Você está na página 1de 229

BAB 46.

YESUS DICOBAI OLEH IBLIS DI PADANG


GURUN

Bedouin

24 Februari 1944. Kamis sesudah Rabu Abu.

Aku melihat dataran terpencil yang telah aku lihat di sisi kiriku dalam penglihatan
pembaptisan Yesus di Yordan. Tapi pastilah aku berada di padang gurun, sebab aku
tidak melihat sungai biru indah yang mengalir perlahan, pun bidang hijau tanam-
tanaman yang tumbuh di tepiannya, dan diberi makan oleh airnya. Tak ada apa-apa
di sini selain kesunyian, bebatuan dan tanah yang begitu kering kerontang hingga
menjadi debu kekuningan, sesekali diangkat oleh angin dalam kisaran-kisaran kecil,
yang begitu panas dan kering hingga seolah napas dari mulut seorang yang demam.
Dan itu sangat mengganggu sebab debu masuk ke dalam lubang hidung dan
tenggorokan. Ada sangat sedikit semak-semak kecil berduri, yang secara
mengherankan bertahan dalam ketandusan begitu rupa. Semak-semak itu tampak
bagai rambut di atas dahi yang bertahan tumbuh di kepala yang botak. Di atas, ada
langit biru yang terik; di bawah, tanah gersang; sekitarnya, bebatuan dan kesunyian.
Itulah apa yang aku lihat sejauh menyangkut alam.

Dengan bersandar pada sebuah batu karang raksasa yang menggantung, yang
karena bentuknya, membentuk semacam sebuah grotto, Yesus duduk pada sebuah
batu yang telah dibawa masuk ke dalam gua. Begitulah cara Ia melindungi Diri-Nya
dari terik matahari. Dan penasehat batinku memberitahuku bahwa batu, yang
diduduki-Nya sekarang, adalah juga bangku berlutut dan bantal-Nya, apabila Ia
melewatkan sedikit jam untuk beristirahat, dengan berbalut mantol-Nya, di bawah
langit berbintang dalam dinginnya udara malam. Dekat-Nya ada tas kain yang aku

302
lihat dibawa-Nya pada waktu berangkat dari Nazaret. Hanya itu semua milik-Nya.
Dan dari cara tas itu dilipat, aku tahu bahwa tas itu telah kosong dari sedikit
makanan yang telah dimasukkan Maria ke dalamnya.

Yesus sangat kurus dan pucat. Ia duduk dengan kedua siku-Nya bertumpu pada
kedua lutut-Nya, lengan bawahnya terjulur ke depan, tangan-tangan-Nya dalam
sikap doa. Ia sedang bermeditasi. Sesekali Ia mendongak ke atas dan memandang
sekeliling, lalu memandang matahari, yang nyaris tegak lurus di langit biru. Sesekali,
terutama setelah melihat berkeliling dan memandang matahari, Ia menutup mata-
Nya dan bersandar pada batu karang yang menaungi-Nya, seolah Ia dikuasai rasa
pusing.

Aku melihat wajah buruk Setan muncul. Ia tidak menampilkan dirinya dalam bentuk
seperti yang kita bayangkan: dengan tanduk, ekor dsb. Ia tampak seperti seorang
Bedouin [= penggembara Arab di padang gurun] yang terbalut dalam jubahnya dan
dalam sehelai mantol besar. Ia mengenakan serban pada kepalanya dan kain putih
serbannya yang terjuntai jatuh pada pipinya, dan turun ke pundaknya untuk
melindunginya. Dengan demikian hanya sebentuk segitiga yang sangat kecil dari
wajahnya terlihat, dengan bibir yang tipis dan berliku, mata cekung yang sangat
hitam, penuh dengan kilatan-kilatan menarik. Dua mata yang menusuk dan
membaca ke dalam lubuk hatimu, namun di mana kau tak dapat membaca apapun,
atau satu kata saja: misteri. Sangat berlawanan dengan mata Yesus, juga sangat
menarik dan mempesona, yang membaca ke dalam lubuk hatimu, namun di mana
kau juga dapat membaca bahwa dalam hati-Nya ada kasih yang berlimpah untukmu.
Mata Yesus membelai jiwamu. Mata setan bagai pedang bermata dua yang
menikam dan membakarmu.

Dia menghampiri Yesus: "Apakah Engkau sendirian?"

Yesus memandangnya, namun tidak menjawab.

"Bagaimana Kau bisa berada di sini? Apakah Kau tersesat?"

Yesus memandang kepadanya lagi, dan diam.

"Andai aku punya air dalam botolku, aku akan memberikannya sebagian kepada-Mu.
Tapi aku sendiri tidak punya. Kudaku mati, dan aku sekarang berjalan kaki ke
tempat penyeberangan. Aku akan mendapatkan minum di sana, dan aku akan
mendapatkan seseorang yang akan memberiku roti. Aku tahu jalannya. Ikutlah
bersamaku. Aku akan menghantar-Mu ke sana."

Yesus bahkan tidak melihat kepadanya.

"Kau tidak menjawab? Tahukah Kau bahwa jika Engkau tinggal di sini, Kau akan
mati? Angin sudah mulai bertiup. Akan ada badai. Ayo."

Yesus mempererat jalinan jari-jemari-Nya dalam doa hening.

303
"Ah! Jadi, itu Engkau? Aku telah mencari-Mu sejak lama sekali! Dan aku telah
mengamati-Mu sejak lama. Sejak Kau dibaptis. Apakah kau memanggil Yang Kekal?
Ia jauh. Sekarang Kau ada di dunia, di tengah-tengah manusia. Dan aku berkuasa
atas manusia. Dan meski begitu, aku merasa kasihan kepada-Mu, dan aku ingin
menolong-Mu, sebab Kau sangat baik, dan Kau telah datang untuk mengurbankan
Diri-Mu secara sia-sia. Manusia akan membenci-Mu karena kebaikan-Mu. Mereka
tak mengerti apa-apa, selain emas, makanan dan kenikmatan. Kurban, dukacita,
ketaatan adalah kata-kata yang lebih kering bagi mereka dibandingkan daratan
sekeliling kita di sini. Lebih kering dari debu ini. Hanya ular-ular yang dapat
bersembunyi di sini, menunggu untuk menggigit, dan serigala-seringgala menunggu
untuk mencabik hingga berkeping-keping. Ikutlah aku. Tidak sepadan menderita
bagi manusia. Aku tahu mengenai mereka lebih baik dari-Mu."

Setan duduk di depan Yesus dan dia mengamati-Nya dengan seksama dengan
matanya yang mengerikan, dan tersenyum kepada-Nya dengan mulutnya yang
seperti ular. Yesus tetap diam, dan berdoa dalam hati.

"Kau tidak percaya padaku. Kau keliru. Aku adalah kebijaksanaan dunia. Aku bisa
menjadi guru-Mu dan menunjukkan kepada-Mu bagaimana bisa menang. Lihat, hal
yang terpenting adalah menang. Kemudian, begitu kita memperdayakan mereka dan
kita telah memikat dunia, maka kita dapat membawa mereka ke mana saja kita
kehendaki. Tetapi pertama-tama, kita harus menjadi orang seperti yang mereka
harapkan. Seperti mereka. Kita harus memikat mereka, membuat mereka percaya
bahwa kita mengagumi mereka dan mengikuti jalan pikiran mereka.

Engkau muda dan tampan. Mulailah dengan seorang perempuan. Orang harus
selalu mulai dari dia. Aku membuat kesalahan dengan membujuknya untuk tidak
taat. Aku seharusnya menasehatinya secara berbeda. Maka, aku akan
menjadikannya suatu alat yang lebih baik, dan aku akan telah mengalahkan Allah.
Aku tergesa-gesa. Tapi Kau! Aku akan mengajari-Mu, sebab suatu hari aku akan
memandang kepada-Mu dengan sukacita bak malaikat, dan sedikit dari kasih itu
masih ada padaku, tapi Kau harus mendengarkan aku, dan memanfaatkan
pengalamanku. Carilah seorang perempuan bagi Diri-Mu. Di mana Kau tidak
berhasil, dia akan berhasil. Kau adalah Adam yang baru: Kau harus memiliki Hawa-
Mu.

Bagaimanapun juga, bagaimana Kau dapat memahami menyembuhkan penyakit-


penyakit perasaan, jika Kau tidak tahu apa itu? Tidakkah Kau tahu bahwa di situlah
benih berada, dari mana pohon ketamakan dan kesombongan bertunas?
Mengapakah laki-laki ingin memerintah? Mengapakah mereka ingin menjadi kaya
dan berkuasa? Demi memiliki perempuan. Perempuan adalah seperti seekor burung
lark. Dia akan tertarik hanya oleh sesuatu yang kemilau. Emas dan kekuasaan
adalah dua sisi cermin yang menarik perempuan, dan menjadi penyebab kejahatan-
kejahatan di dunia. Lihatlah: dalam seribu kasus kejahatan yang berbeda, ada
setidaknya sembilan ratus yang berakar pada nafsu untuk memiliki seorang

304
perempuan atau dalam nafsu seorang perempuan, yang berkobar dalam keinginan
laki-laki yang belum terpuaskan, atau tak lagi dapat terpuaskan. Pergilah kepada
seorang perempuan jika Kau ingin tahu seperti apa hidup itu. Dan hanya sesudah
itu, kau akan dapat mengobati dan menyembuhkan penyakit-penyakit umat
manusia.

Perempuan, Kau tahu, itu cantik! Tak ada yang lebih manis di dunia. Laki-laki punya
otak dan kekuatan. Tapi perempuan! Pikirannya adalah parfum, sentuhannya adalah
belaian bunga-bunga, lemah-gemulainya adalah bagai anggur, menyukakan hati
diminum, kelembutannya adalah bagai segulung sutera, atau seorang kanak-kanak
lemah yang meringkuk di tangan seorang laki-laki, belaiannya adalah suatu
kekuatan yang tercurah atas kekuatan kita sendiri, dan mengobarkannya. Sedih,
letih, khawatir terlupakan apabila kita berbaring dekat seorang perempuan, dan dia
ada dalam pelukan kita bagai seberkas bunga.

Tetapi betapa bodohnya aku! Engkau lapar dan aku berbicara kepada-Mu mengenai
perempuan. Energi-Mu terkuras. Itulah sebabnya mengapa keharuman dunia, bunga
dari ciptaan itu, buah yang memberi dan membangkitkan cinta, tampaknya tak ada
artinya bagi-Mu. Tapi lihatlah batu-batu ini. Betapa bulat dan halus kelihatannya,
disepuh oleh cahaya matahari terbenam! Tidakkah batu-batu itu kelihatan seperti
bongkah-bongkah roti? Sebab Kau adalah Putra Allah, yang perlu Kau katakan
hanyalah: "Aku mau" dan batu-batu itu akan menjadi roti yang harum baunya, sama
seperti bongkah-bongkah roti yang sekarang dikeluarkan oleh para ibu rumah
tangga dari pemanggangan mereka untuk makan malam keluarganya. Dan pohon-
pohon acacia gersang ini, dengan hanya Kehendak-Mu, tidakkah mereka akan sarat
dengan buah-buahan manis dan kurma semanis madu? Puaskanlah rasa lapar-Mu,
Putra Allah. Kau adalah Tuan dunia. Dunia membungkukkan diri demi menempatkan
dirinya di kaki-Mu dan melegakan rasa lapar-Mu.

Tidakkah Kau lihat bahwa Kau menjadi pucat dan gemetar begitu kata roti
diucapkan. Yesus yang malang! Apakah Kau begitu lemah hingga Kau bahkan tak
dapat mengadakan suatu mukjizat? Haruskah aku mengadakannya untuk-Mu? Aku
tidak setara dengan-Mu, tapi aku bisa melakukan sesuatu. Aku akan melakukannya
meski tanpa kekuatan untuk sepanjang tahun, aku akan mengerahkan segenap
kekuatanku, aku ingin melayani-Mu sebab Kau baik, dan aku selalu ingat bahwa Kau
adalah Allah-ku, bahkan meski sekarang aku tidak menyebut-Mu demikian. Bantulah
aku dengan doa-doa-Mu, agar aku…"

"Diam! Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah."

Setan mulai marah. Dia menggertakkan gigi, dan mengepalkan tinjunya. Tapi dia
mengendalikan diri, dan mengubah kertak giginya menjadi seulas senyum.

"Aku mengerti. Engkau bebas dari kebutuhan-kebutuhan duniawi dan Kau jijik
memanfaatkan aku. Aku pantas untuk itu. Tapi mari, lihatlah apa yang ada dalam

305
Rumah Allah. Kau akan melihat bagaimana bahkan para imam tidak menolak untuk
mengadakan kompromi antara roh dan daging. Bagaimanapun, mereka adalah
manusia, dan bukan malaikat. Adakanlah suatu mukjizat rohani. Aku akan
membawa-Mu naik ke bubungan Bait Allah dan Kau akan mengalami transfigurasi
dan menjadi yang paling tampan. Kemudian Kau panggil bala malaikat dan katakan
kepada mereka untuk membentuk alas kaki bagi kaki-Mu dari sayap-sayap mereka
yang saling terjalin, dan dengan cara itu menurunkan-Mu ke halaman utama.
Sehingga orang banyak dapat melihat-Mu, dan ingat bahwa Allah ada. Orang harus
sekali waktu menampakkan diri, sebab ingatan manusia begitu lemah, teristimewa
sehubungan dengan hal-hal rohani. Kau dapat bayangkan betapa bahagia para
malaikat dalam membentuk sebuah perlindungan bagi kaki-Mu dan tangga bagi-Mu
untuk turun!"

"Ada dikatakan: 'Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allah-mu!'"

"Kau tahu bahwa penampakan-Mu tak akan mengubah apapun dan Bait Allah akan
terus menjadi pasar yang penuh kenajisan. Kebijaksanaan ilahi-Mu tahu bahwa hati
para pelayan Bait Allah adalah sarang ular beludak, yang mencabik dan dikoyakkan
menjadi berkeping-keping demi yang berkuasa. Mereka tunduk hanya pada kuasa
manusia.

Baik, jadi, mari. Sembahlah aku. Aku akan memberikan dunia kepada-Mu.
Aleksander, Cyprus, Kaisar, semua penguasa besar, di masa lalu maupun sekarang,
akan menjadi seperti para pemimpin dari kafilah-kafilah yang menyedihkan
dibandingkan dengan-Mu, sebab Kau akan memiliki kerajaan-kerajaan dunia di
bawah tongkat kuasa-Mu. Dan dengan kerajaan-kerajaan, segala kekayaan, semua
hal-hal indah di dunia, perempuan-perempuan, kuda-kuda, pasukan-pasukan, dan
kuil-kuil. Kau akan dapat meninggikan Tanda-Mu di mana-mana apabila Kau adalah
Raja segala raja dan Tuan dari dunia. Maka Kau akan ditaati dan dihormati baik oleh
orang banyak maupun oleh para imam. Segala golongan akan menghormati dan
melayani-Mu, sebab Kau akan menjadi Yang Berkuasa, Yang Esa, Tuhan."

Sembahlah aku barang sekejab saja! Legakanlah dahagaku akan disembah ini! Ia
merusakku, tapi tetap tinggal dalam diriku, dan aku terbakar dahaga karenanya.
Nyala api neraka adalah bagai angin sepoi-sepoi pagi yang menyejukkan
dibandingkan kobaran dahsyat yang membakar dalam diriku. Itulah nerakaku,
dahaga ini. Sekejab saja, sekejab saja, Kristus. Kau begitu baik! Sekejab sukacita
bagi Yang Tersiksa selamanya! Biarlah aku merasakan bagaimana rasanya menjadi
allah, dan aku akan menjadi hambamu yang berbakti dan taat sepanjang hidup-Mu
dan dalam segala karya-Mu. Sekejab, sekejab saja, dan aku tak akan lagi menyiksa-
Mu!" Dan setan jatuh berlutut, memohon.

Yesus, sebaliknya, berdiri. Ia telah kehilangan berat badan karena hari-hari puasa
yang panjang, dan sekarang Ia tampak lebih tinggi. Wajah-Nya teramat serius dan
keras. Mata-Nya adalah bagai dua batu safir yang menyala. Suara-Nya laksana

306
guntur: menggelegar dalam gua dari batu raksasa, dan menggema ke seluruh
dataran terpencil yang berbatu-batu itu ketika Ia berseru: "Enyahlah, Iblis! Sebab
ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!"

Setan, dengan suatu jerit derita yang mengerikan dan dengan kedengkian tak
terperikan, terlompat berdiri, suatu penglihatan yang menyeramkan pada figurnya
yang murka dan berasap. Dan dia lenyap dengan suatu teriak kutukannya yang
terakhir.

Yesus letih, dan duduk, bersandar dengan kepala-Nya beristirahat pada batu. Ia
tampak kehabisan tenaga. Ia berpeluh. Tapi para malaikat datang untuk mengipas
lembut dengan sayap-sayap mereka dekat gua, dengan demikian memurnikan dan
menyegarkan udara. Yesus membuka mata-Nya, dan tersenyum. Aku tidak melihat-
Nya makan. Aku akan mengatakan bahwa Ia diberi makan oleh aroma Firdaus, dan
dikuatkan kembali olehnya.

Matahari telah terbenam di ufuk barat. Ia mengambil tas kain-Nya yang telah kosong
dan dengan ditemani oleh para malaikat yang, terbang di atas kepala-Nya,
memancarkan cahaya putih lembut sementara gelap dengan cepat merambat, Ia
mulai berjalan ke arah timur, atau tepatnya ke arah timur laut. Ia telah kembali ke
ekspresi biasanya, langkah-Nya mantap. Satu-satunya tanda yang tertinggal dari
puasa-Nya yang lama adalah tatapan yang lebih serupa pertapa pada wajah-Nya
yang kurus, pucat dan dalam mata-Nya, yang terpikat dalam suatu sukacita yang
bukan milik dunia ini.

Yesus bersabda:

"Kemarin kau tak memiliki kekuatan, yang adalah kehendak-Ku, dan kau, karenanya,
setengah hidup. Aku membiarkan tubuhmu beristirahat dan membuatmu berpuasa
dengan satu-satunya cara yang memberatkan: menjauhkanmu dari sabda-Ku. Maria
yang malang! Kau menjalani Rabu Abu. Kau merasakan abu dalam segalanya
sebab kau tanpa Tuan-mu. Aku tidak membiarkanmu merasakan-Ku, tetapi Aku ada
di sana.

Pagi ini, sementara kita saling menginginkannya, ketika kau setengah tidur, Aku
membisikkan kepadamu: "Agnus Dei qui tollis peccata mundi, dona nobis pacem"
dan Aku membuatmu mengulanginya berkali-kali dan Aku mengulanginya kepadamu
berkali-kali. Kau pikir bahwa Aku akan berbicara mengenai itu. Tidak. Pertama-tama
ada subyek yang telah Aku tunjukkan kepadamu dan yang tentangnya Aku akan
memberikan komentar. Lalu sore ini Aku akan menggambarkan yang lain.

Seperti telah kau lihat, kebaikan selalu merupakan penyamaran Setan apabila ia
menghadirkan diri. Dia kelihatan seperti seorang biasa. Jika jiwa-jiwa waspada, dan
di atas segalanya, jika jiwa-jiwa berada dalam hubungan rohani dengan Allah,
307
mereka merasakan peringatan yang membuat mereka berhati-hati dan
mempersiapkan mereka untuk melawan perangkap si iblis. Akan tetapi jika jiwa-jiwa
kacau, terpisah dari Allah oleh kenikmatan berlebihan, dan tidak disertai dengan
doa, yang mempersatukan mereka dengan Allah dan mencurahkan kekuatan ke
dalam hati manusia, maka mereka jarang merasakan perangkap yang tersembunyi
di bawah tampilan tak berdosa dan mereka masuk ke dalam perangkap. Maka
kemudian sangat sulitlah bagi mereka untuk membebaskan diri.

Dua sarana yang paling umum digunakan oleh Setan untuk menaklukkan jiwa-jiwa
adalah nafsu seksual dan kerakusan. Dia selalu mulai dari hal-hal materiil. Begitu dia
telah melucuti dan menundukkan sisi materiil, dia menyerang sisi spirituil.

Pertama menyerang moral: pikiran-pikiran dengan kesombongan dan ketamakan


mereka; kemudian roh, dengan melenyapkan bukan hanya kasihnya - yang tak lagi
ada ketika manusia menggantikan kasih ilahi dengan kasih manusiawi lainnya -
melainkan juga takut akan Allah. Kemudian manusia menyerahkan tubuh dan
jiwanya kepada Setan, hanya demi menikmati apa yang ia inginkan, dan
menikmatinya lebih dan lebih lagi.

Kau lihat bagaimana Aku bersikap. Diam dan berdoa. Diam. Sebab apabila Setan
melakukan tindakannya sebagai seorang penggoda dan mendatangi kita, kita harus
bertahan dalam situasi itu tanpa ketidaksabaran yang bodoh ataupun ketakutan
yang pengecut. Kita harus bereaksi dengan ketetapan hati mengatasi kehadirannya,
dan dengan doa menghadapi godaannya.

Adalah sia-sia berdebat dengan Setan. Dia akan menang, sebab dia fasih berbicara.
Hanya Allah yang mampu mengalahkannya. Dan jadi kalian harus mohon
pertolongan kepada Allah, agar Ia berbicara untukmu, melaluimu. Kalian harus
menunjukkan kepada Setan Nama itu dan Tanda itu, bukan dengan sebegitu banyak
tertulis di atas kertas atau terukir di atas kayu, melainkan tertulis dan terukir dalam
hati kalian. Nama-Ku, Tanda-Ku. Kalian harus membantah Setan, dengan
menggunakan Sabda Allah, hanya jika dia secara implisit mengatakan bahwa dia
seperti Allah. Dia tak dapat menanggung itu.

Kemudian sesudah pergumulan, akan ada kemenangan dan para malaikat melayani
dan membela sang pemenang dari kedengkian Setan. Mereka akan memulihkannya
dengan embun-embun surgawi, dengan Rahmat yang mereka curahkan dengan
berlimpah ke dalam hati anak yang setia, dengan berkat yang membelai jiwanya.

Orang harus bertekad untuk mengalahkan Setan, dan beriman kepada Allah, dan
pertolongan-Nya. Memiliki iman akan kuasa doa, dan akan kemurahan Tuhan. Maka
Setan tak akan dapat mencelakannya.

Pergilah dalam damai. Sore ini Aku akan menggembirakanmu dengan sisanya."

308
BAB 47. YESUS BERTEMU YOHANES DAN YAKOBUS

Yohanes Zebedeus

25 Februari 1944

Aku melihat Yesus berjalan sepanjang barisan hijau tanam-tanaman yang


membatasi Yordan. Ia telah kembali ke tempat yang sama di mana Ia dibaptis. Ia
dekat tempat penyeberangan yang tampaknya dikenal baik dan biasa digunakan
untuk menyeberang ke tepian yang lain menuju Perea. Akan tetapi tempat, yang
sebelumnya begitu dipadati manusia, sekarang ditinggalkan. Hanya ada sedkit
pengelana, yang berjalan kaki, atau menunggang keledai atau kuda.

Yesus tampaknya tidak memperhatikannya. Ia melangkah maju di jalan-Nya, ke arah


utara, terbenam dalam pikiran-Nya. Ketika Ia tiba di tempat penyeberangan, Ia
bertemu sekelompok orang dari berbagai usia, yang sedang berdikusi penuh
semangat, dan lalu mereka berpisah, sebagian menuju selatan, sebagian menuju
utara.

Di antara mereka yang menuju utara, aku melihat Yohanes dan Yakobus. Yohanes
adalah yang pertama melihat Yesus, dan ia menunjukkan-Nya kepada saudaranya
dan teman-temannya. Mereka berbicara sedikit di antara mereka sendiri, dan lalu
Yohanes mulai berjalan cepat menghampiri Yesus. Yakobus mengikutinya, dengan
berjalan lebih perlahan. Yang lain tidak menunjukkan ketertarikan mereka. Mereka
berjalan, sambil berdikusi.

309
Ketika Yohanes dekat Yesus, sekitar dua atau tiga meter di belakang-Nya, ia
berseru: "Anak Domba Allah Yang menghapus dosa-dosa dunia!"

Yesus berbalik, dan memandang kepadanya. Sekarang hanya ada beberapa


langkah di antara mereka. Mereka saling memandang: Yesus dengan tatapan-Nya
yang serius, penuh selidik, Yohanes dengan matanya yang murni tersenyum pada
wajah mudanya yang rupawan, bagai wajah seorang gadis. Ia berusia sekitar
duapuluh tahun, dan pada pipi-pipinya yang kemerahan ada rambut pirang terjuntai,
bagai kerudung emas.

"Siapakah yang kau cari?" tanya Yesus.

"Engkau, Guru."

"Bagaimana kau tahu Aku seorang Guru?"

"Pembaptis mengatakannya kepadaku."

"Baiklah, lalu, mengapa kau menyebut-Ku Anak Domba?"

"Sebab aku mendengarnya menyebut-Mu demikian suatu hari, ketika Engkau


sedang lewat, lebih dari sebulan yang lalu."

"Apakah yang kau inginkan dari-Ku?"

"Aku ingin Engkau menyampaikan kepada kami sabda hidup kekal dan menghibur
kami."

"Tetapi siapakah kau?"

"Aku Yohanes Zebedeus, dan ini Yakobus, saudaraku. Kami berasal dari Galilea,
dan kami adalah nelayan. Tetapi kami juga adalah murid Yohanes. Ia
menyampaikan perkataan-perkataan hidup kepada kami dan kami
mendengarkannya, sebab kami ingin mengikuti Allah, dan menjadi layak beroleh
pengampunan-Nya dengan melakukan penitensi dan dengan begitu mempersiapkan
hati kami bagi kedatangan Mesias. Engkau-lah Mesias. Yohanes mengatakan
demikian, sebab ia melihat tanda Merpati turun atas-Mu. Ia mengatakan kepada
kami: 'Inilah Anak Domba Allah. Aku katakan kepada kalian: Anak Domba Allah
Yang menghapus dosa-dosa dunia, berilah kami damai, sebab kami tak lagi memiliki
seorang pun yang dapat membimbing kami, dan jiwa-jiwa kami menderita.'"

"Di manakah Yohanes?"

"Herodes telah menangkapnya. Ia ada di penjara, di Machaerus. Murid-muridnya


yang paling setia sudah berusaha membebaskannya. Tetapi itu tidak mungkin. Kami
datang dari sana. Biarlah kami ikut bersama-Mu, Guru. Tunjukkanlah kepada kami di
mana Engkau tinggal."

310
"Mari. Tapi tahukah kau apa yang kau minta? Yang mengikuti Aku akan harus
meninggalkan segala sesuatu: rumahnya, sanak-saudaranya, jalan pikirannya, juga
hidupnya. Aku akan menjadikanmu murid-murid-Ku dan sahabat-sahabat-Ku, jika
kalian menghendakinya. Tapi Aku tidak punya baik kekayaan ataupun perlindungan.
Aku miskin, dan Aku akan menjadi bahkan terlebih miskin lagi, hingga ke tingkat
tidak memiliki tempat di mana Aku dapat mengistirahatkan kepala-Ku dan Aku akan
dianiaya oleh para musuh-Ku, lebih dahsyat dibandingkan seekor domba yang
tersesat diburu oleh kawanan serigala. Doktrin-Ku bahkan terlebih keras
dibandingkan doktrin Yohanes, sebab melarang juga amarah. Dan doktrin-Ku lebih
berhubungan dengan jiwa, dan bukan dengan hal-hal lahiriah. Kalian harus
dilahirkan kembali jika kalian ingin menjadi murid-murid-Ku. Apakah kalian bersedia
melakukan itu?"

"Ya, Guru. Hanya Engkau yang memiliki sabda yang dapat memberi terang kepada
kami. Sabda itu turun atas kami, dan di mana ada kegelapan dan kehancuran
karena kami tidak mempunyai pembimbing, sabda itu memberi terang dan cahaya
matahari."

"Marilah, jika begitu. Marilah kita pergi. Aku akan mengajar kalian dalam perjalanan
kita."

Yesus bersabda:

"Himpunan orang banyak yang bertemu dengan-Ku adalah himpunan yang besar.
Tapi hanya satu yang mengenali-Ku. Dia, yang jiwa, pikiran dan tubuhnya murni dan
bebas dari segala percabulan.

Aku mendesak akan dijunjung tingginya nilai kemurnian. Kemurnian selalu


merupakan sumber gagasan yang sehat. Kemurnian menghaluskan dan kemudian
memelihara kepekaan intelektual dan emosional, dengan meninggikannya ke suatu
kesempurnaan begitu rupa yang hanya dapat dialami oleh seorang perawan.

Ada banyak cara untuk menjadi seorang perawan. Karena terpaksa, dan ini terjadi
terutama atas para perempuan, ketika tak ada seorang pun yang pernah
melamarnya. Hal yang sama seharusnya terjadi atas para laki-laki. Namun tidak
demikian yang terjadi. Dan itu sungguh buruk, sebab hanya kepala-kepala keluarga,
dengan pikiran-pikiran yang tidak sehat dan kerap kali tubuh yang sakit, dapat
dilahirkan dari para pemuda yang tercemar dengan nafsu birahi sebelum waktunya.

Ada keperawanan yang dikehendaki, yakni keperawanan mereka yang


mengkonsekrasikan diri mereka kepada Tuhan dengan semangat jiwanya. Suatu
keperawanan yang indah! Suatu kurban yang berkenan bagi Allah! Namun tidak
semuanya mereka bertahan dalam kemurnian mereka bagai bunga-bunga lily yang
berdiri tegak pada tangkainya, memandang ke arah Surga, tanpa mempedulikan

311
lumpur di tanah, terbuka bagi kecupan-kecupan matahari Allah dan embun-embun-
Nya.

Banyak yang setia hanya dalam cara jasmani. Tapi mereka tidak setia dalam pikiran-
pikiran mereka, yang menyesali dan merindukan apa yang mereka kurbankan.
Mereka hanya separuh perawan. Jika daging mereka utuh, hati mereka tidak
demikian. Hati mereka bergejolak, mendidih, menghembuskan napas birahi,
semakin dibersihkan dan dicela, semakin ia merupakan hasil dari pikiran yang
merawat, memberi makan dan terus memperluas gambar-gambar kenikmatan, yang
ilegal bahkan bagi mereka yang bebas, lebih ilegal lagi bagi mereka yang
dikonsekrasikan kepada Allah.

Maka kaul kalian adalah munafik. Tampilannya ada di sana, intisarinya tidak. Dan
Aku katakan kepada kalian bahwa antara mereka yang datang kepada-Ku dengan
bunga lily mereka dirontokkan oleh kebrutalan seorang yang keji, dan mereka yang
datang dengan bunga lily mereka secara jasmani utuh, namun diselimuti dengan
lelehan air liur birahi yang telah mereka rawat dan tanam untuk mengisi saat-saat
kesendirian mereka, maka Aku akan menyebut "para perawan" kelompok terdahulu,
dan "bukan perawan" bagi kelompok sesudahnya. Aku akan memberikan kepada
kelompok terdahulu mahkota keperawanan dan suatu mahkota ganda para martir,
sebab daging mereka yang telah dilukai dan hati mereka yang telah dirusakkan oleh
suatu mutilasi yang tidak mereka kehendaki.

Nilai kemurnian adalah sedemikian rupa hingga, seperti telah kau lihat, hal pertama
yang membuat antusias Setan, adalah membujuk-Ku mengenai ketidakmurnian. Dia
tahu betul bahwa dosa-dosa seksual melucuti jiwa dan menjadikannya suatu
mangsa empuk bagi dosa-dosa lain. Upaya-upaya Setan diarahkan pada point besar
ini, demi mengalahkan-Ku.

Roti, lapar, adalah bentuk-bentuk jasmani untuk alegori nafsu makan, nafsu yang
dipergunakan Setan demi tujuannya sendiri. Makanan yang ia tawarkan kepada-Ku
untuk membuat-Ku jatuh tanpa kendali di kakinya adalah hal yang sama sekali
berbeda! Keserakahan akan mengikutinya, kemudian ketamakan, kuasa,
penyembahan berhala, hujat dan penyangkalan terhadap Hukum ilahi. Tetapi itulah
langkah pertama untuk menjerat-Ku. Tepat sama seperti yang ia lakukan untuk
mencelakai Adam.

Dunia mencemooh orang-orang yang murni. Mereka yang bersalah atas percabulan
menyerang mereka. Yohanes Pembaptis adalah kurban dari nafsu birahi pasangan
yang mesum. Namun andai masih ada terang di dunia, ini karena mereka yang
murni dari dunia. Mereka adalah hamba-hamba Allah, mereka mengenal Allah dan
mengulang sabda Allah. Aku berkata: "Berbahagialah mereka yang murni hatinya,
mereka akan melihat Allah." Juga di dunia ini: sebab asap birahi tiada mengganggu
hati mereka, mereka 'melihat' Allah, mereka mendengar-Nya, mereka mengikuti-Nya
dan mereka menunjukkan-Nya kepada orang-orang lain.

312
Yohanes Zebedeus adalah suatu jiwa yang murni. Ia adalah Yang Murni di antara
para murid-Ku. Suatu jiwa seindah bunga dalam suatu tubuh yang bak malaikat! Ia
memanggil-Ku dengan perkataan dari guru pertamanya dan meminta-Ku untuk
memberinya damai. Namun ia telah memiliki damai dalam hatinya karena
kemurniannya, dan Aku mengasihinya karena kemurniannya, yang kepadanya Aku
mempercayakan ajaran-ajaran-Ku, rahasia-rahasia-Ku, dan Makhluk paling terkasih
yang Aku miliki.

Ia adalah murid pertama-Ku, yang mengasihi-Ku dari sejak pertama kali ia melihat-
Ku. Jiwanya telah melebur dengan Jiwa-Ku sejak dari hari ia melihat-Ku lewat dekat
Yordan dan ia melihat Pembaptis menunjuk kepada-Ku. Bahkan meski ia tidak
menemukan-Ku sesudahnya, ketika Aku kembali dari padang gurun, ia pasti akan
mencari-Ku hingga ia menemukan-Ku, sebab yang murni, bersikap rendah hati dan
antusias diajar dalam pengetahuan akan Allah, dan bagai air yang mengalir ke laut,
ia pergi kepada mereka yang ia tahu cakap dalam doktrin surgawi."

Yesus juga bersabda:

"Aku tidak ingin kau berbicara mengenai pencobaan nafsu seksual yang dialami
Yesus-mu. Bahkan meski suara batinmu telah membuatmu mengerti tujuan setan
dalam menarik-Ku kepada nafsu birahi, Aku lebih suka membicarakannya Sendiri.
Janganlah pikirkan apa-apa lagi mengenainya. Tapi adalah perlu menyinggungnya.
Sekarang, ayo. Tinggalkan bunga Setan di atas pasirnya. Ikutlah Yesus seperti yang
dilakukan Yohanes. Kau akan berjalan di antara duri-duri, tapi bagai bunga-bunga
mawar kalian akan mendapati tetesan-tetesan darah Dia Yang mencurahkannya
bagi kalian, guna mengalahkan daging yang juga ada dalam diri kalian.

Aku juga akan mengantisipasi sebuah pernyataan. Dalam Injilnya, Yohanes dalam
menceritakan pertemuannya dengan-Ku mengatakan: "Pada keesokan harinya".
Oleh karenanya akan tampak bahwa Pembaptis menunjuk-Ku pada hari sesudah
pembaptisan-Ku dan bahwa Yohanes dan Yakobus langsung mengikuti-Ku. Tapi itu
bertentangan dengan apa yang dikatakan para Penginjil lain mengenai empatpuluh
hari yang dilewatkan di padang gurun. Hendaknya kalian membacanya seperti ini:
"(Yohanes telah ditangkap), suatu hari, kemudian, kedua murid Yohanes Pembaptis,
kepada siapa ia telah menunjukkan Aku dengan mengatakan: "Inilah Anak Domba
Allah", setelah melihat-Ku lagi, memanggil-Ku dan mengikuti-Ku". Setelah Aku
kembali dari padang gurun.

Dan kami kembali bersama-sama ke tepi danau Galilea, di mana Aku telah
menemukan naungan untuk mulai mewartakan Injil dari sana, dan keduanya -
sesudah bersama-Ku sepanjang seluruh perjalanan dan kemudian satu hari di
rumah yang memberikan tumpangan milik seorang teman dari sanak saudara-Ku -
berbicara tentang Aku kepada para nelayan lain. Tetapi itu adalah atas inisiatif
Yohanes, yang kehendaknya untuk melakukan penitensi telah membuat jiwanya,

313
yang sudah begitu terang karena kemurniannya, suatu mahakarya dari terang di
mana Kebenaran dengan jelas terpancar, menganugerahkan kepadanya juga
keberanian suci dari mereka yang murni dan murah hati, yang tiada pernah takut
untuk melangkah maju, di mana pun mereka melihat bahwa ada Allah, dan
kebenaran dan doktrin dan jalan Tuhan. Betapa Aku mengasihinya karena ciri
khasnya yang sederhana dan gagah berani itu!"

314
BAB 48. YOHANES DAN YAKOBUS BERBICARA KEPADA
PETRUS TENTANG MESIAS

12 Oktober 1944

Fajar yang paling jernih di atas Danau Galilea. Langit dan air gemerlapan dengan
kilau-kilau kemerahan, tak jauh berbeda dari kilau-kilau lembut yang bercahaya di
atas tembok-tembok kebun-kebun kecil buah-buahan di desa danau itu, di mana
pohon-pohon buah-buahan, dengan daun-daunnya yang liar, rimbun, tampak
bangkit dari kebun-kebun buah-buahan dan mengintip pada jalan-jalan kecil desa
dan membungkuk di atasnya.

Desa mulai bangun: para perempuan mulai pergi ke sumber air atau tempat
mencuci, sementara para nelayan menurunkan keranjang-keranjang ikan, atau
tawar-menawar harga, dengan suara yang sangat lantang, dengan para pedagang
yang datang dari desa-desa lain, sementara yang lain membawa ikan-ikan ke rumah
mereka. Aku menyebutnya desa, tetapi bukan sebuah desa yang amat kecil.
Sebaliknya, sebuah tempat yang lumayan besar, setidaknya dari apa yang aku lihat,
cukup besar dan terhampar sepanjang danau.

Yohanes muncul dari sebuah jalan kecil dan pergi cepat menuju danau. Yakobus
mengikutinya, tetapi dengan jauh lebih tenang. Yohanes melihat perahu-perahu
yang telah berada di pantai, namun tak dapat melihat perahu yang ia cari. Ia
melihatnya sementara perahu itu masih sekitar seratus yard dari pantai, bergerak
memasuki pelabuhan, dan dengan menangkupkan kedua tangannya pada kedua
sisi mulutnya, ia berseru sekuat tenaga, suatu "Oh è!" yang panjang, yang pastilah
merupakan seruan lazim mereka. Ketika ia melihat bahwa mereka telah
mendengarnya, ia memberi aba-aba dengan kedua tangannya, yang jelas berarti:
"Kemari, kemari."

Orang-orang dalam perahu, yang tak tahu masalahnya, mengayuhkan dayung


mereka, dan perahu bergerak lebih cepat dibandingkan apabila bergerak dengan
layar, yang telah mereka turunkan, mungkin untuk menghemat waktu. Ketika mereka
sekitar sepuluh meter dari pantai, Yohanes tidak menunggu lebih lama. Ia
menanggalkan mantolnya dan jubah panjangnya, dan melemparkannya ke pantai,
melepas sandalnya, mengangkat jubah dalamnya dan memeganginya dengan satu
tangan nyaris sebatas lipat paha, lalu masuk ke dalam air untuk menyongsong
perahu yang datang.

"Mengapa kalian berdua tidak datang?" tanya Andreas. Petrus, yang mendongkol,
tak mengatakan sepatah kata pun.

315
"Dan mengapakah kalian tidak datang bersamaku dan Yakobus?" jawab Yohanes
kepada Andreas.

"Aku pergi menangkap ikan. Aku tak mau menyia-nyiakan waktu. Kalian menghilang
dengan Orang itu…."

"Aku memberimu isyarat untuk datang. Itu Dia. Kalian harus mendengar perkataan-
Nya!... Kami tinggal bersama-Nya sepanjang hari hingga larut malam. Kami
sekarang datang untuk mengatakan kepada kalian: Datanglah."

"Sungguhkah itu Dia? Apakah kau yakin? Kita hanya melihat-Nya saat itu, ketika
Pembaptis menunjukkan-Nya kepada kita."

"Itu Dia. Ia tidak menyangkalnya."

"Setiap orang bisa mengatakan apa saja yang disukainya untuk menipu. Ini bukan
yang pertama kalinya…." omel Petrus, tidak puas.

"Oh, Simon! Jangan berkata begitu! Ia adalah Mesias! Ia tahu segalanya! Ia


mendengarmu!" Yohanes sedih dan kecewa atas perkataan Simon Petrus.

"Tentu saja! Mesias! Dan Ia menampakkan Diri-Nya kepadamu, Yakobus dan


Andreas! Tiga nelayan bodoh yang malang! Mesias akan membutuhkan jauh lebih
banyak dari itu! Dan Ia mendengarku! Eh! Anak yang malang. Berkas matahari
pertama musim semi telah merusakkan otakmu! Ayo, datang dan bekerjalah. Itu jauh
lebih baik. Dan lupakan dongeng macam itu!"

"Aku katakan kepadamu. Ia adalah Mesias! Yohanes berbicara tentang hal-hal yang
suci, tetapi Ia berbicara tentang Allah. Barangsiapa bukan Kristus tidak dapat
mengatakan perkataan-perkataan yang demikian."

"Simon, aku bukan anak-anak. Aku sudah cukup tua dan aku tenang dan bijaksana.
Kau tahu itu. Aku tidak bicara banyak, tapi aku mendengarkan banyak sepanjang
waktu yang kami lewatkan bersama Anak Domba Allah dan dapat aku katakan
kepadamu bahwa sungguh Ia tidak lain adalah sang Mesias! Mengapakah kau tidak
percaya? Mengapakah kau tidak mau percaya? Kau mungkin tidak percaya, sebab
kau belum mendengar-Nya. Tetapi aku percaya kepada-Nya. Kami malang dan
bodoh? Baik, Ia mengatakan bahwa Ia telah datang untuk mewartakan Injil Kerajaan
Allah, Kerajaan damai, kepada orang-orang yang malang, rendah hati dan mereka
yang kecil di hadapan mereka yang besar. Ia mengatakan: 'Mereka yang besar telah
mendapatkan kesukaan mereka. Namun kesukaan itu bukanlah kesukaan yang
patut membuat iri apabila dibandingkan dengan kesukaan yang karenanya Aku telah
datang untuk membawakannya bagi kalian. Mereka yang besar sudah dapat
mengerti melalui sarana budaya mereka. Akan tetapi Aku telah datang kepada
mereka 'yang kecil' dari Israel dan dari dunia, kepada mereka yang menangis dan
berharap, kepada mereka yang mencari Terang dan lapar akan Manna sejati,
kepada siapa mereka yang terpelajar tidak memberikan terang dan makanan,

316
melainkan hanya beban, kegelapan, belenggu, hinaan. Dan Aku memanggil 'mereka
yang kecil'. Aku telah datang untuk menjungkir-balikkan dunia. Sebab Aku akan
merendahkan apa yang sekarang dipandang tinggi, dan Aku akan meninggikan apa
yang sekarang dipandang hina. Biarlah mereka yang menginginkan kebenaran dan
damai, mereka yang menginginkan hidup kekal, datang kepada-Ku. Mereka yang
mencintai Terang, biarlah mereka datang kepada-Ku. Aku adalah terang dunia.'
Bukankah Ia mengatakan demikian, Yohanes?" Yakobus berkata dengan suara
yang tenang, lembut.

"Ya, dan Ia mengatakan: 'Dunia tidak akan mengasihi Aku. Dunia yang besar tidak
akan mengasihi Aku, sebab dunia rusak dengan kejahatan dan berhala. Bukan,
dunia tidak akan menginginkan Aku, sebab dunia, karena ia adalah keturunan dari
Kegelapan, tidak mencintai Terang. Tetapi bumi tidak hanya terdiri dari dunia yang
besar. Ada juga di dalamnya mereka yang, meski bercampur dengan dunia, bukan
dari dunia. Ada orang-orang yang dari dunia sebab mereka telah dibelenggu di
dalamnya, seperti ikan dalam sebuah jaring.' Ia berbicara tepat seperti itu, sebab
kami sedang membicarakan pantai danau dan Ia tengah menunjuk pada beberapa
jaring yang sedang ditarik ke pantai dengan ikan di dalamnya. Bukan. Ia
mengatakan: 'Lihat. Tak satu pun dari ikan-ikan itu yang ingin tertangkap dalam
jaring. Juga manusia, secara niat, tidak akan mau jatuh menjadi mangsa Mamon.
Bahkan tidak yang paling jahat pun yang, dibutakan oleh kesombongan, tidak
percaya bahwa mereka tidak punya hak untuk melakukan apa yang mereka lakukan.
Dosa mereka yang sesungguhnya adalah kesombongan. Semua dosa-dosa lain
berasal darinya. Mereka yang tidak sepenuhnya jahat, bahkan terlebih lagi tidak
akan mau jatuh menjadi mangsa Mamon. Tetapi mereka jatuh karena
kesembronoan mereka dan karena suatu beban yang menyeret mereka ke dasar,
dan yang adalah dosa Adam. Aku telah datang untuk menyingkirkan dosa itu, dan
sementara menantikan saat Penebusan, untuk memberikan kepada mereka yang
percaya kepada-Ku kekuatan begitu rupa yang akan memampukan mereka untuk
membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap-perangkap yang menjerat mereka
dan membuat mereka bebas mengikuti Aku, Terang dunia'.

"Baiklah, jika Ia mengatakan itu, kita harus pergi kepada-Nya sekarang juga."
Petrus, dengan sifatnya yang suka memperturutkan kata hati, yang begitu tulus dan
sangat aku sukai, telah memutuskan saat itu juga, dan segera bertindak dengan
bergegas membongkar muatan perahunya yang telah tiba di pantai: para nelayan
telah nyaris menarik perahu ke pantai, membongkar jaring-jaring, tali-temali dan
layar.

"Dan kau, si bodoh Andreas, mengapa kau tidak pergi bersama mereka?!..."

"Tetapi... Simon! Kau yang mencelaku sebab aku tidak membujuk mereka untuk
datang bersamaku… Kau telah menggerutu sepanjang malam, dan sekarang kau
memarahiku karena aku tidak pergi?!"

317
"Kau benar... Tapi aku tidak melihat-Nya… sedang kau melihat-Nya… dan
seharusnya kau melihat bahwa Ia tidak seperti kita… Ia pasti punya sesuatu yang
memikat!..."

"Oh! Ya," kata Yohanes. "Wajah-Nya! Mata-Nya! Betapa indah matanya, bukankah
begitu Yakobus?! Dan suara-Nya!... Oh! Betapa luar biasa! Apabila Ia berbicara, kau
serasa memimpikan Surga."

"Cepat, cepat. Marilah kita pergi dan menemui-Nya. Dan kalian, (berbicara kepada
para nelayan lainnya), bawalah semuanya ke Zebedeus dan katakan padanya untuk
melakukan apa yang ia pikir baik. Kami akan kembali sore ini sebelum waktu
menangkap ikan."

Mereka semua berpakaian dan berangkat. Tetapi Petrus, sesudah beberapa yard
berhenti dan memegang lengan Yohanes seraya bertanya: "Kau mengatakan bahwa
Ia tahu semuanya, dan mendengar semuanya?..."

"Ya. Coba pikir, ketika kami melihat bulan jauh tinggi di langit, aku berkata: 'Aku
bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Simon sekarang?', dan Ia mengatakan:
'Ia sedang melemparkan jalanya dan ia tak dapat menenangkan pikirannya sebab ia
harus mengerjakan semuanya seorang diri, sebab kalian tidak pergi dengan perahu
kembar pada sore yang begitu baik untuk menangkap ikan… ia tidak tahu bahwa tak
lama lagi ia akan menjala dengan jaring yang berbeda dan menangkap ikan yang
berbeda."

"Kerahiman yang Kudus! Benar! Baik, Ia pasti juga telah mendengar … juga bahwa
aku menyebut-Nya tak lebih dari seorang penipu… aku tak dapat pergi kepada-Nya!"

"Oh! Ia begitu baik. Ia pasti tahu apa yang kau pikirkan. Ia sudah tahu. Sebab ketika
kami meninggalkan-Nya dengan mengatakan bahwa kami pergi kepadamu, Ia
berkata: 'Pergilah. Tetapi jangan biarkan kata-kata hinaan pertama mengecilkan hati
kalian. Barangsiapa ingin bersama-Ku harus dapat bergerak maju melawan kata-
kata cemooh dunia dan larangan sanak saudara. Sebab Aku melampaui darah dan
masyarakat, dan Aku menang atas mereka. Dan barangsiapa bersama-Ku akan juga
menang untuk selamanya.' Ia juga berkata: 'Jangan takut berbicara. Orang yang
mendengar akan datang, sebab ia adalah seorang yang berkehendak baik.'

"Itukah apa yang Ia katakan? Baik, aku akan datang. Bicara, bicaralah mengenai-
Nya sementara kita di jalan. Di manakah Ia?"

"Di sebuah rumah miskin; mereka pastilah sahabat-sahabat-Nya?"

"Apakah Ia miskin?"

"Seorang pekerja dari Nazaret. Begitu kata-Nya."

"Dan bagaimanakah ia hidup sekarang, jika Ia tidak lagi bekerja?"

318
"Kami tidak menanyakan itu kepada-Nya. Mungkin sanak-saudara-Nya membantu-
Nya."

"Akan lebih baik jika tadi kita membawa beberapa ikan, roti dan buah..., sesuatu.
Kita akan berkonsultasi dengan seorang rabbi, sebab Ia seperti ... Ia lebih dari
seorang rabbi, dan kita datang dengan tangan kosong! Para rabbi kita tidak suka hal
itu ..."

"Tapi Ia suka. Kami tak memiliki apa pun selain dari duapuluh sen di antara kami,
Yakobus dan aku, dan kami persembahkan itu kepada-Nya, seperti yang lazim
dengan para rabbi. Ia tidak menghendakinya. Tapi karena kami begitu mendesak, Ia
berkata: 'Semoga Allah mengganjarimu dengan berkat bagi orang miskin. Marilah
bersama-Ku' dan ia memberikan uang itu kepada beberapa orang miskin. Ia tahu di
mana mereka tinggal. Dan ketika kami bertanya kepada-Nya: 'Guru, tidakkah
Engkau menyimpan sesuatu untuk Diri-Mu Sendiri?' Ia menjawab: 'Sukacita dalam
melakukan kehendak Allah dan melayani kemuliaan-Nya.' Kami juga mengatakan:
'Engkau memanggil kami, Guru. Tetapi kami ini miskin. Apakah yang harus kami
bawakan untuk-Mu?' Ia menjawab dengan seulas senyum yang membuat kami
menikmati sukacita Firdaus: 'Aku menginginkan suatu harta pusaka besar dari
kalian,' dan kami katakan: 'tapi kami tak memiliki apa-apa.' Dan ia menjawab: 'Suatu
harta pusaka dengan tujuh nama, yang bahkan dapat dimiliki oleh mereka yang
paling miskin, sedangkan mereka yang kaya mungkin tidak memilikinya. Kalian
memilikinya, dan Aku menginginkan itu. Dengarkanlah nama-namanya: cinta kasih,
iman, kehendak baik, niat yang benar, penguasaan diri, ketulusan hati, semangat
berkurban. Itulah yang Aku inginkan dari para pengikut-Ku, hanya itu, dan kalian
memilikinya. Harta itu tidur, bagai sebutir benih di bawah bongkahan salju musim
dingin, namun sinar matahari musim semi akan membuatnya bertunas menjadi tujuh
bulir.' Itulah apa yang dikatakan-Nya."

"Ah! Sekarang aku merasa bahwa Ia adalah Rabuni sejati, Mesias yang dijanjikan! Ia
tidak kejam terhadap kaum miskin, Ia tidak meminta uang… Itu sudah cukup untuk
menyebut-Nya Orang Kudus dari Allah. Kita dapat pergi dengan aman."

Dan segala penglihatan berakhir.

319
BAB 49. PERJUMPAAN PERTAMA PETRUS DAN MESIAS

13 Oktober 1944

Dengan jiwaku patah semangat oleh karena begitu banyak hal, aku berdoa untuk
menerima pencerahan. Dan aku dihantar ke bab 12 Epistula kepada orang Ibrani
dan kekuatan rohku sungguh disegarkan kembali dan sekali lagi aku memiliki energi
"untuk mendengarkan". Sesungguhnya ketika aku tertekan oleh begitu banyak hal,
aku serasa ingin mengatakan:

"Aku tidak mau melakukan apa-apa lagi. Kehidupan biasa, suatu kehidupan yang
biasa apapun resikonya." Tetapi aku, tahu siapa "Yang berbicara" dan aku melihat-
Nya memandangku dengan mata penuh kasih yang memohon. Dan aku tak lagi
dapat mengatakan: "Aku tidak mau."

Allah adalah sungguh api yang menelan juga kecenderungan-kecenderungan kodrat


manusiawi kita ketika kita berserah kepada-Nya. Kepada Ia yang berbicara
mengatakan: "Aku tidak akan meninggalkanmu, Aku tidak akan menelantarkanmu",
aku ingin mengulang sekali lagi dengan penuh percaya: "Engkau begitu banyak
menolongku, aku tidak takut akan manusia. O Allah, janganlah kecewakan
pengharapanku."

Pukul 2 siang aku melihat yang berikut:

Yesus sedang berjalan menyusuri sebuah jalanan kecil, sebuah jalan setapak di
antara dua padang. Ia seorang diri. Yohanes bergerak menghampiri-Nya melalui
sebuah jalan setapak lain di padang dan pada akhirnya ia bertemu dengan-Nya,
melalui sebuah celah pada pagar tanam-tanaman. Yohanes, baik dalam penglihatan
kemarin maupun penglihatan sekarang tampak sangat muda. Wajahnya kemerahan
dan tanpa jenggot, warna kulit terang seorang pemuda, yang sulit dapat disebut
sebagai seorang laki-laki dewasa. Tak ada tanda-tanda kumis ataupun jenggot,
melainkan hanya kehalusan pipinya yang kemerahan, bibirnya yang merah, dan
senyum cemerlang serta penampilannya yang murni, bukan karena warna biru
kehijauan matanya, melainkan karena kejernihan jiwa perawannya yang terpancar
melalui matanya. Rambutnya yang panjang lembut berwarna pirang-kecoklatan
berayun-ayun di setiap langkah sementara ia berjalan nyaris secepat jika ia berlari.

Ketika ia hendak melewati pagar tanam-tanaman, ia berseru: "Guru!"

Yesus berhenti dan berpaling sembari tersenyum.

320
"Guru, aku begitu merindukan-Mu! Orang-orang di rumah di mana Engkau tinggal
mengatakan kepadaku bahwa Engkau telah pergi menuju desa. Tetapi mereka tidak
mengatakan di mana. Aku takut bahwa aku mungkin tidak akan bertemu dengan-
Mu." Sementara berbicara, Yohanes menundukkan kepalanya sedikit, tanda hormat.
Dan meski begitu, ia penuh kasih sejati, baik dalam sikapnya maupun dalam
matanya, yang ia arahkan kepada Yesus, dengan kepalanya masih dengan lembut
miring ke bahunya.

"Aku melihatmu sedang mencari-Ku dan Aku datang kepadamu."

"Engkau melihatku? Di manakah Engkau, Guru?"

"Di sana" dan Yesus menunjuk ke sekelompok pepohonan nun jauh, yang, dari
warna dedaunannya, dapat aku katakan pohon-pohon zaitun. "Aku ada di sana. Aku
tadi sedang berdoa, dan merenungkan apa yang hendak Aku katakan sore ini di
sinagoga. Tetapi Aku datang begitu Aku melihatmu."

"Tapi bagaimanakah Engkau dapat melihatku, jika aku nyaris tak dapat melihat
tempatnya yang tersembunyi di balik pagar tanam-tanaman itu?"

"Dan meski begitu, kau lihat, Aku di sini. Aku datang untuk menemuimu sebab Aku
melihatmu. Apa yang tak bisa dilakukan mata, bisa dilakukan kasih."

"Ya, kasih bisa. Jadi, Kau mengasihiku, Guru?"

"Dan apakah kau mengasihi Aku, Yohanes, anak Zebedeus ?"

"Sangat, Guru. Aku pikir aku telah selalu mengasihi-Mu. Sebelum bertemu dengan-
Mu, lama sebelumnya, jiwaku mencari Engkau, dan ketika aku melihat-Mu, jiwaku
berkata kepadaku: 'Ini Dia yang kau cari.' Aku pikir aku bertemu dengan-Mu, sebab
jiwaku mengenali-Mu."

"Kau mengatakannya, Yohanes, dan apa yang kau katakan adalah benar. Aku juga
datang kepadamu sebab jiwa-Ku mengenalimu. Sampai berapa lamakah kau akan
mengasihi Aku?"

"Untuk selamanya, Guru. Aku tak lagi ingin mengasihi siapa pun, selain Engkau."

"Kau punya bapa dan ibu, saudara-saudara lelaki dan saudara-saudara perempuan,
kau memiliki hidupmu, dan dengan hidupmu, kau dapat memiliki seorang
perempuan dan cinta. Bagaimanakah kau akan dapat meninggalkan itu semua demi
Aku?"

"Guru... aku tidak tahu... tetapi aku pikir, jika ini bukanlah suatu kesombongan untuk
dikatakan, bahwa cinta kasih-Mu akan menggantikan tempat bapa dan ibu, saudara-
saudara lelaki dan saudara-saudara perempuan, dan juga seorang perempuan. Aku
akan mendapatkan ganti rugi untuk semuanya, jika Engkau mengasihi aku."

321
"Dan jika kasih-Ku harus mengakibatkan penderitaan dan aniaya atasmu?"

"Itu tidak akan ada artinya, jika Engkau mengasihi aku."

"Dan pada hari Aku harus mati..."

"Tidak! Engkau masih muda, Guru… Mengapa mati?"

"Sebab Mesias telah datang untuk mewartakan Hukum dalam segala kebenarannya
dan untuk menggenapi Penebusan. Dan dunia membenci Hukum dan tidak
menginginkan penebusan. Oleh karenanya mereka menganiaya para utusan Allah."

"Oh! Jangan pernah itu terjadi! Janganlah katakan ramalan akan kematian kepada
dia yang mengasihi-Mu!... Tapi andai Engkau harus mati, aku masih akan tetap
mengasihi-Mu. Ijinkanlah aku untuk mengasihi-Mu." Tatapan Yohanes adalah
tatapan memohon. Ia menundukkan kepalanya lebih rendah dari sebelumnya, dan ia
berjalan di samping Yesus, dan tampak sedang memohon kasih. Yesus berhenti. Ia
menatapnya, menelitinya dengan seksama dengan mata-Nya yang dalam,
menembus, dan lalu menumpangkan tangan-Nya ke atas kepalanya yang tertunduk.
"Aku ingin kau mengasihi Aku."

"Oh! Guru!" Yohanes bahagia. Meski matanya berkilau-kilau karena airmata, mulut
mudanya yang berbentuk indah itu tersenyum. Ia meraih tangan ilahi itu, mencium
punggung tangannya, dan menekankannya ke hatinya. Mereka melanjtukan
perjalanan kembali.

"Kau katakan kau mencari-Ku…"

"Ya, untuk mengatakan kepada-Mu bahwa sahabat-sahabatku ingin bertemu


dengan-Mu… dan karena, oh! betapa aku rindu untuk bersama dengan-Mu lagi! Aku
meninggalkan-Mu hanya beberapa jam yang lalu… tapi aku tak lagi dapat tanpa-
Mu."

"Apakah karenanya kau telah menjadi seorang pewarta Sabda yang baik?"

"Juga Yakobus, Guru, berbicara tentang Engkau sedemikian rupa... demi


meyakinkan mereka."

"Jadi dia yang tidak percaya - dan tidak patut dipersalahkan sebab sikap kehati-
hatiannya adalah karena kebijaksanaan - sekarang menjadi percaya. Marilah kita
pergi dan memberinya keyakinan penuh."

"Dia agak takut..."

"Jangan! Jangan takut kepada-Ku! Aku telah datang untuk orang-orang baik dan
terlebih lagi untuk mereka yang berada di jalan yang salah. Aku ingin
menyelamatkan manusia, bukan menghukum mereka. Aku akan penuh kerahiman
terhadap orang-orang yang jujur."

322
"Dan terhadap para pendosa?"

"Juga. Orang-orang yang tidak jujur, yang Aku maksudkan adalah mereka yang tidak
jujur secara rohani dan dengan munafik mereka berpura-pura baik, namun
sebenarnya mereka melakukan perbuatan-perbuatan jahat. Dan mereka melakukan
yang demikian, dan sedemikian rupa demi keuntungan mereka sendiri dan untuk
mendapatkan keuntungan atas sesama mereka. Aku akan bersikap keras terhadap
mereka."

"Oh! Jadi, Simon, tidak perlu khawatir. Tidak ada orang yang setia sepertinya."

"Itulah apa yang Aku sukai, dan Aku ingin kalian juga demikian."

"Simon ingin mengatakan kepada-Mu banyak hal."

"Aku akan mendengarkannya setelah berbicara di sinagoga. Aku meminta mereka


untuk memberitahu orang-orang miskin dan orang-orang sakit di samping orang-
orang kaya dan sehat. Mereka semua membutuhkan Injil."

Mereka dekat desa. Beberapa anak sedang bermain-main di jalanan dan salah
seorang dari mereka menghambur ke kaki Yesus dan pasti akan terjatuh andai Ia
tidak cepat menangkapnya. Meski begitu kanak-kanak itu menangis juga, seolah ia
telah terluka dan Yesus, yang menggendongnya dalam pelukan-Nya, mengatakan:
"Seorang Israel yang menangis? Apa yang telah dilakukan ribuan anak-anak, yang
sekarang sudah menjadi dewasa, pada waktu melintasi padang gurun bersama
Musa? Dan meski begitu, Allah Yang Mahatinggi mengirimkan manna yang manis
lebih kepada mereka, daripada kepada yang lain, sebab Ia mengasihi anak-anak
yang tak berdosa dan memelihara para malaikat kecil di bumi ini, burung-burung
kecil tanpa sayap ini, sama seperti Ia memelihara burung-burung pipit di hutan dan
di kota. Apa kau suka madu? Ya? Baiklah, jika kau baik, kau akan makan madu
yang lebih manis daripada madu dari lebahmu."

"Di mana? Kapan?"

"Ketika, sesudah hidup setia kepada Allah, kau akan pergi kepada-Nya."

"Aku tahu bahwa aku tak dapat ke sana terkecuali jika Mesias datang. Ibuku
mengatakan bahwa sekarang, kita di Israel, adalah bagai banyak Musa dan kita mati
dengan melihat Tanah Terjanji. Ibuku mengatakan bahwa kita di sana, menunggu
untuk masuk, dan bahwa hanya Mesias yang akan membuat kita masuk."

"Betapa seorang Israel kecil yang cerdas! Baik, Aku katakan kepadamu bahwa
apabila kau mati, kau akan pergi ke Firdaus seketika, sebab Mesias akan telah
membuka gerbang-gerbang Surga. Tapi kau harus baik."

"Mama! Mama!" kanak-kanak itu meluncur dari lengan Yesus dan berlari menuju
seorang perempuan muda, yang tengah memasuki rumahnya dengan membawa
sebuah amphora tembaga.

323
"Mama! Rabbi yang baru itu mengatakan kepadaku bahwa aku akan pergi ke
Firdaus begitu aku mati dan aku akan makan begitu banyak madu… jika aku baik.
Aku akan menjadi anak yang baik!"

"Kiranya Allah mengabulkannya! Maafkan aku, Guru, jika dia merepotkan-Mu. Dia
begitu hidup!"

"Yang tak berdosa tidaklah merepotkan, perempuan. Semoga Allah memberkatimu,


sebab kau adalah seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya dalam
pengetahuan akan Hukum."

Perempuan itu tersipu sebab dipuji dan menjawab: "Kiranya berkat Tuhan bersama-
Mu, juga." Dan dia menghilang bersama kanak-kanak kecilnya.

"Apakah Engkau suka anak-anak, Guru?"

"Ya, Aku suka, sebab mereka murni... tulus ... dan penuh cinta kasih."

"Apakah Engkau punya keponakan, Guru?"

"Aku punya, tapi BundaKu... Dalam Dia ada kemurnian, ketulusan, kasih dari
kebanyakan anak-anak yang kudus, bersama dengan kebijaksanaan, keadilan dan
kekuatan orang-orang dewasa. Aku memiliki segalanya dalam BundaKu, Yohanes."

"Dan Kau meninggalkan-Nya?"

"Allah di atas segalanya adalah juga bunda yang terkudus."

"Akankah aku bertemu dengan-Nya?"

"Ya, kau akan bertemu dengan-Nya."

"Dan apakah Ia akan mengasihi aku?"

"Ia akan mengasihimu sebab Ia mengasihi siapa saja yang mengasihi YesusNya."

"Jadi, Engkau tidak punya saudara?"

"Aku punya beberapa keponakan dari pihak suami BundaKu. Tetapi setiap orang
adalah saudara-Ku, dan Aku telah datang bagi semua orang. Sekarang kita di
sinagoga. Aku akan masuk, dan kau akan menggabungkan diri dengan-Ku bersama
sahabat-sahabatmu."

Yohanes pergi dan Yesus menuju sebuah ruangan berbentuk kubus dengan tatanan
lazimnya berupa lampu-lampu segitiga dan mimbar-mimbar dengan gulungan-
gulungan perkamen. Sudah ada himpunan orang yang menanti dan berdoa. Yesus
juga berdoa. Orang-orang berbisik dan berkomentar di belakang-Nya, sementara Ia
membungkuk ke kepala sinagoga, menyapanya, dan meminta sebuah gulungan
secara acak.

324
Yesus memulai pelajaran-Nya.

Ia mengatakan: "Roh membimbing-Ku untuk membaca hal yang berikut bagi kalian.
Pada bab tujuh Kitab Yeremia, kita baca: 'Yahweh Sabaoth, Allah Israel, bersabda:
Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-
sama kamu di tempat ini. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang
berbunyi: Ini bait Yahweh, bait Yahweh, bait Yahweh, melainkan jika kamu sungguh-
sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-
sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas
orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di
tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, maka
Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Ku-berikan
kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya.'

Dengarkanlah, Israel. Aku ada di sini untuk menerangkan kepada kalian sabda
terang, yang tak lagi dapat dilihat atau dimengerti oleh jiwa kalian yang suram.
Dengarkanlah. Ada banyak tangis di tanah Umat Allah: orang-orang lanjut usia
menangis mengenang kemuliaan di masa lampau, orang-orang dewasa menangis
karena mereka terhimpit di bawah kuk, anak-anak menangis karena mereka tak
memiliki prospek kemuliaan di masa mendatang. Akan tetapi kemuliaan dunia bukan
apa-apa dibandingkan kemuliaan yang tak dapat direnggut oleh seorang penindas
pun, terkecuali Mammon dan kehendak jahat.

Mengapakah kalian menangis? Sebab Yang Mahatinggi, Yang selalu baik terhadap
umat-Nya, sekarang telah memalingkan muka-Nya ke tempat lain dan tak lagi
membiarkan anak-anak-Nya melihat wajah-Nya? Apakah Ia bukan lagi Allah Yang
membelah laut dan membuat Israel menyeberanginya dan memimpin umat melalui
padang gurun dan memberi mereka makan, dan membela mereka dari para musuh
mereka, dan agar mereka tidak sampai kehilangan jalan ke Surga, Ia memberikan
Hukum bagi jiwa mereka, seperti Ia telah mengirimkan awan-awan atas tubuh
mereka? Apakah Ia bukan lagi Allah yang membuat manis air dan mengirimkan
manna kepada anak-anak-Nya yang kelelahan? Apakah Ia bukan Allah Yang
menghendaki kalian diam di tanah-Nya dan membuat suatu persekutuan dengan
kalian seperti seorang Bapa dengan anak-anaknya? Baik, jadi, mengapakah orang-
orang asing telah menyerang kalian?

Banyak di antara kalian bergumam: 'Dan padahal Bait Allah ada di sini!' Tidaklah
cukup sekedar memiliki Bait Allah dan datang dan berdoa kepada Allah di dalamnya.
Bait pertama adalah dalam hati setiap orang dan di situlah doa-doa kudus
hendaknya dipanjatkan. Tapi sebuah doa tak dapat kudus terkecuali hati pertama-
tama mengubah jalan hidupnya dan dengan hatinya orang juga mengubah
kebiasaan, cinta kasih, kaidah-kaidah keadilan terhadap orang-orang miskin, para
hamba, sanak saudara dan Allah.

325
Sekarang lihat. Aku melihat orang-orang kaya yang keras hati yang memberikan
banyak persembahan kepada Bait Allah, namun mereka tak pernah mengatakan
kepada seorang miskin: 'Saudara, ini sepotong roti, dan sekeping uang. Ambillah.
Dari pribadi ke pribadi, dan jangan sampai bantuanku mematahkan semangatmu
sebagaimana persembahanku jangan sampai membuatku sombong.' Aku melihat
orang-orang yang, dalam doa-doa mereka, mengeluh kepada Tuhan karena Ia tidak
mendengarkan doa-doa mereka dengan segera; lalu ketika seorang miskin yang
malang, kerap kali seorang sanak, mengatakan kepada mereka: 'Sudi dengarkanlah
aku,' mereka menjawab tanpa perasaan: 'Tidak.' Aku melihat kalian menangis sebab
uangmu diperas oleh penguasa kalian. Tapi kemudian kalian memeras darah
mereka yang kalian benci dan kalian tidak dikuasai kengerian ketika kalian
menumpahkan darah dan mengambil nyawa dari satu tubuh.

O Israel! Saat Penebusan telah tiba. Persiapkanlah jalan baginya dalam hati kalian
dengan kehendak baik. Bersikaplah jujur, baik, saling mengasihi satu sama lain.
Mereka yang kaya janganlah memandang rendah mereka yang miskin; para
pedagang janganlah menipu, mereka yang miskin janganlah merasa iri terhadap
mereka yang kaya. Kalian semua sedarah, dan kalian milik satu Allah. Kalian semua
dipanggil pada satu masa depan. Janganlah dengan dosa-dosa kalian menutup
Surga yang akan dibukakan Mesias bagi kalian. Apakah kalian telah sesat sebegitu
jauh? Jangan sesat lagi. Tinggalkan segala kesalahan.

Hukum itu sederhana, mudah dan baik sepanjang ia kembali ke sepuluh Perintah
Allah yang asli, yang diterangi oleh kasih yang terang. Datanglah. Aku akan
menunjukkan kepada kalian apa saja itu: kasih, kasih, kasih. Kasih Allah kepada
kalian. Kasih kalian kepada Allah. Kasihilah sesamamu. Selalu kasih, sebab Allah
adalah kasih, dan mereka yang tahu bagaimana mengamalkan kasih adalah anak-
anak Bapa.

Aku ada di sini untuk semua orang, dan untuk memberikan kepada semua orang
terang Allah. Inilah Sabda Bapa yang menjadi makanan bagi kalian. Datanglah,
cicipilah, ubahlah darah roh kalian dengan makanan ini. Biarlah segala racun hilang,
biarlah segala nafsu mati. Suatu kemuliaan baru ditawarkan kepada kalian:
kemuliaan yang kekal, kepadanya akan datang segenap mereka yang hatinya
sungguh mempelajari Hukum Allah.

Mulailah dari kasih. Tak ada lain yang lebih besar dari itu. Apabila kalian tahu
bagaimana mengasihi, maka kalian akan telah mengetahui segalanya, dan Allah
akan mengasihi kalian, dan kasih Allah berarti pertolongan terhadap segala godaan.
Kiranya berkat Allah turun atas mereka yang berpaling kepada Allah dengan hati
penuh kehendak baik."

Yesus diam. Orang-orang berbisik. Pertemuan berhenti sesudah beberapa madah,


banyak di antaranya dinyanyikan seperti mazmur.

326
Yesus pergi keluar dari ruangan kubus kecil itu. Di ambang pintu ada Yohanes dan
Yakobus bersama Petrus dan Andreas.

"Damai bagimu," kata Yesus dan Ia menambahkan: "Inilah orang yang untuk
menjadi benar tidak boleh menghakimi sebelum ia tahu. Tapi ia jujur dalam
mengakui bahwa ia salah. Simon, kau ingin bertemu dengan-Ku? Ini Aku. Dan kau,
Andreas, mengapakah kau tidak datang sebelumnya?"

Kedua bersaudara itu saling memandang dengan malu. Andreas berbisik: "Aku tidak
berani."

Petrus memerah wajahnya, namun ia tidak berkata apa-apa. Tetapi ketika ia


mendengar Yesus berkata kepada saudaranya: "Apakah kau berbuat salah dengan
datang? Orang hanya boleh tidak berani melakukan hal-hal jahat" ia menyela
dengan jujur: "Itu salahku. Ia ingin segera membawaku kepada-Mu. Tapi aku... aku
katakan... Ya, aku katakan 'Aku tidak percaya,' dan aku tidak mau datang. Oh! Aku
merasa lebih baik sekarang!..."

Yesus tersenyum, lalu Ia berkata: "Dan karena ketulusan hatimu Aku katakan
kepadamu bahwa Aku mengasihimu."

"Tapi aku... aku bukan orang baik... aku tak mampu melakukan apa yang Kau
katakan di sinagoga. Aku pemarah dan jika orang menghinaku eh! Aku tamak dan
aku suka uang... dan dalam berdagang ikan eh! tidak selalu... aku tidak selalu jujur.
Dan aku bodoh. Dan aku hanya punya sedikit waktu untuk mengikuti-Mu untuk
menerima Terang-Mu. Apakah yang harus aku lakukan? Aku ingin menjadi seperti
yang Kau katakan... tapi..."

"Tidak sulit, Simon. Apa kau mengenal sedikit Kitab Suci? Ya? Baik, renungkanlah
Nabi Mikha. Allah menghendaki darimu apa yang dikatakan Mikha. Ia tidak
memintamu untuk mengoyakkan hatimu, pun Ia tidak memintamu untuk
mengurbankan kesayanganmu yang paling suci. Ia tidak meminta itu darimu untuk
sementara ini. Suatu hari nanti, tanpa diminta oleh Allah, kau akan memberikan
kepada Allah dirimu sendiri. Namun Ia akan menanti sementara matahari dan
embun mengubahmu, sehelai rumput yang tipis sebagaimana kau adanya saat ini,
menjadi sebuah pohon palma yang kokoh dan subur. Untuk sementara ini, Ia hanya
meminta ini darimu: berlaku benar, mencintai belas-kasihan, memberikan perhatian
terbesarmu dalam mengikuti Allah-mu. Berupayalah melakukan itu dan masa lalu
Simon akan dihapuskan dan kau akan menjadi seorang manusia baru, sahabat Allah
dan KristusNya. Bukan lagi Simon, tetapi Kefas (1), batu karang yang aman di mana
Aku bersandar."

"Aku suka itu! Aku paham itu. Hukum sangat... sangat... yakni, aku tak dapat lagi
mengikutinya, sebagaimana yang telah dibuat para rabbi. Tapi apa yang Kau
katakan, ya... aku pikir aku bisa melakukannya. Dan Engkau akan membantuku.
Apakah Engkau tinggal di rumah ini? Aku kenal pemiliknya."

327
"Aku tinggal di sini. Tetapi Aku akan pergi ke Yerusalem dan sesudah itu Aku akan
berkhotbah di segenap penjuru Palestina. Aku datang untuk itu. Tetapi Aku akan
sering di sini."

"Aku akan datang untuk mendengarkan-Mu lagi. Aku ingin menjadi murid-Mu. Sedikit
terang akan memasuki kepalaku."

"Lebih dari itu, hatimu Simon. Hatimu. Dan kau, Andreas, kau tak hendak
mengatakan sesuatu? "

"Aku mendengarkan, Guru."

"Saudaraku ini pemalu."

"Dia akan menjadi seekor singa. Hari semakin gelap. Kiranya Allah memberkatimu,
dan menganugerahimu hasil tangkapan yang baik. Sekarang pergilah."

"Damai serta-Mu." Mereka pun pergi.

Begitu mereka pergi Petrus berkata: "Aku bertanya-tanya apa yang Ia maksudkan
sebelumnya, ketika Ia mengatakan bahwa aku akan menjala dengan jala yang lain
dan menangkap ikan yang berbeda."

"Mengapa tidak kau tanyakan kepada-Nya? Kau ingin mengatakan sangat banyak
hal, tapi kau nyaris tak berbicara."

"Aku... malu. Ia begitu berbeda dari semua rabbi lainnya!"

"Sekarang Ia akan pergi ke Yerusalem…," kata Yohanes, penuh rindu mendalam


dan nostalgia. "Aku ingin bertanya kepada-Nya apakah Ia akan mengijinkanku pergi
bersama-Nya... tapi aku tak berani."

"Pergi dan tanyakan kepada-Nya sekarang, anakku," kata Petrus. "Kita


meninggalkan-Nya begitu saja... tanpa kata-kata kasih sayang. Biarlah Ia setidaknya
tahu bahwa kita mengagumi-Nya. Aku akan memberitahu ayahmu."

"Baikkah aku pergi, Yakobus?"

"Pergilah."

Yohanes berlari mengejar... dan ia berlari kembali, penuh sukacita. "Aku


mengatakan kepada-Nya: 'Apakah Kau ingin aku pergi ke Yerusalem bersama-Mu?'
Ia menjawab: 'Mari, sahabat-Ku.' Sahabat, kata-Nya! Besok, aku akan berada di sini
pada jam ini. Ah! Ke Yerusalem bersama-Nya!..."

Penglihatan pun berakhir.

328
Sehubungan dengan penglihatan sebelumnya, pagi ini 14 Oktober Yesus
mengatakan kepadaku:

"Aku ingin kau dan semua orang merenungkan perilaku Yohanes: teristimewa satu
point yang selalu lolos dari perhatian semua orang. Kalian mengaguminya sebab ia
murni, penuh kasih, setia. Tapi kalian tidak memperhatikan bahwa ia juga besar
dalam kerendahan hati.

Ia, yang bertanggung jawab atas kedatangan Petrus kepada-Ku, dengan rendah hati
membisu mengenai detail itu. Rasul dari Petrus, dan karenanya yang pertama dari
antara para rasul-Ku, adalah Yohanes. Yang pertama dalam mengenali Aku, yang
pertama dalam berbicara kepada-Ku, dalam mengikuti Aku, dalam mewartakan Aku.
Dan meski begitu, lihat apa yang ia katakan? 'Andreas, saudara Simon, adalah
seorang dari keduanya yang telah mendengar perkataan Yohanes (2) dan telah
mengikuti Yesus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia
berkata kepadanya: 'Kami telah menemukan Mesias' dan ia membawanya kepada
Yesus.' Selain baik hati, Yohanes juga seorang yang benar, dan sebab ia tahu
bahwa Andreas merasa tertekan karena sifatnya yang pemalu dan penyendiri, dan
bahwa dia ingin melakukan begitu banyak hal, namun tidak berhasil dalam
melakukannya, Yohanes menginginkan pengakuan atas kehendak baik Andreas
diwariskan kepada keturunan berikutnya. Ia ingin Andreas tampil sebagai rasul
pertama Kristus bersama Petrus, kendati sifat pemalu dan kegugupan Andreas
terhadap saudaranya telah menjadi penyebab kegagalan kerasulannya.

