Você está na página 1de 19

MAKALAH HUKUM BISNIS

“SURAT BERHARGA”
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Kuliah Hukum Bisnis

JURUSAN AKUNTANSI
KELAS 2A-AKT
Dosen : Asnawi, SH, MH

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Dikri Rahman 11021800204


2. Efnida Febrianti 11021800166
3. Selvy Dayanti 11021800064
4. Lulu 11021800

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BINA BANGSA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Surat-surat Berharga“. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari
berbagai sumber dan referensi dan pengarahan dari berbagai pihak oleh sebab itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami, seluruh anggota kelompok menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini


sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca umumnya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ 4

BAB II

PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 5

A. Pengertian Surat Berharga dan Surat yang Berharga ..................................................................... 5

B. Dasar Hukum Surat Berharga ........................................................................................................ 6

C. Persyaratan Umum Surat Berharga ................................................................................................ 7

D. Bentuk-bentuk Surat Berharga ....................................................................................................... 8

a. Wesel .......................................................................................................................................... 8

b. Cek ........................................................................................................................................... 11

c. Surat Sanggup atau Promes atau Akseptasi ............................................................................. 13

d. Saham (Stock)........................................................................................................................... 14

e. Kwitansi ................................................................................................................................... 14

f. Bilyet Giro ................................................................................................................................ 15

g. Obligasi .................................................................................................................................... 16

BAB III

PENUTUP .............................................................................................................................................. 18

A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 18

B. Saran............................................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya banyak orang mengenal bermacam-macam surat berharga
berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk
membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut dikatakan. Orang
mengatakan itu surat berharga berdasarkan kenyataan bahwa surat itu mempunyai
nilai uang atau dapat ditukar dengan sejumlah uang. Pengertian orang tentang surat
berharga tersebut, sebenarnya tidak tepat. Karena yang dimaksud dengan surat
berharga dalam pengertian hukum bisnis tidaklah demikian. Supaya dapat
dikatakan surat berharga menurut pengertian hukum bisnis, perlu dipenuhi syarat-
syarat tertentu yang merupakan ciri surat berharga.
Untuk menuju kepada pengertian surat berharga yang menjadi objek
pembahasan, seperti yang diatur dalam KUHD, perlu dibedakan dua surat, yaitu :
1. Surat berharga, terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda, “waarde
papier” di Negara Anglo Saxon dikenal dengan isitlah “negotiable instruments”
2. Surat yang mempunyai harga atau nilai (surat yang berharga), terjemahan dari
istilah aslinya dalam bahasa Belanda “papier van waarde” dalam bahasa
Inggrisnya “letter of value”

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas kami dapat merumuskan beberapa masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari surat berharga dan surat yang mempunyai harga?
2. Apa saja dasar hukum dari surat-surat berharga?
3. Apa saja bentuk-bentuk dari surat-surat berharga?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari surat berharga dan surat yang mempunyai harga.
2. Mengetahui dasar hukum dari surat berharga.
3. Mengetahui bentuk-bentuk dari surat berharga.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Surat Berharga dan Surat yang Berharga


Istilah surat berharga yang merupakan terjemahan dari istilah aslinya dalam
bahasa Belanda “Waarde Papier”. Surat berharga adalah surat pengakuan hutang,
wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga
atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang. (UU No. 7/1992 tentang
Perbankan). Dan dalam pengertian lain menurut H.M.N. Purwosutjipto, SH, dalam
bukunya “Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia”, mengatakan bahwa surat
berharga adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan mudah dijual-
belikan.
Lain halnya dengan istilah surat yang mempunyai harga atau nilai (surat
yang berharga) merupakan terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
“Papier Van Waarde”. Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/16/PBI/2005,
disebutkan pengertian surat yang berharga adalah dokumen yang mempunyai nilai
bagi penyimpan yang tidak dapat diperdagangkan di pasar uang dan atau pasar
modal. Dengan kata lain surat yang mempunyai harga atau nilai ini hanya sekedar
alat bukti diri bagi pemegang bahwa dia sebagai orang yang berhak atas apa yang
disebutkan untuk menikmati hak yang di sebutkan dalam surat itu. Contoh surat
yang berharga adalah sertifikat tanah, ijazah, sertifikat piagam, dokumen
perjanjian, dan lain sebagainya. Terhadap surat yang mempunyai harga,
Abdulkadir Muhammad memberikan pendapatnya sebagai berikut: “Surat ini
diterbitkan bukan untuk sebagai pemenuhan prestasi berupa pembayaran sejumlah
uang, melainkan sebagai bukti diri bagi pemegangnya sebagai orang yang berhak
atas apa yang tersebut di dalamnya. Surat ini juga tidak dapat diperjualbelikan,
bukan untuk pembayaran.”
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa surat berharga mempunyai tiga
ciri utama sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdulkadir Muhammad sebagai
berikut:
1. Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang)
2. Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah
dan sederhana)

