Você está na página 1de 62

PERTEMUAN I

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

A. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Ketuhanan


Aslam Hadi (1986:33) mengutip pendapat Edward B Taylor bahwa faham atau
keyakinan masyarakat manusia terhadap Tuhan itu mengalami Evolusi – dari
Animisme hingga Monotheisme. Bahkan menurut Harun Nasution (1973: 23)
perkembangan faham ketuhanan itu dimulai dari dinamisme sampai Agnostisisme.
Animisme – masyarakat primitif meyakini bahwa semua benda itu memiliki
kekuatan misterius. Benda-benda itu juga memiliki Roh, roh itu memiliki bentuk-
perlu makan bisa senang, susah dan marah. Kemarahan roh itu dapat
membahayakan manusia, sehingga kerelannya harus diupayakan melalui kebaktian.
Animisme berkembang menjadi Politheisme – dari sekian banyak ruh itu
ada beberapa ruh yang diangggap unggul mempunyai karakter tertentu dan ada
pengaruh besar terhadap hidup manusia, sehingga dilakukan kebaktian terhadap roh
itu secara rutin, karenanya roh meningkat menjadi dewa. Dengan demikian
terdapatlah banyak dewa.
Politheisme berkembang menjadi Oligatheisme – dari sekian banyak dewa
itu ada beberapa yang dianggap punya kelebihan dan diunggulkan.
Kemudian berkembang menjadi Henotheisme yaitu ketika tiap-tiap
kelompok masyarakat hanya mengakui satu dewa saja. Klimax perkembangannya
adalah faham monotheisme yakni ketika diakui hanya ada satu tuhan penguasa alam
semesta.
Dari Monotheisme berkembang lebih variatif, yaitu dapat berbentuk Deisme
atau Theisme
Deisme: Tuhan yang esa itu transendent ; setelah penciptaan alam Tuhan tidak
terlibat lagi dengan ciptaannya.
Pantheisme: meyakini bahwa Tuhan yang Esa itu Immanent, Tuhan menampakkan
diri dalam berbagai fenomena alam .
Theisme: meyakini Tuhan yang Esa itu transendent mengatasi alam semesta tetapi
dalam transendensinya Tuhan selalu terlibat dengan alam semesta ciptannya.
Deisme berkembang menjadi Naturalisme – yaitu menyakini bahwa Tuhan
itu transendent tidak terlibat dengan alam semesta setelah penciptaan dan
alampun tidak berhajat pada Tuhan. Maka alam ini berdiri sendiri sempurna dan
berproses menurut hukum-2 alam itu sendiri. Naturalisme muncul ketika
manusia semakin menguasai ilmu pengetahuan. Dari naturalisme meningkat
menjadi Atheisme yaitu keyakinan bahwa tuhan itu tidak ada.
Agnostisisme meragukan tenang aodanya tuhan: dia mengatakan Tuhan mungkin
ada tetapi manusia tidak dapat mengetahui secara positif.
Muhammad Iqbal ( 1951: 63 ) menyatakan bahwa:
Petama – tuhan adalah diri (khuda) bersifat tunggal, tiada yang menyamainya,
tidak mempunyai sekutu mengatasi kecenderungan antagonistik reproduksi,
tuhan mengorganisasi segala sesuatu untuk tujuan yang konstruktif, Tuhan
merespon dan do’a dan sembahyang manusia.
Kedua – Tuhan sebagai diri mutlak itu tidak berkesudahan – bukan hanya dalam
ruang dan waktu –tiada berakhirnya kegiatan kreatif Tuhan, maha pencipta.
Tuhan adalah mutlak yang hidup, dinamis, bebas- tiada yang dapat membatasi
selain diriNya sendiri.
Ketiga – Tuhan adalah hakekat keseluruhan yang bersifat spiritual dan meliputi
segalanya- merangkum diri-2 terbatas sebagai ciptaannya.
Jadi Tuhan itu sungguh ada, sebagai Diri mutlak yang maha kreatif, selalu
mencipta, melindungi, megawasi. Dan menyediakan diri bagi kerinduan
0
mahluknya – Tuhan adalah mitra kerja bagi manusia dalam upaya aktualisasi
diri.
B. Pembuktian Adanya Tuhan
Tiga hal penting terkait tentang keTuhan an ( Titus, 1984: 441 )
Pertama: hendaknya dibedakan antara Tuhan dengan Ide tentang Tuhan.
Kedua : Manusia telah menyembah Tuhan sebelum muncul problem filsafati
tentang Tuhan.
Ketiga : Tidak ada pandangan individual tentang Tuhan yang dianggap final atau
memadai.
1. Argumen tradisional tentang adanya Tuhan
a. Argumen Ontologi – didasarkan pada logika semata, dengan cara
menghubungkannya pada ide tentang Zat yang maha sempurna. Tuhan itu
ada – diberikan definisi sedemikian rupa sehinggga mustahil bahwa Ia tidak
ada.
b. Argumen Kosmologi – didasarkan pada adanya hukum causalitas yang
berlaku di alam semesta, yang rentetannya sampai pada sebab pertama
(causa Prima )
c. Argumen Teleologi – didasarkan pada watak alam semesta yang serba
teratur dan terrencana, menunjukkan adanya Tuhan yang punya kehendak,
tujuan dan bukan secara kebetulan.
d. Argumen Moral – didasarkan pada adanya kesenjangan antara prinsip
normatif moral dan fakta moral. Setiap perbuatan baik akan berakibat baik
bagi pelakunya begitu pula perbuatan buruk akan berakibat buruk juga,
namun faktanya tidak demikian- tidak setiap perbuatan baik itu berakibat
baik, bisa saja sebaliknya. Karena ada kehidupan lain dimana prinsip
normatif moral terpenuhi (akhirat)- Tuhan
2. Kritik atas argumen tradisional tentang adanya Tuhan
a. Kritik thd argumen Ontologi –
pertama: konsep tentang zat yang maha sempurna tidak mengharuskan
adanya zat itu.
Kedua : adanya suatu zat itu tidak dapat dipastikan dari adanya ide tentang
zat itu
Ketiga : Kesalahan pokok dalil ontologi ialah mengalihkan sesuatu yang
logis menjadi sesuatu yang hakiki.
b. kritik terhadap argumen kosmologi
pertama: Bahwa argumen itu telah mempermainkan hukum causalitas
ketika menghentikan rentetan sebab akibat pada suatu titik dan
menaikkannya menjadi Causa Prima.
Kedua : Sebab dan akibat dalam rangkaian causalitas adalah sama-2 wajib
adanya.
Ketiga : Kemestian wujud sesuatu tidak sama dengan keharusan pikiran
tentang sebab akibat.
c. kritik terhadap argumen Teleologi
pertama : Argumen teleologi hanya membuktikan adanya perencana,
penata dan penggerak semata.bukan pencipta.
Kedua : Masih belum terjawabnya pertanyaan – bagaimana halnya dengan
kenyataan bagian-2 alam yang mengesankan adanya kaidah keteraturan
Ketiga : Tidak ada Analogi antara manusia pencipta dengan gejala alam
d. kritik terhadap argumen moral
argumen moral nampaknya merupakan expresi ketidak mampuan manusia
menegakkan prinsip moral sehingga ada nuansa apologis ketika ketidak
mampuan itu dijawab dengan kemestian adanya dunia lain.
C. Tauhid: Konsep ketuhanan Islam
1
1. Makna Tauhid
Asal kata Wahidun – Wahhada – Yuwahhidu – Tauhidan.
Keyakinan akan keEsaan Tuhan dalam Islam – tercermin dalam kalimat “ La
Ilaaha illallah” keEsaan Allaah mengandung makna: satu-2nya Dzat yang
pantas disembah, yang memiliki dan menguasai langit-bumi dan seisinya, yang
menciptakan, memberi rizqi dan memelihara, melindungi, membuat
hukum/aturan – wajib ditaati, juga sebagai tumpuan harapan seluruh umat.
2. Tauhid, Esensi Islam
Dijelaskan dalam surat Al-Ihlas
Ada tiga aspek ajaran Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
yaitu:
1) Aqidah - absolut
2) Syari’ah meliputi ibadah - absolut & mu’amalah – global - dinamis
3) ahlaq - absolut
3. Tauhid, fitrah manusia
Pada setiap manusia pasti memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan diluar
diri manusia yang mengatur alam ini walaupun sulit dibuktikan secara empirik
maupun rasional – karna kepercayaan agama itu bersifat supra rasional.

PERTEMUAN II
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

A. Berbagai persepsi tentang manusia


Pesppektif Filsafat:
Plato - Yunani: manusia adalah mahluk berakal dan akal manusia mengarahkan
budi
Aristotels - Yunani: manusia adalah binatang yang berfikir, Akal adalah sifat yang
dimiliki manusia yang dapat memisahkan watak tidak manusiawi.
Jean Paul Sartre - perancis; existensialis – bahwa existensi manusia mendahului
Essensinya, permulaan manusia bukan apa-apa , dan tidak akan menjadi sesuatu
kecuali setelah ia menjadi apa yang menjadi pilihannya
Perspektif Antropologi: manusia sebagai primata yang sempurna badan dan akalnya
Perspektif Psichology Modern”;
2
Perspektif Psicho Analisys Clasic;
Perspektif Pendidikan;
B. Siapakan Manusia: Konsep Manusia Menurut Islam
Al-Insan : jinak, harmonis, nampak. – AnNaas – Unas – Al- Ins
Al-Basyar: penampakan yang baik dan indah – jelas bedanya dengan mahluk lain
Bani Adam – dzuriyah adam.
Secara fisik Manusia diciptakan dari Turab – debu, tanah, saripati tanah
Secara non fisik ada Ruh didalamnya
Proses penciptaan – dimensi jasmaniyah:
1. Nuthfah –bahan campuran,menjadi
2. Alaqoh: segumpal darah sebagai embrio yang tergantung di dinding rahim ( 40
hari pertama )
3. Mudghah – segumpal daging ( 40 hari kedua )
4. Tulang yang dibungkus daging dan dilengkapi organ tubuh lengkap ( 40 hari
ketiga )
5. Ditiupkanlah roh kedalamnya – sekaligus ditentukan takdirnya, maka sebaiknya
orang tua berdo’a kepada Allah agar sang anak tsb ditakdirkan yang baik-baik.
Proses penyempurnaa – dimensi ruhaniyah:
1. Nafs – roh – jiwa, ghaib ( hanya dapat diketahui gejala adanya, yaitu kehidupan.
a. Nafs Zakiyyah – jiwa yang suci
b. Nafs Mutmai’innah – jiwa yang tenang
c. Nafs Lawwamah – jiwa yang menyesal
d. Nafs Ammarah – jiwa yang menyuruh pada kejahatan.
2. ‘aqlun – akal, - untuk berfikir, menerima ilmu pngth
3. Qolbun – fuad – asShodr - hati – ( qolbun saliim & qolbun mariidl )[
4. Hati nurani – basyiroh – cahaya hati, ketajaman hati, kecerdasan dilubuk hati
terdalam.
Islam memandang manusia dari berbagai dimensi, menempatkan manusia pada
posisi central, manusia diposisikan sebagai mahluk yang mulia, ketika dia dapat
mengaktualisasikan eksistensinya. Mengoptimalkan potensi positif dalam
menunaikan dan menselaraskan peran dan fungsinya sebagai Abdun & Khalifah –
namun jika sebaliknya mengoptimalkan potensi maka ia akan menempati posisi
yang rendah/hina, bahkan lebih rendah dari binatang.
C. Eksistensi dan Martabat Manusia
1. Persamaan – perbedaan Manusia dengan Mahluk lain
 Persamaan-2 nya:
a. Sama-sama diciptakan oleh Allah swt
b. Merupakan bagian integral dari sistem makro cosmos
c. Memiliki fungsi interelasi dan interdependensi dalam menjaga
keseimbangan alam.
d. Pesamaan organ-organ tubuh dan fungsinya
e. Punya hasrat dan tujuan, dan berupaya agar terpenuhi nya tujuan tsb sesuai
kemampuan didukung oleh pengetahuan dan kesadarannya.
 Perbedaan -2 nya
a. Kesadaran binatang akan lingkungannya diperoleh hanya melalui indra –
sifatnya dangkal
b. Kesadaran binatang hanya bersifat tunggal dan terbatas
c. Wilayah kesadaran binatang bersifat regional, terbatas pada habitat hewan
saja.
d. Sifatnya temporer, teutuhan tergantung pada masa kini – terpisah dari masa
lalu dan mendatang.
e. Hasrat dan kecenderungannya bersifat badani – butuh makan, minum, tidur,
bermain, berlindung dan sex. Sedangkan manusia menjangkau sampai

3
kebutuhan rohani, ( simpati dan rela berkorban terhadap orang lain,
berjuang mempertahankan dan membela keyakinannya ).
f. Bersifat pribadi hanya berhubungan dengan dirinya – maksimal ke
pasangan & anaknya.
g. Bersifat sementara
3. Eksistensi Manusia
Manusia sebagai mahluk pilihan Allah yang diangkat menjadi khalifah di bumi
dibekali dengan berbagai potensi keunggulan atas alam semesta, maka existensi
manusia sebagai mahluk serba dimensi:
a. Dimensi pertama – secara fisik manusia hampir sama dengan binatang,
butuh makan, minum, istirahat dan menikah supaya dapat hidup, tumbuh
dan berkembang biak.
b. Dimensi kedua – memiliki ilmu dan pengetahuan ( lahiriah  spiritual.
c. Dimensi ketiga - kebajikan etis.
d. Dimensi keempat – keindahan/estetis.
e. Dimensi kelima – pemujaan dan pengkudusan.
f. Dimensi keenam – keserba bisaan – kemampuan intelek dan kehendak.
g. Dimensi ketujuh – mampu memahami ” konsep diri” dengan kemampuan
intelektualnya.
h. Dimensi kedelapan – pengembangan bakat, islam memberikan perhatian
secara seimbang baik fisik, material, spiritual; mental dan emosional; sosial
dan individual
4. Martabat Manusia
Manusia yang dapat mengoptimalkan existensinya akan sampai pada martabat
insan kamil
( manusia yang sempurna )- Ulul Albab – penuh hikmah, kebijaksanaan dan
pengetahuan. Dengan karakteristik: takut hanya kepada Allah, banyak dzikir
dan fikir, mampu memilah/memilih yang baik dari yang buruk. Menuntut ilmu
dengan tekun dan menularkan ke orang lain dengan ikhlas, qiyamullail
bermunajat kepada Allahswt.
5. Tujuan Penciptaan Manusia
Manusia diciptakan agar menyembah kepada Allah baik mahdloh maupun
ghairu mahdloh
6. Funsi dan Peranan Manusia
Sesuai dengan potensi dan keunggulan manusia dibanding mahluk ciptaan yang
lain dengan segala kesempurnaannya maka fungsi & peran didunia ini adalah
sebagai Abdun/hamba dan sebagai khalifah yang ditugaskan untuk
memakmurkan dibumi.
D. Kedudukan dan Tanggung jawab Manusia
1. Kedudukan Manusia
a. Manusia sebagai hamba Allah ( ‘Abdun )
Makna secara essensial dari ‘abdun adalah: ketaatan, ketundukan dan
kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah dengan selalu bertaqarrub
kepada Nya.
b. Manusia sebagai khalifah Allah
Manusia dibekali berbagai potensi kskhalifahan antara lain:
1) Potensi tentang kebenaran sunnah Allah yang terdapat dalam alam
ciptanNya ( ayat-ayat kauniyah ).
2) Allah memberikan batasan-2 normatif yang ada dalam hukum-2
syari’at ( ayat-ayat Qur’aniyah ).
3) Allah memberikan wewenang dan kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga melahirkan kreatifitas yang dinamis.

4
4) Potensi sosial dalam bentuk kemampuan membangun hubungan dan
interaksi dengan masyarakat dan lingkungannya.
5) Potensi ruhaniyah dalam bentuk kemampuan membangun kedekatan
dengan Allah melalui ritual peribadatan.
2. Tanggung jawab Manusia
a. Tanggung jawab Manusia sebagai hamba Allah
Bahwa segala proses pelaksanaan peribadatan manusia kepada Allah akan
dinilai apakah sudah sesuai dengan ketentuan syari’ah ? dan dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah
b. Tanggung jawab Manusia sebagai khalifah Allah
Atas wewenang dan kebebasan yang diberikan oleh Allah untuk mewakili
memakmurkan bumi ini juga akan dinilai dan dipertanggung jawabkan
dihadapan Allah swt.

PERTEMUAN III
KEIMANAN DAN KETAQWAAN

A. Pengertian Wujud dan Pengaruh Iman


1. Pengertian Iman
Etimologi: Iman -> at- Tashdiq pembenaran/ membenarkan
Teminologi : Iman ialah Keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, di ikrarkan
oleh lisan dan di manifestasikan dengan perbuatan. ( Pembenaran dengan penuh
keyakinan tanpa ada keraguan sedikitpun mengenai ajaran yang datang dari
Allh dan rasulNya ). Adalah bagian yang paling mendasar dalam ajaran Islam.
2. Wujud Iman
Menurut Hasan Albanna Ruang lingkup aqidah Islam / keimanan meliputi:
a. Ilahiyah yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
ILAAH/ Tuhan seperti Wujud Tuhan, nama dan sifat Tuhan, pebuatan/ af’al
Tuhan dsb.
b. Nubuwwah yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
Nabi dan Rasul, termasuk kitab-2 suci dan mukjizatnya.
c. Ruhaniyah yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam metafisik seperti – malaikat, jin, setan, ruh dsb.
d. Sam’iyah yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui melalui Sam’i yakni dalil naqli berupa alqur’an seperti adzab
qubur, surga, neraka, pahala, dosa dsb.

Syeh Mahmud Syaltout dalam kitabnya al-Islamu Aqidatu wa Syari’atu


membagi Unsur-2 pokok keimanan kedalam Empat bagian antara lain:

5
a. Adanya Allah berikut ke esaanNya serta berdiriinya dalam penciptaan,
pengaturan keleluasaan bertindak-Nya terhadap alam, serta suci-Nya dari
persekutuan didalam keagungan dan kekuatan.
b. Bahwa Allah memilih darai hamba-2 Nya orang yang dikehendaki untuk
diberi tugas kerasulan, dari sinilah maka Iman kepada para Rsul menjadi
wajib.
c. Iman kepada malaikat sebagai duta wahyu antara Allah dengan para rasul-
Nya dan kepada kitab-2 yang diturunkan-Nya sebagai Risalah Allah kepada
mahluq-2 Nya.
d. Beriman kepada apa yang dikandung oleh risalah-2 tersebut- berupa
persoalan hari bangkit/ yaumul ba’ats dan hari pembalasan/ yaumul jaza’
( hari Akhir ); pokok kewajiban agama, dan peraturan-2 yang diridloi Allah
untuk hamba-2 Nya.
Dari Empat hal tersebut maka dirumuskan dalam Rukun Iman yang enam
( enam ) yaitu :
Beriman kepada 1. Allah 2. Malaikat 3. Kitab-2 4. Rasul-2 5. Hari Akhir 6.
Qodlo’ dan qodar.
a. Beriman Kepada Allah meliputi 7 macam sikap:
1). Tauhid Dzat yaitu mengakui ke Esaan dzat Allah.
2). Tauhid Sifat yaitu mengi’tiqodkan bahwa sifat kesempurnaan Allah
hanya ada pada Allah sendiri - artinya tidak ada makhluk yang
mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah (Asma’ul Khusna)
3). Tauhid Wujud yaitu mengi’tiqodkan bahwa hanya dzat Allah sendiri
yang wajib adanya (wujud). Untuk mahluq hanya Mumkin.
4). Tauhid Af’al yaitu mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang
menjadikan, memelihara alam dan segala isinya serta yang menghasilkan
segala perbuatan hamba
5). Tauhid Ibadah yaitu mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang berhak
menerima ibadah dan wajib di ibadahi.
6). Tauhid Qosdi maksudnya mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang
langsung dituju dalam beramal dan memohon sesuatu.
7). Tauhid Tasyri’ yaitu mengi’tiqodkan bahwa Allah sendiri yang
menentukan hokum halal dan hukum haram.
b. beriman kepada para malaikat Allah yang diberi tugas masing-2 seperi
1). Jibril - menyampaikan wahyu
2). Mikail - membagi rizqi
3). Izrail - mencabut nyawa manusia
4). Isrofil - meniup sangkakala di hari qiyamat
5). Malik - menjaga neraka
6). Ridlwan - menjaga surga
7). Munkar - menanya ruh di alam qubur
8). Nakir - menanya ruh di alam qubur
9). Rokib - mencatat amal baik
10). Atid - mencatat amal buruk
c. Beriman kepada Kitab-2 Allah:
1). Taurot - kitabnya Nabi Musa as
2). Zabur - kitabnya Nabi Daud as
3). Injil - kitabnya Nabi Isa as
4). Alqur’an - kitabnya Nabi Muhammad saw
d. Beriman kepada Rasul-2 Allah:
para Nabi utusan Allah senbenarnya banyak sekali, namun yang wajib
diketahui hanya 25 orang; 1). Nabi Adam 2). Nabi Idris 3). Nabi Nuh 4).
Nabi Hud 5). Nabi Shaleh 6). Nabi Ibrahim 7). Nabi Luth 8). Nabi Ismail
9). Nabi Ishaq 10). Nabi Ya’qub 11). Nabi Yusuf 12). Nabi ayyub 13). Nabi
6
Syu ‘aib 14). Nabi Harun 15). Nabi Musa 16). Nabi Ilyasa’ 17). Nabi
Zulkifli 18). Nabi Dawud 19). Nabi Sulaiman 20). Nabi Ilyas 21). Nabi
Yunus 22). Nabi Zakariya 23). Nabi Yahya 24). Nabi Isa 25). Nabi
Muhammad.
e. Beriman kepada hari Akhir;
Bahwa kehidupan dunia ini tidak abadi namun ada akhirnya kemudian
digantikan dengan hari akhirat, yang diawali dengan yaumul qiyamah,
yaumul ba’ats, yaumul khisab, yaumul jaza’( Yaumul Akhiroh ).
f. Beriman kepada qadla’ dan qadar Allah;
Qadla adalah rencana Allah yang akan diberlakukan terhadap mahluqnya
( belum terjadi )
Qadar adalah keputusan Allah yang telah dilaksanakan terhadap mahluqnya
( telah terjadi )
Hal tersebut mencakup Empat hal yaitu:
1) Keyakinan bahwa Allah maha mengetahui peristiwa yang akan dan
telah terjadi
2) Keyakinan akan adanya aturan Allah yang diberikan pada setiap
mahluq
3) Keyakinan bahwa kehendak Allah bersifat pasti ( tidak bisa
diganggu gugat )
4) Keyakinan bahwa Allah pencipta seluruh mahluq. Tidak ada yang
lain !
3. Pengaruh keimanan dalam kehidupan
Pengaruh Tauhid Menurut Abul A’la Al-Maududi ada 9 macam:
a. Orang yang bertauhid kepada Allah tidak mempunyai pandangan yang
sempit dan picik.
b. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat penghargaan
dan penghormatan kepada diri sendiri.
c. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat rendah hati
dan hikmat.
d. Orang yang bertauhid kepada Allah akan membentuk manusia menjadi
orang yang baik dan jujur.
e. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat optimis, tidak
mudah patah hati dalam segala bidang.
f. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat tabah dan
sabar dalam menghadapi segala persoalan.
g. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sifat berani demi
suatu kebenaran.
h. Orang yang bertauhid kepada Allah akan menumbuhkan sikap damai,
meninggalkan sikap khasad, iri dan tama’.
i. Pengaruh yang penting dari kalimat Tauhid ( La Ilaha Illallah Muhammadun
Rasulullah ) ialah membuat manusia patuh terhadap peraturan-peraturan
Tuhan
B. Terbentuknya Iman dan Tanda Orang beriman.
1. Terbentuknya Iman
a. Mengenal eksistensi Tuhan melalui dalil kauniyah ( micro cosmos dan
macro cosmos )
1) Di dunia Astronomi
2) Di dunia Fauna atau hewan
3) Di dunia Flora atau tumbuh-tumbuhan
4) Di alam nyata dan alam gaib
5) Di dalam diri manusia
b. Menganal eksistensi Allah melalui dalil fitrah

7
Kullu mauludin yuladu ala alfitrah fa abawahu yuhawwidanihi au
yunassiranihi au yumajjisanihi ( alhadits )
Hal penting untuk memahami aqidah dan iman secara lebih tepat dan lebih
konkrit:
1). Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengetahui, mencari dan menguji
kebenaran dengan potensi akal dan indranya, sedangkan alqur’an
sebagai pedoman untuk memfilter mana yang baik dan mana yang
buruk.
2). Keyakinan itu harus bulat dan sepenuh hati tanpa bimbang dan ragu,
untuk mencapai tingkat keyakinan yang mutlak manusia harus memiliki
ilmu, sehingga ia dapat menerima kebenaran dengan nilai keimanan
sejati setelah menemukan dalil-dalilnya.
3). Keimanan harus mampu mendatangkan rasa damai dan ketenangan batin
bagi yang meyakininya.
4). Konsekwensi keimanan yang meresap kedalam hati akan membuang
segala keyakinan atau ritual yang kontradiktif dengan ajaran dari Allah
dan rasul-Nya.
2. Tanda-tanda Orang yang beriman
a. Kepekaan dan ketajaman jiwa ( basyirah )
b. Kebanggaan terhadap Islam
c. Konsisten kepada kebenaran
d. Ketenangan jiwa dan ketentraman hati
e. Cinta kepada Allah dan penuh pengharapan merealisasikan keimanan
f. Tidak pernah ragu memperjuangkan Islam dengan harta dan dirinya
g. Kedekatan dirinya dengan Allah, peka dan halus perasaan dan kebeningan
hatinya dalam merespon ayat-2 Allah.
h. Mencintai Allah serta Rasul dan manusia.
i. Penampilannya menarik, budi pekertinya sangat baik.
j. Gemar dan taat beribadah, beramal salih, berbakti dan patuh kepada orang
tua.
C. Pengertian dan Fungsi Taqwa
1. Pengertian Taqwa
Etimologi – waqa – yaqi – wiqayatan: terjaga/terpelihara  dari siksa api
neraka, karena tunduk dan patuh kepada Allah. Yang berangkat dari takut
kepada Allah.
Terminologi - tunduk dan patuh kepada Allah berbuah melaksanakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh keihlasan.
2. Fungsi Taqwa
Taqwa berfungsi sebagai pembersih penyakit batin dan bekal bagi seseorang
untuk menghadapi kematian. . Adapun karakteristik orang yang bertaqwa
adalah:
a. Memelihara fitrah iman – rukun iman yang enam
b. Mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan
mengorbankan harta untuk fakir miskin, anak yatim, gharim dsb.
c. Memelihara ibadah formal – mendirikan shalat dan menunaikan zakat
d. Memelihara kehormatan diri – menepati janji
e. Memiliki semangat perjuangan – li i’lai kalimatillah.

