Você está na página 1de 12

MANAJEMEN AMARAH PETUGAS PENGENDALIAN MASSA

(DALMAS) POLDA JATIM


Syafiudin Ridwan

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah

ridwan_psy@yahoo.com

Abstract

Anger management has become research area with an increasing interest in the last three decades, particularly which
was associated with violence paradigm performed by and toward police officer. The objectives of this study were: 1) to
describe the anger management of Dalmas officer, especially in task accomplishment and 2) to explain the dynamic
among the anger management components. This study applied grounded theory method of qualitative approach. The
data were collected by conducting interviews with 5 Dalmas officers of East Java Police Region. The criteria for
participant selection are: 19-25 years of age, attained high score criterion in Novaco’s Anger Scale, had accomplished
all kind of Dalmas assignments, with at least one-year experience as Dalmas officers. Data analysis was performed
thematically to the verbatim transcribed interviews. The data and theory triangulation had been applied to increase
research result credibility. Based on the thematic analysis, found that Dalmas officer’s anger management was
composed by various components outlined into four aspects of anger management wich wee interacted each other: the
meaning of anger, anger experience recognition, response choosing, and evaluation. The finding revealed several
phenomena as the unique characteristics of participants’ anger management, which were: appraisal adjustment, anger
coping strategy conditioning, and identification of role and identity in anger management.

Keywords: anger management, Dalmas officer

Abstrak
Manjemen amarah merupakan area studi yang semakin mendapat perhatian dalam tiga dasawarsa terakhir, khususnya
dikaitkan dengan paradigma kekerasan oleh dan kepada aparat kepolisian. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
memperoleh gambaran tentang manajemen amarah yang dilakukan petugas Dalmas, khususnya terkait dengan
pelaksanaan tugas, dan 2) dan menjelaskan dinamika yang terjadi di antara komponen-komponen manajemen amarah
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode grounded theory pada pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan
melakukan wawancara terhadap 5 orang petugas Dalmas Polda Jatim, dengan karakteristik subjek: berusia 19-25 tahun,
memiliki skor tinggi pada pengisian Skala Kemarahan Novaco, telah menjalani semua jenis tugas Dalmas, dan telah
bertugas selama minimal satu tahun. Analisis data dilakukan secara tematik terhadap catatan verbatim hasil wawancara.
Triangulasi data dan teori diterapkan untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian. Berdasarkan analisa tematik
diketahui bahwa manajemen amarah petugas Dalmas terbentuk dari berbagai komponen yang dapat dirangkum ke
dalam empat aspek manajemen amarah yang saling berinteraksi, yakni: pemaknaan amarah, rekognisi pengalaman
amarah, pemilihan respon, dan evaluasi. Hasil temuan menunjukkan beberapa fenomena sebagai karakteristik unik dari
menajemen amarah petugas Dalmas, antara lain: penyesuaian appraisal, pengkondisian strategi coping amarah, dan
identifikasi peran dan identitas dalam manajamen amarah.

Kata kunci: manajemen amarah, petugas Dalmas

Petugas kepolisian adalah salah satu profesi keamanan. Dalam menjalankan tugas-
yang sering berkaitan dengan konflik, tindak tugasnya, aparat kepolisian seringkali berada
kekerasan dan perilaku agresif. Perilaku dalam situasi yang dilematis. Di satu sisi,
agresif tersebut dapat berasal dari pihak-pihak mereka berperan sebagai pihak yang bertugas
yang melanggar ketertiban atau mengancam melayani dan melindungi masyarakat, namun
keamanan, maupun oleh petugas polisi sendiri di sisi lain mereka sering berhadapan dengan
dalam upaya menjaga ketertiban dan massa, kelompok masyarakat, maupun
2 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