5
3. Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi)
Tujuan penerbitan surat berharga itu ialah sebagai pemenuhan prestasi
berupa pembayaran sejumlah uang. Jadi apabila suatu surat telah memenuhi tiga
ciri tersebut, maka surat itu dapat digolongkan sebagai surat berharga karena hal ini
sesuai dengan ciri-ciri yang ditetapkan dalam pasal KUHD.

B. Dasar Hukum Surat Berharga


a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Di dalam KUHD Buku I titel 6 dan titel 7 mengatur surat-surat berharga yang
meliputi:
 Wesel diatur dalam Buku I titel keenam dari bagian pertama sampai
bagian kedua belas (100 173 KUHD)
 Surat sanggup diatur di dalam Buku I title keenam bagian ketiga belas
(174-177 KUHD)
 Cek diatur di dalam Buku I title ketujuh dalam bagian pertama sampai
dengan bagian kesepuluh (178-229d KUHD)
 Kwitansi-kwitansi dan Promes atas tunjuk diatur di dalam Buku I title
ketujuh dalam bagian kesebelas (229e – 229k KUHD)
b. Perundang-undangan lain untuk Surat Berharga lainnya.
 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 21/52/KEP/DIR dan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 21/30/UPUM tentang Penerbitan dan
Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia, masing-masing tanggal 27
Oktober 1988. Dalam peraturan ini disebut bahwa “SBI adalah surat
pengakuan hutang dalam rupiah, berjangka waktu pendek yang diterbitkan
atas unjuk dengan sistem diskonto.”
 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 21/53/KEP/DIR dan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 21/31/UPG tentang Perdagangan Surat
Berharga Pasar Uang, masing-masing tanggal 27 Oktober 1988. Dalam
peraturan ini disebut “SBPU adalah surat berharga jangka pendek dalam
rupiah yang dapat diperjualbelikan dengan sistem diskonto dengan Bank
Indonesia atau di pasar uang.”
 Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/52/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 28/49/UPG tentang Persyaratan Penerbitan dan
Perdagangan Commercial Paper melalui Bank Umum di Indonesia. Dalam

6
peraturan ini disebut bahwa “Commercial Paper adalah surat sanggup
tanpa jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan bukan bank atau
perusahaan efek, dalam jangka waktu pendek dengan sistem diskonto.”
 Surat Edaran Bank Indonesia (SERI) No. 4/670 UPPB/ Pb.B.BI 24 Januari
1972 yang sudah disempurnakan dengan surat keputusan Direksi Bank
Indonesia Nomor: 28/32/Kep/Dir dan Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor: 28/321UPG masing-masing tanggal 4 Juli 1995 mengatur Bilyet
Giro sebagai alat pembayaran giral.
Terhadap bentuk surat berharga lain yang timbul dalam praktek sampai saat
ini peraturan khusus yang mengaturnya. Seperti Sertifkat Deposito hanya
terdapat definisinya dalam Pasal 1 angka (9) UU Perbankan yang menyebut
“Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperdagangkan.”

C. Persyaratan Umum Surat Berharga


Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam KUHD khususnya yang mengatur
mengenai bentuk-bentuk surat berharga, maka dapat disimpulkan persyaratan
umum yang wajib dipenuhi suatu surat berharga yang negotiable, sebagai berikut :
a. Syarat Formal
̵ menyebutkan nama atau jenis surat berharga secara jelas;
̵ memuat atau mengandung persyaratan suatu kesanggupan, janji, perintah,
atau kewajiban yang tidak bersyarat yang isinya dapat berupa surat-surat
perintah membayar, surat hak tagih keuangan atau kebendaan, alat kredit
dan sebagainya;
̵ mencantumkan nama pihak yang wajib/harus membayar;
̵ penetapan nama tempat pembayaran;
̵ penyebutan tanggal dan tempat surat berharga tersebut diterbitkan atau
ditarik;
̵ harus ditandatangani dengan atau tanpa stempel dari penerbit atau penarik
yang sah. Hal ini tergantung kepada subjek atau siapa yang
menerbitkannya, bisa individu, badan hukum atau yayasan.

