Você está na página 1de 51

PROPOSAL CUCI TANGAN 6 LANGKAH PAKAI SABUN

PADA ANAK

SEKOLAH DASAR BANARAN II KEDIRI

NAMA KELOMPOK ;

1. Aji Khamal Husen (1811A0001)


2. Isak Rufus Bisinglasi (1811A0013)
3. Lutfia Nur Haqiqi (1811A0017)
4. Mei Wulandari Ningsih (1811A0019)
5. Titin Atik Sayyidah (1811A0027)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul kegiatan : Penyuluhan Enam Langkah Cuci Tangan Disekolah


2. Bidang kegiatan : Promosi Kegiatan
3. Ketua : Isak Rufus Bisinglasi
4. Anggota : Ajie Khamal Husen
Luthfia Nur Haqiqi
Mei Wulandari Ningsih
Titin Atik Sayyidah
5. Tempat pelaksanaa : SDN BANARAN II KEDIRI
6. Waktu pelaksanaan : 18 Mei 2019
7. Anggaran biaya : Rp.5.000.000,00-

Menyetujui

Ketua Prodi Ketua Pelaksana

Atik Setiawan W.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Isak Rufus Bisinglas


NIK. 13.07.16.003 NIM.1811A0013

Mengetahui

Kepala Sekolah SDN Banaran II Ketua LPPM

Prima Dewi Kusuma Wati S,Kep


Ns,M.Kes
NIK. 13.07.03.011

2
Ketua STIKes Surya Mitra Kediri

Dr.H.Sandu Siyoto,S.Sos.,SKM.,M.Kes
NIP. 19700216 1992 03 1 007

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan Penyuluhan ............................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .................................................... 10
2.2 Cuci Tangan .................................................................................... 13
2.3 Perilaku ........................................................................................... 18
2.4 Perilaku dan Penelitian Tentang Mencuci Tangan Pakai Sabun Di
Dunia .............................................................................................. 26
2.5 Tabel Sintesa Penelitian .................................................................. 30
2.6 Kerangka Teori ............................................................................... 36
BAB III DEFINISI KONSEP
3.1 Dasar pemikiran Variabel yang diteliti .......................................... 37
3.2 Pola Pikir ......................................................................................... 38
3.3 Definisi Konsep .............................................................................. 39
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 41
4.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan....................................................... 42
4.3 Informan .......................................................................................... 42
4.4 Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data .............................. 43
4.5 Instrumen Penelitian ...................................................................... 46
4.6 Keabsahan Data .............................................................................. 46
4.7 Jadwal Penelitian ........................................................................... 47

4
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori....................................................................................... 36


Gambar 3.1 Bagan Pola Pikir .................................................................................... 38
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan ArtiSimbol/Singkatan

ASI Air Susu Ibu


CSD Collective Subject Discourse
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
FGD Focus Group Discussion
NAPZA Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Stop BABS Stop Buang Air Besar Sembarangan WHO Wolrd Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Surat Permohonan Menjadi Informan
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Informan
Lampiran 4 : Persetujuan Pengambilan Gambar Informan
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara
Lampiran 6 : Lembar Observasi

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan

atas dasar kesadaran sebagai hasil pemberlajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang

kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan

demikian, PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang

harus dipraktikkan dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya (Kementrian Kesehatan RI 2011).

Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Cuci Tangan

Pakai Sabun (CTPS). Cuci tangan pakai sabun adalah proses pembuangan kotoran dan

debu secara mekanis dari kulit tangan memakai sabun dan air mengalir. Tujuannya

adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan

mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Cuci tangan merupakan salah satu cara

untuk menghindari penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kebiasaan mencuci

tangan secara teratur perlu dilatih pada anak. Jika sudah terbiasa mencuci tangan sehabis

bermain atau ketika akan makan maka diharapkan kebiasaan tersebut akan terbawa

sampai tua (Ardhiyanti, Pitriani, dan Damayanti 2014).

Kebersihan tangan penting di sekolah dasar untuk mencegah penyebaran

penyakit menular, dan merupakan tindakan pengendalian infeksi kunci yang

direkomendasikan selama pandemi influenza. Meningkatkan kebersihan tangan untuk

menurunkan penularan infeksi dapat mengurangi ketidakhadiran guru dan murid di

sekolah, dan juga berpotensi mencegah infeksi sekunder di masyarakat luas, mengurangi

7
biaya layanan kesehatan, dan menurunkan beban keluarga, beberapa di antaranya

mungkin perlu waktu lama cuti dari bekerja untuk merawat anak-anak (Chittleborough et

al. 2012).

Tangan manusia adalah vektor penting yang membawa patogen penyebab

penyakit. Mencuci tangan merupakan salah satu intervensi terpenting yang terbukti

efektif mengurangi kejadian penyakit menular. Cuci tangan, terutama dengan sabun,

telah ditunjukkan, misalnya, sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk diare, dan

penyakit pernafasan. Infeksi parasit usus sangat lazim di daerah terbatas sumber daya di

dunia. Anak usia sekolah sangat rentan terhadap infeksi parasit. Baik infeksi protozoa

maupun cacing berkorelasi dengan morbiditas yang tidak diketahui termasuk defisit

pertumbuhan, malnutrisi, dan kinerja sekolah yang buruk. Strategi saat ini untuk

mengendalikan infeksi cacing usus adalah pengobatan berkala orang yang berisiko.

Selanjutnya, terapi obat saja hanya untuk sementara memecahkan masalah, mengingat

infeksi ulang sering terjadi di daerah di mana infeksi parasit usus sangat endemik

(Mahmud et al. 2015).

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga kini

masih tergolong rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya prevalensi penyakit

diare (Kementrian Kesehatan RI 2010). Artinya dorongan kognitif bahwa sabun

bermanfaat untuk membunuh bakteri atau kuman masih lemah di masyarakat. Kesadaran

masyarakat Indonesia untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS) terbukti masih sangat

rendah, tercatat rata-rata 12% masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun

(Riskesdas 2013).

