Você está na página 1de 29

STRATEGI MAHASISWA PENDIDIKAN VOKASI SEBELUM

MEMASUKI DUNIA KERJA PADA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi

Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional

OAV 3

Diajukan oleh:

1. Ibnu Affan Mahesa Putra (16661012)

2. Diki Suganda (16651045)

3. Batoteng, Gloria Adelaide (16651027)

Politeknik Negeri Samarinda

Kota Samarinda

2019
STRATEGI MAHASISWA PENDIDIKAN VOKASI SEBELUM
MEMASUKI DUNIA KERJA PADA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Ibnu Affan Mahesa Putra (ibnualaffan@gmail.com)

Diki Suganda (dikisugandaputra@gmail.com)

Batoteng, Gloria Adelaide (gloria_adelaide@yahoo.com)

Politeknik Negeri Samarinda

2019

OLIMPIADE AKUNTANSI VOKASI III

Politeknik Negeri Samarinda

2019

i
Abstract
Changes in current and future labor needs fast reaction as a result of the fourth industrial revolution
4.0. The 4th industrial revolution has technological features that blend with society and the human
body, robotics, computational quantum, biotechnology, 3D printing, automation of vehicles,
internet, blended virtual and physical systems. These conditions will affect the performance of
vocational education that is ready for graduates to work, especially in terms of curriculum
development, how to adapt and change readiness of the educators. Changes in learning in
accordance with the era of industrial revolution 4.0 will have an impact on the role of ideal
vocational education roles educator. If the role of educators is retained as a deliver of knowledge,
they will lose their role by enhancing their technology and learning methods. These conditions must
be addressed by increasing the competence of educators who support knowledge for exploration
and creation through independent learning. The definition of new offenders should be immediately
discovered through searching and research on seven domains in the vocational teacher's teaching
competence. Vocational education must learn and work with industry through various data. In
addition, educators should develop their own expertise including how the learners' data, career
guidance through big data utilization, so that educators and learners can immediately adapt to the
changes of industrial revolution 4.0.
Keywords: Industrial Revolution, Vocational Education, New Competencies
Abstrak
Perubahan kebutuhan tenaga kerja saat ini dan masa depan sudah mulai terlihat perubahannya akibat
revolusi industri ke empat. Revolusi industri ke 4 mempunyai ciri teknologi yang menyatu dengan
masyarakat dan tubuh manusia, robotik, quantum komputasi, bioteknologi, 3D printing, otomasi
kendaran, internet, sistem virtual dan fisik bekerjasama yang secara global. Kondisi ini akan
memengaruhi kinerja pendidikan vokasi yang menyiapkan lulusannya untuk bekerja, khususnya
dalam hal pengembangan kurikulum, penyesuaian perangkat pembelajaran dan kesiapan berubah
para pendidiknya. Perubahan dalam pembelajaran sesuai dengan era Revolusi industri 4.0 akan
berdampak pada peran pendidikan vokasi khususnya peran pendidiknya. Jika peran pendidik masih
mempertahankan sebagai penyampai pengetahuan, maka mereka akan kehilangan peran seiring
dengan perkembamgan teknologi dan perubahan metode pembelajarannya. Kondisi tersebut harus
diatasi dengan menambah kompetensi pendidik yang mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan
penciptaan melalui pembelajaran mandiri. Definisi kompetensi baru harus segera ditemukan melalui
penelusuran dan penelitian tentang tujuh domain dalam kompetensi mengajar guru vokasi. Pelaku
pendidikan vokasi harus belajar cepat berubah bekerjasama dengan industri dan mengenali
kompetensi baru seperti apa yang dibutuhkan oleh industri melalui pemanfaatan berbagai data.
Selain itu, pendidik harus mengembangkan keahliannya sendiri termasuk bagaimana mengelola data
peserta didik, bimbingan karir melalui pemanfaatan big data, sehingga pendidik dan peserta didik
dapat segera beradaptasi terhadap perubahan Revolusi industri 4.0.

