Você está na página 1de 5

VERIFIKASI METODE PENGUJIAN Hg DALAM SAMPEL TCLP (TOXICITY

CHARACTERISTIC LEACHING PROCEDURE) DENGAN MENGGUNAKAN


MERCURY ANALYZER

VERIFICATION METHOD OF TESTING Hg IN TCLP SAMPLE (TOXICITY


CHARACTERISTIC LEACHING PROCEDURE) USING MERCURY ANALYZER

Annisa Roudhotul Jannah*, Tuti Wukirsari, Siti Masitoh

Program Studi Analisis Kimia, Sekolah Vokasi IPB, Bogor


Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan, BLI -
KLHK, Kawasan PUSPIPTEK, Serpong

ABSTRACT

Hazardous and toxic wastes, known as B3 waste, are waste from the products of
industrial production processes which are increasing along with the increase in industrial
activities and urban development. One B3 waste that has high toxicity and has a negative impact
is mercury. Analysis of mercury metal in B3 waste was carried out based on PP No. 101 of
2014 concerning the management of hazardous and toxic material (B3) in TCLP (toxicity
characteristic leaching procedure) to determine the characteristics of the waste.
Mercury is determined by using a mercury analyzer according to the standard reference
for APHA 3112B measurement in 2017. The principle of determining Hg levels is based on the
reduction of Hg2 + ions to gas-shaped Hg0 and measured using a mercury analyzer detector that
will produce peak data from recorders. Determination of Hg levels using mercury analyzers
needs to be verified by methods so that the resulting data is accurate and reliable.
Method verification includes several parameters such as linearity, linearity limits, method
detection limits, accuracy and precision. The Hg metal verification test results in a coefficient of
determination of 0.9997 MDL and LOQ values of 0.124 and 0.394 respectively,% Recovery test
results 89.70%, the value of repeatability in analysis 1 results at 4.411% and analysis 2 at
4.884%, and reproducibility 3.50 %. Based on the results obtained from the experiment, the
value that obtained entirely has fulfill the prescribed acceptance requirements.
Keywords : B3 Waste, Hg Analyzer, Hg, Verification

1 Pendahuluan
Peningkatan jumlah kegiatan industri akibat pembangunan kota dan aktivitas manusia
akan memicu peningkatan limbah sebagai hasil samping proses produksi industri tersebut, salah
satu diantaranya adalah limbah yang bersifat berbahaya dan beracun atau dikenal sebagai
limbah B3. Salah satu limbah yang dihasilkan kegiatan industri adalah logam berat merkuri.
Logam merkuri biasanya dihasilkan dari limbah kegiatan perindustrian seperti pabrik cat, kertas,
peralatan listrik, klor, dan soda kaustik (Putranto 2011). Konsentrasi normal untuk merkuri
dalam tanah menurut Mirdat et al. (2013) adalah 0.03 ppm. Apabila konsentrasi merkuri dalam
tanah melewati batas tersebut, lingkungan akan tercemar akibat air lindi yang dihasilkan oleh
limbah industri tersebut dan menimbulkan dampak negatif.
Analisis logam merkuri pada limbah B3 dilaksanakan berdasarkan pada PP No. 101 tahun
2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam sampel TCLP
(toxicity characteristic leaching procedure) untuk menentukan karakteristik dari limbah
tersebut. TCLP merupakan sebuah sampel yang berasal dari limbah suatu produksi yang
kemudian disimulasikan mengalami pelindian. Metode yang digunakan untuk analisis kadar
merkuri harus memiliki data yang akurat dan terpercaya, oleh karena itu setiap metode haruslah
dilakukan validasi maupun verifikasi. Verifikasi dilakukan dengan menguji beberapa parameter
terkait, yaitu akurasi, presisi, batas deteksi metode, batas deteksi linieritas, dan linieritas. Alat
yang digunakan untuk analisis kadar merkuri, yaitu mercury analyzer dengan prinsip
pengukuran dengan menggunakan cold vapour dengan acuan prosedur pengukuran mengacu
pada APHA 3112 B tahun 2017.
Praktikum Kerja Lapang bertujuan memverifikasi metode penentuan Hg dalam Sampel
TCLP menggunakan Hg analyzer secara cold vapour berdasarkan acuan USEPA 3112B-2017.