individu yang bertindak agresif dan mendalam. Meskipun perbedaan individual di


mengancam ketertiban. antara para petugas dapat menimbulkan
keunikan maupun variasi dalam aspek-apek
Situasi konflik sebagaimana digambarkan di manajemen amarah, namun keseragaman
atas seringkali dialami para personil Samapta, tugas dan kondisi kerja yang dijalankan para
khususnya pada satuan Dalmas (Pengendalian petugas Dalmas menimbulkan asumsi adanya
Massa). Ketika menjalankan perannya di pola-pola tertentu dalam manajemen amarah
lapangan, petugas seringkali berada dalam yang dibangun.
situasi yang provokatif dan memancing
amarah. Tekanan yang dirasakan para petugas Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
menimbulkan reaksi internal yang peneliti merumuskan pertanyaan dalam
membangkitkan amarah dan tindakan penelitian ini sebagai berikut: bagaimana
kekerasan. Aparat kepolisian merupakan salah manajemen amarah yang dilakukan petugas
satu profesi yang memiliki tuntutan Dalmas dalam mengelola amarah yang
keterampilan pengendalian emosional, dirasakan?, serta bagaimana dinamika yang
khususnya manajemen amarah. terjadi di antara komponen-komponen
manajemen amarah tersebut?.
Manajemen amarah dapat dikatakan sebagai
cara-cara yang digunakan seseorang agar Fungsi pengendalian massa polri
dapat mengekspresikan atau mengatur Pengendalian massa merupakan salah satu
kemarahannya (Lench, 2004). Cara-cara tugas fungsi Satuan Samapta Bhayangkara
tersebut juga dapat berupa kumpulan strategi (Sabhara) Kepolisian Negara Republik
coping amarah yang digunakan seseorang Indonesia. Sabhara sendiri merupakan
untuk mengontrol perasaan-perasaan sebagian Fungsi Kepolisian yang bersifat
emosional dan ekspresi kemarahan secara preventif yang memerlukan keahlian dan
konstruktif (Schultz, 2007). Manajemen keterampilan khusus. Perumusan dan
amarah yang diangkat sebagai unit analisis pengembangan Fungsi Samapta meliputi
dalam penelitian ini adalah upaya-upaya pelaksanaan tugas polisi umum, menyangkut
individu dalam mengelola amarah segala upaya pekerjaan dan kegiatan
sebagaimana disebutkan di atas. pengaturan, penjagaan, pengawalan, patroli,
pengamanan terhadap hak Penyampaian
Manjemen amarah merupakan area studi yang Pendapat Dimuka Umum (PPDU),
mulai mendapat perhatian dalam tiga Pembinaan polisi pariwisata, pembinaan
dasawarsa terakhir. Studi tentang perilaku badan usaha jasa pengamanan (BUJP), SAR
agresif dan kekerasan telah marak dilakukan terbatas, Teknis Penanganan Tempat Kejadian
sebelumnya, namun kondisi anteseden yang Perkara (TPTKP), Tindak Pidana Ringan
berkontribusi terhadap perilaku agresif dan (TIPIRING) dan Penegakan Peraturan Daurah
kekerasan masih mendapatkan perhatian yang (GAK PERDA), Pengendalian Massa
kurang (Rahaim, dkk., 1980). (DALMAS), negosiasi, pengamanan terhadap
proyek vital / obyek vital dan pemberdayaan
Berbagai fenomena kekerasan yang terjadi masyarakat, pemberian bantuan satwa untuk
sehubungan dengan tugas-tugas kepolisian, kepentingan perlindungan, pengayoman dan
khususnya petugas Dalmas perlu pelayanan, serta pertolongan dan penertiban
mendapatkan perhatian. Dinamika yang masyarakat (Keppres RI Nomor 70 Tahun
terjadi pada diri petugas ketika menghadapi 2002).
situasi provokatif serta bagaimana mereka
melakukan pengelolaan emosional, khususnya Peraturan Kapolri No. 16 Tahun 2006 tentang
amarah, dalam menjalankan perannya sebagai Pedoman Pengendalian Massa menjelaskan
penjaga ketertiban perlu diteliti secara lebih bahwa dalam kondisi apapun, anggota satuan
Ridwan, Manajemen Amarah Petugas Pengendalian Massa(Dalmas) 3
Polda Jatim Anger Management Of Mass Control Officer (Dalmas) Of East Java Police Region

dalmas dilarang bersikap arogan dan ter- orang lain, (4) mempraktikkan keterampilan-
pancing perilaku massa. Anggota Satuan keterampilan tersebut secara bertahap.
Samapta, khususnya petugas Dalmas, menja-
lani pekerjaan dengan tingkat stress dan Manajemen amarah sebagai bentuk
resiko yang cukup tinggi. Dengan karak- pengelolaan emosi, tidak hanya terbentuk dari
teristik tugas tersebut, petugas pengendalian langkah-langkah praktis untuk mengontrol
massa dituntut memiliki berbagai persyaratan, emosi. Pemaknaan individu terhadap emosi
antara lain kesehatan mental yang baik, amarah juga ikut mempengaruhi bagaimana ia
kemampuan menilai karakteristik massa se- menyikapi dinamika emosional yang dialami.
cara umum, kemampuan komunikasi dengan Memahami makna dan signifikansi yang lebih
baik, serta kemampuan pengendalian diri dan mendalam dari amarah dapat menjadi hal
emosional yang baik pula. yang sangat penting untuk keberhasilan pro-
mosi kesehatan mental, khususnya mana-
Manajemen amarah jemen amarah (Thomas, 2003).
Manajemen amarah dapat diartikan sebagai
suatu kumpulan strategi yang digunakan Terkait dengan pengaruh nilai-nilai sosial
seseorang untuk mengontrol perasaan- budaya dalam pemaknaan emosi, Marby &
perasaan emosional dan ekspresi amarah Kiecolt (2005) menjelaskan bahwa: penyebab,
secara konstruktif (Schultz, 2007). Pengaturan makna, ekspresi, dan regulasi emosi
amarah dapat ditujukan untuk mengurangi bervariasi secara luas antar budaya. Meskipun
tekanan emosional dan rangsangan fisiologis demikian, dapat dijelaskan bahwa secara
yang merupakan penyebab munculnya universal emosi terstrukturisasi ke dalam tiga
amarah (Lench, 2004). dimensi: (1) evaluation, yakni pengindikasian
afek positif atau negatif atas emosi yang
Nay (1996) mengidentifikasikan langkah- dialami, (2) activity, yakni derajat keter-
langkah yang dapat dilakukan seseorang bangkitan (arousal) yang terkait dengan
dalam melakukan manajemen amarah, yakni: perasaan, (3) potency, adalah perasaan apakah
memahami dan mengenali kemarahan, meng- seseorang memiliki kuasa kontrol atas
identifikasi dan bersiap-siap menghadapi perasaannya.
kemarahan, menyadari kemarahan sejak diri
dan meredakan gejolaknya, mengidentifikasi Gaya Coping amarah
dan mengubah pikiran-pikiran yang dapat Spielberger, dkk. (1985) menggolongkan
memperparah kemarahan, berusaha tetap gaya coping amarah menjadi dua macam,
tenang saat situasi “memanas”, tetap “berada yakni amarah yang diekspresikan ke dalam
di atas rel”: mempertahankan perilaku baru (anger-in), dan ke luar (anger-out). Anger-in
dan melakukan evaluasi. merupakan kecenderungan gaya ekspresi
ketika seseorang menekan amarahnya dengan
Sejalan dengan Nay, Froggatt (2006) tidak menunjukkannya maupun mengarahkan
mengidentifikasi tahapan-tahapan yang dapat amarahnya ke dalam (kepada diri sendiri),
dilakukan dalam meningkatkan toleransi sedangkan anger-out adalah kecenderungan
terhadap frustasi yang melandasi amarah: (1) ekspresi dengan melampiaskan kemarahan
assessmen permasalahan dan identifikasi secara terbuka dalam perilaku agresif yang
penyebab amarah, (2) mempelajari cara-cara jelas. Kedua gaya ekspresi tersebut
baru dalam memandang amarah, (3) menunjukkan bagaimana seseorang memben-
mengembangkan teknik-teknik coping yang tuk respon terhadap pengalaman perasaan
efektif untuk mengelola masalah-masalah marah.
emosi dan kehidupan lainnya: membentuk
pemikiran baru, mengontrol simptom- Merevisi pendapat Spielberger, Linden, dkk.
simptom fisik, dan komunikasi efektif dengan (2003) berpendapat bahwa ekspresi amarah
4 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