Penelitian oleh Sunardi dan Ruhyanuddin (2017), yang dilakukan di 10 Sekolah

Dasar di Kabupaten Malang, hasil analisa hubungan perilaku cuci tangan dengan

kejadian diare menggunakan Spearman menunjukkan adanya hubungan antara cuci

8
tangan dengan kejadian diare, semakin baik perilaku cuci tangan, maka kejadian diare

semakin rendah.

Penyakit diare merupakan penyebab utama kematian pada anak balita. Setiap

tahun diare membunuh sekitar 525.000 anak-anak di bawah usia lima tahun. Secara

keseluruhan, hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anakanak setiap tahunnya.

Sebagian besar penyakit diare dapat dicegah melalui air minum yang aman dan sanitasi

dan kebersihan yang memadai (WHO, 2017). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2017),

pada tahun 2016 perkiraan diare di fasilitas kesehatan di seluruh provinsi di Indonesia

mencapai 6.897.463 kasus, diare yang ditangani sebanyak 2.544.084 kasus dengan

presentase 36,9%.

Adapun masalah kesehatan di Kota Palu mengenai diare, menurut laporan Dinas

Kesehatan Kota Palu, selama tahun 2015 terdapat 6.925 kasus diare, meninggal 3. Pada

tahun 2016 meningkat tajam menjadi 7.457 dan meninggal sebanyak 4 orang, di mana

jumlah kasus terbanyak terdapat di

Puskesmas Singgani sebanyak 945 kasus. Prevalensi penyakit diare tertinggi di wilayah

kerja Puskesmas Singgani terdapat di Kelurahan Besusu Barat dengan jumlah kasus

sebanyak 283. Hal ini tentu saja terjadi karena penyebab yang beragam, salah satunya

yaitu kebiasaan cuci tangan pakai sabun yang masih sering diabaikan.

Penyakit infeksi parasit cacing masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

yang penting, terutama di negara berkembang atau negara miskin di seluruh dunia.

Angka infeksi kecacingan tinggi dipengaruhi oleh kebersihan diri, sanitasi lingkungan

dan kebiasaan penduduk (WHO, 2017).

Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap dapat mempengaruhi

9
seseorang untuk memilih sesuatu yang dianggap benar, disaat ia dihadapkan pada pilihan

yang benar dan salah, karena sikap merupakan emosional seseorang (Notoatmodjo

2012).

Perilaku orang, terutama anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang yang

dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang dikatakan atau

perbuatannya cenderung untuk dicontoh. Perubahan perilaku kesehatan siswa khususnya

perilaku cuci tangan pakai sabun dapat terjadi dengan adanya peran guru dan orang tua

yang memberikan contoh dengan membiasakan menerapkan perilaku cuci tangan di

sekolah (Notoatmodjo 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Fitriana (2015), yang dilakukan

di Taman Kanak-kanak ABA Kepiton, Kulon Progo, rata-rata orang tua mendukung

terhadap perilaku cuci tangan anak yaitu 32 orang dibanding yang tidak mendukung

hanya 3 orang. Pada perilaku anak, sebagian besar anak berperilaku baik dalam hal

perilaku mencuci tangan yaitu 27 anak. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara dukungan orang tua dengan perilaku cuci tangan anak.

Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif

(Notoatmodjo 2012). Sarana kesehatan dalam terbentuknya perilaku cuci tangan pakai

sabun di sekolah tentunya adalah sarana yang harus disediakan dan dapat digunakan

untuk pelaksanaan perilaku mencuci tangan pakai sabun secara benar, meliputi tempat

mencuci tangan mengalir, sabun dan handuk untuk lap pengering tangan (Murwaningsih

2016).

Kebudayaan atau pola hidup masyarakat merupakan kombinasi dari aspek

pemahaman dan pertimbangan, orang-orang penting yang menjadi referensi, dan

ketersediaan sumber daya. Perilaku yang normal adalah satu aspek dari kebudayaan, dan

selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini

10
(Notoatmodjo 2012). Kebudayaan dalam penelitian ini untuk melihat kebiasaan cuci

tangan pakai sabun pada anak sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka Kelompok tertarik untuk

menggali lebih dalam mengenai ―Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak

Sekolah Dasar di SD Banaran II Kediri‖.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah

dari penelitian ini adalah bagaimana perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak usia

sekolah dasar di SD Banaran II Kediri ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak usia sekolah dasar di

SD Banaran II Kediri.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap tentang perilaku cuci tangan pakai

sabun pada anak usia sekolah dasar di SD Banaran II Kediri.

b. Untuk mengetahui peranan guru dan orang tua terhadap perilaku cuci tangan

pakai sabun pada anak usia sekolah dasar di SD Banaran II Kediri.

c. Untuk mengetahui fasilitas yang mendukung untuk perilaku cuci tangan pakai

sabun pada anak usia sekolah dasar di SD Banaran II Kediri.

d. Untuk mengetahui kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada anak usia

sekolah dasar di SD Banaran II Kediri.

11
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Dapat memberi kontribusi terhadap berkembangnya


ilmu

pengetahuan, terutama ilmu-ilmu sosial.

b. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian sejenis untuk tahap

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Deskripsi tentang rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada anak usia

sekolah dasar di SD Banaran II Kediri.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran

dalam upaya mendukung dan mengembangkan program

cuci tangan pakai sabun.

c. Bisa digunakan sebagai masukan dalam memecahkan berbagai permasalahan

yang dihadapi dalam mengembangkan partisipasi aktif anak usia sekolah dasar

terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.1.1 Pengertian PHBS

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), perilaku hidup bersih dan sehat

adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pemberlajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat

12
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif

dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup

beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam

rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan

paradigma sehat dalam budaya perorangan. Keluarga dan masyarakat yang

berorientasi sehat, bertujuan unutuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi

kesehatannya baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan

(advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

(empowerment). Masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,

dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo 2007).

2.1.2 Konsep Tatanan PHBS

Kementrian Kesehatan RI (2011), telah menyepakati adanya lima tatanan

dalam PHBS, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan

tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Akan tetapi

untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah

yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan sepuluh indikator untuk

menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah mempraktikkan PHBS. Kesepuluh

indikator tersebut merupakan sebagian dari semua perilaku yang harus dipraktikkan

13
di rumah tangga dan dipilih karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan

keseluruhan perilaku.