Di antara mereka yang melakukan sesuatu bagi-Ku, siapakah yang dapat meniru
Yohanes, bukannya memaklumkan diri sendiri sebagai seorang rasul yang tak
tertandingi, tanpa mengingat bahwa keberhasilannya tergantung pada banyak sekali
hal, yang bukan saja kudus, melainkan juga keberanian manusia, keberuntungan
dan sesekali kesempatan ada bersama orang-orang lain yang kurang berani dan
kurang beruntung, tapi mungkin, lebih kudus?

Apabila kalian berhasil dalam melakukan sesuatu yang baik, janganlah


menyombongkannya, seolah-olah jasanya adalah sepenuhnya milik kalian. Pujilah
Allah, Tuhan dari para pekerja apostolik, dan milikilah mata yang tajam dan hati
yang tulus untuk melihat dan memberi kepada masing-masing pujian yang pantas
bagi mereka. Mata yang tajam untuk melihat para rasul yang mengorbankan diri
mereka sendiri dan yang merupakan pendorong sejati yang utama bagi karya orang-
orang lain. Hanya Allah yang melihat mereka: mereka takut-takut dan kelihatannya
tidak melakukan apa-apa, padahal mereka mendatangkan dari Surga api yang
mendorong para pekerja yang berani. Hati yang tulus dalam mengatakan: 'Aku
bekerja. Tetapi rekan ini mengasihi lebih dari aku, ia berdoa lebih baik dari aku, aku
tak mampu mengorbankan diriku sebagaimana ia melakukannya dan yang seperti
dikatakan Yesus: "...dalam kamar pribadimu dengan pintu tertutup berdoalah diam-
diam." Sebab Aku tahu akan keutamaan kerendahan hatinya yang kudus, Aku ingin
hal itu diketahui dan berkata: 'Aku adalah alat yang aktif; dia adalah kekuatan yang

329
mengilhami-Ku, sebab dia bersatu dengan Allah, dia adalah saluran energi surgawi
bagi-Ku.'

Dan Berkat Bapa, yang turun untuk mengganjari orang yang rendah hati itu, yang
secara diam-diam mengorbankan diri demi memberi kekuatan kepada para rasul,
akan turun juga atas rasul yang dengan tulus mengakui baik pertolongan adikodrati
maupun pertolongan tersembunyi dari dia yang rendah hati, dan jasa-jasanya yang
tak diperhatikan oleh orang-orang yang picik.

Ini pelajaran bagi semua orang. Apakah dia kesayangan-Ku? Ya. Bukankah dia
menyerupai Aku juga dalam hal ini? Murni, penuh kasih, taat, tapi juga rendah hati.
Aku melihat DiriKu sendiri dalam dirinya seperti pada sebuah cermin dan Aku bisa
melihat keutamaan-keutamaan-Ku dalam dirinya. Sebab itu Aku mengasihinya
seperti DiriKu yang lain. Aku dapat melihat dalam dirinya tatapan BapaKu, Yang
menganggapnya sebagai Kristus kecil. Dan BundaKu akan mengatakan kepada-Ku:
"Aku merasa seolah dia adalah putera kedua-Ku. Aku seperti melihat-Mu,
direproduksi dalam diri seorang manusia."

Oh! Betapa baiknya Yang Penuh Kebijaksanaan mengenalmu, terkasih-Ku! Kedua


duka dari hati kalian yang murni bercampur menjadi satu selubung saja demi
membentuk suatu perlindungan kasih bagi-Ku, dan keduanya menjadi satu kasih
saja, bahkan sebelum Aku memberikan BundaKu kepada Yohanes dan Yohanes
kepada BundaKu. Mereka saling mengasihi satu sama lain sebab mereka menyadari
bahwa mereka serupa: anak-anak dan saudara-saudara dari Bapa dan dari Putra."

(1) Kefas artinya Batu karang, lihat Yohanes 1:42.

(2) Yakni: Yohanes Pembaptis.

330
BAB 50. YESUS DI BETSAIDA DI RUMAH PETRUS.

IA BERTEMU FILIPUS DAN NATANAEL

15 Oktober 1944

[…] Kemudian (pukul 09.30) aku harus menggambarkan yang ini.

Yohanes mengetuk pintu rumah di mana Yesus menjadi tamu. Seorang perempuan
muncul di pintu dan ketika dia tahu siapa yang datang, dia memanggil Yesus.

Mereka saling menyapa dengan salam damai. Lalu Yesus mengatakan: "Kau datang
awal, Yohanes."

"Aku datang untuk memberitahu-Mu bahwa Petrus meminta-Mu untuk singgah di


Betsaida. Dia telah berbicara kepada banyak orang mengenai Engkau… Kami tidak
pergi menangkap ikan semalam. Kami berdoa sebaik yang kami dapat, dan kami
merelakan laba... sebab Sabat belum berakhir. Dan pagi ini, kami pergi menyusuri
jalan-jalan untuk berbicara mengenai Engkau. Ada banyak orang yang ingin
mendengar-Mu... Maukah Kau datang, Guru?"

"Aku akan datang, meski Aku harus pergi ke Nazaret sebelum pergi ke Yerusalem."

"Petrus akan membawa-Mu dari ke Betsaida ke Tiberias dengan perahunya. Itu


bahkan akan lebih cepat untuk-Mu."

"Kalau begitu, mari kita pergi."

Yesus mengambil mantol dan tas kain-Nya. Tetapi Yohanes segera membebaskan-
Nya dari yang terakhir. Dan mereka berangkat, sesudah berpamitan kepada nyonya
rumah.

Penglihatan menunjukkan mereka keluar dari desa dan memulai perjalanan mereka
ke Betsaida. Tetapi aku tidak mendengar apa yang mereka percakapkan,
sesungguhnya penglihatan ini diinterupsi dan dimulai kembali ketika mereka
memasuki Betsaida. Aku mengerti bahwa itu adalah sebuah kota sebab aku melihat
Petrus, Andreas dan Yakobus, bersama isteri-isteri mereka, menantikan Yesus di
pintu masuk kota.

"Damai sertamu. Aku di sini."

331
"Kami berterima kasih kepada-Mu, Guru, atas nama mereka yang menantikan-Mu.
Hari ini bukan hari Sabat, tapi maukah Engkau menyampaikan sabda-Mu kepada
mereka yang menanti untuk mendengarkan-Mu?"

"Ya, Petrus, Aku mau. Di rumahmu." Petrus dipenuhi sukacita: "Kalau begitu, mari.
Ini isteriku dan ini ibunda Yohanes dan ini teman-teman mereka. Tapi ada orang-
orang lain lagi yang menantikan-Mu: sanak-saudara dan teman-teman kami."

"Katakan kepada mereka bahwa Aku akan berbicara kepada mereka sore ini,
sebelum Aku pergi."

Aku lupa menyebutkan bahwa mereka meninggalkan Kapernaum pada saat


matahari terbenam dan tiba di Betsaida keesokan paginya.

"Guru… aku mohon: tinggallah satu malam di rumahku. Perjalanan ke Yerusalem


adalah perjalanan yang panjang, bahkan meki aku akan mempercepatnya bagi-Mu,
dengan membawa-Mu ke Tiberias dengan perahu. Rumahku miskin, tapi ada
kejujuran dan ramah-tamah. Tinggallah bersama kami malam ini."

Yesus memandang Petrus dan semua orang lainnya yang menanti. Ia menatap
mereka dengan rasa ingin tahu. Ia lalu tersenyum dan mengatakan: "Ya, Aku akan
tinggal."

Itu membangkitkan sukacita yang terlebih besar lagi pada Petrus.

Orang-orang memandang keluar dari pintu rumah mereka dan saling melemparkan
tatapan penuh arti satu sama lain. Seorang laki-laki memanggil Yakobus dengan
namanya dan berbicara kepadanya dengan suara pelan, dengan menunjuk Yesus.
Yakobus mengangguk tanda setuju dan laki-laki itu pergi dan berbicara kepada
orang-orang lain yang berdiri di persimpangan jalan.

Mereka masuk ke rumah Petrus. Ada dapur besar penuh asap. Di pojok, ada jala,
tali-temali, keranjang ikan. Di tengah ada sebuah perapian panjang yang rendah,
tapi tak ada api. Melalui dua buah pintu yang berseberangan, orang dapat melihat
jalanan di satu sisi, dan kebun sayur-mayur dan buah-buahan dengan sebuah pohon
ara dan tanaman anggur di sisi yang lain. Di balik jalanan deburan danau yang
berwarna biru langit dapat terlihat, dan di balik kebun sayur-mayur dan buah-buahan
ada tembok yang rendah dan gelap dari sebuah rumah lain.

"Aku berikan kepada-Mu apa yang aku miliki, Guru, dan sebaik yang aku tahu
bagaimana…"

"Kau tak dapat memberikan lebih lagi atau lebih baik, sebab kau memberikannya
dengan kasih."

Mereka memberi Yesus air untuk menyegarkan Diri dan lalu roti dan buah-buah
zaitun. Yesus mengambil sesuap hanya demi menyenangkan mereka, lalu Ia
berterima kasih kepada mereka, dan tidak makan apa-apa lagi.

332
Beberapa anak melihat ke dalam penuh rasa ingin tahu dari kebun sayur-mayur dan
buah-buahan dan dari jalanan. Aku tidak tahu apakah mereka anak-anak Petrus.
Aku hanya tahu bahwa Petrus merengut kepada para pengganggu itu supaya
mereka menjauh. Yesus tersenyum dan berkata: "Biarkan mereka."

"Guru, apakah Kau mau beristirahat? Kamarku di sini dan kamar Andreas di sana.
Silakan pilih. Kami tidak akan berisik sementara Engkau beristirahat."

"Apakah kau punya serambi atas?"

"Ya, dan pohon-pohon anggur, meski masih nyaris belum berbuah, memberikan
sedikit naungan."

"Kalau begitu bawalah Aku ke sana. Aku lebih suka beristirahat di sana. Aku akan
merenung dan berdoa."

"Seperti kehendak-Mu. Mari."

Sebuah tangga kecil berdiri di kebun sayur-mayur dan buah-buahan menuju atap,
yang adalah sebuah serambi dikelilingi oleh sebuah tembok yang rendah. Juga di
sana, ada jala dan tali-temali. Akan tetapi betapa banyak sinar terang matahari, dan
betapa indah pemandangan danau yang biru!

Yesus duduk pada sebuah bangku tanpa sandaran, dengan menyandarkan


punggung-Nya pada tembok kecil. Petrus sibuk dengan sebuah layar, yang ia
bentangkan di atas dan pada sisi pohon anggur untuk membuat naungan terhadap
terik matahari. Ada angin sepoi-sepoi dan ketenangan. Yesus kelihatan senang.

"Aku pergi, Guru."

"Pergilah. Pergilah bersama Yohanes dan katakan kepada orang banyak bahwa Aku
akan berbicara di sini pada waktu matahari terbenam."

Yesus tinggal sendirian dan lama berdoa. Terkecuali dua pasang merpati yang
datang dan pergi dari sarang mereka, dan cicit burung-burung pipit, tak ada suara
atau pun makhluk hidup dekat Yesus yang berdoa. Waktu berlalu dengan damai dan
tenang.

Kemudian Yesus berdiri, Ia berjalan sekeliling serambi, memandang danau,


tersenyum pada beberapa anak yang sedang bermain di jalanan dan mereka
tersenyum balik pada-Nya, Ia melihat sepanjang jalan, ke sebuah lapangan kecil
sekitar seratus yard dari rumah Petrus. Yesus turun ke bawah. Ia melongok ke
dalam dapur: "Perempuan, Aku pergi berjalan-jalan di pantai."

Ia pergi keluar dan berjalan menuju pantai, dekat anak-anak. Ia bertanya kepada
mereka: "Apa yang sedang kalian lakukan?"

333
"Kami ingin bermain perang-perangan. Tapi dia tidak mau, jadi kami bermain
menangkap ikan." Anak laki-laki yang tak mau bermain perang-perangan adalah
sorang anak kecil yang rapuh dengan wajah yang paling terang. Mungkin dia sadar
bahwa, sebab ia rapuh, ia akan mendapatkan pukulan dalam "perang" dan jadi dia
mau yang damai saja.

Yesus menggunakan kesempatan itu untuk berbicara kepada anak-anak: "Dia


benar. Perang adalah suatu hukuman dari Allah untuk manusia demi kebaikan
mereka, dan itu merupakan suatu tanda bahwa manusia bukan lagi putera sejati
Allah. Ketika Yang Mahatinggi menciptakan dunia, Ia menciptakan semuanya:
matahari, lautan, bintang-bintang, sungai-sungai, tanam-tanaman, binatang-bintang,
tetapi Ia tidak menciptakan senjata. Ia menciptakan manusia dan memberinya mata
agar ia dapat memberikan tatapan kasih, dan mulut untuk mengucapkan kata-kata
kasih, dan telinga untuk mendengar perkataan yang demikian, dan tangan untuk
memberikan pertolongan dan untuk membelai, dan kaki untuk berlari cepat
menolong sesama yang membutuhkan, dan hati yang dapat mengsihi. Ia memberi
manusia inteligensi, kemampuan berbicara, cinta kasih dan perasaan. Tapi Ia tidak
memberi manusia kedengkian. Mengapa? Sebab manusia, yang adalah ciptaan
Allah, seharusnya menjadi kasih sebagaimana Allah adalah Kasih. Jika manusia
tetap tinggal menjadi ciptaan Allah, ia akan harus tinggal dalam kasih, dan keluarga
manusia tidak akan mengenal baik perang ataupun kematian."

"Tapi dia tidak mau bermain perang-perangan, sebab ia selalu kalah."

(Tebakanku benar.)

Yesus tersenyum dan mengatakan: "Tidak sepatutnya kita mencela apa yang
mencelakakan kita hanya karena itu mencelakakan kita. Sepatutnyalah kita mencela
apabila itu mencelakakan semua orang. Jika seorang mengatakan: 'Aku tidak mau
itu sebab aku akan kalah,' maka orang itu egois. Sebaliknya, seorang anak Allah
yang baik akan mengatakan: 'Saudara-saudara, aku tahu bahwa aku akan menang,
tapi aku katakan kepada kalian: jangan biarkan itu terjadi sebab kalian akan
menderita kekalahan.' Oh! orang itu sudah memahami hukum utama! Siapa yang
dapat memberitahu-Ku manakah hukum yang utama?"

Kesebelas mulut mengatakannya serentak: "Kasihilah Tuhan Allah-mu dengan


segenap kekuatanmu, dan sesamamu seperti dirimu sendiri."

"Oh! Kalian anak-anak yang pintar. Apakah kalian semua pergi ke sekolah?"

"Ya."

"Siapakah yang paling pintar?"

"Dia." Dialah anak kecil rapuh yang tak mau main perang-perangan."

"Siapa namamu?"

334
"Yoel."

"Nama yang bagus! Artinya: '… biarlah yang lemah berkata: "Aku kuat." Tapi kuat
dalam hal apa? Dalam Hukum Allah yang benar, untuk menjadi seorang di antara
mereka yang di Lembah Penentuan akan dihakimi-Nya sebagai para kudus-Nya.
Tapi penghakiman itu sudah dekat. Bukan di Lembah Penentuan, melainkan di atas
Gunung Penebusan. Di sana, matahari dan bulan akan menjadi gelap oleh rasa
takut, bintang-bintang akan gemetar dan mencucurkan airmata belas-kasihan, dan
anak-anak Terang akan dihakimi dan dipisahkan dari anak-anak Kegelapan. Dan
seluruh Israel akan tahu bahwa Allah-nya telah datang. Berbahagialah mereka yang
mengenali-Nya. Madu, susu dan air segar akan turun ke dalam hati mereka dan
duri-duri akan berubah menjadi bunga-bunga mawar abadi. Siapakah di antara
kalian yang ingin menjadi seorang di antara mereka yang akan dihakimi sebagai
para kudus Allah?"

"Aku! Aku! Aku!"

"Jadi, apakah kalian akan mengasihi Mesias?"

"Ya! Ya! Engkau! Engkau! Engkau-lah yang kami kasihi. Kami tahu siapa Engkau!
Simon dan Yakobus telah mengatakannya kepada kami, dan ibu kami
mengatakannya kepada kami. Ajaklah kami bersama-Mu!"

"Ya, Aku akan mengajak kalian jika kalian baik. Tak ada lagi kata-kata buruk, tak ada
lagi kesombongan, pertengkaran, tak membantah orangtua. Berdoa, belajar,
bekerja, taat. Dan Aku akan mengasihi kalian dan tinggal bersama kalian." Anak-
anak semuanya mengelilingi Yesus. Mereka tampak bagai sebuah daun mahkota
warna-warni sekeliling sebuah putik panjang berwarna biru tua.

Seorang laki-laki setengah baya menghampiri kelompok itu, dengan penuh rasa
ingin tahu. Yesus berbalik untuk membelai seorang anak yang menarik-narik mantol-
Nya dan melihat orang itu. Ia menatapnya, dengan tajam. Laki-laki itu tersipu dan
menyapa-Nya, namun tidak mengatakan apapun.

"Mari! Ikutlah Aku!"

"Ya, Guru."

Yesus memberkati anak-anak dan berjalan di samping Filipus, (Yesus


memanggilnya dengan namanya). Ia pulang ke rumah. Mereka duduk di kebun kecil
sayur-mayur dan buah-buahan.

"Apakah kau ingin menjadi murid-Ku?"

"Ya, … tapi aku tak berani berharap banyak."

"Aku telah memanggilmu."

335
"Jadi, aku adalah murid-Mu. Ini aku."

"Apakah kau tahu tentang Aku?"

"Andreas berbicara kepadaku tentang Engkau. Dia mengatakan kepadaku: 'Ia yang
kau nanti-nantikan telah datang.' Andreas tahu bahwa aku sangat merindukan
Mesias."

"Pengharapanmu tidak sia-sia. Ia ada di hadapanmu."

"Guru-ku dan Allah-ku!"

"Kau adalah seorang Israel yang berkehendak baik. Itulah sebabnya mengapa Aku
menyatakan DiriKu kepadamu. Seorang sahabatmu yang lain sedang menunggu, ia
adalah seorang Israel yang tulus hati, juga. Pergi dan katakan kepadanya: 'Kami
telah menemukan Yesus dari Nazaret, putra Yosef dari Keturunan Daud, Dia Yang
telah dibicarakan Musa dan para Nabi.' Pergilah."

Yesus tetap sendirian hingga Filipus kembali bersama Natanael-Bartolomeus.

"Inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya. Damai sertamu,
Natanael."

"Bagaimana Engkau mengenal aku?"

"Sebelum Filipus datang untuk memanggilmu, Aku melihatmu di bawah pohon ara."

"Guru, Engkau Putra Allah. Engkau Raja orang Israel!"

"Karena Aku katakan Aku melihatmu, sementara kau bermeditasi di bawah pohon
ara, maka kau percaya? Kau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu.
Sungguh Aku berkata kepadamu bahwa Surga terbuka dan karena imanmu kau
akan melihat malaikat-malaikat turun dan naik di atas Putra Manusia: yakni di atas-
Ku, Yang sedang berbicara kepadamu."

"Guru! Aku tidak layak akan anugerah yang begitu rupa!"

"Percayalah kepada-Ku dan kau akan layak mendapatkan Surga. Maukah kau
percaya?"

"Ya, Guru."

Penglihatan diinterupsi... dan mulai kembali di serambi penuh orang banyak;


sementara orang-orang lainnya ada di kebun sayur-mayur dan buah-buahan milik
Petrus. Yesus mulai berbicara.

"Damai bagi manusia yang berkehendak baik. Damai dan berkat bagi rumah
mereka, isteri mereka, anak-anak mereka. Kiranya rahmat dan terang Allah
berkuasa dalam rumah kalian dan dalam hati mereka yang tinggal di dalamnya.

336
Kalian ingin mendengarkan Aku. Sabda sekarang berbicara. Ia berbicara dengan
sukacita kepada mereka yang jujur, dengan duka kepada mereka yang tidak jujur,
dengan gembira kepada mereka yang kudus dan murni, dengan kerahiman kepada
para pendosa. Sabda tidak menyangkal DiriNya. Ia datang untuk menyebarluas
bagai sebuah sungai yang mengalir untuk mengairi tanah-tanah yang membutuhkan
air, menyegarkannya dan sekaligus menyuburkannya dengan humus.

Kalian ingin tahu apa yang diperlukan untuk menjadi murid-murid dari Sabda Allah,
dari Mesias, Sabda Bapa, Yang telah datang untuk mengumpulkan Israel, agar ia
dapat mendengar sekali lagi sabda dari Sepuluh Perintah Allah yang kudus dan
kekal dan dapat disucikan oleh sabda dan dengan demikian dimurnikan bagi saat
Penebusan dan Kerajaan, sejauh manusia dapat dimurnikan oleh dirinya sendiri.

Sekarang, Aku berkata kepada yang tuli, yang buta, yang bisu, para penderita kusta,
yang lumpuh, yang mati: 'Bangkitlah, kalian disembuhkan, bangkitlah, berjalanlah,
kiranya sungai terang, sabda, suara terbuka bagi kalian, supaya kalian bisa melihat
dan mendengar Aku dan berbicara mengenai Aku.' Tetapi daripada kepada tubuh
kalian, Aku berbicara kepada jiwa kalian. Orang-orang yang berkehendak baik,
datanglah kepada-Ku tanpa takut. Jika jiwa kalian terluka, Aku akan merawatnya:
jika sakit, Aku akan menyembuhkannya; jika mati, Aku akan membangkitkannya.
Apa yang Aku minta hanyalah kehendak baik kalian.

Apakah yang Aku minta ini sulit? Tidak. Tidak sulit. Aku tidak membebankan ke atas
kalian ratusan perintah para rabbi. Aku berkata kepada kalian: taatilah Sepuluh
Perintah Allah. Hukum itu satu dan kekal. Berabad-abad telah berlalu sejak hukum
diberikan, indah, murni, segar, bagai seorang bayi yang baru dilahirkan, bagai
sekuntum mawar yang baru mekar pada tangkainya. Sederhana, teratur, mudah
ditaati. Sepanjang berabad-abad kesalahan-kesalahan dan kecondongan-
kecondongan [= trends] telah merumitkannya dengan banyak hukum-hukum kecil,
dengan beban-beban dan larangan-larangan, dengan terlalu banyak ketentuan yang
menyakitkan. Aku membawakan sekali lagi Hukum itu kepada kalian sebagaimana
diberikan oleh Yang Mahatinggi. Tapi, demi kepentingan kalian sendiri, Aku meminta
kalian untuk menerimanya dengan hati yang tulus, seperti Israel sejati di masa yang
silam.

Kalian bersungut-sungut, lebih dalam hati kalian daripada dengan bibir kalian, itulah
kesalahan orang-orang dari golongan atas, lebih dari kesalahan orang-orang dari
golongan sederhana. Aku tahu. Kitab Ulangan menyatakan apa yang harus
dilakukan, tak ada hal lain yang lebih perlu. Akan tetapi janganlah menghakimi
mereka yang bertindak atas nama orang-orang lain, bukan atas nama mereka
sendiri. Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah. Dan di atas segalanya,
berupayalah dan jadilah sempurna dalam kedua hukum yang utama. Apabila kalian
mengasihi Allah dengan segenap jiwamu, kalian tidak akan berdosa, sebab dosa
menyakiti Allah. Barangsiapa mengasihi, tidak hendak menyakiti. Apabila kalian
mengasihi sesamamu, seperti kalian mengasihi diri sendiri, kalian akan menjadi

337
anak-anak yang menaruh hormat kepada orangtua kalian, suami yang setia kepada
isteri, pedagang yang jujur dalam perniagaan, tanpa kekerasan terhadap para
musuhmu, benar dalam memberikan kesaksian, tanpa iri terhadap mereka yang
kaya, tanpa nafsu cabul terhadap isteri orang lain. Dan sebagaimana kalian tidak
ingin melakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin dilakukan orang
terhadapmu, kalian tidak akan mencuri, atau membunuh, atau memfitnah, atau
memasuki sarang orang lain seperti burung cuckoo.

Tidak, Aku berkata kepada kalian: 'Laksanakanlah hingga tahap sempurna


ketaatanmu pada kedua hukum kasih: kasihilah juga para musuhmu.'

Betapa Yang Mahatinggi akan mengasihi kalian, sebab Ia begitu mengasihi


manusia. Meski manusia menjadi musuh-Nya oleh sebab dosa asal, dan oleh sebab
dosa-dosa pribadinya, Ia mengirimkan Penebus kepada manusia, Anak Domba
Yang adalah PutraNya, yakni Aku, Yang sedang berbicara kepada kalian, Mesias
yang dijanjikan untuk menebus kalian dari segala dosa kalian, jika kalian mau belajar
mengasihi seperti Ia mengasihi.

Kasih. Kiranya kasihmu menjadi sebuah tangga yang dengannya, seperti para
malaikat, engkau akan naik ke Surga, sebagaimana dilihat Yakub, ketika kalian
mendengar Bapa berbicara kepada setiap dan semua orang: 'Aku akan menjadi
pelindungmu kemana pun engkau pergi, dan Aku akan membawamu kembali ke
tempat ini; ke Surga, Kerajaan Abadi.' Damai sertamu."

Orang banyak melontarkan kata-kata persetujuan dengan emosional dan perlahan


pergi. Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus dan Bartolomeus tinggal.

"Apakah Engkau pergi besok, Guru?"

"Besok, saat fajar, jika kau tak keberatan."

"Aku sedih Engkau pergi. Tapi aku tak masalah mengenai saat keberangkatan.
Sebaliknya, itu pas denganku."

"Apakah kau akan pergi menangkap ikan?"

"Ya, sore ini, ketika bulan terbit."

"Kau bertindak benar, Simon, tidak pergi mencari ikan semalam. Hari Sabat belum
berakhir. Nehemia dalam reformasinya menghendaki hari Sabat dihormati di Yudea.
Bahkan sekarang terlalu banyak orang yang bekerja pada hari Sabat di tempat-
tempat pemerasan anggur, mengumpulkan kayu, anggur dan buah-buahan dan
berjual beli ikan dan anak-anak domba. Kalian punya enam hari untuk
melakukannya. Sabat adalah milik Tuhan. Hanya satu hal yang boleh kalian lakukan
pada hari Sabat: kalian boleh melakukan perbuatan baik kepada sesamamu. Tapi
segala macam keuntungan haruslah dikesampingkan dari pertolongan yang
demikian. Barangsiapa melanggar Sabat untuk mendapatkan keuntungan akan

338
dihukum oleh Allah. Dia mendapatkan keuntungan? Dia akan kehilangan
keuntungannya itu sepanjang enam hari lainnya. Dia tidak mendapat keuntungan?
Dia sudah meletihkan tubuhnya dengan sia-sia, sebab ia tidak memberinya istirahat
sebagaimana ditentukan sang Inteligensi untuk itu, dan dengan demikian dia
mengesalkan jiwanya dengan bekerja sia-sia, dan itu hingga ke tahap kutukan. Hari
Tuhan, sebaliknya, hendaknya dilewatkan dengan hati kalian berstu dengan Allah
dalam doa kasih yang manis. Kalian harus setia dalam segala hal."

"Tetapi… ahli-ahli Taurat dan para alim ulama , yang begitu keras terhadap kami...
tidak bekerja pada hari-hari Sabat, mereka bahkan tidak mau memberikan sepotong
roti kepada sesama mereka, demi menghindari kelelahan dalam memberikannya,
tapi mereka menjalankan riba juga pada hari Sabat. Sebab itu bukanlah suatu
pekerjaan jasmani, apakah sah menjalankan riba pada hari Sabat?"

"Tidak. Tidak pernah. Entah pada hari Sabat maupun hari apapun. Barangsiapa
menjalankan riba adalah orang yang tidak jujur dan kejam."

"Jadi, para ahli Taurat dan kaum Farisi…"

"Simon: jangan menghakimi. Jangan."

"Tapi aku punya mata yang melihat…"

"Apakah hanya ada kejahatan yang dapat dilihat, Simon?"

"Tidak, Guru."

"Baik, jadi, mengapa melihat perbuatan-perbuatan jahat?"

"Engkau benar, Guru."

"Baiklah, besok pagi dini hari, Aku akan berangkat bersama Yohanes."

"Guru...."

"Ya, Simon, ada apa?"

"Guru… apakah Engkau akan pergi ke Yerusalem?"

"Kau tahu itu."

"Juga aku akan pergi saat Paskah … dan juga Andreas dan Yakobus."

"Jadi?... Apakah kau bermaksud untuk ikut bersama-Ku? Dan usaha ikanmu? Dan
laba? Kau katakan kepada-Ku bahwa kau suka punya uang, dan Aku akan pergi
untuk jangka waktu yang lama. Aku akan pergi ke BundaKu dulu. Dan Aku akan
pergi ke sana juga dalam perjalanan baliknya. Aku akan berhenti di sana untuk
berkhotbah. Bagaimana kau dapat? …"

339
Petrus bingung, tak dapat memutuskan... lalu ia mengambil keputusan: "Aku pikir…
aku kan datang. Aku lebih memilih-Mu daripada uang!"

"Aku juga ikut!"

"Dan aku juga."

"Kita akan pergi juga, ya kan, Filipus?"

"Ayo, kalau begitu, kalian akan membantu-Ku."

"Oh!..." Petrus lebih dari bersukacita dengan gagasan membantu Yesus.


"Bagaimanakah kami dapat melakukannya?"

"Akan Aku beritahukan kepada kalian. Untuk melakukan yang baik, yang perlu kalian
lakukan hanyalah melakukan apa yang Aku katakan kepada kalian. Barangsiapa
taat akan selalu melakukan yang baik. Sekarang kita akan berdoa dan lalu masing-
masing dari kita akan pergi dan melakukan tugasnya."

"Apakah yang akan Kau lakukan, Guru?"

"Aku akan terus berdoa. Aku adalah Terang dunia , tapi aku juga adalah Anak
manusia. Oleh karenanya, Aku harus menimba dari Terang, untuk menjadi Manusia
Yang menebus manusia. Marilah kita berdoa." Yesus mendaraskan sebuah mazmur
yang dimulai dengan: 'Orang yang beristirahat dalam pertolongan Yang Mahatinggi,
akan tinggal dalam perlindungan Allah di Surga. Ia akan berkata kepada TUHAN:
"Engkau perlindunganku dan naunganku. Dia Allah-ku, aku berharap pada-Nya. Ia
melepaskanku dari jerat penangkap burung dan dari penyakit sampar yang busuk"'
dst. Aku menemukannya dalam kitab keempat. Mazmur kedua pada kitab keempat,
aku pikir nomer 90, (jika aku membaca nomer Romawinya dengan benar).

Penglihatan pun berakhir demikian.

340
BAB 51. YUDAS TADEUS DI BETSAIDA UNTUK
MENGUNDANG YESUS KE PERKAWINAN DI
KANA

17 Oktober 1944

Aku melihat dapur di rumah Petrus. Selain Yesus, ada Petrus dan isterinya, Yakobus
dan Yohanes. Aku pikir mereka baru selesai santap malam. Mereka sedang
berbicara, dan Yesus menunjukkan minat dalam penangkapan ikan.

Andreas masuk dan mengatakan: "Guru, ada laki-laki di sini yang di rumahnya
Engkau pernah tinggal, bersama seorang laki-laki lain yang mengatakan bahwa ia
adalah sepupu-Mu."

Yesus bangkit dan berjalan menuju pintu seraya berkata: "Suruhlah mereka masuk."
Dan ketika Ia melihat Yudas Tadeus dalam cahaya minyak lampu dan perapian, Ia
berseru: "Kau, Yudas?!"

"Ya, Yesus." Mereka saling berciuman.

Yudas Tadeus adalah seorang laki-laki tampan, dalam puncak kemaskulinannya. Ia


tinggi, meski tidak setinggi Yesus, tegap dan kuat, kulitnya cokelat zaitun tua, seperti
santo Yosef semasa muda, bukan kuning pucat: matanya memiliki suatu kemiripan
dengan mata Yesus, sebab berwarna biru, yang nyaris seperti periwinkle [= keong
laut dengan kulit kerang spiral]. Jenggotnya yang coklat dicukur persegi empat,
rambutnya berombak, tapi tidak sekeriting rambut Yesus, dan berwarna sama
dengan jenggotnya.

"Aku datang dari Kapernaum, aku pergi ke sana naik perahu dan aku datang ke sini
dengan perahu yang sama untuk mengejar waktu. BundaMu yang mengutusku; Ia
mengatakan: 'Susana akan menikah besok; datanglah ke perkawinan.' Maria akan
ada di sana, dan juga ibuku dan saudara-saudaraku. Segenap sanak saudara
diundang. Kau yang mungkin akan menjadi satu-satunya yang tidak hadir, sebab itu
mereka meminta-Mu untuk datang dan membuat pasangan muda itu berbahagia."

Yesus membungkuk dengan sedikit merentangkan kedua tangan-Nya seraya


berkata: "Keinginan BundaKu merupakan hukum bagi-Ku. Tapi aku juga akan
datang demi Susana dan sanak saudara kita. Hanya… maaf…" dan Ia menatap
Petrus dan yang lainnya. "Mereka sahabat-sahabat-Ku," jelas-Nya kepada sepupu-
Nya. Dan lalu Ia menyebutkan nama-nama mereka, dimulai dari Petrus. Ia lalu
menambahkan: "Dan ini Yohanes," dengan ekspresi istimewa yang menyebabkan
Yudas Tadeus menatap kepadanya dengan lebih seksama sementara si murid

341
terkasih tersipu malu. Ia mengakhiri perkenalan dengan menyatakan: "Sahabat-
sahabat-Ku, ini Yudas, putera Alfeus, sepupu-Ku seturut tradisi dunia, sebab dia
adalah putera dari saudara laki-laki pasangan BundaKu. Seorang sahabat yang
sangat baik, karena dia adalah anak dari saudara Yosef, ayahKu. Seorang sahabat-
Ku yang sangat baik, dan teman baik dalam hidup maupun dalam karya."

"Rumahku terbuka bagimu seperti bagi Guru. Duduklah." Dan lalu berbicara kepada
Yesus, Petrus mengatakan: "Jadi? Apakah kami tidak lagi akan pergi ke Yerusalem
bersama-Mu?"

"Tentu saja kalian akan pergi. Aku akan pergi sesudah pesta perkawinan. Satu-
satunya perbedaannya adalah bahwa Aku tidak akan lagi berhenti di Nazaret."

"Betul, Yesus, sebab BundaMu akan menjadi tamuku selama beberapa hari. Itulah
yang ingin kami lakukan. BundaMu juga akan pergi ke sana sesudah perkawinan."
Laki-laki yang dari Kapernaum yang berkata demikian.

"Inilah yang akan kita lakukan. Aku sekarang akan pergi dengan perahu Yudas ke
Tiberias dan dari sana ke Kana. Dengan perahu yang sama Aku akan kembali ke
Kapernaum bersama BundaKu, dan bersamamu. Kalian akan datang pada hari
sesudah Sabat berikutnya, Simon, jika kalian masih ingin pergi, dan kita akan
berangkat ke Yerusalem untuk Paskah."

"Tentu saja aku ingin pergi! Tidak, aku akan datang pada hari Sabat untuk
mendengarkan-Mu di sinagoga."

"Apakah Engkau sudah mengajar, Yesus?" tanya Tadeus.

"Ya, sepupu-Ku."

"Dan kau harus mendengar perkataan-Nya! Ah! Tak seorang pun berbicara seperti-
Nya!" seru Petrus.

Yudas menghela napas. Dengan kepalanya bertumpu pada tangannya, sikunya


pada lututnya, ia menatap Yesus dan menghela napas. Ia tampak antusias untuk
berbicara namun tidak berani.

Yesus mendorongnya: "Ada apa, Yudas? Mengapakah kau menatap-Ku dan


mendesah?"

"Tidak apa-apa."

"Tidak. Pasti ada sesuatu. Apakah Aku bukan lagi Yesus Yang kau sayangi? Dari
Siapa kau tidak menyembunyikan rahasia?"

"Tentu saja Engkau Yang aku kasihi! Dan betapa aku merindukan-Mu, Kau Guru
dari sepupumu yang lebih tua…"

"Jadi, baik. Berbicaralah."

342
"Aku ingin memberitahu-Mu… Yesus ... berhati-hatilah... Engkau memiliki seorang
Bunda... dan Ia tak memiliki siapa pun selain Engkau… Kau ingin menjadi seorang
'rabbi' yang berbeda dari para rabbi yang lain dan Kau tahu, lebih baik dariku,
bahwa… golongan-golongan yang berkuasa tidak mengijinkan apapun yang
mungkin berbeda dari hukum-hukum adat yang telah mereka tetapkan. Aku tahu
cara berpikir-Mu… yang kudus… Tapi dunia tidak kudus… dan dunia menindas para
kudus… Yesus... kau tahu nasib sepupu-Mu Pembaptis… ia ada di penjara, dan jika
ia belum mati, itu karena si jahat Herodes raja wilayah takut akan orang banyak dan
akan murka Allah. Dia itu jahat dan percaya takhayul dan kejam dan cabul…
Engkau… apakah yang akan Engkau lakukan? Kepada nasib yang bagaimanakah
Engkau akan menghantar DiriMu?"

"Yudas, kau kenal sangat baik cara berpikir-Ku, dan itukah yang kau tanyakan pada-
Ku? Apakah kau berbicara atas inisiatifmu sendiri? Tidak, jangan bohong! Kau telah
disuruh, pasti bukan oleh BundaKu, untuk mengatakan hal-hal yang demikian…"

Yudas menundukkan kepalanya dan diam.

"Berbicaralah, sepupu-Ku."

"Ayahku... dan Yusuf dan Simon bersamanya... Kau tahu, demi Engkau, sebab
mereka menyayangi-Mu dan Maria... janganlah menganggap baik apa yang Kau
ingin lakukan… dan… dan mereka ingin Kau memikirkan BundaMu…"

"Dan bagaimana menurutmu?"

"Aku... aku..."

"Kau terseret ke arah-arah yang berlawanan oleh suara-suara yang berasal dari
Yang Tinggi di Atas dan yang berasal dari dunia. Aku tidak mengatakan berasal dari
bawah. Aku katakan dari dunia. Hal yang sama terjadi atas Yakobus, bahkan
terlebih lagi. Tapi Aku katakan kepadamu bahwa di atas dunia ada Surga, dan di
atas kepentingan dunia ada perkara Allah. Kau harus mengubah cara berpikirmu.
Jika kau belajar melakukannya, maka kau akan sempurna."

"Tapi... dan BundaMu?"

"Yudas, Dia-lah satu-satunya yang, menurut cara pikir dunia, seharusnya berhak
untuk mengingatkan-Ku akan kewajiban-Ku sebagai seorang putra: yakni pada
kewajiban-Ku untuk bekerja bagi-Nya, dan menyelenggarakan kebutuhan-kebutuhan
materiil-Nya, akan kewajiban-Ku untuk mendampingi dan menghibur-Nya dengan
kehadiran-Ku. Tapi Ia tidak menuntut satu pun dari hal-hal ini. Sebab Ia memiliki-Ku,
Ia tahu bahwa Ia akan kehilangan Aku, demi menemukan-Ku kembali dengan cara
yang terlebih luas dari lingkaran keluarga yang kecil… Dan sebab, Ia telah
mempersiapkan DiriNya untuk itu.

343
Pemberian DiriNya secara sukarela secara tak terbatas kepada Allah bukanlah hal
yang baru. IbundaNya telah mempersembahkan-Nya di Bait Allah bahkan sebelum
Ia tersenyum dalam hidup. Dan - seperti yang dikatakan-Nya kepada-Ku berulang
kali hingga tak terhitung banyaknya saat Ia berbicara kepada-Ku mengenai masa
kanak-kanak-Nya yang kudus, dengan mendekapkan-Ku pada dada-Nya pada sore-
sore musim dingin yang panjang atau pada malam-malam musim panas jernih
penuh bintang - Ia telah menyerahkan DiriNya kepada Allah sejak dini hidup-Nya di
dunia ini. Dan Ia mempersembahkan DiriNya bahkan terlebih lagi ketika Ia memiliki
Aku, agar Ia dapat ada di mana Aku berada, saat menggenapi Misi yang diberikan
kepada-Ku oleh Allah. Semua orang akan meninggalkan-Ku pada suatu saat
tertentu, mungkin hanya beberapa menit, tapi setiap orang akan dikuasai dengan
jiwa pengecut, dan kalian akan berpikir bahwa akan lebih baik, demi keselamatan
kalian sendiri, jika kalian tidak pernah mengenal Aku. Tapi Ia, Yang memahami dan
tahu, Ia akan selalu bersama-Ku. Dan kalian akan menjadi milik-Ku, sekali lagi,
melalui-Nya. Dengan kuasa iman-Nya yang penuh kasih dan tak tergoyahkan, Ia
akan menarik kalian kepada DiriNya sendiri dan dengan demikian akan membawa
kalian kepada-Ku, sebab Aku ada dalam BundaKu, dan Ia ada dalam Aku, dan Kami
ada dalam Allah.

Aku ingin kalian semua mengerti bahwa, baik kalian yang adalah sanak-saudara-Ku
seturut dunia, dan kalian, para sahabat dan anak-anak dalam suatu cara yang
adikodrati. Baik kalian, pula siapa pun lainnya mengenal BundaKu. Tapi andai kalian
tahu, kalian tidak akan mengkritik-Nya dalam hati kalian dengan mengatakan bahwa
Ia tak mampu membuat-Ku tunduk pada-Nya, melainkan kalian akan menghormati-
Nya sebagai sahabat terkarib Allah, Perempuan Perkasa yang dapat
memperolehkan segala rahmat dari hati Bapa Yang Kekal dan dari PutraNya
terkasih. Aku pasti akan datang ke Kana. Aku ingin membuat-Nya bahagia.

Kalian akan memahami lebih baik setelah pesta perkawinan." Yesus penuh
keagungan dan persuasif.

Yudas menatap Yesus. Ia tengah berpikir. Ia lalu berkata: "Dan aku pasti akan pergi
bersama-Mu, bersama teman-teman ini, jika Kau menghendakiku… sebab aku
merasa apa yang Kau katakan benar. Maafkan kebutaanku dan kebutaan
saudaraku. Engkau jauh lebih kudus dari kami!..."

"Aku tidak sakit hati terhadap mereka yang tidak mengenal Aku. Aku juga tidak
mendengki mereka yang membenci Aku. Tetapi Aku merasa kasihan kepada
mereka, sebab celaka yang mereka datangkan atas diri mereka sendiri. Apa yang
kau bawa dalam tas itu?"

"Jubah yang dikirimkan BundaMu untuk-Mu. Besok adalah pesta besar. Ia berpikir
bahwa YesusNya akan memerlukannya, agar Ia tidak kelihatan aneh di antara
segenap tamu lainnya. Ia bekerja mulai pagi-pagi sekali hingga larut malam setiap

344
hari, agar jubah ini siap untuk-Mu. Tapi Ia tidak dapat menyelesaikan mantolnya.
Jumbai-jumbainya belum siap dan Ia menyesalkan itu."

"Tak mengapa. Aku akan mengenakan yang ini, dan Aku akan menyiman yang itu
untuk ke Yerusalem. Bait Allah jauh lebih penting dari pesta perkawinan."

"Ia akan sangat senang."

"Jika Kau ingin tiba di Kana saat fajar, Kau harus segera berangkat. Bulan sudah
terbit dan ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan."

"Baik, marilah kita pergi. Ayo Yohanes. Aku membawamu bersama-Ku. Selamat
tinggal, Simon Petrus, Yakobus, Andreas. Aku akan bertemu dengan kalian pada
hari Sabat sore di Kapernaum. Selamat tinggal, perempuan. Damai sertamu dan
rumahmu."

Yesus pergi keluar bersama Yudas dan Yohanes. Petrus mengikuti mereka hingga
ke danau dan membantu mereka bertolak.

Dan penglihatan pun berakhir.

Yesus bersabda:

"Apabila tiba waktunya untuk menyusun karya ini sesuai urutan, sisipkan penglihatan
mengenai perkawinan di Kana di sini. Catat tanggalnya (16 Januari 1944)."

345
52. YESUS DI PESTA PERKAWINAN DI KANA

16 Januari 1944

Aku melihat sebuah rumah. Rumah khas timur tengah: sebuah rumah putih yang
panjang dan rendah dengan beberapa jendela dan pintu, dengan atap serambi, yang
dikelilingi oleh sebuah tembok kecil, sekitar satu meter tingginya, dengan sebuah
pergola tanaman anggur yang teduh, yang merambat hingga ke serambi yang
bermandikan cahaya matahari dan merentangkan cabang-cabangnya lebih dari
separuh permukaan teras. Anak-anak tangga di bagian luar menghantar ke sebuah
pintu yang terletak separuh jalan menuju bagian depan rumah. Sejajar permukaan
tanah ada beberapa pintu yang rendah, tak lebih dari dua di tiap-tiap sisi rumah, dan
pintu-pintu itu terbuka ke ruangan-ruangan yang gelap dan rendah. Rumah dibangun
di tengah-tengah apa yang kelihatan seperti semacam tempat pengirik, tapi
sesungguhnya lebih merupakan sebuah area terbuka berumput daripada tempat
pengirik, dengan sebuah sumur di tengahnya. Ada beberapa pohon ara dan apel.
Rumah menghadap jalan, tapi tidak terletak tepat pada sisi jalan. Agak sedikit jauh
dari jalanan dan sebuah jalan setapak di antara rerumputan menghubungkannya
dengan jalan, yang kelihatannya seperti jalanan utama.

346
Tampaknya rumah berada di daerah pinggiran Kana: sebuah rumah yang dimiliki
oleh para petani yang tinggal di tengah milik mereka. Pedesaan diliputi suasana
tenang dan asri. Matahari bersinar di langit yang sepenuhnya biru. Pada mulanya
aku tidak melihat apa-apa yang lain. Tak ada seorang pun dekat rumah.

Kemudian aku melihat dua orang perempuan, dengan gaun panjang dan mantol
yang sekaligus menyelubungi kepala mereka bagai kerudung, berjalan menyusuri
jalan dan lalu jalan setapak. Yang seorang lebih tua dari yang lain: sekitar limapuluh
tahunan, dengan gaun gelap dari wool kasar berwarna coklat abu-abu. Perempuan
satunya mengenakan pakaian yang lebih cerah: gaun kuning muda dan sehelai
mantol biru. Ia tampak sekitar tigapuluh lima tahunan. Ia sangat cantik, ramping, dan
pembawaannya penuh wibawa, meski Ia teramat lemah lembut dan rendah hati.
Ketika Ia semakin dekat, aku melihat wajah pucat-Nya, mata biru-Nya dan rambut
pirang-Nya yang kelihatan pada kening-Nya. Aku mengenalinya sebagai Bunda kita
Yang Tersuci. Aku tidak tahu siapa perempuan lain yang lebih tua itu. Mereka saling
berbicara dan Bunda kita tersenyum. Ketika mereka tiba dekat rumah, seseorang,
yang jelas mengamati kedatangan para tamu, memberitahu yang lain di dalam
rumah, dan dua laki-laki serta dua perempuan, semuanya dalam pakaian terbaik
mereka, pergi menyambut. Mereka memberikan sambutan yang teramat hangat
kepada kedua perempuan teristimewa kepada Bunda kita.

Hari masih pagi, aku perkirakan sekitar pukul sembilan, mungkin lebih pagi, sebab
negeri diwarnai oleh pemandangan segar pagi hari, ketika embun menjadikan
rerumputan lebih hijau dan udara masih bebas dari debu. Tampaknya kala itu adalah
musim semi sebab rerumutan di padang tidak kering oleh terik matahari musim
panas dan jagung di ladang masih muda dan hijau serta belum berbulir. Daun-daun
pohon ara dan pohon apel kelihatan hijau dan halus dan begitu pula daun-daun
tanaman anggur. Namun aku tidak melihat bunga-bunga pada pohon apel dan tak
ada buah pada pohon apel, juga pada pohon ara mapun pada tanaman anggur:
yang berarti bahwa pohon apel baru saja berbunga dan buah-buahnya yang kecil
masih belum dapat terlihat.

Maria, Yang disambut dengan sangat hangat dan dihantar oleh seorang lelaki yang
lebih tua yang tampaknya tuan rumah, mendaki anak-anak tangga bagian luar dan
memasuki sebuah aula besar yang kelihatannya memenuhi seluruh lantai atas
rumah, atau sebagian besar darinya.

Jika aku benar, ruangan-ruangan di lantai bawah adalah ruangan-ruangan di mana


mereka sesungguhnya tinggal, di mana mereka punya ruang penyimpanan, gudang
anggur bawah tanah, sementara aula di atas dipergunakan pada kesempatan-
kesempatan khusus, misalnya pesta, atau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan ruang yang luas, seperti mengeringkan dan memeras bahan-bahan
makanan. Untuk perayaan-perayaan istimewa aula dibersihkan dari segala macam
barang dan lalu didekorasi, seperti pada hari ini, dengan ranting-ranting hijau, tikar-
tikar dan meja-meja yang dilengkapi dengan perlengkapan makan. Di bagian tengah

347
ada sebuah meja penuh hidangan dengan amphora dan piring-piring penuh buah-
buahan. Sepanjang sisi kanan tembok, dari posisiku, ada sebuah meja lain yang
sudah dipersiapkan, tapi tidak sebegitu meriah. Di sisi kiri, ada semacam lemari
makanan yang panjang dengan piring-piring berisi keju dan makanan lainnya, yang
kelihatan seperti cake disalut madu dan gula-gula. Di lantai, dekat tembok yang
sama, ada lebih banyak amphora dan enam tempayan besar, yang bentuknya
kurang lebih seperti teko tembaga. Aku menyebutnya buyung.

Maria mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang mereka katakan kepada-
Nya, lalu Ia menanggalkan mantol-Nya dan dengan sukahati membantu
menyelesaikan menata meja. Aku melihatnya berjalan kian kemari memeriksa
tempat-tempat untuk duduk-merebahkan diri, merapikan karangan-karangan bunga,
memperindah tampilan piring buah-buahan, memastikan bahwa lampu-lampu sudah
berisi minyak. Ia tersenyum, sangat jarang berbicara dan suaranya sangat pelan.
Sebaliknya Ia banyak mendengarkan dan dengan begitu sabar.

Suara keras alat-alat musik (yang tidak terlalu harmonis) terdengar datang dari
jalanan. Mereka semua bergegas keluar, terkecuali Maria. Aku melihat mempelai
perempuan masuk, berdandan anggun dan bahagia, dikelilingi oleh sanak saudara
dan teman-teman. Mempelai laki-laki, yang paling dulu bergegas keluar dan
menyongsongnya, sekarang ada di sampingnya.

Pada point ini ada perubahan dalam penglihatan. Bukannya rumah, tapi aku melihat
sebuah desa. Aku tidak tahu apakah itu Kana atau desa terdekat. Dan aku melihat
Yesus bersama Yohanes dan seorang laki-laki lain, yang aku pikir adalah Yudas
Tadeus, tapi mungkin juga aku salah. Namun aku yakin mengenai Yohanes. Yesus
mengenakan jubah putih dan sehelai mantol biru tua. Ketika mendengar suara
musik, teman-teman Yesus menanyai seseorang mengenai sesuatu dan lalu
memberitahukannya kepada Yesus. Lalu Yesus, seraya tersenyum, berkata:
"Marilah kita pergi dan membuat BundaKu bahagia." Dan Ia mulai berjalan
menyeberangi padang menuju rumah, bersama kedua teman-Nya.

Aku lupa menyebutkan bahwa kesanku Maria adalah sanak keluarga atau sahabat
dekat dari sanak saudara mempelai laki-laki, sebab Ia berbicara akrab dengan
mereka.

Ketika Yesus tiba, pengamat yang sama seperti sebelumnya, memberitahu yang
lain. Tuan rumah, bersama puteranya, sang mempelai laki-laki, dan Maria turun ke
bawah untuk menyongsong-Nya, dan menyambut-Nya dengan penuh hormat. Ia lalu
menyapa keduanya dan juga sang mempelai laki-laki. Tetapi apa yang aku suka
adalah cara penuh kasih dan hormat dengan mana Yesus dan Maria saling bertukar
sapa. Tak ada ledakan emosi, selain dari kata "Damai serta-Mu" yang diucapkan
dengan tatapan dan senyuman yang setara dengan seratus pelukan dan seratus
ciuman. Sebuah ciuman bergetar di bibir Maria, tapi tidak diberikan. Ia hanya
menumpangkan tangan mungil-Nya yang putih ke atas pundak Yesus dan dengan

348
lembut menyentuh segumpal keriting dari rambut-Nya yang panjang. Belaian dari
seorang kekasih yang murni.

Yesus mendaki anak-anak tangga di samping Bunda-Nya, diikuti oleh para murid-
Nya, tuan rumah dan mempelai laki-laki, dan memasuki aula perjamuan, di mana
para perempuan mulai sibuk, menambah tempat-tempat duduk dan piring-piring
untuk ketiga tamu, yang, kelihatannya, tidak mereka duga. Aku katakan bahwa
kedatangan Yesus tidak pasti dan kedatangan para sahabat-Nya sama sekali tak
terduga.

Aku dapat dengan jelas mendengar suara sang Guru yang dalam, maskulin, dan
termanis mengatakan pada saat memasuki aula: "Kiranya damai ada di rumah ini
dan berkat Allah atas kalian semua." Sebuah sapaan penuh wibawa yang
disampaikan kepada semua yang hadir. Yesus tampak menonjol di antara semua
orang dengan perilaku dan perawakan-Nya yang tinggi. Ia seorang tamu, dan
seorang tamu biasa, tapi tampaknya Ia adalah raja perjamuan, lebih dari mempelai
laki-laki, lebih dari tuan rumah. Tak peduli betapa rendah hati dan baik hatinya, Ia
adalah dia yang berpengaruh atas teman-teman yang berpengaruh. Kedua murid
juga diundang untuk duduk di meja yang sama, demi hormat kepada Yesus.

Punggung Yesus membelakangi tembok di mana tempayan-tempayan besar dan


lemari makanan berada. Sebab itu Ia tidak dapat melihatnya, pun Ia tidak dapat
melihat pengurus pesta yang sibuk dengan piring-piring daging panggang, yang
dibawa masuk melalui sebuah pintu kecil dekat lemari makanan.

Aku memperhatikan satu hal. Terkecuali para ibu dari pasangan pengantin dan
Maria, tak ada perempuan yang duduk sekeliling meja itu. Semua perempuan, yang
menimbulkan keributan seperti keributan seratus orang itu, duduk di meja yang lain
dekat tembok, dan dilayani sesudah pasangan mempelai dan tamu-tamu terhormat.
Yesus duduk dekat tuan rumah, berhadapan dengan Maria, Yang duduk dekat
mempelai perempuan.

Perjamuan pun dimulai. Dan aku dapat yakinkan kalian bahwa mereka tidak
kekurangan selera baik makan maupun minum. Yang makan dan minum sedikit
hanyalah Yesus dan BundaNya, Yang juga sangat sedikit berbicara. Yesus lebih
banyak berbicara. Namun meski sangat logis, Ia tidak tanpa belas-kasihan pun tidak
ada penghinaan dalam perkataan-Nya yang sedikit itu. Ia sangat ramah, tapi tidak
banyak berbicara. Ia menjawab apabila Ia ditanya; apabila mereka berbicara
kepada-Nya, Ia menunjukkan minat pada pokok pembicaraan, Ia menyampaikan
pendapat-Nya, tapi lalu Ia memusatkan diri pada pikiran-pikiran-Nya, seperti orang
yang terbiasa dengan meditasi. Ia tersenyum, Ia tidak pernah tertawa. Apabila Ia
mendengar gurauan umum, Ia berpura-pura belum pernah mendengarnya. Maria
disegarkan oleh kontemplasi YesusNya, dan begitu juga Yohanes, yang berada di
ujung meja dan bertaut pada perkataan Guru-nya.

349
Maria memperhatikan para pelayan berbicara dengan suara perlahan kepada
pengurus pesta, yang kelihatan sangat malu, dan Ia mengerti apa penyebab situasi
yang tak menyenangkan itu. "Nak," Ia berbisik dengan suara pelan untuk menarik
perhatian Yesus. "Nak, mereka kehabisan anggur."

"Perempuan, apakah yang masih ada antara Aku dan Engkau?" Yesus, ketika
mengucapkan kata-kata ini, tersenyum bahkan terlebih lembut lagi, dan Maria
tersenyum juga, bagai dua orang yang mengetahui suatu kebenaran yang masih
merupakan rahasia sukacita mereka dan yang tidak diketahui oleh orang lain.

Yesus menjelaskan makna kalimat itu kepadaku.

"Kata 'masih' itu, yang sering dihilangkan oleh banyak penerjemah, merupakan kunci
kalimat itu dan menjelaskan maknanya yang sebenarnya.

Aku adalah Putra, yang tunduk kepada BundaKu, hingga saat ketika kehendak
BapaKu mengatakan kepada-Ku bahwa saatnya telah tiba ketika Aku harus menjadi
sang Guru. Sejak dari saat misi-Ku dimulai, Aku bukan Putra yang tunduk kepada
BundaKu, tetapi Aku adalah Hamba Allah. Ikatan-ikatan moral-Ku dengan BundaKu
terputus. Ikatan-ikatan itu berubah menjadi ikatan-ikatan yang terlebih luhur, yang
sepenuhnya adalah hakekat rohani. Aku selalu menyebut Maria, "Bunda"Ku yang
Suci. Kasih kami tidak pernah berhenti, bahkan tidak pula pernah menjadi dingin,
tidak, kasih itu tidak pernah sesempurna seperti ketika Aku dipisahkan dari-Nya
bagai oleh kelahiran kedua dan Ia memberikan-Ku kepada dunia dan untuk dunia,
sebagai Mesias dan Evangelis. Keibuan mistiknya yang mulia yang ketiga terjadi
ketika Ia menghantar-Ku ke salib dalam siksa aniaya Golgota, dan menjadikan-Ku
Penebus dunia.

"Apakah yang masih ada antara Aku dan Engkau?" Sebelumnya Aku adalah milik-
Mu, hanya milik-Mu seorang. Engkau memberiku perintah, dan Aku mentaati-Mu.
Aku tunduk kepada-Mu. Sekarang Aku milik misi-Ku.

Bukankah Aku katakan: 'Setiap orang, yang tangannya siap untuk membajak tetapi
menoleh ke belakang untuk berpamitan kepada mereka yang tinggal, tidak layak
untuk Kerajaan Allah.'? Aku telah menempatkan tangan-Ku pada bajak bukan untuk
membelah tanah dengan mata bajak, melainkan untuk membuka hati manusia dan
menaburkan Sabda Allah di sana. Aku akan melepaskan tangan-Ku dari bajak
hanya ketika mereka hendak merenggutnya untuk memakukannya pada Salib dan
dengan paku aniaya-Ku membuka hati BapaKu, darimana pengampunan bagi umat
manusia akan mengalir.

'Masih' itu, yang dilupakan oleh kebanyakan orang, berarti ini: "Engkau adalah
segalanya bagi-Ku, Bunda, sepanjang Aku hanyalah Yesus anak Maria dari Nazaret,
dan Engkau segalanya dalam roh-Ku; tapi sejak Aku menjadi Mesias yang dinanti-
nantikan, Aku menjadi milik BapaKu. Tunggulah sebentar lagi dan begitu misi-Ku
selesai, Aku akan, sekali lagi, menjadi milik-Mu sepenuhnya; Engkau akan

350
memeluk-Ku sekali lagi dalam pelukan-Mu, seperti ketika Aku masih seorang kanak-
kanak, dan tak seorang pun akan pernah lagi ingin bersaing dengan-Mu perihal
PutraMu, yang dianggap sebagai aib umat manusia; manusia akan mencampakkan
jasad-Nya kepada-Mu, guna mempermalukan-Mu menjadi bunda seorang penjahat.
Dan sesudah itu, Engkau akan memiliki-Ku sekali lagi, dalam keadaan jaya, dan
akhirnya Engkau akan memiliki-Ku untuk selamanya ketika Engkau jaya di Surga.
Tapi sekarang Aku milik semua orang ini. Dan Aku milik Bapa, Yang mengutus-Ku
kepada mereka."

Itulah makna dari 'masih' yang singkat namun penuh makna itu."

Maria mengatakan kepada para pelayan: "Lakukanlah apa yang akan Ia katakan
kepada kalian." Dalam mata tersenyum PutraNya, Maria telah membaca
persetujuan-Nya, yang terselubung oleh pengajaran agung bagi mereka semua
"yang dipanggil."

Dan Yesus mengatakan kepada para pelayan: "Isilah tempayan-tempayan itu


dengan air."

Aku melihat para pelayan mengisi tempayan-tempayan itu dengan air yang diambil
dari sumur (aku mendengar kerek berderit sementara ember yang basah oleh air
ditarik ke atas dan diturunkan ke bawah). Aku melihat pengurus pesta menuangkan
sedikit dari cairan itu dengan mata terpernjat, lalu mencicipinya dengan gerak tubuh
yang menunjukkan keterperanjatan yang bahkan terlebih lagi, menikmatinya dan
berbicara kepada tuan rumah dan mempelai laki-laki.

Maria menatap Putranya sekali lagi, dan tersenyum; lalu sesudah menerima balasan
senyum dari-Nya, Ia menundukkan kepala-Nya, wajah-Nya sedikit memerah. Ia
bahagia.

Bisik-bisik menyebar ke segenap penjuru aula, mereka semua memalingkan wajah


mereka kepada Yesus dan Maria, sebagian berdiri supaya dapat melihat lebih baik,
sebagian pergi dekat tempayan-tempayan. Lalu ada sesat keheningan, yang segera
dipecahkan oleh ledakan puji-pujian bagi Yesus.

Yesus berdiri dan hanya mengatakan: "Berterima-kasihlah kepada Maria" dan Ia pun
undur diri dari perjamuan. Para murid-Nya mengikuti-Nya. Di ambang pintu Ia
mengulang: "Kiranya damai ada di rumah ini dan berkat Allah atas kalian semua"
dan Ia menambahkan: "Selamat tinggal, Bunda."

Penglihatan berakhir.

351
Yesus mengajariku sebagai berikut:

"Ketika Aku mengatakan kepada para murid-Ku: 'Marilah kita pergi dan membuat
BundaKu bahagia,' Aku telah memberikan kepada kalimat tersebut suatu makna
yang terlebih dalam dari yang kedengaran. Yang Aku maksudkan bukanlah
kebahagiaan bertemu dengan-Ku, melainkan sukacita menjadi pemrakasa aktifitas
mukjizat-Ku dan penolong [= benefactor] utama bagi umat manusia.

Selalu ingat itu. Mukjizat pertama-Ku terjadi karena Maria. Yang paling pertama. Itu
merupakan simbol bahwa Maria adalah kunci kepada mukjizat. Aku tidak pernah
menolak apapun bagi BundaKu dan karena doa-Nya Aku mendatangkan juga masa
rahmat. Aku mengenal BundaKu, yang kedua dalam kebajikan sesudah Allah. Aku
tahu bahwa memberi kalian rahmat adalah membuat-Nya bahagia, sebab Ia adalah
Sepenuhnya Kasih. Itulah sebabnya Aku mengatakan, sebab Aku mengenal-Nya:
"Marilah kita pergi dan membuat-Nya bahagia."

Di samping itu Aku ingin kuasa-Nya dikenal dunia bersama dengan kuasa-Ku.
Sebab Ia ditakdirkan untuk bersatu dengan-Ku dalam daging, adalah adil Ia juga
bersatu dengan-Ku dalam kuasa yang ditunjukkan kepada dunia. Sebab Kami satu
daging: Aku dalam Dia, Ia ada sekeliling-Ku, bagai helai-helai bunga sekuntum lily
sekeliling putiknya yang hidup dan harum mewangi; dan Ia bersatu dengan-Ku
dalam dukacita: sebab kami berdua disalib, Aku dengan tubuh-Ku, Ia dengan jiwa-
Nya, bagai sekuntum lily harum karena daun mahkotanya dan karena sari yang
diambil darinya.

Aku katakan kepada kalian apa yang Aku katakan pada para tamu yang lain:
"Berterima-kasihlah kepada Maria. Adalah melalui Dia maka kalian memiliki Tuan
dari mukjizat dan kalian memiliki rahmat-rahmat-Ku, teristimewa rahmat
pengampunan."

Beristirahatlah dalam damai. Kami besertamu."

352
BAB 53. YESUS MENGUSIR PARA PEDAGANG DARI BAIT
ALLAH

24 Oktober 1944

Aku melihat Yesus memasuki halaman Bait Allah bersama Petrus, Andreas,
Yohanes, Yakobus, Filipus dan Bartolomeus. Ada himpunan orang banyak yang
sangat besar jumlahnya baik di dalam maupun di luar halaman. Para peziarah
datang berkelompok dari segala penjuru kota.

Dari puncak bukit di mana Bait Allah dibangun, orang dapat melihat persimpangan-
persimpangan jalan kota yang sempit, yang dipadati orang. Orang mendapat kesan
seperti sehelai pita warna-warni yang bergerak sendiri telah ditempatkan di antara
rumah-rumah putih. Kota sungguh bagaikan sebuah mainan yang langka, mainan
yang terbuat dari pita-pita berwarna cerah di antara dua benang putih, semuanya
bertemu di tempat di mana kubah-kubah Rumah Allah berkilau.

Di dalamnya... sungguh sebuah pasar. Konsekrasi sebuah tempat suci telah


dilecehkan. Sebagian berlari, sebagian berseru-seru, sebagian berjual beli anak-
anak domba, berteriak dan sumpah serapah karena harga yang tinggi, sebagian
menghalau binatang-binatang malang yang mengembik itu ke dalam kandang
mereka (sekat-sekat kasar terbuat dari tali-temali dan pancang, yang di depannya
para pedangang atau pemilik berdiri, menanti pembeli.) Pukulan-pukulan dengan
tongkat, embikan binatang, sumpah serapah, teriakan, makian terhadap anak-anak
lelaki yang tidak segera dalam mengumpulkan atau mengambil binatang, cacian
terhadap para pembeli yang menawar-nawar harga atau yang pergi, umpatan yang
terlebih lagi bagi mereka yang dengan bijak membawa anak-anak domba mereka
sendiri.

353
Dekat bangku-bangku para penukar uang, lebih riuh lagi teriakan. Jelas bahwa
entah selalu, atau pada masa Paskah, Bait Allah berfungsi sebagai… pasar bursa
atau pasar gelap. Tidak ada nilai tukar yang pasti. Tentunya ada nilai tukar resmi,
akan tetapi para penukar uang memberlakukan nilai tukar yang berbeda, meraih
keuntungan berapapun yang mereka bayangkan, untuk pertukaran uang. Dan aku
dapat yakinkan kalian bahwa mereka tidak main-main dengan transaksi mereka
yang meraup riba itu!... Semakin miskin orang dan semakin jauh mereka berasal,
semakin mereka diperdaya: kaum tua lebih dibanding kaum muda, mereka yang
berasal dari luar Palestina lebih dibandingkan kaum tua.

Beberapa lelaki tua miskin melihat dan melihat kembali uang yang telah mereka
kumpulkan sepanjang tahun, aku bertanya-tanya dengan seberapa keras mereka
telah bekerja, mereka mengeluarkannya dan memasukkannya kembali ke dalam
dompet mereka berulang dan berulang kali, pergi dari satu penukar uang ke yang
lainnya dan terkadang berakhir dengan kembali pada penukar uang pertama,
yang melampiaskan amarahnya sebab pembeli meninggalkannya saat penawaran
pertama dengan menaikkan nilai tukar. Dan keping-keping uang besar beralih dari
tangan para pemilik yang mendesah ke dalam genggaman para lintah darat dan
digantikan dengan keping-keping uang yang lebih kecil. Tragedi selanjutnya terjadi
dengan para pedagang atas pilihan dan pembayaran anak-anak domba, dan para
lelaki tua yang malang, teristimewa apabila penglihatan mereka sudah kabur,
diperdaya dengan anak-anak domba kecil yang paling buruk keadaannya.

Aku melihat pasangan suami isteri lanjut usia, kembali dengan mendorong seekor
anak domba kecil malang yang pastilah didapati tidak layak oleh para petugas
kurban. Mereka menangis dan memohon kepada penjual, yang, jauh dari tergerak
hatinya, menjawab dengan kata-kata keji dan sikap kasar.

"Dengan mempertimbangkan berapa yang hendak kau belanjakan, hai orang


Galilea, anak domba yang aku berikan bahkan sudah terlalu bagus. Pergilah! Atau
jika kau ingin yang lebih baik, kau harus menambah lima keping uang lagi."

"Demi nama Tuhan! Kami miskin dan tua! Apakah kau ingin mencegah kami
merayakan Paskah ini yang mungkin menjadi perayaan terakhir kami? Apakah kau
tidak puas dengan apa yang kau inginkan untuk seekor anak domba kecil yang
malang?"

"Enyahlah, si tua tengik. Yosef Tua sekarang datang ke sini. Aku suka kemurahan
hatinya. Allah besertamu, Yosef! Mari dan pilihlah!"

Orang yang disebut Yosef Tua, yakni Yosef dari Arimatea, memasuki kandang dan
mengambil seekor anak domba yang gemuk sehat. Ia lewat, dengan bangga dan
penuh wibawa, berpakaian indah, bahkan tanpa menoleh ke arah pasangan tua
malang yang menangis di gerbang, yakni pintu masuk kandang. Ia bahkan nyaris
menabrak mereka ketika ia berlalu dengan seekor anak domba tambun yang
mengembik.

354
Akan tetapi Yesus juga sekarang ada dekat sana. Ia juga telah membeli, dan Petrus,
yang mungkin melakukan tawar-menawar untuk-Nya, menarik seekor anak domba
yang cukup baik.

Petrus hendak langsung pergi ke tempat di mana mereka mempersembahkan


kurban. Tetapi Yesus berbalik ke kanan, menghampiri pasangan tua yang sedih,
menangis, dan bingung, yang diperlakukan dengan kasar oleh orang banyak dan
dihina oleh pedagang.

Yesus, Yang begitu tinggi hingga kepala kedua orang tua yang malang itu hanya
sampai sebatas dada-Nya, menumpangkan satu tangan-Nya ke atas pundk si
perempuan dan bertanya: "Mengapakah kau menangis, perempuan?"

Si perempuan tua kecil berbalik dan ia melihat seorang pemuda yang tinggi, penuh
wibawa, mengenakan jubah putih baru yang indah dan sehelai mantol putih-salju.
Pastilah ia berpikir bahwa Ia seorang alim ulama karena pakaian-Nya dan
penampilan-Nya dan ia sangat terkejut, sebab para alim ulama dan para imam tidak
peduli pada kaum miskin, juga mereka tidak melindungi kaum miskin dari ketamakan
para pedagang. Ia menjelaskan kepada Yesus mengapa mereka menangis.

Yesus berkata kepada pedagang anak domba: "Tukarlah anak domba ini untuk
orang-orang percaya ini. Anak domba ini tidak layak untuk altar, juga tidaklah adil
kau mengambil keuntungan dari kedua orang tua malang ini, hanya karena mereka
lemah dan tak berdaya."

"Dan siapakah Engkau?"

"Seorang yang benar."

"Dari cara-Mu dan teman-teman-Mu berbicara, aku tahu bahwa Engkau seorang
Galilea. Bisakah ada seorang benar di Galilea?"

"Lakukanlah seperti apa yang Aku katakan kepadamu, dan kau sendiri jadilah
seorang benar."

"Dengarlah! Dengarlah Orang Galilea Yang membela orang senegerinya! Dan Ia


hendak mengajari kita tentang Bait Allah!" Orang itu tertawa dan mengejek,
menirukan dialek Galilea, yang lebih berirama dan halus dibandingkan dialek Yudea,
setidaknya aku pikir begitu.

Banyak orang mendekati mereka dan para pedagang lain serta para penukar uang
berpihak pada rekan mereka melawan Yesus.

Di antara mereka yang hadir ada dua atau tiga rabbi yang mencemooh. Seorang
dari mereka bertanya: "Apakah Engkau seorang alim ulama?" dengan cara begitu
rupa hingga bahkan Ayub pun akan kehilangan kesabarannya.

"Ya."

355
"Apa yang Kau ajarkan?"

"Inilah yang Aku ajarkan: menjadikan Rumah Allah sebuah rumah doa dan bukan
tempat lintah darat atau pasar. Itulah yang Aku ajarkan."

Yesus seorang yang hebat. Ia tampak bagai malaikat agung yang ditempatkan di
ambang pintu Eden. Ia tidak mengibaskan pedang di tangan-Nya, tapi sinar dari
mata-Nya menyambar para pengejek yang tak ber-Tuhan bagai kilat. Tak ada
apapun pada tangan-Nya. Yang ada pada-Nya hanyalah murka-Nya. Dan penuh
amarah, Ia berjalan cepat dan gagah melewati bangku-bangku, Ia menyerakkan
keping-keping uang yang telah dipilah-pilah dengan begitu seksama seturut nilainya,
Ia menjungkir-balikkan bangku-bangku dan meja-meja, dan semuanya jatuh ke
tanah dengan sangat bising, di tengah gema suara dentingan logam dan kayu yang
saling bertumbukan, teriakan-teriakan marah, pekikan-pekikan ngeri dan seruan-
seruan mendukung. Ia lalu merenggut dari tangan-tangan anak-anak lelaki penjaga
kandang beberapa utas tali yang mereka gunakan untuk mengikat sapi, domba dan
anak domba, dan Ia membuat sebuah cambuk yang sangat kuat, di mana simpul-
simpulnya sungguh merupakan alat dera: Ia mengangkatnya, mengayunkannya dan
mencambukkannya tanpa ampun. Ya, aku dapat yakinkan kalian: tanpa ampun.

Badai yang tak terduga itu menghantam kepala dan punggung. Orang-orang
percaya menyingkir ke satu sisi sembari mengagumi apa yang terjadi; mereka yang
bersalah, yang diburu hingga sejauh tembok luar, lari tunggang-langgang,
meninggalkan uang mereka yang berserakan di tanah dan dalam keadaan kacau
meninggalkan binatang-binatang mereka, yang sebagian lari dan terbang pergi.
Suara lenguhan, embikan dan kepakkan burung-burung tekukur dan merpati, yang
ditambahkan pada ledakan tawa dan teriakan orang-orang percaya atas kaburnya
para lintah darat, mengatasi bahkan suara embikan-embikan pedih anak-anak
domba yang disembelih di halaman lain.

Para imam, para rabbi dan kaum Farisi bergegas ke tempat kejadian. Yesus masih
berada di tengah halaman, dalam perjalanan balik dari memburu para lintah darat.
Cambuk masih ada di tangan-Nya.

"Siapakah Engkau? Beraninya Kau berbuat demikian, mencemarkan upacara yang


telah ditetapkan? Dari sekolah manakah Kau berasal? Kami tidak mengenal-Mu, pun
kami tidak tahu dari mana Kau berasal."

"Aku adalah Dia Yang Berkuasa. Aku bisa melakukan apa saja. Robohkanlah Bait
Allah yang benar ini dan Aku akan mendirikannya kembali demi memberikan pujian
kepada Allah. Aku tidak mencemarkan kekudusan Rumah Allah ataupun upacara,
tetapi kalianlah yang melecehkannya, dengan membiarkan Rumah-Nya menjadi
pusat para lintah darat dan pedagang. Sekolah-Ku adalah sekolah Allah. Sekolah
yang sama seperti yang dimiliki seluruh Israel ketika Allah Yang Kekal berbicara
kepada Musa. Kalian tidak mengenal Aku? Kalian akan mengenal Aku. Kalian tidak
tahu dari mana Aku berasal? Kalian akan tahu."

356
Dan berbalik ke arah orang banyak, tanpa menghiraukan lagi para imam, dengan
perawakan tinggi-Nya berbalut jubah putih, dengan mantol-Nya yang terbuka dan
melambai-lambai di belakang punggung-Nya, kedua tangan-Nya terentang bagai
seorang orator pada bagian terpenting ceramah-Nya, Ia mengatakan:
"Dengarkanlah, Israel! Dalam Kitab Ulangan dikatakan: 'Hakim-hakim dan petugas-
petugas haruslah kau angkat di segala tempat … mereka harus menghakimi bangsa
itu dengan pengadilan yang adil. Janganlah memandang bulu dan janganlah
menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan
memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. Semata-mata keadilan, itulah
yang harus kau kejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan
kepadamu oleh Tuhan, Allahmu.'"

"Dengarkanlah Israel. Dalam Kitab Ulangan dikatakan: 'Imam-imam dan ahli taurat
serta seluruh suku Lewi hendaknya tidak memiliki atau mewarisi dari umat Israel,
karena mereka harus hidup dari makanan yang dipersembahkan kepada Yahwe
sesuai dengan hakNya. Mereka tidak boleh memiliki warisan dari saudara-
saudaranya karena Yahwe akan menjadi warisan mereka.'"

"Dengarkanlah Israel. Dalam Kitab Ulangan dikatakan: 'Janganlah engkau


membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apapun
yang dapat dibungakan. Dari orang asing boleh engkau memungut bunga, tetapi dari
saudaramu janganlah engkau memungut bunga.'"

"Allah mengatakannya. Tetapi sekarang kalian lihat bahwa di Israel penghakiman


dilaksanakan tanpa keadilan bagi kaum miskin. Mereka tidak berpihak pada
keadilan, melainkan mereka berpihak kepada orang kaya, dan menjadi orang miskin,
menjadi orang kebanyakan berarti ditindas. Bagaimnakah orang dapat mengatakan:
'Hakim-hakim kami adil' ketika mereka melihat bahwa hanya yang berkuasa yang
dihormati dan disanjung, sementara yang miskin tak memiliki seorang pun yang
akan mendengarkan mereka? Bagaimanakah orang dapat menghormati Allah,
ketika mereka melihat bahwa Allah tidak dihormati oleh mereka yang seharusnya
lebih menghormati-Nya dibandingkan yang lain? Apakah orang yang melanggar
perintah Allah menghormati-Nya? Jadi mengapakah para imam di Israel memiliki
harta kekayaan dan menerima suap dari para pemungut pajak dan para pendosa,
yang menjadikannya persembahan demi mendapatkan pengampunan, sementara
para imam menerima persembahan untuk mengisi peti harta mereka? Allah adalah
warisan bagi para imam-Nya. Ia, Bapa Israel, lebih dari seorang Bapa terhadap
mereka dan menyelenggarakan makanan bagi mereka, sebagaimana itu adil. Tapi
tidak lebih dari apa yang adil. Ia tidak menjanjikan uang dan harta kepada para
hamba dari bait-Nya. Dalam kehidupan kekal, mereka akan memiliki Surga karena
keadilan mereka, seperti Musa, Elia, Yakub, dan Abraham akan menerimanya, akan
tetapi di dunia ini mereka harus memiliki pakaian linen dan mahkota emas yang tak
dapat rusak: kemurnian dan cinta kasih, dan tubuh mereka harus tunduk pada jiwa
mereka, yang harus tunduk pada Allah yang sejati, dan tubuh mereka tidak menjadi
tuan atas jiwa mereka dan melawan Allah.

357
Aku ditanya atas kuasa apa Aku melakukan ini? Dan atas kuasa apa mereka
melanggar perintah Allah dan mengijinkan, dalam naungan tembok-tembok suci,
menarik riba atas saudara-saudara Israel mereka, yang datang untuk mentaati
perintah ilahi? Aku ditanya dari sekolah mana Aku berasal dan Aku jawab: 'Dari
sekolah Allah'. Ya, Israel, Aku telah datang dari dan Aku akan membawa kalian
kembali ke sekolah yang suci dan abadi itu.