lebih beragam dan kompleks untuk dijelaskan dapat dikelompokkan ke dalam strategi pasif
dalam model dikotomi. Mereka berpendapat yang tidak ekstrim dalam menyikapi amarah.
bahwa pendekatan yang lebih luas terhadap
amarah, mencakup strategi coping behavioral METODE
dan kognitif, secara potensial dapat
memberikan penjelaskan yang lebih baik Penelitian ini menggunakan metode grounded
tentang dinamika amarah. theory pada pendekatan kualitatif. Pengum-
pulan data dilakukan dengan wawancara
Menggunakan konstruk multidimensional, mendalam dengan pedoman umum untuk
Linden, dkk. mengidentifikasikan enam mendapatkan gambaran representatif dari
bentuk respon yang dapat digunakan sebagai kondisi umum para petugas Dalmas. Wawan-
strategi coping amarah, yakni; (1) peng- cara dilakukan lebih dari satu kali kepada
ekspresian langsung (direct anger-out), sebagian subjek (baik secara langsung mau-
merupakan bentuk strategi agresi dalam pun melalui telepon dan direkam dengan alat
merespon pemicu amarah, (2) penghindaran perekam digital) untuk memberdalam penje-
(avoidance), yakni bentuk strategi yang lasan sesuai dengan hasil analisis data yang
sangat pasif ketika individu melakukan berkembang.
penghindaran atau menekan amarahnya dan
tidak mengekspresikannya kepada orang lain, Pemilihan subjek wawancara didasarkah pada
(3) tindakan asertif (assertion), merujuk hasil pengisian Skala Kemarahan Novaco
kepada kemampuan untuk mengekspresikan hasil adaptasi. Skala ini mengukur tingkat
kemarahan secara konstruktif atau mene- kemudahan terbangkitnya amarah seseorang
rapkan pemecahan masalah terhadap pe- dalam berbagai situasi (Novaco & Taylor,
ristiwa yang menimbulkan amarah, (4) 2004). Berdasarkan hasil seleksi, dipilih lima
penyebaran (diffusion), yakni strategi yang orang subjek dengan karakteristik: memiliki
melibatkan pengalihan amarah kepada skor tinggi pada pengisian skala kemarahan,
stimulus maupun aktifitas lain sebagai per- berusia 19-25 tahun, telah menjalani semua
gantian dari objek atau stimulus amarah yang jenis tugas Dalmas, dan telah bertugas selama
sebenarnya, (5) pencarian dukungan sosial minimal satu tahun.
(social support-seeking), merupakan langkah-
langkah yang dilakukan seseorang dalam Analisis data dilakukan secara tematik
mencari dukungan dari teman maupun kerabat terhadap catatan verbatim hasil wawancara
untuk memecahkan masalah yang me- dengan menemukan tema-tema umum, orga-
nimbulkan amarah, (6) perenungan nisasi tema, dan seleksi tematik. Triangulasi
(rumination), merupakan kecenderungan un- teori dan sumber data diterapkan untuk
tuk melakukan coping amarah dengan secara meningkatkan kredibilitas hasil penelitian.
berulang-ulang memikirkan atau mengungkit- Sumber-sumber data yang digunakan sebagai
ungkit penyebab masalah yang membang- pembanding adalah seorang perwira admi-
kitkan kemarahan. nistrasi yang bertugas mengatur jadwal piket
para petugas, mengalokasikan jumlah per-
Miers, dkk. (2007) menjelaskan bahwa dari sonel yang diturunkan, berkoordinasi dengan
keenam strategi tersebut, pengekspresian bagian lain, serta melayani permintaan jasa
langsung dan penghindaran merupakan Dalmas dari berbagai pihak. Sumber lain
bentuk strategi ekstrim pelampiasan dan adalah seorang Komandan Kompi senior yang
penekanan amarah. Tiga strategi lainnya juga pernah bertugas sebagai Komandan
(tindakan asertif, penyebaran, dan pencarian Peleton.
dukungan sosial) merupakan bentuk strategi
moderate atau adaptif, sementara perenungan
Ridwan, Manajemen Amarah Petugas Pengendalian Massa(Dalmas) 5
Polda Jatim Anger Management Of Mass Control Officer (Dalmas) Of East Java Police Region