2.1.3 PHBS di Berbagai Tatanan dan Indikatornya

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), berbagai tatanan dan indikator

PHBS yaitu:

a. PHBS di Rumah Tangga

Sasaran primer di rumah tangga harus mempraktikkan perilaku yang dapat

menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang mencakup persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan,

menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban

sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop BABS), pengelolaan limbah

cair di rumah tangga, membuang sampah di tempat sampah, memberantas

jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik

setiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain.

b. PHBS di Institusi Pendidikan

Di institusi pendidikan, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang

dapat menciptakan institusi pendidikan ber-PHBS, yang mencakup antara lain

mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman

sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak

merokok, tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat

Adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang tempat, memberantas

jentik nyamuk dan lain-lain.

c. PHBS di Tempat Kerja

14
Di tempat kerja, perilaku yang dapat dilakukan untuk menciptkan tempat kerja

ber-PHBS antara lain mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan

dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat

sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah

sembarang tempat,

memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

d. PHBS di tempat umum

Di tempat umum (tempat ibadah, pasar pertokoan, terminal, dermaga), sasaran

primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan tempat umum

ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan

jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik

nyamuk dan lain-lain.

e. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah sakit), sasaran

primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan fasilitas

pelayanan kesehatan ber-PHBS antara lain mencuci tangan dengan sabun,

menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak

merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang tempat,

memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

2.2 Cuci Tangan

2.2.1 Pengertian Cuci Tangan

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

15
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan

sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini

dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan

menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak

langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain

seperti handuk, gelas, dan lain-lain) (Kementrian Kesehatan RI 2014).

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,

ataupun cairan tubuh lain seperti ingus, dan makanan/minuman yang

terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus,

dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan

(Kementrian Kesehatan RI 2014).

2.2.2 Langkah-Langkah Cuci Tangan

Menurut WHO (2009), teknik mencuci tangan menggunakan sabun

dan air yaitu.

1. Basahi tangan dengan air.

2. Tuangkan sabun secukupnya untuk menyabuni seluruh permukaan

tangan.

3. Gosok kedua telapak tangan hingga merata.

4. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan

sebaliknya.

5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.

6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya.

8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan

sebaliknya.

16
9. Bilas kedua tangan dengan air.
10. Keringkan dengan handuk/tissue towel sekali pakai sampai benarbenar kering.

11. Gunakan handuk tersebut untuk menutup keran.

12. Tangan anda sudah bersih.

2.2.3 Waktu yang Dianjurkan Untuk Mencuci Tangan

Menurut Kementerian Kesehatan RI Sekretariat Jenderal Indonesia (2011),

dalam program PHBS waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah:

a. Sebelum dan sesudah makan

b. Sebelum memegang makanan

c. Setelah buang air besar dan juga air kecil

d. Setelah menyentuh unggas/hewan, termasuk unggas/hewan peliharaan

e. Setelah bermain/berolahraga

f. Sebelum mengobati luka

g. Sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari-jari ke dalam

mulut atau mata

h. Setelah membuang ingus dan membuang sampah

i. Setelah memegang uang

j. Setelah memegang sarana umum

k. Sebelum masuk kelas

l. Sebelum masuk kantin

2.2.4 Manfaat Mencuci Tangan

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk

mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama

kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak di seluruh dunia

17
meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA.

Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing

yang tinggal dalam usus, SARS, dan flu burung (Kementrian Kesehatan RI 2014).

Pada sebuah penelitian yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran Inggris

(British Medical Journal) pada November 2007 menyatakan bahwa mencuci

tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan

pelindung, bisa jadi lebih efektif untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti flu

dan SARS (Kementrian Kesehatan RI 2014).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014), penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan mencuci tangan pakai sabun antara lain:

1. Diare, menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak

balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar penelitian terkait menemukan

bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare

hingga separuh. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam

penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan

adalah mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%),

sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air

yang diolah (11%).

2. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak

balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran

pernapasan ini dengan dua langkah dengan melepaskan patogen-patogen

pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan

dengan menghilangkan patogen lainnya terutama virus entrentik yang menjadi

penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya.

Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan

18
kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan buang air

besar/kecil, dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain di

Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi

saluran pernapasan yang berkaitan dengan pneumonia pada anak-anak balita

hingga lebih dari 50%.

3. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala

panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50

kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan

berkurang). Pneumonia ditanyakan pada semua penduduk untuk kurun waktu 1

bulan atau kurang dan dalam kurun waktu 12 bulan atau kurang.

4. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah

membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan

sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata

seperti trakoma dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.

Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini

terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci

tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya

menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci

tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang

menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya

melepasnya. Di dalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit

hidup (Mustikawati 2017).

2.3 Perilaku

Dari aspek biologis, perilaku diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas

makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara

19
langsung dan tidak langsung. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah

tindakan atau perbuatan suatu orgnisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari

(Kholid 2014).

Skinner (1938) dalam Kholid (2014), merumuskan bahwa perilaku merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian,

perilaku manusia terjadi melalui proses respon, sehingga teori ini disebut dengan teori

Organisme Stimulus ―S-O-R‖. Selanjutnya, teori Skinner menjelaskan ada dua jenis

respons, yaitu :

1. Respondent respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-

rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut dengan elicting stimuli, karena

menimbulkan reaksi-reaksi yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang ini disebut

dengan reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon.

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diuraikan bahwa perilaku adalah

keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil

bersama antara faktor internal dan eksternal (Kholid 2014).

Kholid (2014) juga menyatakan secara lebih operasional perilaku dapat diartikan

sebagai suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar

subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua macam, yakni:

a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan

tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau

sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat

mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke

puskesmas untuk diimunisasi. Dari contoh tersebut dilihat bahwa ibu telah tahu

20
gunanya imunisasi meskipun belum melakukannya secara konkret. Oleh sebab itu,

perilaku ibu ini masih terselubung (covert behaviour).

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobesvasi secara langsung.

Misalnya pada contoh yang telah disebutkan, ibu telah membawa anaknya ke puskesmas atau

fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi. Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak

dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.

