , bisa dikatakan
bahwa pelat termasuk dalam pelat yang kaku atau terjepit penuh.
Dalam perhitungan analisis pelat dua arah ini digunakan metode koefisien momen.
Dimana nilai koefisien momennya didapat berdasarkan tabel 13.3.1, PBBI 1971.
Dikarenakan pelat yang direncanakan terjepit penuh oleh balok pada keempat sisinya
sehingga pada PBBI 1971 pasal 13.3 tabel 13.3.1, pelat tersebut termasuk dalam tipe II
dimana persamaan gaya dalam momen yang digunakan adalah sebagai berikut:
Mlx = +0,01 x q x Lx2 x Xx
Mly = +0,01 x q x Lx2 x Xy
Mtx = -0,01 x q x Lx2 x Xx
Mty = -0,01 x q x Lx2 x Xy
Dimana:
Mtx = momen tumpuan arah x
Mty = momen tumpuan arah y
Mlx = momen lapangan arah x
Mty = momen lapangan arah y
Dan nilai q didapatkan dari kombinasi pembebanan yang direncanakan untuk pelat lantai
yaitu:
Q = 1,2 (DL) + 1,6 (LL)
q = 1,2 (362 kg/m2) + 1,6 (120 kg /m2)
= 626,4 kg/m2
Momen
Momen X (kg.m/m) Momen (N.mm)
Mtx = 0,001 * q * Lx^2 *X 76 761.7024 7617024
Mlx = 0,001 * q * Lx^2 *X 36 360.8064 3608064
Mty = 0,001 * q * Lx^2 *X 57 571.2768 5712768
Mly = 0,001 * q * Lx^2 *X 17 170.3808 1703808
Tulangan arah ly
Tulangan arah lx
tx ty
Potongan pelat lantai
Karena pelat memiliki dua arah tulangan utama yang berbeda arah ( x dan y) maka tingga
efektif dari pelat adalah:
Sebagai pertimbangan nilai ekonomis, yaitu hemat adalam pemakaian baja tulangan
serta diharapkan tinggi penampang yang optimal, maka perlu adanya batasan-batasan rasio
tulangan (perbandingan tulangan tarik dengan komponen tekan beton). Karena penampang
yang tipis walaupun tulangannya banyak dapat menimbulkan defleksi yang berlebihan.
ρ min = 0,002
0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝛽 600
ρ balance = ( 600+𝑓𝑦) = 0,0516
𝑓𝑦
ρ maks = 0,75 x ρ balance = 0,0387
𝑓𝑦
m = 0,85 𝑥 𝑓𝑐′ = 11,765
Penulangan tumpuan
Tumpuan arah x
Tumpuan arah Y
Mty = 5.712.768 Nmm
𝑀𝑡𝑦
Mn = 𝜑 = 7.140.960 Nmm
𝑀𝑛
Rn = 𝑏 𝑥 dy2 = 0,988
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ perlu = 𝑚 (1- √1 − ) = 0,0042
𝑓𝑦
ρ min, ρ perlu dan ρ maks harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
ρ min < ρ perlu < ρ maks
Dipakai ρ = 0,0042
As perlu = ρ x b x dy = 359 mm2
Dipakai Tulangan Ø10 – 150 mm dengan As pakai = 523,33 mm2
Penulangan lapangan
Lapangan arah x
Lapangan arah Y
Mly = 1.703.808 Nmm
𝑀𝑙𝑦
Mn = 𝜑 = 2.129.760 Nmm
𝑀𝑛
Rn = 𝑏 𝑥 dy2 = 0,295
1 2 𝑥 𝑚 𝑥 𝑅𝑛
ρ perlu = 𝑚 (1- √1 − ) = 0,0012
𝑓𝑦
ρ min, ρ perlu dan ρ maks harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
ρ min < ρ perlu < ρ maks
Kontrol lendutan:
(SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4)
Dikarenakan tebal pelat yang digunakan lebih besar daripada tebal pelat minimum,
maka lendutan tidak perlu dikontrol.
Kontrol retak:
(SNI 03-2847-2002 pasal 12.6)
3
z = fs √𝑑𝑐 𝑥 𝐴 < 30 MN/m untuk struktur didalam ruangan
< 25 MN/m untuk penmpang yang dipengaruhi cuaca luar.