HASIL DAN PEMBAHASAN dipandang ideal atas provokasi, maupun


mengurangi tekanan emosional dan
Berdasarkan analisa terhadap data yang rangsangan fisiologis yang merupakan sensasi
terkumpul, dapat disimpulkan bahwa emosional dari amarah.
manajemen amarah petugas Dalmas
merupakan sistem perilaku yang terbentuk Komponen-komponen pembentuk manajemen
dari berbagai komponen. Sistem perilaku amarah petugas Dalmas dapat dirangkum ke
tersebut merupakan akumulasi upaya-upaya dalam empat aspek manajemen amarah, yakni
yang dilakukan seseorang untuk membangun pemaknaan amarah, rekognisi pengalaman
pengelolaan yang baik terhadap amarahnya. amarah, pemilihan respon, dan evaluasi.
Tujuan dari pengelolaan tersebut adalah Interaksi terjadi antar aspek membentuk suatu
membangun kontrol atas keterbangkitan dinamika manajemen amarah petugas
perasaan emosional amarah dan ekspresi Dalmas.
amarah secara konstruktif, penyikapan yang

Situasi provokatif ketika


bertugas

Pemaknaan Rekognisi
Amarah Pengalaman
Amarah

Determinan
Pemilihan Respon/
pemilihan respon
Strategi Coping &
(Internal &
Ekspresi Amarah
Eksternal):

Evaluasi

Gambar 1. Dinamika Manajemen Amarah Petugas Dalmas

Pemaknaan amarah pemaknaan emosi, termasuk dalam dinamika


amarah.
Komponen “pemaknaan amarah” tidak
dijelaskan dalam teori mengenai langkah- Pemaknaan amarah para petugas meliputi
langkah manajemen amarah (Nay, 1996; pendefinisian, evaluasi mengenai kualitas
Froggatt, 2006). Meskipun demikian, baik-buruk secara normatif maupun segi
pemaknaan amarah merupakan suatu aspek praktis perlu tidaknya emosi tersebut dalam
yang memiliki pengaruh besar dalam menjalankan tugas, persepsi atas kuat-
manajemen amarah, khususnya dalam lemahnya derajat keterbangkitan emosional
rekognisi pengalaman amarah dan yang mereka rasakan (yang terkait dengan
pembentukan respon. Hal ini sesuai dengan persepsi personal terhadap tingkat dan pola
penjelasan Marby (1999) terkait dengan amarah pribadi), serta persepsi atas kuasa
pengaruh nilai-nilai sosial budaya terhadap kontrol terhadap perasaannya. Pemaknaan
6 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