Barangsiapa ingin mengenal Terang, Kebenaran, Jalan; barangsiapa ingin


mendengar sekali lagi suara Allah yang berbicara kepada umat-Nya, biarlah dia
datang kepada-Ku. Kalian mengikuti Musa melintasi padang gurun, Israel. Ikutlah
Aku, sebab Aku akan memimpin kalin melintasi padang gurun yang jauh lebih
ganas, ke Tanah terberkati yang sejati. Dengan perintah Allah, Aku akan
menghantar kalian ke sana, menyeberangi samudera terbuka. Aku akan
menyembuhkan kalian dari segala kejahatan dengan meninggikan Tanda-Ku.

Masa Rahmat telah tiba. Para nabi mengharapkannya dan mati dengan
menantikannya. Para nabi telah menubuatkannya dan mati dalam pengharapan itu.
Orang benar telah memimpikannya dan mati dengan dihiburkan oleh mimpi itu.
Masa itu sekarang ada di sini. Mari. Allah akan menghakimi umat-Nya dan berbelas-
kasihan kepada para hamba-Nya, seperti dijanjikan-Nya melalui Musa."

Orang banyak yang berkerumun sekeliling Yesus berdiri dengan mulut ternganga
mendengarkan-Nya. Dan mereka memberikan komentar atas perkataan sang Rabbi
yang baru dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para sahabat-Nya.
Yesus pergi ke halaman lainnya, yang dipisahkan dari halaman ini hanya dengan
sebuah serambi. Para sahabat mengikuti-Nya, dan penglihatan pun berakhir.

358
BAB 54. YESUS BERTEMU YUDAS ISKARIOT DAN
TOMAS DAN MENYEMBUHKAN SIMON
ORANG ZELOT

26 Oktober 1944

Yesus sedang bersama keenam orang murid-Nya. Namun kemarin, pun hari ini, aku
tidak melihat Yudas Tadeus, yang mengatakan bahwa ia ingin datang ke Yerusalem
bersama Yesus.

Pastilah waktu itu masih masa Paskah, sebab selalu ada banyak orang di kota. Saat
itu sore hari dan banyak orang bergegas pulang ke rumah. Yesus juga pergi menuju
rumah di mana Ia menjadi tamu. Bukan rumah Perjamuan Malam Terakhir, yang ada
di kota, meski tidak jauh dari tembok-temboknya. Melainkan, rumah ini sungguh
sebuah rumah pedesaan, di antara pepohonan zaitun yang rimbun.

Dari area terbuka pedesaan di depan rumah, orang bisa melihat pepohonan zaitun
hingga ke kaki bukit, dan ke sebuah sungai kecil, yang sangat sedikit airnya, yang
mengalir sepanjang lembah yang terbentuk dari dua bukit: di salah satu bukit ada
Bait Allah, dan di bukit yang lain hanya ada pepohonan zaitun. Yesus ada di lereng
pertama bukit terakhir, yang menanjak rata, sepenuhnya diselimuti oleh pepohonan
yang asri damai.

"Yohanes, ada dua orang laki-laki yang menunggu Sahabat-mu," kata seorang lelaki
yang lebih tua, yang pastilah seorang petani atau pemilik hutan kecil zaitun. Aku bisa
katakan bahwa Yohanes mengenalnya.

"Di manakah mereka? Siapakah mereka?"

"Aku tidak tahu. Yang seorang pastilah seorang Yudea. Yang lain… aku tidak tahu.
Aku tidak menanyakannya."

"Di mana mereka?"

"Di dapur, menunggu, dan… dan… ya… ada seorang laki-laki lain yang sekujur
tubuhnya penuh borok. Aku menyuruhnya menunggu di sana, sebab aku khawatir ia
mungkin seorang kusta. Ia mengatakan bahwa ia ingin bertemu Nabi Yang berbicara
di Bait Allah."

Yesus, Yang hingga saat itu diam, mengatakan: "Marilah kita datang kepadanya
lebih dulu. Katakan kepada yang lain untuk datang jika mereka mau. Aku akan

359
berbicara kepada mereka di sana, di hutan kecil zaitun." Dan Ia menuju tempat yang
ditunjukkan oleh laki-laki itu.

"Dan bagaimana dengan kami? Apa yang harus kami lakukan?" tanya Petrus.

"Ayo, jika kalian mau."

Seorang laki-laki, yang membalut rapat dirinya, bersandar pada tembok pedesaan
yang menopang sebuah serambi, yang paling dekat dari batas hak milik. Pastilah ia
telah memanjat ke sana sepanjang alur pesisir sungai. Ketika dia melihat Yesus
mendekatinya, dia berseru: "Menjauh. Menjauh! Kasihanilah aku!" Dan dia membuka
balutan tubuhnya dengan menjatuhkan jubahnya ke tanah. Jika wajahnya dipenuhi
keropeng, tubuhnya adalah satu borok yang besar. Sebagian dari borok itu telah
menjadi luka-luka yang dalam, sebagian seperti terbakar, sebagian berwarna
keputihan dan mengkilap, seolah ada selembar kaca putih tipis di atasnya.

"Apakah kau seorang kusta? Apakah yang kau inginkan dari-Ku?"

"Janganlah mengutuki aku! Janganlah merajam aku. Dikatakan kepadaku bahwa


sore lalu Kau menyatakan Diri-Mu sebagai Suara Allah dan Pembawa Rahmat. Juga
diberitahukan kepadaku bahwa Engkau memberikan kepastian bahwa dengan
meninggikan Tanda-Mu, Kau akan menyembuhkan segala penyakit. Sudi tinggikan
tanda itu atasku. Aku telah datang dari makam… di sebelah sana… aku merayap
seperti seekor ular di antara semak-semak dekat sungai supaya bisa sampai di sini
tanpa terlihat. Aku menunggu hingga petang sebelum pergi sebab pada waktu
petang lebih sulit melihat siapa aku. Aku memberanikan diri… Aku bertemu dengan
orang ini, pemilik rumah, ia baik. Ia tidak membunuhku. Ia hanya berkata:
'Tunggulah di sana, dekat tembok kecil.' Kasihanilah aku" dan sementara Yesus
mendekatinya, sendirian saja, sebab keenam murid dan pemilik rumah, juga kedua
orang asing, berada jauh dan jelas merasa jijik, ia menambahkan: "Janganlah
mendekat. Jangan! Aku terjangkit kusta!" Akan tetapi Yesus tetap melangkah maju.
Ia menatapnya penuh rasa belas-kasihan, hingga laki-laki itu mulai menangis dan
berlutut hingga kepalanya nyaris menyentuh tanah, seraya meratap: "Tanda-Mu!
Tanda-Mu "

"Tanda itu akan ditinggikan apabila saatnya tiba. Tetapi sekarang aku berkata
kepadamu: Berdirilah. Sembuhlah. Aku menghendakinya. Dan jadilah tanda di kota
ini yang harus mengakui Aku. Berdiri, Aku katakan. Dan janganlah berdosa, demi
rasa terima kasih kepada Allah!" Orang itu bangkit perlahan. Seolah dia muncul dari
rerumputan panjang berbunga-bunga, seolah dari kafan... dan sembuh! Dia
memandangi dirinya sendiri dalam cahaya suram terakhir hari itu. Dia sembuh. Dia
berteriak: "Aku tahir! Oh! Apakah yang harus aku lakukan untuk-Mu sekarang?"

"Engkau harus mentaati Hukum. Pergilah kepada imam. Jadilah baik di masa
mendatang. Pergilah."

360
Laki-laki itu nyaris melemparkan diri di kaki Yesus, tapi dia ingat bahwa dia masih
belum tahir, menurut Hukum, dan dia menahan diri. Tetapi dia mencium tangannya
sendiri, dan melemparkan sebuah ciuman kepada Yesus dan menangis. Dia
menangis bahagia.

Yang lain ternganga. Yesus berbalik dari orang yang disembuhkan itu dan
menyadarkan mereka seraya tersenyum. "Sahabat-sahabat-Ku, itu hanyalah kusta
pada tubuh. Tetapi kalian akan melihat kusta yang terlepas dari hati. Apakah kalian
yang ingin bertemu dengan Aku?" Ia bertanya kepada kedua orang asing. "Ini Aku.
Siapakah kalian?"

"Kami mendengar-Mu sore lalu… di Bait Allah. Kami mencari-Mu di kota. Seorang
laki-laki, yang mengatakan bahwa ia adalah sanak-Mu, mengatakan kepada kami
bahwa Engkau tinggal di sini."

"Mengapa kalian mencari Aku?"

"Untuk mengikuti-Mu, jika Kau ijinkan, sebab Engkau memiliki sabda kebenaran."

"Mengikuti Aku? Tetapi, tahukah kalian ke mana Aku akan pergi?"

"Tidak, Guru, tetapi yang pasti menuju kemuliaan."

"Ya. Tetapi bukan kemuliaan dari dunia ini. Aku pergi kepada kemulian yang ada di
Surga dan yang diraih melalui keutamaan dan kurban. Mengapa kalian ingin
mengikuti Aku?" Ia bertanya lagi kepada mereka.

"Untuk ambil bagian dalam kemuliaan-Mu."

"Menurut Surga?"

"Ya, menurut Surga."

"Tidak setiap orang bisa sampai ke sana. Sebab Mamon menempatkan lebih banyak
perangkap bagi mereka yang merindukan Surga dibandingkan bagi mereka yang
lain. Dan hanya dia yang memiliki daya kehendak yang kuat bisa bertahan.
Mengapa mengikuti Aku, jika mengikuti Aku menyiratkan suatu pergulatan terus-
menerus melawan musuh, yang ada dalam diri kita, melawan dunia yang memusuhi
kita, dan melawan Musuh yang adalah Setan?"

"Sebab itulah kerinduan jiwa kami, yang telah ditaklukkan oleh-Mu. Engkau kudus
dan berkuasa. Kami ingin menjadi sahabat-sahabat-Mu."

"Sahabat!!!" Yesus diam dan mendesah. Ia menatap dia yang telah berbicara
sepanjang waktu dan yang sekarang telah menanggalkan tudung kepala mantol dari
kepalanya, dan kepalanya tidak mengenakan apa-apa. Dia adalah Yudas dari Keriot.
"Siapakah kau? Kau berbicara lebih baik dibandingkan orang kebanyakan."

361
"Aku Yudas, anak Simon. Aku berasal dari Keriot. Tetapi aku dari Bait Allah. Aku
menantikan dan memimpikan Raja Orang Yahudi. Aku mendengar-Mu berbicara
seperti seorang raja. Aku melihat tingkah laku-Mu yang bagai seorang raja. Ajaklah
aku bersama-Mu."

"Mengajakmu? Sekarang? Segera? Tidak."

"Mengapa tidak, Guru?"

"Sebab adalah lebih baik memeriksa diri kita sendiri dengan seksama sebelum pergi
melalui jalan-jalan yang curam."

"Tidakkah Engkau percaya bahwa aku tulus?"

"Kau telah mengatakannya. Aku percaya pada dorongan hatimu. Tapi Aku tidak
percaya pada ketekunanmu. Renungkanlah itu, Yudas. Sekarang Aku akan pergi
dan Aku akan kembali untuk merayakan Pentakosta. Jika kau ada di Bait Allah, kau
akan bertemu dengan-Ku. Periksalah dirimu. Dan siapakah kau?"

"Aku adalah orang lain yang melihat-Mu. Aku ingin bersama- Mu. Tapi sekarang aku
takut."

"Tidak. Prasangka merusak manusia. Takut mungkin suatu penghalang, tapi


merupakan suatu pertolongan jika ia berasal dari kerendahan hati. Janganlah takut.
Renungkanlah itu juga, dan ketika Aku kembali…"

"Guru, Engkau sangat kudus! Aku takut tidak layak. Bukan yang lain. Sebab aku
tidak meragukan kasihku…"

"Siapakah namamu?"

"Tomas, dari Didimus."

"Aku akan mengingat namamu. Pergilah dalam damai."

Yesus mempersilakan mereka pergi dan Ia masuk ke dalam rumah yang penuh
keramahan untuk makan malam.

Keenam orang murid yang bersama-Nya ingin mengetahui banyak hal. "Mengapa,
Guru, mengapa Engkau memperlakukan mereka secara berbeda? Karena ada
perbedaan? Keduanya memiliki dorongan hati yang sama..." tanya Yohanes.

"Sahabat-Ku, juga dorongan hati yang sama dapat memiliki rasa yang berbeda dan
mendatangkan dampak yang berbeda. Mereka berdua jelas memiliki dorongan hati
yang sama. Akan tetapi mereka tidak sama dalam tujuan mereka. Dan yang tampak
kurang sempurna, sesungguhnya, lebih sempurna, sebab dia tidak memiliki motivasi
akan kemuliaan manusia. Dia mengasihi Aku sebab dia mengasihi Aku."

"Dan aku juga."

362
"Dan aku juga." "Juga aku." "Juga aku." "Juga aku." "Juga aku."

"Aku tahu. Aku mengenal kalian seperti apa adanya."

"Apakah karenanya kami sempurna?"

"Oh! Tidak! Tetapi, seperti Thomas, kalian akan menjadi sempurna jika kalian
bertekun dalam kerinduanmu untuk mengasihi. Sempurna?! Oh! Sahabat-sahabat-
Ku! Dan siapakah gerangan yang sempurna selain dari Allah?

"Engkau!"

"Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian bahwa Aku tidak sempurna dari DiriKu
Sendiri, jika kalian anggap Aku ini nabi. Tak seorang pun sempurna. Tetapi Aku
sempurna sebab Ia Yang berbicara kepada kalian adalah Sabda Bapa: bagian dari
Allah. Pikiran-Nya yang menjadi Sabda. Aku memiliki Kesempurnaan dalam Diri-Ku.
Dan kalian harus percaya kepada-Ku dengan penuh keyakinan bahwa Aku adalah
Sabda Bapa. Dan lihat, sahabat-sahabat-Ku, meski demikian Aku ingin disebut Putra
Manusia sebab Aku merendahkan Diri-Ku dengan membebankan ke atas Diri-Ku
Sendiri segala penderitaan manusia, menanggungnya sebagai hukuman mati-Ku
yang pertama-Ku, dan menghapuskan penderitaan, setelah menanggungnya, tanpa
Aku Sendiri menderita darinya. Betapa beban berat, sahabat-sahabat-Ku! Tetapi
Aku menanggungnya dengan sukacita. Suatu sukacita bagi-Ku untuk
menanggungnya, karena, sebab Aku adalah Putra Manusia, Aku akan menjadikan
manusia sekali lagi anak Allah. Seperti pada hari pertama dulu."

Yesus berbicara dengan sangat lemah lembut, duduk sekeliling meja sederhana,
seraya menggerak-gerakkan tangan-Nya dengan lembut di atas meja, kepala-Nya
condong ke satu sisi, wajah-Nya diterangi dari bawah oleh sebuah lampu minyak
kecil di atas meja. Ia tersenyum lembut, Ia Yang tadinya tampak seperti seorang
Guru yang begitu agung dalam perilaku-Nya, sekarang begitu bersahabat dalam
tingkah laku-Nya. Para murid mendengarkan-Nya dengan seksama.

"Guru… mengapakah sepupu-Mu tidak datang, padahal ia tahu di mana Engkau


tinggal?"

"Petrus-Ku!... Kau akan menjadi salah satu dari batu-Ku, yang pertama. Tapi tidak
semua batu dapat dengan mudah digunakan. Pernahkah kau melihat balok-balok
marmer pada bangunan Praetorium? Dengan kerja keras balok-balok itu telah
direnggut dari perut gunung, dan sekarang menjadi bagian dari Praetorium.
Sebaliknya lihatlah batu-batu itu di sana yang berkilau dalam cahaya bulan, di
Sungai Kidron. Batu-batu itu itu tiba di palung sungai dengan sendirinya, dan jika
siapa pun hendak mengambilnya, batu-batu itu tidak akan melakukan perlawanan.
Sepupu-Ku adalah seperti batu pertama yang Aku bicarakan… Perut gunung:
keluarganya, menentangnya bersama-Ku."

363
"Tapi aku ingin tepat seperti batu-batu yang ada di sungai. Aku sungguh siap
meninggalkan segala sesuatu demi Engkau: rumah, isteri, menangkap ikan,
saudara-saudara. Semuanya, Rabuni, demi Engkau."

"Aku tahu, Petrus. Itulah sebabnya mengapa Aku mengasihimu. Juga Yudas akan
datang."

"Siapa? Yudas dari Keriot? Aku tidak peduli mengenai dia. Dia adalah seorang
pemuda pesolek, tapi… aku lebih suka… aku lebih suka diriku sendiri..." Mereka
semua tertawa atas komentar lucu Petrus. "Tidak ada yang harus ditertawakan.
Yang aku maksud bahwa aku lebih suka seorang Galilea yang tulus, seorang
nelayan kasar, tapi tanpa kepalsuan dibandingkan… dibandingkan orang kota
yang... aku tidak tahu… di sini: Guru yang tahu apa yang aku maksudkan."

"Ya, Aku tahu. Tapi janganlah menghakimi. Kita saling membutuhkan satu sama lain
di dunia ini, yang baik bercampur dengan yang jahat, sama seperti bunga-bunga di
padang. Hemlock [=jenis cemara beracun] tumbuh di samping mallow yang
bermanfaat."

"Aku ingin bertanya satu hal..."

"Apa itu, Andreas?"

"Yohanes menceritakan kepadaku mukjizat yang Kau adakan di Kana… Kami


sungguh berharap bahwa Engkau akan melakukan mukjizat di Kapernaum… tapi
Engkau katakan bahwa Engkau tidak akan mengadakan mukjizat apapun sebelum
menggenapi Hukum. Jadi, mengapa melakukannya di Kana? Dan mengapa di sana
dan bukan di tempat asal-Mu sendiri?"

"Mentaati Hukum berarti bersatu dengan Allah dan itu meningkatkan kemampuan
kita. Suatu mukjizat merupakan bukti akan persatuan dengan Allah, juga kemurahan
hati Allah dan kehadiran-Nya yang menyatakan perkenanan-Nya. Itulah sebabnya
mengapa Aku ingin melakukan kewajiban-Ku sebagai seorang Israel, sebelum
memulai rangkaian mukjizat."

"Tetapi Engkau tidak terikat untuk mentaati Hukum."

"Mengapa? Sebagai Putra Allah, Aku tidak terikat Hukum. Akan tetapi sebagai putra
Hukum, ya, Aku terikat. Untuk saat ini, Israel mengenal Aku hanya seperti itu… dan,
bahkan nanti, sebagian besar orang di Israel akan mengenal-Ku demikian, tidak,
bahkan kurang dari itu. Tapi Aku tidak hendak membuat skandal di Israel dan
karenanya Aku mentaati Hukum."

"Engkau kudus."

"Kekudusan tidak menghalangi ketaatan. Tidak, kekudusan menjadikan ketaatan


sempurna. Di samping itu semua, ada suatu teladan baik yang diberikan. Apakah

364
yang akan kalian kalatakan mengenai seorang bapa, seorang kakak, seorang guru,
seorang imam yang tidak memberikan teladan yang baik?"

"Dan bagaimana dengan Kana?"

"Kana adalah untuk membuat BundaKu bahagia. Kana adalah yang lebih dulu sebab
BundaKu. Ia [= Maria] mengantisipasi Rahmat. Di sini Aku menghormati Kota Suci,
menjadikannya, di hadapan publik, titik awal kuasa-Ku sebagai Mesias. Tetapi di
sana, di Kana, Aku menghormati Bunda Allah yang Kudus, Penuh Rahmat. Dunia
menerima Aku melalui Dia. Adalah adil jika mukjizat pertama-Ku di dunia
diperuntukkan bagi-Nya."

Ada ketukan di pintu. Itu sekali lagi adalah Tomas. Dia masuk dan merebahkan diri
di kaki Yesus.

"Guru... aku tidak bisa menunggu hingga Engkau kembali. Ijinkan aku ikut bersama-
Mu. Aku banyak salah, tapi aku punya kasihku, satu-satunya harta pusakaku yang
sungguh. Itu adalah milik-Mu, itu adalah untuk-Mu. Biarkanlah aku ikut, Guru…"

Yesus menumpangkan tangan-Nya ke atas kepala Thomas. "Kau boleh tinggal,


Didimus. Ikutlah Aku. Terberkatilah mereka yang tulus hati dan teguh dalam
kehendak. Kalian semua diberkati. Kalian lebih dari sekedar sanak saudara bagi-Ku,
sebab kalian adalah anak-anak-Ku dan saudara-saudara-Ku, bukan menurut darah,
yang fana, melainkan menurut kehendak Allah dan kerinduan rohani kalian.
Sekarang aku katakan kepada kalian bahwa Aku tak memiliki sanak saudara yang
lebih akrab dibandingkan dengan mereka yang melakukan kehendak BapaKu, dan
kalian melakukannya, sebab kalian menghendaki apa yang baik."

Penglihatan berakhir demikian. Saat itu pukul 4 sore dan bayang-bayang


kelambanan senja telah menimpaku: kelambanan yang aku rasa akan dahsyat,
konsekuensi logis dari saat-saat menyakitkan kemarin… Tetapi aku juga sakit payah
pada tanggal 24 Oktober. Begitu dahsyat sakitnya, hingga ketika penglihatan
berakhir - aku menulisnya sementara aku menderita sakit kepala sepayah meningitis
- aku tak memiliki cukup kekuatan untuk menambahkan bahwa pada akhirnya aku
melihat Yesus berpakaian seperti lazimnya Ia menampakkan diri kepadaku apabila
penglihatan itu sepenuhnya untukku: mengenakan jubah lembut dari wool putih
nyaris putih gading dan sehelai mantol berwarna senada. Pakaian yang Ia kenakan
pertama kali Ia mengungkapkan Diri sebagai Mesias di Yerusalem.

365
BAB 55. TOMAS MENJADI MURID

27 Oktober 1944

Pagi ini, sementara kesadaranku pulih kembali sesudah kelambanan malam yang
sangat berat yang berlangsung selama berjam-jam, sementara aku masih berdoa
menantikan fajar, aku melihat kelanjutan dari penglihatanku.

Aku katakan kelanjutan sebab kita masih berada di tempat yang sama: dapur yang
rendah, lebar, dengan tembok-temboknya yang gelap dan berasap, yang samar-
samar diterangi oleh nyala api kecil dari sebuah lampu minyak di atas sebuah meja
desa. Meja itu sempit panjang di mana delapan orang sedang duduk: Yesus dan
keenam orang murid-Nya, serta tuan rumah, empat orang di masing-masing sisi
meja.

Yesus, yang duduk di sebuah bangku tanpa sandaran - satu-satunya tempat duduk
di sini adalah bangku tanpa sandaran berkaki tiga, sungguh perabotan desa - masih
berbalik seraya berbicara kepada Tomas. Tangan Yesus turun dari atas kepala
Tomas ke atas pundaknya. Yesus berkata: "Berdirilah, sahabat-Ku. Apakah kau
sudah makan malam?"

"Belum Guru. Aku berjalan beberapa yard bersama teman lain yang tadi bersamaku,
lalu meninggalkannya dan aku kembali dengan mengatakan bahwa aku ingin
berbicara dengan si kusta yang sudah disembuhkan… aku katakan itu sebab aku
pikir ia akan jijik mendekati seorang yang tidak tahir. Perkiraanku benar. Tapi aku
ingin menemui-Mu, bukan si kusta… Aku ingin mengatakan kepda-Mu: "Sudi
terimalah aku"… Aku berjalan hilir mudik di hutan kecil zaitun hingga seorang
pemuda bertanya kepadaku apa yang sedang aku lakukan. Pastilah dia berpikir aku
punya niat jahat. Dia dekat sebuah pilar, di perbatasan hutan kecil zaitun."

Tuan rumah tersenyum. "Itu puteraku," jelasnya dan menambahkan: "Ia berjaga di
tempat pemerasan minyak. Di gua-gua di bawah tempat pemerasan, kami masih
memiliki nyaris seluruh panenan sepanjang tahun. Panenan yang sangat bagus dan
kami membuat banyak minyak. Dan apabila ada banyak orang di sana, para
perampok selalu datang untuk menjarah tempat-tempat yang tak dijaga. Delapan
tahun silam, tepat saat Parasceve [= hari persiapan sebelum Sabat Yahudi], mereka
merampok semua milik kami. Sejak itu kami selalu berjaga-jaga setiap malam.
Ibunya pergi ke sana untuk membawakan makan malamnya."

"Baik, dia bertanya kepadaku: 'Apa yang kau inginkan?', dan ia berbicara dengan
nada begitu rupa hingga demi menyelamatkan punggungku dari pentungnya, aku
segera menjawab: 'Aku mencari Guru Yang tinggal di sini.' Dia lalu menjawab: 'Jika
yang kau katakan benar, datanglah ke rumah.' Dan dia membawaku ke sini. Dialah

366
yang mengetuk pintu dan dia tidak pergi hingga dia mendengar kata-kata
pertamaku."

"Apakah kau tinggal jauh dari sini?"

"Aku tinggal di seberang kota, dekat Gerbang Timur."

"Apakah kau sendirian?"

"Aku tadinya tinggal bersama beberapa sanak saudara. Tetapi mereka sudah pergi
untuk tinggal bersama sanak saudara lainnya di jalan menuju Betlehem. Aku tetap
tinggal di sini untuk mencari Engkau siang dan malam, hingga aku menemukan-Mu."

Yesus tersenyum dan berkata: "Jadi tak ada seorang pun yang menantikanmu?"

"Tidak ada, Guru."

"Perjalanan yang jauh, juga malam yang gelap, petugas-petugas patroli Romawi
berkeliaran di kota. Aku katakan: tinggallah bersama kami, jika kamu mau."

"Oh! Guru!" Tomas bahagia.

"Siapkanlah kamar untuknya. Dan masing-masing dari kita akan akan memberikan
sesuatu kepada saudara kita ini." Yesus memberinya sebagian keju milikNya yang
ada di hadapan-Nya. Ia menjelaskan kepada Thomas: "Kami miskin dan makan
malam kami hampir selesai. Tetapi ada banyak kasih dalam dia yang memberi." Dan
Ia berkata kepada Yohanes yang duduk di samping-Nya: "Berikan kursimu kepada
sahabat kita ini."

Yohanes segera bangkit dan duduk di ujung meja dekat tuan rumah.

"Duduklah, Tomas, dan makanlah."

Dan lalu Ia berkata kepada mereka semua: "Kalian akan selalu bersikap seperti itu,
sahabat-sahabat-Ku, menurut hukum cinta kasih. Seorang peziarah sudah dilindungi
oleh hukum Allah. Tetapi sekarang, dalam nama-Ku, kalian harus mengasihinya
lebih lagi. Jika seorang meminta kepadamu sedikit roti, setetes air atau tempat
bernaung dalam nama Tuhan, haruslah kau memberikannya dalam nama yang
sama. Dan kau akan menerima ganjaranmu dari Allah. Kalian wajib bersikap
demikian terhadap semua orang. Bahkan terhadap para musuh kalian. Dan itulah
Hukum yang baru. Hingga sekarang dikatakan kepada kalian: 'Kasihilah mereka
yang mengasihimu dan bencilah para musuhmu.' Aku katakan: 'Kasihilah juga
mereka yang membencimu.'

Oh! Andai saja kalian tahu betapa kalian akan dikasihi oleh Allah, jika kalian
mengasihi sebagaimana Aku katakan kepada kalian! Dan jika seorang mengatakan:
'Aku ingin menjadi temanmu dalam melayani Tuhan Allah yang benar dan mengikuti

367
Anak Domba-Nya', maka ia haruslah lebih kau kasihi dari saudara karena darah,
sebab kalian akan dipersatukan oleh suatu ikatan abadi: ikatan Kristus."

"Tetapi bagaimana jika seorang yang datang itu tidak tulus? Mudah mengatakan:
'Aku ingin melakukan ini atau itu.' Tetapi perkataan tidak selalu sesuai dengan
kebenaran ," kata Petrus, agak jengkel. Aku tidak tahu mengapa, namun ia tidak
dalam suasana hati riang seperti biasanya.

"Petrus, dengarlah. Apa yang kau katakan itu logis dan masuk akal. Tetapi, lihat:
adalah lebih baik unggul dalam kemurahan daripada unggul dalam
ketidakpercayaan dan kekerasan hati. Jika kau menolong seorang yang tak layak,
kemalangan apakah yang akan menimpamu? Tidak ada. Tidak, ganjaran Allah akan
selalu aktif untukmu, sementara orang itu akan bersalah sebab mengkhianati
kepercayaanmu."

"Tidak ada kemalangan? Eh! Sangat sering seorang yang tak berguna tidak puas
dengan tidak tahu berterima kasih saja, tetapi bertindak lebih jauh, bahkan ke
tindakan ekstrim menghancurkan reputasi orang, kekayaan dan kehidupan orang itu
sendiri."

"Betul. Tetapi apakah itu akan menghapuskan jasamu? Tidak, tidak akan. Bahkan
andai seluruh dunia lebih mempercayai fitnah, bahkan andai kau menjadi lebih
miskin dari Ayub, bahkan andai orang yang keji itu mencabut nyawamu, apakah
yang akan berubah di mata Allah? Tidak ada. Bukan, sesuatu akan berubah. Tapi
demi keuntunganmu. Allah, demi jasa-jasa kemurahanmu, akan menambahkan jasa-
jasa dari intelektualmu, keuanganmu, kemartiran jasmanimu."

"Baiklah! Barangkali demikian." Petrus tidak berbicara lagi. Ia dengan sebal hati
mengistirahatkan kepalanya di atas tangannya. Yesus berkata kepada Tomas:
"Sahabat-Ku, sebelum ini, di hutan kecil zaitun, Aku berkata kepadamu: "Jika Aku
kembali ke sini, jika kau masih mau, kau akan menjadi salah seorang dari murid-
murid-Ku." Sekarang Aku berkata kepadamu: "Apakah kau mau melakukan sesuatu
untuk?"

"Sudah pasti."

"Dan jika ini akan membuatmu berkurban?"

"Tak ada kurban dalam melayani-Mu. Apakah gerangan yang Kau kehendaki?"

"Aku ingin mengatakan... tapi mungkin kau punya urusan, kepentingan..."

"Tidak, tidak! Aku punya Engkau! Katakanlah kepadaku."

"Dengarlah. Besok saat fajar si kusta akan meninggalkan pekuburan untuk


menemukan seseorang yang akan memberitahu imam. Kau akan menjadi yang
pertama pergi ke pekuburan. Ini tindakan cinta kasih. Dan kau akan berteriak:
"Keluarlah, kau, yang ditahirkan kemarin. Aku telah diutus oleh Yesus dari Nazaret,

368
Mesias Israel, Ia yang mentahirkanmu." Biarlah dunia "orang mati" mengenal nama-
Ku, biarlah mereka berdegup dengan pengharapan, dan biarlah mereka datang
kepada-Ku, mereka yang akan memiliki iman di samping pengharapan, agar Aku
dapat menyembuhkan mereka. Itu adalah bentuk pertama dari kemurnian yang Aku
bawa, bentuk pertama dari kebangkitan, di mana Aku adalah tuan. Suatu hari Aku
akan menganugerahkan kemurnian yang terlebih mulia… Suatu hari makam-makam
yang sudah disegel dengan dahsyat akan mengeluarkan mereka yang sudah
sungguh mati, dan mereka akan muncul dan tertawa dengan rongga mata mereka
yang kosong, dengan rahang mereka yang telanjang, sebab sukacita akan jiwa-jiwa
yang dibebaskan dari Limbo, suatu sukacita di kejauhan dan meski begitu dirasakan
bahkan oleh tengkorak-tengkorak. Mereka akan muncul untuk tertawa sebab
pembebasan ini dan berdegup mengetahui bahwa ini waktunya untuk… Pergi! Dia
akan datang kepadamu. Kamu akan melakukan apa yang dia minta kamu lakukan.
Kamu akan membantunya dalam segala hal, seolah dia adalah saudaramu. Dan
kamu juga akan berkata kepadanya: "Apabila engkau telah sepenuhnya dimurnikan,
kita akan pergi bersama sepanjang jalan sungai, di luar Doco dan Efraim. Yesus,
sang Guru, akan menantikan kita untuk memberitahukan kepada kita bagaimana kita
harus melayani-Nya."

"Aku akan melakukan itu. Dan bagaimana dengan yang satunya?"

"Siapa? Iskariot?"

"Ya, Guru."

"Nasihat yang Aku berikan kepadanya masih tetap. Biarlah dia sendiri yang
memutuskan dan biarlah dia mengambil waktu yang lama untuk itu. Tidak, hindari
bertemu dengannya. Aku akan bersama si kusta. Hanya orang-orang kusta yang
berkeliaran di lembah pekuburan dan mereka yang secara menyedihkan
berhubungan dengan mereka."

Petrus menggerutu mengenai sesuatu. Yesus mendengarnya. "Ada apa denganmu,


Petrus? Kalau tidak mengomel kau diam saja. Tampaknya kau tidak puas. Kenapa?"

"Aku tidak puas. Kami adalah yang pertama dan Engkau tidak mengerjakan suatu
mukjizat bagi kami. Kami adalah yang pertama dan Engkau mengijinkan seorang
asing duduk di samping-Mu. Kami adalah yang pertama dan Engkau
mempercayainya, bukan kami, dengan sebuah tugas. Kami adalah yang pertama
dan… ya, ya, kelihatannya kami adalah yang terakhir. Mengapakah Engkau hendak
menanti mereka di jalan dekat sungai? Jelas untuk mempercayakan tugas kepada
mereka. Mengapa mereka, dan bukan kami?"

Yesus memandang kepadanya. Ia tidak marah. Sebaliknya Ia tersenyum seperti


orang tersenyum kepada seorang kanak-kanak. Ia bangkit, berjalan perlahan
menutu Petrus dan, seraya tersenyum, berkata kepadanya: "Petrus! Petrus! Kau ini
seorang bayi tua besar!" Dan Ia berkata kepada Andreas, yang duduk di samping

369
saudaranya: "Pergilah duduk di tempat-Ku" dan Ia duduk di sebelah Petrus,
memeluk pundaknya dengan tangan-Nya, dan Ia berbicara kepadanya, seraya
memeluknya demikian dan mendekatkannya pada pundak-Nya sendiri: "Petrus, kau
pikir Aku tidak adil, tapi tidak demikian. Sebaliknya itu merupakan bukti bahwa Aku
tahu kalian layak. Lihat. Siapakah yang membutuhkan bukti? Orang yang belum
percaya. Aku tahu kalian begitu percaya kepada-Ku, hingga Aku tidak merasakan
perlunya untuk memberikan bukti akan kekuasaan-Ku kepada kalian. Bukti
dibutuhkan di sini di Yerusalem, di mana kejahatan, kefasikan, politik dan banyak
hal-hal duniawi menyuramkan jiwa ke tahap begitu rupa hingga jiwa tak lagi dapat
melihat Terang yang sedang lewat. Tetapi di sana, di danau kita yang indah, begitu
bening di bawah langit yang jernih, di antara orang-orang yang jujur dan
berkehendak baik, tak ada bukti yang diperlukan. Kau akan mendapatkan mukjizat-
mukjizat. Aku akan mencurahkan banjir rahmat atasmu. Tetapi pikirkanlah
bagaimana Aku menghargaimu, Aku menerimamu tanpa menuntut bukti apapun dan
tanpa perlu mendapati perlunya memberikan bukti apapun kepadamu, sebab Aku
mengenal siapa engkau. Kau Aku kasihi, bergitu terkasih, dan begitu setia."

Petrus bergembira: "Ampuni aku, Yesus."

"Ya, Aku mengampunimu sebab kedongkolan hatimu adalah suatu tanda cinta. Akan
tetapi janganlah iri hati lagi, Simon anak Yonas. Apakah kau tahu seperti apakah hati
Yesus? Apakah kau pernah melihat lautan, lautan yang sesungguhnya? Ya? Baik,
hati-Ku lebih besar dari lautan yang luas tak terkira! Dan ada tempat bagi semua
orang. Bagi segenap umat manusia. Dan orang yang terkecil akan mendapatkan
tempat tepat seperti yang terbesar. Dan seorang pendosa akan mendapatkan kasih
sama seperti seorang tak berdosa. Aku mempercayakan ini dengan suatu misi.
Pasti. Apakah kau hendak melarang-Ku? Aku yang memilih kalian. Kalian tidak
memilih sendiri. Oleh karenanya Aku bebas menentukan bagaimana Aku hendak
menggunakan kalian. Dan andai Aku mempercayakan kepada mereka yang di sini
suatu misi - yang mungkin juga merupakan suatu ujian, seperti tenggang waktu yang
diberikan kepada Iskariot karena belas-kasihan - dapatkah kalian mencela-Ku?
Bagaimana kau tahu bahwa Aku tidak sedang merencanakan suatu misi yang
terlebih besar untukmu? Dan bukankah misi yang paling manis dikatakan: "Kau
datang kepada-Ku?"

"Benar. Aku seorang tolol! Ampunilah aku..."

"Ya. Aku mengampuni semuanya. Oh! Petrus!... Tetapi Aku meminta kalian semua
jangan pernah membicarakan jasa-jasa dan kedudukan. Aku bisa saja dilahirkan
sebagai seorang raja. Tetapi Aku dilahirkan miskin, dalam sebuah kandang. Aku
bisa saja kaya. Tetapi Aku hidup dari pekerjaan-Ku dan sekarang Aku hidup dari
amal kasih. Dan meski begitu, percayalah, sahabat-sahabat-Ku, tidak ada yang lebih
bersar dari Aku di hadapan Allah. Lebih besar dari Aku, Yang di sini: pelayan
manusia."

370
"Engkau seorang palayan? Jangan pernah!"

"Kenapa tidak, Petrus?"

"Sebab aku yang akan melayani-Mu."

"Bahkan meski kau melayani-Ku seperti seorang ibu melayani anaknya, Aku datang
untuk melayani manusia. Aku akan menjadi Juruselamat manusia. Pelayanan
apakah yang seperti itu?"

"Oh! Guru! Engkau menerangkan semuanya. Dan apa yang kelihatannya gelap
langsung menjadi terang!"

"Apakah kau senang sekarang, Petrus? Sekarang, biarkan Aku selesaikan bicara-Ku
kepada Tomas. Apakah kau yakin kau akan mengenali si kusta? Dia adalah satu-
satunya yang disembuhkan; tapi mungkin saja dia sudah pergi saat fajar, guna
menemukan seorang pengelana pagi. Dan seseorang, yang antusias memasuki kota
dan menemui sanak saudaranya, mungkin sudah menggantikan tempatnya.
Dengarlah gambaran mengenainya. Aku berada dekatnya dan Aku melihatnya
dengan baik dalam temaram senja. Ia tinggi dan kurus. Kulitnya berwarna gelap,
seperti seorang keturunan campuran, sangat gelap, mata berwarna gelap dengan
alis seputih salju, rambut seputih kain linen dan agak keriting, hidung pendek
mancung seperti hidung orang Libia, dua bibir tebal yang menonjol terutama bibir
bawah. Warna kulitnya begitu serupa zaitun hingga bibirnya nyaris berwarna
lembayung. Ada sebuah bekas luka lama di dahinya dan itu akan menjadi satu-
satunya cacad, sebab sekarang ia sudah dibersihkan dari keropeng dan kekotoran."

"Tentunya dia sudah tua, jika rambutnya seluruhnya putih."

"Tidak, Filipus, dia tampak tua, tetapi dia tidak tua. Kusta membuatnya putih."

"Orang apakah dia? Seorang keturunan campuran?"

"Mungkin, Petrus. Dia kelihatan seperti orang Afrika."

"Jadi, apakah dia seorang Israel?"

"Kita akan mengetahuinya. Tetapi jika bukan?"

"Eh! Jika bukan, ia akan harus pergi. Dia sudah beruntung bahwa dia layak
disembuhkan."

"Tidak, Petrus. Bahkan meski dia seorang penyembah berhala, Aku tidak akan
mengusirnya. Yesus datang untuk semua orang. Dan sesungguhnya Aku katakan
kepadamu bahwa orang-orang yang hidup dalam kegelapan akan mengungguli
anak-anak dari orang-orang Terang..."

371
Yesus menghela napas panjang. Ia lalu berdiri. Ia mengucap syukur kepada Bapa
dengan sebuah madah dan memberkati semua orang.

Penglihatan berakhir demikian.

Sepintas lalu aku beritahukan bahwa penasehat batinku mengatakan kepadaku,


sejak kemarin sore ketika aku melihat si kusta: "Itu Simon, rasul. Kau akan
melihatnya dan Tadeus datang kepada Guru." Pagi ini, sesudah Komuni Kudus (hari
ini Jumat) aku membuka buku misaku dan aku melihat bahwa ini adalah malam
menjelang pesta Santo Simon dan Yudas, dan Injil besok membicarakan cinta kasih,
nyaris mengulang setiap kata yang aku dengar sebelum penglihatan. Namun, sejauh
ini aku tidak melihat Yudas Tadeus.

372
BAB 56. YUDAS BIN ALFEUS, TOMAS DAN SIMON
DITERIMA SEBAGAI MURID DI SUNGAI
YORDAN

28 Oktober 1944

Engkau indah, o tepian Yordan, seindah dahulu kala pada masa Yesus! Aku
mengagumimu dan terpikat oleh damai hijau-birumu yang khidmat,
mengumandangkan bersama air yang mengalir dan cabang-cabang penuh daun,
alunan semanis melodi.

Aku berada di sebuah jalan yang cukup lebar dan juga terpelihara baik. Pastilah itu
sebuah jalan raya, atau lebih tepatnya sebuah jalan militer, yang dibangun oleh
bangsa Romawi guna menghubungkan wilayah-wilayah dengan ibukota. Jalan itu
lewat dekat sungai, tapi tidak tepat sepanjang sungai. Sesungguhnya jalan itu
dipisahkan dari sungai dengan daerah berhutan, yang fungsinya aku pikir adalah
untuk menggabungkan tepi-tepi sungai dan menampung air pada masa banjir.
Daerah berhutan itu terhampar sepanjang sisi lain jalan, sehingga jalanan tampak
seperti sebuah terowongan alami di mana pepohonan saling menjalin cabang-
cabang mereka yang sarat daun, suatu perlindungan yang berguna bagi para
pengelana saat iklim panas negeri ini.

Di tempat di mana aku berada, sungai, dan sebagai konsekuensinya juga jalan,
membentuk sebuah tikungan yang lebar, sehingga tanggul tampak olehku seperti
sebuah pembatas hijau raksasa yang dibangun untuk memagari sebuah kolam
berair tenang. Kolam itu tampak bagaikan sebuah danau di sebuah taman mewah.
Tetapi airnya tidak setenang air danau. Ia mengalir, meski perlahan. Ini terbukti dari
desiran airnya yang menerjang semak-semak buluh pertama, yang lebih berani yang
tumbuh di sana, di dasar sungai yang berkerikil, dan juga dari terayun-ayunnya
daun-daun panjang rotan yang bak pita, merunduk hingga ke air di mana mereka

373
dibelai dengan manis. Juga sekelompok pohon willow, dengan cabang-cabangnya
yang lentur merunduk, telah mempercayakan ujung-ujung dedaunan hijaunya
kepada sungai, yang menyisir ranting-ranting kecil dengan belaian lembut,
menyerakkan mereka dengan lembut di atas permukan air.

Ada damai dan keheningan di awal pagi hari. Orang hanya dapat merasakan
kicauan burung-burung, desiran air dan dedaunan, kilauan titik-titik embun di atas
rerumputan hijau tinggi yang tumbuh di antara pepohonan, rumput yang belum
dikeraskan atau dikeringkan oleh matahari musim panas, melainkan rumput yang
lembut dan segar, sebab ia muncul sesudah hujan musim semi, yang memberi
makan bumi, hingga ke kedalamannya, dengan kelembaban dan jus yang kaya. Tiga
pengelana berdiri di jalan, di tengah tikungan. Mereka memandang dengan
seksama, ke selatan, di mana Yerusalem berada dan ke utara, di mana Samaria
terhampar. Mereka melihat dengan antusias di antara pepohonan untuk melihat
apakah seseorang sedang datang seperti diharapkan. Mereka adalah Tomas, Yudas
Tadeus dan si kusta yang sudah disembuhkan. Mereka sedang berbicara.

"Dapatkah kau melihat sesuatu?"

"Tidak."

"Aku juga tidak."

"Tetapi di sinilah tempatnya."

"Apakah kau yakin?"

"Aku yakin, Simon. Salah seorang dari keenam orang itu mengatakan kepadaku,
ketika Guru sedang pergi di tengah sorak-sorai orang banyak, setelah mukjizat
penyembuhan seorang pengemis yang timpang, yang disembuhkan di Gerbang
Ikan: 'Kami sekarang pergi dari Yerusalem. Tunggulah kami lima mil antara Yerikho
dan Doco, di tikungan sungai, di jalan di daerah yang berhutan itu.' Ini. Ia juga
mengatakan: 'Kita akan berada di sana tiga hari lagi saat fajar.' Ini adalah hari
ketiga, dan kita sudah berada di sini sebelum fajar."

"Akankah Ia datang? Mungkin seharusnya kita mengikuti-Nya dari Yerusalem."

"Kau masih belum boleh bercampur dengan orang banyak, Simon."

"Jika sepupuku mengatakan kepada kalian untuk datang ke sini, Ia pasti akan
datang ke sini. Ia selalu menepati janji-Nya. Yang perlu kita lakukan hanyalah
menunggu."

"Apakah kau selalu bersama-Nya?"

"Ya, selalu. Sejak Ia kembali ke Nazaret Ia adalah sahabat baikku. Kami selalu
bersama. Usia kami hampir sama, aku sedikit lebih tua. Dan aku adalah kesayangan

374
bapa-Nya, yang adalah saudara bapaku. Juga BundaNya dulu sangat sayang
kepadaku. Aku tumbuh besar lebih bersama-Nya daripada bersama ibuku sendiri."

"Dulu Ia sayang… Apakah Ia tidak begitu lagi menyayangimu sekarang?"

"Oh! Ya, Ia sayang. Tetapi hubungan kami sedikit menjauh sejak Yesus menjadi
seorang nabi. Sanak-saudaraku tidak senang dengan hal itu."

"Sanak-saudara yang mana?"

"Bapaku dan kedua orang saudara laki-laki yang lebih tua. Yang seorang lagi ragu…
Bapaku sudah sangat tua dan aku dulu tak memiliki keberanian untuk menyakitinya.
Tetapi sekarang… Sekarang, tidak lagi. Sekarang aku pergi ke mana hatiku dan
budiku mengatakannya kepadaku. Aku pergi kepada Yesus. Aku pikir aku tidak
melanggar Hukum dengan berbuat demikian. Bagaimanapun... jika apa yang ingin
aku lakukan tidak benar, Yesus akan mengatakannya kepadaku. Aku akan
melakukan apa yang Ia katakan. Apakah benar seorang bapa mencegah anaknya
berbuat baik? Jika aku merasa bahwa keselamatanku di sana, mengapa
mencegahku mencapainya? Mengapakah, terkadang, para bapa kita menjadi musuh
kita?"

Simon menghela napas panjang, seolah dia dikuasai oleh kenangan-kenangan


sedih, ia menundukkan kepalanya, tapi tidak bicara apa-apa.

Sebagai ganti Tomas yang menjawab: "Aku sudah mengatasi halanganku. Bapaku
mendengarkanku dan dia mengerti aku. Dia memberkatiku dengan mengatakan:
'Pergilah. Kiranya Paskah ini menjadi bagimu pembebasan dari perbudakan
penantian. Kau beruntung sebab kau dapat percaya. Aku akan menunggu. Tapi jika
itu sungguh "Dia", dan kau akan mengetahuinya dengan mengikuti-Nya, maka
datang dan katakan kepada bapamu yang sudah tua ini: Marilah, Israel telah
memiliki Dia Yang Dinantikan.'"

"Kau lebih beruntung dari aku. Dan kami selalu hidup berdampingan dengan-Nya!
Dan kami, dalam keluarga, tidak percaya!... Kami mengatakan, yakni: mereka
mengatakan: 'Ia telah menjadi gila!'

"Di sana, di sana ada sekelompok orang," seru Simon. "Itu Dia, itu Dia! Aku
mengenali kepala-Nya yang berwarna terang! Oh! Ayolah! Mari kita lari!"

Mereka mulai berjalan cepat ke arah selatan. Ketika mereka tiba di tengah tikungan,
pepohonan menutup pandangan ke sisa jalan, sehingga kedua kelompok secara tak
disangka-sangka saling berhadapan. Yesus seolah muncul dari sungai, sebab Ia
berada di tengah pepohonan di tepi sungai.

"Guru!" "Yesus!" "Tuhan-ku!"

Ketiga teriakan dari murid, sepupu dan si kusta yang telah disembuhkan penuh
sukacita dan hormat.

375
"Damai bagimu!" Terdengar suara yang indah, jelas, dalam, bergema, tenang,
ekspresif, bening, jantan, manis, tegas! "Kau juga, Yudas, sepupu-Ku, ada di sini?"

Mereka saling berpelukan. Yudas menangis.

"Mengapa kau menangis?"

"Oh! Yesus! Aku ingin tinggal bersama-Mu!"

"Aku menantikanmu selama ini. Mengapakah kau tidak datang?"

Yudas menundukkan kepalanya dan diam.

"Mereka tidak mengijinkanmu! Dan sekarang?"

"Yesus, aku... aku tak dapat mentaati mereka. Aku hanya ingin mentaati-Mu."

"Tetapi Aku tidak memberimu perintah."

"Tidak, Engkau tidak. Tetapi misi-Mu yang memberikannya! Adalah Dia, Yang
mengutus-Mu, Yang berbicara di sini, dalam hatiku, dan berkata kepadaku: 'Pergilah
kepada-Nya.' Adalah Dia, Yang mengandung Engkau, guruku termanis, Yang
dengan tatapan lembut-Nya, selembut merpati, berkata kepadaku tanpa kata:
'Jadilah milik Yesus!'. Dapatkah aku mengabaikan suara surgawi yang menembusi
hatiku itu? Dapatkah aku mengabaikan doa-doa seorang Perempuan yang begitu
Suci, Yang memohon kepadaku demi kebaikanku sendiri? Hanya karena aku
sepupu-Mu dari pihak Yosef, haruskah aku tidak mengenali-Mu sebagaimana
adanya, sementara Pembaptis mengenali-Mu, meski ia tidak pernah bertemu
dengan-Mu, di sini, di tepi sungai ini dan ia menyalami-Mu sebagai "Anak Domba
Allah?" Dan haruskah aku tak dapat berbuat apapun, meski aku dibesarkan
bersama-Mu, dan aku baik sebab aku mengikuti-Mu, dan aku menjadi putera Hukum
melalui BundaMu, dari Siapa aku belajar keenam ratus tigabelas ajaran para rabbi,
di samping Kitab Suci, dan doa-doa, tetapi inti dari semua itu?"

"Dan bapamu?"

"Bapaku? Dia tidak kekurangan roti dan pelayanan, dan lalu... Engkau memberiku
teladan. Engkau memikirkan kesejahteraan orang banyak, bukannya kepentingan
Maria saja. Dan Ia seorang diri. Katakan kepadaku, Guru, tidakkah benar seorang
anak mengatakan kepada bapanya, tanpa mengurangi rasa hormat: Bapa, aku
mengasihimu. Tetapi Allah melampaui engkau dan aku akan mengikuti-Nya'?"

"Yudas, sepupu-Ku dan sahabat-Ku, Aku katakan kepadamu: kau telah membuat
kemajuan yang baik di jalan Terang. Mari. Adalah sah berkata demikian kepada
seorang bapa, apabila adalah Allah Yang memanggil. Tidak ada suatu pun di atas
Allah. Juga hukum-hukum hubungan berakhir, yakni ditinggikan ke suatu martabat,
sebab dengan airmata kita, kita memberikan kepada bapa dan ibu kita pertolongan
yang terlebih besar dan untuk sesuatu yang kekal abadi, bukan untuk jangka waktu

376
singkat di dunia. Kita menarik mereka bersama kita ke Surga, dan dengan
mengurbankan kasih sayang kita, bagi Allah. Jadi, Yudas, tinggallah di sini. Aku
telah menantikanmu dan Aku senang engkau bersama-Ku, sahabat hidup-Ku di
Nazaret."

Yudas tersentuh hatinya.

Yesus berbicara kepada Tomas: "Kau taat dengan setia. Itu adalah keutamaan
utama seorang murid."

"Aku datang sebab aku ingin setia kepada-Mu."

"Dan kau akan setia. Aku berkata kepadamu, yang bersembunyi malu-malu di
tempat persembunyian, kemarilah. Jangan takut."

"Tuhan-ku!" Mantan penderita kusta itu menjatuhkan diri di kaki Yesus.

"Berdirilah. Namamu?"

"Simon."

"Keluargamu?"

"Tuhan-Ku… sungguh kuat… aku kuat juga… Tetapi kedengkian mendalam kaum
sektarian… dan kesalahan-kesalahan masa muda merusakkan kuasanya. Bapaku…
Oh! Aku ingin berbicara melawan dia, yang menyebabkanku menumpahkan begitu
banyak airmata duniawi! Kau lihat, Kau telah melihat warisan yang ia berikan
kepadaku."

"Apakah dia seorang kusta?"

"Bukan. Aku pun bukan. Tapi dia menderita penyakit lain yang kita di Israel
menghubungkannya dengan berbagai bentuk kusta. Dia… lalu karena kastanya
menang, dia hidup dan mati sebagai seorang yang berkuasa, di rumah. Aku… andai
Kau tidak menyelamatkanku, pastilah aku sudah mati di lembah pekuburan."

"Apakah kau sendirian?"

"Ya. Aku punya seorang pelayan setia yang mengurus harta milik yang masih
tersisa. Aku meberikan perintah-perintah kepadanya."

"Dan ibumu?"

"Dia… telah meninggal." Laki-laki itu tampak malu.

Yesus menatap dalam kepadanya. "Simon, kau bertanya kepada-Ku: 'Apakah yang
harus aku lakukan bagi-Mu?' Sekarang aku berkata kepadamu: 'Ikutlah Aku.'"

"Ya, segera Tuhan-ku… Tapi… Tapi aku… ijinkan kukatakan kepada-Mu satu hal.
Aku, aku disebut 'Zelot' oleh karena kasta, dan 'Cananean' [= sekte Yahudi yang

377
dengan sengit menentang kekuasaan Romawi], karena ibuku. Lihat. Kulitku
berwarna gelap. Dalam darahku mengalir darah seorang budak perempuan. Bapaku
tidak memiliki anak dari isterinya, dan dia mendapatkanku dari seorang budak.
Isterinya adalah seorang perempuan yang baik, dan ia membesarkanku seperti
anaknya sendiri, ia merawatku dalam sakitku yang tiada akhir hingga akhir
hayatnya…"

"Tidak ada budak atau orang bebas di mata Allah. Hanya ada satu perbudakan di
mata-Nya: dosa. Dan Aku datang untuk menghapuskannnya. Aku memanggil semua
orang, karena Kerajaan adalah bagi semua orang. Apakah kau seorang terpelajar?"

"Ya. Aku dulu juga memiliki kedudukan di antara orang-orang penting, sepanjang
penyakitku tersembunyi di bawah pakaianku. Tetapi ketika menjalar ke wajahku…
Para musuhku lalu tak dapat percaya, mereka akhirnya dapat mengurungku di
antara 'orang mati', meski seorang dokter Romawi dari Kaisarea, ketika aku
berkonsultasi kepadanya, mengatakan bahwa penyakitku bukan sungguh kusta,
melainkan serpigo yang diturunkan, yang hanya dapat aku tularkan melalui
perkembangbiakan. Mungkinkah aku tidak mengutuki bapaku?"

"Kau tidak boleh mengutukinya. Dia telah menyebabkan begitu banyak masalah
bagimu…"

"Ya! Dia adalah seorang yang suka memboroskan uang, seorang tanpa hati yang
jahat, kejam dan tanpa kasih sedikit pun. Dia membuangku karena kesehatanku, dia
tidak memberiku kasih dan damai, dia memberiku julukan yang memalukan dan
penyakit yang adalah suatu tanda aib… Dia menghendaki segalanya untuk dirinya
sendiri, bahkan tanpa mempedulikan masa depan puteranya. Dia menjauhkanku dri
semuanya, juga dari sukacita menjadi seorang bapa."

"Itulah sebabnya Aku berkata kepadamu: 'Ikutlah Aku.' Sebagai pengikut-Ku kau
akan mendapatkan bapa dan anak-anak. Angkatlah kepalamu, Simon. Di sana,
Bapa Yang Sebenarnya sedang tersenyum kepadamu. Pandanglah dunia semesta,
benua-benua, negeri-negeri: ada anak-anak dan anak-anak di mana-mana; anak-
anak dari jiwa-jiwa bagi yang tak memiliki keturunan. Mereka menantikanmu, dan
banyak yang lain sepertimu juga sedang menanti. Tak ada yang terlantar di bawah
Tanda-Ku. Tak ada kesepian, tak ada perbedaaan dalam Tanda-Ku. Dan itu adalah
tanda kasih yang memberikan kasih. Marilah, Simon-ku yang tak memiliki keturunan.
Marilah, Yudas, yang kehilangan bapamu demi Aku. Aku mempersatukan Diri-Ku
dengan kalian dalam takdir yang sama."

Mereka berdua di samping-Nya. Ia menumpangkan tangan-tangan-Nya pada bahu


mereka seolah Ia sedang menguasai mereka dan mengenakan sebuah kuk yang
lazim atas mereka. Ia lalu berkata: "Dan aku mempersatukan kalian. Tetapi
sekarang Aku akan memisahkan kalian. Simon, kau akan tinggal di sini bersama
Tomas. Kau akan bersamanya mempersiapkan jalan untuk kepulangan-Ku: Aku
akan segera kembali, dan Aku ingin orang-orang menantikan-Ku. Katakan kepada

378
mereka yang sakit bahwa Ia Yang dapat menyembuhkan penyakit mereka, akan
segera atang ke sini: kalian pasti akan mengatakan itu kepada mereka. Katakan
kepada mereka yang menanti, bahwa Mesias ada di antara umat-Nya. Katakan
kepada para pendosa bahwa Ia Yang mengampuni telah datang untuk memberi
mereka kekuatan untuk bangkit…"

"Bisakah kami melakukannya?"

"Ya, kalian bisa. Yang perlu kalian katakan hanyalah: 'Ia telah datang. Ia
memanggilmu. Ia menantikanmu. Ia telah datang untuk menganugerahkan rahmat
berkat. Mari, datanglah menemui-Nya,' dan atas kata-kata ini, tambahkan laporan
mengenai apa yang kalian tahu. Dan kau, Yudas, sepupu-Ku, marilah bersama-Ku.
Tetapi kau akan tinggal di Nazaret."

"Mengapa, Yesus?"

"Sebab kau harus mempersiapkan jalan di tanah kelahiran-Ku. Apakah kau pikir ini
misi yang mudah? Dapat Aku katakan tidak ada yang lebih sulit dari ini…" Yesus
menghela napas panjang.

"Dan apakah aku akan berhasil?"

"Ya dan tidak. Tetapi kau akan layak untuk dinilai."

"Dinilai apanya? Dan oleh siapa?"

"Oleh Allah. Oleh tanah kelahiranmu. Oleh keluargamu. Mereka tidak akan dapat
mengecam kita, sebab kita menawarkan hal-hal yang baik: dan jika tanah kelahiran
dan keluarga meremehkan tawaran kita, kita tidak akan disalahkan atas kesesatan
mereka."

"Dan bagaimana dengan kami?"

"Kau, Petrus? Kau akan kembali ke jalamu."

"Kenapa?"

"Karena Aku akan mengajarimu perlahan-lahan dan Aku akan membawamu


bersama-Ku, apabila Aku dapati kau telah siap."

"Tetapi akankah kami nanti bisa bertemu dengan-Mu?"

"Pasti. Aku akan sering datang untuk menemuimu, atau Aku akan memanggilmu jika
Aku di Kapernaum. Sekarang, marilah mengucapkan salam perpisahan, sahabat-
sahabat-Ku, dan marilah kita pergi. Aku memberkati kalian yang ada di sini. Kiranya
damai-Ku beserta kalian."

Dan penglihatan pun berakhir.


379
BAB 57. KEMBALI KE NAZARET SESUDAH PASKAH
BERSAMA KEENAM MURID

31 Oktober 1944

Yesus berada dekat Nazaret bersama sepupu dan keenam murid-Nya. Dari puncak
bukit di mana mereka berada, desa yang putih dapat terlihat di antara hijau
pepohonan, dengan rumah-rumahnya tersebar di atas permukaan tanah yang naik
turun dengan manis, dengan lembut menurun di beberapa tempat, dan lebih curam
di tempat-tempat lainnya.

"Di sinilah kita, sahabat- sahabat-Ku. Itu rumah-Ku. BundaKu di rumah sebab ada
asap membubung dari rumah. Mungkin Ia sedang memanggang roti. Aku tidak akan
meminta kalian untuk tinggal bersama-Ku, karena Aku pikir kalian pastilah ingin
segera pulang ke rumah kalian. Tapi jika kalian ingin berbagi roti dengan-ku dan
bertemu dengan BundaKu, dengan siapa Yohanes telah bertemu, maka Aku
katakan kepada kalian: "Marilah".

Keenam murid, yang telah bersedih hati sebab perpisahan yang akan segera tiba,
semuanya bergembira kembali dan mereka menerima undangan dengan sepenuh
hati.

"Jika begitu, marilah kita pergi."

Mereka menuruni bukit kecil dengan cepat dan mengambil jalan utama. Saat itu
senja hari. Udara masih hangat, tetapi bayang-bayang senja telah menyelimuti
wilayah itu, di mana panenan mulai masak.

Mereka memasuki desa. Perempuan-perempuan datang dan pergi dari sumber


mataair, para lelaki berdiri di ambang pintu bengkel kecil mereka atau bekerja di
kebun sayur-mayur dan buah-buahan. Mereka melambaikan tangan kepada Yesus
dan Yudas. Anak-anak kecil berdesakan sekeliling Yesus.

"Kau telah kembali?", "Apakah Kau akan tinggal di sini sekarang?", "Roda gerobak
kecilku patah lagi.", "Kau tahu, Yesus. Aku punya seorang inang pengasuh baru,
dan mereka memanggilnya Maria.", "Guru sekolah mengatakan bahwa aku telah
belajar semuanya dan bahwa aku adalah putera sejati Hukum.", Sara tidak di sini,
sebab ibunya sakit keras. Ia menangis, sebab ia takut.", "Saudaraku Ishak menikah.
Kami mengadakan pesta yang meriah."

Yesus mendengarkan, membelai, memuji dan menjanjikan pertolongan-Nya.

Begitulah mereka tiba di rumah. Maria sudah ada di depan pintu, karena seorang
anak laki-laki yang baik memberitahu-Nya.

380
"Nak!"

"Bunda!"

Mereka saling berpelukan. Maria, yang tubuh-Nya jauh lebih kecil dibanding Yesus,
bersandar dengan kepala-Nya pada dada PutraNya, terengkuh dalam pelukan-Nya.
Yesus mencium rambut pirang-Nya. Lalu mereka masuk ke dalam rumah.

Para murid, termasuk Yudas, tetap di luar, membiarkan Yesus dan Maria bebas
dalam melepas rindu mereka.

"Yesus! PutraKu!" suara Maria gemetar, seolah tercekik oleh isak tangis.

"Kenapa Bunda, mengapa Engkau begitu bersedih hati?"

"Oh! Nak. Mereka mengatakan... Di Bait Allah, hari itu, ada beberapa orang Galilea
dan beberapa orang Nazaret... Mereka kembali… dan mereka katakan kepada-Ku...
Oh! Nak!"

"Tetapi Kau sendiri lihat, Bunda, bahwa Aku baik-baik saja. Aku tidak menderita
luka. Allah dimuliakan di Rumah-Nya"

"Ya, Aku tahu, Putra jantung hati-Ku. Aku tahu itu seperti halilintar yang
membangunkan mereka yang tidur. Dan Aku bahagia atas kemuliaan yang diberikan
kepada Allah... Aku bahagia karena orang-orang-Ku ini bangun terhadap Allah... Aku
tidak mencela-Mu… Aku tak akan menjadi penghalang bagi-Mu... Aku memahami-
Mu dan… Aku bahagia, tapi Aku yang melahirkan-Mu, Nak!...."

Maria masih ada dalam rengkuhan Yesus dan Ia berbicara dengan kedua tangan
mungil-Nya yang terbuka menempel pada dada PutraNya, kepala-Nya menengadah
ke arah-Nya, kedua mata-Nya berkilau oleh airmata yang siap menggulir di pipi-Nya.
Maria sekarang diam, menyandarkan kepala-Nya pada dada Yesus. Maria tampak
seperti seekor tekukur abu-abu, dalam balutan gaun abu-abu-Nya, yang dinaungi
oleh dua sayap putih yang kuat, sebab Yesus masih mengenakan jubah putih dan
mantol-Nya.

"Bunda! Bunda yang malang! Bunda terkasih!..." Yesus mencium-Nya lagi.

Ia lalu berkata: "Baiklah, lihat? Aku di sini, tapi Aku tidak sendiri. Aku bersama
dengan murid-murid-Ku yang pertama, sementara murid-murid yang lain ada di
Yudea. Juga sepupu-Ku Yudas bersama-Ku dan mengikuti-Ku...."

"Yudas?"

"Ya, Yudas. Aku tahu mengapa Engkau terkejut. Di antara mereka yang bercerita
kepada-Mu, pasti ada Alfeus dan putera-puteranya, dan Aku tak akan salah jika Aku
katakan kepada-Mu bahwa mereka mengkritik-Ku. Tapi jangan takut. Hari ini begini,
besok akan berbeda. Orang haruslah diolah seperti tanah, dan di mana ada duri-

381
duri, akan ada mawar-mawar. Yudas, yang begitu Engkau kasihi, sudah bersama-
Ku."

"Di mana dia sekarang?"

"Di luar, bersama yang lain. Apakah Bunda punya cukup roti untuk semuanya?"

"Ya, Nak. Maria Alfeus baru saja mengeluarkannya dari oven. Maria sangat baik
kepada-Ku, terutama sekarang."

"Allah akan memberinya kemuliaan."

Yesus berjalan menuju pintu dan memanggil: "Yudas! Ibumu di sini! Masuklah,
sahabat-sahabat-Ku!"

Mereka masuk dan memberi salam kepada Bunda Yesus. Yudas mencium-Nya dan
lalu lari mencari ibunya. Yesus memperkenalkan kelima murid dengan menyebutkan
nama mereka: Petrus, Andreas, Yakobus, Natanael, Filipus. Yohanes, yang telah
bertemu dengan Maria sebelumnya, berbicara kepada-Nya segera sesudah Yudas,
membungkuk kepada-Nya dan menerima berkat-Nya.

Maria menyambut mereka dan mempersilakan mereka duduk. Maria adalah nyonya
rumah dan meski memuja YesusNya dengan tatapan mata-Nya - jiwa-Nya tampak
berbicara kepada PutraNya melalui mata-Nya - Ia melayani tamu-tamu-Nya. Ia
hendak mengambil air untuk menyegarkan mereka, tetapi Petrus menolak: "Tidak,
Perempuan. Aku tak dapat membiarkan itu. Duduklah dekat PutraMu, Bunda yang
Kudus. Aku akan pergi, kami semua akan pergi ke kebun sayur-mayur dan buah-
buahan untuk menyegarkan diri."

Maria Alfeus bergegas masuk, belepotan dengan tepung roti. Dia menyambut Yesus
yang memberkatinya, dan lalu menghantar keenam tamu ke kebun sayur-mayur dan
buah-buahan, ke sumber mata air, dan kembali dengan gembira.

"Oh! Maria!" katanya kepada Santa Perawan, "Yudas mengatakannya kepadaku.


Betapa bahagia hatiku! Untuk Yudas dan untuk-Mu, saudara iparku terkasih. Aku
tahu bahwa yang lain akan memakiku. Tapi tak mengapa. Aku akan sangat bahagia
pada hari aku tahu bahwa mereka semua mengikuti Yesus. Kita ini para ibu dan kita
tahu... kita merasakan apa yang baik bagi anak-anak kita. Dan aku merasa bahwa
Engkau, Yesus, adalah kekayaan bagi anak-anakku."

Yesus membelai kepalanya dan tersenyum kepadanya.

Para murid masuk kembali dan Maria Alfeus menyajikan kepada mereka roti yang
harum baunya, buah zaitun dan keju. Kemudian dia membawakan sebuah amphora
kecil berisi anggur merah, yang dituangkan Yesus bagi para sahabat-Nya. Adalah
selalu Yesus yang menawarkan dan lalu membagikan. Pada awalnya para murid
agak malu-malu, kemudian mereka menjadi lebih nyaman dan mereka berbicara
mengenai rumah mereka, mengenai perjalanan ke Yerusalem, mengenai mukjizat-

382
mukjizat yang dilakukan Yesus. Mereka penuh semangat dan cinta dan Petrus
berusaha membuat persepakatan dengan Maria agar dapat dibawa oleh Yesus saat
itu juga, tanpa harus menunggu di Betsaida.

"Lakukanlah apa yang dikatakan-Nya kepadamu," desak Maria dengan seulas


senyum lembut. "Penantian itu akan lebih berguna bagimu dibandingkan
keikutsertaan yang segera. Apapun yang dilakukan oleh Yesus-Ku selalu baik
adanya."

Pengharapan Petrus pun sirna. Akan tetapi ia taat dengan kepatuhan yang tulus. Ia
hanya menanyakan: "Apakah akan lama?"

Yesus tersenyum kepadanya, namun tak mengatakan sepatah kata pun.

Maria mengartikan senyum Yesus sebagai suatu tanda yang baik dan Ia
menjelaskan: "Simon anak Yohanes, Ia tersenyum... karena itu aku berkata
kepadamu: secepat seekor burung layang-layang terbang menyeberangi danau,
akan seperti itulah lamanya penantianmu dalam ketaatan...."

"Terima kasih, Perempuan."

"Tak adakah yang hendak kau katakan Yudas? Dan kau, Yohanes?"

"Aku sedang menatap Engkau, Maria."

"Dan aku juga."

"Aku juga menatap kalian... dan tahukah kalian? Ini mengingatkan-Ku akan hari-hari
di masa lalu. Pada waktu itu, juga tiga pasang mata menatap-Ku penuh kasih.
Ingatkah kau, Maria, ketiga orang murid-Ku?"

"Oh! Aku ingat! Kau benar sekali! Dan bahkan sekarang, tiga pasang mata yang
nyaris sebaya, sedang menatap-Mu dengan kasih mereka. Dan aku pikir Yohanes
mirip Yesus, sama seperti Yesus waktu itu, kulitnya begitu putih bersih dan
kemerahan, yang termuda dari semua."

Yang lain antusias mengetahui lebih banyak… dan kenangan serta kisah-kisah
masa lalu dihadirkan kembali dan diceritakan. Hari mulai gelap.

"Sahabat-sahabat-Ku, Aku tak punya kamar tidur. Tapi bengkel di mana Aku biasa
bekerja ada di sana. Jika kalian mau menginap di sana… Tetapi tak ada apa-apa
kecuali bangku-bangku di dalamnya."

"Sebuah tempat tidur yang nyaman bagi nelayan, yang biasa tidur di atas papan-
papan yang sempit. Terima kasih, Guru. Suatu kehormatan dan berkat bisa tidur di
rumah-Mu."

Mereka undur diri sesudah mengucapkan selamat malam. Yudas juga pulang ke
rumah bersama ibunya. Yesus dan Maria tinggal di ruangan itu, duduk di atas

383
sebuah peti, dalam temaram cahaya minyak lampu kecil, dengan saling
melingkarkan lengan pada bahu yang lain, dan Yesus menceritakan kepada Maria
perjalanan-Nya baru-baru ini. Dan Maria mendengarkan dengan suka hati, antusias,
bahagia.

Penglihatan berakhir demikian.

384
BAB 58. PENYEMBUHAN SEORANG BUTA DI
KAPERNAUM

7 Oktober 1944

Yesus berbicara, dan aku langsung menjadi tenang dan sukacita akan damai
cemerlang yang begitu rupa membuat hatiku bergembira: "Lihat. Ia begitu suka akan
episode mengenai orang buta. Mari memberinya yang lain." Dan aku pun melihat.

Aku melihat matahari terbenam musim panas yang cantik. Matahari telah membakar
seluruh langit sebelah barat dan Danau Genesaret tampak bagai sebuah cakram
raksasa yang terbakar, di bawah langit yang terik.

Jalan-jalan di Kapernaum baru saja mulai menjadi ramai; para perempuan pergi ke
mataair, para nelayan mempersiapkan jala dan perahu mereka untuk mencari ikan
pada malam hari, anak-anak berlarian bermain di jalanan, keledai-keledai kecil
dengan keranjang-keranjang pergi ke wilayah pedesaan, mungkin untuk
mendapatkan sayuran.

Yesus muncul di sebuah pintu yang terbuka ke arah sebuah halaman kecil yang
sepenuhnya dinaungi oleh pohon anggur dan sebuah pohon ara. Dekatnya ada
sebuah jalan setapak dari batu, yang terbentang sepanjang danau. Pastilah itu
rumah Petrus, sebab ia ada di tepi pantai bersama Andreas, sedang menata
keranjang-keranjang ikan dan jala dalam perahu perahu, memeriksa tempat-tempat
duduk dan gulungan-gulungan tali. Ia mempersiapkan segala sesuatunya untuk
menangkap ikan, dan Andreas membantunya, datang dan pergi dari rumah ke
perahu.

Yesus bertanya kepada rasul-Nya: "Apakah hasil tangkapan akan banyak?"

385
"Cuacanya tepat. Airnya tenang, bulan akan bersinar terang. Ikan-ikan akan datang
dari dasar ke permukaan dan jalaku akan menangkapnya."

"Apakah kita akan pergi sendirian?"

"Oh! Guru! Bagaimana kita dapat bekerja sendiri dengan jala seperti ini?"

"Aku belum pernah pergi menangkap ikan dan Aku berharap kau mengajari-Ku."
Yesus turun dengan sangat perlahan menuju danau dan Ia berhenti dekat perahu, di
atas pasir yang kasar dan berkerikil.

"Lihatlah, Guru. Inilah yang kita lakukan. Aku pergi berdampingan dengan perahu
Yakobus Zebedeus, dan begitulah kita pergi ke tempat yang tepat, kedua perahu
bersama-sama. Kemudian kita menurunkan jala. Kita memegang satu ujungnya.
Kau katakan bahwa Kau ingin yang memegangnya."

"Ya, asal kau katakan kepada-Ku apa yang harus Aku lakukan."

"Oh! Engkau hanya perlu memperhatikannya bergerak turun. Jala harus diturunkan
perlahan-lahan tanpa membuatnya kusut. Sangat perlahan, sebab kita akan berada
di area penangkapan ikan, dan setiap gerakan kasar akan menghalau pergi
ikan. Tanpa kusut, jika tidak jala akan menutup, dan harus dibuka seperti tas, atau
jika Kau lebih suka mengatakan, seperti kerudung yang diterbangkan angin. Lalu,
jika jala sudah sepenuhnya diturunkan, kita akan mendayung perlahan, atau kita
dapat memasang layar, tergantung keadaan, membentuk setengah lingkaran di
danau. Dan apabila kita tahu dari getaran pada alat pengancing bahwa
tangkapannya banyak, kita bergerak menuju pantai. Apabila kita hampir tiba di
pantai - bukan sebelumnya untuk menghindari resiko kehilangan semua ikan; dan
bukan sesudahnya, untuk menghindari rusaknya baik ikan maupun jala akibat kerikil
- kita akan menarik jalanya. Pada tahap ini kita harus sangat berhati-hati, sebab
perahu-perahu haruslah saling berdekatan guna memungkinkan perahu yang satu
menangkap ujung jala dari ujung yang lain, tetapi perahu tidak boleh
bertabrakan, untuk menghindari robeknya jala yang sarat ikan. Tolong, Guru,
berhati-hatilah, itu adalah makanan kami sehari-hari. Perhatikanlah jalanya, agar
hentakan jangan sampai membalikkannya. Ikan-ikan berontak demi kebebasan
mereka dengan hentakan-hentakan kuat ekor mereka, dan jika jumlah mereka
banyak… Kau mengerti… Ikan-ikan itu kecil, tapi jika ada sepuluh, seratus, bahkan
seribu menjadi satu, mereka akan menjadi sekuat Goliat."

"Sama halnya dengan dosa, Petrus. Bagaimanapun, satu kesalahan bukannya tak
terampuni. Tapi jika orang tidak berhati-hati dalam mengendalikan diri, dan ia
menambahkan kesalahan pada kesalahan, pada akhirnya satu kesalahan kecil,
mungkin satu kealpaan, atau satu kelemahan kecil, akan menjadi lebih dan lebih
besar, menjadi suatu kebiasaan, menjadi suatu cacat cela yang besar. Terkadang
orang mulai dengan suatu pandangan birahi dan berakhir dengan melakukan
perzinahan. Terkadang, sekedar kurang kasih ketika berbicara kepada seorang

386
saudara, orang sampai pada melakukan kekerasan pada sesama. Jangan pernah,
jangan pernah membiarkan kesalahan meningkat dalam keseriusan dan dalam
jumlah, jika kau ingin menghindari masalah! Kesalahan menjadi berbahaya dan
menguasai seperti Ular jahanam sendiri, dan akan menyeretmu masuk ke dalam
Gehenna [=lembah di sebelah selatan Yerusalem yang terkenal akan kurban
berhala di mana anak-anak dibakar dalam api]."

"Apa yang Kau katakan benar, Guru… Tetapi kami sangat lemah!"

"Kepedulian dan doa dibutuhkan untuk menjadi kuat dan mendapatkan pertolongan,
bersama dengan kehendak yang kuat untuk tidak berdosa. Dan kau harus
mempunyai kepercayaan penuh pada keadilan penuh kasih Bapa."

"Apakah Kau pikir Ia tidak akan terlalu keras terhadap Simon yang malang?"

"Ia mungkin keras terhadap Simon tua. Tetapi terhadap Petrus-Ku, dengan manusia
baru, manusia dari KristusNya. .. tidak, Petrus, tidak akan. Ia mengasihimu dan akan
selalu mengasihimu."

"Dan bagaimana denganku?"

"Kau juga, Andreas; dan Yohanes, Yakobus, Filipus dan Natanael. Kalian adalah
yang pertama dipilih oleh-Ku."

"Apakah akan ada yang lain lagi? Ada sepupu-Mu di Yudea…"

"Oh! Akan ada banyak lagi. Kerajaan-Ku terbuka bagi segenap umat manusia dan
dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa hasil tangkapan-Ku, pada
malam-malam sepanjang abad, akan jauh lebih berlimpah dibanding hasil tangkapan
terbanyakmu... Sebab satu abad adalah satu malam di mana bukan terang murni
Orion ataupun terang bulan bahari yang akan menjadi pembimbing dan terang umat
manusia, melainkan sabda Kristus dan Rahmat yang akan Ia anugerahkan; suatu
malam yang akan menjadi fajar suatu hari yang tanpa matahari terbenam dan suatu
hari terang di mana segenap umat beriman akan hidup, dan akan menjadi fajar dari
suatu terang matahari yang akan menjadikan mereka semua yang terpilih
bercahaya, indah, bahagia untuk selamanya, bahkan seperti allah-allah. Allah-allah
kecil, anak-anak Allah Bapa dan seperti Aku… Tidaklah mungkin kau memahaminya
sekarang. Tetapi dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa hidup
Kristianimu akan menyebabkanmu serupa dengan Tuan-mu, dan kau akan bersinar
di Surga dengan tanda-tanda-Nya. Jadi, kendati iri dengki Setan dan lemahnya
kehendak manusia, hasil tangkapan-Ku akan jauh lebih berlimpah dibanding hasil
tangkapanmu."

"Tetapi apakah kami akan menjadi satu-satunya rasul-Mu?"