Fs diambil 60% dari kuat leleh yang disyaratkan
dc = jarak antar titik berat tulangan utama sampai ke serat tarik terluar
A = 2dc x s ; dengan s adalah jarak antar batang tulangan
Dimana:
dc = 20 + ½ x 10 = 25 mm
A = 2 x 25 x 150 = 7500 mm2
3
z = 0,6 x 240 √25 𝑥 7500 = 8241,9 N/mm
= 8,242 MN/m < 30 MN/m … Ok
Pelat aman terhadap retak
Dari perhitungan penulangan pelat atap tebal 12 cm, maka dapat disimpulkan:
Penulangan arah sumbu x:
- Tumpuan = ø 10 – 150 mm
- Lapangan = ø 10 – 150 mm
- Susut + suhu = ø 10 – 200 mm
Data-data perencanaan:
Mutu beton (fc’) : 25 Mpa (K-300)
Mutu baja (fy) : 240 Mpa (untuk tulangan Ø12 dan Ø10)
Berat jenis beton : 2400 kg/m3
Β : 0,85
Tebal pelat anak tangga :15 cm
Tebal pelat bordes :15 cm
Tebal selimut beton : 20 mm
Direncanakan:
Ø tulangan lentur : 13 mm
Ø tulangan susut : 10 mm
Karena pelat memiliki dua arah tulangan utama yang berbeda arah ( x dan y) maka tingga
efektif dari pelat adalah:
Penulangan arah Y
Dari analisa gaya dalam struktur tangga yang telah diberi beban, didapat dari output
SAP2000 sebesar:
Dipakai ρ = 0,0080
As perlu = ρ perlu x b x d = 751mm2
Pemilihan tulangan:
Pasang tulangan D13 – 150 mm (As pasang = 884,43 mm2)
Penulangan arah X
Dari analisa gaya dalam struktur tangga yang telah diberi beban, didapat dari output
SAP2000 sebesar:
Dipakai ρ = 0,0030
As perlu = ρ perlu x b x dx = 278 mm2
Pemilihan tulangan:
Pasang tulangan ø 13 – 150 mm (As pasang = 884,43 mm2)
Dari hasil analisa SAP2000, didapatkan output yang berupa luasan tulangan pada
balok yang ditinjau untuk selanjutnya direncanakan tulangan yang digunakan, serta diperoleh
output yang berupa diagram gaya dalam untuk meninjau kekuatan balok tersebut.
Adapun dalam pengambilan hasil output dan diagram gaya dalam dari analisa
SAP2000 yaitu gaya yang ditinjau harus ditentukan dan digunakan gaya maksimum yang
terjadi akibat beberapa macam kombinasi pembebanan.
Dari hasil analisa SAP2000, didapatkan output yang berupa luasan tulangan pada
balok yang ditinjau untuk selanjutnya direncanakan tulangan yang digunakan, serta diperoleh
output yang berupa diagram gaya dalam untuk meninjau kekuatan balok tersebut.
Adapun dalam pengambilan hasil output dan diagram gaya dalam dari analisa
SAP2000 yaitu gaya yang ditinjau harus ditentukan dan digunakan gaya maksimum yang
terjadi akibat beberapa macam kombinasi pembebanan.
Dari hasil analisa SAP2000, didapatkan output yang berupa luasan tulangan pada
balok yang ditinjau untuk selanjutnya direncanakan tulangan yang digunakan, serta diperoleh
output yang berupa diagram gaya dalam untuk meninjau kekuatan balok tersebut.
Adapun dalam pengambilan hasil output dan diagram gaya dalam dari analisa
SAP2000 yaitu gaya yang ditinjau harus ditentukan dan digunakan gaya maksimum yang
terjadi akibat beberapa macam kombinasi pembebanan.
Dari hasil analisa SAP2000, didapatkan output yang berupa luasan tulangan pada
balok yang ditinjau untuk selanjutnya direncanakan tulangan yang digunakan, serta diperoleh
output yang berupa diagram gaya dalam untuk meninjau kekuatan balok tersebut.
Adapun dalam pengambilan hasil output dan diagram gaya dalam dari analisa
SAP2000 yaitu gaya yang ditinjau harus ditentukan dan digunakan gaya maksimum yang
terjadi akibat beberapa macam kombinasi pembebanan.
Dari hasil analisa SAP2000, didapatkan output yang berupa luasan tulangan pada
balok yang ditinjau untuk selanjutnya direncanakan tulangan yang digunakan, serta diperoleh
output yang berupa diagram gaya dalam untuk meninjau kekuatan balok tersebut.
Adapun dalam pengambilan hasil output dan diagram gaya dalam dari analisa
SAP2000 yaitu gaya yang ditinjau harus ditentukan dan digunakan gaya maksimum yang
terjadi akibat beberapa macam kombinasi pembebanan.