2.3.1 Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat

tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons

tiap-tiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang

berbeda disebut sebagai determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat

dibedakan menjadi dua, yakni

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,

yang bersifat given atau bawaan.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang

(Notoatmodjo 2012).

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atua

resultant antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan

perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan

yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan

21
membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan.

Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (Knowledge), merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2. Sikap (Attitude), merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

3. Praktik atau Tindakan (Practice). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga

diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo 2012).

2.3.2 Determinan Perilaku

Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku

dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, salah satunya yaitu teori WHO (1984) dalam

(Notoatmodjo 2012).

22
Tim kerja dari WHO (1984), menganalisis bahwa yang

menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan

pokok.

a. Pemahaman dan pertimbangan (though dan feeling), yakni dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-

penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri


atau

pengalaman orang lain.

2) Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan

tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang

terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau

orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau

menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap kesehatan

tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.

b. Orang penting sebagai referensi (personal reference). Perilaku orang,

terlebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang

yang dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang ia

katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Untuk anak-anak

sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka.

Orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi

(reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala

desa dan sebagainya.

23
c. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga,

dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau

kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat

bersifat positif maupun negatif.

d. Kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam suatu

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan (culture). Kebudayaan ini terbentuk dalam

waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.

Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat atau cepat, sesuai dengan

peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat di sini

merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan sebelumnya.

Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan

selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap

perilaku ini.

2.4 Perilaku dan Penelitian tentang Mencuci Tangan dengan Sabun di Dunia

Berbagai macam masyarakat di dunia mencuci tangan dengan sabun untuk alasan

yang berbeda-beda, walaupun pada umumnya perilaku mencuci tangan dengan sabun itu

secara luas diketahui untuk membersihkan tangan dari kuman namun perilaku ini tidak

otomatis dilakukan untuk tujuan tersebut (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Sebuah studi awal dengan pendekatan kualitatif di Kerala, India menunjukkan

bahwa orang dewasa menginginkan tangan yang bersih atas dasar kenyamanan, tangan

yang tidak bau, menunjukkan kecintaan mereka terhadap anak-anaknya dan

mempraktikkan tanggung jawab sosial mereka dalam masyarakat (Kementrian Kesehatan

RI, 2014).

24
Di Ghana, tercatat 25% dari seluruh kematian yang dialami oleh balita diakibatkan

oleh diare, penyakit ini juga menjadi tiga besar penyakit yang diderita oleh anak-anak.

Balita umumnya mengalami hingga lima kali diare selama satu tahun dan jumlah yang

kurang lebih sama dialami oleh penderita penyakit infeksi pernapasan. Perhitungan ini

berarti 9 juta kejadian diare dapat dicegah setiap tahunnya dengan mencuci tangan

menggunakan sabun. Penduduk Ghana adalah pengguna sabun yang aktif, mereka

membeli banyak sabun untuk kebutuhan sehari-hari. Namun hampir seluruh sabun

digunakan untuk mencuci piring dan mandi. Pada penelitian mendasar yang dilakukan di

Ghana, 75% ibu rumah tangga mengaku telah mencuci tangan mereka dengan sabun,

namun setelah dilakukan penelitian terstruktur, ternyata hanya 3% yang benar-benar

melakukannya, sementara 32% hanya mencuci tangan mereka dengan air. Beberapa

alasan mengapa ibu-ibu ini menggunakan sabun karena mereka merasa tangan terasa

bersih dan segar setelah kotoran terlepas, mencuci tangan dengan sabun juga merupakan

salah satu cara untuk menunjukkan bahwa mereka menyayangi anak mereka, dan pada

saat yang sama meningkatkan status sosial mereka. Kampanye mencuci tangan dengan

sabun dimulai pada tahun 2003 di Ghana melibatkan masyarakat dan pihak swasta

(Procter & Gamble) dan pada tahun 2007 menunjukkan 13% kenaikan perilaku mencuci

tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet dan 41% kenaikan perilaku mencuci

tangan dengan sabun sebelum makan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Di Indonesia sendiri, menurut Kementrian Kesehatan RI (2014), perilaku sanitasi

pada umumnya diperkenalkan melalui program pemerintah pada tahun 1970, dimana

masyarakat diajarkan untuk menggunakan MCK dan mandi dua kali sehari. Lalu

program ini dilanjutkan dengan memperkenalkan perilaku sehat mencuci tangan dengan

sabun sebelum makan di sekolah-sekolah dasar. Perilaku mencuci tangan dengan sabun

untuk memutus mata rantai penularan penyakit juga menjadi salah satu strategi nasional

25
oleh Kementrian Kesehatan dengan tujuan membangun masyarakat yang mandiri untuk

hidup sehat.

26
2.5 Tabel Sintesa
Karakteristik
No Peneliti Judul
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
1. Le Thi Mengajar Empat Data kualitatif Penelitian Pengam
Thanh Mencuci sekolah di dikumpulkan Kualitatif dari ana
Xuan, Tangan komunitas dengan bahwa a
Thilde Dengan desa di wawancara semi dan sen
Rheinldaner Sabun Untuk Vietnam terstruktur dengan dimana
, Luu Ngoc Anak-Anak anak-anak (15), pengaja
Hoat, Sekolah Di dan orang tua penghar
Daners Populasi mereka (15), demons
Dalsgaard Multi Etnis diskusi kelompok guru sek
dan Di Pedesaan terarah (FGD) memand
Flemming Utara dengan anak-anak sebagai
Konradsen Vietnam sekolah (32) dan layak, te
(2013) staf sekolah (20) kelamin
dan pengamatan belakan
yang perilaku beberap
cuci tangan pakai dalam p
sabun yang rumah y
melibatkan 15 pada ke
anak-anak standar
dan kur
diberika
praktis d

Karakteristik
No Peneliti Judul
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
mengen
dan air
tampakn
penghal
namun a
ini mun
di sekol