b. Syarat Materiil
̵ adanya perikatan dasar atau sebab-sebab yang sah;

7
̵ merupakan hak tagih untuk mendapatkan pembayaran uang atau
penyerahan kebendaan
̵ dapat dialihkan dengan cara endosemen, cessie atau pengalihan dari tangan
ke tangan;
̵ tidak dapat dibatalkan oleh penerbit atau penarik;
̵tersedianya dana dan bendanya jika pada saat penguangan atau penyerahan.

D. Bentuk-bentuk Surat Berharga


a. Wesel
Wesel merupakan surat berharga yang mengandung suatu perintah
pembayaran yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
KUHD. Atau lebih jelasnya lagi, “wesel” adalah suatu perintah pembayaran
yang diberikan oleh penarik kepada yang kena tarik yang harus melakukan
pembayaran itu kepada pemegangnya.
a) Personil Wesel
Dalam hukum wesel, dikenal beberapa personil wesel, yaitu orang-orang
yang terlibat dalam lalu lintas pembayaran dengan surat wesel.
1. Penerbit, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
trekker, bahasa Inggrisnya drawee, yaitu orang yang mengeluarkan
surat wesel.
2. Tersangkut, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa
Belanda betrokkene, yaitu orang diberi perintah tanpa syarat untuk
membayar.
3. Akseptan, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
acceptant, bahasa Inggrisnya acceptor, yaitu tersangkut yang telah
menyetujui untuk membayar surat wesel pada hari bayar, dengan
memberikan tanga tangannya.
4. Pemegang Pertama. Adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam
bahasa Belanda nomor, bahasa Inggrisnya holder, yaitu orang yang
menerima surat wesel pertama kali dari penerbit.
5. Pengganti, adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
geendosseerde, bahasa Inggrisnya indorsee, yaitu orang yang menerima
peralihan surat wesel dari pemegang sebelumnya.

8
6. Endosan, berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda endosant,
bahasa Inggrisnya indorser, yaitu orang yang memperalihkan surat
wesel kepada pemegang berikutnya.
b) Syarat-syarat Wesel
Menurut ketentuan pasal 100 KUHD, setiap surat wesel harus memuat
syarat-syarat formal sebagai berikut:
1. Istilah “wesel” harus dimuat dalam teksnya sendiri dan disebutkan
dalam bahasa surat itu ditulis.
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Nama orang yang harus membayarnya (tersangkut).
4. Penetapan hari bayar (hari jatuh).
5. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan.
6. Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus
dilakukan.
7. Tanggal dan tempat surat wesel diterbitkan.
8. Tanda tangan orang yang menerbitkan.

Apabila surat wesel tidak memuat salah satu dari syarat-syarat formal
tersebut, surat itu tidak dapat diperlakukan sebagai surat wesel menurut
Undang-Undang, kecuali dalam hal-hal berikut ini:
1. Surat wesel yang tidak menetapkan hari bayarnya, dianggap harus
dibayar pada hari diperlihatkan (op zicht).
2. Jika tidak ada penentapan khusus, maka tempat yang ditulis di samping
nama tersangkut, dianggap sebagai tempat pembayaran dan tempat di
mana tersangkut berdomisili.
3. Surat wesel yang tidak menerangkan tempat diterbitkan, dianggap
ditandatangani di tempat yang tertulis di samping nama penerbit.