Kata kunci: Revolusi Industri 4.0, pendidikan vokasi, kompetensi baru

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta,
berkat Ridho-Nya, akhirnya kami mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Strategi Mahasiswa Pendidikan Vokasi Sebelum Memasuki Dunia Kerja
Pada Revolusi Industri 4.0”. Dalam penyusunan karya tulis ini, kami banyak
mendapat tantangan dan hambatan, namun dengan bantuan dari berbagai pihak
semua itu bisa teratasi dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu,
sudah sepantasnya bagi kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. H. Ibayasid M.Sc., selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.
2. Bapak Said Keliwar, S.ST.Par.,MSc., selaku Wakil Direktur Bidang
Kemahasiswaan yang memberikan kesempatan dan dukungan.
3. Bapak Dr. La Ode Hasiara, Drs., S.E., S.E., M.M., M.Pd., Ph.D., Akt., CA.,
selaku dosen pendamping yang telah berupaya memberikan pengarahan kepada
kami terkait dengan penulisan makalah ini.
4. Kedua orang tua kami yang senantiasa tidak henti-hentinya selalu mendoakan
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
5. Teman-teman Politeknik Negeri Samarinda yang memberikan dukungan.
Kami menyadari dengan keterbatasan waktu, dana, dan pengetahuan, maka
tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan, baik dalam bentuk tata
bahasa, kalimat maupun isi, serta pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan kami berikutnya sangat
dibutuhkan. Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana dapat memberi manfaat
yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala dapat memberkati kita semua Aamiin...!
Samarinda, 18 Mei 2019
Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Menghadapi perubahan sosial budaya yang sangat cepat
terutama saat kancah globalisasi peranan pendidikan dalam penguatan karakter
dalam menghadapi kompetisi global memerlukan pemikiran kritis guna
mendapatkan konsep hipotetik. Pendidikan abad milenial memerlukan pengalaman
belajar dan pendewasaan diri dalam menghadapi perubahan sosial, dan adaptasi
dalam tingkat kehidupan sosial yang terus berkembang pada masyarakat global.
Revolusi Industri 4.0 adalah adalah sebuah kondisi pada abad ke-21 ketika terjadi
perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang
mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi.
Istilah revolusi industri 4.0 bermula dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh
pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur (Yahya,
2018). Jerman merupakan negara pertama yang membuat roadmap (grand design)
tentang implementasi ekonomi digital.
Prof Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal Jerman, Pendiri dan Ketua
Eksekutif World Economic Forum (WEF) yang mengenalkan konsep Revolusi
Industri 4.0. Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”,
Prof Schawab (2017) dalam (Rosyadi, 2018) menjelaskan revolusi industri 4.0 telah
mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental. Berbeda dengan revolusi
industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang
lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang
mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua
disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah.

Dalam Future Profession menurut WEF, Sruktur keterampilan abad 21 akan


mengalami perubahan. Pada tahun 2015, struktur keterampilan sebagai berikut; 1)
pemecahan masalah yang kompleks; 2) kerjasama dengan orang lain; 3) manajemen
orang; 4) berpikir kritis; 5) negosiasi; 6) kontrol kualitas; 7) orientasi layanan; 8)
penilaian dan pengambilan keputusan; 9) mendengarkan secara aktif; dan 10);

1
kreativitas. Pada tahun 2020 struktur kerja berubah menjadi; 1) pemecahan masalah
yang kompleks; 2) berpikir kritis; 3) kreativitas; 4) manajemen orang; 5) kerjasama
dengan orang lain 6) kecerdasan emosional; 7) penilaian dan pengambilan
keputusan; 8) orientasi layanan; 9) negosiasi; dan 10) fleksibilitas kognitif (Irianto,
2017). Berikut ini merupakan jenis profesi yang akan dibutuhkan.

Gambar 1 Future Profession (Irianto, 2017)


Pendidikan vokasi yang berada di jalur professional mempunyai tujuan yang
berbeda dengan pendidikan jalur akademi. Pendidikan vokasi lebih mengutamakan
menyiapkan tenaga kerja terampil baik untuk lulusan jenjang pendidikan menengah
(SMK) maupun pendidikan tinggi (Diploma). Sifatnya yang harus menyesuaikan
dengan kebutuhan di dunia kerja menyebabkan sifat pendidikan vokasi yang lebih
lentur dan harus cepat beradaptasi terhadap perubahan. Kurikulum yang terlalu
kaku akan berdampak pada kualifikasi dan kompetensi yang menjauh dari tuntutan
dunia kerja. Tidak terkecuali pendidikan guru vokasi di LPTK yang harus
memikirkan dan bertindak cepat dimulai dari penyesuaian paradigma pembelajaran
yang memasukkan literasi digital pada semua mata kuliah, terutama mata kuliah
vokasional.
Dari pembahasan di atas, peserta didik (Mahasiswa vokasi) harus dapat beradaptasi
dengan kebutuhan tersebut agar siap kerja dalam revolusi industri 4.0. Perguruan
tinggi dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan vokasi yang siap menghadapai
kebutuhan industri. Untuk mewujudkan Future Profession maka diperlukan suatu
strategi. Tulisan ini membahas mengenai konsep penulis dalam mengatasi disrupsi

2
di era digital melalui Future Profession dari World Economic Forum (WEF) dalam
persiapan mahasiswa mengatasi disrupsi di era revolusi industri 4.0.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan
yang dijawab oleh penulis secara spesifik adalah:
1. Bagaimankah Strategi mahasiswa vokasi dalam memasuki dunia kerja di era
revolusi industri 4.0?
2. Bagaimankah Future Profession dari World Economic Forum (WEF) sebagai
bentuk persiapan mahasiswa vokasi menghadapi revolusi industri 4.0?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami mahasiswa vokasi dalam memasuki dunia
kerja di era revolusi industri 4.0.
2. Untuk mengetahui dan memahami Future Profession dari World Economic
Forum (WEF) sebagai bentuk persiapan mahasiswa vokasi menghadapi
revolusi industri 4.0.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dengan adanya penulian ini adalah:
1. Memberikan konsep strategi mahasiswa kepada perguruan tinggi, khususnya
politkenik di Indonesia.
2. Memberikan wawasan dan khasanah ilmu tentang Future Profession di era
revolusi industri 4.0
3. Memberikan gambaran strategi yang harus dilakukan mahasiswa dalam
mengahadapi disrupsi.