27
2. Eliana Perilaku Dan Sampel Penelitian ini Penelitian Siswa m
Dantas da Persepsi terdiri dari menggunakan Kualitatif dan yang me
Costa, Praktik siswa yang teknik kualitatif Kuantitatif tentang
Glaucia Kebersihan terdaftar di yang disebut Namun,
Maria Bovi Tangan Di Sekolah Collective prosedu
Ambrosano, Kalangan Kedokteran Subject Discourse sebagai
Camila Siswa Gigi Umum, (CSD). menghi
Pinelli Kedokteran di Negara Wawancara semi menyeb
(2016) Gigi Bagian Sao terstruktur dicatat tidak m
Paulo, Brasil dalam perekam mereka
(n = 54) suara digital. kebersih
Analisis data melapor
dilakukan dengan tersebut
pendekatan dengan
qualikuantitatif dengan
dengan bantuan kebersih
perangkat lunak menyata

Karakteristik
No Peneliti Judul
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Qualiquantisoft®. peduli d
tersebut
3. SPRING Penggunaan melibatkan Pengumpulan Penelitian Studi ka
(Strengtheni Tippy Taps 61 rumah data melalui Kualitatif dan tentang
ng dan Praktek tangga observasi Kuantitatif penyada
Partnership, Cuci dengan terstruktur di kebersih
Result, dan Tangan anggota wisma dan divisi B
Innovations di perempuan wawancara Banglad
in Nutrition Bangladesh yang baru terstruktur dengan persen r
Globally) Selatan, Studi saja lulus ibu dari rumah dua kera
(2016) Kualitatif dari Sekolah tangga yang satu ole
Nutrisi Tani diamati. Kami dapur, d
SPRING menggunakan atau leb
sembilan wawancara menemu
bulan dan 59 mendalam dengan praktik
rumah informan kunci baik di
tangga untuk kelomp
dengan mendapatkan pengam
karakteristik informasi lebih menunj
serupa pada lanjut mengenai tangan p
rumah persepsi dan mencuc
tangga penggunaan keran sabun le
peserta FNS tippy dan sumber semua t
namun tidak air lainnya. FNS. Pa

28
Karakteristik
No Peneliti Judul
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
berafiliasi (55 pers
dengan tangga F
proyek mereka
tersebut. sementa
Sebanyak 59 paling u
rumah nonFNS
tangga ini selongs
berfungsi ibu men
sebagai yang leb
kelompok tangan d
pembdaning kelomp
(non-FNS) FNS jug
pemaha
tentang
tangan d
4. Ana Nur Studi tujuh orang Pengumpulan Penelitian Program
Faridazulfa Tentang serta seorang data diperoleh Kualitatif dengan dilaksan
(2017) Keberhasilan informan melalui pendekatan berturut
Program triangulasi. wawancara fenomenologi memben
Gerakan 21 khusus
Hari Cuci keberha
Tangan Pakai hari cuc
Sabun (G21h adalah s
Ctps) Di Sd organisa

Karakteristik
No Peneliti Judul
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Negeri kelurah
Tunggulsari TATV,
2 Surakarta radio M
dengan
adalah s
WC ada

29
5. Catherine Faktor-faktor Semua Pengumpulan Evaluasi proses Murid d
R. yang sekolah data dilakukan kualitatif dalam interven
Chittleboro Mempengaru dasar negeri dengan cara uji coba menunj
ugh, hi Perilaku (n = 613) diskusi terfokus terkontrol secara yang sa
Alexdanra Mencuci dalam enam dengan siswa, acak kelompok kapan d
L. Tangan Di Otoritas wawancara mencuc
Nicholson, Sekolah Lokal di dengan guru, Kurang
Elaine Dasar: Barat Daya observasi orang d
Basker, Evaluasi Inggris langsung dan mencuc
Sarah Proses Dalam diundang analisis. tidak m
Bell, dan Uji Coba untuk penghal
Rona Terkontrol berpartisipasi tangan s
Campbell Secara Acak dalam dan pen
(2012) penelitian ini kebersih
memilik
struktur
waktu u
dengan

Karakteristik
No Peneliti Judul
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
bersih y
didoron
mencuc
sehari-h
dipanda
juga aka
mencuc
6. Intan Perilaku Cuci Informan Instrumen yang Jenis penelitian Mencuci
Silviana Tangan Pakai yang dipilih digunakan yaitu yang digunakan makan d
Mustikawati Sabun Studi dalam pedoman dalam penelitian informan
(2017) Kualitatif pada penelitian ini wawancara dan ini yaitu penelitian mencuci
Ibu-Ibu di adalah lima kualitatif. sesudah
lembar
Kampung orang ibu satupun
rumah tangga observasi
Nelayan menyusu
Muara Angke yang memiliki makanan
Jakarta Utara; anak berusia di rumah ta
Studi bawah lima pengetah
Kualitatif tahun (balita) kritis me
di kampung patokan
nelayan Muara memper
Angke, satu rumah ta
orang terhadap
koordinator demikian
nelayan di memunc
kampung tangan s
nelayan pada lim

30
Karakteristik
No Peneliti Judul
(Tahun)
Subjek Instrumen Metode/
Desain
Muara Angke kritis da
tersebut, dan
satu orang
petugas di
bagian
promosi
kesehatan
Puskesmas
Muara Angke.

31
2.6 Kerangka Teori

Pemahaman dan
Pertimbangan
1. Pengetahuan
2. Sikap

1. Kepercayaan
2. Persepsi
3. Penilaian

Personal Reference
Perilaku kesehatan
1. Guru
2. Peranan Orang Tua

Sumber Daya

1. Fasilitas

1. Uang
2. Waktu
3. Tenaga

Kebudayaan

1. Kebiasaan

1. Nilai - nilai
2. Tradisi

Keterangan :
= Variabel yang Diteliti
= Variabel yang Tidak Diteliti

Gambar. 2.1 Teori WHO dalam Notoatmodjo (2012)

32
BAB III DEFINISI KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Bentuk pengetahuan dan sikap menjadi sub variabel pemahaman dan pertimbangan

yang akan diteliti. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui berkenan

dengan hal, dalam hal ini berarti pengetahuan tentang cuci tangan pakai sabun yang

diperoleh melalui pelajaran atau pesan-pesan yang disampaikan oleh guru dan orang tua.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan reaksi tertutup. Sikap anak terhadap perilaku cuci tangan pakai

sabun dapat dilihat dari kemauan anak tersebut untuk melakukan tindakan cuci tangan

pakai sabun. Namun demikian, sikap terhadap suatu objek, dalam hal ini cuci tangan

pakai sabun, tidak selalu diikuti dengan tindakan nyata.