9
c) Bentuk-bentuk Wesel
1. Wesel Atas Pengganti Penerbit
Penerbit menunjuk kepada dirinya sendiri sebagai pemegang pertama.
Kekhususan bentuk surat wesel semacam ini ialah bahwa kedudukan
penerbit sama dengan kedudukan pemegang pertama.
2. Wesel Atas Nama Penerbit Sendiri
Penerbit memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk membayar, jadi
penerbit menunjuk dirinya sendiri sebagai pihak tersangkut.
Kekhususannya ialah kedudukan penerbit sama dengan dengan
kedudukan tersangkut. Jika wesel ini diakseptasi, penerbitnya terikat
baik sebagai penghutang regres maupun sebagai akseptan. Wesel dalam
bentuk ini biasanya diterbitkan oleh kantor pusat, yang memerintahkan
kantor cabangnya untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang
surat wesel tersebut. Penerbitan surat wesel bentuk ini biasanya
dilakukan dalam satu lingkungan perusahaan, misalnya dikalangan
perbankan. Penerbit dan tersangkut berada dalam satu lingkungan
perusahaan.
3. Wesel Untuk Perhitungan Orang Ketiga
Penerbitan surat wesel dalam bentuk ini bisa terjadi jika seorang pihak
ketiga itu untuk tagihannya memungkinkan diterbitkan surat wesel,
artinya ia mempunyai rekening yang cukup dananya. Karena alasan
tertentu ia minta kepada pihak lain untuk menjadi penerbit surat wesel,
atas perhitungan rekeningnya itu. Biasanya pihak yang diminta untuk
menjadi penerbit itu adalah bank, dimana orang ketiga itu mempunyai
rekening. Bank inilah yang bertindak sebagai penerbit surat wesel
untuk perhitungan orang ketiga yang menyuruh terbitkan wesel atas
perhitungan rekeningnya.
4. Wesel Incasso (wesel untuk menagih)
Wesel Incasso adalah bentuk surat wesel yang diterbitkan dengan
tujuan untuk memberi kuasa kepda pemegang pertama menagih
sejumlah uang, tidak untuk diperjualbelikan. Kedudukan penerbit
adalah sebagai pemberi kuasa, sedangkan kedudukan pemegang
pertama sebagai pemegang kuasa untuk menagih uang.

10
5. Wesel Berdomisili
Surat wesel harus memuat nama tempat dimana tersangkut harus
melakukan pembayaran. Umumnya pembayaran itu dilakukan di
tempat kediaman tersangkut. Tetapi ketentuan ini tidak selalu demikian,
bisa juga pembayaran dilakukan di tempat lain. Menurut ketentuan
Pasal 103 KUHD ada surat wesel yang harus dibayar ditempat tinggal
pihak ketiga, baik tempat tinggal tersangkut, maupun ditempat lain.
Surat wesel ini disebut wesel berdomisili.
6. Wesel Aksep atau dikenal dengan nama Bank draft atau Bankers draft.
Bank draft atau Bankers draft adalah surat berharga yang berisi perintah
tak bersyarat dari bank penerbit draft tersebut kepada pihak lainnya
(tertarik) untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu
atau orang yang ditunjuknya pada waktu yang telah ditentukan. Bank
draft ini merupakan cek namun sumber dana pembayarannya adalah
berasal dari rekening bank penerbit bukan dari rekening nasabah
perorangan.
b. Cek
Menurut ketentuan undang-undang, “cek” adalah surat berharga yang
mempunyai sifat sebagai alat pembayar, sehingga para pedagang umumnya
atau pun orang-orang yang terlibat dalam dunia usaha dapat merasakan dan
merupakan sebagai uang dunia.
Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque, dalam mana
penerbitnya memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek, penggantinya atau
pembawanya pada saat ditunjukkan. Cek dipandang sebagai pembayaran tunai,
seperti uang biasa. Tujuan penerbitan cek ialah untuk meningkatkan jaminan
pembayaran.
a) Personil cek
1. Penarik
2. Tertarik
3. Pemegang
4. Pembawa
5. Penggang
6. Endosan
11
b) Syarat-syarat Cek
Syarat hukum dan penggunaan cek sebagai alat pembayaran giral (KUHD
pasal 178) :
1. Pada surat cek tertulis perkataan “CEK/CHEQUE” dan nomor seri
2. Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah
uang tertentu
3. Nama bank yang harus membayar (tertarik)
4. Jumlah dana dalam angka dan huruf
5. Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
6. Tanda tangan dan atau cap perusahaan.
Syarat lainnya yang dapat ditetapkan oleh bank :
1. Tersedianya dana
2. Adanya materai yang cukup
3. Jika ada coretan atau perubahan harus ditandatangani oleh si pemberi
cek
4. Jumlah uang yang terbilang dan tersebut harus sama
5. Memperlihatkan masa kadaluarsa cek yaitu 70 hari setelah
dikeluarkannya cek tersebut
6. Tanda tangan atau cap perusahaan harus sama dengan
speciment/contoh
7. tidak diblokir pihak berwenang
8. Endorsment cek benar (jika ada)
9. Kondisi cek sempurna
10. Rekening belum ditutup
11. dan syarat-syarat lainnya.