D. Hubungan dengan Allah swt dan Manusia


Pengamalan Islam secara Kaaffah oleh muttaqin adalah:
1. Pengamalan aqidah
2. Pengamalan syari’ah dan ibadah
3. Pengamalan muamalah dan ahlaq

8
PERTEMUAN IV
IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN

A. Problem, Tantangan dan Resiko Kehidupan Modern


Manusia memiliki kemampuan fisik yang serba terbatas, misalnya mata
manusia tidak bisa melihat di kegelapan, kaki kita tak bisa berlari secepat kuda,
tangan kita tak mampu mengangkat benda sekuat gajah, namun kita di
anugerahi akal yang bisa menciptakan lampu untuk merubah gelap menjadi
terang, menciptakan kendaraan melebihi kecepatan kuda, menciptakan begu
melebihi kekuatan gajah untuk mengangkat benda berat. Benda-2 hasil ciptaan
manusia itulah yang kemudian disebut kebudayaan. Maka Allah menempatkan
manusia pada posisi tertinggi diantara mahluk-2 yang lain. Budaya tersebut
berkembang begitu pesat dengan adanya penemuan-2 baru dibidang ilmu dan
teknologi.
Namun era modern itu telah memunculkan berbagai masalah yang harus
segera di selasaikan.
Dampak negatif ( residu ) modernitas amtara lain: - pencemaran lingkungan,
rusaknya habitat flora dan fauna, munculnya berbagai penyakit, bahkan secara
macro berlobangnya lapisan ozon dan pemanasan global akibat rumah kaca.
Dalam bidang ekonomi, problem kapitalisme-materialisme telah melahirkan
manusia yang konsumtif, materialistik, exploitatif, egois dan serakah sehingga
tak mempedulikan ekologi/lingkungan. Memandang dirinya sebagai homo
economics – melupakan dirinya sebagai homo religious .
Dalam konteks ke indonesia an, membuka lahan pertanian/ perumahan-
menggunduli hutan, pembakaran hutan, di Jakarta- daerah resapan air justru
didirikan perumahan-2 menyebabkan banjir, import mobil berlebihan beraibat
polusi dan kemacetan jalan, ekonomi di tingkat bawah- berjualan di trotoar
mengakibatkan pejalan kaki lewat bau jalan –terjadi kecelakaan,
Di bidang moral - faham liberalisme dalam bentuk kebebasan berekspresi
melalui Teknologi informasi di expose secara fulgar berbagai informasi hingga
melampaui batas-2 norma agama dan norma ketimuran, globalisasi hakekatnya
adalah westernisasi- penanaman nilai-2 budaya barat yang menginginkan
terlepasnya ikatan nilai moralitas agama. Western culture begitu kuwat
menggilas local culture, terbukti banyak hal yang berkiblat ke barat dan
dipandangnya sebagai simbol dan tolok ukur kemajuan.
Sekularisme juga menjadi tantangan dan problem bagi agama, urusan dunia
di pisahkan dari agama, akibatnya seseorang bisa berperan ganda ( split
personality ) – disaat yang sama dia menjadi korutor sementara kesehariannya
rajin ibadah. Jilka hal ini berkelanjutan maka lambat laun akan menjauhkan
orang dari agama, sehingga agama akan kehilangan Ruh nya.
Di bidang keilmuan, pola pemikiran yang berkembang di zaman modern
adalah positivisme yaitu faham dalam bidang keilmuan yang menggunakan

9
tolok ukur kebenaran – yang Rasional, Empiris, Experimental dan terukur.
Sesuatu dikatakan benar apabila memenuhi kriteria tersebut
Hal ini jelas tidak mungkin, teori-2 itu tidak seluruhnya bisa untuk menguji
kebenaran agama. Dalam agama banyak hal yang bersifat abstrak/ ghaib dan
hanya bisa dibenarkan dengan Iman,yang itu tidak populer dalam dunia
keilmuan. Karena perbedaan metodologi dalam memahami kebenaran di antara
keduanya maka di zaman modern ini banyak ilmuwan yang meninggalkan
agama.
Hubungan antara agama dengan Ilmu menurut Ian Barbour ( 2000 ) adalah:
1. Konflik – agama dengan ilmu pada posisi bertentangan. Contoh pada abad
pertengahan Columbus keliling dunia akhirnya menemukan teori bahwa
Bumi ini bulat, hal ini bertentangan dengan pihak Gereja bahwa bumi ini
datar. Sehingga seseorang harus memilih sebagai orang beriman dan
menolak kebenaran ilmiah atau menerima kebenaran ilmiah dengan
konsekwensi dianggap Kafir
2. Independen – agama dan ilmu adalah dua domain yang dapat hidup bersama
sepanjang mempertahankan ‘jarak aman’ satu sama lain. Ilmu dan agama
mempunyai bahasa sendiri karena melayani fungsi yang berbeda dalam
kehidupan manusia.
Ilmu – menelusuri cara kerja benda -2 dan berurusan dengan fakta obyektif,
sedangkan
Agama – berurusan dengan nilai dan makna tertinggi.
Versi lain – bahwa dua jenis penyelidikan ini menawarkan dua perspektif
yang saling melengkapi dan bukan saling menjatuhkan. Keduanya dapat
ditempatkan secara terpisah dalam kehidupan manusia.
3. Dialog – membandingkan kedua metode yang dapat menunjukkan
kemiripan dan perbedaan. Dialog dapat terjadi ketika ilmu menyentuh
persoalan diluar wilayahnya sendiri. Contoh tentang alam yang serba teratur
dan dapat di pahami. Dalam banyak hal agama perlu meminjam berbagai
metode yang di kembangkan ilmu untuk lebih memantapkan keyakinan
agamanya, demikian pula ilmu perlu nilai-nilai agama agar perkembangan
ilmu tidak justru menjatuhkan martabat manusia.
4. Integrasi – dalam Natural Theologi telah dikenal tradisi panjang seputar
bukti ilmiah tentang keberadaan Tuhan, akhir-2 ini para astronom
berargumen bahwa tetapan fisica di alam semesta ini tampak dirancang
sedemikian cermat. Seandainya setelah big bang laju expansi alam semesta
satu detik lebih lambat maka alam semesta ini akan hancur, begitu pula
sebaliknya – jika laju expansi itu sedikit lebih cepat, maka evolusi
kehidupan tidak akan terjadi.
Ini berarti bahwa meskipun teori evolusi dalam pendekatan
keilmuan yang paling memadahi untuk menjawab persoalan misteri
kehidupan, namun ada hal yang harus di akui bahwa semua peristiwa itu
tidak mungkin terjadi secara kebetulan, pasti ada yang menracang dan
mengatur yaitu Tuhan.
Prof. T Jakub mengatakan bahwa ‘evolusi adalah cara Tuhan mencipta
Dalam keilmuan Islam di kenal adanya dalil/ayat
qauliyah/qur’aniyah ( tertulis dalam kitab suci ) dan dalil/ayat Kauniyah –
ayat yang masih tersembunyi dalam alam semesta yang terbentang ini,
hanya bisa diungkap jika manusia mau meneliti dan mengkajinya. Dari
pendekatan ini Agama dan Ilmu tentunya tidak bertentangan karena berasal
dari sumber yang sama yaitu Yang Maha Pandai, Allah swt. Jika ada
10
pertentangan itu antara agamawannya dan ilmuwannya, bukan agama dan
ilmunya.
Problem-2 dunia modern inilah yang menjadi tantangan besar bagi
umat Isalam untuk menjadi problem solver dan tidak justru menjadi bagian
dari problem itu sendiri.
Islam diturunkan ke muka bumi sebagai Hudan li al-Naas – petunjuk bagi
manusia. Petunjuk ini tidaklah akan berarti jika tidak dikaji dan di
terjemahkan dalam kehidupan nyata se hari-hari. Alqur’an mengandung
nilai-nilai yang dapat di jabarkan dalam setiap bidang kehidupan
kesempurnaan Alqur’an tercermin dalam surat al-Maidah-3, berarti seluruh
persoalan kehidupan ini merujuk pada Alqur’an dengan selalu menggali
makna dan nilai-2 yang terkandung didalamnya secara terus menerus.
Kemunduran Islam adalah ketika ajaran Islam di anggap telah
selesai, orang tidak berani berfikir reflektif dan spekulatif, maka harus
difahami bahwa persoalan yang dihadapi saat ini semakin kompleks yang
sangat membutuhkan penafsiran-2 baru terhadap teks-2 kitab suci. Sebagai
al-Din Islam merupakan sistem kehidupan yang meliputi seluruh bidang
yaitu; sosial – ekonomi – politik – budaya – hukum maupun keilmuan,
inilah yang di isyaratkan oleh Alqur’an bahwa kita harus ber Islam secara
Kaffah ( utuh ).
Jika kita menengok sejarah Islam ( zaman kejayaan Daulah
Abbasyiyah ) tampak sekali keutuhan konsep itu, perkembangan Islam
diikuti dengan kemajuan dalam bidang sosial, ekonomi, filsafat dan ilmu
pengetahuan. Namun unsur-2 itu mulai terlepas dari Islam justru oleh orang
Islam sendiri. Ketika al-Gazali menulis Tahafut al-falasifah ( kekacauan
filsafat ), mulailah orang Islam meninggalkan filsafat sehingga Islam
semakin kering dari tinjauan filosofis kritisnya. Terjadilah dikotomi antara
ilmu agama dengan Ilmu umum, ilmu agama sebagai ilmu wajib –
sedangkan ilmu umum sebagai ilmu sunnat  second knowledge dan
perlahan mulai termarginalkan. Akibatnya yang terjadi science and
teknology berkembang di barat dan semakin tenggelam di dunia |Islam.
Saat ini Islam ibarat tubuh yang sangat kurus karena tinggal syari’at
( hukum Islam ). Umat Islam sibuk dengan mempertentangkan masalah
internal ibadah Sunnah ( do’a qunut, rokaat tarawih, do'a bersama ) dsb.
Sementara masih banyak persoalan lain yang lebih besar dan perlu
dipecahkan oleh para intelektual muslim seperti; kemiskinan, pencemaran
lingkungan, globalisasi teknology & informasi dll.
B. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan
Modern
Iman dan taqwa adalah bekal yang paling berharga dalam hidup ini, yang akan
menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. Iman adalah keyakinan kita akan
adanya Allah, Malaikat, Kitab suci, Rasul, hari akhir dan qodlo’ qodar. Taqwa
dari asal kata waqaya – takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan
memenuhi kewajiban. Sehingga taqwa berarti : Takut dan selalu menjaga diri
untuk tidak terjerumus kedalam perbuatan dosa, memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi sebagai khalifah di muka bumi dengan jalan menunaikan kewajiban
dengan penuh kesungguhan, kejujuran dan amanah.
Taqwa adalah tolok ukur utama kemuliaan manusia, Q. S. Al-Hujurat ayat
13. Manusia yang bertaqwa-lah yang paling mulia di mata Allah. Walaupun
mungkin rendah di mata manusia karena status sosial ekonominya. Taqwa
adalah sebagai sistem nilai dalam Islam, maka apapun profesinya hendaknya
11
taqwa selalu melekat dan mendasarinya sehingga taqwa menjadi warna bagi
pribadi seorang muslim.
Mengapa di dunia ini masih terjadi kemaksiatan, kejahatan, kekerasan dan
kedzaliman – adalah karena keyakinan dan kontrol diri yang semakin luntur –
bahwa ada Dzat yang maha melihat, ada Malaikat yang selalu memcatat
perbuatan kita, ada Nabi dan Rasul yang telah mewartakan kebenaran, adanya
kitab suci sebagai petunjuk hidup, adanya hari pembalasan dan adanya
kekuasaan Allah yang menentukan kehidupan kita.
Ke Islam an yang berarti ke tunduk an telah digantikan dengan keangkuhan,
maka ketika ke Iman an dan ketaqwaan dalam diri manusia sudah tercabut –
kesombingan semakin meningkat maka semakin jatuhlah martabat manusia.
Iman dan taqwa bukanlah sesuatu yang statis tetapi dinamis, menjdi dasar
sekaligus inspirasi bagi kemajuan, maka diaplikasikan kedalam amal shalih
yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi mahluk hidup.
Islam mengajarkan prinsip harmoni/keseimbangan antara:
1. Kebutuhan jasmani dan rohani
2. Kebutuhan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat
3. Kebutuhan pribadi dan kepedulian sosial.
Keimanan dan ketaqwaan mengandung implikasi pada Empat dimensi
hubungan, yaitu:
1. Hubungan manusia dengan Allah
2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan alam semesta

1. Hubungan Manusia dengan Allah


Manusia adalah mahluk yang sarat sarat dengan keterbatasan dan Allah
adalah khalik yang penuh dengan kesempurnaan. Sebagai Dzat yang maha
pengasih Allah telah menyediakah segala macam yang dibutuhkan oleh
manusia, maka seharusnyalah manusia itu taat dan mensyukurinya.
Allah telah memberikan posisi terhormat kepada manusia yaitu perannya
sebagai khalifah fi al-ardli – pemimpin di muka bumi, maka tugasnya
adalah mengatur dan melindungi yang di pimpin serta akan
mempertanggung jawabkan kepada pemimpin tertinggi ( Allah swt ).
Implikasi menjalin hubungan baik antgara manusia dengan Allah adalah:
a. Sikap optimis – bahwa apa yang dilakukan didunia ini tidak sia-sia,
selain mendapatkan kemanfaatan di dunia juga akan mendapatkan
pahala di akhirat.
b. Sikap pasrah dan ketenangan jiwa – ketika menghadapi cobaan hidup,
karena mempunyai tempat untuk menyandarkan segala persoalan.
Tidaklah mungkin Allah memberikan sesuatu kepada hambanya kecuali
Kebaikan.
c. Memiliki kontrol diri – karena punya keyakinan bahwa Allah selalu
memperhatikan setiap gerak langkah kita, sehingga tidak mudah
terjerumus pada kemungkaran.

2. Hubungan Manusia dengan Dirinya sendiri


Manusia adalah mahluk multi dimensional – mono pluralis,
mempunyai dimensi yang sangat banyak meliputi susunan kodrat: jiwa dan
raga, sifat kodrat: individu dan sosial, kedudukan kodrat: mahluk mandiri/
bebas dan mahluk Tuhan.
Islam mengajarkan harmoni untuk semua unsur tersebut. Manusia
harus mengembangkan potensi jiwanya meliputi: Cipta, Rasa, Karsa dan
12
imannya, namun tidak boleh mengesampingkan kesehatan dan kekuatan
tubuhnya, disamping memenuhi kepantingan individu juga harus punya
kepedulian sosial, manusia diperbolehkan untuk mengekspresikan
kebebasannya, namun tetap dalam batas-batas koridor aturan dan hukum -2
yang di buat oleh Allah. Ketidak seimbangan terhadap unsur- unsur ini juga
akan menimbulkan ketimpangan dalam hidup manusia.
3. Hubungan manusia dengan manusia yang lain
Manusia disebut sebagai zoon politicon atau homo socius – dimana
manusia tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain (dalam segala aspek
kehidupan ), oleh karenanya sikap yang harus tumbuh pada diri seorang
muslim adalah saling menghargai, kasih sayang dan saling tolong menolong
di antara sesama. Maka dalam kontek Hablun minannas dikenal konsep:
a. Ukhuwwah Islamiyah, adalah persaudaraan dengan sesama umat Islam,
tidak memandang aliran, organisasi yang berbeda-beda. Perbedaan
adalah rahmat karena akan melahirkan dinamisasi danperkembangan.
Hendaknya perbedaan itu saling mengisi dan melengkapi didasari prinsi
Fastabiq al-khairat
b. Ukhuwwah Wathoniyyah – adalah persaudaraan antar warga/masyarakat
sebangsa/negara. Islam mengajarkan untuk berbuat baik kepada
siapapun dan menganjurkan untuk ber toleransi a gree in dis agreemen
– setuju dalam perbedaan.QS al-Maidah-2 ( tolong menologlah kamu
dalam kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.
c. Ukhuwwah Insaniyyah – yaitu persaudaraan antar umat manusia –
walaupun berbeda suku, bangsa, negara bahkan agama sekalipun.
Apalagi status sosial, ekonomi derajat, pangkat kedudukan dsb. Semua
adalah mahluk Tuhan.

4. Hubungan manusia dengan alam semesta


Allah menciptakan alam ini melalui 6 ( enam ) masa. Beberapa ahli
menyebutkan bahwa umur alam semesta ini 155 milyard tahun, sedangkan
keberadaan manusia baru berumur beberapa juta tahun. Ternyata telah
cukup lama Allah mempersiapkan alam semesta ini sebelum dihuni
manusia. Semua kebutuhan hidup telah tersedia, manusia tinggal
mengolahnya kemudian menikmatinya. Alam bisa hidup dan teratur tanpa
kehadiran manusia, tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa bergantung
kepada alam. Oleh karenanya hendaklah manusia bersikap santun terhadap
alam, memelihara, melindungi dan jangan merusaknya. Dlam hal ini Iman
dan Taqwa memegang peranan penting dan utama.

PERTEMUAN V
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

A. Istilah dan Pengerian Masyarakat Madani


Istilah Madani berasal dari bahasa Arab yang mempunyai asal kata sama
dengan Madinah berarti kota, sebelumnya bernama Yatsrib – kota Madinah di
13
huni oleh kaum Muslimin Anshor dan Muhajirin serta kaum Yahudi ( bani
Nadzir & Quraidhoh ). Mereka hidup rukun dan damai, terutama setelah
dibentuk pemerintahan yang di pimpin oleh Nabi Muhammad saw maka disebut
Mujtama’ Madani .
Secara etimologi Masyarakat Madani mengandung dua makna: yaitu 1.
Masyarakat kota dan 2. Masyarakat beradab. Madinah sebagai city state –
juga civil society, model masyarakat kota yang beradab.
Pengertian masyarakat madani seutuhnya dapat tercapai apabila kita mampu
melestarikan pola kepemimpinan Rasulullah saat memimpin masyarakat
madinah al-Munawwarah.
B. Konsep Masyarakat Madani
Robert N Bellah sosiolog Amerika serikat mengatakan bahwa ada
kesesuaian antara Islam dan konsep masyarakat madani yang pernah ada dalam
kehidupan nyata masyarakat Islam – sesungguhnya pola politik yang di
kembangkan oleh Nabi Muhammad saw, adalah bersifat modern. ( Bahtiar
Effendi, 76:1999 ).
Masyarakat madani yang di pimpin oleh Nabi Muhammad saw tercermin
dalam Mitsaaq al-Madinah ( perjanjian Madinah/ piagam Madinah ) yang di
akui oleh pakar ilmuwan politik sebagai Konstitusi Pertama dalam sebuah
negara.
Hubungan antara sesama anggota komunitas muslim dengan non nuslim
didasarkan atas prinsip-prinsip:
1. Bertetangga yang baik
2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
3. Membela mereka yang ter aniaya
4. Saling menasehati
5. Menghormati kebebasan ber agama ( Munawir Syadzali, 10:1990 ).
Untuk mengaktualisasikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang
ideal perlu diperhatikan karakter sbb:
1. Berketuhanan yang maha esa – Allah swt sebagai tolok ukur membentuk
masyarakat madani, tempat kita memohon dan berlindung dalam
menghadapi problem hidup dan masyarakat.
2. Perdamaian – merupakan fondasi utama dalam kehidupan umat,
masyarakat dan negara, terutama diantara sesama muslim.
3. Saling tolong menolong – merupakan kekuatan yang paling utama dalam
masyarakat madani, karena dengan demikian segala kesulitan yang dihadapi
dapat diatasi dengan dengan kerja sama.
4. Bermusyawarah – adalah metode yang ampuh untuk menyelesaikan
masalah bersama, dengan bermusyawarah maka semua peserta/ warga
punya beban moral ikut bertanggung jawab atas keputusan yang diambil.
( QS. Ali Imran: 159 )
5. Jujur, Adil dan amanah– adalah sifat yangterpuji di hadapan Allah swt,
didambakan oleh siapapun karena membawa ketenangan dan kedamaian
dalam masyarakat.
6. Ahlaq al-karimah – terhadap sesama manusia/ masyarakat, membudayakan
hidup yang harmonis diatur sebagai berikut:
a. Berbuat baik dengan masyarakat sesama muslim, saling menjaga
perasaan, tidak saling mengganggu ketenangan.
b. Berbuat baik dengan masyarakat non-muslim, - menghormati dan
bertoleransi terhadap mereka ( boleh kita bekerja sama dalam bidang
ekonomi, sosial, politik dsb. Tetapi tidak boleh bekerja sama dalam hal