Orang penting sebagai referensi (personal reference) merupakan orang yang

dianggap penting dan mempunyai pengaruh dalam perilaku anak sekolah dasar. Personal

reference untuk anak sekolah yaitu orang tua dan guru. Perilaku cuci tangan yang

ditunjukkan oleh personal refenrence tersebut dalam dijadikan panutan oleh anak

sekolah dalam bertindak.

Sumber-sumber daya berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok

masyarakat yang dapat bersifat positif atau negatif. Ketersediaan sumber daya, dalam hal

ini fasilitas untuk mencuci tangan pakai sabun, dapat mempengaruhi perilaku cuci tangan

pakai sabun pada anak sekolah dasar.

Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu

masyarakat bersama. Kebudayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan

cuci tangan pakai sabun yang telah terbentuk dan diterapkan oleh anak sekolah dasar.

33
3.2 Pola pikir

Pola pikir penelitian disajikan pada gambar berikut:


Pemahaman dan
Pertimbangan
1. Pengetahuan
2. Sikap

Personal Reference
1. Guru
2. Peranan Orang Tua Perilaku C uci Tangan Pakai
Sabun

Sumber Daya
1. Fasilitas

Kebudayaan
1. Kebiasaan

Gambar. 3.1 Bagan Pola Pikir / Peneliti

3.3 Definisi Konsep

1. Pemahaman dan pertimbangan terwujud dari persepsi anak usia sekolah dasar dalam

menerapkan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan

dianalisis berdasarkan :

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Pengetahuan yang tercakup dalam penelitian ini adalah pada tingkatan tahu dan

memahami. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, seperti dapat

menyebutkan langkahlangkah cuci tangan pakai sabun yang benar. Memahami

34
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar,

misalnya dapat menjelaskan mengapa harus mencuci tangan pakai sabun.

b. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pada tingkatan menerima dan

merespons mengenai sikap anak usia sekolah dasar terhadap perilaku cuci tangan

pakai sabun.

2. Orang penting sebagai referensi (personal reference), merupakan orangorang yang

dianggap penting atau dekat dengan anak. Untuk anak sekolah, guru dan orang tua

merupakan orang-orang tersebut. Hal ini dilihat dari adanya upaya orang-orang

penting tersebut untuk menanamkan perilaku cuci tangan pakai sabun kepada anak-

anak sehingga membentuk perilaku CTPS pada anak.

3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, waktu, tenaga dan sebagainya.

Untuk anak sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana untuk mencuci tangan berupa

sumber air dan sabun.

4. Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi di dalam suatu masyarakat

akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life). Kebudayaan yang dimaksud dalan

penelitian ini merupakan kebiasaan yang membentuk perilaku mencuci tangan pakai

sabun pada anak sekolah.

35
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui studi kasus yang terjadi tentang

perilaku mencuci tangan pada siswa sekolah dasar atau yang sederajat. Penelitian ini

ditekankan pada penggambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari

obyek yang akan diteliti. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

dengan pendekatan studi kasus.

Tentang metode penelitian kualitatif, Cresswell (2008) dalam Semiawan (2010)

mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau penelurusan untuk mengeksplorasi

dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti

mewawancarai peserta penelitian atau informan dengan mengajukan pertanyaan yang

umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan oleh informan kemudian

dikumpulkan dan

selanjutnya dianalisis.

Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan

batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan

berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus

yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu (Saryono dan

Anggraeni 2011).

4.2 Lokasi dan waktu pelaksanaan

4.2.1 Lokasi

Penelitian akan dilaksanakan di SD Banaran II Kediri, yang beralamat di

Jalan Panglima Polem No 11, Kelurahan Besusu Barat .

36
4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai dengan

selesai.

4.3 Informan

4.3.1 Teknik Penentuan Informan

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu

suatu metode pemilihan informan dalam suatu penelitian dengan menentukan

terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan dalam penelitian, di mana informan

yang diambil dapat memberikan informasi berharga bagi penelitian. Kriteria yang

sudah ditentukan tersebut mempermudah peneliti untuk berfokus pada orang yang

menurut peneliti dapat dijadikan informan penelitian (Saryono dan Anggraeni,

2011).

Kriteria informan yang akan diambil pada penelitian ini berdasarkan pada:

1. Siswa yang berumur minimal 11 tahun

2. Siswa yang melakukan cuci tangan, terutama yang mencuci tangan pakai

sabun

3. Bersedia menjadi informan

4.3.2 Jenis Informan

Adapun jenis informan yang digunakan dalam penelitian ini menurut

Sugiyono (2014) yaitu:

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok

yang diperlukan dalam penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi informan

kunci yaitu Kepala Sekolah Dasar Inpres 1 Besusu.

37
2. Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi informan biasa yaitu

kelompok siswa SD Banaran II Kediri.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

tambahan yang dapat menunjang hasil penelitian. Dalam hal ini yang menjadi

informan tambahan yaitu orang tua.

4.4 Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data

4.4.1 Pengumpulan Data

4.4.1.1 Data Primer

Menurut Sugiarto (2015), data primer adalah informasi yang

diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni informasi dari tangan pertama

atau narasumber.

Menurut Saryono dan Anggraeni (2011), beberapa

metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu :

1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview)

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saaat

mewawancarai informan adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

38
sensitifitas pertanyaan, kontak mata dan kepekaan nonverbal. Dalam

mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu

autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau

informan) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga informan).

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan langsung untuk mengumpulkan data dan

mencatat segala informasi serta hal-hal yang relevan dengan masalah

penelitian. Teknik observasi memungkinkan peneliti untuk mengamati

dari dekat gejala penyelidikan. Peneliti mencatat apa yang

sesungguhnya tampak sebagai gejala dan menghindari

pendapat pribadi terhadap peristiwa atau gejala tersebut.