"Adakah kau iri, Petrus? Tidak, jangan! Orang-orang lain akan datang dan dalam
hati-Ku akan ada kasih bagi setiap orang. Janganlah tamak, Petrus. Kau belum tahu

387
siapa Yang mengasihimu. Pernahkah kau menghitung bintang-bintang? Atau kerikil
di kedalaman danau? Tidak, kau tak dapat. Dan bahkan terlebih sulit kau akan dapat
menghitung detak kasih yang didenyutkan hati-Ku. Pernahkah kau dapat
menghitung berapa kali danau ini menghempas pantai dengan gelombang-
gelombangnya dalam kurun waktu duabelas bulan? Tidak, kau tidak akan pernah
dapat melakukannya. Dan bahkan terlebih sulit kau akan dapat menghitung
gelombang-gelombang kasih yang dicurahkan hati-Ku untuk mengecup manusia.
Yakinlah akan kasih-Ku, Petrus."

Petrus meraih tangan Yesus dan menciumnya. Ia sangat tersentuh.

Andreas melihatnya, namun tak berani meraih tangan Yesus. Akan tetapi Yesus
membelai rambutnya dengan tangan-Nya seraya berkata: "Aku juga sangat
mengasihimu. Pada saat fajar harimu, tanpa harus membuka mata, kau akan
melihat Yesus-mu tercermin di kubah surga, dan Ia akan tersenyum kepadamu
untuk mengatakan: "Aku mengasihimu. Marilah", dan kematianmu pada saat fajar
akan lebih manis dibanding memasuki kamar pengantin."

"Simon! Simon! Andreas! Aku ada di sini... Aku datang…"

Yohanes bergegas menyambut mereka, dengan terengah-engah. "Oh! Guru!


Apakah aku membuat-Mu menunggu?" Yohanes menatap Yesus dengan tatapan
seorang kekasih.

Petrus menjawab; "Sejujurnya, aku baru saja mulai berpikir bahwa kau tak lagi
datang. Segera siapkan perahumu. Dan Yakobus?..."

"Yah... kami terlambat karena seorang buta. Dia mengira Yesus ada di rumah kami
dan dia datang ke sana. Kami katakan kepadanya; "Ia tidak ada di sini. Mungkin Ia
akan menyembuhkan besok. Tunggu sajalah." Tapi dia tidak mau menunggu.
Yakobus mengatakan kepadanya: "Kau telah begitu lama menunggu untuk melihat
terang, apa salahnya jika kau harus menunggu semalam lagi?" Tetapi dia bersikeras
tidak mau mendengarkan… "

"Yohanes, andai kau yang buta, adakah kau akan antusias untuk melihat ibumu?"

"Eh!... sudah pasti!"

"Jadi bagaimana? Di manakah orang buta itu?"

"Dia datang bersama Yakobus. Dia memegangi mantolnya dan tak mau
melepaskannya. Tapi dia sangat lambat sebab pantai penuh bebatuan, dan dia
tersandung jatuh… Guru, apakah Kau mau memaafkan aku karena berkeras hati?"

"Ya, Aku maafkan, tetapi sebagai silih, pergi dan bantulah orang buta itu dan
bawalah dia kepada-Ku."

388
Yohanes segera berlari. Petrus menggelengkan kepala, tetapi tidak mengatakan
apa-apa. Ia melihat langit yang menjadi biru setelah berwarna tembaga, ia melihat
danau dan perahu-perahu lain yang telah berangkat menangkap ikan dan ia
menghela napas.

"Simon?"

"Guru?"

"Jangan khawatir. Kau akan memperoleh hasil tangkapan yang banyak, bahkan
meski kau adalah yang terakhir berangkat."

"Juga saat ini?"

"Setiap kali kau bermurah hati, Allah akan menganugerahimu rahmat berlimpah."

"Ini si buta."

Orang buta itu maju ke depan dengan diapit oleh Yakobus dan Yohanes. Dia
memegang sebuah tongkat bantu jalan di tangannya, tetapi saat itu tak
digunakannya. Dia berjalan lebih baik, dengan ditopang oleh kedua orang.

"Ini, sobat, Guru ada di hadapanmu."

Orang buta itu berlutut: "Tuhan-ku! Kasihanilah aku."

"Apakah kau ingin melihat? Berdirilah. Berapa lama kau buta?"

Keempat murid bergerombol sekeliling dua yang lainnya.

"Tujuh tahun, Tuhan. Sebelumnya, aku dapat melihat dengan baik, dan aku bekerja.
Aku seorang pandai besi di Kaisarea di Laut. Usahaku lumayan. Pelabuhan,
perdagangan yang baik, mereka selalu membutuhkanku untuk satu dan lain
pekerjaan. Tetapi ketika sedang menempa sepotong besi untuk membuat sebuah
jangkar, dan Engkau dapat bayangkan betapa panas membaranya agar dapat
lentur, suatu serpihan memercik, dan membakar mataku. Mataku sudah sakit karena
panasnya tempaan. Aku kehilangan mata yang terluka, dan juga mata yang satunya
menjadi buta sesudah tiga bulan. Aku sudah menghabiskan seluruh tabunganku,
dan sekarang aku hidup dari belas kasihan…"

"Apakah kau hidup sendiri?"

"Aku menikah dan mempunyai tiga orang anak kecil...; aku bahkan belum pernah
melihat wajah yang seorang… dan aku punya seorang ibu yang sudah lanjut usia.
Meski begitu dia dan istriku bekerja demi mendapatkan sedikit roti, dan dengan apa
yang mereka dapatkan dan sedekah yang aku bawa pulang, kami bisa bertahan dari
kelaparan. Andai aku sembuh!... Aku akan kembali bekrja. Yang aku minta hanyalah
dapat bekerja seperti seorang Israel yang baik dan dengan demikian dapat
menghidupi mereka yang aku kasihi."

389
"Dan kau datang kepada-Ku? Siapa yang memberitahumu?"

"Seorang kusta yang Kau sembuhkan di kaki Gunung Tabor, ketika Engkau kembali
ke danau sesudah khotbah-Mu yang indah."

"Apa yang dikatakannya kepadamu?"

"Bahwa Engkau dapat melakukan segalanya. Bahwa Kau adalah kesehatan bagi
tubuh dan jiwa. Bahwa Kau adalah terang bagi jiwa dan tubuh, sebab Kau adalah
Terang Allah. Dia, meski seorang kusta, berani berbaur dengan orang banyak,
dengan resiko dirajam, sepenuhnya terbungkus dalam mantolnya, sebab ia telah
melihat-Mu lewat dalam perjalanan ke gunung, dan wajah-Mu telah menyalakan
harapan dalam hatinya. Dia mengatakan kepadaku: 'Aku melihat sesuatu dalam
wajah itu yang berbisik kepadaku: "Ada kesehatan di sana. Pergilah!" dan aku pun
pergi.' Kemudian dia mengulang khotbah-Mu kepadaku dn memberitahuku bahwa
Kau menyembuhkannya, menyentuhnya dengan tangan-Mu, tanpa rasa jijik. Ia
sedang dalam perjalanan pulang dari imam sesudah pentahirannya. Aku
mengenalnya. Aku melakukan suatu pekerjaan untuknya semasa ia memiliki sebuah
toko di Kaisarea. Aku datang, menfari-Mu di setiap kota dan desa. Sekarang aku
telah menemukan-Mu… Berbelas-kasihanlah kepadaku!"

"Marilah. Terang masih terlalu benderang untuk orang yang keluar dari kegelapan!"

"Jadi, apakah Engkau akan menyembuhkanku?"

Yesus membawanya ke rumah Petrus, dalam temaram cahaya kebun sayur-mayur


dan buah-buahan, Ia menempatkannya di depan-Nya Sendiri, dalam posisi begitu
rupa sehingga matanya yang sembuh tidak melihat, sebagai penglihatannya yang
pertama, danau yang masih berkilauan dalam cahaya. Laki-laki itu tampak seperti
seorang kanak-kanak yang sangat taat; ia patuh tanpa mengajukan pertanyaan.

"Bapa! Terang-Mu bagi putera-Mu ini!" Yesus telah mengulurkan kedua tangan-Nya
di atas kepala laki-laki yang berlutut itu. Ia tetap dalam sikap itu untuk sementara
waktu. Ia lalu membasahi ujung-ujung jemari-Nya dengan ludah dan dengan tangan
kanan-Nya Ia menyentuh lembut kedua mata yang terbuka, namun tidak melihat.

Sesaat. Lalu orang itu mengejapkan matanya, menggosok-gosok kelopak matanya


seolah ia baru bangun dari tidur, dan matanya kabur.

"Apakah yang kau lihat?"

"Oh! ... oh! ... oh! ... Allah yang kekal! Aku pikir ... aku pikir ... oh! bahwa aku bisa
melihat ... Aku melihat mantol-Mu ... warnanya merah, bukan? Dan tangan yang
putih ... dan ikat pinggang wol ... oh! Yesus yang baik ... Aku bisa melihat lebih dan
lebih baik, semakin aku terbiasa melihat ... Ada rumput di tanah ... dan itu pasti
sebuah sumur ... dan ada pohon anggur ..."

390
"Berdirilah, sahabat-Ku."

Laki-laki yang menangis dan tertawa itu berdiri, dan setelah sejenak ragu-ragu
antara hormat dan ingin, ia mengangkat wajahnya dan beradu mata dengan Yesus:
Yesus tersenyum penuh cinta belas kasihan. Sungguh suatu yang indah, pulih dari
penglihatanmu dan melihat wajah itu sebagai hal pertama yang dilihat! Laki-laki itu
memekik girang dan merentangkan kedua tangannya. Ini suatu tindakan naluriah.
Namun ia mengendalikan diri

Akan tetapi Yesus merentangkan kedua tangan-Nya dan menarik laki-laki yang jauh
lebih pendek dari-Nya itu ke dalam pelukan-Nya. "Pulanglah, sekarang, dan jadilah
bahagia dan benar. Pergilah dalam damai-Ku."

"Guru, Guru! Tuhan! Yesus! Kudus! Terberkati! Terang ... Aku melihat ... Aku melihat
semuanya! ... Ada danau yang biru, langit cerah, matahari terbenam, dan lalu bulan
yang bertambah besar ... Tetapi adalah dalam mata-Mu aku melihat biru yang paling
indah dan jernih, dan dalam Engkau aku melihat keindahan matahari yang paling
sejati, dan cahaya murni bulan terberkati. Engkau adalah Bintang bagi mereka yang
menderita, Terang bagi yang buta, Kerahiman yang hidup dan aktif!"

"Aku adalah Terang bagi jiwa-jiwa. Jadilah anak Terang."

"Ya, Yesus, selalu. Setiap kali aku menutup mataku yang terlahir kembali, aku akan
memperbaharui ikrarku. Diberkatilah kiranya Engkau dan Yang Mahatinggi."

"Diberkatilah Bapa yang Mahatinggi! Pergilah!"

Dan laki-laki itu pergi, bahagia, percaya diri, sementara Yesus dan para rasul-Nya
yang takjub masuk ke dalam dua buah perahu dan memulai perjalanan pelayaran
mereka.

Dan penglihatan pun berakhir.

391
BAB 59. SEORANG KERASUKAN SETAN DI KAPERNAUM
DISEMBUHKAN DI SINAGOGA

2 November 1944

Aku melihat sinagoga di Kapernaum. Sinagoga sudah penuh sesak dengan orang-
orang yang menunggu. Mereka yang dekat pintu sesekali melontarkan pandangan
ke lapangan, yang masih bermandikan cahaya, meski sudah hampir sore. Akhirnya,
ada seruan: "Rabbi datang!" Mereka semua berpaling ke arah pintu, orang-orang
yang lebih pendek berjinjit atau berusaha menerobos ke depan. Sebagian mulai
bercakap-cakap dan berdesakan, kendati kecaman dari mereka yang bertugas di
sinagoga dan dari para tetua kota.

"Semoga damai bersama semua orang yang mencari Kebenaran." Yesus berada di
pintu masuk dan Ia menyalami mereka, memberkati dengan tangan-tangan-Nya
terulur ke depan. Perawakan-Nya yang tinggi mencolok dalam terang cemerlang
lapangan yang bermandikan cahaya. Ia telah menanggalkan mantol putih-Nya dan
mengenakan mantol biasanya yang berwarna biru tua. Ia menerobos di antara orang
banyak yang membuka jalan dan lalu berdesakan sekeliling-Nya, bagai gelombang-
gelombang sekeliling sebuah perahu.

"Aku sakit, sembuhkanlah aku!" erang seorang pemuda yang tampaknya sakit paru-
paru, seraya merenggut mantol Yesus.

Yesus menempatkan tangan-Nya ke atas kepalanya dan berkata: "Percayalah. Allah


akan mendengarkanmu. Biarlah Aku berbicara kepada orang banyak sekarang,
nanti Aku akan datang kepadamu."

Pemuda itu melepaskan-Nya dan menjadi tenang.

"Apa yang dikatakan-Nya kepadamu?" tanya seorang perempuan dengan seorang


kanak-kanak dalam gendongannya.

"Ia mengatakan bahwa sesudah Ia berbicara kepada orang banyak, Ia akan datang
kepadaku."

"Jadi, apakah Ia akan menyembuhkanmu?"

"Aku tidak tahu. Ia berkata: 'Percayalah.' Aku hanya dapat berharap."

"Apa yang dikatakan-Nya? Apa yang dikatakan-Nya?"

Orang-orang ingin tahu. Jawaban Yesus diulang-ulang di antara orang banyak.

"Kalau begitu, aku akan membawa anakku."

392
"Dan aku akan membawa ayahku yang sudah tua ke sini."

"Oh! Seandainya Aggaeus mau datang! Akan aku coba… tapi ia tak akan mau
datang."

Yesus sudah tiba di tempat-Nya. Ia menyalami kepala sinagoga yang membalas


salam-Nya. Kepala sinagoga adalah seorang yang kecil, gemuk, agak tua. Saat
berbicara kepadanya, Yesus membungkukkan badan. Seperti sebatang pohon
palma yang merunduk di atas sebuah semak-semak yang melebar dan bukannya
meninggi.

"Apa yang harus kuberikan kepada-Mu?" tanya orang kecil itu.

"Apapun yang kau kehendaki, atau apapun secara acak. Roh akan menjadi
penuntun kita."

"Tetapi… apakah Kau akan siap?"

"Ya. Berilah Aku satu gulungan kitab secara acak. Aku berkata kepadamu: Roh
Tuhan akan membimbing pilihan untuk orang-orang ini."

Kepala sinagoga mengulurkan tangannya ke arah tumpukan gulungan kitab,


mengambil satu dan membukanya; ia berhenti pada satu baris tertentu. "Ini,"
katanya.

Yesus mengambil gulungan kitab dan mulai membaca pada baris yang ditunjukkan:
"Yosua: 'Bangunlah, kuduskanlah bangsa itu dan katakan: Kuduskanlah dirimu untuk
esok hari, sebab, demikianlah firman TUHAN, Allah Israel: Hai, orang Israel ada
barang-barang yang dikhususkan di tengah-tengahmu; kamu tidak akan dapat
bertahan menghadapi musuhmu, sebelum barang-barang yang dikhususkan itu
kamu jauhkan dari tengah-tengah kamu.'" Yesus berhenti; Ia menggulung perkamen
dan menyerahkannya kembali.

Orang banyak mencurahkan perhatian. Hanya satu yang berbisik: "Kita akan
mendengar kata-kata yang sangat indah melawan para musuh kita!" "Raja Israel,
Yang Dijanjikan, Yang mengumpulkan umat-Nya!"

Yesus merentangkan kedua tangan-Nya dalam sikap oratorial seperti yang biasa Ia
lakukan. Keheningan sekarang menjadi sempurna.

"Ia yang datang untuk menguduskan kalian, telah bangkit. Ia telah keluar dari rumah-
Nya yang rahasia, di mana Ia mempersiapkan Diri untuk misi ini. Ia memurnikan Diri
guna memberi kalian suatu teladan kemurnian. Ia menetapkan posisi-Nya dengan
mereka yang berkuasa di Bait Allah dan dengan umat Allah, dan sekarang berada di
tengah-tengah kalian. Dia-lah Aku. Tidak seperti yang dipikirkan dan diharapkan
sebagian orang, dengan pikiran keruh dan kekacauan hati. Kerajaan di mana Aku
adalah Raja mendatang dan yang kepadanya Aku memanggil kalian, terlebih mulia
dan terlebih agung.

393
Aku memanggil kalian, Israel, sebelum bangsa-bangsa lain, sebab dalam bapa dari
bapamu kalian menerima janji akan saat ini dan akan persekutuan dengan Tuhan
Yang Mahatinggi. Namun Kerajaan-Nya tidak akan ditegakkan dengan rakyat yang
bersenjata atau dengan pertumpahan darah, dan tidak pula dengan kekerasan,
ataupun dengan penindasan; yang congkak, yang murka, yang iri, yang cabul, yang
tamak ingin masuk ke dalamnya, akan tetapi hanya yang baik, yang lemah lembut,
yang berpantang, yang berbelas kasih, yang rendah hati, yang sabar dan mereka
yang mengasihi Allah dan sesama akan diijinkan masuk.

Israel! Kalian tidak diminta untuk berperang melawan musuh-musuh lahiriah,


melainkan musuh-musuh batiniah. Melawan mereka yang ada dalam hati kalian.
Dalam hati ribuan dan ribuan anak-anak kalian. Singkirkanlah dosa penghalang dari
segenap hati kalian, jika kalian ingin Allah mengumpulkan kalian esok hari dan
mengatakan kepada kalian: 'Umat-Ku, milikmulah Kerajaan yang tak akan pernah
dikalahkan, ataupun ditaklukkan ataupun diruntuhkan oleh para musuh.'

Esok? Esok yang mana? Dalam kurun waktu setahun atau sebulan? Oh! Janganlah
begitu penasaran! Janganlah biarkan rasa haus yang tidak sehat untuk mengetahui
masa mendatang dengan sarana yang berbau sihir. Serahkan roh Python pada
orang-orang kafir. Serahkan pada Allah Yang Kekal rahasia waktu. Sementara mulai
esok, esok yang akan terbit sesudah sore ini, dan esok yang akan datang sesudah
malam ini dan akan terbit saat ayam berkokok, datanglah dan dimurnikan oleh
penitensi yang tulus.

Bertobatlah atas dosa-dosamu agar diampuni dan menjadi siap bagi Kerajaan.
Singkirkan dari diri kalian dosa penghalang. Masing-masing dari kalian mempunyai
dosanya sendiri. Masing-masing mempunyai pelanggaran terhadap kesepuluh
perintah bagi keselamatan kekal. Periksalah batin kalian dengan ketulusan hati dan
kalian akan mendapati kesalahan-kesalahan. Bertobatlah dengan kerendahan hati.
Kalian harus bertobat. Tidak sekedar dengan mulut kalian. Kalian tak dapat
menertawakan atau menipu Allah. Melainkan bertobatlah dengan kehendak yang
teguh, yang akan membuatmu mengubah cara hidupmu dan kembali pada Hukum
Tuhan. Kerajaan Surga menantimu. Esok hari.

Esok hari? Kalian mungkin bertanya. Oh! saat Tuhan adalah selalu awal esok hari,
bahkan meski datang di akhir suatu hidup yang sepanjang hidup para Patriark.
Keabadian tidak mempergunakan jam pasir yang mengalir perlahan sebagai ukuran
waktu. Dan ukuran waktu yang kalian sebut hari, bulan, tahun, abad hanyalah
sekedar detak jantung dari Roh Abadi yang membuat kalian hidup. Tetapi jiwa kalian
abadi dan kalian harus mempergunakan bagi jiwa kalian ukuran waktu yang sama
seperti yang dipergunakan Pencipta kalian. Oleh karenanya, janganlah kalian
mengatakan: 'Esok akan menjadi hari kematianku.' Tidak, bukan kematian bagi
kaum beriman. Melainkan istirahat dari pengharapan, menantikan Mesias untuk
membuka pintu-pintu gerbang Surga.

394
Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepada kalian bahwa hanya duapuluh
tujuh dari antara kalian yang hadir di sini akan mati dan harus menunggu. Sisanya
akan diadili sebelum kematian kalian, dan kematian kalian akan merupakan satu
transisi kepada Allah atau kepada Mamon tanpa ditunda-tunda sebab Mesias telah
datang, Ia ada di tengah-tengah kalian dan memanggil kalian guna memberikan
kepada kalian Injil, untuk mengajar kalian akan Kebenaran dan menyelamatkan
kalian ke Surga.

Bertobatlah! Esok hari dari Kerajaan Surga sudah menjelang. Kiranya kalian didapati
murni sehingga kalian beroleh hari abadi.

Damai sertamu."

Seorang Israel yang berjenggot, berpakaian mewah, berdiri untuk mendebat-Nya.


Katanya: "Guru, apa yang telah Engkau katakan tampaknya bertolak belakang
dengan apa yang dikatakan dalam Kitab suci Makabe, kemuliaan Israel. Dikatakan
di sana: 'Memang adalah suatu tanda bukti kebaikan hati yang besar, kalau orang
fasik tidak lama dibiarkan saja, melainkan segera dijatuhi hukuman. Pada bangsa-
bangsa lain Sang Penguasa Yang Mahabesar menunda hukuman mereka, hingga
mereka menggenapkan dosa-dosa mereka.' Sebaliknya, menurut apa yang Engkau
katakan, Yang Mahatinggi tampaknya sangat lamban dalam menghukum kita,
menanti, seperti pada bangsa-bangsa lain, saat Pengadilan, ketika ukuran dosa
sudah genap. Peristiwa-peristiwa, sesungguhnya, membuat pernyataan-Mu tidak
benar. Israel dihukum sebagaimana dikatakan oleh sejarahwan Kitab Makabe.
Tetapi jika apa yang Kau katakan itu benar, apakah tidak ada kontradiksi antara
ajaran-Mu dan ayat yang aku kutip?"

"Aku tidak mengenal siapa engkau, tetapi Aku akan memberikan jawaban-Ku,
siapapun engkau. Tidak ada konflik dalam ajaran, hanya tafsiran kata-kata. Engkau
menerjemahkannya dalam pola pikir manusia, Aku, sebaliknya, dalam pola pikir
rohani. Engkau melihat segala sesuatu dengan dihubungkan pada masa sekarang
dan pada hal-hal temporal; engkau mewakili mayoritas orang yang berpikir demikian.
Aku mewakili Allah dan Aku menjelaskan dan mengarahkan segala sesuatu pada
keabadian dan pada hal-hal adikodrati. Memang benar, Yahweh sungguh memukul
kalian sekarang sebab kesombongan kalian dan sebab kalian menganggap diri
kalian suatu 'bangsa' menurut ukuran dunia. Tetapi betapa Ia mengasihi kalian dan
betapa Ia bersabar terhadap kalian, lebih dari terhadap siapapun yang lain,
menganugerahi kalian Juruselamat, MesiasNya, agar kalian mendengarkan-Nya dan
diselamatkan sebelum saat murka Allah! Ia tidak menghendaki kalian menjadi orang-
orang berdosa lagi. Tetapi jika Ia memukul kalian dalam hal-hal duniawi yang segera
berlalu, dan melihat bahwa luka itu tidak menyembuhkan jiwa kalian, tidak, malahan
membuatnya lebih dan lebih tumpul, Ia tidak menjatuhkan hukuman lebih lanjut,
melainkan Ia menganugerahi kalian keselamatan. Ia mengutus kepada kalian Ia
Yang menyembuhkan dan menyelamatkan kalian! Aku, Yang sedang berbicara
kepada kalian."

395
"Tidakkah Engkau menganggap DiriMu lancang memaklumkan DiriMu Sendiri
sebagai wakil Allah? Tak ada seorang Nabi pun yang begitu berani dan Kau…
Siapakah Engkau, Yang sedang berbicara? Dan atas perintah siapakah Engkau
berbicara?"

"Para nabi tidak dapat mengatakan mengenai diri mereka sendiri apa yang Aku
nyatakan mengenai DiriKu. Siapakah Aku? Yang Dinantikan, Yang Dijanjikan,
Juruselamat. Kalian telah mendengar Perintis Jalan-Nya mengatakan: 'Siapkanlah
jalan bagi Tuhan… Di sini Allah Tuhan datang… Seperti seorang gembala Ia akan
memberi makan kawanan domba-Nya, meski Ia adalah Anak Domba Paskah sejati.'
Banyak dari antara kalian yang mendengar perkataan ini dari si Perintis Jalan dan
mereka melihat langit kemilau dengan suatu terang yang turun dalam rupa seekor
burung merpati dan mereka mendengar suatu suara yang berbicara dan
mengatakan siapa Aku. Atas perintah siapakah Aku berbicara? Atas perintah Dia
Yang mengutus Aku."

"Engkau mengatakan demikian, tapi Engkau mungkin seorang penipu atau seorang
pengkhayal. Perkataan-Mu kudus, tapi Setan terkadang menggunakan kata-kata
yang menipu, yang dilabur cat kekudusan, untuk menipu orang. Kami tidak
mengenal siapa Engkau."

"Aku adalah Yesus anak Yosef keturunan Daud. Aku dilahirkan di Betlehem Efrata,
seperti dijanjikan; disebut orang Nazaret, sebab Aku tinggal di Nazaret. Itu menurut
dunia. Menurut Allah, Aku adalah Utusan-Nya. Murid-murid-Ku tahu itu."

"Oh! Mereka! Mereka dapat mengatakan apa yang mereka suka atau apa yang Kau
perintahkan kepada mereka untuk katakan."

"Yang lain akan mengatakannya; ia yang tidak mengasihi Aku, dan yang akan
mengatakan Siapa aku. Tunggu Aku memanggil salah seorang dari yang hadir di
sini."

Yesus memandang orang banyak, yang takjub dan yang gusar akan perdebatan
yang terjadi, dan terbagi di antara dua doktrin yang bertentangan. Ia mencari
seseorang dengan mata biru safir-Nya, dan lalu dengan suara lantang Ia berseru;
"Aggaeus! Kemarilah. Ini perintah."

Timbullah ketegangan besar di antara khalayak ramai. Mereka membuka jalan untuk
membiarkan lewat seorang, yang dengan ganas mengguncang-guncangkan seluruh
tubuhnya dan maju dengan ditopang seorang perempuan.

"Apakah kalian mengenal orang ini?"

"Ya, dia adalah Aggaeus Malachi, dari Kapernaum. Ia kerasukan satu roh jahat yang
menganiayanya dengan sawan ganas yang tiba-tiba."

"Apakah semua orang mengenalnya?"

396
Orang banyak berteriak: "Ya, kami mengenalnya."

"Dapatkah seorang dari antara kalian mengatakan bahwa ia telah berbicara kepada-
Ku, bahkan hanya untuk beberapa menit saja?"

Orang banyak berteriak: "Tidak, tidak, dia itu setengah waras, dia tidak pernah
meninggalkan rumahnya, dan tak seorang pun pernah melihat-Mu di sana."

"Perempuan, bawalah dia kemari ke hadapan-Ku."

Perempuan itu mendorong dan menyeretnya, sementara laki-laki malang itu gemetar
lebih dari sebelumnya.

Kepala sinagoga memperingatkan Yesus: "Hati-hati! Iblis hendak menyiksa dia…


dan ia akan berlari ke arah orang-orang, mencakar dan menggigit mereka."

Orang banyak bergerak minggir berdesakan ke tembok.

Yesus dan laki-laki itu sekarang saling berhadapan muka. Ada suatu saat
pergulatan. Laki-laki itu, yang biasanya bisu, tampak kesulitan berbicara, ia
mengerang, lalu suaranya berubah menjadi perkataan: "Ada apakah antara kami
dan Engkau, Yesus dari Nazaret? Mengapakah Engkau datang untuk menyiksa
kami? Mengapakah Engkau hendak membinasakan kami, Engkau, Tuan Surga dan
Bumi? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah. Tiada seorang pun, manusia
dari daging, yang pernah lebih besar dari Engkau, sebab dalam daging manusia-Mu
tinggal Roh dari Pemenang Abadi. Engkau telah menaklukkanku dalam…"

"Diam! Aku perintahkan kalian untuk keluar dari orang ini!"

Orang itu mendapatkan suatu serangan sawan yang aneh. Ia terlempar-lempar kian
kemari oleh renggutan dan tonjokan, seolah seseorang menarik dan mendorongnya,
dengan keji menganiayanya; ia berteriak dengan suara liar, mulutnya berbusa-busa,
dan lalu ia dicampakkan ke atas tanah. Ia bangkit berdiri, terheran-heran dan
sembuh.

"Apakah kau dengar? Apa yang hendak kau katakan sekarang?" Yesus bertanya
kepada orang yang menentangnya.

Orang kaya berjenggot itu angkat bahu dan jelas nyata kalah, pergi tanpa
menjawab. Orang banyak mencibirnya dan menyoraki Yesus

"Tenang! Tempat ini suci!" kata Yesus dan Ia memerintahkan: "Bawalah kepada-Ku
orang yang Ku-janjikan pertolongan dari Allah."

Si sakit maju ke depan. Yesus membelainya: "Kau percayalah kepada-Ku!


Sembuhlah. Pergilah dalam damai dan jadilah baik."

397
Pemuda itu melontarkan suatu teriakan. Aku bertanya-tanya apa yang ia rasakan. Ia
berlutut di hadapan Yesus, mencium kaki-Nya dan mengucap syukur kepada-Nya:
"Terima kasih dariku dan dari ibuku!"

Yang sakit lainnya datang: seorang kanak-kanak kecil dengan kaki lumpuh. Yesus
menggendongnya, membelainya dan menurunkannya… dan membiarkannya.
Kanak-kanak itu tidak jatuh, tapi berlari kepada ibunya, yang mendekapkannya pada
dadanya, menangis, dan dengan suara lantang memberkati "Yang Kudus dari
Israel". Seorang tua buta berperawakan kecil datang, dengan dituntun oleh
puterinya. Dia juga disembuhkan dengan belaian pada matanya yang rusak.

Terdengar gemuruh berkat dari orang banyak.

Yesus menerobos orang banyak dengan tersenyum, dan meski Ia tinggi, Ia tak
berhasil menerobos, andai Petrus, Yakobus, Andreas dan Yohanes tidak bermurah
hati bekerja dengan siku mereka, untuk membuka jalan dan sampai pada Yesus,
dan lalu mengawal-Nya menuju pintu keluar ke lapangan, yang sekarang telah
gelap.

Penglihatan pun berakhir demikian.

398
BAB 60. PENYEMBUHAN IBU MERTUA SIMON PETRUS

3 November 1944

Petrus berbicara Kepada Yesus. Katanya: "Guru, aku ingin meminta-Mu untuk
datang ke rumahku. Aku tidak berani meminta-Mu Sabat yang lalu. Tetapi... aku
ingin Engkau datang."

"Ke Betsaida?"

"Tidak, di sini... ke rumah istriku. Yang aku maksud rumahnya."

"Mengapa kau menginginkannya, Petrus?"

"Karena banyak alasan… juga karena hari ini aku diberitahu bahwa ibu mertuaku
sakit. Jika Engkau mau menyembuhkannya, mungkin dia..."

"Katakanlah kepada-Ku, Simon."

"Apa yang ingin aku katakan ialah... jika Engkau pergi kepadanya, dia akan
berhenti… ya, begitulah, Kau tahu, bukan hal yang sama mendengar orang
berbicara mengenai seseorang dengan melihat dan mendengar seseorang, dan jika
orang itu sembuh… ya..."

"Maksudmu juga perasaan buruk itu akan berakhir?"

"Bukan, bukan sungguh perasaan buruk. Tetapi, Kau tahu... ada banyak pendapat di
desa, dan dia... tidak tahu siapa yang harus didengarkannya. Marilah, Yesus."

"Aku akan datang. Mari kita pergi. Kau katakan kepada mereka yang menunggu-Ku
bahwa Aku akan berbicara kepada mereka dari rumahmu."

Mereka berangkat hingga tiba di sebuah rumah yang rendah, bahkan lebih rendah
dari rumah Petrus di Betsaida, dan yang juga lebih dekat dengan danau. Rumah
dipisahkan dari danau oleh pantai yang berkerikil dan aku pikir bahwa apabila ada
badai, maka gelombang-gelombangnya akan menghempas tembok-tembok rumah,
yang, selain rendah, juga sangat lebar, seolah beberapa orang tinggal di dalamnya.

Dalam kebun sayur-mayur dan buah-buahan yang ada di depan rumah, menghadap
ke arah danau, hanya ada sebatang pohon anggur tua yang bengkok, ditopang oleh
sebuah pergola dusun, dan sebuah pohon ara tua yang, karena hembusan angin
dari danau, merunduk ke arah rumah. Daun-daun pohon berayun menerpa dinding-
dinding rumah dan memukul daun-daun jendela kecil, yang sekarang tertutup
sebagai perlindungan terhadap terik matahari. Tak ada apa-apa selain pohon anggur
dan pohon ara serta tembok kecil kehijauan dari sebuah sumur yang dangkal.

399
"Masuklah, Guru."

Ada beberapa orang perempuan di dapur, sebagian sibuk menambal jala, sebagian
menyiapkan makanan. Mereka menyalami Petrus dan mereka membungkuk malu
kepada Yesus, mencuri pandang penuh rasa ingin tahu.

"Damai bagi rumah ini. Bagaimana keadaan si sakit?"

"Katakan pada-Nya, kau adalah menantu perempuan tertua," tiga dari perempuan itu
berkata kepada seorang yang lain, yang sedang mengeringkan tangannya dengan
tepi gaunnya.

"Suhu badannya sangat tinggi. Dokter telah memeriksanya dan mengatakan bahwa
dia sudah terlalu tua untuk bisa sembuh dan jika penyakit menyebar dari tulang ke
jantung, dan menaikkan suhunya, pasien dapat mati teristimewa pada orang yang
lanjut usia. Dia tidak lagi mau makan… Sudah aku coba menyiapkan sesuatu yang
enak, bahkan sekarang, lihat Simon, aku sedang menyiapkan sup kesukaannya.
Aku memilih ikan terbaik yang aku dapatkan dari saudara iparku. Tapi aku pikir ia tak
akan memakannya. Dan… ia begitu gelisah! Ia mengeluh, dan berteriak-teriak, dan
menangis, dan menyumpah…"

"Bersabarlah, seolah dia adalah ibumu sendiri dan Allah akan mengganjarimu untuk
itu. Bawalah Aku kepadanya."

"Rabbi... Rabbi... aku tidak tahu apakah dia akan senang melihat-Mu. Ia tak mau
bertemu siapa pun. Aku tak berani mengatakan kepadanya: 'Sekarang aku
mengantarkan Rabbi untuk menemuimu.'

Yesus tersenyum lembut. Ia berkata kepada Petrus: "Giliranmu Simon. Kau adalah
laki-laki dan menantu tertua, katakan mengenai Aku. Pergilah."

Petrus menyeringai lebar dan patuh. Ia berjalan melintasi dapur, dan masuk ke
dalam sebuah ruangan lain melalui sebuah pintu yang ia tutup, aku dapat
mendengarnya berbicara kepada seorang perempuan. Ia menjenguk keluar dan
berkata: "Mari, Guru, cepat." Dan ia berbisik dengan suara yang sangat pelan,
sekedar dapat terdengar: "Sebelum dia berubah pikiran."

Yesus berjalan melintasi dapur dan membuka lebar pintu. Berdiri di ambang pintu, Ia
menyampaikan salam-Nya yang manis, berwibawa: "Damai sertamu." Ia masuk,
meski tak dijawab. Ia pergi ke dekat sebuah tempat tidur rendah di mana terbaring
seorang perempuan tua kecil, berambut abu-abu, kurus, terengah-engah oleh sebab
suhu tinggi yang menyebabkan wajah kuyunya kemerahan.

Yesus membungkuk ke atas tempat tidur kecil itu, tersenyum pada si perempuan
tua: "Apakah engkau kesakitan?"

"Aku akan mati!"

400
"Tidak. Engkau tidak akan mati. Apakah engkau percaya bahwa Aku dapat
menyembuhkanmu?"

"Mengapa Engkau ingin melakukannya? Engkau tidak mengenal aku."

"Untuk Simon, yang meminta-Ku… dan untukmu, guna memberi jiwamu waktu untuk
melihat dan mengasihi Terang."

"Simon? Akan lebih baik jika dia... Bagaimana mungkin Simon memikirkanku?"

"Sebab ia lebih baik dari yang engkau pikirkan. Aku mengenalnya dan Aku yakin.
Aku mengenalnya, dan Aku senang membuatnya bahagia."

"Jadi, apakah Engkau akan menyembuhkanku? Jadi, aku tak akan mati?"

"Tidak, perempuan. Engkau belum akan mati. Dapatkah kau percaya kepada-Ku?"

"Aku percaya, aku percaya. Sudah cukup bagiku untuk tidak mati!"

Yesus tersenyum kembali. Ia meraih tangannya. Tangannya, yang keriput dan yang
menderita pembuluh darah bengkak, tenggelam dalam tangan muda Yesus, Yang
berdiri tegak, dan mengambil sikap yang biasa-Nya Ia lakukan apabila mengadakan
mukjizat. Ia berseru: "Sembuhlah! Aku menghendakinya! Bangun!" dan Ia
melepaskan tangannya. Dan tangannya terjatuh tanpa keluhan, padahal
sebelumnya, kendati Yesus sudah menyentuhnya dengan sangat lembut, ia
mengerang apabila tangannya digerakkan.

Ada keheningan beberapa saat. Kemudian perempuan tua itu berseru: "Oh! Allah
leluhur kita! Tak ada yang salah denganku! Aku sembuh! Mari! Mari!" Menantu
perempuannya bergegas masuk.

"Lihat!" kata si perempuan tua. "Aku dapat bergerak dan aku tidak merasa sakit! Dan
aku tidak lagi demam! Rasakan suhu badanku sudah turun. Dan jantungku tak lagi
merasa seperti dihantam palu tukang besi. Ah! Aku tak lagi akan mati!"

Tak ada sepatah kata pun untuk Tuhan!

Tetapi tak masalah bagi Yesus. Ia berkata kepada menantu perempuan tertua:
"Kenakanlah pakaiannya agar ia dapat berdiri. Ia sudah sehat untuk bangun." Dan Ia
menuju pintu.

Simon, yang malu, berkata kepada ibu mertuanya: "Guru telah menyembuhkanmu.
Tak adakah yang hendak kau sampaikan kepada-Nya?"

"Tentu. Aku sedang berpikir untuk itu. Terima kasih. Apakah yang dapat aku lakukan
untuk berterima kasih kepada-Mu?"

"Jadilah seorang yang baik, sangat baik. Sebab Bapa Yang Kekal telah begitu baik
kepadamu. Dan jika engkau tak keberatan, ijinkan Aku beristirahat di rumahmu hari

401
ini. Aku telah menyusuri semua desa terdekat pekan lalu, dan Aku tiba di sini fajar
pagi ini. Aku lelah."

"Tentu! Tentu! Silakan tinggal jika Engkau mau." Namun tak ada antusiasme dalam
perkataannya. Yesus, Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes pergi dan duduk di
kebun sayur-mayur dan buah-buahan.

"Guru!..."

"Ya, Petrus?"

"Aku merasa malu."

Yesus membuat isyarat yang berarti: "Tak apa." Ia lalu melanjutkan: "Dia bukan
yang pertama, dan tidak akan menjadi yang terakhir yang tidak merasakan syukur
secara langsung. Tapi aku tidak mencari terima kasih. Yang Aku inginkan hanyalah
memberikan kesempatan pada jiwa-jiwa untuk menyelamatkan mereka. Aku
melakukan tugas-Ku. Biarlah mereka melakukan tugas mereka."

"Ah! Ada kasus-kasus lain seperti ini? Di mana?"

"Simon yang selalu ingin tahu! Tetapi Aku akan memuaskanmu, meski Aku tidak
suka keingintahuan yang sia-sia. Di Nazaret. Kau ingat ibunya Sara? Ia sakit parah
ketika kita tiba di Nazaret dan kepada kita diberitahukan bahwa gadis kecil itu
menangis. Sebab Sara itu baik dan lemah lembut, dan Aku tak ingin ia menjadi
seorang anak yatim dan anak tiri di masa mendatang, Aku pergi mengunjungi
ibunya… Aku ingin menyembuhkannya… Tetapi Aku belum sampai menginjakkan
kaki di rumahnya, kala suaminya dan saudara laki-lakinya mengusir-Ku pergi,
katanya: 'Pergi! Enyahlah! Kami tak ingin punya masalah dengan sinagoga.' Bagi
mereka, bagi banyak orang, Aku sudah seorang pemberontak… Bagaimanapun Aku
menyembuhkannya juga… demi anak-anaknya. Dan Aku katakan kepada Sara di
kebun sayur-mayur dan buah-buahan, sembari membelainya: "Aku akan
menyembuhkan ibumu. Pulanglah. Jangan menangis lagi." Dan perempuan itu
disembuhkan pada saat itu juga dan si gadis kecil mengatakan kepada ibunya, dan
ia juga mengatakannya kepada ayahnya dan pamannya… dan ia dihukum karena
berbicara kepada-Ku. Aku tahu, sebab anak itu mengejar-Ku ketika Aku
meninggalkan desa… Tapi, tak masalah."

"Kalau aku, pasti sudah aku buat dia sakit lagi."

"Petrus!" kata Yesus tegas. "Itukah yang Aku ajarkan kepadamu dan kepada yang
lain? Apa yang telah kau dengar Aku katakan dari sejak pertama kau
mendengarkan-Ku? Mengenai apakah Aku selalu berbicara sebagai syarat pertama
untuk menjadi murid-Ku yang sejati?"

"Benar, Guru. Aku ini sungguh binatang. Ampuni aku... tapi aku tak dapat tahan
mendapati kenyataan bahwa mereka tidak mengasihi-Mu!"

402
"Oh! Petrus! Kau akan melihat keacuhan yang jauh terlebih besar! Kau akan
seringkali terkejut, Petrus! Orang-orang yang oleh dunia yang disebut "kudus" diejek
sebagai pemungut cukailah, yang sebaliknya akan memberi teladan di dunia, suatu
teladan yang tak akan diikuti oleh orang-orang yang memandang rendah mereka.
Orang-orang kafirlah yang akan menjadi murid-murid-Ku yang paling setia. Para
pelacurlah yang akan menjadi murni oleh kuasa kehendak yang kuat dan penitensi.
Para pendosa yang mengubah jalan hidup mereka…"

"Dengar: seorang pendosa mengubah jalan hidupnya… yah mungkin saja. Tetapi
seorang pelacur dan seorang pemungut cukai!..."

"Kau tidak percaya?"

"Tidak."

"Kau salah, Simon. Tapi, lihat, ibu mertuamu datang kepada kita."

"Guru, aku mohon pada-Mu datang dan duduklah di mejaku."

"Terima kasih, perempuan. Kiranya Allah mengganjarimu."

Mereka masuk ke dapur dan duduk sekeliling meja. Perempuan tua itu melayani
mereka dengan banyak ikan, yang disajikan sebagai sup maupun dibakar. "Aku tak
punya apa-apa selain ini," ia meminta maaf.

Dan, seperti biasa, ia berkata kepada Petrus: "Saudara-saudara iparmu bekerja


bahkan terlebih keras, sebab mereka sendirian, sejak kau pergi ke Betsaida! Andai
saja itu membuat puteriku lebih kaya… Tapi aku dengar kau sangat sering mangkir
dan kau tidak pergi menangkap ikan."

"Aku mengikuti Guru. Aku pergi ke Yerusalem bersama-Nya dan aku bersama-Nya
pada hari-hari Sabat. Aku tidak menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang."

"Tetapi kau tidak menghasilkan uang. Karena kau ingin menjadi pelayan Nabi,
sebaiknya kau kembali ke sini lagi. Setidaknya puteriku yang malang akan diberi
makan oleh sanak saudaranya sementara kau bertindak sebagai orang kudus."

"Tapi, tidak malukah engkau berbicara seperti itu di hadapan Ia Yang


menyembuhkanmu?"

"Aku tidak mencela-Nya. Ia menjalankan tugas-Nya. Aku mencelamu, kau seorang


pemalas. Bagaimanapun kau tidak akan pernah menjadi seorang nabi ataupun
imam. Kau seorang pendosa yang bodoh, tak berguna."

"Kau beruntung Ia di sini, jika tidak…"

"Simon, ibu mertuamu memberimu nasihat yang sangat baik. Kau bisa pergi
menangkap ikan bahkan di sini. Aku dengar bahwa kau biasa pergi menangkap ikan
juga di Kapernaum. Kau bisa kembali lagi."

403
"Dan tinggal di sini lagi? Tetapi Guru, Engkau tidak..."

"Jadilah orang baik, Petrus. Jika kau di sini, kau akan entah di danau atau bersama-
Ku. Jadi apa bedanya bagimu apakah engkau tinggal atau tidak tinggal di rumah
ini?" Yesus menumpangkan tangan-Nya ke atas bahu Petrus dan ketenangan-Nya
tampaknya ditularkan kepada sang rasul yang meledak-ledak.

"Engkau benar. Engkau selalu benar. Aku akan melakukannya. Tapi… bagaimana
dengan mereka?" dan ia menunjuk kedua rekannya, Yohanes dan Yakobus.

"Tak dapatkah mereka ikut juga?"

"Oh! Ayah kami dan terlebih lagi ibu kami akan lebih senang jika mereka tahu bahwa
kami bersama-Mu, daripada bersama mereka. Mereka tidak akan berkeberatan."

"Mungkin Zebedeus akan datang juga," kata Petrus.

"Mungkin juga. Dan yang lain bersamanya. Kami akan datang, Guru. Kami pasti
akan datang."

"Apakah Yesus dari Nazaret ada disini?" tanya seorang anak laki-laki kecil yang
muncul di pintu.

"Ia di sini, masuklah."

Seorang anak laki-laki masuk, yang aku kenali sebagai salah seorang anak yang
aku lihat dalam penglihatan pertama mengenai Kapernaum, dan tepatnya dia yang
jatuh terguling dekat kaki Yesus, dan berjanji bahwa ia akan menjadi baik, agar ia
mendapatkan madu Firdaus.

"Sahabat kecil-Ku, kemarilah," kata Yesus.

Si sahabat kecil, agak termalu-malu sebab begitu banyak yang menatapnya,


memberanikan diri dan lari kepada Yesus, yang memeluknya dan mendudukkannya
di atas pangkuan-Nya; memberinya secuil dari ikan-Nya pada sepotong roti.

"Ini, Yesus. Ini untuk-Mu. Juga tadi orang itu mengatakan: 'Ini hari Sabat. Bawalah
ini kepada Rabbi dari Nazaret dan katakan kepada temanmu itu untuk
mendoakanku.' Dia tahu kalau Kau temanku!..." Anak itu tersenyum bahagia, lalu
melahap roti dan ikannya.

"Bagus, Yakobus kecil! Katakan kepada orang itu bahwa doa-doa-Ku naik kepada
Bapa untuknya."

"Apakah untuk orang-orang miskin?" tanya Petrus.

"Ya."

"Apakah selalu amal yang sama? Mari kita lihat."

404
Yesus menyerahkan kantung uang itu. Petrus mengeluarkan isinya dan menghitung
koinnya. "Masih jumlah yang sama! Tapi siapakah orang ini? Katakan, nak, siapa
dia?"

"Aku tidak boleh mengatakannya, dan aku tidak mau mengatakannya!"

"Kau berandal kecil! Jadilah anak baik, dan aku akan memberimu buah-buahan."

"Aku tak akan bicara, entah kau mengolokku atau membelaiku."

"Pintar bersilat lidah! Dengar!"

"Yakobus kecil benar, Petrus. Dia memegang janji: biarkan dia."

"Guru, tahukah Engkau siapa orang itu?"

Yesus tidak menjawab. Ia sibuk dengan anak itu, yang diberi-Nya sepotong ikan
bakar lagi, sesudah menyingkirkan semua durinya. Namun Petrus mendesak, dan
Yesus terpaksa menjawab.

"Aku tahu semuanya, Simon."

"Dan kami tidak boleh tahu?"

"Dan kau tidak akan pernah sembuh dari kesalahanmu?" Yesus menegurnya,
namun sambil tersenyum. Ia menambahkan: "Kau akan segera tahu. Sebab jika
yang jahat ingin disembunyikan, tapi tak selalu dapat demikian, yang baik, bahkan
meski ingin disembunyikan, agar beroleh ganjaran, akan dinyatakan suatu hari

kelak, demi kemuliaan Allah, Yang hakekat-Nya bersinar dalam salah satu anak-
Nya. Hakekat Allah: kasih. Dan orang ini mengerti itu semua, sebab dia mengasihi
sesamanya. Pergilah Yakobus. Bawalah berkat-Ku untuk orang itu."

Penglihatan pun berakhir demikian.

405
BAB 61. YESUS BERKHOTBAH DAN MENGADAKAN
MUKJIZAT DI RUMAH PETRUS

4 November 1944

Yesus telah mendaki ke atas tumpukan keranjang-keranjang dan tali-temali di pintu


masuk ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan di rumah ibu mertua Petrus. Kebun
itu penuh sesak dengan orang, sementara sebagian lainnya ada di pesisir danau;
sebagian duduk di pantai, sebagian di atas perahu yang ditarik ke pantai.
Kelihatannya Ia sudah berbicara beberapa waktu lamanya, sebab khotbah sudah
dimulai.

Aku mendengar: "…Tentunya kalian telah sering memikirkannya dalam hati kalian.
Tapi tidaklah demikian. Tuhan tidak kurang dalam kebaikan hati terhadap umat-Nya.
Meskipun umat-Nya kurang dalam kesetiaan kepada-Nya ribuan kali..."

Dengarkanlah perumpamaan ini yang akan membantu kalian untuk mengerti.


Seorang raja memiliki banyak kuda yang bagus dalam kandangnya. Tetapi ia
teristimewa sayang kepada salah seekor dari antaranya. Ia memandang penuh
sayang kepadanya, bahkan sebelum ia memiliki kuda itu. Sesudahnya, ketika ia
telah mendapatkannya, ia menempatkan kudanya itu dalam suatu tempat yang
menyenangkan dan ia kerap pergi untuk mengagumi kuda kesayangannya itu, baik
dengan matanya maupun dengan hatinya, membayangkan bahwa kuda itu akan
menjadi kebanggaan kerajaannya. Dan ketika si kuda memberontak terhadap
perintah, tidak patuh dan lari kepada tuan yang lain, sang raja, dalam kesedihan dan
kegundahan hatinya, berjanji bahwa ia akan memaafkan kudanya setelah kuda itu
dihukum. Raja setia, meski jauh, ia menjaga kuda kesayangannya dan mengirimkan
hadiah-hadiah serta penjaga-penjaga untuk melindunginya, berharap bahwa semua
itu akan membangkitkan kenangan atas dirinya dalam hati sang kuda. Akan tetapi
sang kuda, meski menderita dalam pelariannya dari kerajaan, tidak setia seperti raja,
dalam kasih dan harap akan pengampunan penuh. Terkadang dia baik, terkadang
buruk; pula kebaikannya tidaklah lebih besar dari keburukannya. Tidak, malahan
sebaliknya. Dan meski demikian raja tetap sabar dan dengan kecaman dan belaian,
ia berupaya mengubah kudanya menjadi sahabat yang terlebih sayang dan terlebih
patuh. Sementara waktu berlalu, sang kuda menjadi semakin dan semakin enggan.
Dia meminta pertolongan dari rajanya, dia menangis di bawah cambukan tuan-tuan
yang lain, tapi dia tidak sungguh ingin menjadi milik sang raja. Dia tidak mau saja.
Tertindas, terkuras tenaganya, mengerang, dia tidak mengatakan: "Aku begini
karena kesalahanku sendiri." Sebaliknya, dia mendakwa sang raja. Raja, setelah
mencoba semuanya, memutuskan untuk membuat satu upaya terakhir. "Sejauh ini,"

406
katanya, "aku telah mengirim para utusan dan teman-teman. Sekarang aku akan
mengutus puteraku sendiri. Hati puteraku seperti hatiku sendiri dan ia akan
membicarakan kasih yang sama seperti aku sendiri, dan akan memberikan belaian
dan hadiah-hadiah yang sama seperti yang dulu aku berikan, tidak, ia bahkan
terlebih lembut, sebab puteraku seperti diriku sendiri, tetapi menjadi lebih luhur oleh
kasih." Dan ia pun mengutus puteranya. Demikianlah perumpamaan. Sekarang
katakan kepada-Ku: apakah kalian pikir sang raja menyayangi kuda
kesayangannya?"

Orang banyak serentak menjawab: "Ia menyayanginya dengan kasih tak terkira."

"Bisakah binatang itu mengeluh kepada rajanya mengenai segala derita yang harus
ditanggungnya sesudah meninggalkan raja?"

"Tidak, tidak bisa," sahut orang banyak.

"Jawablah juga pertanyaan ini: Bagaimanakah menurut kalian kuda itu akan
menerima putera raja yang pergi untuk menyelamatkan dan menyembuhkannya dan
membawanya kembali ke tanah yang menyenangkan?"

"Dengan sukacita besar, tentunya, dengan penuh syukur dan kasih."

"Sekarang, jika putera raja mengatakan kepada sang kuda: 'Aku telah datang untuk
alasan ini, melakukan ini dan itu untukmu, tetapi sekarang kau harus baik, taat, rela
dan setia kepadaku.' Bagaimanakah menurut kalian sang kuda akan menjawab?"

"Oh! Tak usah ditanyakan! Sekarang setelah dia sadar akan harga yang harus
dibayar dalam pelarian dari kerajaan, ia akan mengatakan bahwa ia menginginkan
seperti yang disarankan putera raja."

"Baik, lalu, apa kewajiban kuda itu, menurut kalian?"

"Menjadi lebih baik dari yang diminta, lebih penuh kasih sayang, lebih patuh, agar
dimaafkan atas kesalahan-kesalahan di masa lampau, dan atas tidak tahu terima
kasih akan segala yang baik yang diterima."

"Dan jika dia tidak melakukan itu?"

"Dia pantas mati, sebab dia lebih keji dari binatang buas."

"Sahabat-sahabatKu, kalian telah menilai dengan benar. Lakukanlah atas diri kalian
sendiri tepat sama seperti yang kalian ingin kuda itu lakukan. Aku minta dengan
sangat, manusia, makhluk kesayangan Raja Surgawi, Allah, BapaKu dan Bapa-mu,
untuk setidaknya berlaku seperti yang kau kehendaki dari kuda itu.

Sebab sesudah para Nabi, Allah mengutus kepada kalian PutraNya Sendiri dan Aku
mohon pada kalian, demi kebaikanmu, dan sebab Aku mengasihimu seperti hanya
Allah saja dapat mengasihi, Allah Yang ada dalam Aku untuk mengadakan mukjizat

407
Penebusan. Celakalah mereka yang merendahkan diri ke tingkat yang lebih rendah
dari binatang! Tetapi andai mungkin untuk memaafkan mereka yang melakukan
dosa hingga sekarang ini - sebab sudah sangat lama berlalu sejak Hukum diberikan
dan terlalu banyak debu duniawi yang menempel pada Hukum - maka sekarang
tidak lagi demikian. Aku telah datang untuk membawa sekali lagi Sabda Allah. Putra
manusia ada di tengah manusia untuk memimpin mereka kembali kepada Allah.
Ikutlah Aku. Aku adalah Jalan, Kebenaran, Hidup."

Bisik-bisik biasanya di kalangan orang banyak.

Yesus berkata kepada para murid-Nya: "Biarlah mereka yang miskin maju. Ada satu
amal berlimpah untuk mereka dari seorang yang mohon pengampunan dari Allah."

Tiga orang laki-laki tua berpakaian compang-camping maju, dua orang buta dan
seorang timpang; diikuti oleh seorang janda dengan tujuh anak kumuh.

Yesus menatap mereka, satu per satu, Ia tersenyum pada si janda dan teristimewa
pada anak-anak. Tidak, Ia berkata kepada Yohanes: "Tempatkan mereka yang di
sana dalam kebun sayur-mayur dan buah-buahan. Aku ingin berbicara kepada
mereka." Namun Ia menjadi keras, dangan mata berkilat, ketika seorang lelaki tua
berperawakan kecil muncul. Tapi Ia tidak mengatakan apa-apa, untuk sementara
waktu. Ia memanggil Petrus, yang dimintai-Nya kantung uang yang diterima
sebelumnya dan satu kantung lain berisi koin yang lebih kecil nilainya, yang adalah
persembahan yang dikumpulkan dari orang-orang yang baik hati. Ia mengeluarkan
koin ke sebuah bangku dekat sumur, Ia menghitungnya, dan membaginya. Ia
membuat enam bagian. Satu yang sangat besar, semuanya koin perak, dan lima
bagian yang lebih kecil, dengan banyak koin perunggu dan sedikit koin besar. Ia
memanggil mereka yang miskin, yang sakit dan menanyai mereka: "Tak adakah
yang hendak kau katakan kepada-Ku?"

Kedua orang buta diam; orang yang timpang mengatakan: "Semoga Ia yang
mengutus-Mu, melindungi-Mu." Tak ada yang lain. Yesus menempatkan
persembahan ke dalam tangannya.

Orang itu berkata: "Semoga Allah mengganjari-Mu. Tapi, lebih dari persembahan ini,
aku ingin Engkau sembuhkan."

"Kau tidak memintanya tadi."

"Aku ini miskin, seekor cacing yang diinjak-injak oleh mereka yang berkuasa, aku tak
berani berharap Engkau akan berbelas kasihan kepada seorang pengemis."

"Aku adalah Kerahiman yang membungkuk ke atas segala penderitaan yang berseru
kepada-Ku. Aku tidak menolak siapapun. Yang Aku minta hanyalah iman dan kasih,
agar Aku dapat mengatakan: “Aku mendengarkanmu.”

408
"Oh! Tuhan-ku! Aku percaya pada-Mu dan aku mengasihiMu. Jadi, selamatkanlah
aku! Sembuhkanlah hamba-Mu!"

Yesus memberikan amal kasih kepada kedua orang buta dan menanti sebentar
sebelum menyuruh mereka pergi… lalu Ia mempersilakan mereka pergi. Ia
memanggil ketiga orang tua. Ia memberikan sedekah kepada yang pertama, dan
membantunya menyimpan koin ke dalam kantung sabuknya. Yesus mendengarkan
penuh empati pada kisah malang lelaki tua yang kedua, yang menceritakan kepada-
Nya penyakit salah seorang puterinya.

"Aku tak punya siapa-siapa kecuali dia! Dan dia sedang meregang nyawa. Apa yang
akan terjadi padaku? Oh! andai saja Kau mau datang! Dia tak dapat datang, dia tak
dapat berdiri. Dia akan senang… tapi tak dapat. Tuan, Tuhan, Yesus, kasihanilah
kami!"

"Di manakah engkau tinggal, bapa?"

"Di Khorazim. Tanyakan saja Ishak dari Yunus, yang disebut Dewasa. Apakah Kau
sungguh akan datang? Apakah Kau tidak akan melupakan kemalangan kami? Dan
apakah Kau akan menyembuhkan puteriku?"

"Percayakah kau bahwa Aku dapat menyembuhkannya?"

"Oh! Aku sungguh percaya. Itulah sebabnya mengapa aku berbicara kepada-Mu
mengenainya."

"Pulanglah, bapa. Puterimu akan menyambutmu di depan pintu."

"Tapi dia terbaring di tempat tidur dan dia tak dapat bangun sejak tiga… Ah! Aku
sekarang mengerti! Oh! Terima kasih Rabuni! Diberkatilah Engkau dan Ia yang
mengutus Engkau! Terpujilah Allah dan MesiasNya!" Orang tua itu pergi, dengan
susah-payah dan secepat dia dapat. Tapi ketika hampir di luar kebun sayur-mayur
dan buah-buahan dia berkata: "Guru, bagaimanapun maukah Engkau datang ke
rumahku yang miskin? Ishak akan menunggu-Mu untuk mencium kaki-Mu dan
membasuhnya dengan airmatanya, dan menyajikan bagi-Mu roti kasih. Datanglah,
Yesus. Aku akan berbicara kepada penduduk kota mengenai Engkau."

"Aku akan datang. Pergilah dalam damai dan berbahagialah."

Orang tua ketiga maju, ia tampaknya yang paling compang-camping. Namun Yesus
hanya punya satu tumpukan besar tersisa. Ia memanggil dengan suara lantang:
"Perempuan, kemarilah dengan anak-anakmu yang masih kecil."

Perempuan muda yang kurus kering itu maju dengan kepalanya tertunduk. Ia
kelihatan seperti induk ayam yang sedih dengan anak-anaknya yang sedih.

"Sudah berapa lama engkau menjanda, perempuan?"

409
"Tiga tahun pada bulan Tishry."

"Berapa usiamu?"

"Duapuluh tujuh."

"Apakah mereka semua anak-anakmu?"

"Ya, Guru… dan aku tak punya yang lain. Habis semuanya… bagaimanakah aku
dapat bekerja jika tak seorang pun mau aku membawa semua anak kecil ini?"

"Allah tidak meninggalkan bahkan cacing yang Ia ciptakan. Ia tidak akan


meninggalkanmu, perempuan. D manakah engkau tinggal?"

"Di danau. Tiga lapangan di luar Betsaida. Dia menyuruhku datang ke sini...
Suamiku tewas di danau; dia seorang nelayan." Dia menunjuk Andreas, yang
wajahnya memerah dan ingin segera kabur.

"Kau bertindak benar, Andreas, menyuruhnya datang kepada-Ku."

Andreas kembali bersemangat dan berbisik: "Suaminya adalah salah seorang


temanku, dia baik, dia tewas dalam badai dan juga perahunya hilang."

"Ambilah ini, perempuan. Ini akan membantumu untuk jangka waktu yang lama,
sesudah itu suatu matahari yang lain akan terbit pada hari-harimu. Jadilah orang
baik, besarkan anak-anakmu seturut Hukum dan kau tak akan tanpa pertolongan
Allah. Aku memberkatimu: kau dan anak-anakmu yang masih kecil." Dan Ia
membelai mereka, satu per satu, dengan belas-kasihan yang besar.

Perempuan itu pergi dengan mendekapkan hartanya pada dadanya.

"Dan bagaimana denganku?" tanya laki-laki tua yang tinggal terakhir. Yesus
menatapnya, tapi diam saja.

"Tidak ada untukku? Kau tidak adil! Engkau memberi perempuan itu enam kali lipat
lebih banyak dari yang lain, dan tak ada untukku. Tentu saja… dia perempuan!"
Yesus menatapnya, tapi diam saja.

"Hai, semuanya, lihat dan katakan adakah keadilan?! Aku datang dari tempat yang
jauh, sebab aku diberitahu bahwa akan diberikan uang di sini, dan sekarang aku
lihat bahwa sebagian mendapatkan terlalu banyak sementara aku tidak
mendapatkan apa-apa. Aku, laki-laki tua yang sakit dan malang! Dan Ia ingin kita
percaya kepada-Nya!..."

"Sobat tua, tidak malukah kau mengatakan kebohongan yang demikian? Kematian
sudah membayangimu dan kau berdusta serta berusaha merampok juga mereka
yang lapar. Mengapakah kau ingin merampok dari saudara-saudaramu amal yang
Aku terima untuk dibagikan dengan adil?"

410
"Tapi aku..."

"Diamlah! Seharusnya kau mengerti dengan kebisuan-Ku dan tindakan-Ku bahwa


Aku sudah mengenalimu dan seharusnya kau mengikuti contoh yang Aku berikan
dengan diam. Mengapakah kau ingin Aku mempermalukanmu?

"Aku ini miskin."

"Tidak, kau seorang kikir dan seorang pencuri. Kau hidup untuk uang dan memungut
riba."

"Aku tidak pernah meminjamkan dengan memungut riba. Allah adalah saksinya."

"Dan bukankah ini pemungutan riba yang paling keji, merampok mereka yang
sangat membutuhkan? Pergi. Bertobatlah. Agar kiranya Allah mengampunimu."

"Aku bersumpah…"

"Diam! Aku katakan kepadamu! Dikatakan: 'Jangan bersumpah palsu.' Andai Aku
tidak menghormati usia tuamu, Aku akan menggeledahmu dan dalam bajumu Aku
akan menemukan satu kantung penuh emas: hatimu yang sesungguhnya. Pergi!"

Laki-laki tua yang tak tahu malu itu, menyadari bahwa rahasianya sudah terbongkar,
pergi tanpa perlu suara Yesus yang menggelegar lagi. Orang banyak mengancam
dan mencemoohnya, dan mereka menghinanya sebagai pencuri.

"Diamlah! Jika dia berbuat salah, jangan lakukan hal yang sama. Dia kurang dalam
ketulusan hati, tidak jujur. Jika kalian menghinanya, kalian kurang dalam cinta kasih.
Seorang saudara yang berbuat kesalahan tidak untuk dihina. Setiap orang berdosa.
Tak ada yang sempurna selain Allah. Aku terpaksa mempermalukannya, sebab tak
seorang pun boleh pernah menjadi seorang pencuri, dan terlebih lagi mencuri dari
mereka yang miskin. Hanya Bapa yang tahu betapa Aku menderita harus
melakukannya. Kalian juga harus menyesal, melihat bahwa seorang di Israel
melanggar Hukum dengan berusaha menipu mereka yang miskin dan seorang
janda. Jangan tamak. Kiranya jiwamu, bukan uang, yang menjadi hartamu.
Janganlah menjadi orang-orang yang bersumpah palsu. Biarlah perkataanmu
setulus dan sejujur perbuatanmu. Hidup ini tidak abadi dan saat kematian akan
datang. Hiduplah dalam cara begitu rupa hingga saat kematian damai ada dalam
hatimu. Damai mereka yang mengamalkan hidup jujur. Pulanglah…"

"Kasihanilah, Tuhan! Puteraku ini tuli sebab roh jahat menyiksanya."

"Dan saudara laki-lakiku ini seperti binatang najis, dia berkubang dalam lumpur dan
makan kotoran manusia. Suatu roh yang keji memaksanya untuk melakukan itu, dan
meski bertentangan dengan kehendaknya, dia melakukan hal-hal yang najis."

411
Yesus pergi kepada kelompok yang memohon. Ia mengangkat tangan-Nya dan
memberi perintah: "Keluarlah dari mereka. Serahkan kepada Allah makhluk-
makhluk-Nya."

Di tengah teriakan dan kegaduhan, kedua laki-laki malang itu disembuhkan.


Perempuan-perempuan yang membimbing mereka berlutut, seraya menyampaikan
berkat.

"Pulanglah dan bersyukurlah kepada Allah. Damai bagi kalian semua. Pergilah."

Orang banyak pergi, seraya memberikan komentar atas peristiwa-peristiwa yang


terjadi. Keempat murid berkumpul sekeliling Guru mereka.

"Sahabat-sahabat-Ku, dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepada kalian bahwa


segala jenis dosa dapat ditemukan di Israel dan roh-roh jahat sudah tinggal di sana.
Bukan hanya orang kerasukan yang mulutnya bisu, atau yang dikendalikan untuk
hidup seperti binatang dan makan kotoran. Tetapi kerasukan yang paling riil dan
banyak adalah kerasukan yang membuat hati bisu terhadap kejujuran dan kasih,
dan mengubah hati menjadi jamban kotoran kejahatan. Oh! Bapa!" Yesus duduk
dalam depresi.

"Apakah Engkau lelah, Guru?"

"Tidak lelah, Yohanes-Ku terkasih, tapi berduka oleh sebab keadaan jiwa-jiwa dan
kurangnya kehendak untuk tumbuh lebih baik. Aku telah datang… tapi manusia…
manusia…Oh, Bapa!..."

"Guru, aku mengasihi-Mu. Kami semua mengasihi-Mu…"

"Aku tahu. Tetapi kalian sangat sedikit… sementara kerinduan-Ku untuk


menyelamatkan jiwa-jiwa sangatlah besar!"

Yesus memeluk Yohanes, dan mengistirahatkan kepala-Nya pada kepala murid-


Nya. Ia berduka. Petrus, Andreas dan Yakobus ada di dekat-Nya, dan mereka
memandang-Nya dengan penuh kasih dan kepiluan hati.

Dan penglihatan pun berakhir demikian.

412
BAB 62. YESUS BERDOA DI WAKTU MALAM

5 November 1944

Aku melihat Yesus keluar dari rumah Petrus di Kapernaum, sebisa mungkin tanpa
menimbulkan suara. Jelas Ia menginap di sana hanya demi membuat Petrus
senang.

Malam sunyi senyap. Langit bagai sebuah canopy penuh bintang. Danau samar-
samar memantulkan kemilau langit dan, tanpa melihat, orang akan berpikiran bahwa
danau yang tenang ada di sana tengah tidur di bawah bintang-bintang, sebab
hempasan lembut air pada pantai berbatu.

Yesus membiarkan pintu setengah terbuka, memandangi langit, danau dan jalanan.
Ia merenung. Kemudian Ia mulai berjalan, bukan sepanjang pesisir danau,
melainkan ke arah desa. Ia melintasi sebagian wilayahnya menuju pedesaan. Ia
masuk ke pedesaan, menyusuri sebuah jalan kecil yang menghantar pada
permukaan turun naik yang pertama dari sebuah hutan kecil zaitun. Ia masuk dalam
kehijauan, kedamaian yang tenang, dan prostratio dalam doa.

Suatu doa yang teramat khusuk! Ia berdoa dengan berlutut, dan lalu, seolah Ia
dikuatkan, Ia berdiri tegak, wajah-Nya terarah ke Surga, sebentuk wajah yang
menjadi lebih rohaniah oleh terbitnya terang fajar musim panas yang jernih. Ia
berdoa dengan tersenyum sekarang, sementara sebelumnya, Ia menghela napas
panjang, mungkin karena dukacita moral. Kedua tangan-Nya sepenuhnya terentang.
Ia kelihatan bagai sebuah salib malaikat yang tinggi dan hidup, begitu lembut dalam
perilaku-Nya. Ia tampaknya memberkati seluruh negeri, hari yang baru, bintang-
bintang yang memudar dan danau, yang sekarang menjadi kelihatan.

413
"Guru! Kami mencari-Mu di mana-mana! Kami melihat pintu setengah terbuka, kala
kami kembali dengan ikan, dan kami pikir Engkau telah pergi. Tapi kami tak dapat
menemukan-Mu. Hingga akhirnya, seorang petani, yang sedang memuat
dagangannya ke dalam keranjang untuk membawanya ke kota, memberitahu kami.
Kami memanggil: 'Yesus, Yesus!', dan dia mengatakan: 'Apakah kalian mencari
Rabbi Yang berbicara kepada orang banyak? Ia lewat jalan itu, naik ke pegunungan.
Ia pasti ada di hutan kecil zaitun Mikha, sebab Ia sering ke sana. Aku melihat-Nya di
sana sebelumnya.' Ia benar. Mengapakah Engkau keluar pagi-pagi sekali, Guru?
Mengapa Engkau tidak beristirahat? Apakah tempat tidurnya tidak nyaman?…"

"Tidak, Petrus. Tempat tidurnya nyaman dan kamarnya bagus. Tetapi Aku sering
melakukannya. Untuk mengangkat roh-Ku dan bersatu dengan Bapa. Doa adalah
kekuatan bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Kita memperoleh segalanya dengan
doa. Jika kita tidak menerima rahmat, yang tidak selalu Bapa anugerahkan - dan
janganlah kita berpikir itu karena kurangnya kasih, sebaliknya kita harus percaya
bahwa itu adalah kehendak Tata Tertib yang menguasai takdir setiap manusia untuk
suatu tujuan baik. Doa pasti memberi kita damai dan kepuasan, memungkinkan kita
untuk menanggung begitu banyak hal yang menyakitkan, tanpa keluar dari jalan
kekudusan. Kau tahu, Petrus, mudah sekali punya pikiran yang kacau dan hati yang
risau karena apa yang terjadi di sekeliling kita! Dan bagaimana dapat pikiran yang
kacau atau hati yang risau merasakan Allah?"

"Itu benar. Tetapi kami tidak tahu bagaimana berdoa! Kami tidak bisa mendaraskan
kata-kata indah seperti yang Kau ucapkan."

"Ucapkan saja kata-kata yang kalian tahu, sebaik yang kalian dapat. Bukan kata-
kata, melainkan perasaan dengan mana kata-kata itu diucapkan yang menjadikan
doa kalian berkenan kepada Bapa."

"Kami ingin berdoa seperti Engkau berdoa."

"Aku akan mengajarkan kepada kalian juga berdoa. Aku akan mengajarkan kepada
kalian doa yang paling suci. Tapi, demi menghindarkannya dari menjadi sekedar
rumusan kosong di bibirmu, Aku ingin hatimu memiliki setidaknya sedikit kekudusan,
terang dan kebijaksanaan… Itulah sebabnya mengapa Aku mengajar kalian. Kelak,
Aku akan mengajarkan kepada kalian doa suci itu. Mengapakah kalian mencari-Ku,
adakah yang kalian inginkan dari-Ku."

"Tidak, Guru. Tetapi ada banyak yang menginginkan begitu banyak dari-Mu. Sudah
ada orang-orang yang datang dari Kapernaum, dan mereka miskin, sakit, malang,
orang-orang berkehendak baik yang antusias mendengarkan pengajaran. Ketika
mereka menanyakan Engkau, kami menjawab: 'Guru lelah, Ia sedang tidur. Pergilah
dan kembalilah hari Sabat mendatang.'"

"Tidak, Simon. Kau tak boleh berkata begitu. Bukan hanya satu hari saja untuk
belas-kasihan. Aku adalah Kasih, Terang dan Kesehatan setiap hari dalam pekan."

414
"Tapi… selama ini Engkau berbicara hanya pada hari Sabat ."

"Sebab Aku masih belum dikenal. Tetapi setelah Aku dikenal, setiap hari akan ada
aliran Kasih Karunia dan rahmat. Aku dengan sungguh-sungguh mengatakan
kepada kalian bahwa saatnya akan tiba ketika bahkan rentang waktu yang diberikan
kepada seekor burung pipit untuk beristirahat pada sebuah dahan dan makan
beberapa bulir kecil biji-bijian tidak akan diberikan kepada Putra manusia untuk
beristirahat dan makan."

"Tetapi Engkau akan jatuh sakit! Kami tak akan membiarkan itu terjadi. Kebaikan
hati-Mu jangan sampai membuat-Mu menderita."

"Dan apakah kau pikir itu dapat membuat-Ku menderita? Oh! Andai seluruh dunia
datang kepada-Ku untuk mendengarkan-Ku, untuk meratapi dosa-dosanya dan
penderitaannya pada hati-Ku, untuk disembuhkan dalam tubuh dan jiwanya, dan
Aku kehabisan tenaga karena berbicara, dan mengampuni dan mencurahkan kuasa-
Ku, Aku akan sangat bahagia, Petrus, hingga Aku bahkan tak akan menyesali
Surga, di mana Aku ada dalam Bapa! Darimanakah mereka yang datang kepada-
Ku?"

"Dari Khorazim, Betsaida, Kapernaum, dan sebagian bahkan dari Tiberias dan
Gherghesa, juga dari ratusan desa sekitar kota-kota itu."

"Pergi dan katakan kepada mereka bahwa Aku akan berada di Khorazim, Betsaida
dan desa-desa sekitarnya."

"Mengapa tidak di Kapernaum?"

"Sebab Aku datang untuk semua orang dan semua orang harus memiliki Aku, dan
lalu… ada Ishak tua yang menunggu-Ku. Kita tidak boleh mengecewakan
pengharapannya."

"Jadi, apakah Kau akan menunggu kami di sini?"

"Tidak, Aku akan pergi dan kalian tinggal di Kapernaum untuk menghantar orang
banyak kepada-Ku; Aku akan kembali kemudian."

"Kita akan di sini sendirian..." Petrus sedih.

"Janganlah sedih. Ketaatan seharusnya membuatmu bahagia, pula keyakinan


bahwa kau seorang murid yang berguna. Hal yang sama berlaku bagi yang lain."

Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes bergembira. Yesus memberkati mereka,


dan mereka berpisah.

Penglihatan pun berakhir demikian

415
BAB 63. PENDERITA KUSTA DISEMBUHKAN DEKAT
KHORAZIM

6 November 1944

Sejak sebelum fajar, seperti detail dari sebuah foto yang sempurna, aku melihat
dalam rohku seorang penderita kusta yang malang.

Dia sungguh seorang yang payah, sama sekali diremukkan oleh penyakitnya, hingga
aku tak dapat mengatakan usianya. Terpuruk hingga bagai rangka tengkorak,
setengah telanjang, tubuhnya dalam keadaan seperti mumi yang rusak, dengan
tangan dan kaki yang tak karuan bentuknya, sebab bagian-bagiannya telah hilang,
hingga tangan dan kaki yang malang itu tak lagi kelihatan seperti milik seorang
manusia. Tangan-tangannya terpelintir dan bercakar, serupa cakar monster
bersayap; kaki-kakinya begitu tercuil-cuil dan kacau bentuknya, hingga nyaris seperti
kuku lembu.

Dan kepalanya!... aku pikir kepala seorang yang dibiarkan tak terkubur dan
dimumikan oleh matahari dan angin, pastilah serupa dengan kepala orang ini.
Beberapa helai rambut dahi yang tersisa, tersebar di sana sini, mencuat dari kulit
yang keras kekuningan, bagai debu yang mengering di atas sebuah tengkorak. Mata
yang sangat cekung, setengah terbuka, bibir dan hidung separuh dimakan penyakit
dan memperlihatkan tulang rawan dan gusi. Dua daun telinga tak sempurna. Sekujur
tubuhnya yang kelihatan dibalut oleh kulit yang keriput, kuning seperti kaolin jenis
tertentu, dengan tulang-belulang kelihatan di sana sini: kulitnya tampaknya bertugas
menjaga kesatuan segala tulang-belulang itu, dalam wadahnya yang dekil,
semuanya diselimuti carut-marut dan borok busuk. Sungguh sangat payah!

Aku tak dapat tidak membayangkan personifikasi Maut yang bergentayangan di


bumi, yang berbalut kulit keriput pada rangka tengkoraknya, terbungkus dalam
selembar mantol dekil yang compang-camping, yang menggenggam dalam
tangannya bukan sebilah sabit, melainkan sebuah tongkat bengkok yang direnggut
dari sebatang pohon.

Dia berada di pintu masuk sebuah gua yang terpencil, sebuah gua yang sungguh,
dalam keadaan begitu bobrok hingga aku tak dapat mengatakan apakah itu
sesungguhnya sebuah pekuburan, atau sebuah gubug untuk para penebang kayu
atau puing-puing sebuah rumah yang roboh. Ia memandang ke arah jalanan, yang
lebih dari seratus meter jaraknya dari guanya, sebuah jalan raya, yang berdebu dan
masih bermandikan cahaya matahari. Tak ada seorang pun di jalanan. Sepanjang
mata memandang, di jalanan hanya ada cahaya matahari, debu dan keterasingan.

416
Jauh lebih di atas, ke arah barat laut, pastilah ada sebuah desa atau kota. Aku dapat
melihat rumah-rumah pertama. Jauhnya setidaknya satu kilometer.

Orang yang sakit kusta itu memandang dan mengeluh. Ia mengambil sebuah
mangkuk sumbing dan mengisinya dengan air dari anak sungai. Dia minum. Dia
masuk ke dalam semak belukar, di belakang guanya, membungkuk dan mencabut
akar-akar liar dari tanah. Dia kembali ke anak sungai, membasuhnya, menyingkirkan
kotorannya dengan sedikit air dari anak sungai dan dia memakannya perlahan,
dengan enggan memasukkannya ke dalam mulutnya dengan tangannya yang rusak.
Pastilah akar-akaran itu sekeras kayu. Dia kesulitan mengunyahnya dan harus
banyak memuntahkannya kembali sebab dia tak dapat menelannya, kendati air yang
diminumnya untuk membantunya menelan.