2 Metode
Bahan-bahan yang digunakan ialah sampel limbah padat, asam asetat glasial, larutan
KMnO4 0.5%, larutan hidroksilamina HCl 0.5%, larutan KMnO4 5%, larutan SnCl2 10%, HCl
1M, hidroksilamina HCl 10%, H2SO4 pekat, HNO3 pekat, larutan K2S2O8 10%, HNO3 3%, CRM
Metals in Soil Cat No. 544, kertas saring Whatman No. 41, dan akuades. Alat yang digunakan
ialah Hg Analyzer 5000, finntips, pH meter, alat-alat kaca, eppendorf 5000 µL, eppendorf 1000
µL, seperangkat alat saring vakum, magnetic stirer, neraca analitik, pemanas, botol PE ukuran 2
L, agitator, botol semprot akuades, mortar, alu, dan waterbath.
2.1 Preparasi sampel TCLP
Prosedur yang digunakan mengikuti metode acuan standar dari USEPA 1311 D-1990
mengenai persiapan sampel dengan metode TCLP. Sampel limbah padat pertama dihaluskan
terlebih dahulu dengan menggunakan mortar dan alu hingga halus, kemudian ditimbang
sebanyak 5 g menggunakan neraca analitik. Sampel kemudian dipindahkan ke dalam gelas
piala 250 mL dan dilarutkan dalam 96.5 mL akuades sambil diaduk menggunakan magnetic
stirer lalu diukur pH-nya menggunakan pH meter. Sampel selanjutnya ditambahkan HCl 1 M
sebanyak 3.5 mL dan dipanaskan dengan suhu 90 °C selama 15 menit. Sampel yang telah dingin
kemudian diukur kembali pH-nya. Sampel ditimbang kembali sebanyak 100 g lalu dipindahkan
ke dalam botol PE dan ditambahkan larutan ekstrak 2 (asam asetat glasial). Larutan ekstrak 2
dibuat dengan cara melarutkan asam asetat glasial sebanyak 5.7 mL ke dalam 1 L akuades dan
dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Larutan ekstrak harus dicek terlebih dahulu pH-nya dengan
kisaran nilai pH yang dapat digunakan ialah 2.832.93 (2.88±0.05). Sampel yang telah
ditambahkan larutan ekstrak kemudian diagitasi menggunakan agitator selama 18 jam. Sampel
yang telah diagitasi lalu didiamkan sebentar dan disaring menggunakan rangkaian saringan
vakum. Sampel yang telah selesai disaring kemudian dipindahkan ke botol PE yang baru dan
siap untuk dipreparasi.

2.2 Destruksi sampel dan pengukuran


Sampel dipreparasi dengan mengacu pada prosedur APHA 3112 B tahun 2017 yakni
dengan cara sampel dipipet ke dalam tabung reaksi sebanyak 50 mL. sampel kemudian
ditambahkan dengan H2SO4 pekat sebanyak 2 mL dan dikocok, kemudian sampel ditambahkan
2 mL HNO3 pekat dan dikocok. Sampel selanjutnya ditambahkan larutan KMnO4 5% sebanyak
10 mL dan K2S2O8 5% sebanyak 2 mL sambil dikocok, lalu sampel dipanaskan selama 2.5 jam
dengan suhu 90 °C. Keadaan sampel dicek setiap 30 menit hingga sampel selesai dipanaskan
dan setelah itu sampel didinginkan. Sampel yang telah dingin kemudian ditambahkan 2 mL
hidroksilamina HCl dan ditera menggunakan akuades hingga volume larutan 60 mL.
Larutan kerja atau deret standar kemudian dibuat dengan cara memipet larutan baku 1
ppm untuk membuat larutan standar. Larutan kemudian ditera hingga 50 mL di dalam tabung
reaksi 100 mL. Larutan blangko selanjutnya dibuat dengan cara 50 mL akuades dipipet dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 100 mL dan dipreparasi. Larutan spike matriks dibuat
dengan cara menambahkan larutan standar 0.3 ppb yang dipipet dari larutan kerja 1 ppm lalu
ditera menggunakan larutan sampel.
Hg analyzer disiapkan dan ditunggu hingga stabil. Larutan deret standar kemudian diukur
dari konsentrasi terkecil hingga konsentrasi terbesar. Pengukuran dilakukan dengan cara
menambahkan larutan standar sebanyak 5 mL ke dalam tabung bubbling, kemudian
ditambahkan 5 mL akuades dan 1 mL larutan SnCl2 10%. Setelah larutan standar diukur, larutan
SRM kemudian diukur dengan ulangan pengukuran 6 hingga 9×. Larutan yang selanjutnya
diukur adalah blangko, dan sampel. Larutan yang terakhir adalah larutan standar dengan
konsentrasi yang lebih tinggi konsentrasinya dari deret standar.