14
ibadah seperti: paskah, natal bersama dsb. ) dengan prinsip “ lakum
dinukum wa liyadin “ ( Fatwa MUI th 1401H / 1981 M ).
c. Akhlaq terhadap lingkungan hidup – adalah segala sesuartu yang ada di
sekitar kita atau di luar diri manusia. Allah telah mengamanatkan agar
kita mengelola sumber daya alam yang ada untuk kepentingan dan
kemakmuran kita semua.
d. Hidup bertoleransi dalam masyarakat yang majemuk – manusia sebagai
zoon Politicon – mahluk sosial, bermasyarakat, bernegara – tidak
mungkin bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Disamping itu termasuk juga pada umumnya hubungan antara masyarakat
yang se agama. Oki untuk menuju masyarakat madani perlu di atur sebaik-
baiknya diantaranya:
1. Normalisasi hubungan intern umat se-agama ( Islam ), yang mempunyai
faham yang berbeda satu sama lain – beda madzhab/aliran, perbedaan ini
menunjukkan bahwa umat Islam memiliki khazanah ilmu pengetahuan yang
luas yang terlahir dari pemahamannya terhadap alqur’an dan Hadits. Antara
lain: Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali, hasil pemikiran mereka
ini disebut Ijtihad – artinya kesungguhan dan kesanggupan mereka meng
istimbat kan hukum dari sumber aslinya Kitabullah dan Sunnaturrasul -
yang dinamakan Fiqh ( pemahaman ). Hal tersebut bukanlah masalah baru
dalam Islam, karena merupakan tindak lanjut dari peristiwa ketika
Rasulullah mengutus Muadz bin Jabal menjadi qodli di Yaman, dengan
pertanyaan; bagaimana kamu akan memutuskan suatu perkara jika tidak
terdapat dalam alqur’an atau Hadits ? maka jawab Muadz; kami akan ber
ijthad. namun Ijtihad ini bisa berlaku/diakui apabila memenuhi syarat dan
teknisnya, dan yang di ijtihadkan itu adalah masalah Syar’iyyah Furu’iyah
( hukum-2 cabang ) bukan masalah aqidah ( keimanan ).
2. Normalisasi hubungan antara umat yang berlainan agama, dalam hal ini
adalah hubungan antara umat Islam dengan non muslim. Keberhasilan
Rasulullah saw dalam memimpin masyarakat Madinah adalah karena
membudayakan sikap toleransi dan saling hormat menghormati satu sama
lain, sesuai petunjuk Allah dalam Alqur’an S. Alhujurat: 13
Dalam membina masyarakat yang majemuk petunjuk alqur’an mengatakan
Allah tidak melarang mu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-2
yang tidak memusuhimu karena agama, dan tidak mengusir kamumu dari
negerimu, sesungguhnya Allah melarang kamu berkawan dengan orang
yang memerangimu karena agama. (al-Mumtahanah: 8 – 9 )
Islam - anti kekerasan atau teror sebagaimana yang dituduhkan oleh
sekelompok orang yang anti Islam. Kalaupun ada itu sebagian kecil dari
orang Islam karena kepentingan kelompok/golongan sebagai akibat dari
ketidak adilan atau penindasan yang dilakukan oleh orang non muslim.
Tuduhan negatif tersebut merupakan reka yasa belaka – tidak punya alasan
yang jelas dan konkret - untuk menghancurkan citra Islam/ kaum muslimin.
Padahal jelas makna Islam secara hakiki adalah agama perdamain,
keselamatan, kepatuhan, ketaatan dst. Bahkan Rahmatan lil ‘alamin.
Sebagai agama Rahmat tercatat dalam sejarah dunia bahwa dalam
kurun waktu 23 tahun Islam bisa mengubah masyarakat Arab yang a moral
dalam segala hal menjadi masyarakat beradab dan berbudaya tinggi. Islam
dapat menstabilisasikan:
keadilan yang kontra dengan kedzaliman,
belas kasihan yang kontra dengan kekerasan,
15
kasih sayang yang kontra dengan kekejaman
dengan berpedoman prinsip dasar Iman & taqwa kepada Allah swt.
Hal tersebut dibuktikan dengan sikap Rasulullah dan kaum muslimin ketika
mengambil kembali kota Makkah dari kekuasaan kafir quraisy ( Fathul
Makkah ) tanpa pertumpahan darah dan balas dendam, walaupun dulu
sebelum hijrah mereka sering menghina dan menyiksa kaum muslimin.
Dengan ahlaqul karimah tanpa menggunakan senjata, kekerasan dan
paksaan berbondong-2 orang-2 kafir quraisy masuk Islam.
Meski demikian realitasnya Islam tidak dapat menghindari perang, untuk
menghilangkan prasangka dan tuduhan negatif bahwa Islam disiarkan
dengan pedang dan kekerasan maka langkah-2 yang diambil adalah sebagai
berikut:
Pertama; pihak non muslim diajak dengan ramah tamah dan penuh
pengertian untuk masuk Islam tanpa paksaan baik secara moral
maupun material – la ikroha fiddiin.
Kedua; setelah mereka masuk Islam maka status hukumnya sama dengan
muslim yan lain, diangap saudara se agama.
Ketiga; bagi mereka yang tetap beragama asal/lama (non muslim ) tetapi
serasi dalam kerjasama dan patuh terhadap pimpinan Islam,
mereka akan dilindungi keselamatannya QS al-Kafirun – lakum
dinukum wa liyadin.
Apabila ketiga alternatif tersebut telah ditempuh tapi mengalami kegagalan,
maka Allah mengizinkan untuk memerangi mereka jika mereka
membuat kerusuhan dan kekacauan dalam pemerintahan Islam
( QS al-Baqarah: 190 )
Termasuk izin melakukan peperangan ini ketika umat Islam diserang oleh
musuh seperti; Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khaibar dsb.
Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial merupakan salah satu unsur
terpenting dalam membina masyarakat madani. Manusia orang perorang
tidak mungkin dapat mencukupi kebutuhan alaminya sendiri tanpa bantuan
orang lain, diantara kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan adalah
jaminan ekonomi dan keuangan. Adapun sumber yang paling potensial
adalah melalui zakat untuk membantu masyarakat ekonomi lemah. Sumber
dana yang tetap dan besar ini harus di dayagunakan. Oki perlu adanya
konsep yang praktis dalam penyalurannya , di koordinir oleh lembaga yang
profesional seperti: BAZNAS – BAZDA – BAZIS – LAZIS dsb.
Sebagai agama rahmat – Islam punya konsep sosial yang harmonis, yaitu
bahwa Didalam hak milik individual yang berupa harta kekayaan ada
sebagian yang wajib dikeluarkan untuk kepentingan sosial – di salurkan
melalui zakat.
Untuk pelaksanaan zakat dapat diatur sebagai berikut:
Pertama – dihitung hasil bersih dari harta kekayaan seseorang ( muzakki )
yang telah dikeluarkan segala macam kebutuhan keluarga,
hutang dan segala keperluan yang lain selama setahun.
Kedua – zakatnya dikeluarkan apabila telah jatuh tempo setahun ( Khaul )
dan telah mencapai perhitungannya ( Nishab ) minimal seharga
Emas murni 94 gram, sewktu akan mengeluarkan zakat tersebut.
Ketiga – kalau persyaratan tersebut telah dipenuhi, maka dikeluarkan 2 ½ %
dari jumlah sisa bersih harta kekayaan. Setelah itu baru
dikeluarkan pajak negara 15 % dari sisa zakat.

16
Ke empat – teknis penerimaan dan penyaluran zakat dikelola oleh BAZNAS
– BAZDA – BAZIS – LAZIS dsb. Di seluruh Indonesia.
Demikianlah salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat madani dalam
bidang ekonomi , sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah,
Khulafaurrasyidin danTabi’in . itulah yang harus kita contoh dan
kembangkan saat ini dst.
C. Peranan Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
RI tercatat sebagai Negara dengan jumlah umat Islam terbanyak di dunia – para
ahli menilai bahwa masyarakat madani ( al-Mujtama’ al Madani – Civil
society ) sedang dalam proses pembentukan di Indonesia. Sebab salah satu hal
penting yang dihasilkan oleh Kongres Umat Islam Indonesia ( KUII ) adalah
perlunya pembangunan system politik Madani.
Kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim tergantung pada
kontribusi yang diberikan oleh figur-2 umat Islam sendiri. Peranan umat Islam
di Indonesia dapat di realisasikan melalui jalur hukum, sosial, politik, ekonomi
dll. Hal tersebut memberikan peluang untuk dapat menyalurkan aspirasi secara
konstruktif bagi kepentingan komprehensif. Namun kendalanya adalah
kemampuan dan konsistensi ( Istiqomah ) umat Islam Indonesia terhadap
karakter dasarnya untuk meng implementasikan ajaran Islam dalam kehiddupan
berbangsa dan ber negara melalui jalur-2 yang ada masih jauh dari kenyataan.
Sikap Amar Ma’ruf Nahi Munkar hampir-2 tidak berfungsi dan sangat lemah.
Di berbagai tempat bermunculan fenomena sosial dalam segala aspek
kehidupan yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti tindak kriminal ,
korupsi dsb.

PERTEMUAN VI
HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

A. Hak Azasi Manusia dalam Islam


1. Persepsi HAM menurut Barat dan Islam
Secara historis akar pemikiran tentang Has Azazi Manusia ( Human Rights )
muncul di Eropa pada abad ke 12 M. Sebagai akibat dari pergolakan yang
terjadi antara kaum agamawan/ gereja dengan para ilmuwan/ filosof.
Misalnya filosof John Locke akhirnya menyerukan hak-hak alami bagi
setiap individu yang di ambil dari pemikiran Hukum Alam. Akhirnya pihak
Ilmuwan/filosof mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat, kemudian
mereka memperkenalkan Sekularisme yaitu Faham pemisahan agama dari
kehidupan- perkembangan selanjutnya muncul ideologi Kapitalisme yang
menonjolkan pemikiran HAM ( Hak Azasi Manusia ).
HAM di Barat Hingga saat ini masih menjadi isu aktual dan
problematik, sebab adanya keterkaitan antara Negara dengan Warganya,

17
antara pemerintah dengan rakyatnya yang kadang-2 pihak pemerintah
bertindak melampaui batas kewenangannya.
Permasalahannya: bagaimana perumusannya didalam ketentuan-2
peraturan per undang-undangan dan bagaimana praktek pelaksanaannya ?.
Menurut pandangan Islam setiap manusia sejak lahir telah di
anugerahi hak dasar yang sama yaitu HAM yang melekat pada diri manusia
untuk dapat mengembangkan diri pribadi serta peranan dan sumbangannya
bagi kesejahteraan hidup manusia.
Perbedaan prinsip antara pandangan barat dengan pandangan Islam
tentang HAM yaitu bahwa:
Pertama: HAM bagi pandangan barat semata-mata hanya bersifat
Antroposentris – manusia sebagai pusat segala sesuatu –
akibatnya mereka beranggapan bahwa kebebasan manusia itu
termasuk suatu hak azazi.
Kedua: bagi pandangan Islam HAM itu bersifat Theosentris – segala
sesuatu itu berpusat kepada Allah swt. Dengan demikian apapun
yang menjadi tuntutan manusia akan hak azasinya tetap harus
dirujukkan kepada kehendak Allah swt.
2. Sikap muslim terhadap HAM
Sikap muslim dalam menanggapi wacana HAM ini sangatlah beragam, dari
yang menerima – tidak paduli – sampai yang menolak sama sekali,
Bagi yang menolak mereka beralasan bahwa ide tentang HAM itu
nunculnya dari dunia barat bukan dari dunia Islam, sedangkan Islam telah
memiliki pemikiran yang lengkap dan sempurna sebagai World view baik
yang berkaitan dengan Aqidah maupun hukum Syara’ seperti Ekonomi,
Politik, Pendidikan, persaksian dll sudah terdapat dalam Islam. Seorang
muslim dalam menjalani kehidupannya cukup berpedoman kepada alqur’an
dan as-sunnah dan apa yang ditunjukkan oleh hasil ijtihad dari keduanya.
Selain itu umat Islam sering mengkaitkan penolakan HAM ini pada fakta
bahwa HAM oleh Amerika dan Eropa telah dijadikan sebagai alat politik
luar negeri untuk mencapai berbagai tujuan dan kepentingan mereka atas
bangsa-bangsa lain.
Gembar gembor Amerika tentang HAM selalu di barengi standar ganda.
Sebagai contoh;
Di satu sisi Amerika telah meng-embargo Irak selama belasan tahun –
kemudian sekarang meng-Invasinya untuk meruntuhkan rezim Saddam
Hussein dengan alasan mereka menuduh Saddam Husein telah melanggar
hak-hak orang Syi’ah dan kurdi. Di sisi lain mereka tidak mau menyerang
Israel yang telah nyata-nyata melanggar HAM dengan melakukan
pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan dan perampasan harta dan tanah
wilayah kaum Muslimin di Palestina.

3. Macam-macam hak dalam Islam


Islam sudah memiliki aturan yang ideal tentang hak-hak Azasi Manusia,
dalam hal ini ada Empat macam yaitu:
a. Hak-hak Allah
b. Hak-hak diri sendiri
c. Hak-hak orang lain
d. Hak-hak semua makhluk
Hak-hak Allah ditempatkan pada urutan pertama, karena hak-hak Allah
mendahului seluruh hak-hak yang lain, dan terkadang kewajiban manusia
untuk memenuhi hak-hak Allah harus dilakukan dengan mengorbankan hak-
18
hak pribadinya. Jadi pusat segala sesuatu adalah Tuhan ( Allah) bukanlah
manusia. Berbeda dengan pandangan barat yang menempatkan manusia dan
haknya diatas segala-galanya.
bagi Islam: bahwa hak-hak manusia ditentukan oleh Yang Maha Pencipta
yaitu Allah swt
Pandangan barat: bahwa hak-hak manusia ditentukan oleh oleh manusia itu
sendiri.
Dengan perbedaan prinsip seperti itu wajar jika ada beberapa ajaran atau
hukum Islam dinilai oleh sebagian orang barat bertentangan dengan HAM.
Para sarjana, ahli hukum dan wakil-wakil gerakan Islam terkemuka dalam
pertemuannya di Paris pada tahun 1981 telah merumuskan HAM dalam 22
pasal yaitu:
1). Hak untuk hidup
2). Hak atas kebebasan
3). Hak atas persaingan dan larangan diskriminasi
4). Hak atas keadilan
5). Hak atas peradilan yang adil
6). Hak atas perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan
7). Hak atas perlindungan terhadap penyiksaan
8). Hak atas perlindungan terhadap kehormatan dan nama baik
9). Hak atas suaka
10). Hak minoritas
11). Hak dan kewajiban untuk ambil bagian dalam pelaksanaan dan
pengaturan urusan-urusan umum
12). Hak atas kebebasan kepercayaan, menyatakan gagasan dan
berbicara
13). Hak atas kebebasan beragama
14). Hak akan kebebasan berserikat
15). Hak-hak tata ekonomi dan pengembangan
16). Hak-hak atas perlindungan terhadap kepemilikan
17). Hak status dan martabat pekerja
18). Hak atas keamanan sosial
19). Hak untuk berkeluarga
20). Hak-hak wanita yang telah menikah
21). Hak memperoleh pendidikan
22). Hak atas kebebasan bergerak dan berkedudukan
4. Tema utama HAM
a. Persamaan; Manusia memiliki nilai kemanusiaan yang sama. Tidak ada
kelebihan Ras, Suku dan Bangsa satu dengan yang lain. Adapun yang
menentukan nilai manusia di sisi-Nya hanyalah ketaqwaannya. ( Q S
49:13 ).
b. Kemerdekaan; Islam adalah agama tauhid, inti ajaran tauhid adalah
Pembebasan, yaitu membebaskan manusia dari menyembah sesama
manusia menjadi menyembah Allah semata ( Tahriiru an-naasi min
‘ibaadati al- ‘ibaad ila ‘ibaadillah ).
Setiap orang memiliki kemerdekaan jiwa – agama – harta benda –
berpendapat – tempat tingal dll. Kita dituntut menggali kembali dan
mengkolaborasi landasan-2 konsep HAM yan telah mendesak saat ini,
tak terkecuali dalam dunia Islam, khususnya dalam bidang Yuridis yang
telah memunculkan keputusan-2 kontroversial di negara Islam yang
dinilai membelenggu kebebasan atau kemerdekaan manusia yang
merupakan nilai substansial dalam konsep HAM dewasa ini.
c. Keadilan; Allah swt memerintahkan kepada setiap manusia untuk selalu
menegakkan keadilan dan berbuat Ihsan ( Q S. 16:90 ).
19
Adil dalam segala hal antara lain: Adil terhadap diri sendiri, Istri, anak-
anak bahkan musuh sekalipun, Adil dalam mendamaikan perselisihan,
memutuskan hukum dll. Dengan berlaku adil itu seseorang akan mudah
mencapai derajat ketaqwaan ( Q S. 5:8 ).
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dan sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena
perbedaan warna kulit, status sosial, ekonomi, politik dll. ( Q S. 4:58 ).
Keadilan hukum harus ditegakkan walaupun terhadap diri sendiri, atau
keluarga dan orang-2 yang di cintai ( Q S. 4:135 ).
B. Demokrasi dalam Islam
1. Pengertian
Etimologi: bahasa Yunani - demos: Rakyat dan cratos/ cratein:
Pemerintahan. Maka demokrasi adalah pemerintahan yang di dasarkan atas
Kedaulatan Rakyat. Dalam “demos” harus menyangkut seluruh aspek;
politik, gender, agama, ras, hak sosial dsb. Prisip utama dalam demos
adalah Persamaan – yaitu bahwa setiap anggota masyarakat mempunyai
hak yang sama seperti hak dipilih – memilih dan mendapat privilege dalam
berpartisipasi di pemerintahan. Kratos = pemerintahan rakyat – segala
keputusan dibuat oleh rakyat baik langsung maupun perwakilan.
Ada beberapa prinsip demokrasi, antara lain:
a. Pertanggung jawaban - Wujud dari tanggung jawab penguasa terhadap
rakyat adalah melalui proses pemilu, konstitusi, referandum, recall,
kegiatan berpolitik, kebebasan pers, pemungutan suara adalah sebagai
alat untuk menekan kemungkinan timbulnya kekuasaan sewenang
wenang.
b. Kebebasan sipil ( warga negara ) – jaminan terhadap individu yang
tidak dibatasi dengan sewenang-wenang oleh pemerintah.
c. Individualisme – Pemerintah berperan aktif dalam
memajukankemakmuran individu dan memberi kesempatan kepada
setiap orang untuk mengembangkan kemampuannya, pemerintah
memiliki tangggung jawab untuk menghormati dan melindungi hak
setiap warganya.
d. Azas mayoritas – keputusan tertinggi berada pada suara terbanyak.
Meskipun azas mayoritas dilakukan dalam system dua partai, namun
pemerintahan koalisi yang didasarkan pada gabungan beberapa partai
merupakan hal yang biasa dalam pemerintahan demokrasi.
e. Hukum alam ( natural law ) – aturan yang memberikan arahan
hubungan antar manusia dan memberi ukuran moral untuk menilai
tindakan manusia dan pemerintahan.
f. Kedaulatan rakyat – bahwa otoritas teringgi dimiliki rakyat yang
tercantum dalam konstitusi yang dihasilkan melalui pemilihan umum
yang bebas.
2. Hubungan demokrasi dengan Islam
Islam adalah merupakan agama dan risalah yang mengandung azas-azas
yang mengatur ibadah, ahlaq dan muamalah. Sedangkan demokrasi hanya
sebuah system pemerintahan dan mekanisme kerja antar anggota
masyarakat serta simbul yang membawa banyak nilai-nilai positif. Esposito
dan Piscatori mengidentifikasi Ada tiga pemikiran mengenai hubungan
Islam dan demokrasi;
Pertama – Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena konsep Syura,
Ijtihad dan Ijma’ merupakan konsep yang sama dengan demokrasi.

20
Kedua – menolak bahwa Islam berhubungan dengan demokrasi. Menurut
pandangan ini kedaulatan rakyat tidak bisa berdiri diatas kedaulatan
Tuhan, juga tidak bisa disamakan antara muslim dengan non muslim
dan antara laki-laki dengan perempuan. Hal ini bertentangan dengan
prinsip Equality-nya demokrasi.
Ketiga – sebagaimana pandangan pertama bahwa Islam merupakan dasar
demokrasi. Meskipun kedaulatan rakyat tidak bisa bertemu dengan
kedaulatan Tuhan, tetapi perlu diakui bahwa kedaulatan rakyat tersebut
merupakan subordinasi hukum Tuhan. Pandangan ini dikenal dengan
theo democracy yang diperkenalkan oleh Abu al-A’la al-Maududi.
Identifikasi Esposito dan Piscatori tsb. Khususnya pandangan Islam identik
dengan nilai-nilai demokrasi bukanlah tanpa alasan, setidaknya melihat
bahwa:
Pertama – Islam tetap memelihara tradisi ijtihad ( berfikir secara bebas dan
benar ), maka ijtihad itu sejalan dengan kebebasan berfikir untuk
mencari solusi terbaik jika terbelenggu oleh ketidak jelasan hukum.
Kedua – Persamaan ( al musawa ) Islam tidak membedakan suku, ras,
golongan, warna kulit, kaya-miskin dll, dalam hukum dan
pemerintahan.
Ketiga – Musyawarah ( Syura ) Islam mengedepankan prinsip musyawarah
dalam hal kepentingan bersama ( Q S. 42:28 ) – bermusyawarahlah
dalam memutuskan suatu perkara, apabila menemui kesulitan
bertawakkallah kepada Allah.
Keempat – bay’at – kesepakatan pemimpin untuk memberikan yang terbaik
bagi rakyatnya dan pernyataan rakyat secara langsung untuk loyal
mengikuti peraturan yang dibuat oleh pemimpin. Bay’at merupakan
cermin sikap terbuka, bahwa seorang pemimpin benar-benar mendapat
legitimasi dari rakyat.
Kelima – majelis ( parlemen ) yaitu lembaga perwakilan masyarakat untuk
menyuarakan aspirasi. Dalam kondisi kemajemukan madzhab terwakili
di majelis legislasi muslim merupakan Ijma’.
Kecuali 5 prinsip tsb masih terdapat prinsip al ‘adl ( keadilan ), haqq ( hak )
dan taharrurr ( kebebasan). Kebebasan merupakan prinsip utama dalam
pemikiran demokrasi Islam.
Demokrasi – tujuan dan orientasinya hanya bersifat lahiriah materiil – untuk
kesejahteraan rakyat dan pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan
demokrasi Islam sangat transenden, Islam mendasari semua aktifitasnya
pada akherat yang mana sebagai tujuan akhir. Demokrasi Islam
dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami
yang sudah lama mengakar yaitu; Syura, Ijtihad dan Ijma’.
3. Demokrasi dalam Piagam Madinah
Piagam madinah merupakan babak baru sejarah tertulis sebagai dokumen
hukum yang diterapkan secara sistematis dan konkrit dari tahun 622 – 632.
Berbagai wacana demokrasi seperti:
Tripilar demokrasi; Isorgia, isonomia maupun isokratia,
( pemberdayaan rakyat ataupun penghargaan terhadap pluralitas
masyarakat bisa kita temukan pada dokumen tsb.
Gagasan John Locke dengan tiga hak alami manusia: life, liberty
and property
Ide Franklin Rosevelt tentang Four Freedom; 1. Freedom of speech
and Expression, 2. Freedom of worship, 3. Freedom from fear, 4.