amarah juga terkait dengan penilaian akan disi penyebab amarah pada diri pribadi dan
relevansi amarah dalam bertugas. orang lain secara umum. Kondisi-kondisi
tersebut meliputi tindakan tidak tertib, me-
Sebagian petugas cenderung mendeskripsikan rusak, dan membahayakan orang lain,
amarah sebagai sejenis emosi yang menim- pelanggaran hak atau kepemilikan pribadi,
bulkan rasa jengkel atau dongkol yang serta tekanan maupun konflik dalam hubu-
mendalam. Emosi ini terkadang dikaitkan ngan interpersonal dengan berbagai pihak.
dengan respon atas perlakuan orang lain yang Petugas juga mempersepsikan penyebab ama-
dirasa tidak adil oleh petugas dalam mener- rah di masyarakat terkait bagaimana polisi
tibkan situasi, serta reaksi atas ketidak- menjalankan tugas. Terpicunya amarah ka-
nyamanan. Amarah dan dorongan agresi rena faktor-faktor di atas lebih mudah terjadi
seringkali dirasakan para petugas dalam posisi dalam kondisi-kondisi yang menimbulkan
dimana mereka tidak dapat begitu saja ketidaknyamanan sebagai faktor teknis yang
melampiaskan kekesalan dan harus berusaha membuat toleransi petugas terhadap stress dan
menahannya. Hal ini dikarenakan adanya gangguan menjadi lebih rendah.
doktrin kepemimpinan yang menempatkan
mereka sebagai bawahan, serta prosedur Para petugas juga mempersepsikan adanya
pengamanan yang mengikat petugas. kondisi ketidakadilan yang mereka alami
dalam menjalankan tugas. Sebagai personel
Penggambaran derajat keterbangkitan amarah Dalmas, para petugas kerap kali berada dalam
dikaitkan dengan beberapa kriteria, yakni situasi rusuh yang memiliki banyak sumber
sensitifitas (seberapa mudah seseorang terpicu provokasi. Para petugas sering menghadapi
amarahnya), frekuensi (seberapa sering sese- perilaku agresif massa dengan harus tetap
orang terbangkitkan amarahnya), perubahan berpegang pada aturan. Ketidakadilan diper-
arus emosi (seberapa jauh perbedaan antara sepsikan ketika petugas bertindak agresif
kondisi emosi tenang dan terprovokasi), serta (represif), masyarakat cenderung menilai
penilaian normatif mengenai bagaimana sebagai tindakan sewenang-wenang maupun
pengungkapan amarah (positif: bisa diterima pelangggaran HAM, sementara para petugas
norma sosial atau negatif: tidak diterima, serta sendiri seringkali menjadi sasaran perilaku
relevansi amarah dalam pelaksanaan tugas). agresif massa. Persepsi akan ketidakadilan
tersebut seringkali menimbulkan protes pada
Rekognisi pengalaman amarah
diri petugas dan menjadi kondisi yang
Para petugas mengidentifikasi berbagai hal memudahkan timbulnya amarah.
yang dapat menjadi pemicu marah pada diri
seseorang, kondisi-kondisi (internal dan Para petugas mengidentifikasi pemicu amarah
eksternal) yang menyebabkan mudahnya dalam berbagai situasi khusus ketika
seseorang terpicu amarahnya, serta persepsi menjalankan tugas. Situasi tersebut banyak
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi dalam tugas pengamanan konser,
tingkat amarah seseorang (baik sebagai trait unjuk rasa, serta pertandingan sepak bola.
kepribadian maupun sebagai emotional state Terdapat dua macam perubahan appraisal
yang dirasakan dalam suatu waktu) sebagai yang dialami para petugas dalam menanggapi
bagian dari proses rekognisi pengalaman situasi provokatif dalam bertugas, yakni
amarah. Para petugas juga merasakan adanya penyesuaian terfokus pada kejadian (event
perbedaan pada cara mereka mempersepsikan focused adjustment), dan penyesuaian
situasi provokatif antara sebelum dan sesudah terfokus pada konteks (contextual focused
bertugas di Dalmas. adjustment).
Pemilihan respon
Terlepas dari situasi tertentu yang dialami,
para petugas mengidentifikasi berbagai kon-
Ridwan, Manajemen Amarah Petugas Pengendalian Massa(Dalmas) 7
Polda Jatim Anger Management Of Mass Control Officer (Dalmas) Of East Java Police Region

Ekspresi amarah, maupun gaya petugas dalam dan pelampiasan terbatas, dan pengungkapan
merespon pemicu amarah serta meredakan perasaan/pikiran kepada teman atau atasan.
marah, merupakan pola perilaku yang
terbentuk secara dinamis ketika petugas Evaluasi
membangun penyesuaian antara kebiasaan
perilakunya dengan situasi-situasi yang Para petugas senantiasa melakukan penilaian
dihadapi. Petugas juga melakukan adaptasi atas efektifitas respon yang mereka gunakan
terhadap bentuk-bentuk respon dari orang lain dalam mengelola amarah. Evaluasi tersebut
yang ia rasa cukup efektif dan dapat didasarkan pada konsekuensi atas penerapan
memperkaya atau meningkatkan efektifitas respon, baik yang dirasakan secara personal
pengelolaan amarah yang selama ini mereka maupun feedback dari orang lain. Respon
terapkan. yang dinilai efektif akan menjadi perilaku
yang dipertahankan dan diulang ketika ketika
Respon yang terbentuk pada diri para petugas menghadapi situasi yang sejenis. Evaluasi
Dalmas merupakan interaksi dinamis dari sebagai bagian dari manajemen amarah juga
berbagai kapasitas dan kondisi yang dialami mencakup persepsi petugas atas respon ma-
petugas, antara lain respon secara spontan syarakat terhadap tindakan petugas, idealisai
muncul pada diri petugas ketika menjumpai penyikapan amarah, yakni konsep ideal yang
situasi provokatif, adanya pengkondisian dibangun petugas mengenai strategi penyi-
strategi coping karena tuntutan mematuhi kapan amarah yang paling baik. Idealisasi
prosedur kerja, perubahan pola strategi coping tersebut disusun dengan mempertimbangkan
amarah, pengendalian amarah di luar tugas, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap dalam konfrontasi di luar tugas, pengendalian amarah, baik yang memudahkan
tanggapan terhadap amarah orang lain, serta maupun yang mempersulit petugas dalam
referensi yang dimiliki petugas dalam mengendalikan amarahnya.
menyusun strategi coping amarahnya.
Internalisasi peran sebagai penjaga ketertiban Evaluasi yang dilakukan petugas berimplikasi
membuat para petugas menyesuaikan pada upaya-upaya yang dilakukan untuk
kerangka berfikir dan perasaan mereka dalam memiliki pengelolaan amarah yang lebih baik.
menilai situasi. Pendidikan dan pelatihan yang diperoleh,
Para petugas sering menghadapi situasi serta pengalaman bertugas di lapangan
kerusuhan maupun anarki yang seketika membuat para petugas membangun
menimbulkan pemikiran atau perasaan ter- penyesuaian tertentu dalam pengelolaan
tentu dalam diri petugas. Mereka menyadari amarah. Para petugas juga menyadari
bahwa tekanan yang dihadapi membuat se- perbedaan bentuk evaluasi gaya pengeloaan
bagian rekannya kesulitan mengontrol amarah amarah perilaku antara sebelum dan setelah
yang dirasakan. Meskipun demikian, respon bertugas di Dalmas.
spontan petugas juga dapat muncul dalam
bentuk tindakan saling menjaga dan mere- Penilaian efektifitas suatu strategi tidak hanya
dakan amarah sesama rekan. Hal ini dilatar- mengevaluasi keberhasilan strategi tersebut,
belakangi oleh kesadaran petugas bahwa namun juga kondisi-kondisi yang mempeng-
dalam situasi provokatif, para personel aruhi tingkat efektifitasnya. Penilaian akan
Dalmas bergerak dalam formasi sebagai suatu ketidakefektifan suatu strategi muncul pada
kesatuan. Jenis-jenis strategi yang banyak sebagian petugas, khususnya bila dihubung-
digunakan para petugas dalam penanganan kan lebih luas dengan ketidakefektifan
kerusuhan antara lain: sikap tidak meladeni, langkah-langkah penanganan secara praktis.
pengaturan pemikiran, penahanan sementara
Adanya kepatuhan dan kepercayaan atas
penilaian atasan menjadi alasan lain yang
8 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