3 Hasil dan Pembahasan


3.1 Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan cara mengukur larutan standar sebanyak 10 konsentrasi
yang berbeda dengan setiap konsentrasi pengukuran diulangi minimal 3 kali. Hasil dari
pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1.
15
Tinggi Peak (Cm)

10

5 y = 1.113x + 0.383
R² = 0.999
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (ug/L)

Gambar 1 Deret standar penentuan Hg


Berdasarkan Gambar 1, nilai intersep dan slope yang diperoleh pada uji linieritas
berturut-turut, yaitu sebesar 1.113 dan 0.383. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) memenuhi syarat keberterimaan pengukuran linieritas untuk logam Hg,
yaitu 0.9998  0.995 (Hadi dan Asiah 2015). Nilai r yang memenuhi syarat keberterimaan
menandakan bahwa hubungan antara nilai konsentrasi dengan tinggi peak yang dihasilkan
berbanding lurus dan garis regresi yang dihasilkan sangat baik karena mendekati angka 1, yang
diartikan hubungan antara konsentrasi dengan variabel lain yang dimaksud yang sangat baik.
Nilai koefisien korelasi biasa di kuadratkan untuk mendapatkan nilai koefisien determinasi dan
koefisien determinasi yang didapatkan dari hasil uji adalah sebesar 0.9997.
Pengujian yang selanjutnya dilakukan adalah uji batas linieritas untuk mengetahui
konsentrasi tertinggi yang dapat digunakan untuk mengetahui rentang konsentrasi standar yang
digunakan benar berdasarkan perbandingan uji F. Berdasarkan hasil yang didapat, nilai F hitung
lebih kecil dibandingkan dengan Ftabel, yaitu 2.36 < 5.35. nilai tersebut menjelaskan bahwa hasil
tidak memiliki perbedaan yang signifikan di antara dua ragam dan dapat dijelaskan oleh galat
acak pada rentang kepercayaan 99%. Selain itu, nilai F hitung yang lebih kecil dari Ftabel juga
menandakan bahwa garis yang dihasilkan adalah garis linier. Dengan demikian, rentang
konsentrasi standar dari hasil percobaan 0.510 ppb dapat digunakan untuk penentuan
konsentrasi.

3.2 Uji Limit Deteksi Metode (MDL) dan Limit of Quantitation (LOQ)
Uji MDL dan LOQ pada percobaan dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi target
dari spike dengan pengulangan minimal sebanyak 7 kali. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji penentuan MDL dan LOQ verifikasi penentuan kadar Hg
Parameter [Sampel] [Spike] [Target] %Recovery
Rerata 0.1374 0.4365 0.2991 99.6959
Standar Deviasi (SD) 0.0394
MDL = 3.143xSD 0.1238
LoQ = 10xSD 0.3943
Signal/Noise (S/N) 7.5860
% RSD 13.1821
Batas Keberterimaan
1) 10% Spike < MDL < Spike 0.03 < 0.124 < 0.3 Diterima
2) %R = 50-120% 99.70 Diterima
3)Signal/Noise (S/N) 2.5 < 7.59 < 10 Diterima
4) %RSD ≤ 2/3Horwitz 13.18 ≤ 36.361 Diterima
KESIMPULAN MDL 0.124
KESIMPULAN LoQ 0.394
Berdasarkan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa MDL yang diperoleh dari
pengukuran sebesar 0.124 ug/L, dan LOQ yang diperoleh dari pengukuran sebesar 0.394 ug/L.
nilai %Recovery yang didapat memenuhi syarat keberterimaan yang mengacu pada AOAC
(2002), yakni 50% > 99.70% < 120%. Nilai S/N yang dihasilkan memenuhi syarat karena
berada di antara rentang 2.5 > 7.59 < 10, serta nilai %RSD yang diperoleh pun memenuhi syarat
keberterimaan, yakni kurang dari 0.67 nilai Horwitz.