Penulangan Geser
𝐴𝑣
Dari analisa SAP diperoleh nilai
𝑠
Tumpuan Lapangan Tumpuan
Av/s (mm2) 0,250 0 0
Penulangan Geser
𝐴𝑣
Dari analisa SAP diperoleh nilai
𝑠
Tumpuan Lapangan Tumpuan
Av/s (mm2) 0,5 0 0,5
Penulangan Geser
𝐴𝑣
Dari analisa SAP diperoleh nilai
𝑠
Tumpuan Lapangan Tumpuan
Av/s (mm2) 0,375 0 0,375
Penulangan Geser
𝐴𝑣
Dari analisa SAP diperoleh nilai
𝑠
Tumpuan Lapangan Tumpuan
Av/s (mm2) 0,313 0 0,313
Data-data perencanaan:
Kuat tekan beton (fc’) = 25 MPa
Kuat leleh tulangan lentur (fy) = 400 MPa
Kuat leleh tulangan puntir (fyv) = 240 MPa
Diameter tulangan lentur (Dlentur) = 16 mm
Diameter tulangan geser (ø geser) = 10 mm
Diameter tulangan puntir (ø puntir) = 12 mm
Jarak spasi tulangan sejajar (Ssejajar) = 25 mm
Tebal selimut beton (t) = 20 mm
Faktor β1 = 0,85
Av/s = 0,250
Rencana tulangan sengkang 2 kaki Ø 10 → As = 157 mm2
𝐴𝑣
Tulangan geser tumpuan = Ø 10 – 150 → pasang = 1,05
𝑠
𝐴𝑣
Tulangan geser lapangan = Ø 10 – 200 → pasang = 0,785
𝑠
2. Perhitungan Pondasi
Pondasi merupakan bangunan struktur bawah yang berfungsi sebagai perantara dalam
meneruskan beban bagian atas dan gaya-gaya yang bekerja pada pondasi tersebut ke tanah
pendukung di bawahnya tanpa terjadi penurunan tak sama (differential settlement) pada sistem
strukturnya, juga tanpa terjadinya keruntuhan pada tanah.
Perencanaan bangunan bawah atau pondasi suatu struktur bangunan harus
mempertimbangkan beberapa hal diantaranya jenis, kondisi dan struktur tanah. Hal ini terkait
dengan kemampuan atau daya dukung tanah dalam memikul beban yang terjadi di atasnya.
Perencanaan yang baik menghasilkan pondasi yang tidak hanya aman, namun juga efisien,
ekonomis dan memungkinkan pelaksanaannya.
a. Perencanaan Pondasi
Adapun data-data dalam perencanaan pondasi adalah :
a. Kedalaman tiang pancang = 15 m
b. Dimensi tiang pancang = 30 cm x 30 cm
c. Keliling tiang pancang (Keltp) =4xs = 4 x 30 cm
= 120 cm
d. Luas tiang pancang (Atp) =sxs = 30 cm x 30 cm
= 900 cm 2
Tabel 4.2. Rekap Daya Dukung Ijin Dari Tiap-tiap Tes Sondir
Rekap Daya Dukung Ijin 1 Tiang, TP 30x30 cm (Ton)
Kedalaman S01 S02 S03 S04
14 43.05 39.28 35.30 34.28
14.2 43.61 40.00 36.11 34.91
14.4 44.17 40.72 36.72 35.54
14.6 44.75 41.44 37.48 36.18
14.8 45.35 42.18 38.23 36.81
15 46.50 42.90 38.95 37.44
15.2 48.23 43.61 39.65 38.08
15.4 50.52 44.33 40.32 38.75
15.6 53.43 45.60 41.00 39.43
15.8 53.85 47.41 41.67 40.10
16 54.27 49.77 42.35 40.78
16.2 54.90 52.79 43.06 41.45
16.4 55.74 53.21 43.78 42.13
16.6 56.79 53.63 44.50 42.80
Syarat jarak antar tiang pancang (s) berdasarkan Dirjen Bina Marga Departemen PU :
2,5 D ≤s≤ 3D
75 ≤ s ≤ 90
Maka dipakai s = 90 cm
1,5 D ≤ s’ ≤ 2 D
45 ≤ s’ ≤ 60
Maka dipakai s’ = 50 cm
Pada perencanaan tulangan lentur, pile cap diasumsikan sebagai balok kantilever jepit
dengan perletakan jepit pada kolom yang dibebani oleh reaksi tiang pancang dan berat sendiri
pile cap. Pada perencanaan penulangan ini digunakan pengaruh beban sementara, dikarenakan
P beban sementara lebih besar daripada P beban tetap.
Data Perencanaan
Dimensi poer = 1,9 m x 1,0 m x 0,4 m
Jumlah tiang pancang = 2 buah
Dimensi kolom = 40 cm x 40 cm
Mutu beton (fc’) = 25 MPa
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Diameter tulangan utama = 16 mm
Selimut beton (p) = 75 mm
h = 400 mm
dx = = 317 mm
dy = = 301 mm
φ = 0,80
Penulangan Poer
Mu 99.916.000
Mn = = = 124.895.000 Nmm
φ 0,8
0,85 x fc ′ x β 600
ρbalance = ( )
fy 600 + fy
ρbalance = 0,02601
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400
Mn 124.895.000
Rn = = = 0,519
b. dx 2 2400 x 3172
fy 400
m= ′
= = 19,608
0,85 x fc 0,85 x 24
1 2m . R n
ρperlu = (1 − √1 − ) = 0,0013
m fy
Luasan tulangan :
D – 16 = ¼ x π x 162
= 201 mm2
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 ∅2 𝑥 𝑏
S=
𝐴𝑠
0,25 x π x 162 x 2400
=
2.662
= 181 mm