3
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Revolusi Industri 4.0


Perkembangan pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya perkembangan dari
revolusi industri yang terjadi di dunia, karena secara tidak langsung perubahan
tatanan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara. Revolusi
industri dimulai dari 1) Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui
penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara
masal, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan
listrik yang membuat biaya produksi menjadi murah, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi
pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi
Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui rekayasa intelegensia
dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia
dan mesin (Prasetyo & Trisyanti, 2018).

Gambar 2. Pekembangan Revolusi Industri 4.0


Kemunculan mesin uap pada abad ke-18 telah berhasil mengakselerasi
perekonomian secara drastis dimana dalam jangka waktu dua abad telah mempu
meningkatkan penghasilan perkapita negara-negara di dunia menjadi enam kali
lipat. Revolusi industri kedua dikenal sebagai Revolusi Teknologi. Revolusi ini
ditandai dengan penggunaan dan produksi besi dan baja dalam skala besar,
meluasnya penggunaan tenaga uap, mesin telegraf. Selain itu minyak bumi mulai

4
ditemukan dan digunakan secara luas dan periode awal digunakannya listrik. Pada
revolusi industri ketiga, industri manufaktur telah beralih menjadi bisnis digital.
Teknologi digital telah menguasai industri media dan ritel. Revolusi industri ketiga
mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer. Revolusi ini telah
mempersingkat jarak dan waktu, revolusi ini mengedepankan sisi real time.
Perubahan besar terjadi dalam sektor industri di era revolusi industri 4.0, kita bisa
melihat saat ini di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan
sepenuhnya di hampir lini kehidupan manusia. Pada era ini hampir seluruh model
bisnis mengalami perubahan besar, dari hulu sampai hilir.
Revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang
didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, peningkatan kekuatan
komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya berbagai analisis kemampuan dan
kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin;
dan 4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D
printing (Lee, Lapira, Bagheri, & Kao, 2013). Prinsip dasar industri 4.0 adalah
penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di
sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara
mandiri (Löffler & Tschiesner, 2010).
Era revolusi industri ini juga dikenal dengan istilah Revolusi digital dan era
disrupsi. Istilah disrupsi dalam bahasa indonesia adalah tercabut dari akarnya.
Menurut (Kasali, 2018) Disrupsi diartikan juga sebagai inovasi. Dari istilah di atas
maka disrupsi bisa diartikan sebagai perubahan inovasi yang mendasar atau secara
fundamental. Di era disrupsi ini terjadi perubahan yang mendasar karena terjadi
perubahan yang masif pada masyarakat dibidang teknologi di setiap aspek
kehidupan masyarakat.
Seperti dijelaskan dalam (RISTEKDIKTI, 2018) Ciri-ciri Era Disrupsi dapat
dijelaskan melalui (VUCA) yaitu Perubahan yang masif, cepat, dengan pola yang
sulit ditebak (Volatility), Perubahan yang cepat menyebabkan kitdak pastian
(Uncertainty), Terjadinya compleksitas hubungan antar faktor penyebab perubahan
(Complexity), Kekurangjelasan arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas
(Ambiguity). Pada Era ini teknologi informasi telah menjadi basis atau dasar dalam
kehidupan manusia termasuk dalam bidang bidang pendidikan di Indonesia,

5
bahkan di dunia saat ini tengah masuk ke era revolusi sosial industri 5.0. Pada Era
Revolusi industri 4.0 beberapa hal terjadi menjadi tanpa batas melalui teknologi
komputasi dan data yang tidak terbatas, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh
perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi
berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari Revolusi Industri
4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi
pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena
otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang dapat membuat pergerakan dunia
industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari
industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence
(Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk pengaplikasian tersebut adalah
penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah,
efektif, dan efisien.
Ada empat desain prinsip Revolusi Industri 4.0. Pertama, interkoneksi (sambungan)
yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan
berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things atau Internet of People.
Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan standar. Kedua, transparansi
informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan
virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk
analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a)
kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan
dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan
memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem
untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak
menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual
dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan
sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas
seefektif mungkin (Hermann, Pentek, & Otto, 2015). Secara sederhana, prinsip
industri 4.0 dapat digambarkan sebagai berikut:

6
Gambar 3. Prinsip Industri 4.0 (Hermann et al., 2015)

2.2 Tantangan Revolusi Industri 4.0


Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di semua
bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital,
dan biologi secara fundamental mengubah pola hidup dan interaksi manusia
(Tjandrawinata, 2016).
Revolusi Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas
manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari
pengalaman hidup sebelumnya. Manusia hidup dalam ketidakpastian (uncertainty)
global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi
masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus merespon perubahan
tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta,
akademisi, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola
menjadi peluang.
Tantangan Revolusi Industri 4.0 sebagai berikut; 1) masalah keamanan teknologi
informasi; 2) keandalan dan stabilitas mesin produksi; 3) kurangnya keterampilan
yang memadai; 4) keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan;
dan 5) hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.
Tantangan Revolusi Industri 4.0 sederhana yaitu; (1) kesiapan industri; (2) tenaga
kerja terpercaya; (3) kemudahan pengaturan sosial budaya; dan (4) diversifikasi dan
penciptaan lapangan kerja dan peluang industri 4.0 yaitu; (1) inovasi ekosistem; (2)
basis industri yang kompetitif; (3) investasi pada teknologi; dan (4) integrasi Usaha