membuat sebagian petugas dapat menerima petugas mengevaluasi signifikansi provokasi


dan membangun penyesuaian atas berbagai dari situasi yang dihadapi. Terdapat persepsi
strategi yang telah dipelajari. atas penghayatan yang berbeda terhadap jenis
situasi yang sama antara awal masa bertugas
Para petugas dituntut membangun dengan saat pengambilan data dilakukan.
penyesuaian terutama pada kondisi dimana
terjadi ketidaksesuaian antara strategi coping Bentuk lain dari penyesuaian appraisal, yakni
yang dipelajari dengan gaya coping pribadi, penyesuaian appraisal terfokus pada konteks,
sehingga petugas dapat mengadaptasikan pola terjadi ketika petugas mengevaluasi
perilaku yang baru dengan kebiasaan peri- signifikansi provokasi dari situasi yang
lakunya. Terdapat berbagai dinamika yang dihadapi berdasarkan konteks dimana
dialami para petugas dalam penyesuaian ter- provokasi itu terjadi. Penyesuaian terjadi
sebut. Sebagian petugas menggunakan kon- dalam bentuk deferensiasi appraisal terhadap
formitas dalam memfasilitasi penerimaan da- perilaku provokatif yang sama atau sejenis,
lam diri mereka. Kecenderungan mengikuti pada konteks yang berbeda. Para petugas
pola perilaku umum dalam kelompok mem- membentuk penilaian atributif mengenai
buat petugas lebih mudah membangun keber- bagaimana massa berperilaku dan situasi apa
samaan yang dibutuhkan dalam pergerakan yang sedang dialami. Atribusi yang dibangun
berkelompok. menjadi kerangka berfikir umum yang
memunculkan cognitive appraisal terhadap
Pembahasan situasi yang dihadapi (Carlson & Hatfield,
Hasil analisa tematik menunjukkan adanya 1992).
beberapa temuan yang menjadi empat
karakteristik unik dari manajemen amarah Coping amarah merupakan bentuk-bentuk
para petugas Dalmas, yakni: penyesuaian strategi yang digunakan individu dengan
appraisal, pengkondisian strategi coping tujuan menurunkan tingkat amarah yang
amarah, serta identifikasi peran dan identitas dirasakan (Miers, dkk., 2007). Strategi
dalam manajemen amarah. tersebut juga menjadi gaya ekspresi personal
yang menunjukkan bagaimana seseorang
Terlepas dari perubahan kondisi amarah dan membentuk respon terhadap pengalaman
kesesuaian terhadap strategi coping yang perasaan marah. Spielberger, dkk. (1985)
dipelajari, para petugas mengalami pe- mengklasifikasikan jenis coping individu
nyesuaian appraisal dalam memandang secara dikotomis, sementara Linden, dkk.
provokasi di lapangan. Sebagaimana pendapat (2003) memperluas perspektif tersebut ke
Lazarus (1991), subjek berperan sebagai dalam klasifikasi multidimensional (enam
evaluator: ia mengevaluasi stimulus yang di- jenis strategi coping amarah).
temui, berikut relevansi personal dan sig-
nifikansi stimulus tersebut. Terdapay dua ma- Kedua teori tersebut membahas strategi
cam perubahan appraisal yang dialami para coping amarah sebagai ekspresi personal.
petugas dalam menanggapi situasi provokatif Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa
dalam bertugas; yakni penyesuaian terfokus para petugas Dalmas mengalami tuntutan
pada kejadian (event focused adjustment), dan kerja yang membuat mereka terkondisikan
penyesuaian terfokus pada konteks untuk mengadaptasi dan menerapkan jenis-
(contextual focused adjustment) merupakan jenis strategi coping tertentu. Penerapan
bentuk penyesuaian evaluatif para petugas. strategi tersebut juga didasarkan pada
penilaian tidak adanya strategi lain yang
Penyesuaian appraisal terfokus pada kejadian dianggap lebih efektif dan memungkinkan
dapat diidentifikasikan sebagai bentuk untuk digunakan dalam kondisi yang
primary appraisal (Dewe, 2003) dimana membatasi mereka untuk bertindak,
Ridwan, Manajemen Amarah Petugas Pengendalian Massa(Dalmas) 9
Polda Jatim Anger Management Of Mass Control Officer (Dalmas) Of East Java Police Region