21
Freedom from want – jauh sebelumnya telah digagas Islam dalam
Piagam Madinah. Negara Madinah merupakan contoh konkrit
tentang kerukunan hidup bernegara maupun beragama.
Piagam Madinah merupakan sebuah konsensus bersama antara berbagai
golongan baik ras, suku maupun agama yang paling demokratis sepanjang
sejarah.
4. Makna kedaulatan tertinggi dalam Islam
Demokrasi bisa kita ambil sebagai sebuah sistem politik utuh dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, tapi hanya sebatas sebagai pranata sosial
politik an sich. Sedangkan -
Apa yang diajarkan Nabi dalam praktek Negara Madinah menunjukkan
adanya kehidupan “demokratis” berdasarkan wahyu Illahi. Negara-negara
yang menganut sistem demokrasi saat ini menggunakan teori Trias Politika
pemerintahan dijalankan oleh tiga lembaga yaitu: Eksekutif ( pemerintah),
legislatif ( DPR ) dan yudikatif ( lembaga hukum ). Adapun sistem politik
yang dikenal dalam sejarah Islam sejak awal pemerintahan khalifah adalah
sistem Khilafah yang didasarkan atas Aqidah Islam. Dimana kedaulatan
tertinggi berada pada kekuasaan Allah. Segala sesuatu harus dikembalikan
kepada hukum-hukum Allah Alqur’an dan As-Sunnah. Khalifah sebagai
kepala tertinggi hanya mengangkat dan menerapkan serta melaksanakan
hukum-hukum yang ditetapkan Allah.
5. Kekuasaan legislatif dalam Islam
Dalam sistem khilafah Islam, kekuasaan legislatif dilaksanakan oleh Majlis
Syuro yang bertindak sebagai badan musyawarah – tempat membahas
segala urusan baik yang disampaikan oleh rakyat maupun yang timbul dari
anggota majlis syura – kemudian dikonsultasikan kepada khalifah. Jika
masalah yang dibahas itu tidak ada nashnya ( dasar qur’an & Hadits yang
kuat ) maka para mujtahid dan para ahli dibidang masing-masing dari
anggota majlis syura melakukan ijtihad ( meneliti dan membandingkan
ayat-2 dan hadits -2 yang umum serta menyesuaikan dan
mempertimbangkan dengan obyek bahasan kemudian diqiyaskan dengan
hukum yang sudah ada ( sejenis )
6. Prinsip persamaan kedudukan dalam Islam
Secara teoritis demokrasi modern sepakat adanya persamaan hak atas semua
warga negara, tapi realitasnya sebagian warga negara diperlakukan lebih
istimewa dari pada yang lain. Islam menerapkan prinsip persamaan hak
dalam teori dan praktek, misalnya Bilal- seorang budak kulit hitam yang
baru saja dimerdekakan diangkat menjadi muadzin di masjid al-haram oleh
Rasulullah yang berarti mendapat kehormatan dan status mulia . konsep
Ummah-nya juga sangat inklusif – kaum yahudi dan penyembah berhala
diberi kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya tanpa halangan.
7. Cara pengambilan keputusan dalam demokrasi Islam
Jika persoalan telah di bahas oleh majlis Syura dan ijtihad namun menemui
jalan buntu maka kebijakan berada di tangan khalifah yang berkedudukan
sebagai Ulil Amri – yang wajib di taati setelah Allah dan Rasul-Nya.
8. Perbedaan demokrasi modern dengan demokrasi Islam
Ada perbedaan yang mendasar antara demokrasi yang dikembangkan di
barat dengan dunia Islam, antara lain:

No Demokrasi Modern No Demokrasi Islam


1 Kedaulatan ditangan rakyat 1 Kedaulatan tertinggi ditangan

22
Allah swt
2 Pembuat peraturan – badan 2 Pembuat peraturan hanya Allah
legislaatif
3 Keputusan ditentukan melalui 3 Keputusan diambil dari ijtihad
musyawarah, suara terbanyak dan pada akhirnya keputusan
nkhalifah sebagai Ulil Amri
4 Terdapat badan legislatif 4 Terdapat Majlis Syura sebagai
sebagai penampung aspirasi badan musyawarah dalam
rakyat memecahkan persoalan
5 Masih terdapat privilege/ hak 5 Tidak mengakui hak istimewa
khusus bagi golongan tertentu
Dengan melihat perbedaan-2 tsb, sikap kita hendaknya tidak mengamggap
sebagai kontroversi, namun dicari kebaikan dan kelebihan dari demokrasi
modern untuk memperkaya khasanah Islam dalam wacana demokrasi.
Dengan mengetahui perbedaan itu diharapkan umat Islam mampu
menerapkan demokrasi Islam secara baik.

PERTEMUAN VII
HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA

A. Pengertian Hukum Islam


Hukum Islam meliputi dua bagian Yaitu:
1. Syari’ah – merupakan induk yang bersifat global
2. Fiqih – merupakan cabang dari syari’ah bersifat teknis - rinci ( bagian-2 )
Secara Etimologi Syari’ah/syari’ yang berarti jalan menuju mata air, maka
analognya jika hendak menuju sumber tentu melalui jalan harus yang harus
ditempuh.
Secara Terminologi Syari’ah – Aturan atau Undang-undang yang diturunkan
oleh Allah swt yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan sesama anusia dan manusia dengan alam semesta. ( Islamic
Law )
Sedangkan Fiqih secara Etimologi – berarti faham/ mengerti, orang yang
faham/ mengerti disebut Faqih (mufrod) jamaknnya Fuqoha’.
Secara terminologi Fiqih – adalah pemahaman para ulama terhadap rumusan
teknis dari pelaksanaan syari’ah yang terkandung dalam Alqur’an dan
Hadits dan di kodifikasikan secara sistematis agar mudah dipelajari. (
Islamic Yurisprodence )

B. Ciri-ciri Hukum Islam


1. Sebagai bagian dan bersumber dari agama Islam
2. Berhubungan erat dengan aqidah dan ahlaq Islam
3. Mempunyai dua istilah kunci yaitu Syari’ah – terdiri dari wahyu Allah dan
sunnah nabi dan fiqih – adalah pemahaman dan hasil pemahaman manusia
tentang syari’ah.
4. Terdiri dari dua bidang utama yakni :
a. Ibadah – adalah tata cara dan ritual sakral yang dilakukan oleh seorang
muslim terhadap Allah SWT – bersifat esensial dan tertutup karena
sudah sempurna, maka tidak boleh dirubah atau digantikan dengan
teknis yang lain. Yang boleh dirubah/inovasi adalah alat-2 penunjang
pelaksanaan ibadah seperti model sajadah, teknologi transportasi ibadah
haji ( pesawat, kursi roda, bus dsb ).
b. Muamalah - ketentuan allah yang mengatur hubungan sosial antar
manusia yang pokok-2 , bersifat terbuka, maka boleh dikembangkan
23
melalui ijtihad oleh orang-2 yang telah memenuhi persyaratan
berijtihad.
5. Strukturnya berlapis, terdiri dari:
a. Alqur’an
b. Al-Sunnah dan sirah Nabawiyah
c. Hasil Ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang wahyu dan sunnah
d. Prakteknya berupa keputusan hukum dan amalan umat Islam dalam
masyarakat
6. Mendahulukan kewajiban dari hak dan amal dari pada pahala.

C. Ruang Lingkup hukum Islam


1. Hukum Perdata terdiri dari:
a. Munakahat – mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, perceraian dan akibat-akibatnya.
b. Mawarits – mengatur segala masalah yang berhubungan dengan
pewaris, ahli waris dan harta warisan serta pembagiannya.
c. Mu’amalat – mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata
hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa dll.
2. Hukum Pidana terdiri dari: (dalam bahasa Arab : Jinayah)
a. Jinayat – memuat aturan-aturan mengenai perbuatan yang diancam
dengan hukuman;
Jarimah Hudud – Perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan
batas hukumannya dalam Alqur’an dan As Sunnah
Jarimah Ta’zir - Perbuatan pidana yang bentuk ancaman dan
hukumannya ditentukan oleh penguasa sebagai bentuk pelajaran
bagi pelakunya.
b. Al-Ahkam al-Sulthoniyyah membahas soal –soal yang berhubungan
dengan kepala negara, negara, pemerintahan ( pusat dan daerah ),
tentara dan pajak.
c. Siyar – mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan
pemeluk agama dan negara lain.
d. Mukhasamat – mengatur soal Peradilan, kehakiman dan hukum acara.

D. Tujuan Hukum Islam ( MAQASHID AL-AHKAM )


1. Tujuan syara’ membuat hukum.
Mencegah kerusakan dari dunia manusia dan mendatangkan kemaslahatan
bagi mereka, mengendalikan dunia dengan kebenaran, keadilan dan
kebajikan serta menerangkan tanda-tanda jalan yang harus dilalui dihadapan
akal manusia.
Manfaat patuh dan madhorot ingkar terhadap hukum Islam akan kembali
kepada manusia sendiri. Q. Surat Ali-Imron ayat 97:
Tujuan pokok hukum Islam adalah > Untuk kemaslahatan manusia di dunia
dan akhirat.
2. Tujuan Syara’ mensyari’atkan hukum.
Hal-hal yang dloruriyah - Ialah segala sesuatu yang harus ada demi
tegaknya kehidupan manusia baik diniyah, maupun duniawiyah.
a. Untuk memelihara jiwa > dengan adanya hukum qisash.
b. Untuk memelihara agama > dengan adanya perintah sholat.
c. Untuk memelihara akal > dengan adanya larangan minum khamer.
d. Untuk memelihara keturunan > dgn adanya larangan zina - NTCR
e. Untuk memelihara harta > dengan adanya larangan mencuri-hukum
waris

24
Pemenuhan hal-hal yang dloruri ini tampak dalam masalah ibadah,
mu’amalah dan jinayah Islam bertujuan menolak segala hal yang dapat
menghilangkan maslahat. Untuk itu maka Islam memberi jalan keluar demi
kemaslahatan manusia.
Seperti: Membolehkan perceraian apabila suatu keluarga sudah berantakan.
Membolehkan memakan yang haram ( bangkai ) disaat kondisi terpaksa.

E. Sumber Hukum Islam


Ada tiga sumber hukum Islam yaitu Alqur’an dan Hadits ( pokok ), Ijtihad
( tambahan / pengembangan ).
1. ALQUR’AN Sebagai Sumber Hukum Islam ke 1
Alqur’an: adalah kalamulloh yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
melalui malaikat jibril berbahasa arab, sebagai pedoman hidup untuk
mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.
Nama-nama lain:
a. Al-dzikru—pengingat
b. Al-furqon-- pembeda
c. Al-huda -- petunjuk
d. Al-bayan -- penjelas

Sistematika ayat-ayat alqur’an


1. ayat-2 yang diturunkan di Makkah
Lama waktu: 12 th, 5 bulan, 12 hari
Jumlah: 85 surat, dng ciri-2:
a. Disebut ayat makkiyah
b. Kebanyakan ayatnya pendek-2 dan nadanya keras
c. Isi kandungan ayatnya tentang Tauhid, ibadah dan ahlaq
d. Kebanyakan diawali Ya.. Ayyuhannas, ya... Bani.. Adam.

2. ayat-2 yang diturunkan di Madinah


Lama waktu: 9 th, 9 bulan, 10 hari
Jumlah: 29 surat, dng ciri-2:
a. Disebut ayat madaniyah
b. Kebanyakan ayatnya panjang dan nadanya lunak/lemah lembut
c. Isi kandungan ayatnya tentang hukum: ibadah, muamalah, jihad,
munakahat dll.
d. Kebanyakan diawali Ya.. Ayyuhalladziina amanuu.
 Jumlah Seluruhnya; 114 surat, 6360 ayat jangka waktu 22 th, 2 bl, 22
hari

a. Azas Hukum Islam yang tercantum didalam Alqur’an


( MASHADIR AL-AHKAM ):
1). Nafyul kharaj ; meniadakan kesempitan, kesukaran, kepicikan. Segala
taklif Islam berada dalam batas-batas kemampuan para mukallaf.
2). Qillatuttaklif ; menyedikitkan hukum taklifi / tidak banyak / tidak berat.
3). Membina hukum dengan menempuh jalan tahap demi tahap.
4). Seiring dengan kemaslahatan manusia.
5). Mewujudkan keadilan yang merata.
6). Menetapkan hukum berdasarkan Uruf yang berkembang dalam
masyarakat.
25
7). Mengizinkan manusia mempergunakan / memanfaatkan segala yang
indah.
8). Kewajiban untuk mengikuti syari’at, tidak wajib mengikuti anjuran
keduniaan.

b. Hukum-hukum amaliyah dalam Alqur’an


terdiri dari dua cabang hukum yaitu:
1). Hukum-hukum ibadah seperti; shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah
dll.
2). Hukum-hukum Mu’amalah seperti; aqad, pembelanjaan,
hukuman/jinayat . Hukum Mu’amalat memiliki cabang sbb:
a). Hukum pribadi tentang manusia, mulai keberadaannya hingga
hubungannya sebagai suami isteri ( al-Ahwal al-Syahshiyah ) sekitar
70 ayat.
b). Hukum perdata – hukum mu’amalah seperti jual beli, sewa
menyewa, gadai dan yang menyangkut harta kekayaan. ( al-Ahkam
al-Madaniyah ) sekitar 70 ayat
c). Hukum pidana – ( al-Ahkam al-Jinayah ) sekitar 30 ayat
d). Hukum acara – yang bersangkut paut dengan pengadilan, kesaksian
dan sumpah ( al-Ahkam al-Murafaat ) sekitar 13 ayat.
e). Hukum per-Undang-undangan – yang berhubungan dengan hukum
dan pokok-2 nya, batasan hubungan antara hakim dan terdakwa, hak-
hak perseorangan dan hak-hak masyarakat, ( al-Ahkam al-
Dusturiyyah ). Sekitar 10 ayat.
f). Hukum ketata negaraan – menyangkut hubungan antara negara
Islam dengan negara non Islam, tata cara pergaulan dengan non
muslim di negara Islam baik ketika perang maupun damai, ( al-
Ahkam al-Dauliyyah ), sekitar 25 ayat.
g). Hukum tentang Ekonomi-Keuangan - hak orang miskin terhadap
orang kaya, sumber air, bank, hubungan antara fakir dengan orang
kaya, antara negara dengan perseorangan,, ( al-Ahkam al-
Istishadliyah wal maaliyyah ), sekitar 10 ayat.

2. As- Sunnah/ al-Hadits.


Hadits (bahasa arab: ‫ )الححححديث‬secara harfiah berarti perkataan atau
percakapan. Dalam terminologi Islam perkataan dimaksud adalah perkataan
dari Nabi Muhammad SAW. Namun sering kali kata ini mengalami
perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah sehingga berarti
segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari
Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam
agama. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki
kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al Qur’an.
 Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni
sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
 Berdasarkan tingkat keaslian hadits
 Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling
penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan
atau penolakan terhadap hadits tersebut.
 Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni
shahih, hasan, da’if dan maudu’

26
a. Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits.
Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1). Sanadnya bersambung;
2). Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah,
berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan
kuat ingatannya.
3). Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta
tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan
hadits .
b. Hadits Hasan, bila hadits yg tersebut sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta
matannya tidak syadz serta cacat.
c. Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung
(dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya,
mengandung kejanggalan atau cacat.
d. Hadits Maudu’, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam
sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
Hadits Qudsi – adalah apa yang diucapkan oleh Nabi namun isinya
perkataan Allah yang bukan bagian dari Alqur’an – berisi petunjuk tentang
kehidupan spiritual, hubungan langsung antara manusia dengan Allah.
Peran Hadits terhadap Alqur’an adalah sbb:
c. Menetapkan dan menguatkan sifat-2 hukum yang telah ditetapkan
dalam Alqur’an.
d. Menjelaskan dan menafsirkan hukum yang telah ditetapkan dalam
Alqur’an yang masih bersifat global.
e. Menetapkan hukum yang belum dijelaskan dalam Alqur’an atau
yang masih samar-samar.

3.Ijtihad
Ijtihad (Arab: ‫ )اجتهههاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang
sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari
ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran
maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan
matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad
sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan
pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau
pada suatu waktu tertentu.
Fungsi Ijtihad
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak
berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detil oleh Al
Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat
turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah
baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan baru dalam
melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat
tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji
apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya
27
dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan
tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam
Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan
perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al
Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad.
Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham
Al Quran dan Al Hadist.
Jenis-jenis ijtihad
a. Ijma’
Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara
ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati.
Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan
ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
b. Qiyâs
 Beberapa definisi qiyâs’ (analogi):
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya,
berdasarkan titik persamaan diantara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui
suatu persamaan diantaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di
dalam Al-Qur’an atau Hadis dengan kasus baru yang memiliki
persamaan sebab (iladh).
c. Istihsân
 Beberapa definisi Istihsân
1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena
dia merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan
secara lisan olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk
maslahat orang banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap
perkara yang ada sebelumnya…
d. Muslahah mursalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan
pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik
manfaat dan menghindari kemudharatan.
e. Syaddudz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau
haram demi kepentinagn umat.
f. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada
alasan yang bisa mengubahnya.
g. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak
bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

F. Fungsi dan Tujuan Hukum Islam dalam Masyarakat


28
Fungsi hukum menurut sudikno Mertokusumo ( 1996:64 ) adalah
untuk melindungi kepentingan manusia.
Tujuan pokok hukum adalah : Menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan.
Oki Tujuan Hukum Islam ( Islamic Law / Islamic Yurisprodence )
adalah – untuk mengatur hubungan yang harmonis, seimbang antara
manusia dengan penciptanya, dengan sesama manusia dan dengan
ciptaan lainnya.
Sedangkan menurut TM Hasbi Ash Shiddieqy tujuan hukum Islam
meliputi tiga hal:
1. Hal-hal yang dloruriyah
Ialah segala sesuatu yang harus ada demi tegaknya kehidupan manusia
baik diniyah, maupun duniawiyah.
Untuk memelihara jiwa > dengan adanya hukum qisash.
Untuk memelihara agama > dengan adanya perintah sholat.
Untuk memelihara akal > dengan adanya larangan minum
khamer.
Untuk memelihara keturunan > dgn adanya larangan zina -
NTCR
Untuk memelihara harta > dengan adanya larangan mencuri-
hukum waris
2. Hajiyah.
Adalah segala hal yang dihajati/ diperlukan oleh masyarakat untuk
menghindari masyaqqah/ kesulitan guna menghilangkan kepicikan
dan kesempitan.
Misalnya :
Dalam bidang ibadah > ada ruhsoh musafir- sholat jama’ qasar.
Dalam bidang adat > boleh berburu, makan yang lezat,
berpakaian bagus.
Dalam bidang mu’amalah > jual beli salam, muzaro’ah,
mukhabarah.
Dalam bidang ‘Uqubat > penjahit, tukang sepatu dsb.
Keluarga Berencana, nikah 4 isteri- jika terpaksa. Pada intinya
memelihara kemerdekaan pribadi dan beragama > sehingga
lapanglah gerak hidup manusia.
3. Tahsiniyah
Ialah mempergunakan segala yang pantas dan layak serta dibenarkan
oleh adat kebiasaan, agama. Yang semuanya tercakup dalam
“Makarim al-Ahlaaq”misalnya:
Dalam bidang ibadah; bersuci dari najis, menutup aurat, memakai
yang indah, sunnat, bersedekah dsb.
G. Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan Hukum Islam di Indonesia
Ada tiga sistem hukum di Indonesia yaitu:
1. Hukum adat – mulai berlaku sejak ada dan hidupnya kebudayaan
rakyat Indonesia
2. Hukum Islam – mulai ada di Indonesia sejak orang islam datang dan
bermukim di nusantara.
( Kedua-duanya diberlakukan untuk orang-orang indonesia asli dan
mereka yang disamakan ).
3. Hukum barat mulai diperkenalkan di indonesia oleh VOC
( vereenigde Oast Indische Compagnie ) – 1596 – mula-mula hanya
diberlakukan bagi orang belanda dan Eropa saja namun berangsur –

29
angsur diberlakukan juga pada warga daerah jajahan/ kekuasaannya,
namun tidak berhasil karena bersifat diskriminatif.
Peranan umat Islam dalam membangun hukum di Indonesia sangatlah
besar – bisa dilihat sejak zaman kerajaan-2 Islam, misalnya:
1. Kerajaan Samudra Pasai – rajanya Sultan al-Malik al-Dzahir
seorang ahli hukum/ (Faqih ) telah menyebarkan madzhab Syafi’i
ke kerajaan lain di Indonesia dan Malaka.
2. Nuruddin ar-Raniri seorang pujangga dan ulama tahun 1625 telah
menulis kitab Shirat al-Mustaqim berisi hukum Islam. Diberi
komentar oleh Syeh Arsyad al-Banjari dari Banjarmasin.
Masih banyak kitab lain seperti – Kutaragama, Safinatul Khukmi,
Mi’rajuttullab dll, yang dijadikan pegangan untuk menyelesaikan
perkara di wilayah kerajaan masing-masing.
Adalah pengaruh ajaran Islam terhadap hukum adat sehingga
mempunyai kekuatan hukum disebut Teori resepsi. ( Snouck
Hurgeronje )
Peran umat Islam – bagi hukum positif di Indonesia antara lain:
Ikut merumuskan Pancasila, pada sila pertama ( Ketuhanan Yang
Maha Esa ) dan butir-butir pada UUD 1945.
Pada tahun 1957 diundangkan PP no. 45 th 1957 yang mengatur
Pengadilan Agama di luar jawa – Madura dan Kalimantan Selatan ,
dengan wewenang mangadili perkara perkawinan, waris, wakaf,
sedekah dan Bait al-Maal, namun masih harus dikuatkan oleh
pengadilan Umam.
Pada tahun 1974 dikeluarkan UU No.1 tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Rumusan tentang Perwakafan tanah hak milik diatur dalam PP No.
28 tahun 1977
UU No. 7 tahun 1989 tanggal 29 desember – tentang peradilan
Agama, intinya memberikan pengakuan secara resmi dan pengukuhan
terhadap Peradilan Agama. Menyelesaikan perkara: perkawinan,
warisan, hibah, wasiat, wakaf, sedekah . disamping juga didukung oleh
Pengadilan Tinggi Agama ( Manan:68 – 85 ).
UU No. 14 Th 1970 – bahwa kedudukan PA sejajar dengan PN.
UU No. 2 Th 1989 – tentang Sistem Pendidikan Nasional ( seorang
siswa berhak mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan
keyakinannya di sekolah masing-masing.
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 – tentang Kompilasi Hukum
Islam.
UU No.7 Tahun 1992 – tentang perbankan, yang mengizinkan
berdirinya Bank Umum dan BPR dikelola berdasarka Syariat Islam
dengan sistem bagi hasil, dan adanya Dewan Pengawas Syari’ah. MUI
membentuk Lembaga Arbitrase Muamalat – untuk menyelesaikan
konflik yang mungkin terjadi antara Bank Syari’ah dengan Nasabahnya.
Masih banyak dan akan berkembang masalah-2 hukum yang aktual
– memerlukan kajian keislaman dalam masyarakat modern seperti;
kependudukan, KB ( sterilisasi – vasektomi – tubektomi ), aborsi,
asuransi, perbankan dll. Juga perumusan Hukum acara Pidana atau
KUHP secara bertahap diwarnai konsep-konsep Islami sebagai revisi
dari konsep hukum peninggalan belanda.