7
Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan (Yahya, 2018). Pemetaan tantangan
dan peluang revolusi industri 4.0 untuk mencegah berbagai dampak dalam
kehidupan masyarakat, salah satunya adalah permasalahan pengangguran. Work
Employment and Social Outlook Trend 2017 memprediksi jumlah orang yang
menganggur secara global pada 2018 diperkirakan mencapai angka 204 juta jiwa
dengan kenaikan tambahan 2,7 juta. Hampir sama dengan kondisi yang dialami
negara barat, Indonesia juga diprediksi mengalami hal yang sama. Pengangguran
juga masih menjadi tantangan bahkan cenderung menjadi ancaman. Tingkat
pengangguran terbuka Indonesia pada Februari 2017 sebesar 5,33% atau 7,01 juta
jiwa dari total 131,55 juta orang angkatan kerja (Badan Pusat Statistik, 2017).
Data BPS 2017 juga menunjukkan, jumlah pengangguran yang berasal dari Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) menduduki peringkat teratas yaitu sebesar 9,27%.
Selanjutnya adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,03%,
Diploma III (D3) sebesar 6,35%, dan universitas 4,98%. Diidentifikasi, penyebab
tingginya kontribusi pendidikan kejuruan terhadap jumlah pengangguran di
Indonesia salah satunya disebabkan oleh rendahnya keahlian khusus dan soft skill
yang dimiliki (Badan Pusat Statistik, 2017).
Secara global, era industrialisasi digital menghilangkan 1-1,5 miliar pekerjaan
sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin
(Gerd Leonhard). Diestimasi 65% murid sekolah dasar di dunia bekerja pada
pekerjaan yang belum pernah ada hari ini (U.S. Department of Labor).
Permasalahan pengangguran dan daya saing sumber daya manusia menjadi
tantangan yang nyata bagi Indonesia. Tantangan yang dihadapi Indonesia juga
ditambah oleh tuntutan perusahaan dan industri. Bank Dunia (2017) melansir
bahwa pasar kerja membutuhkan multiskills lulusan yang ditempa oleh satuan dan
sistem pendidikan, baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.
Indonesia juga diprediksi mengalami bonus demografi pada tahun 2030-2040, yaitu
penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk non
produktif. Jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 64% dari total
penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 297 juta jiwa. Oleh sebab itu,
banyaknya penduduk dengan usia produktif harus diikuti oleh peningkatan kualitas,

8
baik dari sisi pendidikan, keterampilan, dan kemampuan bersaing di pasar tenaga
kerja.
Menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0, Bukit (2014) menjelaskan bahwa
pendidikan kejuruan (Vocational Education) sebagai pendidikan yang berbeda dari
jenis pendidikan lainnya harus memiliki karakteristik sebagai berikut; 1)
berorientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja; 2) justifikasi khusus pada
kebutuhan nyata di lapangan; 3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik,
afektif, dan kognitif; 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah; 5)
kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; 6) memerlukan sarana dan prasarana
yang memadai; dan 7) adanya dukungan masyarakat.
2.3 Hubungan Antara Revolusi Industri 4.0 dengan Pendidikan Vokasi
Menurut Pavlova (2009) pendidikan kejuruan/vokasi adalah menyiapkan peserta
didik untuk bekerja. Pendidikan dan pelatihan kejuruan/vokasi menyiapkan
terbentuknya prilaku, sikap, kebiasaan kerja, dan apreasi terhadap pekerjaan-
pekerjaan yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri (DU-DI), diawasi oleh
masyarakat dan pemerintah atau dalam kontrak dengan lembaga atau badan usaha
serta berbasis produktif. Perilaku, sikap dan kebiasaan kerja yang aktif, kreatif dan
produktif menyenangkan dalam pendidikan kejuruan/vokasi memerlukan
penyesuaian pengembangan bakat dengan program keahlian. Pendidikan
kejuruan/vokasi merupakan pendidikan pengembaangan bakat untuk bekerja dalam
bidang –bidang tertentu.
Dunia kerja saat ini dan masa depan sudah terlihat semakin mengarah pada
pemanfaatan berbagai perangkat digital, perubahan yang sangat cepat dari dunia
kerja atau industri baik industri barang maupun jasa sudah dimulai dengan adanya
revolusi industri ke 4. Revolusi industri ke 4 mempunyai ciri teknologi yang
menyatu dengan masyarakat dan tubuh manusia, robotik, quantum komputasi,
bioteknologi, 3D printing, otomasi kendaran, internet, sistem virtual dan fisik
bekerjasama secara global. Menghadapi dunia kerja yang perubahannya tidak lagi
dapat diprediksi secara liner, sekaligus menghadapi revolusi industri ke 4, maka
sudah saatnya pendidikan vokasi mulai menyesuaikan dengan berbagai perubahan
agar siap melayani para peserta didik yang berasal dari generasi milenial dari sisi
pedagogi, sekaligus pengaruh digitalisasi pada teknologi di dunia kerja dari sisi