c) Bentuk-bentuk Cek :
1. Cek atas pengganti penerbit adalah cek diman nama pemegang pertama
tidak disebutkan sehingga pihak penarik sama dengan pemegang
pertama.
2. Cek atas nama penerbit sendiri adalah cek dimana nama pihak tertarik
juga tertindak sebagai penarik.
3. Cek inkasso adalah cek yang didalamnya terdapat kata “Inkasso” atau
kata “ dalam pemberian kuasa” atau kata lain sejenisnya.
12
4. Cek berdomisili adalah cek yang ditempat pencariannya di tunjukkan di
tempat tertentu, yakni di tempat pihak ketiga atau ditempat pihak
tersangkut.
5. Cek silang adalah cek yang dilembarannya diberikan garis silang,
diman cek seperti ini hanya dapat di bayarkan jika pembawannya
adalah bank lain atau nasabah tertarik.
6. Cek perjalanan adalah cek yang diterbitkan oleh seseorang yang akan
melakukan perjalanan ketempat lain. Sehingga ia tidak perlu membawa
uang tunai dalam pejalanan.
7. Cek mundur adalah cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal. Hal
ini biasanya terjadi karena kesepakatan antara pemberi dan penerima
cek.
8. Cek kosong atau blank cheque merupakan cek yang penarikkannya
melebihi saldo yang ada.
c. Surat Sanggup atau Promes atau Akseptasi
Surat sanggup atau promes lebih dikenal di pasar modal sebagai promissory
notes. Dalam dunia perdagangan di Indonesia, promes lebih dikenal dengan
istilah “akseptasi”, yang banyak digunakan oleh para pengimpor Indonesia.
Surat sanggup mempunyai jatuh tempo dan umumnya tidak panjang dan paling
panjang kurang dari satu tahun sehingga instrumen keuangan dianggap sebagai
instrumen investasi jangka pendek.
Surat sanggup merupakan suatu kontrak yang berisikan janji secara terinci
dari suatu pihak (pembayar) untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak
lainnya (pihak yang dibayar). Kewajiban ini dapat timbul dari adanya suatu
kewajiban pelunasan suatu hutang. Misalnya, dalam suatu transaksi penjualan
barang dimana pembayarannya mungkin saja dilakukan sebagian secara tunai
dan sisanya dibayar dengan menggunakan satu atau beberapa promes.
Namanya yang resmi dalam undang-undang ialah “surat order” (KUHD
BukuI titel 6).
Syarat-Syarat Surat Sanggup
Syarat- syarat surat sanggup adalah :
1. Penyebutan surat sanggup dimuatkan dalam teksnya sendiri
2. Kesanggupan tak bersyarat untuk mebayar sejumlah uang tertentu
3. Penetapan hari bayarnya
13
4. Penetapan tempat dimana pembayaran dilakukan
5. Nama orang yang dimana pembayaran dilakukan
6. Tanggal dan tempat surat sanggup
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu

Apabila salah satu dari syarat ini tidak terpenuhi maka surat tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai surat sanggup, kecuali :
1. Bila tidak menentukan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat
diunjukkan;
2. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran, maka tempat penandatangan
dianggap sebagai tempat pembayaran
3. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatanganinya maka dianggap
ditandatangani di tempat yang tertera disamping nama penandatangan.
d. Saham (Stock)
Saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu perseroan, yang
dibuktikan dengan surat saham, sebagai suatu surat legitimasi yang menyatakan
bahwa pemegang adalah orang yang berhak atas deviden, hak suara, dan
manfaat lainnya.
Para pemegang saham mempunyai hak-hak sebagai berikut:
̵ Hak untuk mendapatkan dividen
̵ Hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
̵ Hak untuk menerima sisa kekayaan dalam proses likuiditas.
Pihak-pihak yang terlibah dalam saham:
1. Penerbit (emiten) adalah PT yang menerbitkan saham dalam rangka
menghimpun modal;
2. Pemegang saham atau investor adalah pemodal yang membeli atau
menyetorkan uang untuk keperluan penyertaan modal dalam perusahaan
Penerbit.
e. Kwitansi
Setiap transaksi yang terjadi tidak begitu saja dicatat dalam catatan
perusahaan, tetapi harus didasarkan bukti pencatatan. Bukti pembukuan terdiri
dari bukti transaksi. Salah satu contoh dari bukti transaksi adalah kwitansi.
Kwitansi adalah selembar surat bukti yang menyatakan bahwa telah terjadi
penyerahan sejumlah uang dari yang disebut sebagai pemberi atau yang