30
BAB VIII
SISTEM POLITIK ISLAM
A. Pengertian Sistem Politik Islam
Politik: di identikkan bahasa arab Siyasah,
Dalam Ilmu Fiqih : Siyasah sebagai Pokok ajaran Islam yang mengatur system
Kekuasaan dan Pemerinytahan. Politik sendiri artinya segala urusan dan
tindakan/policy tentang pemerintahan suatu negara terhadap negara lain.
Fiqih Siyasah meliuti:
1. Siyasah Dusturiyah: adalah tata negara dalam Islam
2. Siyasah Dauliyyah: adalah politik yang mengatur hubungan antara suatu
negara Islam dengan negara Islam lain dan atau negara lain.
3. Siyasah Maaliyah: mengatur system ekonomi negara
System kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan
kekuatan-2 dan aliran yang berbeda dalam masyarakat. Dalam Islam kekuasaan
tertingi adalah Allah swt, Oki penguasa (manusia) tidak mempunyai kekuasaan
mutlak, Ia hanyalah wakil Allah dimuka bumi yang berfungsi untuk
menterjemahkan dan menafsirkan Ayat-2 Allah dan sifat-2 nya dalam
kehidupan nyata, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang-
2 yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah menggunakan
kekuasaan itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip dasar yang telah
ditetapkan dalam Alqur’an dan sunnah rasul. Allah yang maha rahman &rahim
tidak henti-hentinya memilih dan mengutus hambanya terbaik untuk menjadi
perantara – menjelaskan ayat-2 dan sifat-2 Nya.
Al-baqarah ayat 30 : Allah telah menunjuk mahluq terbaik yaitu manusia/ Adam
sebagai khalifah di bumi, maka peran khalifah adalah memimpin kehidupan di
bumi ini.
Secara global kehidupan ini terbagi menjadi 3 pola hubungan yaitu :
1. Hubungan manusia dengan Tuhan
2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3. Hubungan manusia dengan manusia-lainnya
Sebagai pemimpin Rasulullah saw telah menentukan Hubungan manusia
terhadap Tuhannya dengan melaksanakan ibadah, dan cara
melaksanakannya misal shalat, Rasulullah saw bersabda; shallu kama
ro’aitumuni Ushalli ( shalatlah sebagaimana kamu melihat saya shalat ).
Sebagai pemimpin Hubungan kedua, Ia memimpin manusia ke arah taqwa,
sebagai bekal hidup yang sebaik-baiknya untuk kembali kepada Allah
Al-baqarah 197 : Carilah bekal kamu sekalian dimuka bumi ini, maka
ketahuilah bahwa bekal yang sebaik-baiknya itu adalah taqwa.
Sebagai pemimpin hubungan ke tiga, antar manusia Ia memimpin
masyarakat dalam kehidupannya – dalam hal ini akan menjelmakan unsur-
unsur kebudayaan ; meliputi unsur-unsur sosial, politik ,ekonomi, hukum,
seni, ilmu pengetahuan dan filsafat.

B. Prinsi-prinsip Dasar atau Siyasah dalam Islam – meliputi:


1. Sistem musyawarah ( Al-Syuraa )
Alqur’an surat ali Imron: 159...
Alqur’an surat Asy-Syuraa: 38...
Istilah Asy-Syuraa dianggap sebagai doktrin kemasyarakatan dan kenegaraan
yang pokok, karena telah jelas nash nya dalam alqur’an dan diperkuat hadits
serta sunnah/keteladanan nabi. Lembaga musyawah sendiri telah ada sejak
zaman Nabi.

31
Karya Plato; Republic – berisi gagasan-2 tentang suatu pemerintahan yang
adil sesuai dengan kepentingan mereka, yang diperintah dan dipimpin oleh
orang-2 yang bijaksana.
Contoh : sistem demokrasi ( demos: rakyat – cratein: pemerintah ) pada
perintah Republic Athena Yunani; abad ke 6 – 5 sm. Dalam sistem itu rakyat
berkumpul untuk bermusyawarah, membuat Undang-undang serta memilih
pemimpin pemerintahan.
Seorang ahli tafsir dari aliran Syi’ah menjelaskan asbabun Nuzul surat Asy-
Syuraa: 38 – menyatakan bahwa kaum Anshor telah melakukan musyawarah
sebelum zaman Islam juga sebelum kedatangan Nabi Muhammad di
Yatsrib/Madinah.
Berdasarkan keterangan tersebut jelaslah bahwa alqur’an sebenarnya adalah
Legitimasi terhadap tradisi yang sudah ada pada waktu itu dan dianggap baik.
Nabi pernah bersabda : “Tidak ada seorangpun yang bermusyawarah kecuali
Allah memberikan petunjuk kepada kebenaran” hal ini sesuai dengan alqur’an
surat an-Nahl: 125
“Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah kebijaksanaan
dan tutur kata yang baik dan lakukanlah diskusi atau mujadalah dengan
metode/cara yang lebih baik”
Mujadalah atau diskusi merupakan salah satu bentuk musyawarah. Namun
konsep Asy-Syuraa itu sebagai lembaga kenegaraan di zaman modern disebut
sebagai demokrasi.
Permasalahannya adalah:
1. Apakah demokrasi barat itu cocok dengan konsep Islam ?
2. Apakah Majelis Syuraa itu sama dengan parlemen dalam demokrasi
barat ?
3. Apakah keanggotan majelis Syuraa itu harus dipilih oleh rakyat atau cukup
ditunjuk oleh penguasa ? dsb.
Kontroversi yang muncul itu disebabkan karena Alqur’an atau Hadits tidak
memberikan ketentuan secara rinci serta bentuk konkret konsep syuraa itu.
Faktor kedua adalah kenyataan bahwa pada zaman sekarang ini bentuk dan
sistem kenegaraan dan pemerintahan di negara-2 Islam tidak semuanya
republik – demokratis, sistem kerajaan masih terdapat di Saudi Arabia,
Maroko, Yordania, Kuwait, malaysia dan Brunai Darussalam. Sementara itu
terbukti bahwa bentuk negara kerajaan tidak selalu menghasilkan hal-hal yang
buruk, sebagaimana bentuk republik demokratis juga tidak selalu menghasilkan
kebaikan bagi rakyatnya.
Beberapa negara kerajaan di barat seperti; Inggris, Belanda, Denmark,
Belgia dan Swedia mungkin lebih tepat dikatakan bahwa dinegara-2 kerajaan
tersebut tidak mesti tidak ada demokrasi. Negara-2 itu adalah kerajaan yang
bersifat konstitusional, demokratis dan berparlemen.
Dilain pihak negara-2 yang menyatakan sebagai Republik Demokratis atau
demokrasi rakyat belum tentu memiliki tradisi demokrasi.
Pada prinsipnya Islam mengutamakan pemerintahan Jumhuriyah
( republik ) namun membenarkan juga pemerintahan Mulkiyah ( kerajaan ) jika
rakyat menghendakinya dengan dasar musyawarah dan bersifat parlementer.
Islam mengingkari pemerintahan sewenang-wenang yang tidak mementingkan
permusyawaratan suara rakyat. Tegasnya Islam menghendaki sistem
demokratis ala Islam. Karena itu jika rakyat menghendaki pemerintahan
mulkiyah diperintah oleh raja - Islam membolehkan bukan mengutamakan,
maka raja bukanlah sebagai pemilik negara tapi sekedar pemangku amanah.

32
 Pada proses pemilihan khalifah setelah Nabi wafat ada tiga orang yang
dicalonkan yaitu:
1. Abu Bakar – dari unsur muhajirin
2. Ubaidah bin Zamroh – dari unsur Anshor
3. dari Bani Hasyim tidak begitu jelas siapa ?
akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah, karena bagus Akhlaq dan
kepribadiannya.
 Pengangkatan Umar bin Khottob sebagai khalifah kedua adalah
penunjukan Abu Bakar namun atas persetujuan umat. Pada pidatonya
Abu Bakar mengatakan :
“Barang siapa menyeru kepada suatu kepemimpinan tanpa musyawarah
maka tidaklah halal baginya untuk menerimanya”
 Pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah ke tiga, Umar telah
membentuk formatur terdiri 6 orang tokoh Ahlul khalli wal Aqdi.
 Pada pengangkatan Ali bin Abi thalib prosesnya beda, beliau selalu
dicalonkan sebagai khalifah karena kecendikiaannya dan dari suku yang
berpengaruh Bani Hasyim. Pada pidato pengangkatannya Ali
mengatakan: “Baiatku tidak akan terjadi secara rahasia dan tidak akan
berlangsung kecuali atas dasar kerelaan kaum muslimin”.
2. Keadilan ( Al-‘Adlu )
Keadilan menurut Alqur’an meliputi lima hal :
a. Keadilan Allah yang bersifat mutlak “ Allah adalah dzat yang
menegakkan keadilan ( Ali Imran:18 ).
b. Keadilan firman-Nya atau ayat-ayat-Nya; “ Allah telah menurunkan Al-
Kitab dalam neraca keadilan, agar supaya manusia dapat menegakkan
keadilan ( Al-Maidah : 25 ).
c. Keadilan Syari’at-Nya yang dijelaskan oleh rasul-Nya. “ Bahwa agama
Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah agama yang benar
yang berasal dari agama Nabi Ibrahim yang lurus”. ( Al-An’am : 161 ).
d. Keadilan pada alam ciptaan-Nya, “ Bahwa Allah telah menciptakan
manusia didalam keseimbangan, keserasian yang sangat indah “. ( At-
Tin : 6 ).
“ Bahwa Allah menjadikan alam semesta serba berimbang “. ( Ar-Ra’du
: 2 ).
e. Keadilan yang ditetapkan untuk manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam Alqur’an diserukan agar supaya orang-2 yang
beriman dapat menegakkan keadilan semata-mata karena Allah dan
tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi.
3. Prinsip kemerdekaan ( al-Hurriyyah ) – kebebasan yang bertanggung
jawab.
kebebasan yang bertanggung jawab pada prinsipnya adalah kebebasan hati
nurani, hal ini tidak bisa dicapai dengan tanpa kenikmatan hidup di dunia,
mengabaikan kehidupan dunia dan hanya selalu menghadap ke arah Tuhan
di langit. Allah menciptakan kehidupan ini agar dapat memanfaatkan
dorongan hidup duniawi. Islam telah mulai membebaskan hati nurani
manusia dari menyembah apa saja selain Allah dan dari tunduk kepada
siapapun kecuali Allah. Surat Albaqoroh: 155 menyatakan – tidak ada
paksaan untuk memeluk Islam karena sudah jelas yang haq dan yang batil,
dst maka dengan kebebasan tersebut manusia boleh memilihnya dengan
segala resiko jika tidak mau beriman – Islam.
4. Prinsip persamaan ( al-Musaawah )

33
Maksudnya adalah persamaan kemanusiaan. Bahwa kedudukan manusia di
hadapan
Allah sama tidak ada diskriminasi baik hak maupun kewajibannya, kecuali
hal yang kodrati tertentu antara laki-laki dan perempuan misalnya soal
dispensasi untuk tidak wajib sholat bagi wanita yang sedang haidh, nifas
dsb. Adapun yang membedakan derajatnya adalah ketaatan dan
ketaqwaannya.
C. Prinsi-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum internasional
Al-Ahkam al-Dauliyyah = Hukum Internasional : yaitu segala bentuk tataa
ukuran atau teori-2 tentang sistem hukum internasional dan hubungan antar
bangsa. Teori hukum Islam kontemporer memperkenalkan konsepsi hukum
internasional dalam dua baagian:
1. Al-Ahkam al-Dauliyyah al-Ammah – Hukum internasional mengenai
masalah-2 makro
2. Al-Ahkam al-Dauliyyah al-Khossoh – Hukum internasional mengenai
masalah-2 mikro
Pada awalnya Islam hanya mengenal satu sistem kekuasaan politik negara yaitu
kekuasaan dibawah Risalah Nabi saw, lalu berkembang menjadi sistem
khilafah/ kekhalifahan. Dalam sistem ini dunia internasional dipisahkan
menjadi tiga kelompok kenegaraan, yaitu:
1. Negara Islam atau Daarus-Salaam, yaitu negara yang ditegakkan atas dasar
berlakunya syari’at Islam dalam kehidupan.
2. Daarul Harbi, yaitu Negara non-Islam yang kehadirannya mengancam
kekuasaan negara-2 Islam, serta menganggap musuh warga negaranya yang
menganut agama Islam.
3. Daarus-Sulh, yaitu Negara non-Islam yang menjalin persahabatan dengan
negara-2 Islam, yang eksistensinya melindungi warga negara yang
menganut agama Islam.
Antara Daarus-Salaam dengan Daarus-Sulh terdapat persepsi yang sama
tentang batas kedaulatannya, untuk saling menghormati dan bahkan menjalin
kerja sama dengan dunia internasional. Keduanya saling terikat oleh konvensi
untuk tidak saling menyerang dan hidup bertetangga secara damai.
Sementara hubungan Antara Daarus-Salaam dengan Daarul-Harbi selalu
diwarnai oleh sejarah yang hitam, masing-2 selalu memperhitungkan akan
terjadi konflik. Islam melarang umatnya mendahului perang, namun
diperbolehkan berperang dalam rangka mempertahankan diri atau sebagai
tindakan balasan, Perang dalam rangka menghadapi seranga musuh adalah
syah secara hukum bahkan dinilai sebagai jihad. Dan secara etika harus
melindungi tawanan, wanita, orang tua, anak-2, orang-2 cacat, tempat ibadah
dan sarana-prasarana ekonomi rakyat.
Kekuasaan politik berikutnya mengalami perubahan, tidak hanya mengakui
satu sistem khilafah tetapi telah mengakui keragaman tentang khilafah. Selain
itu juga memberi pengakuan atas otonomi negara-2 bagian kerajaan maupun
kesultanan dari Andalusia di Spanyol hingga Asia Tenggara.
Prinsip-prinsip atau kebijaksanaan politik luar negeri dalam Islam ( Siyasah
Dauliyyah ) menurut Ali Anwar antara lain :
1. Saling menghormati fakta-2 dan traktat-2 ( perjanjian ).
Q S Al-Anfal : 58
Q S At-Taubah :47
Q S An-Nahl : 91
Q S Al-Isra’ : 34
2. Kehormatan dan Integrasi nasional.
34
Q S An-Nahl : 92
3. Keadilan Universal Internasional
Q S Al-Maidah : 8
4. Menjaga perdamaian abadi
5. Menjaga ketentraman negara-negara lain
Q S An-Nisa’ : 89 – 90 .
6. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang Islam yang
hidup di negara lain. Q S Al-Anfal : 72
7. Bersahabat dengan kekuasaan-2 netral
Q S Al-Mumtahanah : 8 – 9.
8. Kehormatan dalam hubungan internasional
Q S Arrahman : 60
9. Persamaan keadilan untuk para penyerang
Q S Al-Anfal : 126
Asy-Syuraa : 40

D. Kontribusi Umat Islam terhadap politik di Indonesia


1. Ditandai dengan munculnya partai-2 yang ber azaskan Islam, serta partai
nasionalis berbasis umat Islam.
2. Ditandai dengan sikap pro aktifnya tokoh-2 politik Islam dan umat Islam
terhadap keutuhan NKRI sejak proses awal kemerdekaan hingga zaman
reformasi saat ini. Piagam Jakarta merupakan hadiah umat Islam kepada
bangsa Indonesia. – penghapusan anak kalimat : ... dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-2 nya – diganti dengan Yang
Maha Esa, pada pancasila dan batang tubuh UUD 45

PERTEMUAN IX
SISTEM EKONOMI ISLAM

A. Pengertian
1. Ekonomi Umum: prinsipnya adalah pengorbanan yang se kecil-kecilnya
untuk memperolah keuntungan yang se besar-besarnya – hanya mencari
keuntungan dan kebahagiaan di dunia.
2. Ekonomi Islam: prinsipnya adalah Berkorban, tidak kikir dan boros dalam
rangka menggapai keuntungan yang layak, baik keuntungan di dunia
maupun keuntungan di akherat.
Q S Annisa’ : 134, al- Munafiqun : 9 at-Takaatsur : 1 – 2.
Islam tidak memisahkan kehidupan jasmani dengan rohan, tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan dan ber orientasi pada kehidupan di dunia dan
akherat.
An-Nisa’ : 29 – 30 Hai orang-2 yang beriman, Janganlah kamu saling
mmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu dst...
B. Tujuan Ekonomi Islam
Beberapa ayat al-qur’an yang menjadi dasar sistem ekonomi Islam antara lain :
1. Q S Al – Qoshosh : 77
2. Q S Al – Mukmin : 79 – 80
3. Q S An – Nahl : 14
35
4. Q S At – Taubah : 104
5. Q S An – Nisa’ : 29
6. Q S Al – Isra’ : 26 – 27
7. Q S Huud : 15
8. Q S Al – Alaq : 6 – 7
9. Q S At – Takatsur : 1
10. Q S Al – Hadiid : 7
11. Q S Al – Fathir : 39
Dari isi ayat-ayat al qur’an tersebut dapatlah dirumuskan tujuan ekonomi
Islam yaitu :
Membuat kemakmuran, kesejahteraan, adil secara merata, seimbang dan
secara merdeka yang terarah, mandiri, lestari dan membawa kemajuan umat. –
Ekonomi yang mampu membawa nikmat barokah dan nikmat bagi manusia
sehingga mewujudkan kehidupan bahagia dunia dan akherat.
Bandingkan ! dengan sistem ekonomi komunis dan kapitalis.
Keduanya hanya untuk mencapai kemakmuran duniawi mengabaikan segi
ukhrowi.
Komunis : karena adanya kelas sosial yang berkuasa maka kesdilan sosial tidak
dapat terwujud, tetapi pemerataan pembagian pendapatan secara normatif
dapat tercapai karena kuantitas konsumsi dan ragamnya direncanakan
dan dikendalikan oleh pemerintah.
Kapitalis : baik kestabilan maupun pemerataan secara normatif tidak dapat
terwujud.
Keduanya mendewakan nilai-2 materi, kekuatan dan kekuasaan bagi kemajuan
ekonominya – cenderung menjadi agresif, akibatnya perdamaian dan
keserasian pergaulan antar manusia secara normatif sulit terwujud.
Dalam sistem ekonomi Islam yang secara normatif tanpa bunga namun ( bagi
hasil ) keadaan moneter diharapkan lebih stabil. Lebih menjanjikan
tumbuhnya perdamaian. Kebebasan atau kemerdekaan berkonsumsi dan
berproduksi hanya dapat terjadi di negara bersistem kapitalis dan Islam
C. Profit menurut Islam
Aktifitas bisnis berprinsip profit ! dalam hal ini agama Islam tidak melarang
dan dibenarkan oleh syari’ah.
An-Nisa’ : 29 – 30 Hai orang-2 yang beriman, Janganlah kamu saling
mmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka ( sepakat ) diantara kamu
dst... ( al-Baqoroh: 194, 275 an-Nur: 37 dan al-Qurays 1 – 3 ).
Hadits riwayat Imam Ahmad dari penuturan Urwah ibnu Ja’d al – bariqi
bahwa: Urwah diberi modal oleh Rasulullah satu dinar untuk dibelikan
kambing, lalu dibelikanlah dua kambing, ketika perjalanan pulang ada
yang menawar satu kambing satu dinar ( sepakat ), kemudian Urwah
membawa pulang seekor kambing dan uang satu dinar serta melaporkan
keadaannya kepada Rasulullah, lalu Rasulullah berdo’a Ya Allah
berkahilah Urwah ini dalam berdagang.
Secara syar’i tidak ada ketentuan mengenai besar kecilnya provit namun
harus tetap memperhatikan kewajaran dan tanpa ada unsur penipuan.
Sebagaimana sabda Nabi: semoga Allah memberi rahmat kepada orang-2
yang bijak ketika menjual, bijak ketika membeli, bijak ketika menunaikan
kewajiban dan bijak ketika menuntut hak ( HR. Bukhari )
Adapun pengambilan profit dan bisnis yang dilarang oleh Islam adalah:
1. Keuntungan dari bisnis barang dan jasa haram

36
bisnis yang dilarang oleh Islam adalah: bisnis minuman keras, narkioba,
jasa kemaksiatan, perjudian dan pratek riba serta makanan & minuman yang
merusakkan jasmani – rohani.
Sabda Nabi: “Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli minuman keras,
bangkai, babi dan patung” ( HR jamaah – albani dalam Irwa Gholil;
1290 ).
2. Jual beli secara curang dan manipulasi
Bisnis dengan cara curang dan manipulasi mengakibatkan kehilangan
pelanggan karena kecewa, jika barang ada cacatnya hendaknya dijelaskan
apa adanya ketika transaksi.
3. Jual beli dengan cara harga aktual
Bisnis dengan cara ini tidak sehat dan akan merusak harga aktual.
Rasulullah melarang jual beli di pertengahan jalan menuju pasar. Membeli
barang-2 dengan berbohong mengenai harga aktual, serta melarang cara
bisnis dengan menaikkan penawaran harga dengan permainan orang dalam (
dolop ). ( muttafaqun ‘alaihi dari Abu Hurairah – Al-Gazali dalam Ihya’
11/2 ).
4. Profit dengan cara menimbun dan spekulatif
Islam melarang praktek bisnis ini karena akan membahayakan kepentingan
dan hajat orang umum.
Rasulullah bersabda: “ Tidaklah menimbun kecuali orang-2 berbuat dosa,
Barang siapa menimbun bahan makanan selama 40 hari maka sungguh ia
telah berlepas dari Allah dan Allah berlepas darinya” ( HR. Ahmad dan
Hakim )
D. Mekanisme Pasar dalam Islam
Dalam Ekonomi Islam harga ditentukan oleh kekuatan pasar atas dasar saling
kerelaan ( ‘An- Taroodlin minkum ). Rasulullah tidak menganjurkan intervensi
apapun dalam proses penentuan harga baik oleh negara maupun individual ( ada
hadits – bahwa rasulullah menolak untuk menentukan harga saat diminta oleh
para sahabat ketika terjadi lonjakan harga mendadak ).
Dalam teori Ekonomi mikro dijelaskan bahwa Penetapan harga dasar floor
price atau harga atas ceiling price pasti menimbulkan kelebihan permintaan
atau penawaran yang akan mendorong timbulnya pasar gelap  mendorong
terjadinya kolusi yang tidak sehat.
1. Konsep harga menurut Abu Yusuf ( 731 – 798 )
Mufti di zaman Harun al-Rasyid ini menulis kitab al-Kharaj, seribu tahun
sebelum Adam Smith menulis Wealth of Nations, beliau mengatakan :
“bahwa murahnya harga bukan disebabkan banyaknya barang, juga
mahalnya harga bukan disebabkan langkanya barang, harga terpulang
pada Allah. Dapat saja suatu barang melimpah tapi harganya mahal, dan
dapat saja suatu barang langka tapi harganya murah” ( abu Yusuf, al-
Kharaj: 48 ).
2. Mekanisme pasar menurut al-Gazali ( 1058 – 1111 )
Bahwa kurva penawaran mempunyai Slope positif, dari kiri bawah ke kanan
atas.
“ jika petani tidak menemukan pembeli hasil-2 pertaniannya, maka ia akan
menjualnya dengan harga lebih murah ‘’ ( Ihya’ III: 227 ).
‘’ Bila harga mahal suatu barang mahal, seyogyanya permintaan dikurangi
untuk menurunkan harga, atau dalam terminologi ekonomi, menggeser
kurva permintaan ke kiri ( Ibid: hal. 87 )
Al-Gazali juga mengajukan konsep Elastisitas harga terhadap permintaan
‘’pengurangan marjin keuntungan dengan menurunkan harga akan
37
mendorong naiknya penjualan dan selanjutnya meningkatkan keuntungan
( Ibid, II: 80 )
3. Pasar yang sehat menurut Ibnu Taimiyah ( 1263 – 1328 )
Dalam kitabnya al-Hisbah Dia menulis konsep tentang mekanisme pasar,
Dalam pasar yang sehat tidak boleh ada hambatan untuk masuk atau keluar
dari bisnis tertentu ( entry or exit barries ). Tidak adil jika memaksakan
orang menjual barang yang tidak diwajibkan oleh syari’ah atau melarang
menjual barang yang boleh di perdagangkan .
Ibnu Taimiyah menolak peraturan yang berlebihan bila mekanisme pasar
berjalan normal, diyakininya akan membentuk harga yang kompetitif.
Namun jika pasar tidak sempurna (imperfect market) , beliau menganjurkan
campur tangan pemerintah. Bila para penjual menyimpan barangnya untuk
memperoleh harga yang lebih tinggi padahal masyarakat membutuhkan
maka penjual harus menjualnya. Bila ada elemen-2 monopoli terutama
untuk barang kebutuhan pokok, pemerintah harus melakukan intervensi
untuk menghilangkan kekuatan monopoli dari mempengaruhi jalannya
mekanisme pasar yang sehat.
4. Pasar dan harga menurut Ibnu Khaldun ( 1332 – 1404 )
Dalam Al-Muqaddimah ditulis judul “ harga-2 di kota-2 “ dia membagi jenis
barang menjadi dua yaitu: 1. Barang kebutuhan pokok dan 2. Barang
mewah
Jika suatu kota berkembang dan populasinya akan bertambah, maka harga
barang-2 kebutuhan pokok relatif akan turun dibanding harga barang-2
mewah, sebab barang -2 kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas
pengadaannya sehingga penawarannya meningkat, maka harga akan turun.
Sedangkan barang-2 mewh permintaannyalah yang akan meningkat seiring
berkembangnya kota dan perubahan gaya hidup orang sehingga harga
barang mewah meningkat.
Jika ketersediaan barang sedikit harga akan naik, tapi kalai jarak antar kota
dekat atau mudah dijangkau akan terjadi impor dari kota lain – ketersediaan
barang jadi melimpah harga akan turun dan cenderung stabil.
Kekuatan permintaan dan penawaran sebagai penentu keseimbangan harga.
Jika pedagang mengambil untung terlalu kecil ekonomi menjadi lesu karena
kehilangan motivasi, tapi jika pedagang mengambil untung terlalu besar
ekonomi juga lesu karena lemahnya permintaan konsumen.
5. Standar Ganda Pasar Bebas
Dengan semakin maraknya isu perdagangan bebas maka suatu negara tidak
lagi bisa melindungi industri dalam negri dari pengaruh negara lain yang
produksinya relatif berkwalitas dan harganya bersaing.
Memorandum IMF dengan pemerintah Indonesia tanggal 15 Januari 1998 –
mengacu pada perubahan struktural – menunjukkan bahwa berbagai
rintangan arti fisial yang selama ini menghambat persaingan domestik telah
atau akan dihapus oleh pemerintah Indonesia. Diikuti UU No. 5 tahun 1999
tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Mengapa UU ini mengecualikan beberapa hal yang dapat memberi peluang
pihak asing bebas berkiprah ?
UU ini mengecualikan antara lain bisnis waralaba ( pasal. 50 b ), ke agen an
( pasal. 50 d ) dan Perjanjian Internasional ( pasal. 50 f )
Celah ini dapat dimanfaatkan oleh pihak asing dalam mengembangkan
bisnisnya di Indonesia. Hal ini bertentangan dengan prinsip fairness for all
yang dianut Islam, adil tanpa pilih kasih. Pemerintah harusnya bersikap

38
tegas menegakkan prinsip ini, persaingan tidak sehat harus dilarang,
siapapun pelakunya. Prinsip keadilan harus ditegakkan.
Contoh: pada zaman nabi Muhammad; ada seorang wanita dari keluarga
Makhzumiyah yang telah mencuri kemudian akan dihukum potong
tangannya. Usamah bin Zaid memintakan maaf – namun Nabi justru marah
dan berucap :
Apakah kamu memberi dispensasi dari hukum-hukum Allah ?
sesungguhnya telah terjadi pada orang-orang sebelummu, jika ada orang
yang mencuri itu dari kalangan keluarga terhormat, maka ditinggalkan
( tidak dihukum ), namun jika ada orang yang mencuri itu dari kalangan
keluarga lemah ( rakyat biasa ) maka dihukum – potong tangannya.
Demi Allah; seandainya saja Fatimah putri Muhammad > mencuri ... maka
akulah Muhammad yang akan memotong tangannya. ( HR. Bukhori dan
Muslim ).