9
Revolusi Industri 4.0. Michael Härtel:2015, “Today in all social areas, extensive
digital skills are a key qualification. Like reading, writing and arithmetic,
information and communication technologies (ICT), above all the internet,
represent a cultural technique”, pernyataan tersebut mempertegas bahwa
keterampilan digital sejajar dengan kualifikasi dasar pada umumnya yaitu
membaca, menulis, berhitung yang harus dikuasai oleh siapapun tak terkecuali
pendidik dan para peserta didik.
Dampak Revolusi Industri 4.0 pada ketenagakerjaan merupakan data yang sangat
bermanfaat untuk pengembangan dan penyesuaian pendidikan dan pelatihan di
pendidikan vokasi. Dampak tersebut antara lain sifat pekerjaan, kemampuan
beradaptasi, kecepatan untuk berubah, dan pekerja pengganti. Sementara itu
dampak yang lain adalah tidak menciptakan pekerjaan baru, ada pemohon sebagai
pekerja baru untuk kerja yang sudah ada,, pertumbuhan pekerja dengan gaji tinggi,
pekerja kognitif dan kreatif, mengurangi pekerjaan yang berpenghasilan rendah,
bersifat rutin atau pengulangan kerja, keterampilan rendah/bayaran rendah vs
keterampilan tinggi / bayaran tinggi.
Dampak terhadap keterampilan adalah bagaimana menyesuaikan keterampilan
yang sudah mereka punyai dengan kebutuhan di dunia kerja. Kebutuhan kritis untuk
mengantisipasi trend dan kebtuhan tenaga kerja masa depan, variasi trend tersebut
diciptakan oleh industri dan kondisi geographi. Selain itu persentase kebutuhan
keterampilan di tahun 2020 antara lain diprediksi: • Kemampuan kognitif 52% •
Keterampilan system 42% • Mengatasi masalah komplek 40% • Keterampilan
konten 40% • Keterampilan proses 39% • Keterampilan social 37% • Keterampilan
manajemen sumber daya 36% • Keterampilan teknik 33% • Kemampuan yang
bersifat fisik 31% (Triyono : 2017)
Persentase tersebut merupakan data yang dapat digunakan untuk menyesuaikan
kurikulum serta strategy pembelajarannya di semua program studi pendidikan
vokasi.
2.4 Peran Dan Kompetensi Baru Di Pendidikan Vokasi
Perubahan dalam pembelajaran sesuai dengan era Revolusi Industri 4.0 akan
berdampak pada peran pendidikan vokasi khususnya peran pendidiknya. Jika peran
pendidik masih mempertahankan sebagai penyampai pengetahuan, maka mereka

10
akan kehilangan peran seiring dengan perkembamgan teknologi dan perubahan
metode pembelajarannya. Kondisi tersebut harus diatasi dengan menambah
kompetensi pendidik yang mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan
penciptaan melalui pembelajaran mandiri. Definisi kompetensi baru harus segera
ditemukan melalui penelusuran dan penelitian tentang tujuh domain dalam
kompetensi mengajar guru vokasi (Ye-weon Jeon, dkk: 2017) yaitu teaching
design, teaching and learning guidance, research on teaching content, research on
teaching methods, career and interpersonal relationship guidance, management
support for school and class, cooperation.
Selain peran pendidik, pendidikan vokasi harus menyiapkan bimbingan karir dan
pengembangan karir peserta didik, lebih mengutamakan kompetensi lulusannya
nanti seperti apa daripada ijasahnya, membentuk akses untuk pendidikan yang
global, meningkatkan personal development khususnya tentang keterampian sosial.
Selain itu untuk penataan kelembagaan, program studi yang ada tidak perlu diganti
dengan yang baru akan tetapi lebih pada menyesuaikan sesuatu yang baru kedalam
program studi yang sudah ada, meningkatkan kinerja pendidikan vokasi pada level
yang lebih tinggi dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dan
berpikir system, serta keterhubungan dengan pihak industri yang sesuai dengan
kebutuhan lapangan kerja.
Dalam kontek pembelajaran abad 21, pembelajaran yang menerapkan kreativitas,
berpikir kritis, kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan
keterampilan karakter, tetap harus dipertahankan bahwa sebagai lembaga
pendidikan vokasi peserta didik tetap memerlukan kemampuan teknik.
Pemanfaatan berbagai aktifitas pembelajaran yang mendukung Revolusi Industri
4.0 merupakan keharusan dengan model resource sharing dengan siapapun dan
dimanapun, pembelajaran kelas dan lab dengan augmented dengan bahan virtual,
bersifat interaktif, menantang, serta pembelajaran yang kaya isi bukan sekedar
lengkap.
Melalui kesadaran terhadap tantangan yang sudah ada di dunia kerja melalui
Revolusi Industri 4.0, dan kesiapan untuk berubah akan mendekatkan pendidikan
vokasi pada kondisi ketenagakerjaan sekarang dan masa depan.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penulisan


Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode
kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.
Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
obyek yang diteliti secara mendalam. Bertujuan untuk mengembangkan konsep
sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan
dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan
pemahaman satu atau lebih dari fenomena yangdihadapi (Gunawan, 2013).
Studi deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi
tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek berupa: individu, organisasional,
industri atau perspektif yang lain. Penulisan kualitatif bertitik tolak pada teori
subtantif dan teori formal yang telah diakui kebenarannya. Teori substantif adalah
teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri
suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi, psikologi dan lain
sebagainya. Di sisi lain, teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang
disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya
sosiologi, psikologi dan sebagainya (Indriantoro & Supomo, 1999). Pendekatan ini
bertujuan agar dapat melakukan deskripsi secara tepat terhadap data primer dan
sekunder yang dikumpulkan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan data sekunder.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, dan
data sekunder, adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam
sumber lainnya seperti lewat dokumen, surat kabar, buletin, majalah ilmiah, sumber
dari arsip, dokumen pribadi, dan sebagainya.
3.3 Teknik Pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah: (1) Studi pustaka, merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
cara pengumpulan data melalui kajian berupa bacaan literatur, dan mencatat, serta

12
mengolah bahan penelitian (Hasiara, 2012). (2) Pengumpulan documenter,
dokumen merupakan catatan atas peristiwa masa lalu. Dan dokumen memiliki
banyak ragam, ada yang berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya monumental.
Pada metode ini penulis hanya memindahkan data yang relevan dari suatu sumber
atau dokumen yang diperlukan; (3) Diskusi/wawancara, yaitu cara pengumpulan
data dengan melakukan pembicaraan dan pertukaran pikiran dengan orang-orang
yang berkompeten dengan obyek yang sedang diteliti guna memecahkan masalah
tertentu. (4) Intuitif-Subjektif, merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah
yang sedang dibahas.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan
setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini, data sementara
yang terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan analisis data
secara bersamaan.
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Moeleng, 2007).
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik analisis data menurut (Miles & Huberman, 1992) yang mana ada tiga macam
kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi
dalam catatan-catatan laporan tertulis. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah
dari analisis.
2. Model Data (Data Display)
Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data adalah model data, kata-
kata mendefinisikan “model” sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun
yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Model
tersebut mencakup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja dan bagan. Semua

13
dirancang untuk merakit informasi yang tersusun dalam suatu yang dapat diakses
secara langsung, bentuk yang praktis dengan demikian peneliti dapat melihat apa
yang terjadi dan dapat dengan baik menggambarkan kesimpulan yang dijustifikasi-
kan maupun bergerak ke analisis tahap berikutnya model mungkin menyarankan
yang bermanfaat.
3. Penarikan / Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi
kesimpulan. Kesimpulan “akhir” mungkin tidak terjadi hingga pengumpulan data
selesai, tergantung pada ukuran korpus dari catatan lapangan, pengodean,
penyimpanan, dan metode-metode perbaikan yang digunakan pengalaman peneliti,
dan tuntutan dari penyandang dana. Tetapi kesimpulan sering digambarkan sejak
awal, bahkan ketika seorang peneliti menyatakan telah memproses secara induktif.
3.5 Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT adalah
sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats dalam suatu proyek atau bisnis
usaha. Hal ini melibatkan penentuan tujuan usaha bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan
untuk mencapai tujuan itu. Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang
digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT (Alma,
2008)

14
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Akuntan di Era Revolusi Industri 4.0


Akuntansi dianggap sebagai suatu profesi yang telah ada sejak lahirnya
peradaban dan masih bertahan hingga saat ini. Akuntansi sebagai fungsi bisnis dan
menajemen selalu mampu merestrukturisasi dirinya sendiri di perusahaan dalam
menghadapi berbagai tranformasi, baik transformasi di perusahaan maupun
transformasi industri.
Lahirnya revolusi industri 4.0 tentunya memberikan pengaruh terhadap
interaksi akuntan dan teknologi. Penggunaan robotics and data analytics (big data)
mengambil alih pekerjaan dasar yang dilakukan oleh akuntan (mencatat transaksi,
mengolah transaksi, memilah transaksi). Penggunaan ini dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Banyak perusahaan besar telah mengembangkan
teknologi ini, karena didukung oleh standarisasi atas proses pengelolaan keuangan,
standarisasi atas arsitektur sistem dan informasi (standardization of financial
processes, systems, and information architecture).
Profesi akuntan underestimate terkait dampak teknologi terhadap pekerjaan
akuntan. Kompetensi yang penting bagi profesi akuntan misalnya data analysis,
information technology development, dan leadership skills, harus dapat
dikembangkan. Adapun 4 trend transformasi yang terjadi dan berdampak langsung
dengan kinerja akuntan imbas terjadinya revolusi industri 4.0.