14
menyerahkan uang kepada yang disebut sebagai penerima dan yang harus
menandatangani telah menerima penyerahan uang itu sebesar yang disebutkan
dalam surat itu, lengkap dengan tanggal penyerahan,tempat serta alasan
penyerahan uang itu. Untuk memperkuat tanda bukti tersebut ditempelkan
meterai sebesar yang ditentukan oleh undang-undang perpajakan.
Surat bukti itu berupa blangko yang memenuhi persyaratan dan diisi atas
persetujuan kedua belah pihak, namun tak dibutuhkan saksi. Akan tetapi, untuk
memperkuat dan merinci maksud penyerahan biasanya disertakan surat
perjanjian transaksi, yang sering kali memerlukan saksi atau dilakukan di
depan petugas yang berwenang (misalnya notaris).
Syarat-syarat Kwitansi:
a) harus ada tanda tangan atau ditandatangani oleh pembuatnya;
b) harus dinyatakan pengakuan bahwa telah menerima sejumlah
uangtertentu;
c) harus disebutkan nama yang kena tarik;
d) harus dinyatakan penanggalan hari pengeluaran “surat kwitansi pada
pembawa” tersebut.
f. Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat berharga yang merupakan surat perintah nasabah
untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan
kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau
pada bank yang lainnya. Dengan demikian pembayaran dana bilyet giro
mempunyai dua tanggal dalam teksnya yaitu tanggal penerbitan dan tanggal
efektif (jatuh tempo). Sebelum tanggal efektif tiba, bilyet giro sudah dapat
diedarkan sebagai alat pembayaran kredit, bilyet giro tidak dapat
dipindahtangankan melalui endosemen karena didalamnya tidak ada klausula
yang menunjukkan cara pemindahannya.
Syarat-syarat bilyet giro:
1. Pada surat cek tertulis perkataan “Bilyet Giro” dan nomor seri\
2. Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk memindahbukukan sejumlah
uang tertentu atas beban rekening yang bersangkutan
3. Nama bank yang harus membayar (tertarik)
4. Nama penerima dana dan nomor rekening
5. Nama bank penerima dana
15
6. Jumlah dana dalam angka dan huruf
7. Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
8. Tanda tangan dan atau cap perusahaan.
Masa berlaku dan tanggal berlakunya bilyet giro juga diatur sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan seperti :
̵ masa berlakunya adalah 70 hari terhitung mulai tanggal penarikannya
̵ bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal penarikan berlaku sebagai
tanggal effektif
̵ bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal efektif berlaku sebagai tanggal
penarikan.
g. Obligasi
Dalam Black’s Law Dictionary obligasi didefinsikan sebagai: a) suatu sertifikat
bukti hutang, yang mana perusahaan penerbit atau badan pemerintah berjanji
untuk membayar sejumlah bunga untuk satu jangka waktu panjang tertentu
kepada pemegang, dan untuk membayar kembali hutangnya pada saat jatu
tempo; b) instrumen hutang jangka panjang yang berisikan janji untuk
membayar kepada kreditur sejumlah bunga secara periodic dan membayar
hutang pokok pada saat jatuh tempo.
Beberapa hal mengenai obligasi:
1. Jangka waktu: menengah atau panjang
2. Dapat diperjualbelikan;
3. Pendapatan bunganya secara periodik (coupon basis);
4. Pembayaran bunga lazimnya diberikan untuk monthly, quarterly, semi-
anualy, atau anualy;
5. Berdasarkan negara yang menerbitkan dikenal istilah: (i) domestic, (ii)
foreign bonds dan (iii) global bonds;
6. Penerbit: (i) Pemerintah, (ii) BUMN, dan (iii) Perusahaan swasta;
7. Dalam sistem pembayaran bunga dikenal istilah: (i) coupon bond, dan (ii)
zero coupon bond;
8. Dalam jenis tingkat bunga dikenal istilah: (i) tetap, (ii) mengambang, dan
(iii) campuran;
9. Jaminan: (i) secured bond (guaranteed bond), dan (ii) unsecured bond;
10. Harga obligasi, tidak selalu sama dengan nominal dan dinyatakan dalam
bentuk prosentase. Dapat at discount (harga obligasi setelah dipotong
16
tingkat diskonto, at par (harga obligasi sebesar nilai nominal), atau at
premium (harga obligasi setelah ditambah tingkat premi)
11. Yield, adalah pendapatan dari holder atau investor, meliputi nilai pokok,
kupon dan selisih kurs;
12. Maturity atau jangka waktu;
13. Kupon adalah pembayaran bunga secara periodic selama jangka waktu
obligasi oleh emiten kepada investor;
14. Face Value adalah jumlah uang yang menunjukkan nilai yang akan dibayar
oleh issuer kepada holder pada saat dilaksanakannya hak untuk membeli
(callable);
15. Stapled bond adalah obligasi yang dipecah;
16. Convertible bond adalah bond yang, dengan opsi pada pemegangnya, dapat
dialihkan menjadi saham (penyertaan);
17. Junkbond, adalah obligasi dengan yield yang tinggi dan resiko yang tinggi;
18. Scriptless Bond adalah obligasi yang diperdagangkan melalui bursa tanpa
warkat;
19. Outright (jual putus), tidak menetapkan syarat kepada penjual untuk
membeli kembali atau pembeli wajib menjual kembali.
20. Repo adalah menjual obligasi dengan syarat membeli kembali;
21. Reverse repo adalah membeli obligasi dengan syarat menjual kembali.
Pihak-pihak yang terlibat dalam Obligasi adalah:
1) Issuer adalah Penerbit dalam hal ini adalah debtor;
2) Holder adalah Pemegang Obligasi dalam hal ini adalah creditor/investor;
3) Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan Holder; dan
4) Avalist (guarantor) adalah pihak yang menjamin pembayaran.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat Berharga terbagi menjadi dua, yaitu surat berharga dan surat yang
berharga. Secara yuridis istilah surat berharga dan surat yang berharga sangat
berbeda fungsi dan penggunaannya. Surat berharga diterbitkan untuk alat
pembayaran, sedangkan surat yang berharga hanya sebagai alat bukti bagi orang
yang namanya tertera dalam surat tersebut atau sebagai alat bukti diri bagi si
pemegang atau orang yang menguasai surat tersebut. Suatu surat berharga
sekurang-kurangnya harus mengandung unsur-unsur syarat formal dan meteriil.
Dasar-dasar hukum surat berharga ada dua, antara lain:
1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD
2. Perundang-undangan lain untuk surat berharga lainnya
Jenis-jenis surat berharga, antara lain:
a. Wesel
b. Cek
c. Surat Sanggup atau Promis atau Akseptasi
d. Saham
e. Kwitansi
f. Bilyet giro
g. Obligasi