sementara mereka berada dalam situasi yang disian terjadi mencakup apa yang ingin
tidak nyaman dan provokatif. Terlepas dari dilakukan petugas dalam situasi tersebut dan
kesesuaian pribadi, strategi-strategi tersebut bagaimana petugas menyesuaikan dengan
menjadi pola ekspresi umum yang banyak peraturan atau tuntutan peran yang tengah
diterapkan oleh para petugas. dijalani. Jenis-jenis strategi yang banyak
digunakan para petugas dalam penanganan
Adanya penyeragaman dalam prosedur kerja kerusuhan dapat diklasifikasikan sebagaimana
secara tidak langsung juga ikut membentuk pada Tabel 1.
cara-cara yang digunakan petugas dalam
strategi coping amarahnya, khususnya dalam
prosedur penanganan kerusuhan. Pengkon-

Tabel 1. Klasifikasi Bentuk Strategi Coping Amarah Petugas

Klasifikasi jenis strategi


Bentuk strategi
Spielberger, dkk. Linden, dkk.

Sikap tidak meladeni anger-in avoidance


Pengaturan pemikiran tidak digolongkan secara khusus
Penahanan sementara dan pelampiasan anger-in & out antara avoidance
terbatas dan direct anger-out
Pengungkapan perasaan/pikiran kepada antara anger-in dan social support-
teman atau atasan anger-out seeking

Para petugas membangun berbagai berhubungan dengan berbagai pola perilaku,


penyesuaian terhadap bentuk-bentuk strategi tanggung jawab, tuntutan dan wewenang yang
tersebut. Upaya penyesuaian yang dilakukan diharapkan kepadanya secara sosial (Lemay,
antara lain: konformitas, penyerahan 1994).
tanggung jawab kepada legitimate power
(yang menumbuhkan perasaan “kebebasan Adanya kesadaran akan sikap kritis dari
dalam keterbatasan”), dan rasionalisasi. masyarakat atas tindakan aparat
mempengaruhi pola pengendalian amarah
Identitas dan peran yang disandang sebagai petugas. Perkembangan media menciptakan
aparat kepolisian, dan petugas Dalmas pada suatu proses komunikasi virtual yang dapat
khusunya, berpengaruh dalam pembentukan membentuk dan menyatukan opini
manajemen amarah para petugas. Menyan- masyarakat (Guadagno, dkk., 2007). Petugas
dang predikat sebagai petugas polisi me- mempersepsikan adanya evaluasi, baik dari
nimbulkan kebanggaan bagi para petugas baru masyarakat maupun dari atasan atas perilaku
dan meningkatkan harga diri. Dengan mereka, baik dalam bertugas maupun di luar
identitas baru tersebut, petugas menempatkan tugas. Pemahaman tersebut membuat petugas
diri dalam kategori sosial dimana mereka merasa terbatasi dan menimbulkan tuntutan
memposisikan diri sebagai bagian dari pada diri petugas untuk membangun kontrol
struktur sosial, dengan wewenang, gengsi, amarah yang lebih kuat yang mencegah
dan status yang dibanggakan (Stets & Burke, mereka bertindak agresif secara impulsif.
2000). Peran sosial yang dijalankan seseorang
10 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