15
Artificial Big Data
Block chain Cyber Risk
Intelligence Analytics
1. Kodifikasi entri 1. Merubah 1. Merubah penilaian 1. Menyediakan
akun penilaian ekonomi dari aset sumber baru data
2. Analisis ekonomi dari 2. Rekonsiliasi non-finansial
kontrak aset pembukuan tidak 2. Membantu
3. Identifikasi 2. Rekonsiliasi diperlukan lagi keputusan khusus
transaksi pembukuan dan menyediakan
tidak penilaian
diperlukan lagi 3. Hard Evidence

Sumber: data diolah


Sistem akuntansi yang dapat berkontribusi mendukung ekonomi 4.0 adalah sebagai
berikut:
1. Fokus pada hal-hal yang tidak dapat digantikan oleh teknologi (Rojko, 2017).
a. Bertindak inovatif: selalu mencari apa yang lebih baik dalam mengerjakan
pekerjaan yang dapat memberikan benefit bagi perusahaan.
b. Mengembangkan sudut pandang sistem dengan memposisikan diri sendiri
sebagai bagian dari suatu sistem (misalnya lingkungan pekerjaan), bertindak
sebagai subsistem yang mengoptimalkan kerja sistem;
c. Meningkatkan kemampuan untuk berkerja dengan data dan membuat
keputusan berdasarkan data;
d. Fokus untuk menjadi kreatif;
e. Menyesuaikan diri dengan perubahan;
f. Foksu pada complex problem solving;
g. Fokus pada leadership skill;

16
h. Fokus pada people skill: kemampuan interpersonal skill menjadi sesuatu yang
vital pada organisasi saat mengadopsi industri 4.0 untuk memperoleh data
dalam kesempatan pengembangan;
2. Penguasaan Enterprise resource planning (ERP)
3. Penguasaan analisis Big Data
4.2 Digital Millennial Accountants (Dilan)
Pendidikan akuntansi harus dapat beradaptasi dengan kebutuhan tersebut
dengan menciptkan pendidikan dan pelatihan akuntansi 4.0 yang menghasilkan
akuntan millennial digital. Digital Millennial Accountants merupakan program
pelatihan dan pendidikan tambahan (extra learning) akuntansi berbasis digital yang
ditunjukan kepada mahasiswa jurusan akuntansi di Politeknik. Program Digital
Millennial Accountants yang selanjutnya disingkat program Dilan adalah program
internal yang diadakan oleh Politeknik secara berkesinambungan. Extra Learning ini
bertujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang akuntansi berbasis
human-digital skill sehingga mahasiswa tidak merasa kaget ketika lulus dan siap
menghadapi era revolusi industri 4.0. Karena yang dibutuhkan oleh indsutri saat ini
adalah human-digital skill. Saat ini kurikulum pendidikan akuntansi masih berbasis
manual, hampir semua praktik akuntansi dilakukan secara manual di kampus.
Sementara untuk mengubah kurikulum bukanlah hal yang mudah, perlu proses yang
panjang dan waktu yang lama, sehingga belum efektif untuk di lakukan saat ini.
Program Dilan merupakan program extra learning akuntansi yang tepat karena
tidak terikat dengan waktu dan aturan yang memingkat, serta bersifat optional yang
tidak mewajibkan seluruh perguruan tinggi untuk mengimplementasikannya.
Penerapan program Dilan hampir sama seperti accounting club pada umumnya.
Pembedaannya adalah dalam learning processnya yang lebih mengfokuskan
mahasiswa untuk memiliki human digital skill dan soft skill yang sesuai dengan
kebutuhan industri saat ini.
Lulusan akuntansi yang dibutuhkan di era revolusi industri 4.0 adalah lulusan
yang memiliki pengetahuan yang lintas disiplin, high level, serta memiliki tanggung
jawab sosial dan profesonal untuk menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan

17
masalah yang komplek. Untuk itu, perguruan tinggi harus bekerja sama dengan asosiasi
profesi dan perusahaan untuk menciptakan lulusan yang memiliki atribut yang
dibutuhkan. Atribut tersebut harus meliputi pengetahuan dan keahlian mahasiswa
dalam memanfaatkan teknologi dalam berpikir, metodelogi dan prosedur kerja,
kemampuan analitis serta pengetahuan terkait keamanan informasi. Jika pada awalnya
akuntan hanya menganalisis data historis, saat ini akuntan dituntut untuk
menginvestigasi area yang lebih luas, yaitu big data. Teknologi informasi, khususnya
big data dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan akuntan untuk mengumpulkan,
memvalidasi dan mengolah data serta memperbesar waktu untuk menganalisis,
menyediakan business insight serta penilaian risiko.
Untuk mewujudkan akuntan yang professional di era digital, maka program
Dilan mengembangkan keterampilan dari mahasiswa akuntansi sebagai berikut.
1. Technical Skills
Keahlian khusus akuntansi yang dikembangkan dalam program ini adalah
kemampuan dalam menganalisis data, statistika, melatih pembuatan laporan
keuangan menggunakan software dan visualisasi yang dapat di akses di internet.
2. Business Understanding Skills
Keahlian yang dilatih adalah kemampuan untuk menganalisa data untuk
pemahaman tentang faktor yang memicu bisnis, pemahaman tentang apa yang
paling dibutuhkan customer dan bagaimana menelusurinya, kemampuan untuk
memanfaatkan bentuk data yang baru dan memanfaatkannya untuk keputusan
bisnis dan kemampuan untuk menginterprestasikan data untuk menghasilkan
informasi yang lebih bermakna bagi pengambilan keputusan.
Tidak hanya fokus melatih skill akuntansi digital dari mahasiswa tetapi
program ini juga menekankan kepada skill industri masa depan di antaranya:
1. Complex problem solving
Kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui
solusinya di dalam dunia nyata.
2. Social skill