B. Saran
Ada baiknya pada saat kita melaksanakan transaksi itu harus ada bukti
transaksinya yang bisa di sebut sebagai surat surat berharga di dalam hukum bisnis,
agar transaksi dapat dipertanggungjawabkan dan pula dapat dijadikan sebagai tanda
bukti jika terjadi hal-hal tertentu. Karena tidak tahu apa jadinya kita, bila
bertransaksi tanpa bukti transaksi dan sebagainya, ada kemungkinan kita ditipu
dengan partner sendiri atau hal-hal yang lainnya yang tidak diinginkan, oleh sebab
itu pemerintah lebih mengawasi pelaksanaan penerbitan sekaligus perdagangan
surat-surat berharga yang terjadi sekarang ini karena semakin maraknya kasus yang
terjadi yang berkaitan dengan penyalahgunaan surat-surat berharga.

18
DAFTAR PUSTAKA

 http://manajemenreview.blogspot.co.id/2013/01/hukum-surat-berharga.html
 https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga/
 http://irwansyah-hukum.blogspot.com/2013/06/makalah-surat-surat-berharga-
berharga.html
 http://ninadesember.blogspot.com/2014/10/makalah-surat-berharga.html
 http://adechotimatanjung.blogspot.com/2013/05/makalah-surat-surat-
berharga_9316.html
 http://ninadesember.blogspot.com/2014/10/makalah-surat-berharga.html

19

Você também pode gostar