E. Lembaga Permodalan ( perbankan )


1. Bank Syari’ah
Sejarah Ekonomi Indonesia yang ditulis oleh Dr. Muhammad Hatta tentang
persyarikatan ekonomi dan bentuk perbankan walaupun masih sederhana.
Pada tgl 18 s/d 20 Agustus 1990 MUI menyelenggarakan lokakarya tentang
Perbankan – dikukuhkan pada Munas MUI ke. 4 tgl 22 s/d 25 Agustus
1990. Atas dasar itu pada 1 November 1991 didirikanlah Bank Muamalat
Indonesia ( BMI ).
Pada tahun 1992 terbitlah UU No. 7 Th 1992 sehingga bermunculan
lembaga keuangan Islam dengan nama BMT ( Baitul Maal wat Tamwil ),
berlandaskan QS al-Baqarah . 282 “ hai orang-2 yang beriman, apabila
kamu berpiutang hingga masa yang ditetapkan, hendaklah kamu tuliskan
perjanjian itu “
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu:
a. Pengelola hendaklah orang yang menguasai prinssip-2 perbankan dan
juga prinsip mu’amalah.
b. Bank beroperasi berdasar pedoman operasional Bank Syari’ah
c. Adanya Dewan Pengawas Syari’ah yang bertugas mengawasi
operasional perbankan.
2. Misi dan fungsi Bank Islam
Hasil penelitian oleh Islamic Research and training Institute tentang Bank
Pembangunan Islam di Jeddah, ada tiga jenis Bank Islam, yaitu: 1. Bank
Umum ( bank komersial/ bank konvensional ) 2. Bank Pembangunan dan
3. Bank khusus.
Pada umumnya bank-2 yang ada bergerak didalam pelayanan komersial
berdasar syari’ah. BMI adalah bank komersial namun mengemban misi
tertentu yang bersifat sosial seperti:
a. Membantu mengembangkan UKM
b. Memajukan usaha penghimpunan dana zakat, infaq, sodaqah agar dapat
diarahkan penggunaannya untuk mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan.
c. Mengembangkan produk-2 perbankan berdasarkan syari’ah.
Jelaslah BMI memiliki dua misi yaitu:
a. Lembaga permodalan konvensional
b. Mengmban amanah agama Islam dalam berbisnis, menghilangkan
bentuk-2 riba serta berbentuk sosial, mengangkat pengusaha kecil dan
menengah.
39
F. Rizqi Menurut Islam
1. Sumber rizqi
Semua ciptaan Allah yang terdapat di langit dan di bumi juga apa yang ada
di antara keduanya adalah anugerah Nya yang disediakan bagi manusia
untuk di manfaatkan sebaik-baiknya. Seperti didalam perut bumi ada
macam-2 tambang, di laut ada ikan dan tambang minyak di langit ada
gelombang, sinar matahari dsb.
2. Jalan memperoleh rizqi
Dari sisi perolehannya rizqi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Berupa pemberian orang lain, seperti warisan orang tua atau keluarga
dan hadiah atau shadaqah dari relasi adau sahabat. Maka sifatnya
insidental tidak bisa dijadikan sebagai standar penghasilan karena hanya
sewaktu-waktu. Bahkan kalau mengharap pemberian orang lain itu
namanya Tama’ - dan itu sangat dilarang oleh agama.
b. Dengan cara bekerja atau berusaha sesuai bidang dan profesi masing-2
antara lain:
1). Mengeksploitasi dan mengolah sumber alam seperti pertambangan,
pertanian dll.
2). Berdagang, jual beli, sewa-menyewa, musyarokah dsb.
3). Bekerja pada pihak lain, jasa profesi – untuk memperoleh upah dsb.
Poin b inilah yang sangat dianjurkan oleh agama agar memperoleh rizqi
yang halal dan barokah sebagai penyangga kehidupan agar lebih
semangat dan ikhlas dalam taqorrub dan beribadah kepada Allah swt.
3. Pembagian rizqi
Pada dasarnya semua manusia dilahirkan sama, namun pada
perkembangannya tergantung bakat dan kesempatan, ketika bakat dan
kesempatan itu berbeda maka akan melahirkan profesi dan kemampuan
yang berbeda pula kemudian berakibat pada penghasilan yang berbeda juga,
orang yang memaksimalkan fikiran, usaha dan doanya kepada Allah tentu
akan diberi rizqi yang berlebih, dari rizqi yang berlebih itulah mengandung
tanggung jawab dan kewjiban untuk menggunakannya demi kemaslahatan
umat dan membantu orang lain membutuhkannya yaitu berupa zakat, i nfaq,
shadaqah dan wakaf.
a. Zakat
Arti zakat adalah membersihkan, maka ada dua macam zakat yaitu:
1). Zakat fitrah – untuk membersihkan diri pribadi, bagi orang Islam
yang memiliki kelebihan bekal untuk makan satu hari di hari raya idul
fitri. Dilakukan pada bulan ramadlan diberikan kepada fakir miskin
2). Zakat Maal – untuk membersihkan harta benda yang di miliki jika
dalam waktu satu tahun dengan jumlah mencukupi nishab agar benar-
2 halal dan bernilai sosial. Adapun tasarufnya diberikan kepada
mustahiq /orang yang berhak menerimanya adalah delapan ashnaf al:
a). Faqir, b). Miskin, c). Amil, d). Muallaf , e). Hamba sahaya, f).
Hamba sahaya
g). Gharim, h). Sabilillah, i). Ibnu sabil.
b. Infaq
Bagi orang Islam yang mampu wajib mengeluarkan sebagian hartanya
untuk menegakkan agama Allah dengan dasar ihlas atas ridla Allah.
c. Shodaqah
Adalah mengeluarkan sebagian hartanya untuk pelaksanaan ibadah
murni didasari keihlasan atas ridla Allah menurut sistem dan cara sendiri-
2. Sesuai hadits Nabi : “ketika anak adam meninggal maka akan terputus

40
amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak shalih yang mau mendoakan kedua orang tua nya”
Disinilah hebatnya shadaqah sampai orangnya meninggalpun masih
mandapatkan pahala atas perbuatan shadaqah nya.
d. Wakaf
Secara etimologi artnya berhenti, maksudnya adalah Wakif memberikan
suatu barang atau tanah yang bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan
umat untuk jangka waktu yang lama bahkan selamanya. Penerimanya
disebut Nadhir yang berkewajiban memelihara, mengamankan,
mengelola bahkan mengembangkan benda wakaf tersebut. Sesuai PP No.
28 tahun 1977, SKB Depag dengan Kepala BPN No. 4 dan 24 tahun
1990 nadhir bisa badan hukum atau perseorangan dengan susunan
pengurus; 1. Ketua, 2. Sekretaris, 3. Bendahara 4. Anggota terdiri dua
orang.

41
PERTEMUAN X
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

A. Pengertian Iptek dan Seni


1. Ilmu Pengetahuan
Nama-2 lain Ilmu Pengetahuan adalah: Ilmu, Pengetahuan dan Science
( Sains )
Adapun istilah Ilmu Pengetahuan menurut para ahli antara lain:
a. Poedjawijatna ( 1963: 5 ) – adalah “Pengetahuan yang tidak amat sadar
yang berlaku umum, tetap dan pasti terutama untuk keperluan sehari-
hari”.
b. M J Langeveld ( 1955: 29 ) – adalah “Kesatuan antara subyek yang
mengetahui dan obyek yang diketahui. Suatu kesatuan dimana obyek itu
dipandang oleh subyek sebagai yang dikenalinya”
c. Endang Saifudin Anshary ( 1980: 14 ) – adalah “Pengenalan subyek atas
obyek secara tidak amat sadar, namun sangat berguna dalam kehidupan
dan penghidupan sehari-hari yang diperoleh berdasarkan pengalaman”.
Jujun S Suriasumantri ( 1998: 14 ) mengklasifikasi ilmu pengetahuan
menjadi tiga gologan yaitu:
a. Etika : Pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk
b. Estetika : Pengetahuan tentang yang indah dan yang jelek.
c. Logika : Pengetahuan tentang yang benar dan yang salah.
Dalam Ensiklopedia Islam ( II: 1993 ) Pengtahuan dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
a. Pengtahuan biasa ( Knowledge ) yang diperoleh dari seluruh bentuk
upaya kemanusiaan seperti; perasaan, pikiran, pengalaman, panca indra
dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek
maupun metode dan kegunaannya.
b. Pengetahuan Ilmiah ( science ) Juga merupakan keseluruhan bentuk
upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu , tetapi dengan
memperhatikan obyek yang ditelaah, metode yang digunakan serta
kegunaannya. Atau dengan istilah lain , Pengetahuan ilmiah
memperhatikan Obyek Ontologis, Landasan Epistemologis dan
aksiologis.
A M Saifuddin ( 1998: 30 ) mengklasifikasi ilmu pengetahuan menjadi tiga
kategori yaitu:
a. Pengetahuan Inderawi ( Knowledge ) – meliputi semua fenomena yang
dapat dijangkau langsung oleh panca indera, kedudukan ( Knowledge )
ini penting sekali karena ia merupakan tangga untuk melangkah ke
jenjang ilmu.
b. Pengetahuan Keilmuan ( science ) – meliputi semua fenomena yang
dapat diteliti dengan research atau eksperimen sehingga apa yang
berada dibalik knowledge bisa dijangkau. Batasanyya adalah rasio dan
indera.

42
c. Pengtahuan Falsafi - meliputi semua fenomena yang tak dapat diteliti
tetapi dapat dipikirkan. Micro cosmos, macro cosmos bahkan ontologis
– metafisica generalis.
Endang Saefudin Anshari ( 1987: 45 ) mengklasifikasi ilmu pengetahuan
menjadi Empat kelompok yaitu:
a. Pengetahuan biasa – hal-hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pengetahuan ilmiah – mempunyai sistem dan metode tertentu, disebut
Ilmu
c. Pengetahuan filosofis – semacam ilmu yang istimewa, yang mencoba
menjawab masalah-2 yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa, disebut
Filsafat.
d. Pengetahuan Theologis – pengetahuan tentang agama dan keagamaan,
pengetahuan tentang pemberitahuan dari Tuhan.
Muhammad Fuad Abdul Baqy ( 1981/1401 H ) ada beberapa istilah kunci
tentang Ilmu menurut Alqur’an. Kata ilmu dan kata jadiannya terdapat tidak
kurang dari 800 X disebutkan dalam berbagai bentuk. ( fi’il madli, fi’il
mudlari’, mahdar, fa’il dsb. Sebagaimana tabel berikut ini :

No. Kata jumlah


1 ‘Alima, 53 X
2 Ta’lamu. 86 X
3 Ya’lamu, 205 X
4 A’lamu, 91 X
5 ‘Ulama’ 2X
6 ‘Alim, 162 X
7 Al – ‘Ilmu, 80 X
8 ‘Ilman, 25 X
9 Na’lamu, 13 X
10 ’Allama, 22 X
11 Al - ‘Alamin 73 X

Dalam alqur’an Kata ‘ilmu dilawankan dengan al-Jahlu ( kebodohan ), dan


disepadankan dengan Ma’rifah ( pengetahuan ), Hikmah ( kebijaksanaan )
dan Syu’ur ( perasaan ).
Begitu pentingnya kata Ilmu sehingga dalam Alqur’an disebutkan berulang-
ulang, mengisyaratkan bahwa ilmu sangat penting bagi kehidupan
maanusia, pentingnya Ilmu dalam Islam, sehingga umat Islam tidak dapat
dipisahkan dengan ilmu.
2. Teknologi
Istilah teknologi sering dikaitkan dengan sains/ilmu pengetahuan sehingga
membentuk istilah yang populer yaitu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
( IPTEK ).
Sains pada dasarnya adalah know What dan know Why, - cara untuk
memperoleh pengetahuan tentang sesuatu dan memberi penjelasan tentang
sesuatu. sedangkan
Teknologi pada dasarnya adalah know How – bagaimana cara membuat
sesuatu.
Teknologi adalah cara dan teknik bagaimana penerapan Ilmu Pengetahuan
secara sistematis dan pemanfaatan sumber daya alam untuk pemenuhan
kebutuhan ( produktifitas ) masyarakat.
Menurut M Quraish Shihab ( 1999: 440 ) untuk mengungkap pandangan
Alqur’an tentang teknologi, terdapat 750 ayat yang berbicara tentang alam raya
beserta fenomenanya dan memerintahkan kepada manusia untuk mengetahui
43
dan memanfaatkannya. Firman Allah swt: ‘dan Dia menundukkan untuk kamu
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya ( sebagai anugrah
) dari Nya”. ( Q S Al-Jatsiyah: 13 )
Penundukan tersebut potensial terlaksana melalui hukum-2 alam yang
ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugrahkan-Nya kepada manusia.
Alqur’an menjelaskan sebagian dari ciri tersebut antara lain :
a. Bahwa segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-2 nya
( Q S Huud: 8 )
b. Semua yang berada di alam raya ini tunduk kepada-Nya. ( Q S Ar-Ra’du
: 15 )
c. Benda-benda alam ( yang tidak bernyawa ) tidak diberi kemampuan
memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-2-Nya
( Q S Fushshilat : 11 )
d. Akan tetapi kepada manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri-2
dan hukum yang berkaitan dengan alam raya ( al-Baqarah : 31 )
Lebih lanjut menurut M Quraish Shihab ( 1999: 442 ) Adanya potensi dan
tersedianya lahan yang diciptakan oleh Allah, serta tidak mungkin alam raya
membangkang perintah Allah dan hukum-Nya, menjadikan ilmuwan dapat
memperoleh kepastian tentang hukum-2 alam. Hal itu mengantarkan manusia
berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan.
Keberhasilan memanfaatkan alam itu merupakan buah Teknologi.
Dalam Alqur’an memang tidak ditemukan istilah IPTEK melainkan berupa
isyarat/ Ibrah – i’tibar antara lain:
a. Kisah Qabil yang belajar dari burung gagak tentang cara menguburkan
mayat Habil ( Q S Al-Maidah : 30 – 31 ).
b. Pembuatan , melayarkan dan melabuhkan bahtera Nabi Nuh as sewaktu
dilanda banjir bah dan selamat ( Q S Huud: 36 – 44 )
c. Pelunakan dan pembuatan baju besi serta pemanfaatan bukit-2 dan
burung-2 oleh Nabi
Daud as ( Q S Al-Anbiyaa’: 80 dan S Saba’ : 10 – 11 )
d. Berkomunikasi dengan burung, semut dan jin, pemanfaatan tenaga
angin untuk transportasi, tenaga jin untuk tentara penyelam laut,
membuat konstruksi bangunan patung, kolam dan pencairan tembaga
oleh nabi Sulaiman as Q S Al-Anbiyaa’: 81 – 82, An-Naml : 15 – 28,
Saba’ : 12, Shaad : 34 – 40 ).
e. Membangun dan meninggikan Ka’bah olen nabi Ibrahim as, dan
puteranya Nabi Ismail as, ( Q S Al-Baqarah : 124 – 132 ).
f. Pengolahan sumber daya alam dan hasil bumi oleh Nabi Yusuf ( Q S
Yusuf : 55 – 56 ).
g. Peninggalan peradaban kaum ‘Ad, Irom dan Tsamud dalam bidang seni
bangunan yang mengagumkan ( Q S Al-Fajr : 6, 7, 8 )
Dan masih banyak ayat-2 lain yang mengandung isyarat ( Ibrah ) tentang
IPTEK, OKI umat Islam seharusnya tampil untuk mempelajari dan
menguasainya demi kemajuan & peradaban Islam.
3. Seni
Seni/ Art ( bahasa Latin ), Ars – kemahiran
Pengertian secara terminologi – Seni adalah sebagai suatu kemahiran dalam
membuat barang-2 atau mengerjakan sesuatu.
Dalam kehidupan manusia Seni dapat dilihat dari Dua sudut pandang yaitu:
a. Seni sebagai proses aktifitas manusia yang menciptakan suatu karya
indah dan menyenangkan.
b. Seni sebagai sebuah hasil karya atau produk dari kegiatan seni.
Ada dua teori tentang nilai seni yaitu:
44
a. Teori bentuk – yaitu bahwa nilai seni itu terdapat pada barang/obyek,
b. Teori Expresi – bahwa suatu nilai seni itu tergantung dari perasaan
subyek/orang yang memandangnya.
Secara Explisit memang tidak ditemukan Nash-2 ( alqur’an & hadits ) yang
membicarakan tentang hakekat seni, namun secara Implisit terdapat sejumlah
ayat yang dapat menjadi petunjuk tentang bagaimana seni itu dipandang dari
perspektif Islam.
Ada sejumlah ayat yang mengisyaratkan kepada teori bentuk dan ada pula ayat
yang mengisyaratkan kepada teori Expresi.
Ayat-2 yang mengisyaratkan kepada teori bentuk antara lain: Q S Fathir : 27 –
28, al-Hijr : 19, Ghafir : 64, al-Mulk : 3 – 5, al-taghabun : 3, al-Sajdah : 7,
Qof : 6, al-An’am : 99,
Pada ayat-2 tersebut terlihat betapa ciptaan Allah memiliki keindahan secara
obyektif, seperti ke aneka ragaman tumbuh-2 an, hewan-2, gunung-2 dan juga
manusia sendiri, termasuk keserasian, keseimbangan dan keharmonisannya
yang begitu indah dan bernilai seni.
Adapun ayat-2 yang mengisyaratkan kepada teori Expresi antara lain : ( Q S
An-Nahl : 5 -.6 )
B. Integrasi Agama, Iptek dan Seni
Cukup banyak alasan mengapa perlu adanya integrasi antara Agama, Iptek
dan Seni, menurut Djalaluddin Rakhmat ( 1994 : 157 ) – di negara yang ber
sains dan berteknologi tinggi muncul kecemasan dan kekhawatiran masyarakat
terhadap ancaman senjata pemusnah ( biokimia dan virus ) yang berbahaya dan
mematikan, disusul terjadinya kemunduran rohani dan kehancuran mental,
porak porandanya lembaga keluarga, hilangnya pegangan hidup, revolusi
sexual, alkoholisme dan sadisme. ( Hidayat Nataatmaja : 1985: 53 – 56 dan
Djalaluddin Rakhmat: 1994: 159 ).
Fenomena tersebut merupakan petaka yang ditimbulkan oleh kemajuan
iptek tanpa kendali agama ( etika ). Hal itu menggugah kesadaran para ilmuwan
akan pentingnya kekuatan-2 supra rasional dan meta empiris di balik semua
kekuatan materialistis dan rasionalistik...’’kini kita sedang bergerak
menghampiri ambang agama’’, demikian ungkap psikolog Amerika – Assegioli
– seperti dikutip Djalaluddin Rakhmat ( 1994 : 154 ). Gambaran diatas
memperkuat tesis bahwa iptek tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus
terintegrasi dengan agama.
Armahedi Mahzar ( 1983 : 25 – 30 ) mengilustrasikan pandangan
integralistik tersebut dengan dua buah segi tiga yang membentuk suatu prisma,
yaitu:
1. Segitiga – ‘’ Ilmu Pengetahuan, Teknologi , Seni’’ dan segi tiga ‘’Filsafat,
Etika , Mistik’’
Kedua segi tiga tersebut kemudian di integrasikan dengan segi tiga
fundamental Islami yaitu:
2. ‘’ Iman, Islam, Ihsan’’ atau ‘’ Aqidah, Syari’ah, Tarekat’’ atau ‘’ Tauhid,
Fiqih, Tasawuf ‘’
Oleh karena Islam mengenal prinsip tawazun ( penengah ) antara kolektifisme
dan individualisme, maka tepatlah bahwa segi tiga ilmu Islam ‘’ tauhid, Fiqih,
Tasawuf ‘’ merupakan penengah bagi segi tiga ‘’ Ilmu, Teknologi, Seni ‘’ serta
segi tiga ‘’ Filsafat, Etika, Mistik ‘’.
Sebagai penengah segi tiga Islam; ilmu Tauhid pada posisi pertama ( ilmu
yang membicarakan keesaan Allah beserta sifat-2 Nya, yang juga tercermin
pada alam ciptaannya baik alam lahir maupun alam batin. Untuk mengenalnya