"Di manakah kau, Habel ?" teriak seseorang.

Orang yang sakit kusta itu bangkit, ada sesuatu pada bibirnya yang mungkin adalah
seulas senyum. Tetapi bibirnya begitu rusak keadaannya hingga isyarat lahiriah
sebuah senyum menjadi samar dan tak berbentuk. Ia menjawab dengan suara yang
aneh dan melengking: mengingatkanku pada siulan burung tertentu, yang nama
tepatnya aku tidak tahu: "Aku di sini! Aku tak percaya kau akan datang lagi. Aku pikir
sesuatu telah terjadi atasmu. Aku sedih… Jika aku kehilangan kau juga, apa jadinya
dengan si Habel malang?" Sementara berbicara, dia berjalan menuju jalanan, sejauh
yang mungkin menurut Hukum, tampaknya, sebab di tengah jalan, dia berhenti.

Seorang laki-laki bergerak maju di jalanan; dia bergerak begitu cepat hingga tampak
berlari.

"Sungguhkah itu kau, Samuel? Oh! Jika kau bukan orang yang aku tunggu,
siapapun engkau, jangan sakiti aku!"

"Ini aku, Habel, ini aku! Dan aku sudah sembuh. Lihat bagaimana aku bisa berlari.
Aku terlambat, aku tahu. Dan aku khawatir akan engkau. Tapi ketika kau dengar…
oh! kau akan gembira. Dan aku membawa bukan hanya pinggiran roti seperti
biasanya, melainkan sebongkah roti yang enak dan baru, dan ini semua untukmu,
dan aku membawa beberapa ikan yang baik, dan keju, dan semua ini untukmu. Aku
ingin kau bersukacita, sahabatku yang malang, dan dengan demikian bersiap untuk
suatu sukacita yang terlebih besar."

"Tetapi bagaimana kau bisa menjadi begitu kaya? Aku tidak mengerti…"

"Akan kukatakan kepadamu."

"Dan sembuh. Kau tidak kelihatan sama seperti yang dulu!"

"Jadi, dengarkan. Aku dengar bahwa di Kapernaum ada Rabbi, yang adalah seorang
yang kudus, dan aku pergi…"

"Berhenti, berhenti! Aku kusta."

417
"Oh! Tak masalah! Aku tak lagi takut akan apapun." Laki-laki itu, yang adalah
sungguh si timpang yang disembuhkan dan ditolong oleh Yesus, dengan langkah
gesitnya sudah hampir dekat si kusta dan hanya beberapa langkah saja jaraknya. Ia
berbicara sementara berjalan dan tersenyum bahagia.

Akan tetapi si kusta berkata lagi: "Demi nama Allah, berhentilah. Jika ada yang
melihatmu…"

"Aku berhenti. Lihat: aku meletakkan perbekalan di sini. Makanlah, sementara aku
berbicara kepadamu." Dia meletakkan sebuah kantung di atas sebuah batu besar,
dan membukanya. Dia lalu mundur beberapa langkah, sementara si kusta maju ke
depan dan melemparkan diri di depan makanan yang begitu jarang didapatkannya.

"Oh! Berapa lama sejak terakhir kali aku makan makanan seperti ini! Betapa enak!
Dan aku baru saja berpikiran bahwa aku akan pergi beristirahat dengan perut
kosong. Tak ada jiwa yang berbelas-kasihan hari ini… dan bahkan kau tidak… aku
mengunyah sedikit akar-akaran…"

"Habel yang malang! Aku takut akan hal itu. Tapi aku katakan: 'Baik, kau mungkin
sedih sekarang, tapi kau akan bahagia selamanya!'"

"Gembira, ya, karena makanan yang lezat ini. Tetapi sesudahnya…"

"Tidak! Kau akan bahagia selamanya…"

Si kusta menggelengkan kepalanya.

"Dengarkan, Habel. Jika kau dapat punya iman, kau akan bahagia."

"Tapi iman kepada siapa?"

"Kepada Rabbi. Kepada Rabbi Yang menyembuhkanku."

"Tetapi aku seorang kusta. Dan pada tahap terakhir! Bagaimana Ia dapat
menyembuhkanku?"

"Oh! Ia bisa! Ia itu kudus."

"Ya, juga Elisa menyembuhkan Naaman si kusta... aku tahu… tapi aku… aku tak
dapat pergi ke Yordan."

"Kau akan disembuhkan tanpa perlu air apapun. Dengarkan: Rabbi ini adalah sang
Mesias, kau paham? Mesias! Ia adalah Putra Allah. Dan Ia menyembuhkan semua
orang yang punya iman. Kata-Nya: 'Aku ingin' dan roh-roh jahat kabur, kaki timpang
dikuatkan, dan mata buta dicelikkan."

"Oh! Aku akan punya iman, sungguh! Tapi bagaimanakah aku dapat bertemu
dengan Mesias?"

418
"Tepat… aku datang tepat untuk itu. Ia biasa di sana, di desa itu. Aku tahu di mana
Ia akan berada sore ini. Jika kau ingin… aku katakan: 'Aku akan beritahu Habel, dan
jika Habel merasa bahwa dia dapat punya iman, aku akan membawanya kepada
Guru.'"

"Apakah kau sudah gila, Samuel? Jika aku pergi ke dekat rumah-rumah, aku akan
dirajam."

"Tidak dekat rumah-rumah. Sebentar hari akan menjadi gelap. Aku akan
membawamu ke semak belukar itu, dan lalu aku akan pergi dan memanggil Guru.
Aku akan menghantarkan-Nya padamu."

"Pergi, pergilah segera! Aku akan pergi sendiri ke tempat itu. Aku akan berjalan
dalam parit, di belakang pagar tanam-tanaman, tapi pergi, pergilah… Oh! pergilah,
sahabat baikku! Andai kau tahu betapa penderitaan akibat penyakit ini. Dan apa
artinya berharap untuk disembuhkan!..." Si kusta tak lagi tertarik pada makanannya.
Ia menangis dan memohon kepada sahabatnya.

"Aku pergi, dan kau akan datang." Si timpang yang telah disembuhkan itu berlari
pergi.

Habel dengan susah payah menuruni parit yang turun ke jalan, sebab parit penuh
semak belukar yang tumbuh pada tanah yang kering. Hanya di bagian tengah ada
aliran air. Hari mulai petang, dan laki-laki malang itu merambat di antara semak-
belukar, dengan senantiasa waspada kalau-kalau ia mendengar langkah kaki. Dua
kali dia harus bersembunyi di dasar parit: pertama kali ketika seorang penunggang
kuda melewati jalan, kedua kali ketika tiga orang, dengan beban jerami, lewat untuk
pergi ke desa. Dan dia terus bergerak maju.

Yesus dan Samuel tiba di semak belukar sebelum dia tiba. "Dia akan berada di sini
tak lama lagi. Dia bergerak sangat lamban oleh sebab luka-lukanya. Bersabarlah."

"Aku tidak tergesa-gesa."

"Apakah Engkau akan menyembuhkannya?"

"Apakah dia punya iman?"

"Oh!... dia nyaris mati kelaparan. Dia melihat makanan itu setelah bertahun-tahun
tidak menyantapnya, dan meski begitu, baru beberapa suap, dia meninggalkan
semuanya untuk datang kemari."

"Bagaimana kau bertemu dengannya?"

"Engkau… aku hidup dari belas kasihan sesudah kemalanganku dan aku pergi
menyusuri jalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Aku biasa lewat di sini setiap
tujuh hari dan aku bertemu dengan laki-laki malang itu… Suatu hari, karena
kelaparan, dia harus pergi ke jalan utama mencari sesuatu, dalam badai yang

419
sangat ganas. Dia mengais di sampah, seperti seekor anjing. Aku punya sebongkah
roti kering dalam tas kainku, pemberian orang-orang yang baik, dan aku berbagi
dengannya. Kami bersahabat sejak itu, dan aku membawakan makanan untuknya
setiap pekan. Dengan apa yang aku punya… Jika aku punya banyak, aku dapat
memberi banyak; jika aku punya sedikit, aku memberi sedikit. Aku melakukan apa
yang aku dapat seolah dia adalah saudaraku. Sebab Engkau telah
menyembuhkanku, semoga Engkau diberkati, aku berpikir tentang dia… dan tentang
Engkau."

"Engkau baik hati, Samuel; itulah sebabnya mengapa kau dikunjungi rahmat. Dia
yang mengasihi layak akan segala sesuatu dari Allah. Tapi, ada sesuatu yang
bergerak-gerak di antara ranting-ranting…"

"Apa itu kau, Habel?"

"Ya, ini aku."

"Mari, Guru sudah menunggumu di sini, di bawah pohon kenari."

Si kusta naik dari parit dan memanjat ke tepi, yang diseberanginya dan masuk ke
dalam padang rumput. Yesus, dengan punggung-Nya bersandar pada sebuah
pohon kenari yang sangat tinggi, menunggunya.

"Guru, Mesias, Yang Kudus, kasihanilah aku!" dan dia menjatuhkan diri di atas
rerumputan di depan kaki Yesus. Dengan wajahnya masih mencium tanah dia
berkata: "Tuhan-ku! Jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku!"

Dia lalu berani bangkit pada lututnya; dia merentangkan kedua lengannya yang
tinggal tulang berbalut kulit, dengan tangan-tangan yang bengkok. Dia mengangkat
wajah rusaknya yang seperti tengkorak… Airmata mengalir deras dari rongga
matanya yang rusak ke atas bibirnya yang rusak. Yesus memandangnya dengan
penuh belas-kasihan. Ia menatap pada bayangan orang, yang dimakan penyakit
yang mengerikan, yang begitu menjijikkan dan berbau busuk hingga hanya cinta
kasih sejati yang dapat tahan berada dekatnya. Dan walau demikian, Yesus
mengulurkan tangan-Nya, tangan kanan-Nya yang sehat dan indah, untuk membelai
makhluk malang itu.

Si kusta, tanpa bangkit berdiri, menjatuhkan diri ke belakang di atas tumitnya, dan
berteriak: "Jangan sentuh aku! Kasihanilah aku!"

Tetapi Yesus mengambil langkah maju. Penuh wibawa, lembut dan iba hati Yesus
menempatkan jari-jemariNya ke atas kepala laki-laki yang dimakan kusta, dan
dengan suara rendah, yang penuh kasih namun penuh kuasa, Ia berkata: "Aku
menghendakinya! Jadilah tahir!" Tangan-Nya tetap di atas kepala malang itu untuk
beberapa menit. "Bangkitlah. Pergilah kepada imam. Genapilah ketetapan Hukum.
Dan jangan katakan kepada siapapun tentang apa yang Aku lakukan untukmu.
Jadilah orang baik. Jangan berbuat dosa lagi. Aku memberkatimu."

420
"Oh! Tuhan! Habel! Kau sama sekali sembuh!" Samuel, yang melihat perubahan
total pada sahabatnya, berseru penuh sukacita.

"Ya, dia disembuhkan. Dia pantas untuk itu sebab imannya. Damai besertamu."

"Guru! Guru! Guru! Aku tak ingin meninggalkan-Mu. Aku tak dapat meninggalkan-
Mu."

"Lakukanlah apa yang ditentukan Hukum. Kita akan bertemu kembali. Sekali lagi
Aku memberkatimu."

Yesus pergi, seraya mengangguk kepada Samuel untuk menyuruhnya tinggal.


Kedua sahabat itu mencucurkan airmata sukacita, sementara dalam terang cahaya
bulan mereka kembali ke gua untuk terakhir kalinya melewatkan malam dalam liang
kemalangan.

Dan penglihatan pun berakhir demikian.

421
BAB 64. ORANG LUMPUH DISEMBUHKAN DI RUMAH
PETRUS

[...] Pada hari yang sama, 9 November, segera sesudahnya.

Aku melihat pantai Danau Genesaret. Dan aku dapat melihat perahu-perahu ditarik
merapat ke pantai oleh para nelayan; di pantai, Petrus dan Andreas bersandar pada
perahu, hendak menambal jala, yang dibawa para pekerja mereka, masih
meneteskan tetesan-tetesan air, setelah dibasuh di danau guna menyingkirkan
kotoran-kotoran yang tersangkut. Sekitar sepuluh yard dari situ, Yohanes dan
Yakobus, membungkuk di atas perahu mereka, sibuk membersihkan, dengan
dibantu oleh seorang pekerja dan seorang laki-laki berusia sekitar limapuluh atau
limapuluh lima tahun, yang aku pikir adalah Zebedeus, sebab pekerja memanggilnya
"tuan" dan juga karena ia sangat serupa dengan Yakobus.

Petrus dan Andreas, dengan punggung bersandar pada perahu, bekerja dengan
tenang menyimpulkan senar-senar jala dan memasang gabus pada jala. Sesekali
mereka saling melontarkan beberapa patah kata mengenai pekerjaan mereka, yang,
sejauh aku mengerti, tidak membuahkan hasil.

Petrus menyesalinya, bukan karena kurangnya laba atau pekerjaan yang tidak
menguntungkan, melainkan ia mengatakan: "Aku sedih, karena apakah yang harus
kita lakukan untuk memberi makan orang-orang malang itu? Kita hanya sesekali
menerima amal dan aku tak akan menyentuh kesepuluh keping perak dan ketujuh
dirham yang kita kumpulkan selama empat hari terakhir. Hanya Guru yang dapat
mengatakan kepada siapa dan bagaimana uang itu diberikan. Dan Ia tak akan

422
datang kembali ke sini hingga Sabat! Andai saja hasil tangkapan kita bagus!... aku
akan memasak sedikit ikan untuk orang-orang miskin… dan jika ada yang
mengomel di rumah, aku tidak akan peduli. Orang-orang yang sehat bisa mencari
makan sendiri. Tetapi orang-orang yang sakit!..."

"Terutama orang lumpuh itu!... Mereka telah menempuh perjalanan begitu jauh demi
membawanya kemari…" kata Andreas.

"Dengar saudaraku. Aku pikir... kita tak bisa tetap terpisah seperti ini, dan aku tidak
mengerti mengapa Guru tidak menghendaki kita bersama-Nya sepanjang waktu.
Setidaknya… aku tak akan melihat orang-orang miskin ini yang tak dapat aku tolong,
dan jika aku melihat mereka aku akan mengatakan kepada mereka: "Ia di sini."

"Aku di sini!" Yesus telah tiba dekat mereka, berjalan diam-diam di atas pasir yang
lembut.

Petrus dan Andreas terkejut. Mereka berseru: "Oh! Guru!" dan mereka berteriak:
"Yakobus! Yohanes! Guru! Kemarilah!"

Kedua bersaudara itu bergegas datang. Mereka semua mengelilingi Yesus.


Sebagian mencium jubah-Nya, sebagian mencium tangan-Nya, dan Yohanes berani
melingkarkan tangannya pada pinggang-Nya, dan menyandarkan kepalanya pada
dada Yesus. Yesus mengecup rambutnya. "Apa yang sedang kalian bicarakan?"

"Guru… kami sedang membicarakan betapa senangnya andai Kau ada di sini."

"Kenapa, sahabat-Ku?"

"Bertemu dengan-Mu dan senang bertemu dengan-Mu, dan juga karena orang-
orang malang dan orang-orang sakit. Mereka telah menunggu-Mu selama lebih dari
dua hari… aku melakukan apa yang aku dapat. Aku menempatkan mereka di sana,
lihat gubuk di tanah kosong itu? Di sana para pengrajin memperbaiki perahu. Aku
menampung di sana seorang lumpuh, yang suhu tubuhnya sangat tinggi, dan
seorang anak laki-laki kecil yang meregang nyawa dalam pelukan ibunya. Aku tak
dapat menyuruh mereka pergi mencari-Mu."

"Kau bertindak benar. Tetapi bagaimana kau dapat menolong mereka dan siapakah
yang membawa mereka ke sini? Katamu mereka miskin!"

"Ya Guru, benar. Orang-orang kaya punya kuda dan kereta. Orang-orang miskin
hanya punya kaki mereka. Mereka tak dapat datang mencari-Mu secepat yang
mereka kehendaki. Aku melakukan apa yang aku dapat. Lihat: ini amal yang aku
terima. Aku tidak menyentuh sepeser pun. Engkau yang melakukannya."

"Petrus, kau pun bisa melakukan itu juga. Tentu… Petrus-Ku terkasih, maafkan Aku
jika kau harus ditegur dan harus bekerja ekstra karena Aku."

423
"Tidak, Tuhan. Engkau tak perlu minta maaf. Itu tak masalah bagiku. Aku hanya
menyesal tak dapat lebih bermurah hati. Tapi, percayalah, aku telah melakukan,
kami semua telah melakukan apa yang kami dapat."

"Aku tahu. Aku tahu bahwa kalian telah bekerja namun hasilnya sia-sia. bahkan
meski tidak ada makanan, kemurahan hatimu tetap tinggal: hidup, aktif dan kudus di
mata Allah."

Beberapa anak bergegas mengerumuni mereka sembari berteriak: "Guru! Guru di


sini! Inilah Yesus, inilah Yesus!" dan mereka mengerubuti Dia, Yang membelai
mereka sementara berbicara kepada para murid-Nya.

"Simon, Aku akan pergi ke rumahmu. Kalian semua akan pergi dan mengatakan
kepada orang banyak bahwa Aku telah kembali dan lalu hantarkan kepada-Ku
orang-orang yang sakit."

Para murid segera pergi ke berbagai jurusan. Tetapi seluruh Kapernaum tahu bahwa
Yesus telah datang, terima kasih kepada anak-anak yang seperti lebah berkeriapan
dari sarang lebah menuju ke berbagai jenis bunga-bungaan; dalam kisah kita ini
menuju rumah-rumah, jalanan-jalanan, dan lapangan-lapangan. Mereka datang dan
pergi dengan sukacita, memberitahu ibu mereka, orang-orang yang lewat, orang-
orang tua yang duduk di bawah sinar matahari, dan mereka berlari kembali untuk
dibelai oleh Dia Yang mengasihi mereka. Seorang dari mereka, seorang bocah laki-
laki yang berani mengatakan: "Berbicaralah kepada kami dan bagi kami, hari ini,
Yesus. Kau tahu kami mengasihi-Mu dan kami lebih baik dari orang-orang dewasa."

Yesus tersenyum kepada psikolog belia itu dan berjanji: "Aku akan berbicara khusus
untukmu." Dan dengan diikuti oleh anak-anak, Ia pergi ke rumah dan memasukinya
sembari menyampaikan salam damai seperti biasanya: "Damai bagi rumah ini."
Orang banyak memadati ruangan besar di belakang rumah, yang digunakan sebagai
gudang jala, tali-temali, keranjang, dayung, layar dan perbekalan. Petrus pastilah
telah memberikannya untuk pelayanan Yesus, sebab semua telah ditumpuk di satu
pojok guna memperluas ruang. Danau tak kelihatan dari sini. Hanya deburan ombak
yang lembut kedengaran. Sebaliknya orang dapat melihat tembok rendah kehijauan
dari kebun sayur-mayur dan buah-buahan, dengan pohon anggur tua dan pohon ara
yang rimbun. Ada juga orang-orang bahkan di jalanan, mereka tak beroleh tempat
dalam ruangan dan juga di kebun sayur-mayur dan buah-buahan, sehingga mereka
memadati jalanan.

Yesus mulai berbicara. Di barisan depan, ada lima… orang-orang terpandang, yang
telah menerobos orang banyak dengan mendorong-dorong, mengambil keuntungan
dari rasa takut yang mereka tebarkan atas orang-orang yang malang. Pakaian
mereka yang mewah dan kebanggaan mereka menunjukkan bahwa mereka adalah
kaum Farisi dan ahli Taurat. Tetapi Yesus menghendaki sahabat-sahabat kecil-Nya
ada sekeliling-Nya, sebentuk mahkota dari wajah-wajah kecil tak berdosa, dengan
mata-mata berbinar, dan senyum-senyum bak malaikat, semuanya tertuju kepada-

424
Nya. Yesus berbicara dan sementara berbicara, sesekali Ia membelai rambut ikal
seorang kanak-kanak yang duduk di atas kaki-Nya, dengan mengistirahatkan
kepalanya di atas lengannya yang ditekuk di atas pangkuan Yesus. Yesus berbicara
dari atas tumpukan tinggi keranjang-keranjang dan tali-temali.

"Kekasihku telah turun ke kebunnya, ke bedeng rempah-rempah untuk


menggembalakan domba dalam kebun dan memetik bunga bakung…
menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung," kata Salomo, putera
Daud, dari siapa Aku diturunkan, Aku, Mesias Israel.

Kebun-Ku! Kebun manakah yang terlebih indah dan layak akan Allah dibandingkan
Surga, di mana bunga-bunganya adalah malaikat-malaikat yang diciptakan oleh
Bapa? Dan walau begitu, tidaklah demikian. Putra Tunggal Bapa, Putra Manusia
menginginkan kebun yang lain, sebab adalah demi manusia Aku mengenakan
daging, yang tanpanya Aku tak akan dapat menebus kesalahan-kesalahan dari
daging manusia. Sebuah kebun yang mungkin sedikit lebih rendah dari yang
surgawi, andai dari Firdaus duniawi, anak-anak Adam, anak-anak Allah, menyebar,
bagai lebah-lebah dari sebuah sarang lebah, memenuhi bumi dengan kekudusan
yang diperuntukkan sepenuhnya bagi Surga. Akan tetapi musuh menaburkan onak
dan duri dalam hati Adam, dan onak duri telah meluap dari hatinya ke bumi. Bukan
lagi sebuah kebun, melainkan sebuah hutan liar yang ganas di mana demam
berdiam dan ular-ular bersarang.

Dan meski demikian Bapa Terkasih masih memiliki sebuah kebun di dunia yang
dikuasai oleh Mamon ini. Kebun yang diberi-Nya makan dengan makanan surgawi-
Nya: kasih dan kemurnian; bedeng di mana Ia memetik bunga-bunga kesukaan-Nya,
bunga-bunga yang tak ternoda oleh hawa nafsu, ketamakan, kesombongan. Inilah
dia. (Yesus membelai sebanyak mungkin anak, menepuk dengan tangan-Nya
kepala-kepala kecil yang memandang penuh perhatian, satu belaian besar yang
menyentuh mereka dengan lembut dan membuat mereka tersenyum bahagia). Inilah
bunga-bunga bakung-Ku.

Salomo dalam segala kemegahannya tidak berpakaian seindah bunga bakung yang
mengharumkan lembah, pun dia tidak memiliki mahkota yang terlebih anggun
dibandingkan mahkota bunga bakung. Dan meski begitu, untuk hati-Ku, tak ada
bunga bakung yang setara dengan ini. Tak ada bedeng bunga, tak ada kebun orang
kaya, yang seluruhnya ditanami dengan bunga bakung sekalipun, yang Aku anggap
setara dengan satu saja dari anak-anak kecil yang murni, tanpa dosa, tulus dan
bersahaja ini.

Laki-laki dan perempuan Israel! Kalian, orang-orang besar dan orang-orang


sederhana menurut kekayaan dan kedudukan kalian, dengarkanlah! Kalian berada
di sini sebab kalian ingin mengenal Aku dan mengasihi Aku. Oleh karenanya, kalian
harus tahu syarat utama untuk menjadi kepunyaan-Ku. Aku tidak akan berbicara

425
dengan kata-kata sulit. Pula Aku tidak akan memberi kalian contoh-contoh yang
lebih sulit. Aku berkata kepada kalian: "Contohlah anak-anak ini."

Siapakah di antara kalian yang tidak mempunyai anak, keponakan, atau adik kecil di
rumah? Bukankah mereka itu penghibur yang menenangkan, pengikat kasih
orangtua, sanak saudara, teman dan kawan? Jiwa mereka semurni fajar yang jernih,
wajah mereka memudarkan awan dan membangkitkan inspirasi, belaian mereka
mengeringkan airmata dan memberi kalian kekuatan baru! Mengapa ada begitu
besar kekuatan dalam diri mereka, padahal mereka itu lemah, tak berdaya dan
masih belum mengerti? Karena mereka memiliki Allah dalam diri mereka, mereka
memiliki kekuatan dan kebijaksanaan dalam Allah. Kebijaksanaan sejati: mereka
tahu bagaimana mengasihi dan percaya. Mereka tahu bagaimana percaya dan
merindukan. Mereka tahu bagaimana hidup dalam kasih yang begitu rupa dan iman
yang begitu rupa. Jadilah seperti mereka: bersahaja, murni, tulus, setia.

Tak ada seorang bijak pun di Israel yang lebih besar dari yang paling kecil dari anak-
anak ini, yang jiwanya menjadi milik Allah dan Kerajaan-Nya menjadi milik mereka.
Diberkati oleh Bapa, dikasihi oleh Putra Bapa, bunga-bunga dari kebun-Ku, kiranya
damai sertamu dan serta siapapun yang meneladani kalian demi Aku." Yesus
selesai.

"Guru!" seru Petrus di tengah orang banyak, "orang-orang sakit ada di sini. Dua dari
antara mereka dapat menunggu hingga Kau keluar, tapi yang satu ini terjepit di
antara orang banyak dan… dia tak dapat lagi tetap di sini. Apakah mungkin bagi
kami untuk masuk? Haruskah aku menyuruhnya kembali?"

"Jangan, turunkan dia melalui atap."

"Engkau benar. Kami akan melakukannya segera."

Aku dapat mendengar mereka membongkar atap yang rendah dari ruangan besar
itu, yang serambinya tidak dibangun dari semen, sebab ruang penyimpanan itu
bukan sungguh bagian dari rumah. Atap dibentuk dengan ranting-ranting yang
ditutup dengan lempengan-lempengan batu seperti batu tulis. Aku tidak tahu batu
apa itu. Mereka membuat sebuah lubang melalui mana, dengan tali-temali, mereka
menurunkan usungan kecil di mana si sakit terbaring. Usungan itu diturunkan di
depan Yesus.

Orang banyak berkerumun mendekat untuk melihat.

"Keduanya, kau dan yang membawamu punya iman yang besar."

"Oh! Tuhan! Bagaimana kami dapat tidak beriman kepada-Mu?"

"Baiklah, Aku berkata kepadamu: Nak (dia seorang yang masih sangat muda) dosa-
dosamu diampuni."

426
Pemuda itu menatap-Nya, menangis… mungkin dia agak kecewa sebab dia
berharap disembuhkan tubuhnya. Kaum Farisi dan para ahli Taurat saling
membisikkan sesuatu satu kepada yang lain dengan hidung terangkat ke atas dan
mulut mencibir.

"Mengapakah kalian bersungut-sungut, terlebih dalam hati kalian dibandingkan


dengan mulut kalian? Menurut kalian, manakah yang lebih mudah, mengatakan
kepada si lumpuh: 'Dosa-dosamu sudah diampuni' atau 'Bangunlah, ambil tilam
kecilmu dan berjalanlah'? Kalian berpikir bahwa hanya Allah yang dapat
mengampuni dosa. Tapi kalian tak dapat menjawab yang manakah dari hal-hal ini
yang lebih besar, sebab pemuda ini, yang seluruh tubuhnya tak berdaya baginya,
sudah menghabiskan banyak uang tanpa dapat sembuh. Dan dia hanya bisa
disembuhkan oleh Allah. Sekarang, agar kalian tahu bahwa Aku dapat melakukan
segalanya, agar kalian dapat tahu bahwa Putra Manusia memiliki kuasa baik atas
tubuh maupun jiwa, di bumi dan di Surga, Aku berkata kepadanya: 'Bangunlah.
Pungut tilammu dan berjalanlah. Pulanglah dan jadilah kudus."

Pemuda itu tersentak, dia berteriak, berdiri, dan dia menjatuhkan diri di kaki Yesus,
mencium dan membelainya, dia menangis dan tertawa, dan sanak saudaranya juga
orang banyak berbuat serupa. Orang banyak terbelah menjai dua guna memberinya
jalan, seolah dialah pemenang, dan mereka mengikutinya dengan bersukacita.
Kelima orang yang dengki berlalu pergi, dengan angkuh dan sekaku kayu.

Demikianlah sehingga seorang ibu dapat masuk dengan kanak-kanaknya: seorang


bayi kecil kurus-kering, masih belum disapih. Si ibu mengulurkan bayinya dengan
hanya mengatakan: "Yesus, Engkau mengasihi mereka. Engkau yang mengatakan
begitu. Demi kasih-Mu dan demi BundaMu!..." dan dia pun menangis.

Yesus mengambil anak yang masih menyusu itu, yang sedang meregang nyawa, Ia
mendekapkannya pada dada-Nya, sesaat Ia menempatkan wajah kecil dengan bibir
mungilnya yang biru dan bulu-bulu matanya yang telah terkatup, pada bibir-Nya.
Hanya sesaat demikian: ketika Ia menjauhkannya dari jenggot pirang-Nya, wajah
kecil itu menjadi kemerahan, mulut mungil itu tersenyum samar seperti yang biasa
dilakukan para bayi, mata kecilnya memandang sekeliling dengan berbinar dan
penuh rasa ingin tahu, tangan-tangan mungilnya, yang sebelumnya tanpa daya,
menggapai-gapai rambut dan jenggot Yesus. Dan Yesus tersenyum.

"Oh! Puteraku!" seru si ibu yang bahagia.

"Ambillah dia, perempuan. Berbahagialah dan jadilah baik."

Dan perempuan itu mengambil puteranya yang terlahir kembali dan


mendekapkannya pada dadanya. Dan si kecil langsung menuntut makanannya, ia
mencari, membuka mulutnya dan menyusu, lapar dan bahagia. Yesus
memberkatinya dan berlalu.

Ia menuju pintu di mana ada seorang laki-laki dengan demam yang tinggi.
427
"Guru! Berbaik-hatilah!"

"Dan engkau juga. Gunakan kesehatanmu dalam keadilan." Yesus membelainya


dan pergi keluar.

Ia kembali ke pantai, dengan diikuti, didahului, dan diberkati oleh banyak orang yang
memohon kepada-Nya: "Kami tak dapat mendengar-Mu. Kami tak dapat masuk.
Berbicaralah juga kepada kami."

Yesus mengangguk setuju dan sebab orang banyak menghimpit-Nya hingga Ia


nyaris tak dapat bernapas, Ia naik ke dalam perahu Petrus. Tapi itu belum cukup.
Pengepungan berlanjut. "Buanglah sauh dan berlayarlah sedikit jauh."

Penglihatan pun berakhir di sini.

428
BAB 65. MUKJIZAT PENANGKAPAN IKAN

10 November 1944

Penglihatan dimulai kembali ketika Yesus mulai berbicara.

"Ketika semua pohon bermekaran di musim semi, petani yang bahagia mengatakan:
"Aku akan beroleh panenan yang baik" dan pengharapan itu menyebabkan hatinya
bersukacita. Tetapi dari musim semi ke musim gugur, dari bulan bunga-bunga mekar
ke bulan yang menghasilkan buah, berapa banyak hari, hujan, terik matahari dan
badai harus berlalu, dan terkadang perang atau kekejaman dari mereka yang
berkuasa dan penyakit tanam-tanaman, dan terkadang penyakit manusia yang
bekerja di ladang, sehingga tanam-tanaman, yang tak lagi dicangkul, tak lagi diairi,
dipangkas, ditopang atau disiangi, meski menjanjikan buah melimpah, akan layu dan
mati atau tak menghasilkan buah!

Kalian mengikuti Aku. Kalian mengasihi Aku. Seperti tanam-tanaman di musim semi
kalian menghiasi diri kalian dengan niat dan kasih. Israel, sungguh, di awal misi-Ku
adalah bagai alam pedesaan kita yang sedap di pandang dalam terang bulan Nisan.
Tapi dengar. Seperti panas terik di musim kering, Setan, yang iri dengki kepada-Ku,
akan datang untuk menghanguskan kalian dengan murkanya. Dunia akan datang
dengan angin sedingin es untuk membekukan bunga-bunga kalian. Dan hasrat akan
datang bagai badai. Dan kesuraman akan datang bagai hujan yang tak kunjung
henti. Segenap musuh-Ku dan musuh kalian akan datang untuk memandulkan apa

429
yang seharusnya menjadi buah dari kecenderungan kalian untuk berkembang dalam
Allah.

Aku memperingatkan kalian, sebab Aku tahu. Jadi, apakah semuanya akan hilang,
ketika Aku, seperti seorang petani yang sakit, bahkan lebih dari sakit: mati, tak akan
dapat lagi berbicara kepada kalian dan mengerjakan mukjizat-mukjzat bagi kalian?
Tidak. Aku akan menabur dan menanam sepanjang Aku masih punya waktu. Maka
semuanya akan tumbuh dan masak bagi kalian, jika kalian berjaga-jaga.

Lihatlah pohon ara dekat rumah Simon anak Yohanes. Yang menanamnya tidak
menemukan tempat yang tepat dan baik. Ditanam dekat tembok lembab sebelah
utara, pohon itu akan layu, jika pohon itu sendiri tidak menemukan perlindungan
agar dapat tetap hidup. Dan dia pun mencari sinar matahari dan cahaya. Di sanalah
dia: sepenuhnya bengkok, tapi kokoh dan kuat, menyerap berkas-berkas sinar
matahari sejak dari dini hari dan mengubahnya menjadi nutrisi bagi ratusan dan
ratusan buahnya yang manis. Dia melindungi diri dengan dirinya sendiri. Dia
mengatakan: "Sang Pencipta menginginkanku, agar aku dapat memberi
kegembiraan dan makanan kepada manusia. Dan aku ingin menggabungkan
kehendakku dengan kehendak-Nya." Sebatang pohon ara! Sebatang pohon yang
bisu! Sebatang pohon yang tanpa jiwa! Dan adakah kalian, anak-anak Allah, anak-
anak manusia, adakah kalian lebih rendah dari sebatang pohon?

Berjaga-jagalah untuk menghasilkan buah kehidupan kekal. Aku akan


menumbuhkanmu, dan pada akhirnya Aku akan memberimu jus yang begitu ampuh,
hingga kalian tak akan pernah mendapati yang terlebih ampuh. Jangan biarkan
Setan tertawa atas hancurnya karya-Ku, atas pengurbanan-Ku dan atas jiwamu.
Carilah terang. Carilah cahaya matahari. Carilah kekuatan. Carilah hidup. Aku
adalah Hidup, Kekuatan, Matahari dan Terang bagi mereka yang mengasihi Aku.
Aku telah datang untuk membawamu ke tempat dari mana Aku datang. Aku
berbicara kepada kalian di sini, untuk memanggil kalian semua dan menunjukkan
kepada kalian kesepuluh perintah yang memberikan hidup kekal. Dan dengan kasih
Aku katakan kepada kalian: "Kasihilah Allah dan sesamamu." Itulah syarat pertama
demi memenuhi semua perintah yang lain juga. Itu adalah yang tersuci dari perintah-
perintah suci. Kasih. Mereka yang mengasihi Allah, dalam Allah dan demi Tuhan
Allah, akan beroleh damai baik di bumi maupun di surga, untuk kediaman mereka
dan mahkota mereka."

Orang banyak pergi dengan susah-payah sesudah berkat Yesus. Tidak ada baik
orang-orang sakit ataupun orang-orang miskin.

Yesus berkata kepada Simon: "Panggillah dua yang lain. Marilah kita pergi ke danau
dan menebarkan jala."

"Guru, lenganku sakit karena penat: sepanjang malam aku menebarkan dan menarik
jala, dan semuanya sia-sia belaka. Ikan ada di bawah, di dasar. Aku heran di mana."

430
"Lakukan seperti yang Aku katakan, Petrus. Selalu dengarkan mereka yang
mengasihimu."

"Akan aku lakukan seperti yang Kau katakan, demi hormat pada perkataan-Mu."
Dan ia berteriak kepada para pekerja dan juga kepada Yakobus dan Yohanes:
"Marilah pergi menangkap ikan. Guru ingin pergi." Dan sementara mereka bergerak
ke tempat yang lebih dalam, Petrus mengatakan kepada Yesus: "Tapi, Guru, aku
yakinkan Engkau bahwa ini bukan waktu yang tepat. Allah yang tahu di mana ikan-
ikan baru saja akan beristirahat!..."

Yesus, yang duduk di haluan, hanya tersenyum dan diam.

Mereka membentuk setengah lingkaran di danau dan lalu menebarkan jala. Setelah
menunggu beberapa menit, perahu terguncang dengan cara yang aneh, sebab
danau semulus panel kaca di bawah mentari tengah hari.

"Tapi itu ikan, Guru!" kata Petrus, dengan mata terbelalak lebar.

Yesus hanya tersenyum dan diam.

"Heave ho! Heave ho!"perintah Petrus kepada para pekerjanya. Tapi perahu oleng
ke satu sisi, di mana jala berada: "Hei yang di sana! Yakobus! Yohanes! Cepat!
Datang cepat! Dengan dayung! Cepat!"

Mereka bergegas dan gabungan daya upaya dari kedua regu pekerja berhasil
menyeret jala tanpa merusak hasil tangkapan. Kedua perahu bergerak mendekat.
Sekarang keduanya menjadi satu. Satu, dua, lima, sepuluh keranjang. Semuanya
penuh dengan ikan yang bagus, dan masih ada begitu banyak ikan yang
menggeliat-geliat di jala: ikan-ikan perak dan kemerahan, bergulat menghindari
kematian. Hanya satu yang perlu dilakukan: mengosongkan isi jala ke dasar perahu.
Mereka melakukannya dan dasar kedua perahu menjadi tempat pergolakan antara
hidup dan mati. Dan para pekerja terbenam hingga sebatas mata kaki mereka dalam
kelimpahan begitu rupa hingga kedua perahu tenggelam di bawah batas air karena
kelebihan berat.

"Ke pantai! Kemudi! Cepat! Layar! Perhatikan batas kedalaman! Siapkan galah
untuk menghindari tabrakan. Kita kelebihan berat muatan!"

Selama perjuangan berlangsung, Petrus tidak memikirkan yang lain. Tapi ketika tiba
di pantai, ia mulai sadar. Ia mengerti. Ia ketakutan. "Guru Tuhan-ku! Pergilah dariku!
Aku seorang berdosa! Aku tak layak berada dekat-Mu!" Ia jatuh berlutut di pantai
yang lembab.

Yesus menatapnya dan tersenyum: "Bangkitlah! Ikutlah Aku! Aku tidak akan
meninggalkanmu lagi! Mulai dari sekarang, kau akan menjadi penjala manusia, dan
teman-temanmu bersamamu. Janganlah takut akan apapun. Aku memanggilmu.
Ayo!"

431
"Sekarang juga, Tuhan. Kau jaga perahu-perahu. Bawa semuanya kepada
Zebedeus dan saudara iparku. Marilah kita pergi. Kami semua untuk-Mu, Yesus!
Terpujilah Bapa Yang Kekal untuk panggilan ini."

Dan penglihatan pun berakhir.

432
BAB 66. ISKARIOT MENEMUI YESUS DI GETSEMANI
DAN DITERIMA SEBAGAI MURID

28 Desember 1944

Sore hari aku melihat Yesus… di hutan kecil zaitun... Ia sedang duduk di salah satu
serambi kecil tanah, dalam postur tubuh biasanya, kedua siku-Nya bertumpu pada
kedua lutut-Nya, lengan-lengan-Nya terjulur ke depan dan kedua tangan-Nya
dengan jari-jemari saling terjalin. Hari semakin gelap dan terang semakin dan
semakin memudar dalam kebun kecil zaitun yang lebat. Yesus sendirian. Ia telah
menanggalkan mantol-Nya seolah Ia kepanasan, dan jubah putih-Nya tampak
mencolok di tengah hijau sekelilingnya yang semakin gelap oleh senjakala.

Seorang laki-laki menuruni bukit dengan menerobos pepohonan zaitun. Ia kelihatan


sedang mencari sesuatu atau seseorang. Ia mengenakan pakaian berwarna terang:
merah muda kuning yang menjadikan mantol lebarnya kelihatan lebih perlente,
berhiaskan jumbai-jumbai yang berayun-ayun. Aku tak dapat melihat wajahnya
dengan jelas oleh sebab cahaya yang temaram dan jarak, dan juga sebab pinggiran
mantolnya diturunkan menutupi sebagian wajahnya. Ketika melihat Yesus, ia
membuat suatu gerakan tubuh yang seolah berkata: "Itu Dia!" dan ia mempercepat
langkahnya. Ketika jaraknya tinggal beberapa meter, ia menyalami-Nya: "Salam,
Guru!"

Yesus berbalik terkejut dan mendongak, sebab laki-laki itu berdiri di serambi sebelah
yang lebih tinggi. Yesus menatapnya; Ia serius, dan dapat aku katakan juga bahwa
Ia sedih. Laki-laki itu mengatakan sekali lagi: "Aku menyalami-Mu, Guru. Aku Yudas
Iskariot. Apakah Kau mengenaliku? Tidakkah Kau ingat padaku?"

"Aku ingat dan mengenalimu. Kau berbicara kepada-Ku di sini bersama Tomas,
Paskah yang lalu."

"Dan Kau katakan kepadaku: 'Pikirkanlah dan buat keputusanmu sebelum Aku
kembali.' Aku telah membuat keputusan. Aku akan datang."

"Mengapakah kau datang, Yudas?" Yesus benar-benar sedih.

"Karena... Terakhir kali bertemu sudah aku katakan mengapa. Karena aku
memimpikan Kerajaan Israel dan aku melihat-Mu sebagai seorang raja."

"Itukah sebabnya kau datang?"

433
"Ya. Aku akan memberikan diriku dan semua yang aku miliki: kemampuan, kenalan,
teman-teman, capai letih demi melayani-Mu dan demi melayani misi-Mu untuk
membangun kembali Israel."

Keduanya sekarang sudah saling berdekatan, saling berhadapan, berdiri, dan


mereka saling menatap satu sama lain. Yesus berduka dan melankolis. Yudas
berbesar hati oleh mimpinya, tersenyum, muda dan tampan, penuh semangat dan
ambisius.

"Aku tidak mencarimu, Yudas."

"Aku tahu. Tapi aku yang mencari-Mu. Selama berhari-hari aku menempatkan orang
di pintu gerbang untuk memberitahuku akan kedatangan-Mu. Aku pikir Kau akan
datang dengan sekelompok pengikut dan oleh karenanya akan mudah menemukan-
Mu. Tetapi sebaliknya… Aku tahu Kau di sini, karena segerombol peziarah
memberkati-Mu sebab Engkau telah menyembuhkan seorang sakit. Tapi tak
seorang pun dapat memberitahuku di mana Engkau berada. Lalu aku ingat tempat
ini. Dan aku datang. Jika aku tak menemukan-Mu di sini, aku akan menyerah untuk
tidak mencari-Mu lagi…"

"Apakah kau pikir baik untukmu bahwa kau menemukan-Ku?"

"Ya, sebab aku mencari-Mu. Aku merindukan-Mu, aku menginginkan-Mu."

"Mengapa? Mengapakah kau mencari-Ku?"

"Tapi aku sudah mengatakannya kepada-Mu, Guru! Tidakkah Kau mengerti?"

"Aku mengertimu. Ya. Tapi Aku ingin kau juga mengerti Aku sebelum kau mengikuti-
Ku. Mari. Kita akan bercakap-cakap sambil berjalan." Dan mereka mulai berjalan,
satu di samping yang lain, naik turun jalan setapak yang saling bersimpangan di
hutan kecil zaitun. "Kau ingin mengikuti-Ku untuk suatu alasan manusiawi, Yudas.
Tapi Aku harus mencegahmu. Aku tidak datang untuk itu."

"Tetapi bukankah Kau ditetapkan sebagai Raja orang Yahudi? Orang yang
dibicarakan oleh para Nabi? Yang lain sudah datang. Namun mereka kurang dalam
terlalu banyak hal dan mereka merasa seperti daun-daun yang tak lagi ditopang oleh
angin. Tapi Allah bersama-Mu, sesungguhnya Engkau mengerjakan mukjizat-
mukjizat. Di mana ada Allah, keberhasilan misi terjamin."

"Kau berkata benar. Allah bersama-Ku. Aku adalah Sabda-Nya. Aku dinubuatkan
oleh para Nabi, dijanjikan kepada para Patriark, dinantikan oleh rakyat. Tetapi
mengapakah, Israel, kau menjadi begitu buta dan tuli hingga engkau tak lagi dapat
membaca dan melihat, mendengar dan memahami realita dari kejadian-kejadian?
Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini, Yudas. Biarlah kau diyakinkan mengenai itu. Aku
datang ke Israel untuk membawa Terang dan Kemuliaan. Akan tetapi bukan terang
dan kemuliaan dari dunia. Aku datang untuk memanggil orang-orang benar Israel ke

434
Kerajaan. Sebab dari Israel tumbuhan kehidupan abadi akan berasal, dan bersama
Israel dia akan dibentuk, tumbuhan itu, yang getahnya adalah Darah Tuhan,
tumbuhan yang akan menyebar ke seluruh dunia, hingga akhir zaman. Para
pengikut pertama-Ku akan berasal dari Israel. Para pengaku pertama-Ku akan
berasal dari Israel. Tapi juga para penganiaya-Ku akan berasal dari Israel. Juga para
algojo-Ku akan berasal dari Israel. Dan juga pengkhianat-Ku akan berasal dari
Israel…"

"Tidak, Guru. Itu tidak akan pernah terjadi. Jika ada orang yang akan mengkhianati-
Mu, aku akan tetap bersama-Mu dan membela-Mu."

"Kau, Yudas? Dan atas dasar apakah kau menetapkan keyakinanmu?"

"Atas kehormatanku sebagai seorang laki-laki."

"Adakah yang lebih rapuh dari sebuah sarang laba-laba, Yudas. Kepada Allah kita
harus meminta kekuatan untuk jujur dan setia. Manusia!... Manusia melakukan
perbuatan-perbuatan manusia. Melakukan perbuatan-perbuatan rohani - dan
mengikuti Mesias dengan kebenaran dan keadilan adalah melakukan perbuatan
rohani - adalah perlu mematikan manusia dan membuatnya dilahirkan kembali.
Apakah kau punya banyak kemampuan?"

"Ya, Guru. Dan bagaimanapun… tidak semua orang di Israel akan mengasihi
Engkau. Tapi Israel tidak akan memberikan kepada Mesias para algojo dan
pengkhianat. Israel telah menantikan-Mu selama berabad-abad!"

"Kepada-Ku akan diberikan para algojo dan pengkhianat. Ingat para Nabi…
Perkataan mereka… dan akhir hidup mereka. Aku ditakdirkan untuk mengecewakan
banyak orang. Dan kau adalah salah seorang dari mereka. Yudas, ada di sini di
hadapanmu seorang laki-laki yang lembut, tenang, dan malang, yang ingin tinggal
miskin. Aku datang bukan untuk memaksakan Diri-Ku dan mengadakan perang. Aku
tidak akan berperang melawan para penguasa yang kuat dan berkuasa untuk
kerajaan manapun atau kekuasaan apapun. Aku berperang hanya melawan Setan
demi jiwa-jiwa dan Aku datang untuk mematahkan belenggu Setan dengan api
kasih-Ku. Aku datang untuk mengajarkan belas-kasihan, kurban, kerendahan hati,
pengendalian diri. Aku berkata kepadamu dan kepada semua orarng: 'Jangan
menginginkan kekayaan manusia, melainkan bekerjalah untuk koin-koin abadi.' Kau
menipu dirimu sendiri jika kau pikir Aku akan menang atas Romawi dan para
penguasa. Herodes dan Kaisar dapat tidur dengan damai, sementara Aku berbicara
kepada orang banyak. Aku tidak datang untuk merampas tongkat kuasa siapapun…
dan tongkat kuasa-Ku yang abadi sudah siap, namun tak seorangpun, terkecuali
seorang yang adalah kasih seperti Aku, yang mau memegangnya. Pergilah Yudas,
dan renungkanlah…"

"Apakah kau menolakku, Guru?"

435
"Aku tidak menolak siapapun, sebab barangsiapa menolak tidak mengasihi. Tapi
katakan kepada-Ku, Yudas: bagaimanakah engkau menjelaskan tindakan seorang,
yang, tahu bahwa ia terjangkit suatu penyakit menular, mengatakan kepada orang
lain yang menghampirinya tanpa tahu akan penyakitnya, untuk minum dari pialanya:
'Hati-hati dengan apa yang kau lakukan'? Apakah kau akan menyebutnya sebagai
dengki atau kasih?"

"Aku akan menyebutnya kasih, sebab dia tidak menghendaki laki-laki itu, yang tak
sadar akan bahaya, rusak kesehatannya."

"Baik, jelaskan juga tindakan-Ku yang seperti itu."

"Dapatkah aku merusak kesehatanku dengan datang kepada-Mu? Tidak, tidak


pernah."

"Kau dapat merusak bahkan lebih dari sekedar kesehatanmu, sebab, pikirkan ini
baik-baik, Yudas, sedikit akan dibebankan kepada dia yang adalah seorang
pembunuh, tapi yakin bahwa dia berbuat keadilan, dan dia meyakininya sebab dia
tidak mengenal Kebenaran; tapi banyak akan dibebankan kepada dia, yang meski
mengenal Kebenaran, namun bukan hanya dia tidak mengikutinya, melainkan
menjadi musuhnya."

"Aku tidak akan melakukannya. Terimalah aku, Guru. Kau tak dapat menolakku. Jika
Engkau adalah Juruselamat dan Engkau melihat bahwa aku seorang berdosa,
seekor domba yang sesat, seorang buta yang menyimpang dari jalan yang benar,
mengapakah Engkau menolak untuk menyelamatkanku? Terimalah aku. Aku akan
mengikuti-Mu, bahkan sampai mati…"

"Sampai mati! Itu benar. Jadi..."

"Jadi, Guru?"

"Masa depan ada di tangan Allah. Pergilah. Kita akan bertemu besok di Gerbang
Ikan."

"Terima kasih, Guru. Allah beserta-Mu."

"Dan kiranya belas-kasihan-Nya menyelamatkanmu."

Dan semuanya pun berakhir.

436
BAB 67. YESUS MENGERJAKAN MUKJIZAT PISAU-PISAU
PATAH DI GERBANG IKAN

31 Desember 1944

Aku melihat Yesus berjalan menyusuri sebuah jalanan yang teduh seorang diri.
Kelihatannya seperti sebuah lembah kecil yang segar, berlimpah air. Aku
menyebutnya lembah kecil karena dibendung oleh dua tanggul dan sebuah anak
sungai mengalir di tengahnya. Tempat ini sepi pada awal pagi. Matahari baru saja
terbit, suatu hari di musim panas yang jernih dan indah, dan terkecuali kicau burung-
burung di pepohonan dan dekut sedih merpati-merpati liar yang bersarang di celah-
celah bukit tandus, tak ada suara lain yang terdengar. Pepohonannya kebanyakan
adalah pohon zaitun, teristimewa di atas bukit di sisi sebelah kiri, di mana bukit yang
lain tampak lebih tandus dengan pohon-pohon rendah lentisk, acacia berduri,
semak-semak agave, dll. Bahkan anak sungai, dengan sangat sedikit air di tengah
palung sungai, tampaknya tidak mengeluarkan bunyi sama sekali, dan mengalir
lembut dengan memantulkan dalam kedalamannya hijau bukit-bukit sekeliling, dan
dengan demikian kelihatan bak jamrud berwarna gelap.

Yesus melintasi sebuah jembatan kecil kuno: batang sebuah pohon, yang diserut
kasar, dan dibentangkan di atas sungai, tanpa pegangan atau pelindung apapun,
dan Ia menyeberang ke tepian yang lain. Sekarang aku dapat melihat tembok-
tembok dan gerbang-gerbang dan juga beberapa pedagang dengan sayur-mayur
dan bahan-bahan makanan berkerumun dekat gerbang yang masih ditutup,
menunggu dapat masuk ke dalam kota. Keledai-keledai sibuk meringkik dan ribut
berkelahi; juga para pemilik keledai-keledai itu bertikai dengan cara kasar. Makian
dan pukulan dengan tongkat ditujukan dan dihantamkan bukan hanya pada
punggung keledai, tapi juga pada kepala manusia.

Dua laki-laki berkelahi dengan sengit, sebab keledai salah seorang dari mereka
telah melahap selada dari keranjang indah keledai yang lain dan melahap dalam
jumlah yang cukup banyak! Tapi mungkin itu hanya sekedar dalih untuk
melampiaskan dendam yang lama terpendam. Bahkan dari bawah jubah pendek
mereka, yang terjuntai hingga ke betis, mereka mencabut dua pisau besar yang
pendek, selebar tangan: mereka bagai para petarung golok berujung pendek dengan
golok berkilau-kilau di bawah sinar matahari. Jeritan para perempuan dan teriakan
para lelaki terdengar di mana-mana. Namun tak seorang pun yang berusaha melerai
kedua orang yang siap bertarung dalam suatu duel sengit.

Yesus, Yang sedang berjalan, merenung, mengangkat kepala-Nya; Ia melihat


perkelahian dan bergegas datang di antara keduanya:

"Berhenti, dalam nama Allah!" perintah-Nya.

"Tidak, aku ingin menghabisi anjing terkutuk ini sekali dan untuk selamanya!"

"Begitu juga aku! Apakah kau suka jumbai-jumbai? Aku akan membuat jumbai
untukmu dari isi perutmu!"

437
Kedua laki-laki itu bergerak cepat sekeliling Yesus, mendorong-Nya, memaki-Nya
untuk mengenyahkan-Nya, sambil berupaya untuk menyerang satu sama lain,
namun tanpa hasil, sebab Yesus, menanggalkan mantol-Nya dengan hati-hati,
menangkis serangan dan menghalangi sasaran mereka. Mantol-Nya robek.

Orang banyak berteriak: "Pergilah, orang Nazaret. Kau akan kalah." Tapi Ia tidak
bergerak dan berusaha menenangkan mereka, mengingatkan mereka akan Allah.
Sia-sia belaka! Kedua musuh sudah gila dalam murka!

Kuasa mukjizat dapat terlihat terpancar dari Yesus. Untuk terakhir kalinya Ia
berteriak: "Aku perintahkan kalian untuk berhenti!"

"Tidak! Menyingkirlah. Enyahlah Kau, anjing orang Nazaret!"

Yesus lalu merentangkan kedua tangan-Nya, dengan tatapan tajam-Nya yang penuh
kuasa. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Tapi pisau-pisau itu jatuh luluh
lantak ke tanah, seolah pisau-pisau itu terbuat dari kaca, dan telah membentur
sebuah batu.

Kedua laki-laki menatap gagang pisau yang pendek dan tak lagi berguna, yang
tinggal dalam genggaman mereka. Ketercengangan memadamkan murka. Juga
orang banyak yang tercengang berteriak terkejut.

"Dan sekarang?" tanya Yesus dengan tajam. "Mana kekuatanmu?"

Juga para prajurit yang berjaga di gerbang, yang bergegas datang begitu
mendengar teriakan, melihat dengan terperanjat; seorang prajurit membungkuk
untuk mengambil potongan-potongan pisau dan mencobakannya pada kukunya, tak
percaya bahwa pisau-pisau itu terbuat dari baja.

"Dan sekarang?" ulang Yesus. "Mana kekuatanmu? Atas dasar apakah engkau
menganggap dirimu benar? Atas potongan-potongan logam itu yang sekarang
terkubur dalam debu? Atas serpihan-serpihan logam itu yang tak punya kekuatan
selain dari menjerumuskanmu pada dosa murka melawan saudaramu, dan dengan
demikian menjauhkanmu dari semua berkat Allah dan sebagai konsekuensinya dari
segenap kekuatan? Oh! betapa malang mereka yang mengandalkan sarana
manusia untuk menang, dan yang tidak menyadari bahwa kekudusan dan bukan
kekerasan yang akan menjadikan kita pemenang-pemenang baik di bumi maupun
sesudahnya! Sebab Allah bersama dengan mereka yang benar.

Dengarkanlah, orang-orang Israel, dan kalian, para prajurit Romawi. Sabda Allah
berbicara kepada segenap anak manusia, dan Putra Manusia tidak akan menolak
orang bukan Yahudi. Perintah kedua dari Allah adalah perintah untuk mengasihi
sesama kita. Allah itu baik dan menginginkan kehendak baik dalam diri anak-anak-
Nya. Barangsiapa tidak bersikap baik terhadap sesamanya, tidak dapat
menganggap dirinya anak Allah pula tak dapat memiliki Allah dalam dirinya. Manusia
bukan binatang tanpa akal budi, yang mengejar dan mencabik mangsanya. Manusia
memiliki akal budi dan jiwa. Dengan akal budinya dia harus bersikap seperti seorang
manusia. Dengan jiwanya dia harus bersikap seperti seorang kudus. Barangsiapa

438
tidak bersikap demikian, dia merendahkan dirinya sendiri ke tingkat di bawah
binatang; dia membungkuk ke bawah untuk merangkul setan sebab jiwa menjadi
jahat dengan dosa murka.

Kasih. Aku tak mengatakan apa-apa lagi. Kasihilah sesamamu seperti yang telah
ditetapkan Tuhan Allah Israel. Jangan selalu menjadi keturunan Kain. Dan
mengapakah kalian begitu? Demi beberapa keping koin, kalian mungkin telah
menjadi seorang pembunuh. Demi beberapa jengkal tanah. Demi kedudukan yang
lebih baik. Demi seorang perempuan. Apakah yang demikian itu? Apakah abadi?
Tidak. Mereka berlangsung kurang dari sepanjang hidup, yang adalah sekejap saja
dari keabadian. Dan apakah ruginya jika kalian mengikuti jalan itu? Damai abadi
dijanjikan kepada orang benar, dan yang akan dibawakan untukmu oleh Mesias
beserta dengan Kerajaan-Nya. Mari berjalan di jalan Kebenaran. Ikutilah Suara
Allah. Kasihilah satu sama lain. Jujur. Sederhana. Rendah hati dan adil. Pergi dan
renungkanlah."

"Siapakah Engkau Yang mengatakan hal-hal yang demikian dan mematahkan


pedang dengan kuasa kehendak-Mu? Hanya Dia yang dapat melakukan hal yang
demikian: Mesias. Bahkan Yohanes Pembaptis tidak lebih besar dari-Nya. Apakah
mungkin Engkau adalah sang Mesias?" tiga atau empat orang bertanya kepada-
Nya.

"Ya, Aku-lah Dia."

"Engkau? Apakah Engkau adalah Dia Yang menyembuhkan orang-orang sakit dan
mewartakan Allah di Galilea?"

"Ya."

"Aku punya seorang ibu yang sudah tua dan sekarang sedang meregang nyawa.
Sembuhkanlah dia!"

"Dan aku, lihat? Aku kehilangan semua kekuatanku karena sakitku. Anak-anakku
masih kecil. Sembuhkanlah aku!"

"Pulanglah. Ibumu malam ini akan mempersiapkan makan malammu; dan kau:
sembuhlah. Aku menghendakinya!" Orang banyak bergemuruh karena sukacita.
Mereka lalu bertanya: "Nama-Mu! Nama-Mu!"

"Yesus dari Nazaret."

"Yesus! Yesus! Hosana! Hosana!"

Orang banyak bersukacita. Keledai-keledai sekarang dapat melakukan apa yang


mereka suka, tak seorang pun memperhatikan mereka. Para ibu bergegas keluar
dari kota, sebab berita jelas sudah tersebar dan mereka menjunjung anak-anak kecil
mereka. Yesus memberkati dan tersenyum. Dan Ia berupaya menerobos di antara
khalayak ramai yang bergembira ria, untuk memasuki kota dan pergi ke tujuan-Nya.
Akan tetapi orang banyak tidak mau mendengarnya. "Tinggallah bersama kami! Di
Yudea! Di Yudea! Kami adalah anak-anak Abraham juga!" teriak mereka.

439
"Guru!" Yudas lari menghampiri- Nya. "Guru, Kau tiba sebelum aku. Tapi, apa yang
terjadi?"

"Rabbi telah mengerjakan suatu mukjizat! Bukan di Galilea; di sini! Kami ingin Dia di
sini!"

"Lihat, Guru? Seluruh Israel mengasihi-Mu. Baru adil jika Kau tinggal di sini juga.
Mengapakah Engkau tidak mau?"

"Bukannya Aku tidak mau, Yudas. Aku datang ke sini seorang diri, supaya
kekasaran para murid Galilea tidak menjengkelkan kehalusan orang-orang Yudea.
Aku ingin mengumpulkan semua domba Israel di bawah tongkat kuasa Allah."

"Itulah sebabnya mengapa aku katakan kepada-Mu: 'Terimalah aku.' Aku seorang
Yudea, dan aku tahu bagaimana berhadapan dengan orang-orang sedaerahku.
Karena itukah Kau akan tetap di Yerusalem?"

"Beberapa hari. Untuk menunggu seorang murid, yang adalah juga seorang Yudea.
Lalu Aku akan pergi melintasi Yudea..."

"Oh! Aku akan datang bersama-Mu. Aku akan menyertai-Mu. Kau akan datang ke
desaku. Aku akan membawa-Mu ke rumahku. Maukah kau datang, Guru?"

"Aku akan datang... Apakah kau punya berita mengenai Pembaptis, karena kau
seorang Yudea dan kau bergaul dengan orang-orang yang berkuasa?"

"Aku tahu dia masih di penjara, tapi mereka ingin membebaskannya, sebab orang
banyak mengancam akan memberontak jika mereka tidak mendapatkan nabi
mereka. Apakah Engkau mengenalnya?"

"Ya."

"Apakah Engkau menyukainya? Bagaimana pendapat-Mu mengenai dia?"

"Aku pikir tak seorang pun yang lebih serupa dengan Elia selain dia."

"Apakah Engkau sungguh berpikir bahwa dialah sang Perintis Jalan?"

"Ya. Dia adalah bintang pagi yang memaklumkan matahari. Berbahagialah mereka
yang melalui khotbahnya telah mempersiapkan diri mereka bagi Matahari."

"Yohanes sangat keras."

"Tidak lebih keras terhadap orang lain dari terhadap dirinya sendiri."

"Itu benar. Tetapi sulit mengikutinya dalam laku tobat. Engkau lebih lembut, dan
mudah mengasihi-Mu."

"Dan meski begitu…"

440
"Meski begitu… apa, Guru?"

"Meski begitu, sementara dia dibenci karena kekerasannya, Aku akan dibenci
karena kebaikan-Ku, sebab keduanya mewartakan Allah, dan Allah tidak disukai
oleh yang jahat. Tapi haruslah demikian. Sama seperti dia mendahului Aku dalam
mewartakan, demikianlah dia juga akan mendahului Aku dalam kematian. Celakalah
para pembunuh Tobat dan Kebaikan."

"Mengapakah, Guru, Kau selalu menubuatkan hal-hal yang begitu menyedihkan?


Orang banyak mengasihi Engkau. Kau lihat bahwa…"

"Sebab Aku yakin. Orang-orang yang rendah hati sungguh mengasihi Aku. Tetapi
orang banyak tidak semuanya rendah hati dan terdiri dari orang-orang yang rendah
hati. Tapi Aku tidak sedih. Ini adalah suatu pandangan Placid [= dengan hati tenang]
mengenai masa mendatang dan sesuai dengan kehendak Bapa, Yang mengutus
Aku untuk itu. Dan Aku telah datang untuk itu. Sampailah kita di Bait Allah. Aku akan
pergi ke Bel Nidrasc (1) untuk mengajar orang banyak. Jika kau mau, kau boleh
tinggal."

"Aku akan tinggal bersama-Mu. Hanya satu yang aku rindukan: melayani-Mu dan
membantu Engkau menang."

Mereka memasuki Bait Allah, dan semuanya pun berakhir.

(1) Penulis tidak menjelaskan arti "Bel Nidrasc". Akan tetapi, dengan
mempertimbangkan fakta bahwa dia kerap mengacaukan m dan n dalam nama-
nama Yahudi, bisa jadi bahwa ejaan yang benar seharusnya Midrash (komentar
rabinik pada naskah). Dalam hal ini Bel Midrash adalah bagian dari Bait Allah di
mana para alim ulama biasa mengajar orang banyak. Sesungguhnya teks
berbunyi: "…Sampailah kita di Bait Allah. Aku akan pergi ke Bel Nidrasc untuk
mengajar orang banyak."

441
BAB 68. YESUS BERKHOTBAH DI BAIT ALLAH.
YUDAS ISKARIOT BERSAMA-NYA

1 Januari 1945

Aku melihat Yesus memasuki halaman Bait Allah dengan Yudas di samping-Nya.
Setelah melintasi teras pertama, Ia berhenti di sebuah serambi di sisi sebuah
halaman yang luas, yang dipaving dengan batu pualam warna-warni. Tempat itu
indah dan penuh sesak.

Yesus memandang sekeliling dan melihat suatu tempat yang Ia sukai. Namun,
sebelum melangkahkan kaki ke sana, Ia berkata kepada Yudas: "Panggilkan pejabat
setempat untuk-Ku. Aku harus memperkenalkan diri, agar tak seorang pun dapat
mengatakan bahwa Aku melanggar adat istiadat dan kurang hormat."

"Guru, Engkau melampaui adat, dan tak ada seorang pun yang lebih berhak dari-Mu
untuk berbicara di Rumah Allah, sebab Engkau adalah MesiasNya."

"Aku tahu, kau tahu, tapi mereka tidak tahu. Aku tidak datang untuk menimbulkan
skandal ataupun mengajar orang untuk melanggar, bukan saja Hukum, melainkan
juga adat istiadat. Sebaliknya, Aku datang untuk mengajarkan hormat, kerendahan
hati dan ketaatan serta mengenyahkan skandal. Oleh sebab itu Aku ingin minta ijin
untuk berbicara dalam nama Allah, membuat pejabat setempat mengakui-Ku
sebagai pantas."

"Engkau tidak melakukan itu kali lalu."

"Kali lalu Aku terbakar oleh cinta kepada Rumah Allah, yang dicemarkan oleh terlalu
banyak hal. Kali lalu Aku adalah Putra Bapa, Pewaris Yang dalam nama Bapa dan
demi cinta kepada Rumah-Ku, bertindak atas nama Yang Mahamulia, yang
melampaui segala pejabat dan imam. Sekarang Aku adalah Guru Israel, dan Aku
mengajarkan itu juga kepada Israel. Bagaimanapun, Yudas, apakah kau pikir
seorang murid lebih besar dari Guru-nya?"

"Tidak, Yesus."

"Dan siapakah kau? Dan siapakah Aku?"

"Engkau Guru, aku murid."

442
"Baik, jika kau mengakui itu, mengapakah kau hendak mengajari Guru-mu? Pergilah
dan taatilah. Aku mentaati BapaKu, kau harus mentaati Guru-mu. Syarat pertama
dari Putra Allah: taat tanpa membahas perintah, sebab tahu bahwa Bapa hanya
dapat memberikan perintah-perintah yang suci saja. Syarat pertama dari seorang
murid: taat kepada Guru-nya, sebab tahu bahwa Guru tahu, dan hanya dapat
memberikan perintah-perintah yang adil saja."

"Itu benar. Maafkan aku. Aku akan taat."

"Aku memaafkanmu. Pergilah. Dan, Yudas, dengarkan satu hal lagi: ingatlah itu.
Selalu camkan dalam benak di masa mendatang."

"Untuk taat? Ya, akan kulakukan."

"Tidak: untuk ingat bahwa Aku menaruh hormat dan rendah hati di hadapan Bait
Allah. Di hadapan Bait Allah: yakni, kepada golongan yang berkuasa; pergilah."
Yudas menatap-Nya, dengan termenung dan penuh tanda tanya... tapi dia tidak
berani bertanya lebih lanjut. Dan dia pergi dengan termenung.

... Dia kembali dengan seorang terpandang berpakaian mewah. "Inilah, Guru, sang
pejabat."

"Damai sertamu. Aku minta diijinkan mengajar Israel, di tengah kaum rabbi Israel."

"Apakah Kau seorang rabbi?"

"Ya, benar."

"Siapakah guru-Mu?"

"Roh Allah Yang berbicara kepada-Ku dalam kebijaksanaan-Nya dan menerangi-Ku


dalam setiap kata dari Kitab Suci."

"Apakah Kau lebih besar dari Hillel, karena Kau katakan Kau tahu semua doktrin,
tanpa seorang guru? Bagaimanakah seorang dapat terbentuk jika tidak ada seorang
pun yang membentuknya?"

"Seperti Daud dibentuk, seorang gembala kecil yang tak dikenal, yang menjadi
seorang raja yang berkuasa dan bijaksana oleh kehendak Allah."

"Nama-Mu?"

"Yesus anak Yosef anak Yakub, dari keturunan Daud, dan Maria anak Yoakim dari
keturunan Daud, dan dari Anna anak Harun; Maria, Perawan yang dinikahkan di Bait

443
Allah oleh Imam Besar, seturut hukum Israel, sebab Maria adalah seorang yatim
piatu."

"Siapa yang dapat membuktikan itu?"

"Pastilah masih ada beberapa kaum Lewi di sini yang ingat akan peristiwa itu dan
yang sebaya usianya dengan Zakharia dari golongan Abia, sanak-Ku. Bertanyalah
kepada mereka, jika kau ragu akan ketulusan-Ku."

"Aku percaya kepada-Mu. Tapi siapakah yang akan membuktikan kepadaku bahwa
Engkau mampu mengajar?"

"Dengarkan Aku dan engkau akan menilainya sendiri."

"Engkau bebas melakukannya... Tapi... bukankah Kau seorang Nazaret?"

"Aku dilahirkan di Betlehem di Yudea, pada saat sensus diperintahkan oleh Kaisar.
Terbuang oleh perintah yang tidak adil, keturunan Daud sekarang ada di mana-
mana. Tapi keluarga adalah dari Yudea."

"Kau tahu... kaum Farisi... seluruh Yudea... seluruh Galilea..."

"Aku tahu. Tapi jangan khawatir. Aku dilahirkan di Betlehem, di Betlehem Efrata,
darimana keluargaku berasal; jika sekarang Aku tinggal di Galilea, itu hanya untuk
menggenapi tanda yang diberikan…"

Pejabat itu pergi menjauh beberapa yard, bergegas menuju tempat di mana mereka
memanggilnya.

Yudas bertanya: "Mengapakah Engkau tidak mengatakan bahwa Engkau adalah


Mesias?"

"Kata-kata-Ku yang akan mengatakannya."

"Yang manakah tanda yang akan digenapi?"

"Persatuan Israel di bawah ajaran sabda Kristus. Aku-lah Gembala Yang dibicarakan
oleh para Nabi dan Aku telah datang untuk mengumpulkan semua domba dari setiap
wilayah, Aku datang untuk menyembuhkan mereka yang sakit, dan menempatkan
mereka yang berkeliaran pada padang rumput yang hijau. Tidak ada Yudea atau
Galilea, tidak ada Dekapolis atau Idumea untuk-Ku. Hanya ada satu hal: Kasih yang
menatap dengan satu tatapan saja dan menggabungkan diri dalam satu rengkuhan
saja untuk bisa selamat…" Yesus terinspirasi. Berkas-berkas cahaya tampak

444
terpancar dari-Nya, begitu bahagia Ia tersenyum pada mimpi-Nya. Yudas, yang
takjub, menatap-Nya.

Beberapa orang yang ingin tahu menghampiri mereka, terpesona dan terpikat oleh
kemuliaan mereka yang berbeda. Yesus menundukkan kepala-Nya dan tersenyum
pada kelompok kecil yang tersenyum, betapa pemandangan manis yang tak akan
pernah dapat dilukiskan oleh pelukis manapun dan tak seorang percaya pun, yang
tidak pernah melihatnya, akan pernah dapat membayangkannya. Dan Ia berkata:
"Marilah jika kalian antusias untuk mendengarkan sabda abadi."

Ia mengayunkan langkah-Nya menuju lengkungan serambi, dan bersandar pada


sebuah kolom, Ia mulai berbicara. Ia menyinggung peristiwa yang terjadi paginya
sebagai titik awal.

"Pagi ini, saat memasuki Sion, aku melihat dua anak Abraham yang siap untuk
saling membunuh satu sama lain demi beberapa keping koin. Aku bisa saja
mengutuk mereka dalam nama Allah, sebab Allah bersabda: 'Jangan membunuh'
dan Ia juga mengatakan bahwa barangsiapa yang tidak mentaati Hukum patut
dikutuk. Tetapi Aku menaruh belas kasihan atas ketidaktahuan mereka akan roh
Hukum dan Aku hanya mencegah mereka dari melakukan pembunuhan, agar
mereka dapat beroleh kesempatan untuk bertobat, mengenal Allah, melayani-Nya
dalam ketaatan, mengasihi bukan hanya mereka yang mengasihi mereka, melainkan
juga musuh mereka.

Ya, Israel. Sebuah hari baru terbit bagi kalian dan perintah kasih menjadi semakin
jelas. Apakah tahun diawali dengan Ethanim yang berkabut, atau dengan Chislev
yang murung, yang hari-harinya lebih pendek dari mimpi dan malam-malamnya lebih
panjang dari bencana? Tidak, tahun diawali dengan Nisan yang penuh bunga,
matahari, dan gembira, ketika semuanya tersenyum dan hati manusia, bahkan yang
paling miskin dan sedih, terbuka pada harapan, karena musim panas akan datang,
dengan panenannya, matahari dan buah-buahan, kala manis tidur di padang rumput
penuh bunga-bungaan, di bawah langit berbintang, dan mudah bagi manusia untuk
memberi makan dirinya, sebab setiap jengkal tanah menghasilkan sayur-mayur atau
buah-buahan yang akan memuaskan rasa laparnya.

Di sini, Israel. Musim dingin, saat pengharapan, telah usai. Di sini sekarang sukacita
janji yang sedang digenapi. Roti dan anggur akan segera siap untuk memuaskan
rasa laparmu. Matahari ada di tengah-tengah kalian. Semuanya bernapas dengan
lebih bebas dan lebih manis di bawah Matahari ini. Juga ketetapan Hukum kita: yang
utama dan yang paling suci dari ketetapan-ketetapan suci: "Kaihilah Allah-mu dan
kasihilah sesamamu."

Dalam suram terang yang dianugerahkan kepada kalian sejauh ini, dikatakan
kepada kalian: Kasihilah mereka yang mengasihimu dan bencilah musuhmu": kalian

445
tidak dapat melakukan yang terlebih baik, sebab murka Allah masih membebani
kalian, karena dosa perpisahan Adam. Dan musuh kalian bukan hanya mereka yang
melintasi batas-batas tanah air kalian, tapi juga mereka yang bersalah kepada kalian
secara pribadi atau kalian pikir telah bersalah kepada kalian. Kebencian, karenanya,
membakar dalam setiap hati, yang karenanya manusia, sengaja ataupun tidak
sengaja, bukankah dia menyakiti hati sesamanya? Dan manusia manakah yang
mencapai usia tua tanpa disakiti hatinya?

Aku berkata kepada kalian: kasihilah juga mereka yang menyakiti kalian. Lakukanlah
itu, dengan mengingat bahwa Adam, dan setiap manusia melaluinya, adalah
seorang pendosa terhadap Allah, dan tak ada seorang pun yang dapat mengatakan:
"Aku belum pernah menyakiti Allah". Dan walau demikian, Allah mengampuni, tidak
sekali saja Ia mengampuni, melainkan berpuluh kali, Ia mengampuni ribuan kali,
seberti dibuktikan dari kenyataan bahwa manusia masih ada di dunia. Ampunilah
karenanya, sebagaimana Allah mengampuni. Dan jika kau tak dapat melakukannya
demi kasih kepada sesama yang menyakitimu, lakukanlah demi kasih kepada Allah,
Yang memberimu roti dan hidup, Yang melindungimu dalam kebutuhan-kebutuhan
duniawimu, dan yang telah mengatur segaka kejadian demi mendapatkan damai
kekal bagimu dalam rengkuhan-Nya. Inilah hukum yang baru, hukum musim semi
Allah, saat bunga-bunga Rahmat di antara manusia, saat yang akan menghasilkan
bagi kalian Buah yang tak tertandingi yang akan membukakan gerbang-gerbang
Surga bagi kalian.

Suara yang berbicara di padang gurun tak lagi terdengar. Namun tidak bisu. Suara
itu masih berbicara kepada Allah atas nama Israel dan masih berbicara kepada
setiap orang Israel dengan hati yang jujur dan mengatakan - setelah mengajari
kalian untuk bertobat demi mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yang sedang datang,
dan bermurah hati memberikan apa yang lebih kepada mereka yang berkekurangan
bahkan kurang dalam apa yang dibutuhkan, dan menjadi jujur tanpa memeras dan
menyusahkan - suara itu mengatakan: "Anak Domba Allah, Ia Yang menghapus
dosa-dosa dunia, Yang akan membaptis dengan api Roh Kudus di antara kalian. Ia
akan membersihkan lantai pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya."

Berupayalah untuk mengenali Dia Yang dinyatakan sang Perintis Jalan kepada
kalian. Penderitaannya memohon kepada Allah untuk memberi kalian terang.
Lihatlah. Kiranya mata rohanimu terbuka. Kalian akan mengenali Terang yang
sedang datang. Aku mengambil suara sang Nabi yang memaklumkan Mesias, dan
dengan kuasa yang Aku terima dari Bapa, Aku memperlantangnya dan Aku
menambahkan wewenang-Ku ke atasnya dan Aku memanggil kalian kepada
kebenaran Hukum. Persiapkanlah hati kalian bagi rahmat Penebusan yang
menjelang. Sang Penebus ada di antara kalian. Diberkatilah mereka yang akan
didapati layak untuk ditebus, sebab mereka adalah orang-orang yang berkehendak
baik. Damai sertamu."

446
Seseorang bertanya: "Apakah Engkau murid Pembaptis, sebab Engkau berbicara
tentangnya dengan penghormatan begitu rupa?"

"Aku dibaptis olehnya, di tepi Yordan, sebelum ia dipenjarakan. Aku


menghormatinya sebab ia kudus di mata Allah. Dengan sungguh-sungguh Aku
katakan kepada kalian bahwa di antara anak-anak Abraham tak ada seorang pun
yang lebih besar dalam rahmat dibandingkan dia. Sejak kelahirannya hingga
kematiannya, mata Allah akan tertuju pada orang yang terberkati itu tanpa
meremehkannya sama sekali."

"Apakah ia memberi-Mu suatu kepastian mengenai Mesias?"

"Kata-katanya, yang tidak menipu, menunjukkan Mesias yang hidup kepada mereka
yang hadir."

"Dimana? Kapan?"

"Bila tiba saatnya untuk melakukannya."

Tetapi Yudas merasa wajib untuk mengatakan kepada semua orang: "Mesiah
adalah Dia Yang sedang berbicara kepada kalian. Aku memaklumkannya, sebab
aku mengenal-Nya, dan aku adalah murid pertamanya."

"Dia!... Oh!..." Orang banyak menyingkir ketakutan. Tetapi Yesus begitu manis
hingga mereka berkumpul sekeliling-Nya lagi.

"Mintalah Dia melakukan mukjizat. Dia penuh kuasa. Dia bisa menyembuhkan. Dia
bisa membaca hatimu. Dia bisa menjawab segala pertanyaanmu."

"Katakan pada-Nya, untukku, bahwa aku sakit. Mata kananku buta. Yang kiri sudah
mulai kabur…"

"Guru."

"Yudas." Yesus, Yang sedang membelai seorang gadis kecil, membalikkan badan.

"Guru, orang ini hampir buta dan dia ingin melihat. Aku katakan kepadanya Engkau
bisa..."

"Aku dapat menyembuhkan barangsiapa yang punya iman. Apakah kau punya iman,
teman?"

"Aku percaya akan Allah Israel. Aku datang ke sini untuk masuk ke dalam Kolam
Betesda. Tapi selalu ada orang yang mendahului aku."

447
"Dapatkah kau percaya kepada-Ku?"