3.3 Uji Presisi dan Akurasi


Uji presisi dan akurasi dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi CRM sebanyak 10
kali pengulangan. Uji presisi meliputi penentuan repitabilitas dan reprodusibilitas, sedangkan uji
akurasi meliputi penentuan uji akurasi dan bias. CRM yang digunakan untuk pengukuran adalah
TCLP Metals in Soil Cat. No. 544 dengan konsentrasi 1.37 ± 0.51238. Berdasarkan hasil
percobaan, diperoleh nilai reprodusibilitas dan repitabilitas yang memenuhi syarat
keberterimaan, yakni %RSD ≤ 0.5 nilai Horwitz untuk repitabilitas dan % RSD ≤ 0.67 nilai
Horwitz untuk reprodusibilitas. semakin kecil nilai RSD hasil pengujian, maka metode yang
digunakan semakin presisi karena konsistensi analis, kestabilan peralatan serta tingkat kesulitan
dari metode yang dilakukan tidak jauh berbeda satu sama lain (Hadi 2009). Nilai recovery untuk
uji akurasi pun memenuhi syarat keberterimaan dengan nilai yang diperoleh sebesar 89.70%.
Hasil dari uji presisi dan akurasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Presisi dan Akurasi Verifikasi Kadar Hg
Rata-rata 1.1953 1.2250
Standar Deviasi (SD) 0.0527 0.0598
%RSD 4.4114 4.8835
Nilai Horwitz 44.0561 43.8932
Repitabilitas 1: % RSD ≤ 0.5 nilai Horwitz 4.4114 < 22.0280
Repitabilitas 2: % RSD ≤ 0.5 nilai Horwitz 4.8835 < 21.9466
Grand mean 1.2290
Standar Deviasi (SD) 0.0431
%RSD 3.5036
Nilai Horwitz 43.8719
Reprodusibilitas : % RSD ≤ 0,67 nilai Horwitz 3.50 < 29.39
Akurasi 89.70 %
Batasan akurasi 50-120 %
Bias 10.292
Nilai bias yang dihasilkan dari percobaan. Nilai bias yang didapatkan cukup kecil meski
jauh dari hasil pengujian yang diharapkan, yakni memiliki bias 0%. Nilai bias sendiri dapat
mempengaruhi kualitas suatu data metode, karena semakin kecil nilai bias, maka kesalahan
yang terjadi semakin kecil.

4 Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan, uji verifikasi logam Hg menghasilkan nilai koefisien
determinasi 0.999,7 nilai MDL dan LOQ masing-masing 0.124 dan 0.394, nilai repitabilitas
pada hasil analisis 1 sebesar 4.411% dan pada analisis 2 sebesar 4.884%, nilai reprodusibilitas
3.50%, serta nilai %Recovery hasil uji 89.70%. Keseluruhan hasil uji parameter tersebut telah
memenuhi syarat keberterimaan yang ditetapkan oleh P3KLL-KLHK dan metode penentuan
kadar Hg dalam sampel TCLP memiliki kinerja yang baik dan menghasilkan data yang
terpercaya dan akurat.

Daftar Pustaka
[APHA] American Public Health Association. 2017. Standard Methods for the Examination of
Water and Waste Water 21st ed. Washington DC (US):APHA
[EPA] Environment protection Agency. 1990. USEPA D 1311-1990. Toxicity Characteristic
Leaching Procedure. Washington DC (US):EPA.
[KLHK] Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor PER.101/MEN/2014 tentangPengelolaan Limbah Bahan
berbahaya dan Beracun. Jakarta(ID):Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Hadi A. 2009. Pedoman Pengendalian Mutu Internal Pengujian Parameter Kualitas
Lingkungan. Jakarta (ID):KLH
Hadi A, Asiah. 2015. Penentuan batas linearitas metode pengujian air raksa dalam air secara
spektrofotometri serapan atom uap dingin sesuai SNI 6989.78:2011. Jurnal Ecolab.
9(1):1−46.
Mirdat, Patadungan YS, Isrun. 2013. Status logam berat merkuri (Hg) dalam tanah pada
kawasan pengolahan tambang emas di Kelurahan Poboya, Kota Palu. Jurnal
Agrotekbis 1(2):127134.
Putranto TT. 2011. Pencemaran logam berat merkuri (Hg) pada air tanah. Jurnal Teknik.
32(1):6271.

Você também pode gostar