45
maka harus melalui penjelajahan dan penyelidikan terhadap kedua alam
tersebut. Penyelidikan alam lahir menjelmakan Ilmu Pengetahuan, sedangkan
penyelidikan alam batin menjelmakan Filsafat. Firman Allah swt : “Akan kami
tunjukkan kepada mereka ayat-2 kami di cakrawala dan di dalam diri mereka,
sehingga jelas bagi mereka kebenaran alqur’an itu “ ( Q S Fusshilat : 53 ).
Dengan demikian maka Ilmu dan Filsafat menjadi fondasi yang logis bagi Ilmu
Tauhid.
Penengah kedua adalah fiqih atau Ilmu Fiqih yang lebih memfokuskan pada
kewajiban-2 manusia baik terhadap diri sendiri, orang lain, sesama mahluk serta
terhadap allah swt.
kewajiban-2 manusia baik terhadap diri sendiri dan orang lain adalah
kewenangan Ethica.
Dan terhadap mahluk lain selain manusia untu merealisir manfaat yang
dikandungnya adalah kewenangan Teknologi.
Dengan demikian ilmu Tauhid dan ilmu Fiqih adalah penengah dan sekaligus
pemandu pasangan-2 antara lain : ( Ilmu Pengetahuan – Filsafat ), serta
( Teknologi – Ethica ).
Sedangkan ( Ihsan – ilmu Tasawuf ) merupakan penengah bagi ( seni dan
mistik ).
Karena Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari al-Asma’- al-Husna, keindahan
nama-2 Nya itu tercermin di dalam ciptaan-Nya ( Jalal al-Jamal ) alam lahir
dan alam batin, senantiasa merangsang perasaan seorang seniman sehingga
dapat mengungkapkannya dalam karya-2 seninya. Dengan demikian tidaklah
mengherankan jika seniman-2 terbesar dalam sejarah Islam adalah para sufi;
pembangunan masjid-2 besar dan indah dalam sejarah Islam adalah juga
mereka yang tergabung dalam tarekat-2 sufi.
Pandangan diatas secara sederhana dapat di ilustrasikan sebagai berikut :
Agama Islam sebagai sebuah sistem way of life bagi manusia untuk
merealisasikan tugas maupun fungsi kodratinya yaitu :
1. Funsi pengabdian – Ibadah ( Q S Adz-Dzariyaat : 56 )
2. Fungsi kekhilafahan – Khalifah ( Q S Al-baqarah : 30 dan al-An’am : 165 )
3. Fungsi kerisalahan – Risalah ( Q S Ali ‘Imran : 104 dan 110 )
4. Fungsi kebajikan – Ihsan ( Q S al-Baqarah : 177 dan Ali ‘Imran : 134 ).
.Keseluruhan fungsi kodrati tersebut merupakan satu kesatuan dalam rangka
mencapai kebahagiaan lahir – batin, dunia – akherat ( Sa’aadatu al-Daaraini ).
Sebagai konsekwensi logis dari upaya merealisasikan fungsi-2 kodrati tersebut,
diperlukan alat ( media – instrumen ) yaitu IPTEK dan Seni.
Adapun iptek dan seni yang dipandang releven untuk merealisasikan fungsi
kodrati tersebut ada lima konsep yaitu :
1. Tujuan filosofis
2. Nilai motivasi
3. Nilai prognostik ( aman dan punya tingkat keberhasilan yang tinggi ).
4. Nilai teknik ( aspek teknik pelaksanaan ).
5. Nilai para teknik ( pertimbangan segi kemampuan finansial serta dampak
yang ditimbulkannya )
Dengan demikian upaya pengembangan iptek dan seni secara ontologis maupun
aksiologis harus terintegrasi dengan agama, dan bermuara kepada penyaksian
dan pengungkapan akan – Ihsanullah, Jamalullah, Jalalullah dan kamalullah.
Bukan yang sebaliknya yang dapat membawa petaka bagi diri manusia dan
kehidupannya.
C. Keutamaan Orang yang berilmu ( al ‘Alim )

46
Q S Az-Zumar : 9 menyatakan “ Katakanlah; Adakah sama orang-2 yang
mengetahui dengan orang-2 yang tidak mengetahui ?. Sesungguhnya orang
yang ber akal lah yang dapat menerima pelajaran.
Q S Al-Mujadalah : 11menyatakan “ ... Niscaya Allah akan meninggikan
orang-2 yang beriman diantaramu dan orang-2 yang berilmu beberapa
derajat, dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Sabda Nabi : Kelebihan orang mukmin yang berilmu dengan mukmin ‘abid
( ahli ibadah ) adalah tujuh puluh derajat ( HR Abu ‘Uda dan Abu Hurairah ).
Sabda Nabi : “ Manusia yang paling dekat kepada derajat kenabian ialah
orang yang berilmu dan berjihad”. ( HR Abu Na’im dan Ibnu Abbas ).
Berdasarkan ayat-2 alqur’an dan hadits Nabi tsb, jelaslah bahwa menurut
Islam orang yang berilmu bahkan berjihad dengan ilmunya menduduki derajat
tinggi mendekati derajat kenabian.
D. Tanggung Jawab Ilmuwan
Sabda Nabi saw : “ barang siapa mengetahui sesuatu ilmu lalu
menyembunyikannya, maka ia dikekang oleh Allah swt pada hari kiamat nanti
dengan kekangan api neraka “ ( HR Tirmidzi dari Abi Hurairah ).
Do’a Nabi : “ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan
aku memohon perlindungan kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat “.
Sabda Nabi : “ sebaik-baik manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi orang
lain”( HR Tobrani )
Berdasar hadits-2 tersebut mengisyaratkan secara implisit bahwa seorang
ilmuwan harus menjadikan ilmunya dan dirinya bermanfaat bagi diri dan
lingkungannya, melekat dengan tugas sosial Eningeering, tujuan-2 bangsa.
Menurut Sardar ( 1977: 36 ) – Tanggung jawab ilmuwan meliputi tiga hal
yaitu :
1. Terhadap dirinya sendiri untuk menyempurnakan hidupnya lahir-batin,
dunia akherat.
2. Terhadap masyarakat dan limgkungannya yaitu; menuntut, merubah,
membentuk suatu masyarakat sesuai dengan pengetahuannya.
3. Terhadap perasaan-2 batinnya, yakni perasaan yang menentukan hal-hal
manakah yang bermanfaat.
Menurut Djalaluddin Rakhmat ( 1994 : 169 ) - Tanggung jawab ilmuwan
meliputi tiga hal yaitu :
1. Mendidik anggota masyarakat untuk mengambil keputusan yang bijaksana
dan rasional.
2. Memberikan peringatan kepada mereka bila dilihat ada bahaya-2 yang
mengancam kehidupan mereka.
3. Memonitor dampak science dan teknologi, serta menyampaikan hasil
monitoringnya kepada masyarakat.
Alqur’an menyapa para ilmuwan dengan sebutan : ulul Abshoor, Ulin
Nuha, Ulul Albaab, Ulul ‘Ilmi.

47
PERTEMUAN XI
KEBUDAYAAN ISLAM

A. Pengertian Kebudayaan
Menurut EB Taylor dalam bukunya “ Pengantar ke Filsafat Kebudayaan” :
Culture or Civilization is that complex whole wich includes knowledge, belief,
art, moral, law, custom and any other capabilities and habits equired by man as
member of society “. – Kebudayaan adalah keseluruhan yang rumit, mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan semua
kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. – Maka kenudayaan itu meliputi tujuh faktor yaitu :
1. Kebudayaan adalah Satu kesatuan dan satu gambaran.
2. Kebudayaan meliputi satu ikatan hasil karya yang bersifat psychis sehingga
tidak dapat dilihat secara nyata, namun lebih merupakan expresi secara
emosional maupun mental.
3. Kebudayaan terdiri dari hal-hal yang sifatnya material, kesenian atau
perilaku dan moral dalam keluarga.
4. Kebudayaan merupakan penekanan pada perbuatan manusia yang mengarah
kepada keteraturan dan kesinambungan tertentu yang berwujud adat,

48
kepandaian, hal yang biasa terjadi; sehingga bukan suatu hal yang berdiri
sendiri-2.
5. Kebudayaan memiliki kedudukan yang sama, maka tidak ada kebudayaan
yang lebih tinggi atau rendah.
6. Kebudayaan merupakan sesuatu yang diraih oleh manusia dari daerah dan
orang-orang sekitarnya, oleh karena itu tidak diwarisi secara turun-temurun.
7. Kebudayaan bukan diperoleh atau dicapai oleh manusia secara perorangan,
namun harus berada dan hidup dalam masyarakat serta memiliki hubungan
di antara manusia yang satu dengan lainnya. ( Imam Muhni, tt : 2-3 ).
B. Konsep Kebudayaan dalam Islam
Kebudayaan Islam merupakan suatu system yang memiliki sifat-2 ideal,
sempurna, praktis, aktual, diakui keberadaannya dan senantiasa diexpresikan.
System Islam menerapkan dan menjanjikan perdamaian dan stabilitas
dimanapun manusia berada, karana manusia memiliki kedudukan yang sama
dihadapan Allah, yang berbeda hanyalah unsur keimanan dan ketaqwaannya
saja.
Perkembangan kebudayaan Islam membutuhkan petunjuk berupa firman
Allah dan diperlukan seorang pemimpin ummat ( Rasulullah ) – bertujuan
untuk beribadah kepada Allah semata. Dalam hal ini Islam bermanfaat untuk
memberikan petunjuk kepada manusia agar dapat menumbuh kembangkan akal
budi, sehingga memperoleh kebudayaan yang memenuhi aturan-2 dan norma-2
agama. Muhammad ketika mengawali tugas kenabian dan kerasulannya
mendasrkan pada asas-2 kebudayaan Islam yang kemudian berkembang
menjadi Peradaban Islam.
Kenidupan dalam masyarakat terdapat tiga macam sistem hibungan yaitu :
1. Hubungan antara manusia dengan Tuhan - menimbulkan system agama
yang disebut system Ibadah.
2. Hubungan antara manusia dengan diri sendiri, - menimbulkan system
Antropologi yang disebut system Taqwa.
3. Hubungan antara manusia dengan manusia lain dan alam semesta. -
menimbulkan system kebudayaan yang disebut system Mu’amalat.
Kenudian menjadi wadah kebudayaan yaitu Kebudayaan Islam. ( Sidi
Gazalba, 1976 : 73 ).
Islam bukan hanya sebagai agama, namun juga sebagai kebudayaan, sebagai
way of life, pusat kehidupan umat Islam adalah masjid, maka masjid adalah
pusat ibadat dan kebudayaan Islam.
C. Prinsip-prinsip Kebudayaan Islam
1. Tuhan dalam Islam hanya Allah saja, maka semua perintah-Nya
diberlakukan bagi semua manusia dimanapun mereka berada, daik sebagai
subyek maupun obyek. Sebelum datangnya Islam umat manusia hidup
dalam kelompok berdasarkan suku, ras atau budaya bahkan keduanya. Islam
memberi fondamen baru bagi kelompok-2 tersebut dengan konsep Ummah
– yaitu suatu kesepakatan yang meliputi beberapa hal; wawasan, kehendak
dan perbuatan secara bersama-sama yang dilakukan oleh umat Islam.
2. Persaudaraan universal yang disebabkan oleh tauhid memerlukan suatu
formasi baru, karena masyarakat Islam sebagai komunitas bukan
berdasarkan suku atau ras, tetapi pada agama. Sehinga diharapkan orang-2
non muslim membuka diri dengan cara menghindari garis keturunan, suku,
ras dsb serta berkoordinasi dengan landasan agama.
3. Persaudaraan universal dalam Islam adalah sebagaimana yang ditunjukkan
oleh Rasulullah sewaktu memimpin kota Madinah, untuk melindungi

49
seluruh warga yang terdiri dari kaum muslimin, umat Yahudi dan suku-2
lain. maka dibuatlah undang-2 berupa Piagam Madinah.
D. Sejarah Intelektual Islam
Menurut Harun Nasution sejarah intelektual dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Periode Klasik, tahun 650 – 1250 M.
2. Periode Pertengahan, tahun 1250 – 1800 M.
3. Periode Modern, tahun 1800 sampai sekarang
Pada zaman periode klasik terdapat beberapa madzhab ( Imam Maliki, Imam
Hanafi, Imam Syafi’i dan Imam Hambali ), sezaman dengan itu muncul juga
para filosof Muslim seperti :
 Al-Kindi lahir tahun 801 M di Kuffah. Dia mengatakan bahwa filsafat
merupakan bagian dari Kebudayaan Islam, maka filsafat Islam sebagai
filsafat religius spiritual, karena:
1. Filsafat Islam meneliti problematika yang satu dan yang banyak.
2. Filsafat Islam membahas tentang hubungan antara Allah dengan mahluq.
3. Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dengan akal, aqidah
dengan hikmah, agama dengan filsafat.
4. Filsafat Islam berupaya menerangkan bahwa; Wahyu tidak bertentangan
dengan akal, Aqidah apabila diterangi dengan sinar filsafat akan menetap
dalam jiwa dan tangguh di hadapan lawan., - Agama apabila bersaudara
dengan filsafat akan menjadi filosofis, seperti halnya filsafat akan menjadi
religius. ( Madkour, 1988 : 7 – 8 )
Al-Kindi memiliki pemikiran yang bebas dalam berfilsafat, - dia adalah filosof
yang pertama kali memberikan definisi tentang filsafat dan membaginya
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Ilmu Fisika, ( Ilmu Thabi’iyah ) merupakan tingkat terbawah.
2. Ilmu Matematika ( al-Ilmu ar-Riyadli ) merupakan tingkat menengah.
3. Ilmu Ketuhanan ( Ilmu rububiyyah ) merupakan tingkat tertinggi.
( Hanafi,1976 : 9 )
 Abu Bakr Muhammad bin Zakaria bin Yahya Al-Razi. lahir di Ray,
dekat Teheran, Iran, pada 865 M/251 H
Al-Razi hidup di bawah pemerintahan Dinasti Saman. Di kota Ray, Al-Razi
belajar ilmu kedokteran pada Ali bin Rabban al-Thabari, belajar ilmu filsafat
pada al-Balkhi. Di samping itu, Al-Razi juga belajar matematika, astronomi,
sastra, dan kimia. Di masa mudanya, Al-Razi hidup sebagai tukang intan,
penukar mata uang, dan sebagai pemusik/pemetik kecapi. Al-Razi menulis
hampir semua karyanya kecuali matematika

Al-Razi dikenal sebagai seorang pemberani dan pengeritik dogma-dogma


Islam yang fundamental, seperti soal Al-Qur`an, kenabian, dan takdir. Buku
Naqd al-Adyan aw fi al-Nubuwwah yang diduga kuat sebagai karyanya,
menjadi sasaran kritik dari lawan-lawannya, seperti: 1) Abu Hatim Al-Razi
(seorang teolog, ahli hadis, dan da’i beraliran Syi’ah Ismailiyah); 2) Abu
Qasim al-Balkhi (seorang Mu’tazilah yang berbeda soal waktu dan zaman);
dan 3) Ibnu Tammar yang menolak tulisan Al-Razi berjudul Al-Thibb Al-
Ruhani.

Al-Razi meninggal pada 5 Sya’ban 313 H bertepatan dengan 27 Oktober


925 M karena menderita penyakit semacam katarak. Beberapa dokter
menawarkannya untuk mengobati kebutaan matanya, tetapi Al-Razi
menolaknya dengan berkata, “Sudah banyak dunia yang aku lihat, dan aku
tidak ingin melihatnya kembali”.

50
 Al – Farabi, lengkapnya, Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin
Tarkhan bin Auzalagh. Lahir pada 870 M di desa Wasij, bagian dari Farab,
yang termasuk bagian dari wilayah Mā Warā`a al-Nahr (Transoxiana); sekarang
berada di wilayah Uzbekistan. Al-Farabi meninggal di Damaskus, ibukota
Suriah pada umur sekitar 80 tahun, tepatnya pada 950 M. Di negeri Barat, al-
Farabi dikenal dengan nama Avennaser atau Alfarabius. Ayahnya berasal dari
Persia (Suriah) yang pernah menjabat sebagai panglima perang Turki. Sedang
ibunya berasal dari Turki. Ia mendapat gelar Al-Mu’allim Tsani ( guru kedua )
setelah aristoteles karena:

1. Memberi sumbangan kepada Filsafat Islam – teori logica, dari Aristotels


diterjemahkan kedalam bahasa Arab seperti: Categories, Hermeneutics,
First Analitics dan second Analitics
2. Meletakkan dasar-2 ilmu musik – dari pythagoras, kemudian
disempurnakannya.
3. Memberi pandangan yang sistematis mengenai bagian-2 ilmu pengetahuan
dan batasannya.
4. Al-Farabi adalah gurunya Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan para filosof
sesudahnya.
5. Al-Farabi berpendapat bahwa kebenaran filsafat hanyalah satu, sebab
menurut Plato dan Aristotels filsafat hakekatnya sama, tidak dapat
dibedakan. Menulis buku berjudul ‘’Al – Jam’u baina al – hakimain’’
( mempertemukan pendapat kedua filosof Plato dan Aristotels.

 Ibnu Maskawaih
Maskawaih adalah seorang filosuf muslim yang memusatkan perhatiannya
pada etika islam. Ia seorang sejarawan tabib, ilmuan dan sastrawan. Nama
lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khasim Ahmad bin Ya’qub bin Maskawaih.
Namanya yang lebih masyhur adalah Maskawaih atau Ibnu Maskawaih.dari
gelar ini tidak salah jika orang mengatakan bahwa Maskawaih tergolong
menganut aliran syi’ah. Maskawaih dilahirkan di Ray (Iran), pada 320H
(932M) dan wafat di Asfahan pada 9 Safar 421H (16 Pebruari 1030M).
Maskawaih dikenal terutama dalam keahliannya sebagai sejarawan dan filosuf,
Maskawaih memperoleh sebutan Bapak Etika Islam, karena Maskawaih-lah
yang pertama mengemukakan teori etika dan sekaligus menulis buku tentang
etika. Maskawaih dikenal terutama dalam keahliannya sebagai sejarawan dan
filosuf, Maskawaih memperoleh sebutan Bapak Etika Islam, karena
Maskawaih-lah yang pertama mengemukakan teori etika dan sekaligus menulis
buku tentang etika.

Disamping para filosof diatas masih banyak filosof lain seperti:

Ibnu Sina, lahir th 1307 M- Ibnu Bajjah, lahir th 1338 M – Ibnu Tufail, lahir th
1147 M - Ibnu Rusyd, lahir th 1126 M. Pada periode pertengahan ( 1250 –
1800 ) menurut sejarah pemikiran Islam dinilai sebagai zaman kemunduran,
disebabkan filsafat mulai ditinggalkan oleh umat Islam. Namun setelah itu
mulai abad 20 umat Islam sudah mulai bangkit kembali menekuni dunia ilmu
dan filsafat.

E. Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam

51
Pada zaman Rasulullah masjid dimanfaatkan sebagai pusat peradaban dan
kebudayaan Islam, seperti; mengajarka al-Qur’an, hadits, bemusyawarah,
menyelesaikan persoalan umat Islam, membina sikap dasar umat Islam terhadap
orang-2 non muslim, bahkan segala ihtiar untuk mengembangkan kesejahteraan
umat Islam justru berasal dari masjid. termasuk Untuk proses pembelajaran dan
penerangan.
Masjid adalah hasil budaya umat Islam dalam bidang teknologi konstruksi
sesuai ciri khas suatu kota atau negara Islam sebagai simbul kebudayaan Islam.
Bangunan masjid yang indah artistik dapat ditemukan di Spanyol, India, syiria,
Cairo, Baghdad serta beberapa daerah di Afrika. Hal itu juga sebagai bukti
sejarah zaman kejayaan umat Islam dalam bidang teknologi konstruksi, seni
arsitektur dan ekonomi. Adapun seni arsitektur yang meng inspirasi masjid-2 di
dunia adalah masjid-2 Arab, Persia, Byzantium, India, Mesir dan Gothic.
F. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia
Dakwah Islam di Indonesia dilakukan beseta dengan seni dan budayanya,
sehingga Islam tidak dapat lepas dari budaya Arab. Para juru dakwah
( walisongo ) begitu arif dalam membawa misinya dengan memasukkan nilai-2
ajaran Islam kedalam budaya dan adat istiadat rakyat setempat sehingga ajaran
Islam mudah diterima oleh masyarakat dengan nyaman dan damai, misalnya;
pada upacara selamatan ibu hamil 7 bulan ( mitoni ) diisi dengan bacaan ayat-2
Alqur’an, tirakatan 7 malam pada orang yang meninggal diisi dengan do’a
bersama ( tahlilan ) juga dari ayat-2 alqur’an, sadranan, syawalan, merti deso
dsb.
Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia yang lain seperti corak bangunan
masjid di Indonesia, misalnya:
1. Masjid yang dibangun oleh Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila
( YAMP ) semuanya seragam berbentuk joglo, ( gaya arsitektur Jawa ).
Untuk Masjid-2 tua yang direnovasi antara lain:
2. Masjid agung banten ( bangunan menara dan madrasah ).
3. Masjid Menara Kudus ( bangunan bagian depan berujud pintu gerbang dan
kubah dengan gaya arsitektur kayu Indonesia ). Menara mirip Pura.
4. Masjid agung Surakarta ( bangunan pintu gerbang dan tembok keliling yang
berlubang tiga pintu dengan lengkung runcing dan menara tempel yang
memiliki mahkota kubah, merupakan hasil modifikasi pintu gerbang
masjid-2 di India ).
5. Masjid Sumenep madura ( bangunan pintu gerbang bergaya arsitektur Eropa
).
6. Masjid jami’ Padang Panjang, Tanah Datar, Masjid Sarik ( Bukit Tinggi ),
Masjid Sumatera Barat ( pembangunan puncak tumbang dengan mahkota
kubah ).
Untuk masjid-2 yang bergaya modern antara lain:
7. Masjid Raya Medan, masjid Baiturrahman Banda Aceh – ( mencontoh gaya
arsitektur masjid India ).
Untuk masjid-2 model baru yang dibangun pasca kemerdekaan RI
antara lain:
8. Masjid Raya Makasar ( Ujung Pandang ), masjid Syuhada’ ( yogyakarta ),
masjid agung al-Azhar ( Jakarta ), masjid salman ITB ( Bandung ).
Masjid mempunyai sejumlah komponen al: Kubah, Menara, Mihrab
dan Mimbar. Adapun Komponen yang berciri khas Indonesia adalah Bedug,
yang terbesar adalah di masjid Jami’ Purworejo Jawa Tengah.

52
PERTEMUAN XII
ETIKA, MORAL DAN AKHLAQ

A. Pengertian dan ruang lingkup Akhlaq serta Perbedaannya dengan Moral dan
Ethica
Etimologi: Kata akhlaq merupakan bentuk jama’ dari khuluqun, artinya tingkah
laku, peringai, tabiat.
Terminologi: daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah
dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.
Akhlaq adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan
spontan itu baik menurut akal dan agama maka tindakan itu disebut perbuatan
baik Ahkaqul Karimah. Sebaliknya kalau buruk disebut Ahlaqul Madzmumah.
Baik dan buruk akhlaq itu berdasar dua sunbernilai yaitu : al-qur’an dan
sunnah rasul.
Moral : berasal dari bahasa latin, Mores artinya kebiasaan. Moral selalu
dikaitkan dengan ajaran baik-buruk yang diterima umum atau masyarakat.
Karena itu adat istiadat menjadi standar dalam menentukan baik buruknya suatu
perbuatan. Mengatur hubungan sesamanya namun lain jenis, menyangkut
kehormatan pribadi.
Ethica – adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu. Ethica lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat,
maka yang menjadi ukuran baik buruk adalah akal manusia. Jika dibandingkan
dengan moral maka ethica lebih bersifat teoritis dan umum, Sedangkan moral
bersifat praktis, lokal atau khusus.
B. Karakteristik Ethica Islam
Ethica Islam sama artinya dengan Ilmu akhlaq. Sebagai cabang dari ilmu
Agama Islam yang selalu berkaitan dengan perbuatan manusia berdasarkan
alqur’an dan Hadits, sesuai dengan fitrah akal pikiran sehat dan benar.
Definisi: “Ethica Islam / Ilmu akhlaq adalah suatu pengetahuan yang
mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan ajaran Allah
dan Rasul-Nya (al-Qur’an dan Hadits ).