"Jika aku percaya pada malaikat kolam, tidakkah aku harus percaya pada Engkau,
Yang seturut kata murid-Mu adalah Mesias?"

Yesus tersenyum. Ia membasahi jari-Nya dengan ludah dan dengan lembut


menyentuh mata yang sakit. "Apa yang dapat kau lihat?"

"Aku melihat benda-benda tanpa kabut yang biasanya aku lihat. Tidakkah Engkau
menyembuhkan yang satunya."

Yesus tersenyum sekali lagi. Ia mengulangi perlakuan-Nya pada mata yang buta.
"Apa yang dapat kau lihat?" Ia bertanya, sembari mengangkat ujung jari-Nya dari
kelopak mata yang tertutup.

"Ah! Allah Israel! Aku dapat melihat sebaik ketika aku masih kanak-kanak, yang
berlarian di padang-padang rumput! Semoga Engkau diberkati selama-lamanya!"
Laki-laki itu menangis, berlutut di kaki Yesus.

"Pergilah. Jadilah baik, sekarang, demi syukur kepada Allah."

Seorang Lewi yang tiba menjelang akhir mukjizat, bertanya: "Atas wewenang apa
Kau melakukan hal yang demikian?"

"Apakah kau bertanya pada-Ku? Akan Aku katakan kepadamu, jika kau menjawab
sebuah pertanyaan. Menurutmu, siapakah yang lebih besar, seorang nabi yang
menubuatkan Mesias atau Mesias Sendiri?"

"Pertanyaan apa ini! Mesias lebih besar: Ia adalah Penebus yang dijanjikan oleh
Yang Mahatinggi!"

"Baik, jadi, mengapakah para Nabi melakukan mukjizat? Atas wewenang apa?"

"Atas wewenang yang diberikan kepada mereka oleh Allah guna membuktikan
kepada orang banyak bahwa Allah bersama mereka."

"Baik, Aku melakukan mukjizat atas wewenang yang sama: Allah bersama-Ku, Aku
bersama-Nya. Dan dengan demikian Aku membuktikan kepada orang banyak
bahwa apa yang Aku katakan adalah benar dan bahwa Mesias, dengan hak yang
lebih besar dan kuasa yang lebih besar, dapat melakukan apa yang dapat dilakukan
oleh para Nabi."

Si Lewi pergi dengan termenung dan penglihatan pun berakhir.

448
69. YESUS MENGAJAR YUDAS ISKARIOT

3 Januari 1945

Aku melihat Yesus dan Yudas sekali lagi: mereka keluar dari Bait Allah, sesudah
berdoa di tempat yang paling dekat dengan Tempat Mahakudus, sejauh yang
diizinkan untuk laki-laki Yahudi.

Yudas ingin tinggal bersama Yesus. Namun sang Guru menolak keinginannya.
"Yudas, Aku ingin sendirian pada malam hari. Pada malam hari, RohKu
mendapatkan santapannya dari Bapa. Doa, meditasi dan keheningan lebih perlu
bagi-Ku dari santapan materiil. Barangsiapa ingin hidup untuk roh, dan memimpin
yang lain untuk mengamalkan hidup yang sama, harus mengabaikan daging, bukan,
akan Aku katakan: membunuhnya, demi membaktikan segala perhatiannya pada
roh. Setiap orang harus melakukan itu, kau tahu Yudas. Kau, juga, jika kau sungguh
ingin menjadi milik Allah, yakni yang adikodrati."

"Tapi kita masih di dunia, Guru. Bagaimana bisa kita mengabaikan daging dan
hanya memperhatikan roh? Apakah yang Engkau katakan bukannya antitesis dari
perintah Allah: 'Jangan membunuh'? Bukankah perintah itu juga melarang bunuh
diri? Jika hidup adalah anugerah dari Allah, haruslah kita mencintainya, atau tidak?"

"Aku tidak akan menjawabmu sebagaimana Aku akan menjawab seorang yang
berpikiran sederhana, yang baginya sudahlah cukup untuk mengangkat jiwanya atau
akal budinya pada yang adikodrati, sehingga Kami dapat membawanya bersama
Kami melayang dalam kerajaan rohani. Kau bukan orang yang berpikiran
sederhana. Kau dibentuk dalam suatu lingkungan yang mengintelekkanmu… dan
juga mencemarimu dengan dalih dan doktrinnya. Apakah kau ingat Salomo, Yudas?
Ia bijaksana, orang paling bijaksana pada masa itu. Apakah kau ingat apa yang
dikatakannya, sesudah mendapatkan segala pengetahuan? 'Kesia-siaan belaka,
segala sesuatu adalah sia-sia. Takutlah kepada Allah dan taatilah segala perintah-
Nya, sebab hanya untuk itulah manusia diciptakan-Nya.' Sekarang Aku katakan
kepadamu bahwa adalah penting untuk tahu bagaimana mendapatkan nutrisi, tapi
bukan racun, dari makanan. Dan jika kita tahu bahwa suatu makanan berdampak
buruk bagi kita, karena akan menimbulkan reaksi-reaksi yang merugikan dalam diri
kita, sebab ia lebih kuat dari getah lambung kita yang dapat menetralkan dampak-
dampak buruknya, maka haruslah kita tidak lagi menyantap makanan itu, meski ia
menikmatkan selera kita. Roti polos dan air dari sumber air lebih baik dari hidangan
mewah dari meja raja, yang mengandung obat-obatan yang merugikan dan
meracuni..."

"Apa yang harus aku tinggalkan, Guru?"

449
"Semua yang kau tahu merugikanmu. Sebab Allah adalah damai dan jika kau ingin
mengikuti jalan Allah, kau harus membersihkan pikiranmu, hatimu, dan dagingmu
dari segala sesuatu yang tidak menghasilkan damai dan mengakibatkan kekacauan.
Aku tahu bahwa sulit untuk mengubah cara hidup seseorang. Tapi Aku di sini untuk
membantumu. Aku di sini untuk membantu manusia menjadi anak Allah sekali lagi,
untuk menciptakan kembali dirinya sendiri melalui sarana suatu ciptaan yang baru,
suatu autogenesis yang diinginkan oleh manusia sendiri. Tapi biarkan Aku
menjawab pertanyaanmu, agar kau tak dapat mengatakan bahwa kau dibiarkan
dalam kesesatan karena kesalahan-Ku. Adalah benar bahwa bunuh diri adalah
sama seperti membunuh orang lain. Baik hidup kita sendiri maupun hidup orang lain
adalah anugerah dari Allah dan hanya Allah Yang memberi hidup, memiliki
wewenang untuk mengambilnya. Barangsiapa bunuh diri, mengakui
kesombongannya, dan kesombongan dibenci oleh Allah."

"Dia mengakui kesombongannya? Aku akan mengatakan keputus-asaannya."

"Dan apakah keputus-asaan selain dari kesombongan? Pikirkanlah, Yudas.


Mengapakah orang berputus asa? Entah karena kemalangan yang terus-menerus
menimpanya dan dia ingin mengatasinya sendiri, tapi tak dapat melakukannya. Atau
karena dia bersalah dan dia pikir bahwa dia tak dapat diampuni oleh Allah. Dalam
kedua perkara, bukankah kesombongan yang menjadi dasar alasannya? Orang
yang ingin melakukan segalanya sendiri, tak lagi cukup rendah hati untuk
mengulurkan tangannya kepada Bapa dan berkata kepada-Nya: 'Aku tak sanggup,
tapi Engkau sanggup. Tolonglah aku, sebab aku berharap dan menanti segalanya
dari-Mu.' Orang lain yang berkata: 'Allah tak mungkin mengampuniku' berkata
demikian, sebab mengukur Allah dengan standardnya sendiri, dia tahu bahwa orang
lain tak dapat mengampuninya, jika orang itu disakiti, seperti dia telah menyakiti
Allah. Jadi di sini lagi, kesombongan. Seorang yang rendah hati memahami dan
mengampuni, bahkan jika dia menderita karena rasa sakit yang diterima. Seorang
yang sombong tidak mengampuni. Dia sombong juga karena dia tak dapat
menundukkan kepalanya dan berkata: 'Bapa, aku telah berdosa, ampunilah anak-Mu
yang bersalah dan malang.' Tapi tak tahukah kau, Yudas, bahwa Bapa akan
mengampuni semuanya, jika orang memohon untuk diampuni dengan hati yang
tulus, penuh sesal, rendah hati dan bersedia bangkit kembali untuk hidup yang
baru?"

"Tapi kejahatan tertentu tidak akan diampuni. Tidak dapat diampuni."

"Itu katamu. Dan itu akan benar hanya karena manusia menghendakinya benar.
Tapi, oh! Aku dengan sungguh-sungguh katakan kepadamu bahkan sesudah
kejahatan demi kejahatan, jika orang yang bersalah berlari ke hadapan kaki Bapa -
Ia disebut Bapa, Yudas, hanya karena itu, dan Ia adalah Bapa dari kesempurnaan
yang tak terkira - dan menangis, memohon kepada-Nya untuk diampuni,

450
menawarkan diri untuk menyilih, tanpa berputus asa, maka Bapa akan membuatnya
mungkin untuk menyilih dan dengan demikian layak akan pengampunan dan
keselamatan jiwa."

"Baik, jadi, Kau katakan bahwa mereka yang dikutip oleh Kitab Suci membunuh
dirinya sendiri, bersalah."

"Tidak sah melakukan kekerasan terhadap siapa pun, bahkan terhadap diri sendiri.
Mereka bersalah. Dalam pengetahuan mereka yang terbatas akan kebaikan,
mungkin dalam perkara-perkara tertentu, mereka beroleh belas-kasihan dari Allah.
Akan tetapi setelah Sabda menerangkan kebenaran dan memberikan kekuatan
kepada roh-roh dengan RohNya, maka barangsiapa mati dalam keputus-asaan tidak
lagi akan diampuni. Tidak dalam pengadilan pribadi yang langsung, pun sesudah
abad-abad Gehenna, pada hari Kiamat, tidak pernah! Apakah itu kekerasan dari
pihak Allah? Tidak: itu keadilan. Allah akan berkata: 'Kau, makhluk yang dikaruniai
akal budi dan pengetahuan adikodrati, yang diciptakan bebas oleh-Ku, kau
memutuskan untuk mengikuti jalan yang kau pilih dan kau katakan: "Allah tidak akan
mengampuniku. Aku terpisahkan dari-Nya untuk selamanya. Aku pikir aku harus
menerapkan hukum pada diriku sendiri atas kejahatanku sendiri. Aku memisahkan
diri dari hidup demi menghindari penyesalan" tanpa berpikir bahwa kau tak akan lagi
merasakan penyesalan jika kau datang pada rengkuhan setia-Ku. Dan terjadilah
atasmu, seperti yang kau putuskan. Aku tak akan menerapkan kekerasan pada
kebebasan yang Aku berikan kepadamu.' Itulah apa yang akan dikatakan Bapa yang
Kekal kepada orang yang bunuh diri. Meditasikanlah itu, Yudas. Hidup itu anugerah,
anugerah untuk dikasihi. Tapi anugerah apakah itu? Suatu anugerah suci. Jadi
cintailah dengan suci. Hiduplah sepanjang yang dimungkinkan daging. Kemudian
Hidup agung, Hidup abadi dimulai. Hidup dalam kebahagiaan surgawi bagi orang-
orang benar, dalam kutukan bagi orang-orang tidak benar. Apakah hidup itu tujuan
atau sarana? Sarana. Ia melayani suatu tujuan yang abadi. Jadi marilah kita berikan
kepada hidup apa yang dibutuhkan untuk membuatnya hidup dan melayani roh
dalam pergulatannya. Pengendalian diri daging dalam segala nafsu berahinya,
dalam semuanya. Pengendalian diri dalam pikiran dalam segala keinginannya,
dalam semuanya. Pengendalian diri dalam hati dalam segala hasrat manusiawi.
Sebaliknya tanpa batas haruslah menjadi semangat dalam hasrat surgawi:
mengasihi Allah dan sesama, taat pada sabda ilahi, kegagahan dalam kebaikan dan
keutamaan. Aku telah memberimu jawaban, Yudas. Apakah kau yakin? Apakah
penjelesannya cukup? Selalu tulus hati, dan bertanya apabila kau belum cukup
paham: Aku di sini untuk menjadi Guru-mu."

"Aku paham dan penjelasan itu sudah cukup. Tapi... sangatlah sulit untuk melakukan
apa yang aku pahami. Engkau dapat... sebab Engkau kudus. Tapi... aku seorang
manusia, masih muda dan penuh semangat hidup..."

451
"Aku datang untuk manusia, Yudas. Bukan untuk malaikat. Mereka tidak
memerlukan seorang guru. Mereka melihat Allah. Mereka tinggal dalam Firdaus-
Nya. Mereka bukannya tidak tahu akan hasrat manusia, sebab Inteligensi yang
adalah Hidup mereka membuat mereka tahu segalanya, juga mereka yang bukan
pelindung manusia. Tapi, sebab rohani, mereka hanya dapat punya satu dosa,
seperti yang dimiliki salah seorang dari mereka, dan dia menarik ke pihaknya
mereka yang lebih lemah dalam cinta kasih: kesombongan, panah yang merusak
Lucifer, yang paling elok dari antara para malaikat agung, dan mengubahnya
menjadi monster mengerikan dari Abyss [=jurang ngarai yang paling dalam]. Aku
tidak datang untuk malaikat, yang, sesudah jatuhnya Lucifer, sangat ketakutan
bahkan pada bayangan pemikiran akan keseombongan. Tapi Aku datang untuk
manusia. Untuk menjadikan malaikat-malaikat dari manusia. Manusia adalah
kesempurnaan dari ciptaan. Manusia memiliki roh malaikat dan penuh keindahan
hewani, lengkap dalam segala bagian hewani dan moral. Tak ada makhluk yang
setara dengannya. Manusia adalah raja dunia, sebagaimana Allah adalah Raja
Surga, dan satu hari, apabila dia tertidur untuk terakhir kalinya di dunia, dia akan
menjadi raja bersama Bapa di Surga. Setan mengoyakkan sayap-sayap malaikat-
manusia dan dia menggantinya dengan cakar-cakar seekor binatang buas dan
dengan kerinduan mendalam akan kotoran, dan membujuk manusia menjadi suatu
makhuk yang lebih tepat digambarkan sebagai manusia-setan, dari sekedar
manusia. Aku ingin mengenyahkan pengrusakan yang dilakukan oleh Setan, juga
kecanduan yang merusak dari daging yang terkontaminasi. Aku ingin
mengembalikan kepada manusia sayap-sayapnya, dan menjadikannya raja sekali
lagi, sesama pewaris Bapa dan pewaris Kerajaan Surgawi. Aku tahu bahwa
manusia, jika dia mau, dapat melakukan apa yang Aku katakan, untuk menjadi raja
dan malaikat sekali lagi. Aku tidak akan mengatakan kepadamu hal-hal yang tidak
dapat kau lakukan. Aku bukan seorang dari para orator dengan bahasa memikat
yang mengkhotbahkan doktrin-doktrin yang mustahil. Aku punya sungguh daging,
supaya melalui pengalaman daging, Aku dapat belajar yang mana adalah
pencobaan-pencobaan manusia."

"Dan bagaimana dengan dosa?"

"Semua orang dapat dicobai. Para pendosa hanyalah mereka yang ingin demikian."

"Apakah Engkau pernah berdosa, Yesus?"

"Tidak, Aku tidak pernah ingin berdosa. Bukan karena aku Putra Bapa. Tapi karena
Aku menginginkannya dan Aku ingin membuktikan kepada manusia bahwa Putra
Manusia tidak berdosa karena Ia tidak ingin berdosa, dan bahwa manusia dapat, jika
dia mau, tidak berdosa."

"Apakah Engkau pernah dicobai?"

452
"Aku berusia tigapuluh tahun, Yudas. Dan Aku tidak tinggal dalam sebuah gua di
atas gunung. Aku tinggal di antara manusia. Dan andai Aku berada di tempat yang
paling terpencil sakalipun di dunia, apakah menurutmu pencobaan tidak akan datang
kepada-Ku? Kita mempunyai semuanya dalam diri kita: yang baik dan yang jahat
(1). Kita membawa semuanya bersama kita. Dan nafas Allah berhembus pada yang
baik dan menebarkannya bagai sebuah turibulum dupa suci yang harum baunya.
Dan Setan berhembus pada yang jahat, dengan begitu menyalakan api murka yang
membara. Tapi kehendak baik yang tekun dan doa yang terus-menerus adalah
bagai pasir lembab di atas api yang jahat: pasir menimbunnya dan
memadamkannya."

"Tapi jika Engkau tidak pernah berdosa, bagaimana Engkau dapat menghakimi para
pendosa?"

"Aku seorang manusia dan Putra Allah. Apa yang mungkin Aku abaikan sebagai
manusia dan hakimi secara salah, Aku ketahui dan hakimi sebagai Putra Allah.
Bagaimanapun!... Yudas, jawab pertanyaan-Ku ini. Akankah seorang yang lapar,
lebih menderita dengan mengatakan: 'Aku sekarang akan duduk di meja' atau
dengan mengatakan: 'Tidak adakah makanan untukku?'"

"Dia akan lebih menderita dalam kasus yang terakhir, karena pikiran sederhana
bahwa dia tidak punya makanan, akan mendatangkan kembali kepadanya bau
harum makanan dan perutnya akan tersiksa oleh keinginan yang menusuk."

"Benar: pencobaan menusuk sebanyak keinginan itu, Yudas. Setan membuatnya


lebih dahsyat, lebih nyata, lebih memikat dari tindakan apapun yang sudah
dilakukan. Lebih jauh, tindakan memuaskan, dan terkadang memabukkan;
sementara pencobaan tidak surut, melainkan bagai pohon yang disiangi, tumbuh
semakin dan semakin kuat."

"Dan apakah Engkau tidak pernah masuk dalam pencobaan?"

"Tidak, tidak pernah."

"Bagaimana Engkau dapat melakukannya?"

"Aku katakan: 'Bapa, janganlah masukkan Aku ke dalam pencobaan.'"

"Apa? Engkau, sang Mesias, Engkau mengerjakan mukjizat-mukjizat dan Engkau


minta pertolongan kepada BapaMu?"

"Bukan hanya pertolongan: Aku meminta-Nya untuk tidak memasukkan-Ku ke dalam


pencobaan. Apakah yang kau pikir Aku, sekedar Aku, dapat lakukan tanpa Bapa?
Oh! tidak! Aku dengan sungguh-sungguh katakan kepadamu bahwa Bapa

453
memberikan semuanya kepada PutraNya, dan bahwa Putra menerima semuanya
dari Bapa. Dan Aku katakan kepadamu bahwa semua yang dimohonkan kepada
Bapa dalam nama-Ku akan dikabulkan. Di sinilah kita di Getsemani, di mana Aku
tinggal. Pepohonan pertama dapat terlihat di balik tembok-tembok itu. Kau tinggal di
luar Tofet. Hari sudah semakin gelap. Sebaiknya kau tidak naik sampai ke sana. Kita
akan bertemu kembali esok hari di tempat yang sama. Selamat tinggal. Damai
sertamu."

"Damai serta-Mu juga, Guru… Tapi aku ingin mengatakan kepada-Mu satu hal lagi.
Aku akan ikut dengan-Mu sampai Kidron, lalu aku akan kembali. Mengapakah
Engkau tinggal di tempat yang begitu sederhana? Kau tahu, orang memperhatikan
begitu banyak hal. Apakah Kau tak mengenal seorang pun di kota yang punya
rumah bagus? Jika Kau mau, aku akan membawa-Mu ke beberapa teman. Mereka
akan menyambut-Mu dengan ramah-tamah sebab sikapku yang ramah terhadap
mereka; dan rumah itu akan lebih layak untuk-Mu."

"Apakah kau pikir demikian? Aku pikir tidak. Semua golongan orang adalah layak
atau tidak layak. Dan tanpa kurang dalam rasa cinta kasih, tapi guna menghindari
penilaian yang meremehkan, Aku katakan kepadamu bahwa yang tak layak, yang
bertindak tak layak, seringkali ditemukan di antara orang-orang besar. Tidaklah perlu
dan tidak ada gunanya berpengaruh, berpura baik atau menyembunyikan dosa-dosa
dari mata Allah. Semuanya akan dibalikkan di bawah Tanda-Ku. Dan bukan yang
berkuasa yang akan menjadi besar, melainkan yang sederhana dan kudus."

"Tapi supaya dihormati, supaya menempatkan diri..."

"Apakah Herodes dihormati? Apakah Kaisar dihormati? Tidak, mereka menanggung


derita dikutuk baik lewat bibir maupun dalam hati. Dan percayalah pada-Ku, Yudas,
terhadap orang-orang yang baik, atau sekedar orang-orang yang berkehendak baik,
akan lebih mudah bagi-Ku untuk menempatkan DiriKu dengan kesederhanaan
daripada dengan keagungan."

"Tapi... akankah Engkau selalu meremehkan mereka yang berkuasa? Engkau akan
bermusuhan dengan mereka! Aku tengah berpikir untuk berbicara mengenai-Mu
kepada banyak orang yang aku kenal dan yang berpengaruh…"

"Aku tak hendak meremehkan siapa pun. Aku akan menjumpai baik yang miskin
maupun yang kaya, budak maupun raja, orang-orang yang murni hatinya maupun
orang-orang berdosa. Tapi Aku harus berterima kasih kepada mereka yang
menyediakan bagi-Ku roti dan tempat tinggal agar Aku dapat melanjutkan karya-Ku,
entah tempat tinggal dan roti apapun, Aku akan selalu menjatuhkan pilihan-Ku
kepada yang rendah hati. Orang-orang besar sudah memiliki begitu banyak
kegembiraan. Orang-orang miskin hanya memiliki nurani yang jujur, kasih setia,
anak-anak dan sukacita didengarkan oleh mereka yang di atas mereka. Aku akan

454
selalu membungkuk kepada yang miskin, yang menderita, dan pendosa. Aku
berterima kasih atas niat baikmu. Tapi biarkan Aku di tempat damai dan doa ini.
Pergilah, dan kiranya Allah menginspirasimu dengan apa yang baik."

Yesus meninggalkan si murid dan masuk ke dalam hutan kecil zaitun, dan
penglihatan pun berakhir.

(1) Bab 5 dan 6 dari buku ini sebaiknya dibaca sekali lagi. Maka akan
menjadi jelas bahwa pencobaan jahat tidak datang kepada Yesus dari
dalam (lihat Ibrani 4:15) tapi dari luar (lihat Matius 4:1-11; Markus 1:12-
13; Lukas 4:1-13). Oleh karenanya, dalam terang demikian, dapat
dipahami perkataan: "Aku berusia tigapuluh tahun…" Berikutnya: "Kita
mempunyai semuanya dalam diri kita: yang baik dan yang jahat…
memadamkannya" tidak dapat dikenakan juga pada Yesus, tetapi hanya
pada Yudas dan segenap warga umat manusia yang tercemar oleh dosa
asal. Khotbah singkat Yesus bertujuan untuk meyakinkan Yudas bahwa
manusia, jika dia mau, dan dengan memohon pertolongan Allah, dapat
mengatasi segala godaan dan pencobaan.

455
BAB 70. YESUS BERTEMU YOHANES ZEBEDEUS DI
GETSEMANI

4 Januari 1945

Aku melihat Yesus menuju rumah putih kecil yang rendah di tengah-tengah hutan
kecil zaitun. Seorang pemuda menyalami-Nya. Dia tampaknya datang dari sana,
karena ia memegang di tangannya peralatan pangkas dan cangkul.
"Allah serta-Mu, Rabbi. Murid-Mu Yohanes datang, dan dia baru saja pergi untuk
datang dan bertemu dengan-Mu."
"Sudah berapa lama?"
"Belum lama, dia baru saja melewati jalan itu. Kami pikir Engkau datang dari
Betania."
Yesus mulai berjalan sangat cepat, Ia mengitari batu karang, Ia melihat Yohanes
yang nyaris berlari menuju kota dan memanggilnya.
Sang murid membalikkan badan dan dengan wajahnya bersinar karena sukacita, ia
berteriak: "Oh! Guru-ku!" dan ia mulai berlari balik.
Yesus menyambutnya dengan tangan-tangan-Nya terbuka lebar dan mereka saling
berpelukan penuh kasih.
"Aku datang untuk mencari-Mu… Kami pikir Engkau pergi ke Betania, seperti yang
Kau katakan kepada kami."
"Ya, Aku ingin pergi. Aku harus mulai menginjili juga sekeliling Yerusalem. Tapi Aku
tinggal di kota… untuk mengajar seorang murid baru."
"Semua yang Engkau lakukan adalah baik, Guru. Dan selalu berhasil. Lihat? Bahkan
sekarang kita bertemu dengan segera."
Mereka mulai berjalan, dan Yesus menempatkan satu tangan di atas pundak
Yohanes, yang, karena lebih pendek dari Yesus, mendongak kepada-Nya, jelas
sangat senang dengan keakraban yang begitu rupa. Demikianlah mereka mulai
kembali ke rumah kecil. "Apakah kau sudah lama di sini?"

"Belum, Guru. Aku meninggalkan Doco saat fajar, bersama Simon, kepada siapa
aku menyampaikan pesan-Mu. Lalu kami berhenti bersama di wilayah Betania,
berbagi makanan yang kami punya, dan berbicara mengenai Engkau kepada para
petani yang kami jumpai di ladang-ladang. Ketika udara sudah lebih sejuk, kami
berpisah. Simon pergi menemui seorang temannya, kepada siapa dia ingin
berbicara tentang Engkau. Dia memiliki hampir seluruh Betania. Dia telah lama
mengenalnya, ketika ayah mereka masih hidup. Tapi Simon akan datang ke sini
besok. Dia memintaku untuk mengatakan kepada-Mu bahwa dia senang melayani-
Mu. Simon sangat pintar. Aku ingin seperti dia. Tapi aku ini anak yang bodoh."
"Tidak, Yohanes, kau mengerjakan dengan sangat baik, juga."
"Apakah Engkau sungguh puas dengan Yohanes-Mu yang malang?"
"Ya, Aku sangat puas, Yohanes-ku tersayang. Sangat puas."

456
"Oh! Guru-ku!" Yohanes membungkuk dengan antusias untuk meraih tangan Yesus,
yang ia cium dan gosokkan penuh kasih pada wajahnya, seolah membelainya.
Mereka sudah tiba di rumah kecil. Mereka memasuki dapur rendah yang berasap.
Tuan rumah menyalami mereka:
"Damai serta-Mu."
Yesus menjawab: "Damai bagi rumah ini, bagimu dan bagi mereka yang tinggal di
sini bersamamu. Ada seorang murid bersama-ku."
"Akan ada roti dan minyak untuknya juga."
"Aku membawa beberapa ikan kering yang diberikan Yakobus dan Petrus kepadaku.
Dan sewaktu lewat Nazaret, BundaMu memberiku beberapa roti dan madu untuk-
Mu. Aku berjalan terus tanpa henti, tapi rotinya akan sudah kering sekarang."
"Tak apa, Yohanes. Akan selalu ada rasa tangan BundaKu."
Yohanes mengeluarkan hartanya dari tas kain yang ia taruh di sebuah pojok. Dan
aku melihat mereka mempersiapkan ikan kering dengan suatu cara yang aneh.
Mereka merendamnya beberapa menit dalam air panas, lalu mereka membubuhkan
minyak zaitun dan memanggangnya di atas api.

Yesus memberkati makanan dan duduk di sekeliling meja bersama murid-Nya. Juga
tuan rumah, yang namanya aku dengar adalah Yunus, dan puteranya, duduk di meja
yang sama. Nyonya rumah datang dan pergi membawakan ikan, beberapa buah
zaitun hitam, rebusan sayur-mayur yang dibubuhi minyak. Yesus menawarkan juga
madu. Dan Ia menawarkannya kepada nyonya rumah, dengan mengoleskannya
pada roti. "Ini berasal dari sarang lebah-Ku," katanya. "Bunda-Ku memelihara lebah.
Makanlah. Ini baik. Kau begitu baik kepada-Ku, Maria, dan kau pantas mendapat
jauh lebih banyak dari ini." Ia lalu menambahkan madu sebab perempuan itu tak
ingin Ia kehabisan madu manis-Nya.
Perjamuan makan malam berakhir tak lama, sementara mereka berbincang-bincang
singkat mengenai topik-topik umum. Begitu mereka selesai, dan sesudah
mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah, Yesus berkata kepada Yohanes:
"Ayo. Mari kita pergi ke hutan kecil zaitun sebentar. Malam yang jernih dan sejuk.
Akan menyenangkan berada di sana sejenak."
Tuan rumah mengatakan: "Guru, aku hendak mengatakan 'selamat malam' kepada-
Mu. Aku lelah dan juga puteraku lelah. Kami akan pergi tidur. Aku akan membiarkan
pintu setengah terbuka dan lampu menyala di atas meja. Engkau tahu apa yang
harus dilakukan."
"Pergilah, Yunus. Dan padamkan lampunya. Ada cahaya bulan yang begitu terang,
hingga kita akan dapat melihat tanpa lampu."
"Tapi di mana murid-Mu akan tidur?"
"Bersama-Ku. Di tikar-Ku ada tempat juga untuknya. Benar kan, Yohanes?"
Yohanes terpesona pada gagasan tidur di samping Yesus.
Mereka pergi ke hutan kecil zaitun. Namun sebelum pergi, Yohanes mengambil
sesuatu dari tas kain di pojok. Mereka berjalan beberapa saat dan tiba di sebuah
pundak bukit darimana seluruh Yerusalem dapat terlihat. "Marilah kita duduk di sini
dan berbicara sejenak," kata Yesus.

457
Tapi Yohanes memilih duduk di kaki Yesus di atas rerumputan yang pendek, dan ia
mengistirahatkan tangannya di atas lutut Yesus, dengan kepalanya tidur di atas
tangannya, sembari sesekali menatap Yesus. Ia tampak seperti seorang anak kecil
yang dekat dengan orang yang paling dikasihinya. "Indah juga di sini, Guru. Lihatlah
betapa besar kota kelihatannya pada malam hari. Lebih besar dari siang hari."
"Itu karena cahaya bulan membayangi sketsanya. Lihat: perbatasan-perbatasannya
kelihatan lebih lebar dalam cahaya perak. Lihatlah puncak Bait Allah, di sana.
Tidakkah tampak seolah melayang di udara?"
"Tampak seperti ditopang oleh malaikat- malaikat di atas sayap-sayap perak
mereka."
Yesus menghela napas panjang.

"Mengapa Engkau mendesah, Guru?"


"Sebab malaikat-malaikat telah meninggalkan Bait Allah. Ciri kemurnian dan
kekudusannya sekarang terbatas pada tembok-temboknya saja. Mereka yang
seharusnya menanamkan ke dalam jiwanya - sebab setiap tempat punya jiwanya,
yakni roh untuk mana dia dibangun, dan Bait Allah memilikinya, atau seharusnya
memilikinya, suatu jiwa yang berdoa dan kudus - mereka yang seharusnya memberi
daya pada roh yang demikian, malahan adalah yang pertama mencekiknya. Kau tak
dapat memberikan apa yang tak kau miliki, Yohanes. Dan jika ada banyak imam dan
kaum Lewi yang tinggal di sana, bahkan tak ada sepersepuluh dari mereka yang
mampu memberikan hidup pada Tempat Kudus itu. Mereka memberikan kematian
sebagai gantinya. Mereka memancarkan kematian jiwa mereka sendiri, yang sudah
mati terhadap apa yang kudus. Mereka memiliki rumusannya. Namun mereka tidak
memiliki inti sarinya. Mereka adalah mayat-mayat yang hangat hanya karena
pembusukan membengkakkan mereka."
"Apakah mereka bersalah kepada-Mu, Guru?" Yohanes sepenuhnya sedih.
"Tidak. Sebaliknya mereka mengijinkan-Ku berbicara apabila Aku diminta."
"Apakah Engkau menanyai mereka? Mengapa?"

"Karena Aku tidak ingin menjadi orang yang memulai perang. Bagaimanapun juga
akan terjadi perang. Sebab Aku akan menjadi penyebab dari ketakutan konyol
manusia bagi sebagian orang, dan penyebab kecaman bagi yang lain. Tapi ini harus
dituliskan dalam kitab mereka, bukan dalam kitab-Ku."
Mereka diam untuk beberapa saat, kemudian Yohanes kembali berbicara. "Guru,
aku kenal Hanas dan Kayafas. Keluargaku punya hubungan dagang dengan
mereka, dan apabila aku datang ke Yudea untuk bertemu Yohanes, aku biasa
datang ke Bait Allah, dan mereka baik kepada putera Zebedeus. Ayahku selalu
mengirimi mereka ikan terbaik. Begitulah adatnya, Kau tahu? Jika Engkau ingin
mereka bersahabat dan terus demikian, Engkau harus melakukan itu..."
"Aku tahu." Yesus serius.
"Nah, jika Engkau mau, aku akan berbicara kepada Imam Besar mengenai-Mu.
Dan… jika Kau mau, aku tahu seorang yang punya hubungan dagang dengan
ayahku. Dia seorang pedagang ikan yang kaya. Dia punya rumah yang bagus dekat

458
Menara Hippicus, sebab mereka orang-orang yang sangat kaya raya, tapi mereka
juga sangat baik. Kau akan lebih nyaman dan Engkau tidak akan begitu kelelahan.
Untuk datang ke sini, Engkau harus melintasi pinggiran Ofel, yang begitu liar dan
selalu penuh dengan keledai-keledai dan anak-anak berandal yang suka berkelahi."
"Tidak, Yohanes. Terima kasih. Tapi Aku baik-baik saja di sini. Lihat betapa
damainya di sini? Aku katakan juga kepada murid lain yang punya saran yang sama.
Dia mengatakan: 'Untuk menikmati reputasi yang lebih baik.'"
"Aku mengatakan supaya Engkau tidak terlalu kelelahan."
"Aku tidak lelah. Aku akan berjalan begitu banyak, dan Aku tidak akan pernah lelah.
Tahukah kau apa yang melelahkan-Ku? Keacuhan. Oh! Betapa beban itu! Seperti
membawa suatu beban di hatimu."
"Aku mengasihi-Mu, Yesus."
"Ya, dan kau menghibur-Ku. Aku sangat mengasihimu, Yohanes, dan Aku akan
selalu mengasihimu, sebab kau tidak akan pernah mengkhianati-Ku."
"Mengkhianati-Mu! Oh!"
"Dan meski begitu akan ada banyak orang yang akan mengkhianati-Ku… Yohanes,
dengarkan. Aku katakan kepadamu bahwa Aku tinggal di sini untuk mengajar
seorang murid baru. Dia adalah seorang pemuda Yahudi, terpelajar dan terkenal."
"Baik, jika demikian. Engkau akan harus bekerja jauh lebih ringan bersamanya
dibandingkan Engkau bersama kami, Guru. Aku senang bahwa Engkau punya
seorang yang lebih mampu dari kami."
"Apakah kau pikir Aku akan bekerja lebih ringan?"
"Ya, jika dia tidak sebodoh kami, dia akan memahami-Mu lebih baik, dan melayani-
Mu lebih baik, khususnya jika dia mengasihi-Mu."

"Apa yang kau katakan benar. Tapi kasih tidak berbanding setara dengan
pendidikan atau formasi. Seorang perawan mencintai dengan segenap kekuatan
cinta pertamanya. Itu berlaku juga untuk keperawanan pikiran. Dan sang kekasih
merasuki dan lebih terkesan mendalam kepada hati yang perawan dan pikiran yang
perawan, dari kepada hati dan pikiran yang dicemari oleh cinta-cinta yang lain. Tapi
jika Allah menghendaki… Dengar, Yohanes. Aku memintamu untuk bersikap ramah
kepadanya. Hati-Ku gemetar pada pemikiran menempatkanmu, anak domba yang
belum dicukur, dekat yang cakap dalam hidup. Tapi pemikiran itu memudar
mengingat bahwa engkau mungkin saja seekor anak domba, tapi kau juga seekor
elang, dan jika yang cakap berupaya untuk membuatmu menyentuh tanah, yang
selalu berlumpur, tanah pemikiran manusia, maka dengan satu kepakan sayapmu,
kau akan dapat membebaskan dirimu dan merindukan hanya langit biru yang jernih
dan matahari. Itulah sebabnya mengapa Aku memintamu untuk tetap seperti kau
adanya dan bersikap ramah terhadap si murid baru, mengilhaminya dengan
kasihmu, sebab dia tidak akan begitu dikasihi oleh Simon Petrus dan yang lain-
lainnya…"

"Oh! Guru! Apakah Engkau saja tidak cukup?"

459
"Aku adalah Guru. Tidak semuanya akan dikatakan kepada-Ku. Kau seorang teman,
seorang adik, kepada siapa akan lebih mudah baginya untuk membuka diri. Aku
tidak menyarankanmu untuk mengulangi bagi-Ku apa-apa yang dikatakannya
kepadamu. Aku benci mata-mata dan pengkhianat. Tapi Aku memintamu untuk
menginjili dia dengan imanmu, kasihmu, kemurnianmu, Yohanes. Ini adalah tanah
yang dikotori oleh air yang tergenang. Dia harus dikeringkan oleh matahari kasih,
dimurnikan oleh integritas pikiran, keinginan dan perbuatan, dan ditanami dengan
iman. Kau bisa melakukannya."
"Jika Engkau katakan aku bisa... Ya! Jika Engkau katakan aku bisa melakukannya,
aku akan melakukannya. Demi Engkau…"
"Terima kasih, Yohanes."
"Guru, Engkau menyebut Simon Petrus. Dan itu mengingatkanku akan sesuatu yang
seharusnya aku katakan kepada-Mu dengan segera, tapi sukacita mendengarkan-
Mu membuatku melupakannya. Ketika kami kembali ke Kapernaum sesudah
Pentakosta, kami mendapati jumlah uang yang biasanya dari orang yang tak dikenal
itu. Anak laki-laki itu memberikannya kepada ibuku. Aku memberikannya kepada
Petrus, dan ia menyerahkannya kembali padaku, dengan mengatakan aku
hendaknya mempergunakan sebagian dari uang itu untuk perjalanan balikku dan
selama masa tinggalku di Doco dan aku harus memberikan sisanya kepada-Mu,
entah apapun kebutuhan-Mu… sebab juga Petrus berpikir tempat ini mungkin
kurang nyaman... tapi Engkau katakan nyaman. ... Aku mengambil hanya dua
keping koin untuk dua orang miskin yang aku jumpai dekat Efraim. Selebihnya, aku
hidup dengan apa yang diberikan ibuku dan apa yang diberikan kepadaku oleh
beberapa orang baik kepada siapa aku mewartakan Nama-Mu. Ini kantongnya."
"Kita akan memberikan uang itu kepada kaum miskin besok. Jadi Yudas akan juga
mengenal kebiasaan kita."
"Apakah sepupu-Mu sudah datang? Bagaimana dia begitu cepat? Dia di Nazaret
dan dia tidak mengatakan kepadaku bahwa dia akan pergi…"

"Belum. Yudas adalah murid yang baru. Dia berasal dari Keriot. Tapi kau sudah
melihatnya pada waktu Paskah, di sini, pada malam Aku menyembuhkan Simon. Dia
bersama Tomas."
"Ah! Jadi dia?" Yohanes sedikit terkejut.
"Ya, dia. Dan apa yang dilakukan Tomas?"
"Dia melaksanakan perintah-Mu, dia meninggalkan Simon orang Kanaan dan lewat
jalan laut dia pergi menemui Filipus dan Bartolomeus."

"Ya, Aku ingin kalian saling mengasihi satu sama lain, tanpa pilih kasih, saling
membantu satu sama lain dan sepenanggungan satu sama lain. Tak seorang pun
sempurna, Yohanes. Baik yang muda maupun yang tua. Tapi jika kau punya
kehendak baik, kau akan mencapai kesempurnaan dan apa yang kurang dalam
dirimu, Aku yang akan menyelenggarakan. Kau seperti anak-anak dari sebuah
keluarga kudus. Di dalamnya ada karekter-karakter yang sangat berbeda. Yang satu
kuat, yang lain manis, atau berani, atau pemalu, atau memperturutkan hasrat hati

460
atau sangat hati-hati. Jika kalian semua sama, kalian akan sangat kuat dalam satu
karakter, tapi sangat lemah dalam semua karakter lain. Dengan demikianlah kalian
membentuk suatu persatuan yang sempurna, yang saling dilengkapi oleh kalian
semua. Kasih mempersatukan kalian, kasih harus mempersatukan kalian, demi
maksud Allah."
"Dan demi Engkau, Yesus."
"Pertama demi maksud Allah dan kemudian demi kasih bagi Kristus-nya."
"Aku... dan aku apa dalam keluarga kita?"
"Kau adalah damai kasih dari Kristus Tuhan. Apakah kau lelah, Yohanes? Apakah
kau ingin kembali? Aku akan tinggal di sini dan berdoa."
"Aku akan tinggal, juga, dan aku akan berdoa bersama-Mu. Biarkan aku tinggal dan
berdoa bersama-Mu."
"Kau boleh tinggal."
Yesus mendaraskan beberapa mazmur dan Yohanes berdoa bersama-Nya. Tapi
suaranya semakin sayup dan ia tertidur dengan kepalanya di atas pangkuan Yesus.
Yesus tersenyum dan membentangkan mantol-Nya di atas pundak sang murid yang
tertidur dan Ia melanjutkan berdoa dalam hati.

Penglihatan pun berakhir demikian.

Kemudian Yesus berkata:

"Perbandingan lain antara Yohanes-Ku dan murid yang lain. Suatu perbandingan
yang membuat sosok murid terkasih-Ku semakin dan semakin jelas.
Yohanes adalah seorang yang menanggalkan dirinya sendiri juga cara berpikirnya
sendiri dan penilaiannya, demi menjadi "murid". Dia adalah seorang yang
memberikan dirinya tanpa berharap untuk mempertahankan bahkan bagian terkecil
pun dari dirinya sendiri, sebagai dirinya sendiri sebelum menjadi seorang murid.
Yudas adalah seorang yang tak mau menanggalkan dirinya dari dirinya sendiri.
Kontribusinya oleh sebab itu tidak sungguh. Dia membawa bersama dirinya egonya
yang dijangkiti kesombongan, hawa nafsu dan ketamakan. Dia mempertahankan
cara berpikirnya. Dan dengan demikian dia meniadakan dampak dari karunia dan
dari Rahmat. Yudas: yang pertama dari semua rasul yang gagal. Dan mereka begitu
banyak! Yohanes: yang pertama dari mereka yang menjadi kurban demi kasih
kepada-Ku. Dan kau adalah salah seorang dari mereka.
BundaKu dan Aku adalah Kurban yang terluhur. Sulit mencapai kami, bukan,
mustahil, sebab kurban kami adalah kepahitan total. Tapi Yohanes-Ku! Dia adalah
kurban yang dapat diteladani oleh seluruh kekasih-Ku; para perawan, martir,
pengaku iman, envangelis, hamba Allah dan hamba Bunda Allah, yang
membaktikan diri pada aktivitas atau kontemplasi: dia adalah teladan bagi semua
orang. Dia adalah seorang yang mengasihi.
Perhatikan cara pikir mereka yang berbeda. Yudas menyelidiki, berdalih, keras
kepala, bahkan ketika dia berpura-pura menyerah dia masih memiliki pertahanan

461
mental. Yohanes merasa dia bukan apa-apa, dia menerima semuanya, dia tidak
meminta alasan, dia puas dengan membuat-ku senang. Itulah contohnya.
Dan tidakkah kau merasa sama sekali damai di hadapan kasih sederhananya yang
menawan? Oh! Yohanes-ku! Dan Yohanes kecil-Ku, yang Aku kehendaki menjadi
lebih dan lebih serupa dengan kekasih-Ku. Terimalah semuanya, selalu katakan
seperti sang rasul: "Semua yang Engkau lakukan adalah baik, Guru" agar supaya
pantas untuk selalu mendengar-Ku mengatakan kepadamu: "Kau adalah damai
kasih-Ku". Aku butuh penghiburan juga, Maria. Berilah Aku. Hati-Ku untuk
perisitrahatanmu."

462
BAB 71. YESUS BERSAMA YUDAS ISKARIOT BERTEMU
SIMON ZELOT DAN YOHANES

6 Januari 1945

Aku melihat Yesus bersama Yudas Iskariot berjalan naik turun dekat salah satu
gerbang halaman Bait Allah.

"Apakah Engkau yakin dia akan datang?" tanya Yudas.


"Aku yakin. Dia meninggalkan Betania saat fajar dan di Getsemani dia akan bertemu
dengan murid pertama-Ku…"

Ada jeda, lalu Yesus berhenti dan menatap Yudas. Ia berdiri di hadapannya. Ia
mempelajari Yudas. Ia lalu menempatkan tangan-Nya di atas pundaknya dan
bertanya: "Mengapa, Yudas, kau tidak mengatakan kepada-Ku pikiran-pikiranmu?"

"Pikiran yang mana? Aku tidak memikirkan sesuatu yang khusus, Guru, saat ini. Aku
bahkan mengajukan terlalu banyak pertanyaan kepada-Mu. Tentunya Kau tak dapat
mengeluh mengenai kebisuanku."

"Kau mengajukan banyak pertanyaan kepada-Ku dan kau memberi-Ku banyak


rincian mengenai kota dan penduduknya. Tapi kau tak membuka diri kepada-Ku.
Apakah kau pikir penting bagi-Ku, apa yang kau katakan mengenai kekayaan
penduduk dan anggota keluarga ini atau itu? Aku bukan seorang pengangguran
yang datang ke sini untuk membuang waktu. Kau tahu mengapa Aku datang. Dan
kau mungkin juga sadar bahwa Aku peduli dengan menjadi Guru bagi murid-murid-
Ku, sebagai hal yang paling penting. Aku karenanya menginginkan ketulusan hati
dan kepercayaan dari mereka. Apakah ayahmu sayang kepadamu, Yudas?"

"Dia sangat sayang padaku. Dia bangga akan aku. Apabila aku pulang dari sekolah,
dan bahkan sesudahnya, apabila aku pulang ke Keriot dari Yerusalem, dia ingin aku
menceritakan semuanya kepadanya. Dia peduli pada semua yang aku lakukan dan
dia akan bergembira jika itu adalah hal yang baik, dia akan menghiburku jika itu
adalah hal yang kurang baik, terkadang, Kau tahu, kita semua melakukan kesalahan
- jika aku melakukan suatu kesalahan dan aku dipersalahkan untuk itu, dia akan
menunjukkan kepadaku keadilan dari teguran yang aku terima, atau ketidakadilan
dari tindakanku. Tapi dia melakukannya dengan lembut… dia seperti seorang kakak.
Dia selalu mengakhiri dengan mengatakan: 'Aku mengatakan ini sebab aku ingin
Yudas-ku menjadi seorang benar. Aku ingin diberkati melalui puteraku.' Ayahku…"

Yesus, Yang dengan seksama mempelajari murid-Nya sepanjang waktu, sungguh


tergerak oleh nasehat ayahnya, berkata: "Sekarang, Yudas, yakinlah akan apa yang

463
hendak Aku katakan kepadamu. Tak ada yang akan membuat ayahmu begitu
bahagia, selain dari melihatmu menjadi seorang murid yang setia. Ayahmu, yang
membesarkanmu seperti yang kau katakan, pastilah seorang benar dan jiwanya
akan bersukacita, di mana dia menantikan terang, melihat bahwa kau adalah murid-
Ku. Tapi agar demikian, kau harus mengatakan kepada dirimu sendiri: 'Aku telah
menemukan ayahku yang hilang, ayah yang seperti seorang kakak bagiku, aku
menemukannya dalam Yesus-ku, dan aku akan mengatakan kepada-Nya
segalanya, seperti aku biasa mengatakannya kepada ayahku terkasih, yang
kematiannya masih aku ratapi, agar aku boleh menerima dari-Nya bimbingan, berkat
ataupun peringatan yang lembut.' Kiranya Allah menganugerahkan itu, dan di atas
segalanya kiranya kau berperilaku begitu rupa sehingga Yesus akan selalu
mengatakan kepadamu: 'Kau baik. Aku memberkatimu.'"

"Oh! ya, Yesus! Jika Engkau begitu mengasihiku, Aku akan berjuang untuk menjadi
baik, seperti yang Kau kehendaki dan ayahku kehendaki. Dan ibuku tak akan lagi
merasakan sakit di hatinya. Dia biasa mengatakan: 'Kau tak memiliki pembimbing
sekarang, puteraku, sementara kau masih sangat membutuhkannya.' Apabila dia
tahu bahwa Aku punya Engkau!"

"Aku akan mengasihimu seperti tak seorang pun dapat mungkin mengasihimu, Aku
akan sangat mengasihimu, Aku sungguh mengasihimu. Janganlah kecewakan Aku."

"Tidak, Guru, tidak akan. Aku dipenuhi konflik. Iri, cemburu, keinginan untuk unggul,
sensualitas, semuanya bertabrakan dalam diriku melawan suara batinku. Bahkan
baru saja, lihat? Engkau membuatku menderita. Yakni: tidak, bukan Kau. Itu sifat
dasarku yang jahat… Aku pikir aku adalah murid pertama-Mu… dan, sekarang Kau
baru saja memberitahuku bahwa Kau sudah punya."

"Kau sudah melihatnya sendiri. Apakah kau ingat pada waktu Paskah lalu Aku ada di
Bait Allah bersama banyak orang Galilea?"

"Aku pikir mereka teman… Aku pikir aku adalah yang pertama dipilih untuk takdir
yang demikian, dan bahwa aku karenanya yang tersayang."

"Tak ada perbedaan dalam hati-Ku antara yang pertama dan yang terakhir. Jika
yang pertama bersalah dan yang terakhir adalah seorang kudus, maka akan ada
perbedaan di mata Allah. Tapi Aku akan sama mengasihinya: Aku akan mengasihi si
orang kudus yang hidup dengan kasih surgawi, dan si pendosa dengan kasih yang
menderita. Tapi, itu Yohanes datang bersama Simon. Yohanes, murid pertama-Ku,
Simon, dia yang Aku bicarakan kepadamu dua hari yang lalu. Kau telah melihat
Simon dan Yohanes. Dia yang sakit…"

"Ah! Si kusta! Aku ingat. Apakah dia sudah menjadi murid-Mu?"

464
"Sejak keesokan harinya."

"Dan mengapakah aku harus menunggu begitu lama?"

"Yudas?!"

"Engkau benar. Maafkan aku."

Yohanes telah melihat sang Guru, dan ia menunjukkan-Nya kepada Simon. Mereka
bergegas. Yohanes dan sang Guru saling mengecup satu sama lain. Simon,
sebaliknya, melempar diri di depan kaki Yesus dan mencium kaki-Nya, seraya
berseru: "Kemuliaan bagi Juruselamat-ku! Berkatilah hamba-Mu agar perbuatan-
perbuatannya kudus di mata Allah dan bahwa aku boleh memuliakan-Nya dan
memberkati-Nya sebab memberikan-Mu kepadaku."

Yesus menempatkan tangan-Nya di atas kepala Simon: "Ya, Aku memberkatimu


untuk berterima-kasih kepadamu atas kerjamu. Bangkitlah, Simon. Ini Yohanes, dan
ini Simon; ini murid-Ku yang paling akhir. Dia juga ingin mengikuti Kebenaran.
Karena itu dia adalah saudara bagi kalian semua."

Mereka saling menyapa satu sama lain: kedua orang Yudea penuh rasa ingin tahu,
Yohanes dengan tulus.

"Apakah kau lelah, Simon?" tanya Yesus.

"Tidak, Guru. Dengan kesehatanku aku sudah pulih ke vitalitas yang tak pernah aku
rasakan sebelumnya."

"Dan Aku tahu kau memanfaatkannya baik-baik. Aku telah berbicara kepada banyak
orang dan mereka semua mengatakan kepada-Ku bahwa kau telah mengajari
mereka mengenai Mesias."
Simon tersenyum bahagia. "Juga tadi malam aku berbicara tentang Engkau kepada
seorang yang adalah seorang Israel yang jujur. Aku berharap Engkau bertemu
dengannya suatu hari nanti. Aku akan senang menghantarkan-Mu kepadanya."

"Itu mungkin saja."

Yudas masuk dalam pembicaraan: "Guru, Engkau berjanji untuk bersamaku, di


Yudea."

"Ya. Simon akan terus mengajar orang banyak saat kedatangan-Ku. Waktunya
singkat, sahabat-sahabat-Ku terkasih, dan orang begitu banyak. Aku sekarang akan
pergi bersama Simon. Kalian berdua akan datang dan bertemu dengan-Ku sore ini

465
di jalan menuju Gunung Zaitun dan kita akan memberikan uang kepada kaum
miskin. Pergilah sekarang."
Ketika Yesus sendirian bersama Simon, Ia bertanya kepadanya: "Apakah orang
yang di Betania itu seorang Israel sejati?"
"Dia seorang Israel sejati. Gagasan-gagasannya umum, tapi dia sungguh-sungguh
merindukan Mesias. Dan ketika aku katakan kepadanya: 'Ia sekarang ada di antara
kita', dia langsung menjawab: 'Aku diberkati sebab aku hidup pada saat ini."

"Kita akan pergi kepadanya suatu hari nanti dan membawa berkat kita ke rumahnya.
Sudahkah kau berbicara dengan murid baru?"

"Sudah. Dia masih muda dan kelihatannya cerdas."

"Ya. Karena kau seorang Yudea, kau akan lebih banyak bersamanya daripada yang
lain, karena gagasannya."

"Apakah itu suatu keinginan, atau suatu perintah?"

"Suatu permintaan halus. Kau telah banyak menderita dan kau akan dapat lebih
bersabar. Penderitaan mengajarkan banyak hal."

"Jika Engkau memberiku perintah, aku akan sepenuhnya bersabar terhadapnya."

"Ya. Bersabarlah. Mungkin Petrus, dan dia mungkin bukan satu-satunya, akan
sedikit kesal melihat bagaimana Aku memperhatikan dan mengkhawatirkan murid
ini. Tapi suatu hari, mereka akan mengerti… Semakin seorang tak sempurna,
semakin banyak pertolongan yang dibutuhkannya. Yang lain... oh! yang lain
terbentuk baik, juga oleh diri mereka sendiri, melalui hubungan sederhana. Aku tak
ingin melakukan semuanya Sendiri. Aku menghendaki kemauan manusia dan
bantuan dari orang-orang lain untuk membentuk seorang manusia. Aku memintamu
untuk membantu-Ku… dan Aku berterima-kasih atas bantuanmu itu."

"Guru, apakah menurut-Mu dia akan mengecewakan-Mu?"

"Tidak. Tapi dia masih muda dan dibesarkan di Yerusalem."

"Oh! dekat dengan-Mu dia akan mengubah segala sifat buruk dari kota itu… aku
yakin. Aku sudah tua dan dikeraskan oleh kedengkian yang pahit, dan meski begitu
aku berubah sama sekali sesudah bertemu dengan-Mu…"

Yesus berbisik: "Jadilah demikian!" Lalu dengan suara lantang: "Mari kita pergi ke
Bait Allah. Aku akan menginjili orang banyak."

Dan penglihatan pun berakhir.

466
BAB 72. YESUS, YOHANES, SIMON DAN YUDAS PERGI
KE BETLEHEM

7 Januari 1945

Aku melihat, pagi hari, Yesus, Yang di gerbang yang sama bertemu dengan murid-
murid-Nya, Simon dan Yudas. Yohanes sudah bersama Yesus. Dan aku
mendengar-Nya berkata: "Sahabat-sahabat-Ku, Aku meminta kalian untuk pergi
bersama-Ku melintasi Yudea. Jika tak terlalu memberatkan kalian, khususnya kau,
Simon."

"Mengapa, Guru?"

"Berat untuk berjalan di pegunungan Yudea... dan mungkin bahkan akan lebih
menyakitkan untukmu bertemu dengan seseorang yang menyakitimu."

"Sejauh menyangkut perjalanan, aku ingin meyakinkan-Mu, sekali lagi, bahwa


sesudah Engkau menyembuhkanku, aku merasa lebih kuat dari seorang pemuda
dan tak ada pekerjaan yang berat bagiku, juga karena itu dilakukan demi Engkau,
dan sekarang, bersama Engkau. Sehubungan dengan bertemu orang-orang yang
menyakitiku, tak ada dendam ataupun perasaan dengki dalam hati Simon, sejak ia
menjadi milik-Mu. Kedengkian sudah menyingkir bersama sisik-sisik penyakit. Dan
percayalah, aku tak dapat mengatakan kepada-Mu apakah Engkau mengerjakan
mukjizat yang lebih besar dalam menyembuhkan dagingku yang rusak atau jiwaku
yang dikuasai kedengkian. Aku pikir aku tidak salah mengatakan bahwa mukjizat
yang terakhir lebih besar. Suatu luka jiwa tidak semudah itu sembuh… dan Kau
menyembuhkanku dalam sekejap. Itu mukjizat. Sebab orang tidak dapat sekonyong-
konyong pulih, bahkan jika orang mengingininya dengan segenap kekuatannya, dan
orang tidak mudah mengenyahkan suatu kebiasaan moral yang buruk, jika Engkau
tidak mengenyahkan kebiasaan itu dengan kuasa kehendak-Mu yang
menguduskan."

"Penilaianmu benar."

"Mengapa Engkau tidak melakukan itu terhadap semua orang?" tanya Yudas, agak
mendongkol.

"Tapi Ia melakukannya, Yudas. Mengapa kau berbicara seperti itu kepada Guru?
Tidakkah kau merasa kau sudah berubah sejak kau berhubungan dengan-Nya?
Sebelumnya, aku adalah murid Yohanes Pembaptis. Tapi aku mendapati diriku
sama sekali berubah sejak Ia berkata kepadaku: 'Mari.'" Yohanes, yang biasanya

467
sangat jarang ikut campur, dan tidak pernah melakukannya di hadapan Guru, kali ini
tidak dapat tinggal diam. Dengan lembut dan penuh kasih, dia menempatkan satu
tangannya ke atas tangan Yudas seolah hendak menenangkannya dan dia
berbicara kepadanya dengan penuh perhatian dan bujuk rayu. Dia lalu tersadar
bahwa ia berbicara di hadapan Yesus, wajahnya memerah dan dia berkata:
"Maafkan aku, Guru, aku berbicara melancangi-Mu, tapi aku ingin… aku tidak ingin
Yudas menyedihkan-Mu."

"Ya, Yohanes. Tapi dia tidak menyedihkan-Ku sebagai murid-Ku. Apabila dia murid-
Ku, maka, jika dia bersikokoh pada cara pikirnya, maka dia akan menyedihkan-Ku.
Hanya saja menyedihkan-Ku melihat bagaimana banyak manusia telah dirusakkan
oleh Setan yang menyesatkan pikiran-pikirannya. Semua manusia, kau tahu!
Pikiran-pikiran kalian semua telah disesatkan olehnya! Tetapi akan datang harinya,
ketika kalian akan mempunyai Kekuatan dan Rahmat Allah, kalian akan mempunyai
Kebijaksanaan dengan Roh-Nya… maka kalian akan mempunyai semuanya untuk
memungkinkan kalian menilai dengan benar."

"Dan apakah kita semua akan menilai dengan benar?"

"Tidak, Yudas."

"Tapi apakah yang Engkau maksud adalah kami, para murid, atau semua orang?"

"Yang aku maksud pertama-tama adalah kalian, dan semua yang lain. Ketika
saatnya tiba, Guru akan menetapkan para pekerja-Nya dan mengutus mereka
semua ke seluruh dunia…"

"Bukankah Engkau sudah melakukannya?"

"Untuk saat ini, Aku meminta kalian hanya untuk mengatakan: 'Mesias ada di sini.
Datanglah kepada-Nya.' Kelak Aku akan membuat kalian mampu untuk mewartakan
dalam nama-Ku, mengerjakan mukjizat-mukjizat dalam nama-Ku…"

"Oh! Juga mukjizat-mukjizat?"

"Ya, pada tubuh dan pada jiwa."

"Oh! Maka, betapa mereka akan mengagumi kami!" Yudas sangat bergembira atas
pikiran itu.

"Tapi, pada saat itu, kita tidak akan bersama Guru… dan aku akan selalu takut
melakukan dengan kemampuan manusiawiku apa yang berasal hanya dari Allah,"
kata Yohanes, dan ia menatap penuh permenungan dan agak sedih kepada Yesus.

468
"Yohanes, jika Guru mengijinkanku, aku ingin mengatakan kepadamu apa yang aku
pikirkan," kata Simon.

"Ya, katakan pada Yohanes. Aku ingin kalian saling menasehati satu sama lain."

"Apakah Engkau sudah tahu bahwa itu adalah nasehat?"

Yesus tersenyum dan diam.

"Baik, aku katakan kepadamu, Yohanes, bahwa kau tidak perlu takut, kita tidak perlu
takut. Marilah kita mendasarkan diri pada kebijaksanaan seorang Guru yang kudus
dan pada janji-Nya. Jika Ia mengatakan: 'Aku akan mengutusmu,' itu berarti bahwa
Ia tahu bahwa Ia dapat mengutus kita tanpa khawatir kita dapat memcelakakan-Nya
atau memcelakakan diri kita sendiri, dalam melakukan maksud Allah, yang begitu
berharga bagi tiap-tiap kita, seperti seorang pengantin baru. Jika Ia berjanji untuk
menyelubungi intelektual kita dan kemalangan rohani kita dengan kemilau kuasa
yang diberikan BapaNya kepada-Nya bagi kita, kita harus yakin bahwa Ia akan
melakukannya dan bahwa kita akan berhasil, bukan karena diri kita sendiri,
melainkan melalui belas-kasihan-Nya. Semua ini akan hampir pasti terjadi, asal saja
perbuatan-perbuatan kita bebas dari kesombongan dan ambisi manusia. Aku pikir
jika kita mencemari misi kita, yang sepenuhnya rohani, dengan kepentingan-
kepentingan duniawi, maka juga janji Kristus tidak akan lagi berlaku. Bukan karena
ketidakmampuan dari pihak-Nya, melainkan karena kita akan mencekik kemampuan
yang demikian dengan tali kesombongan. Aku tidak tahu apakah perkataanku dapat
dimengerti."

"Kau berbicara sangat jelas. Aku salah. Tapi kau tahu... Aku berpikir bahwa
bagaimanapun, berharap dikagumi sebagai murid Mesias, begitu dekat kepada-Nya
sehingga layak melakukan apa yang Ia lakukan, adalah sama seperti berharap
terlebih bertambahnya kuasa sosok Kristus di antara orang banyak. Terpujilah Guru,
Yang memiliki murid-murid yang demikian, itu maksudku," jawab Yudas.

"Apa yang kau katakan tidak sepenuhnya salah. Tapi... lihat, Yudas. Aku berasal
dari kasta yang dianiaya karena... karena memahami secara salah apa dan
bagaimana seharusnya Mesias. Ya. Andai kita menanti -Nya dengan pandangan
yang benar akan keberadaan-Nya, kita tidak akan jatuh ke dalam kesalahan, yang
adalah hujat terhadap Kebenaran dan pemberontakan terhadap Hukum Romawi,
sehingga kita dihukum baik oleh Allah maupun oleh Romawi. Kita membayangkan
Kristus sebagai seorang penakluk yang akan membebaskan Israel, sebagai seorang
Makabe baru, yang lebih besar dari Yudas yang agung… Hanya itu. Dan mengapa?
Karena bukannya mengarahkan diri pada kepentingan Allah, kita menyibukkan diri
pada kepentingan-kepentingan kita sendiri: kepentingan tanah air dan kepentingan
rakyat. Oh! Kepentingan tanah air adalah pasti suci. Tapi apalah artinya bila
dibandingkan dengan Surga abadi. Dalam masa penganiayaan yang panjang,

469
pertama-tama, dan lalu pengasingan, ketika sebagai seorang pelarian, aku terpaksa
bersembunyi dalam gua-gua binatang buas, berbagi makanan dan tidur dengan
mereka, demi melarikan diri dari kuasa Romawi dan lebih dari itu dakwaan dari
teman-teman palsu; atau, ketika, saat menanti ajal aku sudah mencicipi rasa
makam, dalam gua seorang kusta, betapa banyak aku bermeditasi, dan betapa
banyak aku melihat: aku melihat sosok Mesias… sosok-Mu, Guru-ku yang rendah
hati dan baik, sosok-Mu, Guru dan Raja Roh, sosok-Mu, o Kristus, Putra Bapa, yang
menghantar pada Bapa, dan bukan pada istana kerajaan yang dari debu, pun pada
allah-allah yang dari tanah. Engkau… Oh! Mudah bagiku untuk mengikuti-
Mu…Sebab, maafkan kelancanganku yang mengakui dirinya untuk dibenarkan,
sebab aku melihat-Mu sebagaimana aku memikirkan-Mu, aku mengenali-Mu, aku
mengenali-Mu seketika. Tidak, bukan masalah bertemu dengan-Mu, melainkan
mengenali Dia Yang telah ditemui oleh jiwaku…"

"Itulah sebabnya mengapa Aku memanggilmu… dan itulah sebabnya mengapa Aku
membawamu bersama-Ku, sekarang, dalam perjalanan pertama-Ku di Yudea. Aku
ingin kau menuntaskan pengenalanmu… dan Aku ingin juga mereka ini, yang
usianya membuat mereka kurang mampu mencapai Kebenaran lewat meditasi
mendalam, Aku ingin mereka tahu bagaimana Guru mereka telah datang pada saat
ini… Kau akan mengerti kelak. Ada Menara Daud. Gerbang Timur sudah dekat."

"Apakah kita akan keluar lewat situ?"

"Ya, Yudas. Kita akan pertama-tama pergi ke Bethlehem. Di mana Aku dilahirkan...
Kau harus tahu... untuk memberitahu yang lain. Juga itu bagian dari pengetahuan
akan Mesias dan akan Kitab Suci. Kau akan menemukan nubuat-nubuat yang ditulis
tidak sebagai nubuat melainkan sebagai sejarah. Marilah kita mengitari rumah
Herodes…"

"Rubah tua, yang jahat, penuh nafsu."

"Janganlah menghakimi. Ada Allah, Yang menghakimi. Mari kita pergi menyusuri
kebun-kebun sayur ini. Kita akan berhenti di bawah naungan sebuah pohon, dekat
rumah yang mau bermurah hati, sampai udara menjadi sejuk. Lalu kita akan pergi ke
tujuan kita."

Penglihatan pun berakhir.

470
BAB 73. YESUS DI BETLEHEM DI RUMAH PETANI DAN
DI GROTTO

8 Januari 1945

Sebuah jalanan berbatu, berdebu, dan datar, yang kering oleh matahari musim
panas. Jalanan itu terbentang sepanjang pohon-pohon zaitun besar, yang semuanya
sarat dengan buah-buah zaitun kecil yang baru terbentuk. Tanah, di mana tidak
ditapaki orang, bertabur lapisan bunga-bunga zaitun kecil, yang berguguran sesudah
penyerbukan.

Yesus, bersama ketiga murid, berjalan beriringan sepanjang tepi jalan, di mana
rerumputan masih hijau, terlindungi oleh naungan pepohonan zaitun dan karenanya
tidak terlalu berdebu.

Jalanan berbelok ke kanan, sesudah itu menanjak halus menuju sebuah lembah
besar berbentuk seperti tapal kuda, di mana banyak rumah berserakan membentuk
sebuah kota kecil. Pada belokan kanan jalan, terdapat sebuah bangunan kubus
dengan sebuah kubah kecil yang rendah di atasnya. Semuanya tertutup, seolah
ditinggalkan.

"Itu makam Rahel," kata Simon.

"Kalau begitu, kita hampir sampai. Apakah kita akan segera masuk ke dalam kota?"

"Tidak, Yudas, pertama-tama Aku ingin menunjukkan kepadamu suatu tempat…


Lalu kita akan masuk ke dalam kota, dan sebab hari masih siang terang dan sore
hari akan ada terang bulan, kita akan dapat berbicara kepada orang banyak. Jika
mereka mau mendengarkan kita."

"Apakah menurut-Mu mereka tidak mau mendengarkan-Mu?"

Mereka telah tiba di makam, sebuah monumen kuno namun terawat baik, dilabur
putih bersih.

Yesus berhenti untuk minum di sebuah sumur pedesaan dekat sana. Seorang
perempuan yang telah datang untuk menimba air menawari-Nya minum. Yesus
bertanya kepadanya: "Apakah kau dari Betlehem?"

"Ya. Tapi sekarang di musim panen, aku tinggal di desa di sini bersama suamiku,
untuk merawat kebun sayur-sayuran dan kebun buah-buahan. Apakah Engkau
seorang Galilea?"

"Aku dilahirkan di Betlehem, tapi Aku tinggal di Nazaret di Galilea."

471
"Apakah Engkau seorang yang mengalami aniaya juga?"

"Keluarga-Ku ya. Tapi mengapakah kau mengatakan: 'Engkau juga'? Apakah ada
banyak orang yang mengalami aniaya di kalangan orang-orang Betlehem?"

"Tidak tahukah Kau? Berapa umur-Mu?"

"Tigapuluh."

"Jadi Engkau dilahirkan tepat ketika…oh! betapa tragedi besar! Tetapi kenapakah Ia
dilahirkan di sini?"

"Siapa?"

"Dia yang kata mereka adalah Juruselamat. Terkutuklah orang-orang bodoh yang,
sebab mabuk, beranggapan bahwa awan-awan adalah para malaikat dan embikan
serta ringkikan adalah suara-suara dari Surga, dan dalam keadaan mabuk mereka
salah mengenali tiga orang miskin sebagai orang-orang paling kudus di dunia.
Terkutuklah mereka! Dan terkutuklah mereka yang mempercayainya."

"Tapi, dengan segala kutukanmu, engkau tidak menceritakan kepada-Ku apa yang
terjadi. Mengapakah kau mengutuk?"

"Karena... Dengar: ke manakah Kau hendak pergi?"

"Ke Betlehem bersama teman-teman-Ku. Aku ada urusan di sana. Aku harus
mengunjungi beberapa teman lama dan menyampaikan kepada mereka salam dari
BundaKu. Tapi Aku ingin tahu banyak hal sebelumnya, sebab kami telah lama pergi,
kami sekeluarga, selama bertahun-tahun. Kami meninggalkan kota ketika Aku baru
berumur beberapa bulan."

"Jadi sebelum tragedi. Dengar, jika Engkau tidak enggan datang ke rumah seorang
petani, mari dan makanlah bersama kami. Engkau dan teman-teman-Mu. Kita akan
bercakap-cakap sewaktu makan malam dan aku akan menyediakan tempat
bermalam bagi kalian semua. Rumahku kecil. Tapi di atas kandang ada banyak
jerami, tertimbun tinggi. Malam jernih dan hangat. Jika Kau mau, Kau bisa tidur di
sana."

"Kiranya Allah Israel mengganjari keramahan-tamahanmu. Aku akan senang datang


ke rumahmu."

"Seorang peziarah membawa berkat bersamanya. Tapi aku masih harus


menyiramkan enam buyung air pada sayur-sayuran yang baru saja bersemi."

"Dan Aku akan membantumu."

"Tidak, Engkau seorang terhormat, perilaku-Mu mengatakan demikian."

472
"Aku seorang pekerja, perempuan. Yang ini seorang nelayan. Kedua orang Yudea
itu kaya dan bekerja. Aku tidak." Dan Ia mengambil sebuah buyung yang tergeletak
kempis pada bagian perut gendutnya dekat tembok sumur yang sangat rendah, Ia
mengikatkannya ke tali, dan menurunkannya ke dalam sumur. Yohanes membantu-
Nya. Juga yang lain ingin turut serta membantu dan mereka bertanya kepada
perempuan itu: "Di manakah sayur-sayurannya? Katakan kepada kami dan kami
akan membawa buyung-buyung ini ke sana."

"Semoga Allah memberkati kalian! Punggungku mau patah karena kecapaian.


Mari…"

Dan sementara Yesus menarik buyung-Nya, ketiga murid menghilang di sebuah


jalan setapak... dan kembali dengan dua buyung kosong, yang mereka isi dan lalu
pergi lagi. Dan mereka tidak melakukannya tiga kali, tapi sepuluh kali. Dan Yudas
tertawa, berkata: "Dia berteriak memberkati kita sampai serak. Kita memberi begitu
banyak air pada sayur-mayurnya, hingga tanah akan basah untuk setidaknya dua
hari, dan perempuan itu tidak akan harus mematahkan punggungnya." Ketika dia
kembali untuk terakhir kalinya, dia berkata: "Guru, aku khawatir kita tidak sedang
beruntung."

"Kenapa, Yudas?"

"Karena dia punya dendam terhadap Mesias. Aku katakan kepadanya: 'Janganlah
mengutuk. Tidak tahukah engkau bahwa Mesias adalah anugerah terbesar bagi
umat Allah? Yahweh menjanjikan-Nya kepada Yakub, dan sesudahnya kepada
segenap para Nabi dan orang-orang benar di Israel. Dan engkau membenci-Nya?'
Dia menjawab: 'Bukan Dia. Tapi dia yang oleh beberapa gembala mabuk dan tiga
peramal terkutuk dari Timur disebut "Mesias"'. Dan sebab itu adalah Engkau…"

"Tidak masalah. Aku tahu Aku ditempatkan sebagai pencobaan dan pertentangan
bagi banyak orang. Apakah kau katakan kepadanya siapa Aku?"

"Tidak, aku tidak bodoh. Aku ingin menyelamatkan punggung-Mu dan punggung
kami."

"Kau melakukan yang benar. Bukan karena punggung kita. Tapi karena Aku ingin
menunjukkan Diri-Ku ketika Aku pikir waktunya tepat. Mari kita pergi."

Yudas menghantar-Nya ke kebun sayur-mayur.

Perempuan itu mengosongkan ketiga buyung terakhir dan dia lalu membawa-Nya ke
sebuah bangunan pedesaan di tengah kebun buah-buahan. "Masuklah," katanya.
"Suamiku sudah di rumah."

Mereka melongok ke dalam sebuah darpur rendah yang berasap. "Damai bagi
rumah ini." Yesus menyampaikan salam.

473
"Siapa pun Engkau, semoga Engkau dan teman-teman-Mu diberkati. Masuklah,"
jawab laki-laki itu. Dan dia membawa keluar bagi mereka sebaskom air agar mereka
dapat menyegarkan dan membasuh diri. Lalu mereka semua masuk dan duduk
sekeliling sebuah meja kasar.

"Terima kasih sudah membantu istriku. Dia mengatakannya kepadaku. Aku tidak
pernah berhubungan dengan orang-orang Galilea sebelumnya dan Aku diberitahu
bahwa mereka kasar dan suka berkelahi. Tapi Engkau lembut dan baik. Meski
sudah capai... Engkau mau bekerja begitu keras. Apakah kalian datang dari jauh?"

"Dari Yerusalem. Kedua orang ini adalah orang Yudea. Yang satunya dan Aku
Sendiri dari Galilea. Tapi, percayalah pada-Ku, teman: kau akan mendapati yang
baik dan yang jahat di mana pun."

"Itu benar. Aku, pertama kali aku bertemu orang-orang Galilea, aku dapati mereka
orang-orang baik. Perempuan, bawakan makanan. Aku hanya punya roti, sayur-
mayur, buah zaitun dan keju. Aku seorang petani."

"Aku Sendiri bukan seorang terhormat. Aku seorang tukang kayu."

"Apa? Engkau? Dengan perilaku-Mu?"

Perempuan itu menyela: "Tamu kita dari Betlehem, sudah kukatakan kepadamu, dan
jika sanak-saudara-Nya mengalami aniaya, mereka mungkin kaya dan terpelajar,
seperti Yosua anak Ur, Matius anak Ishak, Lewi anak Abraham, orang-orang
malang!..."

"Kau tidak ditanya. Maafkan dia. Kaum perempuan lebih banyak bicara
dibandingkan burung-burung pipit di sore hari."

"Apakah mereka keluarga orang-orang Betlehem?"

"Apa? Engkau tidak tahu siapa mereka, dan Kau berasal dari Betlehem?"

"Kami melarikan diri ketika Aku masih berumur beberapa bulan."

Perempuan yang pastilah sangat cerewet, kembali berbicara: "Ia pergi sebelum
pembantaian."

"Eh! Begitu. Jika tidak Ia tidak akan ada di dunia ini. Apakah Kau pernah kembali?"

"Tidak, tidak pernah."

"Betapa tragedi yang mengerikan! Kau tidak akan menemukan banyak dari yang
dikatakan Sara ingin Kau temui dan kunjungi. Banyak yang terbunuh, banyak yang
lari, banyak… siapa yang tahu!... hilang, dan tidak pernah diketahui apakah mereka
mati di padang gurun atau dibunuh dalam penjara sebagai hukuman atas
pemberontakan mereka. Tapi apakah itu pemberontakan? Dan siapakah yang akan
tinggal diam membiarkan begitu banyak kanak-kanak yang tak berdosa dibantai?

474
Tidak, tidaklah adil jika Lewi dan Elia masih hidup sementara begitu banyak kanak-
kanak tak berdosa mati!

"Siapakah kedua orang itu, dan apakah yang mereka lakukan?"

"Ya... setidaknya Engkau akan sudah mendengar mengenai pembantaian.


Pembantaian oleh Herodes... Lebih dari seribu bayi dibantai di kota, hampir seribu
lainnya di desa (1). Dan mereka semua, atau hampir semua, laki-laki, karena dalam
kemarahan mereka, dalam kegelapan, dalam perkelahian, para pembunuh
merenggut dari buaian mereka, dari tempat tidur ibu mereka, dari rumah-rumah yang
mereka serbu, juga beberapa bayi perempuan, dan mereka menusuk dengan
pedang seperti bayi rusa yang sedang menyusu dibidik jatuh oleh para pemanah.
Baiklah: mengapa semua itu terjadi? Sebab sekelompok gembala, yang jelas minum
banyak sekali cider [=sari buah apel yang difermentasikan] guna menahan dinginnya
malam yang menggigit, dalam gila kegembiraan, menyatakan bahwa mereka telah
melihat malaikat, mendengar nyanyian-nyanyian, menerima perintah... dan mereka
mengatakan kepada kami yang di Betlehem: 'Mari. Sembahlah. Mesias telah
dilahirkan.' Coba bayangkan: Mesias dalam sebuah gua! Dengan segenap ketulusan
hati, harus aku akui bahwa mereka semua mabuk, bahkan aku yang saat itu masih
remaja, juga istriku, yang saat itu hanya beberapa tahun lebih tua… sebab kami
semua percaya kepada mereka, dan dalam diri seorang peremuan Galilea yang
miskin kami melihat Bunda Perawan yang disebut oleh para Nabi. Tapi Ia bersama
dengan suami-Nya, seorang Galilea kasar! Jika Ia adalah istri, bagaimana mungkin
Ia adalah sang 'Perawan'? Singkat cerita: kami percaya. Hadiah-hadiah, sembah
sujud… rumah-rumah terbuka demi memberi mereka keramah-tamahan!...

Oh! Mereka memainkan peran mereka dengan sangat baik! Anna yang malang! Dia
kehilangan harta milik dan hidupnya, dan juga anak-anaknya, terkecuali puteri
sulungnya, satu-satunya yang tersisa sebab dia menikah dengan seorang pedagang
di Yerusalem, kehilangan seluruh harta sebab rumah mereka dibakar habis dan
semua miliknya dibiarkan terbengkalai atas perintah Herodes. Sekarang menjadi
ladang yang tak ditanami di mana ternak digembalakan."

"Dan itu sepenuhnya kesalahan para gembala?"

"Tidak, itu adalah juga kesalahan dari tiga ahli sihir yang datang dari kerajaan Setan.
Mungkin mereka kaki tangan dari ketiganya... Dan kami begitu bodoh merasa
bangga akan begitu banyak kehormatan! Dan kepala sinagoga yang malang! Kami
membunuhnya sebab dia bersumpah bahwa nubuat-nubuat menegaskan kebenaran
dari perkataan para gembala dan para ahli sihir..."