4.4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara

mengakaji berbagai literatur dan hasil penelitian yang terkait dengan

kesehatan masyarakat yang berfokus pada perilaku cuci tangan pakai

sabun. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung yang

memperkuat data primer yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara (Sugiarto 2015).

4.4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses mereduksi, merangkum, mengambil

intisari dari segudang data yang telah dikumpulan, sehingga menjadi bermakna dan

lebih ringkas (Saryono dan Anggraeni 2011).

39
4.4.3 Penyajian Data

Penyajian data merupakan pernyataan berupa gambar, dokumen, diagram,

denah, model atau metafora. Bentuk penyajian data dalam penelitian kualitatif

tidak terdapat batasan baku, dan sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti

dalam merangkai kata-kata (Saryono dan Anggraeni 2011). Penyajian data dalam

penelitian ini yaitu:

1. Kuotasi, adalah kutipan pernyataan informan dalam bentuk aslinya

(kalimat atau dialog), yang dapat disajikan sebagai bagian dari

kalimat (apabila tidak terlalu panjang) atau terpisah dalam paragraf tersendiri

(apabila cukup panjang).

2. Tabel/Matriks, dalam penelitian kualitatif berisi kata atau kalimat.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data (Sugiyono 2014). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

peneliti sendiri sebagai instrumen kunci, yang dilengkapi dengan alat tulis, alat perekam,

kamera, pedoman wawancara dan catatan lapangan.

4.6 Keabsahan data (Trustworthiness)

Menurut Sugiarto (2015), subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan

dalam penelitian kualitatif, mengingat dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai

instrumen penelitian, ditambah lagi teknik pengumpulan data utama penelitian kualitatif

adalah wawancara dan observasi yang dianggap banyak kelemahan ketika dilakukan

secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol. Untuk mengatasinya dilakukan pemeriksaan

terhadap keabsahan data.

1. Triangulasi sumber menunjuk pada upaya peneliti unutk mengakses sumber-sumber

yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenan dengan persoalan yang sama.

40
Hal ini berarti peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu sumber

(untuk dibandingkan) dengan data dari sumber lain. Triangulasi sumber akan

dilakukan pada informan kunci yaitu Kepala Sekolah Dasar Inpres 1 Besusu Kota

Palu, informan tambahan yaitu teman-teman informan biasa yang berada di

lingkungan SD Banaran II Kediri Kota Palu.

2. Triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dengan mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yang telah diperoleh melalui

wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara mendalam dilakukan

pada semua informan baik itu informan kunci, informan biasa dan informan

tambahan. Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipan, karena peneliti

terlibat langsung pada pengamatan dilapangan. Dokumentasi dilakukan untuk

mendukung

kevalidan kegiatan penelitian yang dilakukan.

4.7 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian terlampir pada bagian lampiran

41
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Yulrina, Risa Pitriani, and Ika Putri Damayanti. 2014. Panduan Lengkap
Keterampilan Dasar Kebidanan I. 1st ed. Yogyakarta: Deepublish.

Chittleborough, C. R., A. L. Nicholson, E. Basker, S. Bell, and R. Campbell. 2012. ―Factors


Influencing Hand Washing Behaviour in Primary Schools: Process Evaluation within a
Randomized Controlled Trial.‖ Health Education Research 27 (6): 1055–68.
https://doi.org/10.1093/her/cys061.

Kartini, Sri. 2016. “Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbar.” Jurnal Kesehatan Komunitas (Journal Of
Community Health) volume 3 (May): 53–59.
https://doi.org/10.25311/jkk.Vol3.Iss2.102.

Kementerian Kesehatan RI Sekretariat Jenderal Indonesia. 2011. Pesan Kesehatan


Dalam Berbagai Permainan : Modul Mandiri Pendidikan Kesehatan Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta.
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/2343.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

———. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

———. 2014. ―Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Perilaku Mencuci
Tangan Pakai Sabun Di Indonesia.‖ Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI.

Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo.

Mahmud, Mahmud Abdulkader, Mark Spigt, Afework Mulugeta Bezabih, Ignacio Lopez
Pavon, Geert-Jan Dinant, and Roman Blanco Velasco. 2015. ―Efficacy of
Handwashing with Soap and Nail Clipping on Intestinal Parasitic Infections in School-
Aged Children: A Factorial Cluster
Randomized Controlled Trial.‖ Edited by Zulfiqar A. Bhutta. PLOS Medicine 12 (6):
e1001837. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1001837.

Mukminah, Nurul, VG Tinuk Istiarti, and Syamsulhuda BM. 2016. ―FaktorFaktor Yang
Berhubungan Dengan Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SD Di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyuurip Purworejo.‖ Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 4
(5): 354–60.

Murwaningsih, Sri. 2016. ―Penerapan Cuci Tangan Pakai Sabun Di SDN II Kota Karang
Bandar Lampung.‖ Jurnal Kesehatan 7 (1): 148–55.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i1.132.

42
Mustikawati, Intan Silviana. 2017. ―Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi Kualitatif
Pada Ibu-Ibu Di Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara; Studi Kualitatif.‖
Arsip Kesehatan Masyarakat 2 (1): 115–25.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

———. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Saryono, and Mekar Dwi Anggraeni. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang
Kesehatan. 2nd ed. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunardi, Sunardi, and Faqih Ruhyanuddin. 2017. ―Perilaku Mencuci Tangan Berdampak
Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang‖ 8 (1).
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view.

Susanto, Isman, and Nita Fitriana. 2015. ―Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Cuic
Tangan Dan Gosok Gigi Pada Anak Di TK ABA Kepiton, Kulon Progo.‖ Journal Ners
Dan Midwifery Indonesia 3 (1): 43–47.

World Health Organization. 2017. ―Diarrhoeal Disease.‖ n.d. WHO. Accessed March 8,
2018. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.

WHO.2017. ―Soil-Transmitted Helminth Infections.‖ n.d. WHO. Accessed April 3, 2018.


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/.

World Health Organization, ed. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care:
First Global Patient Safety Challenge: Clean Care Is Safer Care. Geneva, Switzerland:
World Health Organization, Patient Safety.