KESIMPULAN DAN SARAN kan saran praktis dalam aplikasi manajemen


Manajemen amarah petugas Dalmas amarah.
merupakan akumulasi upaya-upaya yang
dilakukan untuk membangun pengelolaan Hasil penelitian kualitatif harus dilihat dalam
yang baik terhadap amarahnya. Kecen- hal transferabilitas dibandingkan generalisasi
derungan pola pengelolaan amarah para (Henwood & Pidgeon, 1992). Bagimanapun,
petugas harus dipahami dalam konteks latar transferabilitas temuan dari penelitian ini ke
pekerjaan yang dijalani. Hal ini dikaitkan dalam populasi lain dibatasi oleh karakteristik
dengan pengalaman petugas selama bekerja kelompok subjek yang sejenis, antara lain:
sebagai personil Dalmas, serta penyesuaian kelompok individu dengan kohesifitas yang
diri yang dibangun petugas terhadap aspek- kuat, bekerja dalam aturan formal dan
aspek dalam pekerjaannya. instruksional yang seragam dan mengikat,
terdapat keterkaitan langsung antara peker-
Komponen-komponen pembentuk manajemen jaan dan dinamika amarah, memiliki status
amarah petugas Dalmas dapat dirangkum ke sosial yang diakui namun disertai potensi
dalam empat aspek manajemen amarah, yakni penilaian yang kritis dari masyarakat.
pemaknaan amarah, rekognisi pengalaman
amarah, pemilihan respon, dan evaluasi. Inte- DAFTAR PUSTAKA
raksi terjadi antar aspek membentuk dinamika
manajemen amarah. Dewe, P. (2003). A closer examination of the
patterns when coping with work related
Pendidikan dan pelatihan yang diperoleh, stress: Implications for measurement',
serta pengalaman bertugas di lapangan mem- Journal of Occupational and
buat para petugas membangun penyesuaian Organizational Psychology 76: 517-
tertentu dalam pengelolaan amarah. Analisa 524.
tematik dari hasil penelitian menunjukkan
adanya beberapa temuan yang menjadi Froggatt, W. (2006). Taking Control: Manage
karakteristik unik dari manajemen amarah stress to get the most out of life.
para petugas Dalmas Polda Jatim, yakni Auckland: HarperCollins.
penyesuaian appraisal, pengkondisian
strategi coping amarah, serta identifikasi Guadagno, R.E., Blascovich, J., Bailenson,
peran dan identitas dalam manajemen J.N., McCall, C. (2007). Virtual humans
amarah. and persuasion: The effects of agency
and behavioral realism. Media
Penerapan praktis hasil penelitian ini dapat Psychology, 10, 1-22.
didasarkan pada ketiga temuan tersebut.
Manajemen amarah yang efektif dapat di- Henwood, K. L. and Pidgeon, N. F. (1992).
bentuk melalui modifikasi kognitif dengan Qualitative research and psychological
penyesuaian appraisal. Gaya coping amarah theorizing. British Journal of
merupakan suatu pola perilaku yang bersifat Psychology, 83, 97–111.
individual, namun dapat dilatih dan dibentuk
melalui dinamika kelompok sehingga terben- Kapolri. (2006). Peraturan Kapolri NO. POL.
tuk strategi coping yang lebih efektif. : 16 Tahun 2006 tentang Pedoman
Manajemen amarah juga dapat dibentuk me- Pengendalian Massa.
lalui identifikasi dan internalisasi peran dan
identitas individu maupun kelompok. Pe- Lazarus, Richard S. (1991). Progress on a
manfaatan dinamika psikososial sebagaimana cognitive-motivational-relational theory
dijelaskan diharapkan dapat menyumbang-
Ridwan, Manajemen Amarah Petugas Pengendalian Massa(Dalmas) 11
Polda Jatim Anger Management Of Mass Control Officer (Dalmas) Of East Java Police Region

of Emotion. American Psychologist, developmental disabilities.


46(8), 819-834. Psychological Assessment., 16, 42-50.

Lemay, R. (1994). Problems of discourse Presiden RI. (2002). Keppres RI Nomor 70


concerning roles. The International Tahun 2002 Tanggal 10 Oktober 2002,
Social Role Valorization Journal, 1(1), tentang Organisasi dan Tata Kerja
45-46. Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Lench , H.C. (2004). Anger Management: Rahaim, S., Lefebvre, C. & Jenkins, J.O.
Diagnostic Differences And Treatment (1980). The Effects Of Social Skills
Implications. Journal of Social & Training On Behavioral And Cognitive
Clinical Psychology , Aug; 23(4):512- Components Of Anger Management.
531. Journal of Behavioral.Therapy & Exp.
Psychiatry. Vol. 1 I. 3-8
Linden, W., Hogan, B. E., Rutledge, T.,
Chawla, A., Lenz, J. W., & Leung, D. Spielberger. C. D.. Johnson, E. H.. Russell, S.
(2003). There is more to anger coping F., Crane. R. J.. Jacobs, G. A.. and
than “in” or “out.” Emotion, 3, 12–29. Worden. T. J. (1985). The experience
and expression of anger: Construction
Mabry, J. B., & Kiecolt, K. J. (2005). Anger and validation of an anger expression
in black and white: Race, alienation, and scale. In Anger and hostilig in
anger. Journal of Health and Social cardiovasculur cmd behavioral
Behavior, 46, 85-101. disorders, eds. M. A. Chesney and R. H.
Rosenman. Washington, DC: Harper &
Miers, A.C., Rieffe, C., Terwogt, M.M., Row Publishers, Inc.
Cowan, R., Linden, W. (2007). The
Relation Between Anger Coping Schultz, N. (2007). Anger Management.
Strategies, Anger Mood and Somatic Boulder, Colorado; University of
Complaints in Children and Colorado, The Conflict Resolution
Adolescents. Abnormal Child Information Source.
Psychology (2007) 35:653–664.
Stets, J.E., & Burke, P.J. (2000). Identity
Nay, W. R. (1996). Taking Charge of Anger: Theory and Social Identity Theory.
How to Resolve Conflict, Sustain Social Psychology Quarterly, Vol. 63,
Relationship, and Express Yourself No. 3, 224-237.
without Losing Control. New York:
Pocket Book. Thomas, S.P. (2003). Men’s Anger: A
Phenomenolocigal Exploration of Its
Novaco, R. W., & Taylor, J. L. (2004). Meaning in a Middle-Class Sample of
Assessment of anger and aggression American Men. Psychology of Men and
among male offenders with Masculinity, 4, 163-175.

Você também pode gostar