"Jadi karenanya itu kesalahan para gembala dan para ahli sihir?"

"Tidak, orang Galilea. Itu adalah kesalahan kami juga. Kesalahan atas
kecenderungan kami yang mudah percaya. Mesias telah dinantikan untuk jangka
waktu yang sangat lama! Berabad-abad lamanya pengharapan. Dan ada banyak

475
kekecewaan belakangan ini karena Mesias-mesias palsu. Salah seorang dari antara
mereka adalah seorang Galilea, seperti Engkau, seorang lagi bernama Teudas.
Penipu-penipu! Mereka... Mesias-mesias! Mereka tak lain adalah petualang-
petualang tamak yang berburu sekedar keberuntungan! Kita harus belajar dari
pelajaran itu. Sebaliknya…"

"Baik, jadi, mengapakah kalian mengutuk semua gembala dan ahli sihir itu? Jika
kalian beranggapan bahwa kalian sendiri juga bodoh, maka kalian juga harus
dikutuk. Tapi hukum kasih melarang orang mengutuk. Satu kutukan mendatangkan
kutukan yang lain. Apakah kalian yakin kalian benar? Tak mungkinkah para gembala
dan ahli sihir itu menyatakan kebenaran, yang disingkapkan kepada mereka oleh
Allah? Mengapakah kalian bersiteguh yakin bahwa mereka adalah penipu?"

"Karena tahun-tahun nubuat belum genap. Kami berpikir tentang itu sesudahnya...
sesudah mata kami dicelikkan oleh darah yang memerahkan baskom-baskom dan
anak-anak sungai."

"Dan tak dapatkah Yang Mahatinggi memajukan kedatangan Juruselamat, demi


kasih tak terkira terhadap umat-Nya? Atas dasar apakah para ahli sihir mendasarkan
pernyataan mereka? Kau katakan bahwa mereka datang dari Timur…"

"Atas dasar perhitungan mereka mengenai sebuah bintang baru."

"Tidakkah tertulis: 'Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel'?
Bukankah Yakub seorang Patriark besar dan tidakkah dia berhenti di tanah
Betlehem yang sangat dicintainya seperti matanya, sebab kekasihnya Rahel mati di
sana? Dan tidakkah mulut seorang Nabi mengatakan: 'Suatu tunas akan keluar dari
tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah'? Isai, bapa
Daud, dilahirkan di sini. Tidakkah tunas pada tunggulnya, yang dipotong pada akar-
akarnya oleh para perampas kuasa yang keji, bukankah sang "Perawan" Yang akan
melahirkan PutraNya, yang mengandung bukan karena perbuatan manusia, jika
tidak demikian Ia bukan seorang perawan, melainkan karena kehendak ilahi, di
mana Ia akan menjadi sang 'Imanuel' [=Allah menyertai kita] sebab: Putra Allah, Ia
akan menjadi Allah dan membawa Allah di antara umat Allah, sebagaimana
dimaklumkan nama-Nya? Dan tidakkah Ia akan dimaklumkan, sebagaimana
dikatakan nabi, kepada mereka yang berjalan dalam kegelapan, yakni kepada
orang-orang yang tak mengenal Allah, 'oleh suatu terang yang besar'? Dan bintang
yang dilihat para ahli sihir, tidak mungkinkah itu bintang Yakub, terang besar dari
dua nubuat Bileam dan Yesaya? Dan pembantaian keji yang diperintahkan oleh
Herodes, tidakkah itu termasuk dalam nubuat-nubuat? 'Terdengarlah suara di
Rama… Rahel menangisi anak-anaknya.' Dikatakan bahwa airmata akan memancar
dari tulang-belulang Rahel dalam makamnya di Efrata ketika, melalui Juruselamat,
ganjaran akan datang bagi orang-orang kudus. Airmata yang akan berubah menjadi
tawa surgawi, bagai pelangi yang dibentuk oleh tetes-tetes terakhir badai, tapi dia
berkata: 'Di sini, langit cerah.'"

476
"Engkau seorang terpelajar. Apakah Engkau seorang rabbi?"

"Ya, benar."

"Dan aku merasakannya. Ada terang dan kebenaran dalam kata-kata-Mu. Tapi...
Oh! terlalu banyak luka yang masih berdarah di tanah Betlehem ini karena Mesias
yang sejati atau yang palsu… aku tidak akan pernah meminta-Nya untuk datang
kemari. Tanah akan menolak-Nya seperti ia menolak seorang putera tiri yang
menyebabkan kematian anak-anaknya yang sesungguhnya. Bagaimanapun... jika
itu Dia... Dia mati bersama anak-anak lain yang dibantai."

"Di manakah Lewi dan Elia tinggal sekarang?"

"Apakah Engkau mengenal mereka?" Laki-laki itu menjadi curiga.

"Aku tidak mengenal mereka. Wajah mereka tidak Aku kenal. Tapi mereka tidak
bahagia, dan Aku selalu berbelas-kasihan kepada yang tidak bahagia. Aku ingin
pergi dan mengunjungi mereka."

"Baik, Engkau akan menjadi yang pertama sesudah sekitar tigapuluh tahun. Mereka
masih gembala dan mereka bekerja untuk seorang Herodian yang kaya dari
Yerusalem, yang telah mengambil alih banyak dari harta milik orang-orang yang
tewas… Selalu ada seseorang yang mendapatkan keuntungan! Kau akan
menemukan mereka dengan kawanan ternak mereka di dataran tinggi menuju
Hebron. Tapi ini nasehatku: jangan biarkan seorang pun dari Betlehem melihat-Mu
berbicara kepada mereka. Kau akan menderita karenanya. Kami bertahan terhadap
mereka karena... karena sang Herodian. Jika tidak..."

"Oh! Kebencian! Mengapa benci?"

"Karena itu adil. Mereka telah mencelakakan kami."

"Mereka pikir mereka melakukan yang baik."

"Tapi mereka mencelakakan. Biar mereka yang celaka. Kami seharusnya


membunuh mereka seperti mereka sudah membunuh begitu banyak orang lewat
kebodohan mereka. Tapi kami sendiri menjadi bodoh dan kemudian… ada si
Herodian."

"Jadi, andai sang majikan tidak ada di sana, setelah keinginan pertama untuk
membalas dendam, yang masih dapat dimaafkan, apakah kau akan membunuh
mereka?"

"Kami akan membunuh mereka bahkan sekarang, andai saja kami tidak takut pada
majikan mereka."

"Teman, Aku berkata kepadamu, jangan membenci. Jangan mengharapkan hal-hal


yang buruk. Jangan antusias untuk melakukan hal-hal yang jahat. Tak ada yang

477
salah di sini. Bahkan meski ada, maafkanlah. Maafkanlah dalam nama Allah.
Katakan pada orang-orang Betlehem yang lainnya juga. Ketika hati kalian bebas dari
kebencian, Mesias akan datang; pada saat itu kalian akan mengenal-Nya, sebab Ia
hidup. Ia telah ada ketika pembantaian terjadi. Aku berkata kepadamu. Itu adalah
salah Setan, bukan salah para gembala dan para ahli sihir sehingga pembantaian
terjadi. Mesias dilahirkan di sini bagi kalian, Ia datang untuk membawa Terang ke
tanah leluhur-Nya. Putra dari Bunda Perawan dari keturunan Daud, di antara
reruntuhan keturunan Daud, Ia menganugerahkan suatu aliran Rahmat kepada
dunia, dan suatu kehidupan baru kepada umat manusia…"

"Pergi! Enyah dari sini! Engkau seorang pengikut dari Mesias palsu itu, Yang tak
bisa tidak palsu, sebab Ia mendatangkan kemalangan bagi kami di sini di Betlehem.
Engkau membela-Nya, jadi…"

"Diamlah. Aku seorang Yudea dan Aku punya teman-teman yang berpengaruh. Aku
dapat membuatmu merasa menyesal atas penghinaanmu," ledak Yudas, sembari
mencengkeram pakaian si petani, dan mengguncangkannya dalam murka yang
menyala.

"Tidak, tidak, enyah dari sini! Aku tidak ingin membuat masalah dengan orang-orang
Betlehem atau dengan Romawi ataupun Herodes. Enyah, kalian yang terkutuk, jika
kalian tidak ingin aku meninggalkan tandaku pada kalian... Pergi!"

"Marilah kita pergi, Yudas. Jangan membalas. Mari kita tinggalkan dia dalam
kedengkiannya. Allah tidak akan masuk di mana ada kedengkian yang pahit. Marilah
kita pergi."

"Ya, kita akan pergi. Tapi kau akan membayar untuk itu."

"Tidak, Yudas, jangan katakan itu. Mereka buta... Kita akan menemui begitu banyak
dalam perjalanan-Ku."

Mereka pergi keluar mengikuti Simon dan Yohanes, yang sudah berada di luar,
berbicara dengan si perempuan, di pojok kandang.

"Maafkan suamiku, Tuhan. Aku tidak bermaksud untuk menimbulkan begitu banyak
masalah… Ini, ambillah ini. Makanlah besok pagi. Baru ditelurkan. Aku tak punya
yang lain… Maafkan kami. Di manakah Engkau akan tidur?" (Dia memberi-Nya
beberapa butir telur).

"Jangan khawatir. Aku tahu ke mana harus pergi. Pergilah dan damai sertamu untuk
kebaikanmu. Selamat tinggal."

Mereka berjalan tak berapa jauh, tanpa berbicara, lalu Yudas meledak: "Tapi
Engkau... Mengapa tak membuatnya menyembah-Mu? Mengapa Kau tidak
meremukkan pengutuk kotor itu ke dalam lumpur? Jatuh terhenyak ke tanah! Remuk
sebab dia tidak menunjukkan hormat kepada-Mu, sang Mesias… Oh! Itu yang akan

478
aku lakukan! Orang-orang Samaria patut direndahkan hingga menjadi abu lewat
suatu mukjizat! Hanya itu yang akan membangunkan mereka."

"Oh! Berapa kali Aku akan mendengar itu dikatakan! Tapi jika Aku harus
merendahkan menjadi abu setiap dosa melawan Aku!... Tidak Yudas. Aku datang
untuk menciptakan, bukan untuk membinasakan."

"Ya! Dan sementara itu meraka akan membinasakan-Mu."

Yesus tidak menjawab.

Simon bertanya: "Kemanakah kita akan pergi sekarang, Guru?"

"Mari bersama-Ku, Aku tahu suatu tempat."

"Tapi jika Engkau tidak pernah ke sini sesudah Engkau pergi, bagaimana Engkau
dapat tahu?" tanya Yudas, masih marah.

"Aku tahu. Bukan suatu tempat yang indah. Tapi Aku pernah ke sana sebelumnya.
Bukan di Betlehem… sedikit di luar… Mari kita berbalik lewat jalan ini."

Yesus di depan, diikuti oleh Simon, lalu Yudas dan Yohanes terakhir... Dalam
keheningan, yang dipecahkan hanya oleh gemerisik sandal mereka di atas butiran-
butiran kerikil kecil di atas jalan setapak, dapat terdengar seseorang sedang
menangis.

"Siapa yang menangis?" tanya Yesus sambil berbalik.

Dan Yudas: "Yohanes. Dia ketakutan."

"Tidak, aku tidak takut. Aku sudah menempatkan tanganku di atas pisau di bawah
ikat pinggangku… Lalu aku ingat kata-kata yang kerap Kau ulangi: 'Jangan
membunuh, ampunilah.'"

"Jadi, kenapa kau menangis?" tanya Yudas.

"Sebab aku menderita melihat bahwa dunia tidak mengasihi Yesus. Mereka tidak
mengenal-Nya, dan mereka tak mau mengenal-Nya. Oh! Sungguh menyakitkan!
Seolah seorang mengoyak hatiku dengan duri-duri yang membara. Seolah aku
melihat seorang menginjak-injak ibuku atau meludahi muka ayahku… Bahkan lebih
buruk… Seolah aku melihat kuda-kuda bangsa Romawi makan dalam Tabut Suci
dan beristirahat dalam Yang Mahakudus."

"Jangan menangis, Yohanes-Ku terkasih. Katakan untuk saat ini dan untuk beribu
kali di masa mendatang: 'Ia adalah Terang dan Ia datang untuk menerangi
kegelapan - tapi kegelapan tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada dunia yang telah
dijadikan untuk-Nya, tapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang ke kota asal-Nya,
tempat tinggal-Nya, tapi orang-orang-Nya sendiri tidak menerima-Nya.' Oh!
Janganlah menangis seperti itu!"

479
"Itu tak terjadi di Galilea!" kata Yohanes seraya menghela napas panjang.

"Yah, bahkan tidak di Yudea," kata Yudas. "Yerusalem adalah ibukota dan tiga hari
yang lalu kota itu memadahkan hosana bagi-Mu, Mesias! Kalian tak dapat menilai
dari tempat para petani kasar, para gembala dan tukang kebun ini. Juga orang-
orang Galilea, berhati-hatilah, tidak semuanya baik. Lagi pula, dari mana Yudas,
Mesias palsu itu, berasal? Mereka mengatakan…"

"Cukup, Yudas. Tidak ada gunanya marah. Aku tenang. Tenanglah juga. Yudas,
kemarilah. Aku ingin berbicara kepadamu." Yudas pergi ke dekat-Nya. "Ambil
kantong ini. Kau yang akan belanja untuk besok."

"Dan sementara ini, di manakah kita akan menginap?"

Yesus tersenyum, tapi tidak menjawab. Sudah gelap. Semuanya putih dalam cahaya
sinar bulan. Burung-burung bulbul berkicau di atas pepohonan zaitun. Sebuah anak
sungai kelihatan bagai sehelai pita perak yang kemilau. Orang dapat mencium bau
jerami dari ladang-ladang yang disiangi, dan juga akan aku katakan, bau tubuh yang
hangat. Lenguhan dan embikan dapat terdengar. Dan bintang-bintang, bintang-
bintang dan bintang-bintang... bintang-bintang bertebaran di atas tirai surgawi,
sebuah canopy bertabur batu-batu permata yang hidup, dihamparkan di atas bukit-
bukit Betlehem.

"Tapi di sini!... Tak ada apa-apa selain puing-puing di sini! Ke manakah Engkau
hendak membawa kami? Kota di sebelah sana."

"Aku tahu. Ayo. Ikuti anak sungai, di belakang-Ku. Beberapa langkah lagi dan lalu…
lalu Aku akan menawarkan kepada kalian tempat tinggal Raja Israel."

Yudas mengangkat bahunya dan diam.

Beberapa langkah lagi, lalu timbunan reruntuhan rumah: sisa rumah-rumah…


Sebuah gua di antara belahan-belahan sebuah tembok besar.

Yesus bertanya: "Apakah kalian punya sumbu? Nyalakan."

Simon menyalakan sebuah lampu kecil yang ia keluarkan dari tas kainnya dan ia
memberikannya kepada Yesus.

"Masuklah" kata sang Guru sembari mengangkat lampu. "Masuklah. Inilah kamar
kelahiran Raja Israel."

"Kau pasti bercanda, Guru! Ini sebuah liang yang kotor. Ah! Aku tidak mau tinggal di
sini! Aku jijik: lembab, dingin, bau, penuh kalajengking dan mungkin juga ular…"

"Dan meski begitu… sahabat-sahabat-Ku, di sini pada malam tanggal duapuluh lima
bulan Chislev, pada Pesta Terang, Yesus Kristus, dilahirkan dari sang Perawan;
Imanuel, Sabda Allah yang menjadi daging, demi kasih kepada manusia: Aku Yang

480
sedang berbicara kepada kalian. Juga pada waktu itu, sama seperti sekarang, dunia
tuli terhadap suara-suara Surga yang berbicara ke dalam hati manusia… dan dunia
menolak sang Bunda... dan di sini… Tidak, Yudas, jangan alihkan pandanganmu
dengan jijik dari kelelawar-kelelawar [=nyctalus noctula, jenis kelelawar pemakan
serangga yang besar berwarna kemerahan] yang mengepak-kepakkan sayapnya itu,
dari kadal-kadal hijau itu, dari jaring-jaring laba-laba itu, jangan mengangkat dengan
jijik mantolmu yang bersulam indah, kalau-kalau mantolmu akan menyapu tanah
yang ditimbuni kotoran hewan. Kelelawar-kelelawar itu adalah anak-anak dari anak-
anak kelelawar-kelelawar yang adalah mainan pertama yang digoyang-goyangkan di
depan mata Kanak-kanak, bagi Siapa para malaikat memadahkan 'Gloria' yang
terdengar oleh para gembala, yang dimabukkan hanya oleh sukacita yang meluap-
luap, sukacita yang sejati. Hijau zamrud kadal-kadal itu adalah warna pertama yang
menarik mata-Ku, yang pertama, sesudah wajah putih BundaKu dan gaun-Nya.
Jaring-jaring laba-laba itu adalah canopy buaian kerajaan-Ku. Tanah ini... oh! kalian
dapat menginjaknya tanpa jijik… Tanah ini dikotori dengan kotoran hewan… tapi
dikuduskan dengan kaki-Nya, kaki Bunda Allah Tanpa Dosa yang Suci, Tersuci,
Termurni, Yang melahirkan, sebab Ia harus melahirkan, sebab Allah, bukan
manusia, mengatakan kepada-Nya dan menaungi-Nya dangan bayang-Nya. Ia,
Yang Tanpa Salah, menginjakkan kaki ke atasnya. Kalian dapat menginjakkan kaki
kalian juga. Dan kiranya kemurnian yang disebarkan oleh-Nya, oleh kehendak Allah,
naik dari tapak-tapak kaki kalian masuk ke dalam hati kalian…"

Simon jatuh berlutut. Yohanes langsung pergi menuju palungan dan menangis,
menyandarkan kepalanya padanya. Yudas ketakutan... dia dikuasai oleh emosi, dan
tak lagi mengkhawatirkan mantolnya yang indah, dia berlutut di atas tanah, meraih
ujung jubah Yesus dan menciumnya serta menebah dadanya seraya berkata: "Oh!
Guru-ku yang baik, berbelas-kasihanlah pada kebutaan hamba-Mu!
Kesombonganku lenyap… aku melihat Engkau seperti Engkau adanya. Bukan raja
yang aku bayangkan. Melainkan Pangeran Abadi, Bapa dari abad-abad mendatang,
Raja damai. Kasihanilah, Tuhan-ku dan Allah-ku, kasihanilah aku!"

"Ya, kalian semua beroleh belas-kasihan-Ku! Sekarang kita akan tidur di mana Bayi
dan Perawan tidur, di sebelah sana di mana Yohanes telah mengambil tempat
Bunda yang menyembah, di sini di mana Simon tampak seperti bapa asuh-Ku. Atau,
jika kalian mau, Aku akan berbicara kepada kalian mengenai malam itu…"

"Oh! ya, Guru, ceritakan kepada kami perihal kelahiran-Mu."

"Agar kiranya itu menjadi mutiara yang bersinar cemerlang dalam hati kami. Dan
kami dapat menceritakannya kepada seluruh dunia."

"Dan kami dapat menghormati BundaMu yang Perawan, bukan hanya sebagai
BundaMu, melainkan juga sebagai… sebagai sang Perawan!"

Yudas yang pertama berbicara, lalu Simon dan lalu Yohanes, yang wajahnya
tersenyum dan menangis, dekat palungan.

481
"Datang dan duduklah di atas jerami. Dengarkanlah..." dan Yesus menceritakan
kepada mereka malam kelahiran-Nya. "...sementara Bunda menjelang waktu-Nya
untuk melahirkan Anak-Nya, sebuah dekrit diterbitkan oleh delegasi kekaisaran
Publius Sulpicius Quirinus pada perintah dari Kaisar Agustus, ketika Sentius
Saturninus menjadi Gubernur Palestina. Dekrit itu memaklumkan bahwa sensus
harus dilaksanakan oleh segenap rakyat kekaisaran. Mereka yang bukan budak
wajib pergi ke tempat asalnya dan mendaftarkan diri pada pendataan penduduk
resmi kekaisaran. Yosef, suami Maria, berasal dari keturunan Daud, dan BundaKu
juga dari keturunan Daud. Seturut dekrit, mereka meninggalkan Nazaret dan datang
ke Betlehem, tempat kelahiran keluarga kerajaan. Cuaca sangat buruk..." Yesus
melanjutkan kisah dan semuanya pun berakhir demikian.

(1) Jumlah sebenarnya dari bayi yang tewas adalah tigapuluh dua:
delapanbelas di antaranya dalam kota Betlehem dan empatbelas di wilayah
sekitarnya. Juga enam bayi perempuan dibantai sebab pembunuh bayaran tak
dapat membedakan mereka dari bayi laki-laki sebab mereka berpakaian
serupa, dan juga karena kegelapan malam dan ketergesaan mereka untuk
membunuh. Si petani, seperti biasa pada umumnya, membesar-besarkannya.
Keterangan rinci di atas diberikan oleh Maria Valtorta pada selembar kertas
terpisah yang ditambahkan pada naskah asli.

482
BAB 74. YESUS PERGI KE PENGINAPAN DI BETLEHEM
DAN BERKHOTBAH DARI PUING-PUING
RUMAH ANNA

jenis burung kecil berekor panjang yang terus mengibaskan ekornya


sementara berdiri

9 Januari 1945

Suatu pagi hari yang cerah di musim panas. Langit seolah dilukis dengan sapuan-
sapuan kuas merah muda oleh awan-awan kecil tipis yang bagai carik-carik kain
kasa, yang dijatuhkan di atas sehelai karpet biru turquoise yang halus. Alam
dipenuhi kicau burung, yang kegirangan karena sinar yang terang… Burung-burung
pipit, blackbird, dan redbreast bersiul, mencicit, berebut atas sebuah batang, cacing,
ranting yang ingin mereka bawa ke sarang mereka, atau makan, atau gunakan
sebagai tempat bertengger. Burung-burung pipit menukik cepat dari langit turun ke
sungai kecil untuk membasahi dada mereka yang berwarna seputih salju dengan
puncaknya berwarna kuning coklat, dan sesudah menerima kesegaran dari air dan
menangkap seekor lalat kecil yang masih tidur di atas sebuah batang kecil, mereka
membubung cepat ke langit secepat kilatan sebuah pisau yang mengkilat,
berceloteh dengan gembira.

Dua ekor burung wagtails berkepala biru, berbalut sutera pucat abu-abu, berjalan
lemah-gemulai, bagai dua nyonya kecil, sepanjang tepi sungai, dengan menegakkan
ekor-ekor mereka yang panjang yang berhiaskan bintik-bintik beludru hitam kecil,
mereka memandangi diri mereka sendiri di air, dan, puas dengan penampilan
mereka yang cantik, mereka kembali berjalan, sementara seekor blackbird, si nakal
kecil hutan, mengejek mereka, bersiul kepada mereka dengan paruh kuningnya
yang panjang. Dalam kerimbunan sebatang pohon apel liar, yang tumbuh sendirian

483
dekat puing-puing, seekor burung bulbul sedang memanggil-manggil pasangannya
dengan tiada henti, dan dia baru diam hanya ketika dia melihat pasangannya datang
dengan seekor ulat panjang yang menggeliat-geliat dalam jepitan paruhnya yang
tipis. Dua ekor burung merpati kota, yang mungkin telah melarikan diri dari rumah
merpati dan memilih tempat tinggal bebas di celah-celah menara yang hancur,
meluahkan gejolak cinta mereka dengan mendekut begitu rupa hingga si jantan
tampaknya berupaya merayu si betina yang sopan.

Yesus, dengan tangan-tangan disilangkan, melihat pada semua makhluk kecil yang
bahagia, dan Ia tersenyum.

"Apakah Engkau sudah siap, Guru?" tanya Simon, yang muncul dari belakang-Nya.

"Ya. Apakah yang lain masih tidur?"

"Ya."

"Mereka masih muda... Aku membasuh diri di sungai itu... Airnya sangat dingin
hingga menjernihkan pikiran..."

"Aku akan pergi dan membasuh diri sekarang."

Sementara Simon, dengan hanya mengenakan sehelai jubah pendek, membasuh


diri dan lalu mengenakan pakaiannya, Yudas dan Yohanes keluar. "Salam, Guru,
apakah kami terlambat?"

"Tidak. Baru saja pagi. Tapi sekarang cepatlah dan mari kita pergi."

Keduanya membasuh diri dan mengenakan jubah serta mantol mereka.

Yesus, sebelum berangkat, memetik beberapa bunga kecil yang tumbuh di antara
celah-celah dua batu, dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak kayu kecil, di
mana sudah ada barang-barang lain, yang tak dapat aku lihat dengan jelas. Ia
menjelaskan: "Aku akan membawanya untuk BundaKu. Ia akan menyukainya… Ayo
kita pergi."

"Kemana, Guru?"

"Ke Betlehem."

"Lagi? Aku pikir situasinya tidak menguntungkan bagi kita…"

"Tak masalah. Ayo kita pergi. Aku ingin menunjukkan kepada kalian di mana para
Majus datang dan di mana Aku berada."

"Jika begitu halnya, dengarkan. Maafkan aku, apakah Engkau mengijinkanku, Guru?
Biar aku yang berbicara. Mari kita lakukan satu hal. Di Betlehem dan di penginapan,
biar aku yang berbicara dan mengajukan pertanyaan. Kalian orang-orang Galilea
sama sekali tidak disukai di Yudea, dan lebih lagi di sini dibanding tempat lain

484
manapun. Tidak, baiklah kita melakukan ini: pakaian-Mu menunjukkan bahwa
Engkau dan Yohanes adalah orang-orang Galilea. Sangat mudah. Dan lalu…
rambut kalian! Mengapakah kalian bersikeras memanjangkannya? Simon dan aku
akan bertukar mantol dengan kalian. Simon, berikan mantolmu kepada Yohanes,
aku akan memberikan mantolku kepada Guru. Begitu! Lihat? Kau sudah tampak
lebih sedikit serupa dengan orang-orang Yudea. Sekarang ambillah ini." Dan dia
menanggalkan kain yang menutup kepalanya: kain panjang bergaris-garis kuning,
coklat, merah, hijau, seperti mantolnya, yang dipasangkan pada tempatnya dengan
seutas tali kuning, lalu dia menempatkannya di atas kepala Yesus, menatanya
sepanjang pipi-Nya untuk menyembunyikan rambut pirang-Nya. Yohanes
mengenakan penutup kepala serupa berwarna hijau pekat milik Simon. "Oh! Begitu
lebih baik sekarang. Aku punya nalar yang praktis."

"Ya, Yudas, kau punya nalar yang praktis. Itu benar. Akan tetapi, berhati-hatilah,
agar itu tidak mengungguli yang lain."

"Yang mana, Guru?"

"Perasaan rohani."

"Tidak! Tidak! Tapi dalam perkara-perkara tertentu lebih berguna menjadi seperti
politikus daripada seperti duta. Dan dengarkan… jadilah baik sedikit lebih lama…
demi kebaikan-Mu sendiri… Janganlah menentangku jika aku harus mengatakan
sesuatu… sesuatu… yang tidak benar."

"Apa maksudmu? Mengapa berbohong? Aku adalah Kebenaran dan Aku


menghendaki tidak ada dusta dalam diri-Ku atau sekeliling-Ku."

"Oh! Aku hanya akan mengatakan setengah bohong. Aku akan katakan bahwa kita
semua kembali dari tempat-tempat yang jauh, dari Mesir misalnya, dan bahwa kita
sedang mencari kabar tentang para sahabat. Aku akan katakan bahwa kita adalah
orang-orang Yudea yang kembali dari pengasingan. Lagipula, ada sebagian
kebenaran dalam semuanya, dan aku yang akan berbicara, dan… yang satu
berbohong lebih banyak, yang satu berbohong lebih sedikit…"

"Tetapi Yudas! Mengapa menipu?"

"Tidak apa-apa, Guru! Dunia hidup berdasarkan tipuan. Dan terkadang menipu itu
suatu kebutuhan. Baiklah: demi menyenangkan-Mu, aku hanya akan mengatakan
bahwa kita datang dari jauh dan bahwa kita adalah orang-orang Yudea. Yang adalah
benar bagi tiga dari kita berempat. Dan kau, Yohanes, jangan berbicara sama sekali.
Kau pasrah saja."

"Aku akan diam."

"Lalu... jika semuanya berjalan lancar… kami akan mengatakan yang selebihnya.
Tapi aku tidak percaya… aku pintar, aku cepat menangkap."

485
"Aku tahu itu, Yudas. Tapi Aku lebih suka kau sederhana."

"Itu tidak banyak membantu. Dalam kelompok-Mu, aku yang akan menjadi orang
yang diserahi misi-misi sulit. Biar aku lanjutkan."

Yesus enggan. Tapi Ia diam saja.

Mereka berangkat. Mereka berjalan mengitari puing-puing, kemudian sepanjang


tembok raksasa yang tak berjendela yang diseberangnya orang dapat mendengar
lenguhan, ringkikan keledai dan kuda, embikan dan teriakan aneh unta berpunuk
satu dan berpunuk dua. Tembok membentuk sebuah segitiga. Mereka mengitarinya.
Sekarang mereka berada di alun-alun Betlehem. Sumber mataair ada di tengah
alun-alun, bentuknya masih miring seperti dulu, meski ada perbedaan di sisi
seberang penginapan. Di sana, di mana dulu berdiri sebuah rumah kecil, yang aku
masih ingat sepenuhnya keperakan di bawah cahaya sang Bintang, sekarang ada
sebuah lubang besar, dengan serakan reruntuhan. Hanya tangga kecil yang masih
berdiri, dengan landasan kecilnya. Yesus melihat dan menghela napas panjang.

Alun-alun penuh dengan orang sekeliling para penjaja makanan, peralatan, pakaian,
dll. Semua barang ditempatkan di atas tikar-tikar atau dalam keranjang-keranjang di
tanah, dan sebagian besar pedagang juga meringkuk di tengah... toko mereka,
dengan pengecualian mereka yang berdiri di sana, berteriak dan menggerak-
gerakkan tangan kepada para pembeli yang pelit.

"Hari pasar," kata Simon. Gerbang utama penginapan dibuka lebar dan sebaris
keledai-keledai sarat dengan barang keluar. Yudas adalah yang pertama masuk. Dia
melihat sekeliling. Dengan penuh keangkuhan, ia merenggut seorang pelayan dekil
berpakaian lengan pendek, yakni dengan jubah pendek tanpa lengan, yang terjuntai
hingga ke lututnya. "Pelayan!" teriaknya. "Pemilik penginapan! Cepat! Cepatlah! Aku
tidak biasa disuruh menunggu orang."

Anak itu lari, dengan menyeret sapu di belakangnya.

"Tetapi Yudas! Yang sopan!"

"Diamlah, Guru. Biarkan aku. Adalah penting mereka mengangap kita orang-orang
kaya yang datang dari kota."

Pemilik penginapan bergegas datang, dan dia membungkuk berulang kali di depan
Yudas, yang sangat mengesankan dalam balutan mantol merah tua Yesus di atas
jubah kuningnya yang mewah penuh jumbai-jumbai.

"Kami datang dari jauh, sobat. Kami adalah orang-orang Yudea dari komunitas
Asiatic. Orang-orang ini, yang dilahirkan di Betlehem dan teraniaya, sekarang
mencari beberapa sahabat lama. Kami bersama dengan Dia. Kami datang dari
Yerusalem, di mana kami menyembah Yang Mahatinggi di Bait-Nya. Dapatkah
engkau memberi kami informasi?"

486
"Tuanku... hambamu... akan melakukan segalanya untukmu. Berikan perintahmu."

"Kami ingin beberapa informasi tentang banyak... dan khususnya mengenai Anna,
perempuan yang rumahnya di seberang penginapanmu."

"Oh! perempuan malang! Kau hanya akan menemukannya dalam pangkuan


Abraham. Dan anak-anaknya bersamanya."

"Apakah dia meninggal? Bagaimana?"

"Tidak tahukah kau mengenai pembantaian Herodes? Seluruh dunia


membicarakannya dan bahkan Kaisar menyebutnya 'babi yang makan darah'. Oh!
Apakah yang sudah aku katakan? Jangan laporkan aku! Apakah kau sungguh
seorang Yudea?"

"Ini tanda sukuku. Lalu? Bicaralah."

"Anna dibunuh oleh tentara-tentara Herodes, bersama semua anak-anaknya,


terkecuali satu anak perempuan."

"Tapi kenapa? Bukankah dia sangat baik?"

"Apakah kau mengenalnya?"

"Ya, sangat baik." Yudas berbohong dengan tidak tahu malu.

"Dia dibunuh sebab dia memberikan tumpangan kepada mereka yang mengatakan
bahwa mereka adalah bapa dan bunda sang Mesias… Ke marilah, masuklah ke
dalam ruangan ini… Tembok-tembok punya telinga dan sangat berbahaya berbicara
mengenai hal-hal tertentu."

Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan gelap yang rendah. Mereka duduk di
dipan yang rendah.

"Sekarang... aku punya penciuman yang bagus. Bukannya sia-sia aku menjadi
pengurus penginapan. Aku dilahirkan di sini, putera dari putera pemilik penginapan.
Tipu muslihat ada dalam darahku. Tapi aku tidak memanfaatkannya. Aku bisa saja
memberikan sebuah celah untuk mereka. Tapi… mereka orang-orang Galilea yang
miskin dan tak dikenal… Oh! tidak! Hizkia tidak akan jatuh ke dalam perangkap! Dan
aku merasa... aku merasa mereka berbeda... perempuan itu... Mata-Nya... sesuatu...
tidak, tidak... pastilah ada setan dalam diri-Nya dan Ia berbicara kepadanya. Dan Ia
membawanya… bukan kepadaku... tapi ke kota. Anna lebih polos dari seekor anak
domba kecil, dan dia memberi mereka tumpangan beberapa hari kemudian, ketika Ia
sudah melahirkan Bayi-Nya. Mereka mengatakan bahwa Ia adalah Mesias… Oh!
uang yang aku hasilkan sepanjang hari-hari itu! Sensus tak ada artinya
dibandingkan itu! Banyak orang yang tak ada hubungannya dengan sensus
berdatangan kemari. Mereka datang bahkan dari tepi laut, bahkan dari Mesir untuk
melihat… dan itu berlangsung selama berbulan-bulan! Betapa keuntungan yang aku

487
raup! Yang terakhir datang adalah ketiga raja, tiga orang yang berkuasa, tiga ahli
sihir… aku tidak tahu! Rombongan yang luar biasa! Yang tak habis-habisnya!
Mereka mengambil semua kandang dan mereka membayar dengan emas untuk
begitu banyak jerami yang bisa untuk sebulan, dan mereka pergi keesokan harinya,
meninggalkan semuanya di sini. Dan betapa hadiah-hadiah yang mereka berikan
kepada para pelayan dan para perempuan!

Dan bagiku! Oh! Aku hanya dapat berbicara yang baik tentang Mesias, entah Ia
yang asli atau yang palsu. Ia membuatku menghasilkan berkantong-kantong uang.
Dan aku tak mengalami bencana. Tak seorang pun dari keluargaku tewas, sebab
aku baru saja menikah. Jadi… tapi yang lain!"

"Kami ingin melihat tempat-tempat pembantaian."

"Tempat-tempat? Tapi setiap rumah adalah tempat pembantaian. Ada orang-orang


terbunuh bermil-mil sekitar Betlehem. Ikutlah denganku."

Mereka mendaki sebuah tangga menuju ke sebuah atap teras yang besar. Dari
sana, orang dapat melihat banyak wilayah pedesaan dan seluruh Betlehem tersebar
di bukit-bukit, bagai sebuah kipas terbuka.

"Dapatkah kau lihat tempat-tempat yang hancur itu? Di sana juga rumah-rumah
dibumi-hanguskan sebab para ayah mempertahankan anak-anak mereka dengan
senjata mereka. Dapatkah kau lihat di sebelah sana semacam sumur yang
diselubungi tanaman ivy? Itu adalah reruntuhan sinagoga. Sinagoga dibakar
bersama kepala sinagoga yang memaklumkan bahwa itu adalah Mesias. Dibakar
oleh mereka yang selamat, yang beringas karena pembantaian anak-anak mereka.
Kami mendapat masalah untuk itu sesudahnya… Dan di sana, dan di sana, di
sana… lihat makam-makam itu? Para kurban dikuburkan di sana. Mereka seperti
domba-domba kecil yang tersebar di seluruh kehijauan, sejauh mata dapat
memandang. Semua kanak-kanak yang tak berdosa dan ayah serta ibu mereka…
Lihat tangki itu? Airnya menjadi merah sesudah para pembunuh membasuh senjata-
senjata dan tangan-tangan mereka di dalamnya. Dan anak sungai di belakang sini,
apakah kau melihatnya? Airnya menjadi merah muda karena darah yang mengalir
ke dalamnya dari pembuangan air. Dan di sana, di sana, di depan kita. Itulah apa
yang tersisa dari rumah Anna."

Yesus menangis.

"Apakah Kau kenal baik dengannya?"

Yudas menjawab: "Dia seperti seorang saudara bagi Bunda-Nya. Benar begitu,
sahabatku?"

Yesus hanya menjawab: "Ya."

"Aku mengerti," kata pemilik penginapan yang menjadi tercenung.

488
Yesus membungkuk ke depan untuk berbicara kepada Yudas dengan suara pelan.

"Teman-ku ingin pergi ke reruntuhan itu," kata Yudas.

"Silakan Ia pergi! Itu milik semua orang!"

Mereka turun, mengucapkan selamat tinggal dan pergi. Pemilik penginapan kecewa.
Mungkin dia berharap menerima sesuatu.

Mereka menyeberangi alun-alun. Dan mereka mendaki tangga kecil yang masih
tersisa.

"Dari sini," kata Yesus, "BundaKu membuat-Ku melambaikan tangan-Ku kepada


Tiga Orang Bijak dan kami berangkat dari sini menuju ke Mesir." Orang-orang
melihat kepada keempat orang di tengah reruntuhan. Seorang bertanya: "Apakah
mereka sanak Anna?"

"Mereka adalah teman-teman."

Seorang perempuan berteriak: "Jangan mencelakai perempuan malang yang sudah


mati, jangan kalian lakukan itu, seperti yang dilakukan teman-temannya yang lain
ketika dia masih hidup, dan lalu mereka melarikan diri."

Yesus berdiri di atas landasan di sebelah tembok kecil yang melingkunginya. Ia,
karenanya, sekitar dua meter lebih tinggi dari alun-alun, dengan tak suatu pun di
belakang-Nya. Sketsa figur-Nya dengan jelas memotong matahari yang bersinar di
belakang-Nya: sehingga terbentuklah sebuah halo sekeliling rambut keemasan-Nya,
dan menjadikan jubah linen-Nya yang seputih salju bahkan tampak lebih putih sebab
itulah satu-satunya pakaian yang dikenakan-Nya, mantol-Nya telah terlepas dari
bahu-Nya dan sekarang tergeletak di kaki-Nya bagai alas tumpuan warna-warni.
Jauh di belakang, ada latar belakang hijau tak terawat dari apa yang dulunya adalah
kebun sayur-mayur dan buah-buahan serta ladang Anna, yang sekarang dibiarkan
terbengkalai dan ditebari puing-puing. Yesus merentangkan kedua tangan-Nya.
Ketika Yudas melihat gerakan itu, dia berkata: "Jangan berbicara! Itu tidak
bijaksana!"

Tapi suara Yesus yang lantang memenuhi alun-alun: "Orang-orang dari Yehuda!
Orang-orang dari Betlehem, dengarkanlah! Perempuan-perempuan dari tanah yang
suci bagi Rahel, dengarkanlah! Dengarkanlah Dia Yang adalah keturunan Daud, dan
yang telah menderita karena penganiayaan dan telah menjadi pantas untuk
berbicara, dan yang sekarang sedang berbicara kepada kalian untuk memberi kalian
terang dan penghiburan. Dengarkanlah."

Orang-orang berhenti berteriak, berkelahi dan membeli dan mereka berkumpul.

"Ia adalah seorang rabbi!"

"Ia pasti datang dari Yerusalem."

489
"Siapakah gerangan Dia?"

"Betapa tampan!"

"Dan betapa suara yang mengagumkan!"

"Dan perilaku-Nya!"

"Tentu saja, Ia dari keturunan Daud!"

"Jadi, Ia salah seorang sanak kita!"

"Mari kita mendengarkan-Nya!"

Segenap khalayak ramai sekarang telah berkumpul dekat tangga kecil yang tampak
bagai sebuah mimbar.

"Dalam kitab Kejadian dikatakan: 'Aku akan mengadakan permusuhan antara


engkau dan perempuan ini: engkau dan perempuan: Ia akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumit-Nya.' Dikatakan juga: 'Susah
payahmu waktu mengandung akan Ku-buat sangat banyak… dan semak duri dan
rumput duri yang akan dihasilkan tanah bagimu.' Itulah hukuman atas laki-laki,
perempuan dan si ular. Aku telah datang dari jauh untuk menghormati makam
Rahel, dan dalam sepoi-sepoi sore, dalam embun malam, dalam nyanyian pagi yang
sedih burung bulbul, Aku mendengar isak tangis Rahel yang di masa lampau yang
diulang-ulang, dan isak tangis itu diulang-ulang oleh mulut banyak ibu di Betlehem,
dalam kuburan mereka atau dalam hati mereka. Dan aku mendengar raungan
kesedihan Yakub dalam kepedihan para suami yang tanpa istri, yang dijauhkan dari
istri-istri mereka yang telah dibunuh oleh duka… Aku menangis bersama kalian…
Tapi dengarkanlah, saudara-saudara setanah air-Ku. Betlehem, tanah terberkati,
yang paling kecil dari antara kota-kota di Yehuda, namun yang terbesar di mata
Allah dan di mata umat manusia, membangkitkan kedengkian Setan sebab itu
adalah tempat buaian sang Juruselamat, seperti dikatakan Mikha, ditakdirkan untuk
menjadi tabernakel di mana Kemuliaan Allah, Api Allah, Inkarnasi Kasih-Nya akan
beristirahat.

'Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini: engkau dan
perempuan: Ia akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumit-
Nya.' Permusuhan manakah yang terlebih besar dari permusuhan yang ditujukan
kepada anak-anak seorang ibu, jantung hati seorang perempuan? Dan tumit
manakah yang lebih kuat dari tumit Bunda sang Juruselamat? Pembalasan oleh
Setan yang dikalahkan, karenanya, adalah sesuatu yang alami: dia tidak menyerang
tumit, melainkan hati para ibunda, sebab karena Bunda.

Oh! Betapa sakit dilipatgandakan ketika anak-anak mati sesudah melahirkan


mereka! Oh! betapa petaka menjadi seorang bapa yang tanpa anak sesudah
menabur dan bersusah payah demi keturunan! Dan meski demikian, Betlehem,

490
bersukacitalah! Darah murni kalian, darah kanak-kanak yang tak bersalah telah
mempersiapkan sebuah jalan ungu yang menyala bagi sang Mesias…"

Orang banyak, yang telah menjadi semakin dan semakin bergolak sesudah Yesus
menyebutkan Juruselamat dan BundaNya, sekarang menunjukkan tanda-tanda jelas
pergolakan.

"Diamlah, Guru," kata Yudas. "Dan ayolah kita pergi."

Tetapi Yesus tidak mendengarkannya. Ia melanjutkan: "... untuk Mesias bahwa


Rahmat Allah-Bapa menyelamatkan dari para tirani demi melindungi-Nya untuk
umat-Nya dan keselamatan dan…"

Suara melengking seorang perempuan berteriak: "Lima, aku melahirkan lima, dan
tak seorang pun yang sekarang ada dalam rumahku. Betapa malangnya aku!" Dan
dia menjerit-jerit histeris. Itulah awal dari keributan.

Seorang perempuan lain, berguling-guling di atas debu, dia mengoyakkan


pakaiannya, dan memperlihatkan payudara yang putus putingnya, seraya berteriak:
"Di sini, di sini pada mama ini mereka membantai putera sulungku! Pedang itu
sekaligus memotong wajahnya dan putingku. Oh! Ellisku!"

"Dan bagaimana denganku! Bagaimana denganku? Di sana istana kerajaanku. Tiga


pusara dalam satu makam, yang dijaga oleh sang ayah: suamiku dan anak-anakku
bersama. Di sana, di sana! Jika ada Juruselamat, biarkan Ia mengembalikan anak-
anakku, suamiku, biarkan Ia menyelamatkanku dari keputus-asaan, dari Beelzebul
Ia harus menyelamatkanku."

Mereka semua berteriak: "Anak-anak kami, suami kami, ayah kami! Biarkan Ia
mengembalikan mereka, jika Ia ada!"

Yesus melambaikan tangan-Nya memohon tenang. "Saudara-saudara setanah air-


Ku: Aku ingin mengembalikan anak-anak kalian, dalam daging. Tapi Aku katakan
kepada kalian: jadilah baik, pasrah diri, mengampuni, berharap, bersukacita dalam
pengharapan dan bersukaria dalam satu kepastian: kalian akan segera
mendapatkan anak-anak kalian, para malaikat di Surga, sebab Mesias akan
membuka gerbang-gerbang Surga, dan jika kalian benar, kematian akan merupakan
suatu Hidup baru dan suatu Kasih baru…"

"Ah! Apakah Engkau Mesias? Demi nama Allah, katakan kepada kami."

Yesus menurunkan tangan-Nya, dalam suatu gerakan yang begitu manis dan lembut
seolah Ia sedang memeluk mereka semua, dan Ia berkata:

"Ya."

"Enyah! Enyah! Jadi, itu kesalahan-Mu!"

491
Sebuah batu dilemparkan di tengah ejekan dan cemoohan.

Yudas langsung bereaksi dengan suatu cara yang amat terpuji... Oh! andai dia
selalu bersikap seperti itu! Dia melompat ke depan Yesus, berdiri di atas tembok
landasan yang rendah, dengan mantolnya terbuka lebar dan tanpa gentar dia
melindungi Yesus dari batu-batu. Wajahnya berdarah dan dia berteriak kepada
Yohanes dan Simon: "Bawa Yesus pergi. Ke balakang pohon-pohon itu. Aku akan
menyusul. Pergilah, dalam nama Surga!" Dan dia berteriak kepada orang banyak:
"Anjing-anjing gila! Aku dari Bait Allah dan aku akan melaporkan kalian kepada Bait
Allah dan kepada Romawi."

Khalayak ramai ketakutan untuk sekejap. Dan para pelempar batu segera beraksi
kembali, tapi untungnya, mereka tidak ahli. Dan Yudas, tanpa takut, memungutnya,
dan membalas dengan kata-kata kasar kepada para pengutuk dari antara orang
banyak. Tidak: dia menangkap sebuah batu yang dilemparkan ke arahnya, dan dia
melemparkannya balik ke kepala seorang laki-laki tua yang berteriak-teriak seperti
burung magpie yang gagah berani! Dan sementara mereka berusaha memanjat alas
tumpuannya, dia cepat memungut sebatang dahan tua dari tanah, (dia sekarang
telah meninggalkan tembok kecil) dan dia mengayunkannya sekeliling pada
punggung-punggung, kepala-kepala dan tangan-tangan tanpa kenal ampun.
Beberapa prajurit bergegas datang ke tempat kejadian dan dengan tombak mereka
menerobos orang banyak: "Siapakah engkau? Kenapa ribut-ribut ini?"

"Aku seorang Yudea dan aku telah diserang oleh orang-orang kampungan ini.
Seorang rabbi, yang terkenal di kalangan para imam, ada bersamaku. Ia berbicara
kepada anjing-anjing ini. Tapi mereka menjadi liar dan menyerang kami."

"Siapakah engkau?"

"Yudas dari Keriot, aku orang dari Bait Allah, sekarang aku adalah murid Rabbi
Yesus dari Galilea. Aku teman Simon orang Farisi, Yohanan orang Saduki, dan
Yusuf dari Arimatea, Penasehat Mahkamah Agama, dan terakhir, Eleazar ben Anna,
sahabat Proconsul, dan kalian dapat mengeceknya."

"Akan aku cek. Kemanakah kau hendak pergi?"

"Aku akan pergi ke Keriot bersama temanku, lalu ke Yerusalem."

"Pergilah. Kami akan melindungi kalian."

Yudas menyerahkan beberapa keping uang kepada prajurit. Pastinya ilegal... tapi
sudah lumrah, sebab sang prajurit dengan cepat dan berhati-hati mengambilnya, dia
memberi hormat dan tersenyum. Yudas melompat turun dari platform, dia berjalan
melintasi ladang yang tak ditanami, sesekali melompat, dan dia sampai pada teman-
temannya.

"Apakah kau terluka parah?"

492
"Tidak, bukan apa-apa, Guru! Dalam segala perkara, demi Engkau… Tapi aku
mengalahkan mereka juga. Tentunya aku berlumuran darah…"

"Ya, di pipimu. Ada aliran darah di sini."

Yohanes membasahi secarik kecil kain dan menyeka pipi Yudas.

"Maafkan aku, Yudas... Tapi lihat... mengatakan kepada mereka bahwa kita adalah
orang-orang Yudea, seturut nalar praktismu…"

"Mereka itu binatang buas. Aku yakin Engkau sekarang percaya, Guru. Dan aku
harap Engkau tidak akan bersikeras..."

"Oh! tidak! Bukan karena Aku takut. Tapi karena itu tidak ada gunanya, sekarang ini.
Apabila mereka tidak menghendaki kita, kita tidak boleh mengutuk mereka,
melainkan memanjatkan doa untuk orang-orang malang yang bodoh, yang nyaris
mati kelaparan tapi tak dapat melihat Roti. Marilah kita pergi sepanjang jalan yang
menyimpang ini, ke tempat para gembala, jika kita dapat menemukan mereka. Aku
pikir kita akan dapat naik ke jalan ke Hebron…"

"Untuk mendapatkan lebih banyak batu yang dilemparkan kepada kita?"

"Tidak. Untuk mengatakan kepada mereka: 'Aku di sini.'"

"Apa?... Mereka pasti akan memukuli kita. Mereka telah menderita selama tigapuluh
tahun karena Engkau."

"Kita lihat saja." Mereka memasuki sebuah hutan kecil yang lebat, sejuk, teduh, dan
aku kehilangan penglihatan atas mereka.

493
BAB 75. YESUS DAN PARA GEMBALA ELIA, LEWI DAN
YUSUF

11 Januari 1945

Bukit-bukit menjadi jauh lebih tinggi dan lebih lebat dibandingkan yang di sekitar
Betlehem dan terus meninggi hingga akhirnya membentuk sebuah rantai nyata
pegunungan.

Yesus mendaki di depan mereka semua dan Ia memandang sekeliling, seolah Ia


antusias untuk menemukan sesuatu. Ia tidak berbicara. Ia lebih mendengarkan
suara-suara hutan daripada para rasul, yang beberapa yard di belakang-Nya dan
berbicara satu sama lain.

Sebuah lonceng berdentang di kejauhan, tapi angin membawa ding-dongnya. Yesus


tersenyum. Dia berbalik: "Aku mendengar lonceng-lonceng domba."

"Dimana, Guru?"

"Aku pikir dekat bukit kecil itu. Tapi hutan menghalangi-Ku melihat."

Yohanes, tanpa mengucapkan sepatah kata menanggalkan jubahnya - mereka


semua telah menggulung mantol mereka dan membawanya di punggung mereka,
karena mereka merasa hangat - dan dengan hanya mengenakan jubah pendeknya,
ia melingkarkan kedua tangannya sekeliling satu batang yang mulus tinggi, yang aku
pikir adalah pohon ash [= pohon hutan dengan kulit kayu keras berwarna hijau abu-
abu] dan ia memanjat… hingga ia dapat melihat. "Ya, Guru. Ada banyak ternak dan
tiga gembla di sana, di balik semak-semak itu." Ia turun, dan mereka melanjutkan
perjalanan, yakin akan arah jalan mereka.

"Apakah itu mereka?"

"Kita akan bertanya, Simon, dan jika bukan, mereka akan memberitahu kita
sesuatu... Mereka saling kenal satu sama lain."

Setelah kira-kira seratus yard, ada sebuah padang rumput besar yang hijau, yang
semua sisinya dikelilingi oleh pepohonan tua raksasa. Banyak domba merumput di
rumput tebal di padang rumput yang naik turun. Tiga orang laki-laki menjaga
mereka. Seorang dari mereka tua: rambutnya sepenuhnya putih; dua lainnya, yang
seorang sekitar tigapuluh tahun, yang seorang lagi sekitar empatpuluh tahun.

"Hati-hati, Guru. Mereka gembala..." saran Yudas, ketika dia melihat Yesus
mempercepat langkah-Nya.

494
Tapi Yesus bahkan tidak menjawab. Ia terus bergegas, tinggi dan tampan dalam
jubah putih-Nya, dengan matahari terbenam di depan-Nya. Ia tampak bagai seorang
malaikat, begitu bercahaya… "Damai sertamu, teman-teman-Ku." Ia menyampaikan
salam ketika Ia tiba di tepi padang rumput.

Ketiga orang berbalik, terkejut. Ada keheningan. Lalu yang tertua bertanya:
"Siapakah Engkau?"

"Dia Yang mengasihimu."

"Kau menjadi yang pertama setelah begitu banyak tahun lewat. Dari manakah
Engkau?"

"Dari Galilea."

"Dari Galilea? Oh!" Laki-laki itu mengamati-Nya dengan seksama. Juga dua yang
lain datang mendekat.

"Dari Galilea," ulang si gembala, dan dia menambahkan dengan suara yang sangat
pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri: "Dia berasal dari Galilea, juga... Dari
kota mana, Tuan-ku?"

"Dari Nazaret."

"Oh! Baik, katakan padaku. Apakah seorang Kanak-kanak pernah kembali ke


Nazaret, seorang Kanak-kanak dengan seorang perempuan bernama Maria dan
seorang laki-laki bernama Yosef, seorang Kanak-kanak, Yang bahkan lebih elok dari
BundaNya, begitu elok hingga aku tidak pernah melihat sekuntum bunga yang lebih
elok di dataran Yudea? Seorang Kanak-kanak yang dilahirkan di Betlehem di Yudea,
pada saat dekrit itu? Seorang Kanak-kanak yang kemudian melarikan diri, yang
merupakan suatu keuntungan bagi dunia. Seorang Kanak-kanak, oh! Aku akan
menyerahkan nyawaku hanya demi mendengar apakah Ia hidup… Ia pasti telah
menjadi seorang laki-laki dewasa sekarang."

"Mengapakah kau katakan bahwa pelarian-Nya merupakan suatu keuntungan besar


bagi dunia?"

"Sebab Ia adalah Juruselamat, Mesias dan Herodes menghendaki-Nya mati. Aku


tidak di sana ketika Ia melarikan diri bersama bapa dan BundaNya. Ketika aku
mendengar mengenai pembantaian dan aku kembali… sebab aku juga punya anak-
anak (dia terisak-isak), Tuhan-ku, dan seorang istri… (dia terisak-isak), dan aku
dengar mereka tewas (dia tersedu-sedu lagi), tapi aku bersumpah demi nama Allah
Abraham, aku lebih khawatir mengenai-Nya daripada keluargaku sendiri - aku
dengar Ia telah melarikan diri dan aku bahkan tak bisa menanyakannya; aku bahkan
tak dapat membawa makhluk-makhlukku sendiri yang dibantai… Mereka
melempariku dengan batu, seperti yang mereka lakukan terhadap orang-orang kusta
dan orang-orang najis, mereka memperlakukanku seperti seorang pembunuh… dan

495
aku harus bersembunyi di hutan, dan hidup seperti serigala… hingga aku
menemukan seorang majikan. Oh! bukan lagi Anna… Dia keras dan kejam… Jika
seekor domba luka, jika seekor serigala memangsa seekor anak domba, entah dia
memukuliku hingga aku berdarah atau dia menyita upahku yang sedikit, dan aku
harus bekerja di hutan untuk orang-orang lain, aku harus melakukan sesuatu, untuk
membayarnya tiga kali lipat dari nilai kerugian. Tapi tak apa. Aku selalu mengatakan
kepada Yang Mahatinggi: 'Ijinkan aku melihat MesiasMu, setidaknya ijinkan aku tahu
bahwa Ia hidup, dan selebihnya bukan apa-apa.' Tuan-ku, sudah aku katakan
kepada-Mu bagaimana orang-orang di Betlehem memperlakukanku, dan bagaimana
majikanku memperlakukanku. Aku bisa saja membalas mereka dengan tindakan
serupa, aku bisa saja menyalahi mereka, mencuri, supaya aku tidak menderita di
bawah majikanku. Tapi aku memilih untuk menderita, untuk mengampuni, untuk
jujur, sebab malaikat-malaikat mengatakan: 'Kemuliaan bagi Allah di Surga
Mahatinggi dan damai di bumi bagi manusia yang berkehendak baik.'"

"Apakah itu yang mereka katakan?"

"Ya, Tuan-ku, Engkau harus percaya, setidaknya Engkau, Yang baik. Kau harus
tahu dan percaya bahwa Mesias dilahirkan. Seorang pun tak lagi percaya. Tapi
malaikat-malaikat tidak berbohong... dan kami tidak mabuk, seperti kata mereka.
Orang yang di sini ini, masih seorang anak pada waktu itu, dan dia adalah yang
pertama melihat malaikat. Dia hanya minum susu. Dapatkah susu membuat orang
mabuk? Para malaikat mengatakan: 'Hari ini, di kota Daud, telah lahir bagimu
Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan
menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam
palungan.'"

"Apakah mereka berkata tepat seperti itu? Apakah kau tidak salah mengartikannya?
Apakah kau tidak salah, sesudah sekian lama?"

"Oh! tidak! Bukankah begitu, Lewi? Supaya tidak lupa, - kami bagaimanapun tidak
dapat lupa, sebab itu adalah perkataan surgawi dan dituliskan dalam hati kami
dengan api surgawi - setiap pagi, setiap sore, ketika matahari terbit, ketika bintang
pertama mulai bersinar, kami mengulanginya sebagai sebuah doa, sebagai suatu
berkat, untuk memperoleh kekuatan dan penghiburan dalam nama-Nya dan dalam
BundaNya."

"Ah! Kau katakan: 'Kristus'?"

"Tidak, Tuan-ku. Kami katakan: 'Kemuliaan bagi Allah di Surga Mahatinggi dan
damai di bumi bagi manusia yang berkehendak baik, melalui Yesus Kristus Yang
dilahirkan oleh Maria di sebuah kandang di Betlehem dan Yang, dibungkus dengan
lampin dan terbaring di dalam palungan, Ia Yang adalah Juruselamat dunia.'"

"Tapi, singkatnya, siapakah yang kau cari?"

"Yesus Kristus, Putra Maria, orang Nazaret, Juruselamat."


496
"Itu Aku." Yesus bersinar ketika Ia mengatakannya, menyingkapkan Diri-Nya kepada
kekasih-Nya yang bertekun: bertekun, setia, sabar.

"Engkau! Oh! Tuhan, Juruselamat, Yesus kami!" Ketiga orang itu prostratio di tanah
dan mencium kaki Yesus, menangis karena sukacita.

"Berdiri. Bangun. Elia dan kau, Lewi dan kau, yang namanya Aku tidak tahu."

"Yusuf, anak Yusuf."

"Ini murid-murid-Ku, Yohanes, sorang Galilea, Simon dan Yudas, orang-orang


Yudea."

Para gembala tak lagi prostratio di tanah, mereka berlutut, duduk di atas tumit
mereka. Begitulah mereka menyembah Juruselamat, dengan mata penuh kasih,
bibir gemetar, sementara wajah mereka pucat dan memerah karena sukacita. Yesus
duduk di rumput.

"Tidak, Tuhan-ku. Engkau, Raja Israel, tidak boleh duduk di rumput."

"Tak apa, sahabat-sahabat-Ku terkasih. Aku miskin. Seorang tukang kayu sejauh
menyangkut dunia. Aku kaya hanya dalam kasih-Ku kepada dunia, dan dalam kasih
yang Aku terima dari orang-orang baik. Aku datang untuk tinggal bersama kalian,
untuk berbagi makan malam bersama kalian dan tidur di samping kalian di atas
jerami, dan dihibur oleh kalian…"

"Oh! penghiburan! Kami ini orang-orang kasar dan teraniaya."

"Aku teraniaya, juga. Tapi kalian memberi-Ku apa yang Aku cari: kasih, iman dan
harapan, harapan yang akan berlangsung selama bertahun-tahun dan menghasilkan
buah. Lihat? Kalian menantikan-Ku dan kalian percaya tanpa ragu sedikit pun,
bahwa Aku adalah Mesias. Dan Aku datang kepada kalian."

"Oh! Ya! Engkau datang. Sekarang, bahkan jika aku harus mati, aku tidak akan
sedih oleh kenyataan bahwa aku telah berharap dalam kesia-siaan."

"Tidak, Elia. Kau akan hidup sampai kemenangan Kristus dan sesudahnya. Kau
melihat fajar-Ku, kau harus melihat kemuliaan-Ku. Dan bagaimana dengan yang
lain? Kalian ada duabelas: Elia, Lewi, Samuel, Yunus, Ishak, Tobia, Yonatan, Daniel,
Simeon, Yohanes, Yusuf, Benyamin. BundaKu selalu menyebut nama kalian
kepada-Ku. Sebab kalian adalah sahabat-sahabat pertama-Ku."

"Oh!" Para gembala semakin dan semakin tergerak hatinya.

"Di manakah yang lainnya?"

"Samuel Tua meninggal karena usia tua sekitar duapuluh tahun yang lalu. Yusuf
tewas karena dia berkelahi di gerbang halaman guna memberi waktu kepada
istrinya, yang baru saja menjadi seorang ibu beberapa jam sebelumnya, untuk

497
melarikan diri bersama orang ini, yang aku bawa bersamaku demi sahabatku… juga
agar ada anak-anak sekelilingku lagi. Aku membawa Lewi juga bersamaku… Dia
teraniaya. Benyamin seorang gembala di Libanon bersama Daniel. Simeon,
Yohanes dan Tobia, yang sekarang ingin dipanggil Matius demi mengenang
ayahnya, yang juga tewas, adalah murid-murid Yohanes. Yunus bekerja di dataran
Esdraelon pada seorang Farisi. Ishak sangat menderita karena punggungnya yang
bengkok menjadi dua, dia hidup dalam kemiskinan yang papa, seorang diri di Yuta.
Kami membantunya sebanyak kami mampu, tapi kami semua terpuruk hebat dan
bantuan kami seperti beberapa tetes air di atas api. Yonatan sekarang pelayan salah
seorang pembesar Herodes.

"Bagaimana kalian, dan khususnya Yonatan, Yunus, Daniel dan Benyamin, dapat
memperoleh pekerjaan yang demikian?"

"Aku ingat sanak-Mu Zakharia… BundaMu mengutusku kepadanya. Ketika kami di


jurang pegunungan di Yudea, sebagai pelarian dan dikutuki, aku membawa mereka
kepadanya. Dia baik kepada kami. Dia memberi kami naungan dan makan. Dan dia
mendapatkan perkerjaan untuk kami. Dia melakukan semampunya. Aku sudah
membawa semua kawanan ternak Anna ke si Herodian… dan aku tetap
bersamanya… Ketika Pembaptis, yang telah tumbuh dewasa, mulai berkhotbah,
Simeon, Yohanes dan Tobia pergi kepadanya."

"Tapi sekarang Pembaptis dalam penjara."

"Ya, dan mereka berjaga dekat Machaerus, dengan beberapa domba, untuk
menghindari timbulnya kecurigaan. Mereka diberi domba-domba oleh seorang kaya,
seorang murid dari sanak-Mu Yohanes."

"Aku ingin bertemu dengan mereka semua."

"Ya, Tuhan-ku. Kami akan pergi dan katakan kepada mereka: 'Mari, Ia hidup. Ia
ingat akan kita dan mengasihi kita.'"

"Dan Ia ingin kalian menjadi sahabat-sahabat-Nya."

"Ya, Tuhan-ku."

"Tapi kami akan pergi pertama-tama kepada Ishak. Dan di manakah Samuel dan
Yusuf dimakamkan?"

"Samuel di Hebron. Dia ada dalam pelayanan Zakharia. Yusuf... tak punya makam.
Dia dibakar bersama rumahnya."

"Dia tidak lagi dalam api yang keji, tetapi dalam api kasih Allah dan akan segera
berada dalam kemuliaan-Nya. Aku katakan kepada kalian, dan khususnya kau,
Yusuf, anak Yusuf. Kemarilah, supaya Aku dapat mengecupmu untuk berterima
kasih kepada ayahmu."

498
"Dan anak-anakku?"

"Mereka adalah malaikat-malaikat, Elia. Malaikat yang akan mengulangi 'Gloria'


ketika Juruselamat dimahkotai."

"Raja?"

"Bukan, Penebus. Oh! Betapa arak-arakan dari orang-orang benar dan para kudus!
Dan di depan akan ada ruas-ruas jari putih dan ungu dari para martir! Begitu
gerbang-gerbang Limbo dibuka, kami akan naik bersama ke Kerajaan abadi. Dan
lalu kalian akan datang dan akan menjumpai ayah, ibu dan anak-anak kalian dalam
Tuhan! Percayalah pada-Ku."

"Ya, Tuhan-ku."

"Panggil Aku: Guru. Semakin gelap, bintang sore pertama mulai bersinar.
Daraskanlah doamu sebelum makan malam."

"Jangan aku. Sudilah Engkau yang mendaraskannya."

"Kemuliaan bagi Allah di Surga Mahatinggi dan damai di bumi bagi manusia yang
berkehendak baik yang layak melihat Terang dan melayaninya. Juruselamat di
tengah mereka. Gembala dari garis kerajaan bersama dengan kawanan-Nya.
Bintang pagi telah terbit. Bersukacitalah, orang-orang benar! Bersukacitalah dalam
Tuhan. Ia Yang menjadikan kubah-kubah langit dan yang telah menebarinya dengan
bintang-bintang, Yang menempatkan samudera di batas-batas daratan, Yang
menciptakan angin dan embun, dan menetapkan rangkaian musim untuk
memberikan roti dan anggur kepada anak-anak-Nya, Ia sekarang mengirimkan
kepada kalian makanan yang lebih Mahamulia: Roti hidup yang turun dari Surga,
Anggur dari Pohon Anggur abadi. Datanglah kepada-Ku, kalian yang adalah
penyembah pertama-Ku. Datang untuk bertemu dengan Bapa Kekal dalam
kebenaran, untuk mengikuti-Nya dalam kekudusan dan menerima ganjaran abadi-
Nya." Yesus mendaraskan doa, berdiri, dengan kedua tangan-Nya terentang,
sementara para murid dan para gembala berlutut.

Mereka kemudian menawarkan roti dan susu segar, dan karena hanya ada tiga
mangkuk, atau marrow [= sayuran jenis labu] yang dikosongkan, aku tidak tahu yang
mana, Yesus adalah yang pertama makan, bersama Simon dan Yudas. Lalu
Yohanes, kepada siapa Yesus memberikan cawan-Nya, bersama Lewi dan Yusuf.
Elia terakhir.

Domba-domba tidak lagi merumput. Mereka berkumpul dalam suatu kelompok yang
rapi, mungkin menunggu untuk dihantar ke kandang mereka. Sebaliknya aku melihat
ketiga gembala membawa mereka masuk ke dalam hutan, di bawah naungan
pedesaan yang dibentuk dengan ranting-ranting dan dipagari dengan tali. Mereka
lalu sibuk mempersiapkan pembaringan-pembaringan jerami untuk Yesus dan

499
murid-murid-Nya. Mereka menyalakan api, mungkin untuk menghalau binatang-
binatang liar.

Yudas dan Yohanes berbaring, dan sebab lelah, mereka segera tertidur. Simon ingin
menemani Yesus. Tapi tak lama kemudian, ia tertidur juga, dengan duduk di atas
jerami dan bersandar pada sebuah tiang. Yesus tetap terjaga bersama para
gembala. Dan mereka membicarakan Yosef, Maria, pengungsian ke Mesir,
kepulangan mereka… dan sesudah pertanyaan-pertanyaan serupa mengenai
persahabatan penuh kasih, mereka mengajukan pertanyaan yang terlebih luhur:
apakah yang dapat mereka lakukan untuk melayani Yesus? Bagaimanakah
gembala-gembala yang miskin, kasar, akan dapat melakukan sesuatu?

Dan Yesus mengajar mereka dan menjelaskan: "Sekarang Aku akan pergi melintasi
Yudea. Murid-murid-Ku akan tetap berhubungan dengan-Ku sepanjang waktu. Kelak
Aku akan meminta kalian untuk datang. Sementara itu, bersatulah. Pastikan bahwa
kalian semua saling berhubungan satu sama lain, dan behwa semua orang tahu
bahwa Aku di sini, di dunia ini, sebagai Guru dan Juruselamat. Buatlah semua orang
tahu, sebaik yang dapat kalian lakukan. Aku tak menjanjikan bahwa kalian akan
dipercaya. Aku telah diejek dan dipukuli. Mereka akan melakukan yang sama
terhadap kalian. Tetapi sama seperti kalian telah kuat dan benar dalam
pengharapan panjang kalian, tetaplah demikian, terlebih sekarang kalian milik-Ku.
Besok, kami akan pergi ke Yuta. Lalu ke Hebron. Bisakah kalian datang?"

"Tentu saja, kami bisa. Jalanan milik semua orang dan padang-padang rumput milik
Allah. Hanya Betlehem yang terlarang oleh kedengkian yang tidak adil. Desa-desa
yang lain tahu... tapi mereka mengejek kami, menyebut kami 'pemabuk'. Dengan
demikian tak akan banyak yang dapat kami lakukan di sini."

"Aku akan mempekerjakan kalian di tempat lain. Aku tidak akan meninggalkan
kalian."

"Sepanjang hidup kami?"

"Sepanjang hidup-Ku."

"Tidak, Guru, aku yang akan mati lebih dulu. Aku sudah tua."

"Kau berpikir begitu? Aku tidak. Salah satu dari wajah-wajah pertama yang Aku lihat,
Elia, adalah wajahmu. Itu akan juga menjadi yang terakhir. Aku akan membawa
bersama-Ku, menanamkan dalam mata-Ku, gambaran wajahmu yang digalaukan
oleh duka karena kematian-Ku. Namun sesudahnya, kau akan menyimpan sebagai
pusaka dalam hatimu kenangan akan sukacita pagi kemenangan, dan akan dengan
demikianlah menanti ajal… Kematian: perjumpaan abadi dengan Yesus, Yang kau
sembah ketika Ia masih seorang bayi. Juga pada waktu itu para malaikat akan
memadahkan Gloria: 'bagi manusia yang berkehendak baik.'"

Aku tidak mendengar apa-apa lagi, penglihatan yang manis memudar dan berakhir.

500
BAB 76. YESUS DI YUTA BERSAMA GEMBALA ISHAK

12 Januari 1945

Sebuah lembah yang segar bergema dengan gemericik air dari sebuah sungai kecil
keperakan yang mengalir berbuih-buih ke selatan di antara bebatuan. Kesegaran
ceria air menyebar di padang rumput kecil pada tepian-tepian sungai, tapi
kelembaban tampaknya merangkak naik hingga ke lereng-lereng bukit yang sangat
hijau. Hijau zamrud yang indah dan beragam, yang dari tanah melewati semak dan
belukar mencapai puncak pepohonan kayu yang tinggi. Kebanyakan adalah pohon
kenari. Kayunya bertutul-tutul dengan banyak rongga terbuka berwarna hijau,
diselimuti rumput tebal, yang adalah rumput yang baik dan sehat untuk ternak.

Yesus turun menuju sungai bersama para murid-Nya dan ketiga gembala. Ia
berhenti dengan sabar untuk menunggu seekor domba yang tertinggal atau apabila
seorang dari gembala harus lari untuk mengejar anak domba yang tersesat. Ia
adalah Gembala Yang Baik sekarang. Ia telah melengkapi Diri dengan sebuah
dahan panjang untuk menyibakkan ranting-ranting blackberry, hawthorn dan
clematis, yang mencuat ke segala arah, dan menggaet pakaian. Dan tongkat itu
melengkapi figur pastoral-Nya.

"Lihat? Yuta di atas sana. Kita akan menyeberangi sungai, ada arung-arungan
[= bagian sungai yg dangkal tempat orang menyeberang], yang sangat berguna
pada waktu musim panas, tanpa harus menggunakan jembatan. Akan lebih cepat
melalui Hebron. Tapi Engkau tidak menghendakinya."

"Tidak. Kita akan pergi ke Hebron nanti. Kita harus selalu pertama-tama pergi
kepada mereka yang menderita. Mereka yang meninggal tidak lagi menderita
apabila mereka adalah orang-orang benar. Dan Samuel adalah seorang benar. Dan
apabila orang mati membutuhkan doa-doa kita, tidak harus berada dekat tulang-
belulang mereka untuk berdoa bagi mereka.

Tulang-belulang? Apakah itu? Suatu bukti akan kuasa Allah Yang menjadikan
manusia dari debu. Tidak lain. Juga binatang punya tulang-belulang. Tetapi
kerangka segala binatang tidak sesempurna kerangka manusia. Hanya manusia,
raja ciptaan, yang punya posisi tegak lurus, sebagai seorang raja atas rakyatnya,
dan wajahnya menatap ke depan dan ke atas tanpa harus memutar lehernya;
manusia menatap ke atas, ke Tempat Tinggal Bapa. Tapi mereka masih tulang-
belulang. Debu yang akan kembali menjadi debu. Kasih karunia yang kekal telah
memutuskan untuk menyatukannya kembali pada Hari abadi untuk memberikan
bahkan sukacita yang terlebih besar kepada jiwa-jiwa terberkati. Bayangkan: bukan
saja jiwa-jiwa hanya akan dipersatukan kembali dan akan saling mengasihi satu
sama lain seperti dan bahkan lebih dari yang mereka lakukan di bumi, tapi mereka
juga akan bersukacita melihat satu sama lain dengan ciri-ciri yang sama seperti

501
yang mereka miliki di dunia: anak-anak terkasih yang berambur keriting, seperti
anak-anakmu, Elia, para ayah dan ibu dengan hati yang mengasihi dan wajah
serupa wajah kalian Lewi dan Yusuf. Tidak, dalam kasusmu Yusuf, itu akan menjadi
hari ketika pada akhirnya kau akan melihat wajah-wajah yang kau rasakan sebagai
nostalgia. Tak ada lagi anak yatim piatu, tak ada janda di antara orang-orang benar,
di sana...

Doa untuk orang-orang yang sudah meninggal dapat dipanjatkan di mana saja.
Adalah doa dari suatu jiwa untuk jiwa seorang sanak kepada Roh Yang Sempurna,
Yang adalah Allah, Yang ada di mana-mana. Oh! kebebasan suci dari apa yang
rohani! Tak ada jarak, tak ada pengasingan, tak ada penjara, tak ada makam… Tak
ada suatu pun yang dapat memisahkan atau membatasi dengan ketakberdayaan
yang menyakitkan apa yang di luar dan di atas rantai daging. Kalian akan pergi
dengan bagian kalian yang lebih baik, kepada orang-orang terkasih kalian. Dan
mereka akan datang kepada kalian dengan bagian mereka yang lebih baik. Dan
seluruh gejolak jiwa-jiwa yang mengasihi akan berputar sekeliling Titik Tumpu Abadi,
sekeliling Allah: Roh Paling Sempurna, Pencipta dari segala yang ada, sekarang dan
yang akan datang, Kasih yang mengasihi kalian dan mengajar kalian bagaimana
mengasihi… Nah, di sinilah kita, di arung-arungan sungai. Aku bisa melihat sebaris
batu-batu muncul dari air yang dangkal."

"Ya, Guru, ini yang di sana itu. Pada waktu banjir ini adalah air terjun yang gemuruh,
sekarang ada tujuh sungai kecil yang mengalir tenang di antara enam batu besar di
arung-arungan."

Sesungguhnya enam batu besar, terbelah cukup tegak lurus, terbentang ke


seberang sungai, sekitar satu kaki jaraknya satu sama lain dan air, yang di depan
mereka bagai sehelai pita besar yang kemilau, terbagi menjadi tujuh sungai kecil,
yang dengan gembira bergegas untuk bersatu kembali di balik arung-arungan,
membentuk satu saja sungai segar yang mengalir, menggelegak di antara bebatuan.

Para gembala mengawasi domba- domba menyeberang, sebagian berjalan di atas


batu-batu, sebagian memilih untuk mengarungi sungai, yang hanya satu kaki
dalamnya, dan mereka minum air murni yang menggelegak.

Yesus menyeberang di atas batu-batu diikuti para murid-Nya. Mereka kembali


berjalan di tepi seberang sungai.

"Engkau katakan bahwa Engkau ingin memberitahu Ishak bahwa Engkau di sini, tapi
Engkau tak hendak masuk ke dalam desa?"

"Ya, itu yang Aku inginkan."

"Yah, sebaiknya kita berpisah. Aku pergi kepadanya, Lewi dan Yusuf akan tinggal
bersama kawanan ternak dan bersama Engkau. Aku naik di sini. Akan lebih cepat."
Dan Elia mulai mendaki sisi gunung, menuju rumah-rumah putih yang begitu kemilau
di sana di bawah sinar matahari.
502
Aku tampaknya mengikutinya. Dia sekarang berada di rumah-rumah pertama. Dia
berjalan sepanjang sebuah jalan setapak kecil di antara rumah-rumah dan kebun-
kebun sayur-mayur dan buah-buahan. Dia berjalan sekitar sepuluh meter. Lalu dia
berbalik ke sebuah jalan yang lebih lebar dan lalu memasuki alun-alun. Aku lupa
menyebutkan bahwa ini terjadi pada pagi hari. Aku mengatakannya sebab sekarang
pasar masih berlangsung di alun-alun dan para ibu rumah tangga dan para penjaja
saling berteriak di bawah pepohonan teduh di alun-alun.

Elia pergi dengan yakin ke ujung di mana alun-alun berakhir dan suatu jalan yang
menarik mata dimulai. Mungkin yang paling indah di desa. Di sudut ada sebuah
rumah kecil, atau tepatnya, sebuah ruangan dengan pintu terbuka lebar. Nyaris di
ambang pintu ada sebuah pembaringan kecil, di atas mana seorang laki-laki kurus
kering yang sakit sedang terbaring, dengan suara lirih meminta sedekah dari mereka
yang lewat. Elia bergegas masuk. "Ishak... ini aku."

"Kau? Aku tidak menyangka kau datang. Kau ke sini bulan lalu."

"Ishak... Ishak... Tahukah kau kenapa aku datang?"

"Tidak... Kau bersemangat. Apa yang terjadi?"

"Aku telah bertemu Yesus dari Nazaret, Ia seorang dewasa, sekarang, Ia seorang
rabbi. Ia datang mencariku... dan Ia ingin bertemu dengan kita. Oh! Ishak! Apakah
kau tidak sehat?"

Ishak, sesungguhnya, telah jatuh ke belakang seolah dia sekarat. Tapi dia siuman:
"Tidak. Berita itu… Di manakah Dia? Seperti apa Dia? Oh! Andai aku dapat bertemu
dengan-Nya!"

"Ia ada di bawah di lembah. Ia mengutusku untuk mengatakan kepadamu tepat


seperti ini: 'Mari, Ishak, sebab Aku ingin bertemu denganmu dan memberkatimu.'
Aku akan panggil seseorang sekarang untuk membantuku dan aku akan
membawamu ke bawah sana."

"Itukah yang Ia katakan?"

"Ya. Tapi apa ini yang kau lakukan?"

"Aku pergi."