53
Ada perbedaan antara ethica Islam dengan ethica Filsafat disebabkan beberapa
karakteristik al:
1. Ethica Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku
yang baik ( akhlaqul karimah ) dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang
buruk ( akhlaqul madzmumah ).
2. Ethica Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik-
buruknya perbuatan didarkan pada ajaran Allah al-Qur’an dan ajaran
Rasulnya al-Sunnah.
3. Ethica Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh
seluruh umat manusia di segala lapisan, waktu dan tempat.
4. Dengan fitrah/naluri dan akal fikiran manusia, maka ethica Islam dapat
dijadikan pedoman bagi seluruh umat manusia.
5. Ethica Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kepada akhlaq
yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia dibawah pancaran sinar
petunjuk allah swt, sehingga selamatlah manusia dari pikiran-2 dan
perbuatan-2 yang keliru dan menyesatkan.
C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlaq
Para sufi memandang ajaran Islam itu dalam dua aspek yaitu aspek luar/
lahiriyah ( ceremonial ) dan aspek dalam/ batiniyah ( spiritual ), mereka lebih
berorientasi pada aspek dalam, yaitu cara hidup dengan mengutamakan rasa,
pengagungan Tuhan, bebas dari egoisme.
Bermujahadah melawan hawa nafsu ialah menempuh tiga langkah seperti
berikut:
1. Takhalli
Maksudnya mengosongkan atau membuang atau menyucikan hati dari sifat-
sifat yang keji. Di peringkat ini, kita mesti melawan dan membuang secara
paksa dan terus menerus semua kehendak nafsu yang rendah (jahat) dan
yang dilarang oleh Allah. Selagi kita tidak membenci, memusuhi dan
membuang kehendak-kehendak tersebut jauh-jauh secara paksa dan terus
menerus, maka nafsu jahat itu akan sentiasa menguasai dan
memperhambakan kita.
Apabila nafsu jahat dibiarkan menguasai kita, iman tidak akan ada tempat di
hati. Bila iman tidak ada, manusia bukan lagi menyembah Allah tetapi akan
menyembah hawa nafsunya. Oleh itu, usaha melawan hawa nafsu jangan
diambil ringan. Ia adalah satu jihad yang besar.
2. Tahalli
Maksudnya mengisi atau menghiasi dengan sifat-sifat terpuji. Setelah kita
mujahadah mengosongkan hati dari sifat-sifat mazmumah atau sifat-sifat
keji, segera kita hiasi hati kita itu dengan sifat-sifat mahmudah atau terpuji.
Untuk ini, sekali lagi kita perlu bermujahadah. Untuk membuang sifat-sifat
mazmumah dari hati perlu mujahadah. Untuk mengisi hati dengan sifat-sifat
mahmudah pun perlu mujahadah. Kalau tidak, iman tidak akan wujud dalam
hati karena iman itu berdiri di atas sifat-sifat mahmudah. Tahalli ini bisa
dilakukan dengan beberapa hal yaitu: at-taubah, khouf dan Rojaa’, zuhud,
al-faqru, ashshobru, ridlo dan muroqobah.
a. at-taubah; adalah rasa penyesalan yang sungguh-2 dalam hati, serta tidak
akan mengulangi lagi disertai permohonan ampun kepada allah dan
meninggalkan segala perbuatan yang dapat menimbulkan dosa. Alghazali
mengklasifikasi taubat menjadi tiga tingkatan.yaitu:

54
1). Meningggalkan kejahatan dalam segala bentuknya, daan beralih
kepada kebaikan karena takut kepada siksa Allah.
2). Beralih dari satu situasi yang sudah baik menuju ke situasi yang
lebih baik. Dalam tasawuf keadaan ini disebut “ Inabah “.
3). Rasa penyesalan yang dilakukan semata-mata karena ketaatan
dan kecintaan kepada Allah swt. Hal ini disebut “Aubah “
b. khouf dan Rojaa’;
khouf artinya cemas/takut, karena menyadari akan dosa dan kesalahan
yang telah dilakukan. dan Rojaa’ artinya mengharap ridla Allah yang
maha pengampun sehingga berharap dosa-2nya akan diampuni oleh
Allah swt.
c. zuhud; adalah suatu sikap melepaskan diri dari rasa ketergantungan
terhadap kehidupan duniawi dan mengutamakan kehidupan ukhrowi.
d. al-faqru; yaitu sikap mental – merasa cukup dan tidak menuntut lebih
banyak dari apa yang telah dimiliki.
e. ashshobru; adalah suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil dan
konsekwen dalam pendirian. Hal ini diperlukan dalam situasi apapun,
dikala mendapatkan anugerah kesenangan agar tidak sombong dan lupa
diri, jika dimpa musibah hati tetap ihlas.
Al – Ghazali memberikan solusi menghadapi dangguan kestabilan
jiwa sbb:
1). ‘Iffah – ketahanan mental menghadapi / menanggulangi hawa
nafsu perut dan sexual.
2). Hilm – kesanggupan seseorang menguasai diri agar tidak marah.
3). Qona’ah – ketahanan hati untuk menerima nasib sebagaimana
adanya.
4). Syaja’ah – sikap pantang menyerah dan kesatria.
f. Ridlo; menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang
datang dari Allah, baik hal yang berkaitan dengan agama maupun
menyangkut nasib hidupnya.
g. Muroqobah; introspeksi; self correction – selalu mengoreksi kesalahan
dan kekurangan dirinya sendiri serta menyadari bahwa semua gerak
gerik dan tingkah lakunya selalu diawasi oleh Tuhan. Namun juga
beramal solih untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah
swt.
3. Tajalli
Maksudnya terasa kebesaran dan kehebatan Allah atau keadaan sentiasa rasa
bertuhan. Ia adalah sebagai hasil dari mujahadah. Selepas peringkat takhalli
dan tahalli , kita akan memperoleh tajalli . Ialah satu perasaan yang datang
sendiri tanpa perlu diusahakan lagi. Agak sukar untuk menggambarkan
perasaan ini dengan bahasa tetapi secara ringkas, secara mudah dan secara
asasnya, ia adalah rasa bertuhan, rasa dilihat dan diawasi oleh Tuhan, hati
seakan-akan celik, hidup, nampak dan terasa kebesaran Allah. Ingatan dan
kerinduan tertuju kepada Allah. Hati tenggelam dalam kebesaran-Nya atau
dalam kecintaan pada-Nya. Harapan dan pergantungan hati tidak ada pada
yang lain selain Allah. Apa saja masalah hidup dihadapi dengan tenang dan
bahagia. Tidak ada kesusahan dalam hidup. Yang baik maupun yang buruk
dirasakan sebagai hadiah dari Tuhan. Dunia terasa bagaikan Syurga. Inilah
kebahagiaan yang sejati dan abadi yaitu kebahagiaan hati. Tajalli ini
dilakukan dengan cara:
55
1. Munajat – melaporkan diri kehadirat Allah atas segala aktifitas yang
dilakukan, menyampaikan keluhan, mengadukan nasib dengan
untaian kalimat yang indah seraya memuji keagungan Allah, ini
adalah bentuk do’a yang diucapkan sepenuh hati disertai linangan
air mata dan dengan bahasa yang puitis.
2. Dzikir maut – ingatan yang terus – menerus kepada allah dalam hati
serta menyebut namanya dengan lisan ( al-kalabazi : 24 ) dzikir
berfungsi sebagai alat komunikasi bagi hati dan perbuatan agar
jangan sampai menyimpang dari garis yang telah ditetapkan oleh
Allah. Dzikir akan mengantarkan seseorang ke alam ketenangan
batin.
D. Sumber Akhlaq dan Aktualisasinya dalam kehidupan
1. Sumber akhlaq
Perilaku setiap orang dalam masyarakat tentunya tidak lepas dari penilaian
baik atau buruk, standar nilai itu disebut Norma, secara global norma
tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu yaitu kebudayaan dan agama
( Islam ).
Pertama; kebudayaan – yaitu hasil pemikiran dan budi daya manusia dalam
mengatur hidupnya supaya lebih baik dan lebih bermanfaat. Tujuan
kebudayaan adalah kebaikan dan keserasian hidup dalam masyarakat, maka
masyarakat itu sendiri yang membuat peraturan atau norma baik dibuat
secara tertulis maupun mengikuti adat kebiasaan yang berlaku di
masyarakat tersebut. Norma semacam ini perlahan dapat berubah dan
berkembang seiring kemajuan zaman, pola pemikiran, tingkat pendidikan
dan pengalaman warga masyarakatnya serta lingkungan yang mengelilingi
dan mempengaruhinya. Sedangkan yang -
Kedua; Agama – yang menjadi dasar penilaian adalah doktrin dan ajaran
agama yang bersifat tetap, tidak dapat di rubah walau semaju apapun
masyarakat itu, justru manusialah yang harus menyesuaikan tingkah
lakunya dengan ajaran agama yang memang berasal dari Allah untuk
mengatur kehidupan manusia di dunia ini. Akhlaq menurut Islam
mempunyai sumber yaitu Hidayah yang terbagi menjadi tiga antara lain:
a. Hidayah Ghariziyah ( naluri ).
Ada sebagian manusia yang dalam kehidupannya hanya memenuhi
kebutuhan nalurinya, misalnya aktifitas yang dikerjakan sejak bangun
tidur secara rutin seperti; olah raga, makan, bekerja, istirahat, hubungan
seksual, makan lalu tidur lagi. Aktifitas rutin seperti itu menurut Islam
sama dengan perjalanan hidup/naluri binatang ( Q S Muhammad: 12 )
b. Hidayah Aqliyah ( akal )
Setingkat lebih tinggi dari ( poin a ), sebagaimana aktifitas rutin
naluriyah, manusia sudah menggunakan akalnya dengan menuntut ilmu
dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan
keahlian/ profesi yang yang dimilikinya, namun belum tau arah dan
tujuan hidup ini untuk apa ? sehingga masih banyak orang yang ( pandai,
cendekiawan, ilmuwan, teknokrat ) - frustrasi sampai bunuh diri.
c. Hidayah Diniyah ( agama ).
Adalah hidayah tertinggi diantara hidayah lainnya, yang diharapkan oleh
setiap muslim yaitu akhlaq agama, dan ini telah terbukti pada diri
muhammad yang sangat bijak ketika masing-2 suku dan kelompok
berebut untuk memasang hajar aswad di ka’bah. Beliau membentangkan
kain segi empat, masing-2 perwakilan kelompok disuruh pegang sudut
56
kain itu, muhammad mengangkat hajar aswad dan meletakkan di tengah
kain tsb. Lalu dipasangkan di susut ka’bah. Maka semua orang mengakui
kehebatan akhlaq Muhammad dan memberinya gelar Al- Amin. ( yang
dapat dipercaya ).
2. Penerapan akhlaq.
a. Akhlaq dalam masyarakat.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berbuat jujur dan adil
kepada siapa pun, juga kerja sama, menepati janji, pemurah, walau
terhadap orang lain agama sekalipun. Itulah bukti bahwa Islam itu
Rahmatan lil Alamin.
b. Akhlaq terhadap Allah swt.
Umat Islam selalu menyadari bahwa Allah maha mengetahui terhadap
apapun yang kita perbuat setiap saat dimanapun kita berada, dan di
akhirat nanti akan dimintai pertanggung jawabannya, oleh karena itu
setiap muslim harus berakhlaq dan bersikap sebagai berikut:
1). Mengabdi/ beribadah hanya kepada Allah swt.
2). Tunduk, tawadlu’ dan patuh hanya kepada Allah swt.
3). Berserah diri pada ketentuan Allah swt.
4). Bersyukur hanya kepada Allah swt.
5). Ikhlas menerima keputusan Allah swt.
6). Penuh harap kepada Allah swt.
7). Takut dengan rasa tunduk dan patuh.
8). Takut terhadap siksa Allah swt.
9). Berdo’a memohon pertolongan kepada Allah swt.
10). Cinta dengan penuh harap kepada Allah swt.
11). Takut kehilangan rahmat Allah swt.
12). Berdzikir kepada Allah swt.
c. Akhlaq pada diri sendiri.
Setiap muslim harus menyadari bimbingan Allah melalui Rasul-Nya agar
selalu mensucikan dan membersihkan diri dari akhlaq tercela, dan
berusaha memperbaiki diri untuk menjadi manusia beradab, agar
bermanfaat dan maslahat bagi dirinya, lingkungan masyarakatnya. Maka
sikap/akhlaq yang harus dilakukan adalah:
1). Sabar
2). Syukur
3). Tawadlu’
4). Menghindari meminum racun
5). Menghindari perbuatan tercela
6). Memelihara kesucian jiwa – dengan sikap batin sebagai berikut:
a). Taubat
b). Muroqobah
c). Muhasabah
d). Mujahadah
e). Taat beribadah
7). Pemaaf dan memohon maaf
8). Sikap sederhana dan jujur
a). Sederhana dan rendah hati ( tawadlu’)
b). Trampil dalam bertindak dan bercita-cita tinggi dalam menuntut
ilmu.
c). Rajin dan bekerja keras.
d). Pemberani dan teguh hati ( istiqomah ).
e). Jujur, menepati janji dan dapat dipercaya.( amanah )
f). Pandai bersyukur dan terima kasih
g). Disiplin dan bersikap optimis ( bersangka baik dan penuh harap )
9). Hindarkan perbuatan tercela antara lain:
57
a). Khianat terhadap janji dan berkata dusta
b). Berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain.
c). Pemabuk, penjudi dan pezina
d). Bersikap sombong, egois, keras kepala dan dzalim.
e). Sikap boros untuk hal yang mubadzir dan salah
f). Sifat tamak, selalu ingin mendapatkan lebih dari yang lain
g). Sifat lemah, malas dan penakut.
10). Menjauhkan diri dari dosa-dosa besar, yaitu:
a). Syirik – menyekutukan Allah dengan selainnya.
b). Kafir, nifaq, riddah ( murtad ) dan fasiq.
d. Akhlaq terhadap ibu bapak.
Adalah berbuat baik kepada mereka ( birrul walidain ) dengan ucapn dan
perbuatan ( Q S Al-Isra’: 21 ) – Allah menyuruh manusia agar berbakti
kepada orang tua, menyadarkan dengan menggambarkan betapa besar
pengorbanan mereka ketika mengandung, melahirkan, menyusui,
merawat dan mendidik anaknya. Maka wujud bakti itu dalam bentuk
menyayangi dan mencintai sebagai ungkapan terima kasih dengan
bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan
beban bahkan merawatnya jika mereka sudah renta serta mendo’akan,
meminta ampunan Allah untuk mereka ketika sudah wafat, menepati janji
mereka yang belum terpenuhi, meneruskan silaturahim dengan sahabat
dan relasinya ketika mereka masih hidup.
e. Akhlaq terhadap kekuarga/ kerabat
Adalah mengembangkan rasa kasih sayang diantara anggota keluarga,
diungkapkan dalam bentuk komunikasi berupa perhatian ( ucapan,
isyarat, perilaku ). Pendidikan yang ditanamkan dalam keluarga akan
menjadi ukuran utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh buruk
yang datang dari luar rumah. Jika telah dibekali nilai-2 dari rumah
mereka akan bisa memfilter pengaruh-2 tersebut, tapi jika tidak dibekali -
jiwanya akan kosong sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan di
luar rumah (QS Luqman: 31 – 13)
f. Akhlaq terhadap orang lain
1). Menghormati perasaan orang lain
2). Memberi salam dan menjawab salam
3). Pandai berterima kasih
4). Memenuhi janji
5). Tidak boleh mengejek dan menghina
6). Jangan mencari-cari kesalahan
7). Jangan menawar sesuatu yang sedang ditawar orang lain
8). Rendah hati, lemah lembut, tidak sombong dan toleransi.
9). Mendamaikan bila berselisih dan mendo’akan kebaikan. ( KH Abdul
Salim: 1989 )
g. Akhlaq terhadap lingkungan hidup.
“ Tidaklah kami mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi
rahmat bagi seluruh alam” ( Q S Al – Anbiya’ : 107 ). Ayat tersebut
mengingatkan peran manusia sebagai khalifah yang bertugas
memakmurkan dan melestarikan alam. Dengan mengelola sumber daya
sehingga dapat memberi manfaat bagi manusia tanpa merugikan alam
dan merusak eko sistem yang ada. Baik di laut maupun di darat.

58
PERTEMUAN XIII
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Islam Agama Rahmat untuk Seluruh Alam


Bahwa kemanfaatan ajaran Islam bukanlah hanya berlaku bagi umat Islam
saja, tetapi berlaku secara universal yaitu seluruh alam semesta. Sebagai
landasan dasarnya adalah (Q S Al-Anbiya’ : 107 – 108) “ Wamaa arsalnaaka
illaa rahmatan lil ‘aalamin – Qul innamaa yuucha ilayya innamaa ilaahukum
ilaahun waahid fa hal antum muslimuun”.
Muhammad saw diutus Allah dengan risalah Alqur’an bukan hanya untuk
memberi petunjuk segolongan manusia saja, tapi untuk memberi petunjuk bagi
seluruh alam semesta. Apa yang disampaikan adalah kebenaran tunggal – untuk
berserah diri kepada Tuhan yang esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Dengan berserah diri maka seluruh alam akan mendapat rahmat-Nya.
ISLAM secara etimologi merupakan bentuk mashdar ( kata benda bentukan dari
kata kerja ) dari akar kata salama, memiliki dua pengertian :
Pertama – bermakna kepatuhan,
Kedua – bermakna kesetiaan terhadap agama Nabi Muhammad.
MUSLIM: Kata turunan lainnya dari akar kata yang sama dalam bentuk isim
fa’il ( kata benda pelaku kerja ). Sehingga berarti:
1. Seseorang yang menyerahkan diri kepada Allah
2. Seseorang yang menyatakan diri beragama Islam
Secara garis besar rahmat Allah itu terwujud dalam ciptaan-Nya yang sempurna
baik berupa tumbuh-2an, hewan, manusia maupun alam secara keseluruhan,
yang kesemuanya itu mengikuti sunnah-Nya yaitu ber-Islam ( beserah diri,
tunduk, patuk ), kepada-Nya. Inilah yang akan membawa kepada rahmat dan
kebaikan serta tidak memberi kesempatan kepada munculnya kesewenangan,
kedzaliman, ketidak adilan, ketidak seimbangan dan ketidak amanan maka
barang siapa mencari agama di luar Islam ( kepatuhan ) maka ia akan merusak
tatanan dan rahmat Allah yang telah diberikan di alam ini.
B. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
Ukhuwah Islamiyah – agar selalu dinamis, bisa di artikan dengan tambahan kata
“semangat” persaudaraan diantara sesama umat Islam. Demikian juga;
Ukhuwah Insaniyah - “semangat” persaudaraan diantara sesama umat manusia.
Ukhuwah atau persaudaraan itu bisa mewujud dalam sikap-2 murah hati,
bersedia menolong, adil, peduli sesama dan semua tindakan yang mengarah
pada pengungkapan rasa kasih sayang.
Semangat persaudaraan dalam Islam menuntut pelaksanaannya dengan disertai
sikap hati yang tulus dan terjalin secara baik di tingkat individu, komunitas
( masyarakat ), negara dan bahkan dunia.
Ukhuwah Islamiyah tidak dibatasi oleh wilayah, suku, ras maupun negara.
Masa berlakunyapun bersifat global dan sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Ibarat seutas tali, Ukhuwah Islamiyah ditingkat hubungan individu mengikat
hati dengan hati. ditingkat hubungan individu dan masyarakat , ia mempererat
komitmen individu dengan komunitas dan segenap satuan sosio-kultural tempat
dimana individu itu menjadi anggotanya. Di tingkat yang lebih tinggi tali itu
mengikat hubungan individu atau kelompok dengan satuan sosio-kultural yang
lebih besar yang disebut negara, begitu seterusnya dalam ikatan persaudaraan se
dunia.

59
Laksana sebuah pertunjukan orkestra, Ukhuwah Islamiyah memuat banyak
unsur dan bagian yang perlu digarap secara tepat seiring waktu, agar
menghasilkan pertunjukan yang mengesankan. Masing-2 unsur itu tidak hanya
tau apa yang harus dilakukan, tetapi juga tau kapan dimainkan. Masing-2 unsur
dapat dibedakan tetapi dalam tindakan mereka yang campur aduk saling
melengkapi satu sama lain.
Secara teoritis individu berkewajiban memenuhi dorongan fitrahnya dengan
modal kebaikan hati diantaranya dengan menjaga dan menyambung tali
silaturahmi. Sementara masyarakat, terutama negara berkewajiban menjaga
sistem sosial, ekonomi, politik hukum dan lainnya berjalan sesuai sunnatullah
dengan berprinsip pada keadilan, bahkan berlaku adil terhadap seluruh warga
negara meliputi berbagai ( suku, ras, agama dll ).

C. Kebersamaan dalam Pluralitas Agama


Setiap orang yang hidup bersama di masyarakat akan menyadari
lingkungannya yang serba plural, berbeda dan tidak sama dengan dirinya.
Bahkan pada masyarakat yang homogin-pun, perbedaan antar individu pasti
ada. Perbedaan manusia adalah kehendak Tuhan; “Seandainya Tuhan
menghendaki niscaya Dia akan menjadikan manusia satu umat, ( tetapi Tuhan
tidak menghendaki itu ) sehingga mereka akan terus-menerus berbeda
pendapat “. ( QS Hud: 118 ).
Manusia di ciptakan oleh Allah dilengkapi dengan akal fikiran agar ada
kebebasan untuk memilah dan memilih, juga dengan kreatifitasnya mampu
mengelola bumi ini dengan maksimal dan juga siap untuk beda pendapat
dengan orang lain dan tidak memaksakan agar orang lain harus sama dengan
kita. Maka prinsip yang harus ditegakkan adalah sikap toleransi.
Allah mengisyaratkan “ Katakanlah hai ahli kitab mari kita mencari titik
temu antara kita, kita jangan menyembah selain Allah, dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatu apapun dan tidak pula sebagian kita
menjdikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka; saksikanlah ( akuilah eksistensi )
kami bahwa kami adalah orang-2 muslim “. ( QS Ali Imron: 64 ).
Pengakuan eksistensi ini bersifat timbal balik *lakum dinukum wa liyadin*
sehingga masing-2 pihak dapat melaksanakan apa yang diyakininya benar.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar berkata kepada orang
kafir yang bersikeras menolak ajaran Islam: “ Sesungguhnya kami atau kamu
yang berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata, kamu tidak
akan diminta mempertanggung jawabkan pelanggaran-2 kami dan kamipun
tidak akan diminta mempertanggung jawabkan perbuatan-2 kamu. Katakanlah:
Tuhan kelak akan menghimpun kita semua, kemudian Dia memberi keputusan
di antara kita dengan benar, Sesungguhnya Dia maha pemberi keputusan lagi
maha mengetahui “. ( QS Saba’ : 24 – 26 ).
Demikianlah sikap yang diajarkan Al-Qur’an untuk menghadapi pluralitas
keyakinan/ agama, suatu realitas yang tidak bisa kita pungkiri, sehingga dengan
kesadaran dan kerendahan hati kita saling menghormati dan mengakui
keberadaannya, sekaligus menciptakan suasana kondusif dalam toleransi antar
umat beragama.
Firman Allah swt: “ Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan terdiri ( dan bersumber ) dari laki-2 dan perempuan, dan kami
jadikan kamun sekalian ber-bangsa-2 dan ber-suku-2 agar kamu semua saling
60
kenal mengenal ( bekerja sama ). Sesungguhnya yang paling mulya diantara
kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Tuhan maha
mengetahui lagi maha mengenal “. ( QS Al-Hujrat: 13 ).
Disamping kerja sama yang diharapkan terjalin antara umat manusia, Allah
sendiri mendorong manusia untuk membuktikan siapakah yang terbaik diantara
manusia itu, dengan berlomba berbuat kebajikan dan kemaslahatan di muka
bumi ini.

61

Você também pode gostar