L
A
43
M
P
I
R
A
N

44
JADWAL PENELITIAN
Judul : Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Banaran II
Kediri Kota Palu
Nama : Puja Astutiningrum
Stambuk : N 201 14 073
Januari Februari Maret April
No Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
1 Penyusunan Proposal

2 Penyusunan Instrumen
3 Ujian Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Pengumpulan Data
Pengolahan dan
7 Penyajian Data
8 Ujian Hasil Penelitian
9 Perbaikan
10 Ujian Skripsi
Perbaikan dan
11 Penyerahan Skripsi
55
PEDOMAN WAWANCARA

A. Pertanyaan untuk Informan Biasa

Nama Siswa :

Kelas/Umur :

Hari/tanggal Wawancara :

1. Pemahaman dan Pertimbangan

a. Pengetahuan

1) Apa yang anda ketahui tentang cuci tangan?

2) Apa yang anda ketahui mengenai langkah-langkah cuci tangan?

3) Kapan saja waktu yang tepat untuk mencuci tangan?

4) Apa akibat jika tidak mencuci tangan?

5) Apakah anda pernah mendapatkan pelajaran mengenai cuci tangan?

b. Sikap

1) Bagaimana pendapat anda terkait perilaku cuci tangan pakai sabun?

2) Menurut anda apakah pendidikan kesehatan terutama cuci tangan pakai

sabun wajib diketahui oleh semua siswa/siswi?

3) Apakah menurut anda mencuci tangan pakai sabun baik untuk anda?

4) Apakah anda mau atau tidak mencuci tangan pada saat-saat kritis mencuci

tangan (sebelum dan sesudah makan, sebelum

memegang makanan, setelah buang air besar dan air kecil, setelha

menyentuh unggas/hewan peliharaan, setelah

bermain/berolahraga, sebelum mengobati luka, sebelum melakukan kegiatan

apapun yang memasukkan jari-jari ke dalam mulut atau mata, setelah

membuang ingus dan membuang sampah, setelah memegang uang, setelah

memegang sarana umum, sebelum masuk kelas dan kantin)?

46
5) Apa yang anda rasakan ketika selesai mencuci tangan pakai sabun?

6) Apakah menurut anda mencuci tangan pakai sabun

menguntungkan atau merugikan anda?

2. Personal Reference

1) Apakah guru memberikan pelajaran/pesan tentang kesehatan

terutama cuci tangan pada saat belajar?

2) Apakah ayah/ibu memberikan penjelasan tentang cuci tangan di rumah?

3) Apakah guru sering memberikan contoh mencuci tangan di sekolah?

4) Apakah ayah/ibu memberikan contoh mencuci tangan di rumah?

5) Apakah anda mengikuti perilaku cuci tangan yang dilakukan oleh guru dan

orang tua?

6) Apakah anda ditegur oleh orang tua jika tidak mencuci tangan?

3. Sumber Daya

1) Di manakah anda biasanya mencuci tangan?

2) Apakah di sekolah/rumah tersedia tempat untuk mencuci tangan?


3) Apakah tempat tersebut digunakan?

4. Kebudayaan

1) Bagaimana kebiasaan mencuci tangan anda di rumah?

2) Apakah orang tua mengajarkan cara mencuci tangan di rumah?

3) Apakah kebiasaan mencuci tangan sudah diterapkan di rumah?

4) Apakah lingkungan sekitar anda mendukung/kondusif untuk kegiatan cuci

tangan pakai sabun?

47
B. Pertanyaan Untuk Informan Kunci

Nama :

Jabatan :

Hari/tanggal Wawancara :

1. Personal Reference

1) Bagaimana peran guru dalam penanaman perilaku cuci tangan pakai sabun di

sekolah ini?

2) Sejauh mana hubungan antara siswa dan guru di sekolah ini?

3) Apakah guru secara aktif memberikan contoh mengenai cuci tangan pakai sabun

pada siswa sekolah ini?

2. Sumber Daya

1) Adakah sarana penunjang kegiatan cuci tangan pakai sabun untuk siswa sekolah

ini?

2) Kalau tidak ada, apa kendala dalam pengadaan fasilitas tersebut?

3) Apakah siswa diajarkan untuk menggunakan sarana tersebut?

4) Apakah sarana tersebut berfungsi?

3. Kebudayaan

1) Adakah upaya lain yang dilakukan sekolah untuk menanamkan kebiasaan cuci

tangan pakai sabun pada siswa sekolah ini?

C. Pertanyaan Untuk Informan Tambahan

Nama :

Alamat :

Hari/tanggal Wawancara :

48
1. Pemahaman dan Pertimbangan

a. Pengetahuan

1) Apakah ada mata pelajaran mengenai kesehatan, terutama tentang cuci

tangan pakai sabun di sekolah?

2) Apakah bapak/ibu memberi pesan-pesan tentang kesehatan terutama tentang

cuci tangan pakai sabun di rumah?

b. Sikap

1) Bagaimana pendapat anda terkait perilaku cuci tangan pakai sabun?

2) Apakah anda mendukung kegiatan cuci tangan pakai sabun?

2. Personal Reference

1) Bagaimana peran guru dalam menanamkan perilaku cuci tangan pakai sabun di

sekolah ini?

2) Bagaimana hubungan antara guru dan murid di sekolah ini?

3. Sumber Daya

1) Adakah sarana mencuci tangan di sekolah ini?

2) Apakah bapak/ibu menyediakan fasilitas untuk mencuci tangan di rumah?

3) Apakah sarana tersebut digunakan?


LEMBAR OBSERVASI
SARANA CUCI TANGAN PAKAI SABUN DI SD BANARAN II KEDIRI
KOTA PALU

Hari/Tanggal :
Waktu :

NO. Hal Yang Diamati Ada Tidak Ada Keterangan


(Jumlah)
1. Wastafel

2. Kran

3. Sabun

4. Air

49
5. Handuk/Tissue

50
LEMBAR OBSERVASI PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK
SEKOLAH DI SD BANARAN II KEDIRI KOTA PALU

Hari/Tanggal :
Waktu :

JUMLAH
HAL YANG DIAMATI
NO. (TOTAL) KETERANGAN
PERILAKU INDIKATOR

cuci tangan hanya dengan air


1. Cuci tangan
cuci tangan dengan air dan
sabun

62

Você também pode gostar