Ishak membuang selimut-selimutnya, dia menggerakkan kakinya yang lumpuh, dia


melemparkannya dari kasur jerami, dia menempatkan kakinya di atas lantai, dia
berdiri, masih agak ragu, dan gemetar. Semuanya terjadi dalam sekejap, di depan
mata Elia yang terbuka lebar… yang akhirnya mengerti dan mulai berteriak-teriak…
Seorang perempuan kecil menjenguk ke dalam penuh ingin tahu. Dia melihat si sakit
berdiri dan membungkus dirinya dengan salah satu selimutnya, sebab dia tidak
punya yang lain, dan berlari, berteriak-teriak seperti orang gila.

503
"Ayo kita pergi... lewat sini, akan lebih cepat dan kita tidak akan bertemu banyak
orang... Cepat, Elia." Mereka berlari lewat sebuah pintu kecil kebun sayur-mayur dan
buah-buahan di belakang, mereka mendorong pintunya, yang terbuat dari dahan-
dahan kering, dan begitu di luar, mereka berlari sepanjang sebuah jalan setapak
sempit yang kumuh, lalu menuruni sebuah jalan kecil sepanjang kebun sayur-mayur
dan buah-buahan dan akhirnya melintasi padang rumput dan semak belukar, turun
ke sungai.

"Itu Yesus, di sana," kata Elia, menunjuk pada-Nya. "Yang tinggi, tampan, berambut
pirang, dengan jubah putih dan mantol merah..."

Ishak berlari, dia memotong area domba-domba yang sedang merumput, dan
dengan suatu teriakan kemenangan, sukacita dan adorasi dia prostratio di kaki
Yesus.

"Berdirilah, Ishak. Aku sudah datang. Untuk membawa damai dan berkat bagimu.
Berdirilah, supaya Aku dapat melihat wajahmu."

Tapi Ishak tak dapat berdiri. Terlalu banyak sukacita pada saat yang bersamaan dan
dia tinggal prostratio, dengan wajahnya mencium tanah, menangis bahagia.

"Kau langsung datang. Kau tidak khawatir apakah kau dapat..."

"Engkau menyuruhku datang… dan aku datang."

"Dia bahkan tidak menutup pintu ataupun mengambil sedekah, Guru."

"Tak apa. Para malaikat akan mengawasi rumahnya. Apakah kau bahagia, Ishak?"

"Oh! Tuhan-ku!"

"Panggil Aku Guru."

"Ya, Tuhan-ku, Guru-ku. Bahkan andai Engkau tidak menyembuhkanku pun, aku
akan bahagia bertemu dengan-Mu. Bagaimana aku bisa mendapatkan begitu
banyak kemurahan dari-Mu?"

"Sebab iman dan kesabaranmu, Ishak. Aku tahu betapa banyak kau menderita..."

"Itu bukan apa-apa! Bukan apa-apa! Tak mengapa! Aku telah menemukan Engkau.
Engkau hidup. Engkau di sini. Itu yang penting. Lainnya, semua lainnya sudah
berakhir. Tapi, Tuhan-ku dan Guru-Ku, Engkau tidak akan pergi lagi, ya kan?"

"Ishak, ada padaku seluruh Israel untuk diinjili. Aku akan pergi… Tapi meski Aku tak
dapat tinggal, kau dapat selalu melayani dan mengikuti Aku. Apakah kau mau
menjadi murid-Ku, Ishak?"

"Oh! Tapi aku tak mampu!"

504
"Dapatkah kau mengakui siapa Aku? Mengakuinya kendati cemooh dan ancaman?
Dan mengatakan kepada orang banyak bahwa Aku memanggilmu dan kau datang?"

"Bahkan andai Engkau tak menginginkannya, aku akan mengakui semua itu. Aku
akan tidak mentaati-Mu dalam hal itu, Guru. Maafkan aku sebab mengatakannya."

Yesus tersenyum. "Jadi kau dapat lihat bahwa kau mampu menjadi seorang murid!"

"Oh! Jika cuma itu yang harus dilakukan! Aku pikir itu sesuatu yang lebih sulit, yakni
kita harus pergi ke sekolah bersama para rabbi untuk belajar bagaimana melayani-
Mu, Rabbi dari segala rabbi… dan bersekolah di usiaku…" Orang itu mestinya
berusia tak kurang dari imapuluh tahun.

"Kau sudah menamatkan sekolahmu, Ishak."

"Aku? Tidak."

"Ya, sudah. Bukankah kau terus percaya dan mengasihi, menghormati dan
memberkati Allah dan sesamamu, tidak iri hati, tidak mengingini apa yang menjadi
milik orang lain, dan bahkan apa yang dulunya adalah milikmu sendiri dan sekarang
tak lagi kau miliki, berbicara hanya yang benar, bahkan meski itu membahayakan
bagimu, tidak bersekongkol dengan Setan untuk berbuat dosa? Tidakkah kau
melakukan semua ini, dalam tigapuluh tahun terakhir kemalanganmu?

"Ya, Guru."

"Jadi kau lihat, kau sudah menamatkan sekolahmu. Teruslah melakukannya dan
singkapkan, sebagai tambahan, kepada dunia, bahwa Aku di dunia. Tak ada lain lagi
yang harus dilakukan."

"Aku sudah mewartakan Engkau, Tuhan Yesus. Aku mewartakan Engkau kepada
anak-anak, yang biasa datang, ketika aku datang lumpuh di desa ini, meminta-minta
untuk mendapatkan roti dan melakukan beberapa pekerjaan, seperti mencukur
domba dan pekerjaan peternakan, dan anak-anak biasa datang sekeliling tempat
tidurku, ketika kondisiku semakin parah dan aku lumpuh mulai dari pinggang ke
bawah. Aku mewartakan Engkau kepada anak-anak dari masa yang silam, dan
kepada anak-anak dari masa yang sekarang, yang adalah anak-anak dari anak-anak
yang sebeumnya… Anak-anak baik dan mereka selalu percaya… Aku menceritakan
kepada mereka tentang kelahiran-Mu… para malaikat… Bintang dan Para Bijak…
dan tentang BundaMu… Oh! Katakan padaku! Apakah Ia masih hidup?"

"Ia masih hidup dan Ia mengirimkan salam-Nya kepadamu. Ia selalu berbicara


tentang kalian semua."

"Oh! Andai aku dapat bertemu dengan-Nya!"

"Kau akan bertemu dengan-Nya. Engkau akan datang ke rumah-Ku suatu hari kelak.
Maria akan menyalamimu dengan mengatakan: 'sahabat-Ku'."

505
"Maria… ya, ketika Engkau mengucapkan nama itu rasanya seperti mengisi
mulutmu dengan madu… Ada seorang perempuan di Yuta, sekarang dia seorang
wanita dewasa, dia melahirkan anaknya yang keempat belum lama berselang; ketika
masih kanak-kanak, dia adalah salah seorang dari teman-teman kecilku… dan dia
menamai anak-anaknya: Maria dan Yosef untuk kedua anak pertamanya, dan sebab
dia tidak berani menamai anak ketiganya Yesus, dia menamainya Imanuel, sebagai
pertanda baik bagi dirinya, rumahnya dan Israel. Dan dia sekarang sedang
memikirkan nama yang akan diberikan kepada anak keempatnya, yang dilahirkan
enam hari lalu. Oh! Jika dia mendengar bahwa aku sembuh! Dan bahwa Engkau di
sini! Sara itu sebaik roti buatan rumah, dan suaminya Yoakim juga sangat baik. Dan
sanak keluarga mereka? Aku berhutang hidup pada mereka. Mereka selalu
menolong dan memberiku naungan."

"Ayo kita pergi dan meminta tumpangan kepada mereka sepanjang jam-jam
terpanas hari ini dan memberkati mereka atas kebaikan hati mereka."

"Lewat sini, Guru. Lebih mudah untuk domba-domba dan kita akan menghindari
banyak orang, yang sudah pasti antusias. Perempuan tua itu, yang melihatku
bangun, pasti sudah memberitahu mereka."

Mereka menyusuri sungai, lalu lebih jauh ke selatan, mereka berangkat dari situ, dan
mengambil jalan setapak yang curam, mengikuti ketinggian gunung yang berbentuk
seperti haluan kapal. Sekarang sungai mengalir ke arah yang berlawanan dengan
mereka yang mendaki. Air mengalir sepanjang sebuah lembah tak rata yang indah,
yang dibentuk oleh persimpangan dua jajaran gunung. Aku mengenali tempat itu.
Tak mungkin salah. Ini adalah pemandangan dari penglihatan akan Yesus bersama
anak-anak, yang aku lihat musim semi yang lalu. Tembok kecil biasanya yang dari
batu kering menandai batas-batas wilayah, yang menurun ke arah lembah. Aku
melihat padang rumput dengan pohon-pohon apel, pohon-pohon ara, pohon-pohon
kenari, lalu rumah putih itu yang dikelilingi oleh halaman berumput hijau, dengan
sayap menjorok yang melindungi tangga dan membentuk sebuah serambi dan
loggia. Dan ada kubah kecil di puncaknya, kebun sayur-mayur dan buah-buahan
dengan sumur, pergola dan petak-petak bunga...

Orang dapat mendengar banyak teriakan dari rumah. Ishak berjalan di depan
mereka semua. Dia masuk. Dia memanggil dengan sekuat tenaga: "Maria, Yusuf,
Imanuel! Di mana kalian? Datanglah kepada Yesus."

Tiga anak kecil berlarian datang: seorang gadis kecil berumur sekitar lima tahun,
dan dua anak laki-laki, sekitar empat dan dua tahun, yang bungsu itu masih agak
tertatih-tatih jalannya. Mereka terpana ketika mereka melihat… orang yang hidup
kembali. Lalu si gadis kecil berteriak: "Ishak! Mama! Ishak di sini! Yudit benar."

Seorang perempuan keluar dari sebuah ruangan, di mana ada banyak ribut-ribut dan
teriakan: seorang ibu yang montok sehat, tinggi, berkulit coklat dari penglihatan yang
lalu, sangat cantik dalam gaun terbaiknya: gaun linen putih salju, seperti gaun

506
panjang longgar yang mewah terjuntai dalam kerut-kerut hingga ke mata kakinya,
diikatkan pada pingangnya yang ramping dengan sebuah selendang bergaris warna-
warni, yang membalut pinggulnya yang indah dan terjuntai dalam jumbai-jumbai
hingga ke lututnya di belakang, sementar di bagian depan diikatkan di bawah gesper
filigree dan ujung-ujungnya tergantung bebas. Sebuah kerudung tipis bermotif
ranting-ranting mawar di atas dasar coklat muda dijepitkan pada jalinan rambut
hitamnya, seperti sebuah serban kecil, dan jatuh di ke lehernya dalam lipatan-lipatan
dan lalu ke bahu dan dada. Kerudung dipasangkan erat pada kepalanya dengan
sebuah mahkota kecil dari medali-medali yang diikat bersama dengan sebuah rantai
kecil. Anting-anting berat tergantung di telinganya, dan gaunnya dibalutkan erat
pada lehernya dengan sebuah kalung perak yang melewati lubang-lubang pada
gaunnya. Dia mengenakan gelang-gelang perak yang berat pada tangannya.

"Ishak! Apa ini? Yudit... aku pikir dia sudah gila... Tapi kau berjalan! Apa yang
terjadi?"

"Juruselamat! Oh! Sara! Ia di sini! Ia telah datang!"

"Siapa? Yesus dari Nazaret? Di mana Dia?"

"Di sana! Di balik pohon kenari, dan Ia ingin tahu apakah kau mau menerima-Nya!"

"Yoakim! Ibu! Datanglah kemari, kalian semua! Mesias di sini!"

Para perempuan, para lelaki, anak-anak laki-laki, anak-anak kecil berlarian keluar
sembari berteriak dan bersorak... tetapi ketika mereka melihat Yesus, tinggi dan
berwibawa, mereka berkecil hati dan menjadi patung.

"Damai bagi rumah ini dan bagi kalian semua. Damai dan berkat dari Allah." Yesus
berjalan perlahan, tersenyum, kepada kelompok orang banyak. "Sahabat-Ku:
maukah kalian memberikan tumpangan kepada sang Musafir?" Dan Ia tersenyum
lebih ramah. Senyum-Nya mengatasi segala ketakutan. Sang suami berbesar hati:
"Masuklah, Mesias. Kami telah mengasihi Engkau sebelum bertemu dengan
Engkau. Kami akan terlebih lagi mengasihi Engkau setelah bertemu dengan Engkau.
Pada hari ini seisi rumah sedang berpesta karena tiga alasan: karena Engkau,
karena Ishak dan karena sunat putera ketigaku. Berkatilah dia, Guru. Perempuan,
bawa ke sini bayinya! Masuklah, Tuhan-ku."

Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan yang dihiasi untuk pesta. Ada meja-meja
dengan sajian makanan, karpet dan ranting-ranting di mana-mana.

Sara kembali dengan seorang bayi elok yang baru dilahirkan dalam gendongannya.
Dia menyerahkannya kepada Yesus.

"Semoga Allah selalu bersamanya. Siapa namanya?"

"Belum punya nama. Ini Maria, ini Yusuf, ini Imanuel… tapi yang ni belum punya
nama…" Yesus menatap pada si kedua orangtua, yang saling dekat satu sama lain,

507
Ia tersenyum: "Carilah sebuah nama, jika dia akan disunat pada hari ini…" Mereka
saling berpandangan satu sama lain, mereka menatap pada-Nya, mereka membuka
mulut dan membungkamnya kembali tanpa mengatakan apapun. Semua orang
memperhatikan.

Yesus mendesak: "Sejarah Israel punya sangat banyak nama besar yang manis dan
terberkati. Yang paling manis dan paling terberkati sudah digunakan. Tapi mungkin
masih ada yang tersisa."

Kedua orangtua serentak berseru: "Nama-Mu, Tuhan!" dan ibundanya


menambahkan: "Tapi itu terlalu suci…"

Yesus tersenyum dan bertanya: "Kapan dia akan disunat?"

"Kami sedang menunggu orang yang akan menyunatnya."

"Aku akan hadir dalam upacara. Sementara itu Aku ingin berterima kasih kepada
kalian atas apa yang telah kalian lakukan untuk Ishak-Ku. Dia tidak lagi
membutuhkan pertolongan orang-orang baik. Tetapi orang-orang baik masih
membutuhkan Allah. Kau beri nama putera ketigamu: Allah beserta kita. Tapi kalian
sudah memiliki Allah sejak kalian berbelas kasihan kepada hamba-Ku. Kiranya
kalian diberkati. Kebaikan hati kalian akan dikenang di Surga dan di bumi."

"Apakah Ishak akan pergi sekarang? Apakah dia akan meninggalkan kami?"

"Apakah itu menyedihkan kalian? Tapi dia harus melayani Guru-nya. Tapi dia akan
datang, begitu pula Aku. Sementara itu, kalian akan berbicara tentang Mesias... Ada
begitu banyak yang harus dikatakan demi meyakinkan dunia! Tapi, itu dia orang
yang kalian tunggu."

Seorang terkemuka yang merasa dirinya penting datang bersama seorang pelayan.
Ada salam dan membungkukkan badan. "Di mana anak itu?" dia bertanya dengan
angkuh.

"Dia di sini. Tapi salamilah Mesias. Dia di sini."

"Mesias! Dia yang menyembuhkan Ishak? Aku mendengarnya. Tapi… Kita akan
membicarakannya nanti. Aku sangat tergesa-gesa. Anak dan namanya."

Orang-orang yang hadir malu dengan sikap orang itu. Tapi Yesus tersenyum seolah
ketidaksopanan itu tidak ditujukan kepada-Nya. Yesus mengambil sang bayi, Ia
menyentuh dahi kecilnya dengan jemari-Nya yang indah, seakan Ia hendak
mengkonsekrasikannya dan berkata: "Namanya Jesai" dan Ia menyerahkannya
kembali kepada ayahnya, yang pergi ke sebuah ruangan lain bersama si orang
angkuh dan orang-orang lain. Yesus tetap di tempat di mana Ia berada hingga
mereka kembali dengan sang bayi, yang menjerit-jerit sekuat tenaga.

508
"Perempuan, berikan anak itu kepada-Ku. Dia tidak akan menangis lagi." Ia berkata
untuk menghibur sang ibu yang stress. Sesungguhnya, si bayi, begitu dibaringkan di
atas lutut Yesus, menjadi diam.

Yesus membentuk suatu kelompok-Nya sendiri, dengan anak-anak kecil sekeliling-


Nya, dan juga para gembala dan para murid. Domba yang ditempatkan Elia di
halaman tengah mengembik di luar. Ada hiruk-pikuk pesta dalam rumah. Mereka
membawakan manisan dan minuman kepada Yesus. Tetapi Yesus memberikannya
kepada anak-anak.

"Tidakkah Engkau minum, Guru? Tidakkah Engkau mau sesuatu? Kami


menawarkannya dengan senang hati."

"Aku tahu, Yoakim, dan Aku menerimanya dengan sepenuh hati. Tapi biarkan Aku
membuat anak-anak kecil ini senang terlebih dulu. Mereka adalah sukacita-Ku..."

"Jangan pedulikan orang itu, Guru."

"Tidak, Ishak. Aku akan berdoa agar dia dapat melihat Terang. Yohanes, bawalah
kedua anak laki-laki melihat domba. Dan kau, Maria, mendekatlah kepada-Ku dan
katakan: Siapakah Aku?"

"Engkau Yesus, Putra Maria dari Nazaret, dilahirkan di Betlehem. Ishak melihat-Mu
dan dia memberiku nama BundaMu, agar aku menjadi baik."

"Untuk meneladani-Nya, kau harus sebaik malaikat Allah, yang lebih murni dari
bunga lily yang mekar di puncak bukit, sesaleh kaum Lewi yang paling kudus.
Apakah kau mau seperti itu?"

"Ya, Yesus."

"Katakan: Guru atau Tuhan, gadis kecil."

"Biarkan dia memanggil-Ku dengan nama-Ku, Yudas. Hanya ketika diucapkan oleh
bibir yang tak berdosa, nama-Ku tak kehilangan suara yang ada pada bibir
BundaKu. Semua orang, sepanjang abad-abad mendatang, akan menyebut nama
itu, sebagian karena suatu kepentingan atau yang lainnya, sebagian untuk
mengutukinya. Hanya orang-orang yang tak berdosa, tanpa kepentingan dan tanpa
kebencian, akan mengucapkannya dengan kasih yang sama seperti gadis kecil ini
dan BundaKu. Juga orang-orang berdosa akan berseru kepada-Ku sebab mereka
membutuhkan belas-kasihan. Tetapi BundaKu dan anak-anak kecil! Mengapa kau
memanggil-Ku Yesus?" Ia bertanya, seraya membelai si gadis kecil.

"Sebab aku mengasihi-Mu… seperti aku mengasihi ayah, ibu dan adik-adikku,"
katanya, sembari memeluk lutut Yesus, dan tersenyum dengan kepalanya
mendongak ke atas. Dan Yesus membungkuk dan menciumnya… dan semuanya
pun berakhir demikian.

509
BAB 77. YESUS DI HEBRON. RUMAH ZAKHARIA.
AGLAE

13 Januari 1945

"Pukul berapa kita akan tiba?" tanya Yesus Yang berjalan di tengah kelompok di
belakang domba-domba yang sedang merumput di tepian sungai.

"Sekitar pukul tiga. Ini sudah hampir sepuluh mil," jawab Elia.

"Apakah kita akan pergi ke Keriot sesudahnya?" tanya Yudas.

"Ya, kita akan pergi ke sana."

"Bukankah lebih cepat pergi ke Keriot dari Yuta? Tak mungkin jauh. Benar begitu,
gembala?"

"Sekitar dua mil lebih jauh, kurang lebih."

"Kalau seperti ini, kita akan berjalan lebih dari duapuluh mil sia-sia."

"Yudas, mengapa kau begitu khawatir?"

"Aku tidak khawatir, Guru. Tapi Engkau berjanji Engkau akan datang ke rumahku."

"Dan Aku akan datang. Aku selalu menepati janji-Ku."

"Aku mengirim pesan kepada ibuku... dan lagipula, Engkau sendiri mengatakan,
orang juga dapat dekat dengan orang yang sudah meninggal melalui jiwanya."

"Ya. Tapi coba pikir, Yudas: kau belum menderita karena Aku. Orang-orang ini telah
menderita selama tigapuluh tahun, dan mereka tidak pernah berkhianat, bahkan
kenangan akan Aku pun tidak mereka khianati. Mereka tidak tahu apakah Aku hidup
atau mati... dan walau demikian mereka tetap setia. Mereka mengenang-Ku sebagai
seorang bayi yang baru dilahirkan, seorang bayi yang tak punya apa-apa selain
airmata dan butuh susu… dan mereka selalu menyembah-Ku sebagai Allah. Karena
Aku, mereka telah dipukuli, dikutuki dan dianiaya seolah mereka adalah aib bagi
Yudea, namun demikian iman mereka tidak pernah goyah, juga tidak layu di bawah
pukulan, sebaliknya semakin berakar dalam dan menjadi lebih kuat."

"Ngomong-ngomong. Selama beberapa hari ini aku sangat ingin mengajukan satu
pertanyaan kepada-Mu. Orang-orang ini adalah sahabat-sahabat-Mu dan sahabat-
sahabat Allah, ya kan? Para malaikat memberkati mereka dengan damai Surgawi,

510
ya kan? Mereka setia dalam menghadapi segala pencobaan, ya kan? Jadi, jelaskan
padaku, mengapa mereka hidup susah? Dan bagaimana dengan Anna? Dia
terbunuh karena dia mengasihi Engkau…"

"Apakah kau karenanya berkesimpulan bahwa dikasihi oleh-Ku dan mengasihi-Ku


mendatangkan nasib buruk?"

"Tidak... tapi..."

"Ya. Aku kasihan melihatmu begitu dekat dengan Terang namun begitu terbuka
pada hal-hal manusiawi. Tidak, tak apa Yohanes, dan kau juga, Simon. Aku lebih
suka dia berbicara. Aku tidak pernah mencela. Aku hanya ingin kalian membuka jiwa
kalian kepada-Ku agar Aku dapat mencerahkannya. Kemarilah, Yudas, dengarkan.
Kau mendasarkan dirimu pada suatu pendapat yang umum bagi banyak orang pada
masa kita dan yang umum bagi banyak orang pada masa mendatang. Aku katakan:
suatu pendapat. Seharusnya Aku katakan: suatu kesalahan. Tapi sebab kau tidak
melakukannya karena kejahatan, tapi karena ketidaktahuan akan kebenaran, maka
itu bukan suatu kesalahan, melainkan hanya suatu pendapat yang tidak benar
seperti pendapat anak-anak. Dan kalian semua seperti anak-anak, sobat-Ku yang
malang. Dan Aku di sini, sebagai Guru, untuk mendewasakan kalian, agar mampu
mengatakan yang benar dari yang salah, yang baik dari yang jahat, dan apa yang
lebih baik dari sekedar baik. Jadi, dengarkan Aku.

Apa itu hidup? Suatu periode jeda, akan Aku katakan limbo dari Limbo, yang
dianugerahkan Allah Bapa kepada kalian sebagai pencobaan guna mengetahui
dengan pasti apakah kalian anak-anak yang baik atau buruk, dan sesudahnya Ia
akan menganugerahkan, seturut perbuatan-perbuatan kalian, suatu kehidupan
mendatang yang tanpa jeda ataupun pencobaan. Sekarang katakan pada-Ku:
apakah adil jika seorang, hanya kerena dia dianugerahi karuniai langka berada
dalam posisi melayani Allah dengan suatu cara yang istimewa, juga mendapatkan
kekayaan yang lestari sepanjang hidupnya? Tidakkah kalian berpikir bahwa dia telah
dianugerahi banyak dan karenanya dapat mengganggap dirinya bahagia, bahkan
meski hal-hal duniawi menentangnya? Bukankah tidak akan adil jika dia, yang sudah
memiliki terang wahyu ilahi dalam hatinya dan senyum hati nurani yang jernih, juga
harus memiliki kehormatan dan kekayaan duniawi? Dan bukankah itu juga tidak
bijaksana?

"Guru, aku juga akan mengatakan bahwa dia akan menjadi seorang pencemar.
Mengapakah menempatkan sukacita manusiawi di mana Engkau sudah ada? Ketika
seorang memiliki Engkau - dan mereka memiliki Engkau, mereka adalah satu-
satunya orang kaya di Israel sebab mereka telah memiliki Engkau selama tigapuluh
tahun - orang sepatutnya tidak memiliki yang lain. Kita tidak menempatkan hal-hal
manusiawi pada Pendamaian… dan bejana yang dikonsekrasikan dipergunakan
hanya untuk kepentingan suci saja. Dan orang-orang ini dikonsekrasikan sejak hari
mereka melihat senyum-Mu … dan tak ada yang lain selain Engkau yang memasuki

511
hati mereka, yang memiliki Engkau. Aku berharap aku dapat seperti mereka!" kata
Simon.

"Tetapi kau tidak membuang-buang waktu, segera sesudah engkau melihat Guru
dan disembuhkan, untuk mendapatkan hartamu kembali," Yudas menjawab dengan
sengit.

"Itu benar. Aku katakan aku akan melakukannya dan aku melakukannya. Tapi
tahukah kau kenapa? Bagaimana kau dapat menghakimi jika kau tidak tahu
keseluruhan situasinya? Kepada wakilku diberikan perintah-perintah yang tepat dan
cermat. Sekarang Simon Zelot sudah sembuh - dan para musuhnya tak lagi dapat
mencelakainya, pula mereka tak dapat menganiayanya sebab dia milik Yesus
semata dan bukan sekte manapun: dia memiliki Yesus dan tak ada yang lain -
Simon dapat mengatur kekayaannya yang diurus oleh seorang pelayan yang jujur
dan setia untuknya. Dan aku, sebagai pemilik untuk masa depan yang singkat,
memberikan perintah agar harta milik ini diorganisir kembali, agar aku dapat
memperoleh lebih banyak uang ketika menjualnya dan aku akan dapat
mengatakan… tidak, aku tak akan mengatakan apa itu."

"Para malaikat mengatakannya, Simon dan mereka menuliskannya dalam buku


abadi," kata Yesus.

Simon menatap Yesus. Mata mereka bertemu: mata Simon mengekspresikan


keterkejutan, mata Yesus mengekspresikan berkat persetujuan.

"Seperti biasa. Aku salah."

"Tidak, Yudas. Kau memiliki nalar praktis, kau sendiri yang mengatakannya."

"Oh! tapi bersama Yesus!... Juga Simon Petrus malahan penuh nalar praktis,
sekarang!... Kau juga, Yudas, akan menjadi seperti dia. Kau bersama Guru belum
berapa lama, kami sudah lebih lama bersama-Nya, dan kami sudah lebih baik," kata
Yohanes yang selalu baik hati dan mendamaikan.

"Ia tidak menghendakiku. Jika tidak aku pasti sudah bersama-Nya sejak Paskah."
Yudas benar-benar berperangai buruk hari ini.

Yesus mengakhiri perdebatan dengan bertanya kepada Lewi: "Apakah kau pernah
ke Galilea?"

"Ya, Tuhan-ku."

"Kau akan bersama-Ku, untuk menghantarkan-Ku kepada Yunus. Apakah kau kenal
dia?"

"Ya. Kami selalu bertemu saat Paskah. Aku biasa pergi dan menemuinya pada saat
itu."

512
Yusuf, yang merasa malu, menundukkan kepalanya. Yesus memperhatikan dan
mengatakan: "Kalian tak dapat ikut berdua. Elia akan sendirian dengan domba-
domba. Tapi kau akan ikut bersama-Ku sampai lewat Yerikho, di mana kita akan
berpisah untuk sementara waktu. Aku akan memberitahumu sesudahnya apa yang
harus kau lakukan."

"Bagaimana dengan kami? Apakah kami tidak akan melakukan apa-apa?"

"Ya, Yudas, ya, kau akan melakukan sesuatu."

"Ada beberapa rumah di sana," kata Yohanes, yang berjalan beberapa langkah di
depan yang lain.

"Itu Hebron. Di antara dua sungai dengan puncaknya. Lihat, Guru? Rumah yang di
sana, di tengah-tengah kehijauan, sedikit lebih tinggi dari yang lain? Itu rumah
Zakharia."

"Mari kita percepat langkah kita."

Mereka menempuh bentangan terakhir jalan dengan sangat cepat dan memasuki
desa. Kuku-kuku kecil domba terdengar seperti alat musik kastenyet di atas
bebatuan jalan yang tak rata, yang dipaving sangat kasar. Mereka tiba di rumah itu.
Orang-orang melihat kelompok orang, yang sangat berbeda tampilan, usia dan
pakaian di antara domba-domba putih.

"Oh! Ini berbeda! Dulu ada sebuah gerbang di sini!" kata Elia. Sekarang di tempat
gerbang ada sebuah pintu logam yang menghalangi orang melihat, dan juga tembok
halaman lebih tinggi dari seorang laki-laki dan dengan demikian tak ada suatu pun di
dalam yang dapat terlihat.

"Mungkin terbuka di bagian belakang." Mereka berjalan mengelilingi tembok persegi


empat yang besar, yang lebih merupakan sebuah persegi empat panjang, tapi
temboknya sama tinggi sekeliling.

"Temboknya dibangun belum lama berselang," kata Yohanes, seraya


memeriksanya. "Tak ada goresan dan masih ada ceceran kapur di atas tanah."

"Aku bahkan tak dapat melihat makamnya… Dekat hutan. Sekarang hutannya di luar
tembok dan... dan kelihatannya milik umum. Mereka mengumpulkan kayu bakar di
sana." Elia bingung.

Seorang laki-laki, seorang penebang kayu yang tua, kecil tapi kuat, yang tengah
mengamati kelompok itu, berhenti menggergaji sebuah batang yang telah dia
tebang, dan pergi menghampiri kelompok. "Siapa yang kalian cari?"

"Kami ingin masuk, untuk berdoa di makam Zakharia."

"Tak ada lagi makam sekarang. Tidak tahukah kalian? Siapakah kalian?"

513
"Aku teman Samuel, si gembala. Ini..."

"Tidak perlu, Elia," kata Yesus dan Elia pun diam.

"Ah! Samuel!... Oh begitu! Tapi sebab Yohanes, putera Zakharia, dijebloskan ke


dalam penjara, rumah itu bukan lagi miliknya. Dan itu suatu bencana, sebab dia
menyerahkan semua keuntungan dari harta miliknya untuk diberikan kepada kaum
miskin di Hebron. Suatu pagi seorang laki-laki datang dari pengadilan Herodes, dia
mencampakkan Jowehel keluar, dia menempelkan segel-segel, lalu dia kembali
dengan para tukang batu dan mereka mulai meninggikan tembok... Makam ada di
sana, di pojok. Dia tidak mau itu… dan suatu pagi kami menemukan semuanya
rusak dan setengah hancur… tulang-belulang malang semuanya tercecer… Kami
menyatukannya kembali, sebaik yang dapat kami lakukan… Sekarang tulang-
belulang itu ada dalam sarcophagus [= peti jenazah dari batu]… Dan di rumah Imam
Zakharia, laki-laki mesum itu memelihara para gundiknya. Sekarang ada seorang
mimer dari Roma. Itulah sebabnya mengapa dia meninggikan tembok. Dia tidak
ingin orang melihat… Rumah sang imam menjadi sebuah pelacuran! Rumah
mukjizat dan rumah sang Perintis Jalan! Sebab pastilah dia, jika dia bukan Mesias.
Dan betapa banyak masalah yang kami alami karena Pembaptis! Tapi dia orang
besar kami! Dia sungguh agung! Bahkan ketika dia dilahirkan terjadi mukjizat.
Elisabet sudah setua thistle yang layu tapi dia menjadi sesubur apel di Adar, dan itu
adalah mukjizat pertama. Kemudian seorang sepupunya datang dan Ia adalah
seorang perempuan kudus, dan Ia melayaninya dan melepaskan ikatan lidah sang
imam. Nama-Nya Maria. Aku ingat Dia, meski kami sangat jarang melihat-Nya.
Bagaimana terjadinya aku tidak tahu. Kata mereka demi membuat Elisabet bahagia,
Ia membuat Zakharia menempatkan mulutnya yang bisu pada perut-Nya yang hamil
atau Ia memasukkan jari-jari-Nya ke dalam mulutnya. Aku tidak tahu. Adalah fakta,
bahwa sesudah bisu selama sembilan bulan, Zakharia berbicara memuliakan Allah
dan mengatakan bahwa ada Mesias. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut. Tapi istrinya
di sana pada hari itu dan dia meyakinkanku bahwa Zakharia, memuliakan Allah,
mengatakan bahwa puteranya akan mendahului-Nya. Sekarang aku katakan: ini
bukan apa yang diyakini orang. Yohanes adalah Mesias dan dia mendahului Tuhan,
seperti Abraham pergi di hadapan Allah. Begitulah. Tidakkah aku benar?"

"Kau benar sehubungan dengan roh Pembaptis, yang selalu ada di hadapan Allah.
Tapi kau tidak benar sehubungan dengan Mesias."

"Baiklah, perempuan yang mengatakan bahwa Ia adalah Bunda Putra Allah -


Samuel mengatakannya demikian - tidak benarkah bahwa Ia Bunda Allah? Apakah
Ia masih hidup?"

"Ya, benar. Mesias dilahirkan, didahului oleh dia yang menaikkan suaranya di
padang gurun, seperti dikatakan Nabi."

"Engkau yang pertama mengatakannya. Yohanes, terakhir kali Jowehel


membawakannya kulit domba, yang dia lakukan setiap tahun pada awal musim

514
dingin, meski dia ditanya tentang Mesias, tidak mengatakan: 'Mesias di sini.' Ketika
dia akan mengatakannya…"

"Sobat, aku adalah murid Yohanes dan aku mendengarnya mengatakan: 'Inilah
Anak Domba Allah' seraya menunjuk kepada…," kata Yohanes.

"Bukan, bukan. Dia adalah si Anak Domba. Anak Domba sejati yang tumbuh besar
sendiri, nyaris tanpa membutuhkan seorang ayah dan ibu. Begitu dia menjadi putera
Hukum, dia tinggal terkucil di gua-gua pegunungan yang mengatasi padang gurun,
dan dia besar di sana bercakap-cakap dengan Allah. Elisabet dan Zakharia wafat,
dan dia tidak datang. Allah saja ayahnya dan ibunya. Tak ada orang kudus yang
lebih besar darinya. Kalian dapat menanyakannya pada semua orang di Hebron.
Samuel biasa mengatakannya, tapi orang-orang di Betlehem pastilah benar.
Yohanes adalah orang kudus Allah."

"Jika seorang mengatakan kepadamu: 'Aku-lah Mesias', apa yang akan kau
katakan?" tanya Yesus.

"Aku akan menyebutnya seorang 'penghujat' dan aku akan mengusirnya pergi,
melemparinya batu."

"Dan jika ia mengerjakan mukjizat untuk membuktikan bahwa ia adalah Mesias?"

"Aku akan mengatakan bahwa dia 'kerasukan'. Mesias akan datang ketika Yohanes
menyingkapkan dirinya dalam kodratnya yang sebenarnya. Kedengkian mendalam
Herodes adalah buktinya. Dia licik, dia tahu bahwa Yohanes adalah Mesias."

"Dia tidak dilahirkan di Betlehem."

"Tapi ketika dia dibebaskan, setelah memaklumkan kedatangannya yang menjelang,


dia akan menyingkapkan dirinya di Betlehem. Juga Betlehem menunggu untuk itu.
Sementara itu…Oh! Pergilah, jika kalian sungguh berani, dan berbicaralah kepada
orang-orang Betlehem tentang Mesias yang lain… dan kalian akan lihat …"

"Apakah kalian punya sinagoga?"

"Ya, sekitar duaratus langkah lurus ke depan. Kau tidak akan tersesat. Dekatnya
ada sarcophagus dengan tulang-belulang yang dicemarkan."

"Selamat tinggal, semoga Allah mencerahkanmu."

Mereka pun pergi. Mereka berbalik ke bagian depan rumah.

Di pintu ada seorang perempuan muda yang berpakaian tidak sopan. Dia cantik.
"Tuan-ku, apakah Kau mau masuk ke dalam rumah? Masuklah."

Yesus menatapnya setajam seorang hakim, tapi tak mengatakan apa-apa.

515
Tetapi Yudas, didukung oleh semua yang lain. "Masuklah, perempuan tak tahu malu!
Janganlah mencemari kami dengan napasmu, perempuan jalang."

Perempuan itu memerah mukanya dan menundukkan kepala. Dia hendak


menghilang sebab dipermalukan dan dicemooh oleh para berandal dan oleh mereka
yang lewat.

"Siapakah yang begitu murni sehingga dapat mengatakan: 'Aku tidak pernah
menginginkan apel yang ditawarkan oleh Hawa?'" tanya Yesus dengan tajam dan Ia
menambahkan: "Tunjukkan dia kepada-Ku dan Aku akan menyebutnya seorang
kudus. Tidak ada? Baik, jadi, jika bukan karena jijik, tapi karena kelemahan, kalian
merasa tak dapat pergi mendekati perempuan ini, kalian boleh pergi. Aku tidak akan
memaksa orang-orang yang lemah masuk ke dalam pergulatan yang tak seimbang.
Perempuan, Aku ingin masuk. Rumah ini milik seorang kerabat-Ku dan yang Aku
kasihi."

"Masuklah, Tuan-ku, jika Kau tidak jijik kepadaku."

"Biarkan pintu terbuka, supaya dunia dapat melihat dan tidak


mempergunjingkannya..."

Yesus menjadi serius dan penuh wibawa. Perempuan itu, tunduk, membungkuk di
hadapan-Nya dan tidak berani bergerak. Tapi sindiran orang membuatnya bergerak
cepat. Dia lari ke ujung taman, sementara Yesus pergi menuju anak tangga. Ia
melongok ke dalam melalui pintu-pintu yang setengah terbuka, tapi Ia tidak masuk.
Ia lalu pergi ke tempat makam, di mana sekarang ada semacam kuil kafir kecil.

"Tulang-belulang orang benar, juga ketika kering dan tercecer, menebarkan balsam
yang memurnikan dan menyebarkan benih kehidupan kekal. Damai bagi orang mati
yang semasa hidupnya melakukan yang baik! Damai bagi orang murni yang
sekarang tidur dalam Tuhan! Damai bagi mereka yang menderita, tapi tidak
mengenal kejahatan! Damai bagi orang-orang besar sejati dari dunia dan dari Surga!
Damai!"

Perempuan itu telah tiba di hadapan Yesus, dengan berjalan sepanjang pagar
tanam-tanaman yang melindunginya.

"Tuan-ku!"

"Perempuan."

"Nama-Mu, Tuan-ku."

"Yesus."

"Aku tidak pernah mendengarnya. Aku seorang Romawi: seorang mimer dan penari.
Aku seorang yang cakap hanya dalam percabulan. Apakah arti nama-Mu? Namaku
Aglae dan... dan itu berarti: kejahatan."

516
"Nama-Ku berarti: Juruselamat."

"Bagaimana Engkau menyelamatkan? Dan siapakah yang Engkau selamatkan?"

"Mereka yang antusias untuk diselamatkan. Aku menyelamatkan dengan


mengajarkan untuk menjadi murni, untuk lebih memilih menderita daripada
kehormatan, untuk menginginkan yang baik apapun resikonya," Yesus berbicara
tanpa kebencian, bahkan tanpa berpaling kepada perempuan itu."

"Aku sesat…"

"Aku adalah Ia yang mencari yang sesat."

"Aku mati."

"Aku adalah Ia yang memberi Hidup."

"Aku kenajisan dan kepalsuan."

"Aku Kemurnian dan Kebenaran."

"Engkau juga Kemurahan Hati, Engkau tidak menatapku. Engkau tidak


menyentuhku, Engkau tidak menginjak-injakku. Kasihanilah aku…"

"Pertama-tama, kau harus mengasihani dirimu sendiri. Jiwamu."

"Apa itu jiwa?"

"Adalah apa yang membuat manusia menjadi allah dan bukan binatang. Kejahatan
dan dosa membunuhnya, dan begitu jiwa terbunuh, manusia menjadi binatang yang
menjijikkan."

"Apakah mungkin bagiku untuk bertemu dengan-Mu lagi?"

"Siapa yang mencari Aku, menemukan Aku."

"Di manakah Engkau tinggal?"

"Di mana hati membutuhkan dokter dan obat-obatan untuk menjadi jujur kembali."

"Kalau begitu… aku tidak akan bertemu dengan-Mu lagi… aku tinggal di tempat di
mana tidak ada dokter, obat-obatan ataupun kejujuran dikehendaki."

"Tak suatupun mencegahmu untuk datang ke tempat di mana Aku berada. Nama-Ku
akan diteriakkan di jalan-jalan dan akan sampai kepadamu. Selamat tinggal."

"Selamat tinggal, Tuan-ku. Ijinkan aku memanggil-Mu 'Yesus'. Oh! Bukan demi
keakraban!... Tapi agar sedikit keselamatan dapat datang kepadaku. Aku Aglae,
ingatlah aku."

"Ya. Selamat tinggal."

517
Perempuan itu tetap tinggal di ujung taman, sementara Yesus keluar dengan
wibawa. Ia menatap semua orang. Ia melihat kebingungan pada murid-murid-Nya
dan mendengar ejekan dari orang-orang Hebron. Seorang pelayan menutup pintu.

Yesus berjalan lurus sepanjang jalanan. Dia mengetuk di sinagoga.

Seorang laki-laki tua yang marah melongok keluar. Dia bahkan tidak memberi Yesus
waktu untuk berbicara. "Sinagoga terlarang, di tempat suci ini, bagi orang-orang
yang berhubungan dengan pelacur. Pergi."

Yesus berbalik pergi tanpa menjawab dan melanjutkan berjalan di sepanjang


jalanan. Para murid-Nya mengikuti-Nya. Mereka mulai berbicara ketika mereka di
luar Hebron.

"Engkau cari masalah, Guru," kata Yudas. "Seorang pelacur, dari semua orang!"

"Yudas, dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa dia akan


melampauimu. Dan sekarang, sebab kau mencela-Ku, apakah yang akan kau
katakan mengenai orang-orang Yudea? Di tempat-tempat paling suci di Yudea kita
telah dicemooh dan diusir… Itu kebenarannya. Akan datang harinya ketika Samaria
dan orang-orang yang tak bertuhan menyembah Allah yang benar, dan umat Allah
ternoda oleh darah dan kejahatan… kejahatan yang jika dibandingkan dengan dosa-
dosa pelacuran yang menjual tubuh mereka dan jiwa mereka, maka pelacuran akan
merupakan suatu yang sangat tak berarti. Aku tak dapat berdoa di makkam sanak-
saudara-Ku dan juga di makam Samuel orang benar. Tak mengapa. Beristirahatlah,
tulang-belulang suci, bersukacitalah, jiwa-jiwa yang tinggal di dalamnya.
Kebangkitan pertama sudah dekat. Kemudian akan tiba harinya ketika kalian akan
diperlihatkan kepada malaikat-malaikat sebagai jiwa-jiwa hamba Allah."

Yesus berhenti berbicara dan penglihatan pun berakhir.

518
BAB 78. YESUS DI KERIOT. KEMATIAN SAUL TUA

14 Januari 1945

Aku berada di bawah kesan bahwa bagian paling curam, yakni jalinan paling dekat
dari pegunungan Yudea, adalah antara Hebron dan Yuta. Tapi aku mungkin keliru,
dan lembah ini mungkin lebih luas, terbuka pada cakrawala yang lebih luas, dengan
pegunungan-pegunungan terpencil muncul di sana sini, tanpa membentuk suatu
rantai yang sesungguhnya. Ini mungkin sebuah lembah di antara dua rantai
pegunungan. Aku tidak tahu. Ini adalah pertama kali aku melihatnya, dan aku
bingung. Ladang-ladangnya tidak terlalu luas, tapi diolah dengan baik dengan
berbagai macam biji-bijian: kebanyakan barley dan gandum hitam. Ada juga
beberapa kebun anggur yang cantik di bagian-bagian yang terpapar matahari. Lebih
tinggi, aku dapat melihat beberapa hutan elok Pinetree dan cemara dan pohon-
pohon khas hutan lainnya. Sebuah jalan yang cukup bagus menghantar ke sebuah
desa kecil.

"Ini daerah pinggiran Keriot. Silahkan datang ke rumah desaku. Ibuku menantikan
Engkau di sana. Kita akan pergi ke Keriot sesudahnya," kata Yudas yang lupa diri
karena gembira.

Aku lupa menyebutkan bahwa hanya Yudas, Simon dan Yohanes yang sekarang
bersama Yesus. Para gembala tidak ada. Mungkin mereka tinggal di padang-padang
rumput Hebron atau mereka sudah kembali ke Betlehem.

"Terserah kau, Yudas, tapi kita bisa berhenti bahkan di sini untuk bertemu ibumu."

"Oh! Tidak! Itu hanya sebuah rumah pertanian. Ibuku datang ke sini pada saat
panen. Tapi dia tinggal di Keriot. Dan tidakkah Engkau ingin orang-orang sekotaku
bertemu dengan-Mu? Tidakkah Engkau ingin memberikan pencerahan-Mu kepada
mereka?"

"Pasti Aku lakukan, Yudas. Tapi kau sudah tahu bahwa Aku tak keberatan dengan
kesederhanaan tempat yang memberi-Ku tumpangan."

"Tapi hari ini Engkau adalah tamuku... dan Yudas tahu bagaimana menyambut
dengan ramah."

Mereka berjalan beberapa yard lebih jauh di antara rumah-rumah yang tersebar di
seluruh pedesaan, sementara para lelaki dan para perempuan mengamati, diteriaki
oleh anak-anak. Jelas bahwa keingintahuan mereka telah bangkit. Yudas pastilah
sudah mengirimkan pesan untuk memberitahu mereka.

"Inilah rumahku yang miskin. Maafkan kesederhanaannya."

519
Tapi, bagaimanapun, rumah itu bukanlah sebuah gubuk: terdiri dari lantai dasar saja
yang besar dan terawat baik, di tengah sebuah kebun buah-buahan yang lebat dan
tengah berbunga. Sebuah jalan kecil milik pribadi yang bersih terbentang dari jalan
besar ke rumah.

"Bolehkah aku pergi mendahului-Mu, Guru?"

"Ya, pergilah."

Yudas pergi.

"Guru, Yudas melakukan hal-hal dengan selera tinggi," kata Simon, "Aku agak
curiga. Tapi sekarang aku yakin. Guru, Engkau sering mengatakan, dan sungguh
tepat, roh… Tapi dia... dia tidak melihat hal-hal dengan cara itu. Dia tidak akan
pernah memahami-Mu… atau mungkin hanya dengan sangat lambat," dia
menambahkan untuk tidak menyedihkan Yesus. Yesus menghela napas panjang
dan diam.

Yudas keluar dengan seorang perempuan berusia sekitar limapuluh tahun. Dia agak
tinggi, namun tidak setinggi puteranya, yang memiliki mata berwarna gelap dan
rambut keriting yang sama. Tapi matanya baik dan agak sedih, sedangkan mata
Yudas sok kuasa dan cerdas.

"Aku menyambut Engkau, Raja Israel," perempuan itu berkata sembari prostratio
dalam suatu penyambutan nyata seorang rakyat. "Ijinkan hamba-Mu memberi-Mu
keramah-tamahan."

"Damai bagimu, perempuan. Dan kiranya Allah besertamu dan puteramu."

"Oh! ya! Bersama puteraku." Kedengarannya lebih seperti sebuah helaan napas
daripada sebuah jawaban.

"Berdirilah, ibu. Aku punya seorang Bunda juga, dan Aku tak dapat membiarkanmu
mencium kaki-Ku. Aku menciummu, perempuan, dalam nama BundaKu. Dia adalah
saudarimu… dalam kasih dan dalam takdir nestapa seorang ibu dari mereka yang
ditandai."

"Apa maksud-Mu, Mesias?" tanya Yudas agak khawatir.

Tetapi Yesus tidak menjawab. Ia merangkul perempuan itu, yang dengan lemah
lembut dibangkitkannya dari tanah dan sekarang Ia cium kedua pipinya. Dan,
dengan menggandeng tangannya, Ia berjalan menuju rumah.

Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan yang sejuk, yang dilindungi dengan tirai-
tirai bergaris pelindung cahaya. Minuman dingin dan buah-buahan segar sudah
dihidangkan. Tapi pertama-tama ibu Yudas memanggil seorang pelayan perempuan
yang membawa masuk air dan nyonya rumah hendak melepaskan sandal Yesus
dan membasuh kaki-Nya yang berdebu. Tetapi Yesus menolak. "Tidak, ibu. Seorang

520
ibu adalah seorang yang terlalu suci, teristimewa jika dia seorang yang jujur dan
baik, seperti engkau, untuk dibiarkan mengambil sikap seorang hamba…"

Sang ibu menatap Yudas... suatu tatapan yang aneh. Dia lalu pergi. Yesus telah
menyegarkan diri. Ketika Ia hendak mengenakan sandal-Nya, perempuan itu
kembali dengan sepasang sandal baru. "Ini, Mesias. Aku pikir aku telah melakukan
yang benar… seperti yang diinginkan Yudas… Dia mengatakan kepadaku: 'Sedikit
lebih panjang dari punyaku, tapi lebarnya sama."

"Tapi kenapa, Yudas?"

"Tidakkah Engkau membiarkanku memberi-Mu suatu hadiah? Bukankah Engkau


Raja-ku dan Allah-ku?"

"Ya, Yudas. Tapi kau tidak harus membebankan begitu banyak kerepotan pada
ibumu. Kau tahu seperti apa Aku…"

"Aku tahu. Engkau kudus. Tapi Engkau harus tampil sebagai seorang Raja yang
kudus. Begitulah caranya bagaimana orang membuat dirinya mengesankan. Di
dunia, di mana sembilan per sepuluh dari orang-orang desa adalah orang-orang
bodoh, kita harus membuat diri kita mengesankan dengan penampilan kita.
Percayalah padaku."

Yesus telah mengencangkan tali-temali kulit berwarna merah dari sandal baru-Nya,
yang sampai ke mata kaki-Nya. Sandal itu jauh lebih bagus dari sandal pekerja-Nya
yang sederhana, dan serupa dengan sandal Yudas, yang seperti sepatu dengan
bagian terbuka yang memperlihatkan bagian-bagian kaki-Nya.

"Juga jubahnya, Raja-ku. Aku menyiapkannya untuk Yudas... Tapi dia


menghadiahkannya kepada-Mu. Sehelai jubah linen: sejuk dan baru. Ijinkan seorang
ibu mengenakannya pada-Mu… seolah Engkau adalah puteranya sendiri."

Yesus sekali lagi menatap Yudas... tetapi tidak berbicara. Dia melepaskan tali dari
jubah-Nya, sekeliling leher-Nya, dan membiarkan jubah lebar-Nya jatuh ke lantai dan
dengan demikian mengenakan hanya jubah dalam-Nya yang pendek. Perempuan itu
mengenakan pada-Nya pakaian baru yang indah. Dia menawari-Nya ikat pinggang,
yang berupa jalinan penuh sulaman, darimana sebuah tali terjuntai, dihiasi dengan
jumbai-jumbai yang sangat tebal. Yesus tentunya merasa nyaman dalam balutan
pakaian yang bersih dan sejuk, tapi Ia tidak kelihatan terlalu senang. Sementara itu
yang lainnya sudah membasuh diri.

"Ayo, Guru. Buah-buahan ini berasal dari kebunku yang miskin. Dan ini air
bercampur madu, yang disiapkan oleh ibuku. Mungkin, Simon, kau lebih suka
anggur putih ini. Minumlah. Itu adalah anggur dari kebun anggurku. Dan bagaimana
denganmu, Yohanes? Apakah kau mau minuman yang sama seperti Guru?" Yudas
meluap gembira saat menuangkan minuman ke cawan-cawan perak yang indah,
dan dengan demikian menunjukkan kekayaannya.

521
Ibunya tidak terlalu banyak bicara. Dia menatap… menatap… pada Yudas, dan
terlebih lagi pada Yesus, dan ketika Yesus, sebelum makan, menawarinya buah
yang terbaik (mungkin aprikot yang sangat besar, buah-buahan merah kuning, yang
pasti bukan apel) dan Ia mengatakan kepadanya: "Pertama-tama untuk ibu, selalu"
matanya berlinang airmata.

"Ibu, apakah sisanya siap?" tanya Yudas.

"Ya, nak. Aku pikir aku sudah melakukan semuanya dengan baik. Tapi aku
dibesarkan di sini dan aku selalu tinggal di sini dan aku tidak tahu... aku tidak tahu
kebiasaan raja-raja."

"Kebiasaan yang mana, perempuan? Raja yang mana? Apa yang telah kau lakukan,
Yudas?"

"Bukankah Engkau Raja Israel yang dijanjikan? Sudah saatnya dunia harus
menyalami-Mu demikian, dan itu harus terjadi pertama kali di sini, di kotaku, dalam
rumahku. Aku menghormati-Mu demikian. Demi kebaikanku, dan demi hormat bagi
nama-Mu: Mesias, Kristus, Raja, yang diberikan para Nabi kepada-Mu atas perintah
Yahweh, jangan berbohong kepadaku."

"Perempuan, teman-teman, silakan. Aku harus berbicara kepada Yudas. Aku ada
pengajaran yang tepat untuknya."

Sang ibu dan para murid undur diri.

"Yudas: apa yang sudah kau lakukan ini? Apakah kau begitu sedikit memahami-Ku
sejauh ini? Mengapa merendahkan-Ku ke tingkat menjadikan-Ku hanya seorang
yang berkuasa dari dunia, bukan: seorang yang menaruh minat untuk menjadi
penguasa? Dan tidak mengertikah kau bahwa itu adalah suatu pelanggaran, bukan,
suatu penghalang bagi misi-Ku? Ya. Jangan menyangkal. Ini suatu penghalang.
Israel ada di bawah kuasa Roma. Kau tahu apa yang terjadi jika mereka bangkit
melawan Roma dengan mengangkat seorang yang seperti seorang pemimpin rakyat
dan membangkitkan kecurigaan akan menimbulkan suatu pemberontakan. Baru
beberapa hari yang lalu kau mendengar betapa tanpa ampunnya mereka terhadap
seorang Kanak-kanak sebab mereka takut Ia akan menjadi seorang raja menurut
dunia. Dan meski begitu kau!...

Oh! Yudas! Apakah yang kau harapkan dari kekuasaan daging? Apakah yang kau
harapkan? Aku memberimu waktu untuk berpikir dan memutuskan. Aku berbicara
kepadamu dengan sangat jelas dari saat pertama. Aku juga menyuruhmu pergi
sebab Aku tahu… sebab Aku tahu, Aku membaca dan melihat apa yang ada dalam
dirimu. Mengapakah kau ingin mengikuti Aku, jika kau tidak ingin menjadi seperti
yang Aku inginkan? Pergilah, Yudas. Janganlah mencelaikai dirimu sendiri dan
janganlah mencelakai Aku… Pergilah. Itu lebih baik bagimu. Kau bukan seorang
pekerja yang layak untuk tugas ini. Ini jauh lebih tinggi di atasmu. Dalam dirimu ada
kesombongan, ada ketamakan dan semua ketiga cabang-cabangnya, ada
522
keangkuhan… bahkan ibumu harus takut kepadamu… kau condong pada
kepalsuan… Tidak, pengikut-Ku tidak boleh seperti itu. Yudas, aku tidak
membencimu, Aku tidak mengutukmu. Aku hanya mengatakan kepadamu, dan Aku
mengatakannya dengan duka seorang yang tahu bahwa dia tak dapat mengubah
orang yang dia kasihi, Aku hanya mengatakan kepadamu: pergiah di jalanmu,
tentukan jalanmu di dunia, sebab itulah apa yang kau inginkan, tapi jangan tinggal
bersamaku.

Hidup-Ku!... Istana kerajaan-Ku! Betapa kecil dan tak berartinya! Tahukah kau di
mana Aku akan menjadi seorang Raja? Bilakah Aku akan dimaklumkan sebagai
Raja? Ketika Aku ditinggikan, di atas sebuah kayu aib dan darah-Ku sendiri akan
menjadi jubah ungu-Ku, dan mahkota-Ku adalah karangan onak duri dan dan
lencana-Ku adalah sehelai poster cemoohan dan kutukan dari semua orang, orang-
orang-Ku, akan menjadi terompet, rebana, organ, sitar yang menyalami
pemakluman sang Raja. Dan tahukah kau atas perbuatan siapa semua ini akan
terjadi? Atas perbuatan dia yang tidak mengerti Aku. Dia yang tidak akan mengerti
sama sekali. Dia, yang hatinya adalah sebuah perunggu kosong, yang dipenuhi
kesombongan, sensualitas dan ketamakan dengan humor mereka, yang akan
membuahkan lilitan-lilitan ular yang akan digunakan untuk membelenggu-Ku dan…
untuk mengutuki dia. Yang lain tidak begitu sadar akan takdir-Ku. Tolong jangan
katakan kepada mereka. Marilah kita simpan ini untuk kita sendiri. Bagaimanapun,
ini sebuah teguran… dan kau akan diam untuk menghindari perkataan: 'Aku
ditegur'… Apakah itu jelas, Yudas?"

Yudas wajahnya begitu merah padam, hingga dia tampak ungu. Dia berdiri di
hadapan Yesus, malu, kepalanya tertunduk… Dia jatuh berlutut dan dia menangis
dengan kepalanya pada pangkuan Yesus: "Aku mengasihi Engkau, Guru. Jangan
tolak aku. Ya, aku sombong dan bodoh, tapi jangan usir aku. Tidak. Guru. Aku tidak
akan pernah melakukannya lagi. Engkau benar. Aku tanpa pikir. Tapi ada kasih
dalam kesalahanku. Aku ingin menghormati Engkau… dan aku ingin yang lain
menghormati Engkau juga… sebab aku mengasihi Engkau. Engkau berkata begitu
tiga hari yang lalu: 'Apabila kau melakukan suatu kesalahan tanpa niat jahat,
melainkan karena ketidaktahuan, maka itu bukan suatu kesalahan, melainkan suatu
penilaian yang tidak sempurna: seperti kesalahan anak-anak, dan Aku di sini untuk
mendewasakan kalian.' Di sini aku, di sini terpuruk di atas pangkuan-Mu… Kau
bilang Kau akan menjadi seorang ayah bagiku… dan aku di sini di atas pangkuan-
Mu seolah itu adalah pangkuan ayahku, dan aku mohon Engkau mengampuni aku,
dan men-'dewasa'kan aku, seorang dewasa yang kudus… Jangan usir aku, Yesus,
Yesus, Yesus… Tidak semuanya jahat dalam diriku. Engkau tahu: aku
meninggalkan segala sesuatu demi Engkau dan aku datang kepada-Mu. Engkau
jauh lebih dari sekedar kehormatan dan kemenangan yang aku terima dalam
melayani orang lain. Engkau sungguh kekasih bagi Yudas yang malang dan tak
bahagia yang tak hendak memberikan apapun kepada-Mu selain dari sukacita, dan
tapi malahan sebaliknya menjadi penyebab dukacita bagi-Mu…"

523
"Tak apa, Yudas. Aku memaafkanmu sekali lagi..." Yesus kelihatan letih… "Aku
memaafkanmu, berharap… berharap bahwa di masa mendatang kau akan
memahami Aku."

"Ya Guru. Tapi, sekarang, jangan berbohong kepadaku, jika tidak aku akan
ditertawakan. Semua orang di Keriot tahu bahwa aku datang bersama Keturunan
Daud, Raja Israel... dan seluruh kota sudah melakukan persiapan untuk menyambut
Engkau… Aku pikir aku melakukan suatu yang baik… menunjukkan kepada-Mu apa
yang harus dilakukan orang agar dihormati dan ditaati… dan aku juga ingin
menunjukkan kepada Yohanes dan Simon, dan melalui mereka, semua yang lain
yang mengasihi Engkau tapi memperlakukan-Mu setara dengan mereka… Juga
ibuku akan diejek, sebagai ibu dari seorang pendusta gila. Demi dia, Tuhan-ku…
Dan aku bersumpah bahwa aku…"

"Jangan bersumpah kepada-Ku. Bersumpahlah kepada dirimu sendiri, jika kau


dapat, bahwa kau tidak akan melakukan dosa yang begitu lagi. Demi ibumu dan
orang-orang sekotamu Aku tidak akan mempermalukanmu dengan pergi tanpa
mampir di sini. Berdirilah."

"Apakah yang akan Engkau katakan kepada yang lain?"

"Kebenaran…"

"Tidak, jangan."

"Kebenaran: bahwa Aku memberimu pengajaran untuk hari ini. Adalah selalu
mungkin untuk mengatakan kebenaran dengan cara yang penuh kasih. Ayo kita
pergi. Panggillah ibumu dan yang lain."

Yesus agak keras. Dia tersenyum kembali hanya ketika Yudas datang bersama
ibunya dan para murid. Perempuan itu menatap Yesus, dia berbesar hati ketika dia
melihat disposisi-Nya yang lemah lembut. Aku mendapat kesan bahwa dia stress
berat.

"Kita pergi ke Keriot? Aku sudah beristirahat dan Aku ingin berterima kasih
kepadamu, ibu, untuk segala kebaikanmu. Kiranya Surga mengganjarimu dan
mengaruniakan istirahat dan damai kepada almarhum suamimu, demi segala
kebaikanmu kepada-Ku."

Perempuan itu mencoba mencium tangan-Nya, tetapi Yesus membelai kepalanya


dan dengan demikian mencegah dia melakukannya.

"Kereta sudah siap, Guru. Ayo."

Di luar, pada kenyataannya, sebuah kereta lembu baru saja tiba. Sebuah kereta
yang nyaman, di mana mereka telah menempatkan bantal-bantal sebagai tempat
duduk dan sebuah tenda merah sebagai penutup.

524
"Naiklah, Guru."

"Ibumu, yang pertama."

Perempuan itu naik dan lalu Yesus dan yang lainnya.

"Duduklah di sini, Guru." (Yudas tidak lagi memanggil-Nya raja).

Yesus duduk di depan, dan Yudas duduk di sebelah-Nya. Perempuan dan para
murid di belakang. Kusir menghela lembu yang berjalan di samping mereka.

Suatu perjalanan jarak dekat: sekitar empatratus meter, mungkin lebih sedikit.
Rumah-rumah pertama di Keriot sekarang tampak dan kelihatannya seperti sebuah
kota kecil yang lumayan baik. Seorang anak laki-laki di jalan yang bermandikan
matahari mengamati dan dia segera menghambur pergi. Ketika kereta tiba di rumah-
rumah pertama, mereka yang terkemuka bersama orang banyak menyambut-Nya;
rumah-rumah dihiasi dengan tirai-tirai dan ranting-ranting. Orang banyak berteriak
gembira dan membungkuk dalam. Yesus, dari ketinggian tahta-Nya yang
bergoyang-goyang, tak dapat tidak menyalami mereka dan memberkati mereka.

Kereta bergerak maju dan sesudah melintasi sebuah alun-alun berbelok masuk ke
sebuah jalan, di mana kereta berhenti di depan sebuah rumah yang pintunya sudah
terbuka lebar. Dua atau tiga perempuan berdiri di pintu. Kereta berhenti dan mereka
turun dari kereta. "Rumahku adalah rumah-Mu, Guru."

"Damai baginya, Yudas. Damai dan kudus."

Mereka masuk. Setelah aula ada sebuah ruangan besar, dengan dipan-dipan
rendah dan perabotan bertatah. Orang-orang terhormat setempat dan orang-orang
lain masuk bersama Yesus. Ada banyak orang membungkuk hormat dan penuh rasa
ingin tahu: suatu sukacita yang gemerlap. Seorang penatua yang mengesankan
menyampaikan pidato: "Suatu kehormatan besar bagi tanah Keriot boleh menerima-
Mu, Tuan-ku. Suatu keuntungan besar! Suatu hari yang membahagiakan! Suatu
keuntungan besar menerima-Mu dan melihat bahwa seorang putera Keriot adalah
sabahat-Mu dan asisten-Mu. Kiranya dia diberkati sebab dia bertemu Engkau
sebelum yang lainnya! Dan semoga Engkau diberkati sepuluh kali sepuluh kali lipat
sebab Engkau telah menyingkapkan Diri-Mu: Engkau adalah dia Yang dinanti-
nantikan dari generasi ke generasi. Berbicaralah, Tuhan-ku dan Raja-ku. Hati kami
antusias untuk mendengarkan perkataan-Mu, bagai tanah yang kering kerontang
oleh musim panas yang terik menantikan hujan lembut pertama di bulan
September."

"Terima kasih kepada siapapun engkau. Terima kasih. Dan terima kasih kepada
warga di sini yang hatinya telah menghormati Sabda Bapa, dan Bapa Yang
Sabdanya adalah Aku. Sebab kalian harus mengerti bahwa puji syukur dan hormat
ditujukan bukan bagi Putra Manusia, Yang berbicara kepada kalian, melainkan bagi
Allah Yang Mahatinggi, atas masa damai ini masa di mana Ia membangun kembali

525
hubungan kebapakan yang putus dengan anak-anak manusia. Marilah kita
memuliakan Allah yang benar, Allah Abraham Yang berbelas-kasihan dan mengasihi
umat-Nya dan menganugerahkan kepada mereka Penebus yang dijanjikan.
Kemuliaan dan pujian bukan bagi Yesus, hamba Kehendak Abadi, melainkan bagi
Kehendak yang mengasihi."

"Perkataan-Mu adalah perkataan seorang kudus: aku adalah kepala sinagoga. Hari
ini bukan hari Sabat. Tapi, datanglah ke rumahku, untuk menjelaskan Hukum, sebab
Engkau diurapi lebih dengan Kebijaksanaan, daripada minyak kerajaan."

"Aku akan datang."

"Mungkin Tuhan-ku lelah..."

"Tidak, Yudas, Aku tidak pernah lelah berbicara tentang Allah dan Aku tidak pernah
ingin mengecewakan hati manusia."

"Marilah, jika demikian," desak kepala sinagoga. "Seluruh Keriot ada di luar sana
menantikan Engkau."

"Mari kita pergi."

Mereka pergi keluar. Yesus di antara Yudas dan kepala sinagoga, sekeliling mereka
adalah orang-orang terpandang dan khalayak ramai. Yesus berjalan melewati
mereka seraya memberkati.

Sinagoga berada di alun-alun. Mereka masuk. Yesus pergi ke mimbar. Ia mulai


berbicara, kemilau dalam jubah indah-Nya, Wajah-Nya menginspirasi, lengan-
lengan-Nya terentang dalam sikap biasanya.

"Orang-orang Keriot, Sabda Allah sedang berbicara kepada kalian. Dengarkanlah. Ia


Yang sedang berbicara kepada kalian tiada lain adalah Sabda Allah. Kuasa-Nya
berasal dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa sesudah Israel diinjili. Kiranya hati
dan pikiran kalian terbuka pada kebenaran, agar kalian dapat dibebaskan dari
kesalahan dan kebingungan.

Yesaya mengatakan: 'Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap
jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. Sebab seorang Anak telah
lahir untuk kita, seorang Putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada
di atas bahu-Nya, dan nama-Nya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.' Itulah Nama-Ku. Kita serahkan kepada
Kaisar dan Raja Wilayah kurban-kurban mereka. Aku akan melakukan perampasan.
Tapi bukan perampasan yang pantas untuk dihukum oleh api. Sebaliknya Aku akan
merenggut dari api Setan banyak dari para kurbannya dan Aku akan membawa
mereka ke Kerajaan Damai, di mana Aku adalah Raja, dan ke abad mendatang:
masa abadi di mana Aku adalah Bapa.

526
'Allah,' kata Daud, dari keturunan siapa Aku berasal, seperti dinubuatkan oleh
mereka yang melihat masa mendatang karena kekudusan mereka yang begitu
berkenan bagi Allah, hingga Ia memilih mereka sebagai para utusan-Nya, 'Allah
memilih satu saja... putraku… tetapi karyanya agung: istana ini bukan untuk manusia
melainkan untuk Allah.' Demikianlah. Allah, Raja segala raja, memilih satu orang
saja: PutraNya, untuk membangun rumah-Nya dalam hati manusia. Dan Ia telah
menyediakan materialnya. Oh! Betapa banyak emas cinta kasih! dan tembaga,
perak, besi, kayu-kayu langka dan batu-batu mulia! Semuanya itu disatukan dalam
Sabda-Nya Yang mempergunakannya untuk membangun kediaman Allah dalam diri
kalian. Tapi jika manusia tidak membantu Tuhan, maka Tuhan akan membangun
tempat kediaman-Nya dengan sia-sia. Orang harus menanggapi emas dengan
emas, perak dengan perak, tembaga dengan tembaga, besi dengan besi. Yakni,
kasih harus diberikan untuk kasih, pengendalian diri demi melayani Kemurnian,
ketekunan untuk setia, kekuatan untuk berkanjang. Dan orang haruslah membawa
batu-batu hari ini, kayu esok hari: kurban hari ini, perbuatan esok hari dan
demikianlah membangun. Kalian harus senantiaa membangun Bait Allah dalam hati
kalian.

Sang Guru, Mesias, Raja dari Israel yang abadi dan dari umat Allah yang abadi,
memanggil kalian. Tapi Ia ingin kalian murni untuk karya itu. Buang kesombongan:
pujian hanya bagi Allah. Buang pikiran-pikiran manusia: Kerajaan adalah milik Allah.
Jadilah rendah hati dan katakan bersama-Ku: 'Semua adalah milik-Mu, Bapa.
Semua yang baik adalah milik-Mu. Ajarilah kami bagaimana mengenal-Mu dan
melayani-Mu dalam kebenaran.' Katakan: 'Siapa aku ini?' Dan akui bahwa kalian
hanya akan menjadi sesuatu hanya jika kalian menjadi tempat kediaman yang murni
ke dalam mana Allah dapat turun dan beristirahat.

Kalian semua adalah peziarah dan orang-orang asing di dunia ini, belajarlah
bagaimana berkumpul bersama dan maju menuju Kerajaan terjanji. Jalannya:
perintah-perintah yang ditaati bukan karena takut akan hukuman, melainkan demi
cinta kepada-Mu, Bapa yang kudus. Tabutnya: suatu hati yang sempurna di mana
manna kebijaksanaan yang memberi hidup disimpan sebagai pusaka dan cabang
dari kehendak yang murni pasti berbunga. Dan datanglah kepada Terang dunia,
agar rumah-rumah kalian dapat menjadi cemerlang oleh terang. Aku membawakan
Terang bagi kalian. Tak ada yang lain. Aku tak punya kekayaan dan Aku tidak
menjanjikan kemuliaan duniawi. Tapi Aku punya segala kekayaan adikodrati BapaKu
dan Aku menjanjikan kemuliaan abadi Surgawi kepada mereka yang mau mengikuti
Allah dengan kasih dan kemurahan hati. Damai beserta kalian."

Orang-orang yang telah mendengarkan dengan seksama, mulai berbisik-bisik


gelisah agaknya. Yesus berbicara kepada kepala sinagoga. Orang-orang lain,
mungkin kaum terkemuka, menggabungkan diri dalam kelompok.

"Guru, tapi bukankah Engkau Raja Israel? Kami diberitahu…"

527
"Ya."

"Tapi Engkau mengatakan..."

"Bahwa Aku tak punya pun tak menjanjikan kekayaan duniawi. Aku tak dapat
berbicara selain dari kebenaran. Ya, memang demikian. Aku tahu apa yang kalian
pikirkan. Tapi kesalahannya ada pada salah tafsir dan hormat kalian yang besar
kepada Yang Mahatinggi. Kalian diberitahu: 'Mesias akan datang' dan kalian pikir,
seperti banyak orang di Israel, bahwa Mesias dan Raja adalah hal yang sama.
Naikkan pikiran kalian lebih tinggi. Lihatlah langit musim panas yang indah ini.
Apakah kalian pikir itu berakhir di sana, di mana udara kelihatan seperti sebuah
kubah safir? Tidak, lapisan-lapisan yang paling murni, yang paling biru ada di
atasnya, tinggi setinggi Firdaus, yang tak dapat dibanyangkan seorang pun, di mana
Mesias akan memimpin semua mereka yang benar yang mati dalam Tuhan.
Perbedaan yang sama ada antara Kerajaan Mesias, sebagaimana dimengerti oleh
manusia, dan Kerajaan-Nya yang sebenarnya: yang sepenuhnya ilahi."

"Tetapi akankah kami, orang-orang malang, dapat menaikkan pikiran kami begitu
tinggi?"

"Ya, hanya jika kalian menginginkannya. Dan jika kalian menginginkannya, Aku akan
menolong kalian."

"Bagaimana kami seharusnya menyebut-Mu, jika Engkau bukan seorang raja?"

"Sebut Aku Guru, atau Yesus, sesuka kalian. Aku Guru dan Aku Yesus,
Juruselamat."

Seorang laki-laki tua mengatakan: "Dengarkanlah, Tuhan-ku. Beberapa waktu yang


lalu, lama berselang, pada saat dekrit, kami mendengar di sini bahwa Juruselamat
dilahirkan di Betlehem... dan aku pergi ke sana bersama orang-orang lain... aku
melihat seorang Bayi mungil, persis sama seperti semua bayi yang baru dilahirkan
lainnya. Tapi aku menyembah-Nya dengan iman. Kemudian aku dengar bahwa ada
seorang kudus, yang namanya adalah Yohanes. Yang manakah Mesias yang
sebenarnya?"

"Ia Yang engkau sembah. Yang lainnya adalah Perintis Jalan-Nya: seorang kudus
besar di mata Yang Mahatinggi. Tapi dia bukan Mesias."

"Apakah itu Engkau?"

"Itu Aku. Dan apakah yang engkau lihat di sekeliling Kanak-kanak yang baru
dilahirkan?"

"Kemiskinan dan kebersihan, kejujuran dan kemurnian... Seorang tukang kayu yang
berwibawa dan baik hati, yang namanya adalah Yosef, seorang tukang kayu tapi
dari Keturunan Daud, seorang ibu muda, cantik dan baik hati, yang namanya adalah
Maria, yang di hadapan keanggunan-Nya bunga-bunga mawar Engedi yang paling

528
elok tampak pucat dan bunga-bunga lili dari petak-petak bunga kerajaan tampak
buruk bentuknya, dan seorang Kanak-kanak dengan mata biru yang besar dan
rambut emas pucat… Aku tidak melihat yang lainnya… Dan aku masih dapat
mendengar suara sang Bunda yang berkata kepadaku: 'Atas nama AnakKu Aku
katakan kepadamu: semoga Allah bersamamu hingga perjumpaan abadi dan
semoga Rahmat-Nya turun atasmu dalam perjalananmu.' Aku delapanpuluh empat
tahun… perjalananku sudah menjelang akhir. Aku tak lagi berharap bertemu dengan
Rahmat Allah. Sebaliknya aku menemukan Engkau… dan sekarang aku tak
berharap melihat terang lain selain dari terang-Mu… Ya. Aku melihat Engkau
sebagaimana Engkau adanya dalam pakaian kerahiman ini, yang adalah daging
yang Engkau kenakan. Aku melihat Engkau! Dengarkanlah suara seorang yang
melihat Terang Allah sementara dia di ambang ajal!"

Orang-orang berdesakan sekeliling laki-laki tua yang terinpirasi itu, yang ada dalam
kelompok Yesus. Tak lagi bertumpu pada tongkat bantu jalannya, dia
mengedangkan lengan-lengannya yang gemetar dan mengangkat kepalanya yang
putih, yang, dengan jenggotnya yang terbelah dua, kelihatan seperti kepala seorang
patriark atau seorang nabi.

"Aku melihat-Nya: Yang Terpilih, Yang Mahamulia, Yang Sempurna, Yang turun ke
sini karena kasih, aku melihat-Nya naik kembali ke sisi kanan Bapa dan menjadi
Satu dengan-Nya. Tapi… Oh! Ia bukan sekedar Suara atau Esensi tanpa tubuh,
seperti Musa melihat Yang Mahatinggi, atau seperti dalam Kejadian dikatakan
bagaimana Orangtua Pertama kita mendengar-Nya dan berbicara kepada-Nya
dalam hembusan angin sore. Aku melihat-Nya sebagai Daging yang nyata naik
kepada Bapa yang Kekal. Daging yang Menyala! Daging yang Mulia! Oh!
Keagungan Daging Ilahi! Oh! Betapa elok Manusia-Allah! Ia adalah Raja! Ya. Raja.
Bukan raja Israel: tapi raja dunia. Semua kerajaan dunia tunduk pada-Nya dan
segala tongkat kuasa dan mahkota pudar dalam semarak tongkat kuasa dan
permata-Nya. Pada kepala-Nya ada mahkota dan pada tangan-Nya ada tongkat
kuasa. Ia mengenakan rasio pada dada-Nya: yang bertahtakan butir-butir mutiara
dan batu-batu delima, yang kemilaunya tiada pernah terlihat sebelumnya. Api
memancar darinya seolah itu adalah suatu tungku perapian yang bernyala-nyala.
Ada dua batu delima pada kedua pergelangan tangan-Nya dan gesper-gesper
bertahtakan batu-batu delima pada kaki-Nya yang kudus. Ada begitu banyak cahaya
dari batu-batu delima! Kekaguman, orang-orang, Raja Abadi! Aku melihat Engkau!
Aku melihat Engkau! Aku naik bersama Engkau… Ah! Tuhan! Penebus kami!...
Terang semakin bertambah dalam jiwaku… Raja berhiaskan Darah-Nya Sendiri!
Mahkota-Nya adalah karangan onak duri yang berdarah. Tongkat kuasanya adalah
sebuah salib… Inilah Manusia itu! Ia di sini! Itu Engkau!... Tuhan, demi kurban-Mu
kasihanilah hamba-Mu, Yesus, aku serahkan jiwaku ke dalam kerahiman-Mu." Laki-
laki tua, yang selama itu berdiri, diremajakan kembali oleh api nubuat, sekonyong-
konyong roboh dan pastilah terjatuh andai Yesus tidak cepat mendekapkannya pada
dada-Nya.

529
"Saul."

"Saul sekarat!"

"Tolong!"

"Cepat."

"Damai bagi orang benar yang sedang di ambang ajal," kata Yesus, Yang dengan
perlahan-lahan berlutut untuk menopang si orang tua, yang telah menjadi semakin
dan semakin berat.

Ada keheningan.

Kemudian Yesus membaringkannya di atas tanah. Dan Ia berdiri. "Damai bagi


jiwanya. Ia wafat dengan melihat Terang. Dalam penantiannya yang akan menjadi
masa yang singkat, dia akan sudah melihat wajah Allah dan akan berbahagia. Tak
ada kematian, itu adalah perpisahan dari hidup, bagi mereka yang meninggal dalam
Tuhan."

Orang-orang, setelah beberapa saat, pergi dengan berkomentar. Para tua-tua,


Yesus, para murid-Nya dan kepala sinagoga tetap tinggal.

"Apakah dia bernubuat, Tuhan?"

"Matanya melihat Kebenaran. Mari kita pergi."

Mereka pun keluar.

"Guru, Saul meninggal terpesona oleh Roh Allah. Kami menyentuhnya, apakah kami
tahir atau najis?"

"Najis."

"Dan bagaimana dengan Engkau?"

"Aku sama seperti yang lainnya. Aku tidak mengubah Hukum. Hukum adalah hukum
dan bangsa Israel mentaatinya. Kita najis. Dalam hari ketiga atau hari ketujuh kita
harus menerima pentahiran. Sampai saat itu, kita najis. Yudas, Aku tidak akan
kembali ke rumah ibumu. Aku tak ingin membawa kenajisan ke rumahnya. Kirimkan
pesan kepadanya lewat seseorang yang dapat pergi ke sana. Damai bagi kota ini.
Mari kita pergi."

Aku tidak melihat apa-apa lagi.

#----------------------------------------------------------------#

530

Você também pode gostar