18
Kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring,
kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence.
3. Process skill
Kemampuan terdiri dari: active listening, logical thingking, dan mentoring self
and the others.
4. System Skill
Kemampuan untuk dapat melakukan judgement dan keputusan dengan
pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah
sistem dibuat dan dijalankan.
5. Cognitive abilities
Skill yang terdiri dari antara lain: Cognitive Flexibility, Creativity, Logical
Reasoning, Problem Sensitivity Mathematical Reasoning, dan Visualization.
Dalam mewujudkan kelima skill industri masa depan tersebut, metode
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode project-based learning dan
learning by doing. Salah satunya adalah menciptakan akuntan millennial digital umkm,
yang bertugas sebagai konsultan keuangan bagi umkm setempat. Program Dilan
membantu mencarikan pengguna jasa akuntan millennial digital umkm layaknya
akuntan yang memberikan jasanya. Jasa-jasa yang ditawarkan berupa pembuatan
laporan keuangan, penganggaran bisnis, perhitungan pajak, membuat pembukuan,
pencatatan, manajemen keuangan, pelatihan penggunaan fintech dan lain-lain. Pada
kegiatan ini mahasiswa yang berhasil melakukan tugasnya menerima upah sesuai
perjanjian nantinya. Dengan metode ini mahasiswa mendapatkan pengalaman yang
baru sehingga dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan masyarakat untuk memecahkan masalah yang ada.
Untuk mengadakan program Dilan ini, perguruan tinggi harus mampu bekerja
sama dengan industri dan akuntan. Karena dalam proses implementasinya diperlukan
mentor atau guru yang memiliki keahlian di bidang akuntansi digital. Mentor tersebut
bisa berasal dari dosen akuntansi, akuntan, maupun pegawai perusahaan di daerah
setempat.

19
Ada 2 standar keterampilan yang harus dikuasi dalam program Dilan,
diantaranya,
1. Keterampilan Umum
Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menguasai teknik, prinsip, dan pengetahuan proseduran tentang penggunaan
teknologi informasi
2. Keterampilan Khusus
Mampu secara mandiri mendesain proses bisnis dalam suatu sistem informasi
akuntansi yang mendukung penyediaan informasi berbasis teknologi informasi
untuk mendukung pengendalian manajemen dan pengambilan keputusan dengan
pendekatan siklus pengembangan sistem (System Development Life Cycle)
Prosedur pelaksanaan program Dilan adalah sebagai berikut (Gambar
terlampir)
1. Mahasiswa melakukan pendaftaran melalui website:
https://dilanindo.weebly.com/
2. Mahasiswa memilih jadwal dalam keikutsertaan program ini.
3. Mahasiswa yang terdaftar mendapatkan konfirmasi balasan dari panitia
penyelenggara.
4. Mahasiswa yang terdaftar mengikuti extra learning Dilan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
5. Disetiap 3 bulan sekali, trainer atau mentor melakukan evaluasi untuk mengukur
sejauh mana kemampuan dan perkembangan mahasiswa paska mengikuti program
Dilan ini.
6. Setiap mahasiswa yang telah berpartisipasi dalam program Dilan memperoleh
sertifikat.
Perguruan tinggi dan stakeholder harus saling bekerjasama untuk
mengimplementasikan program tersebut secara berkesinambungan, sehingga dapat
menciptakan lulusan akuntansi yang siap menghadapi revolusi industri 4.0.
4.3 Analisis SWOT

20
Hasil analisis SWOT menunjukan.
1. Strenght
Adapun kekuatan dari program Dilan antara lain:
a. Extra learning memfokuskan dan menekanan pada digitalisi akuntansi yang
sesuai dengan revolusi industri 4.0
b. Metode pemebelajaran yang digunakan adalah learning by doing dan project-
based learning yang dapat mempercepat memahaman mahasiswa terkait
digitalisasi akuntansi.
c. Trainer atau tenaga pengajar dalam program Dilan adalah orang-orang yang expert
di bidang akuntansi digital, di antaranya yaitu: akuntan, dosen akuntansi dan
pegawai perusahaan.
2. Weakness
Untuk mengimplementasikan program ini, tentu memerlukan biaya.
3. Opportunities
Adapun peluang program Dilan antara lain.
a. Adanya revolusi industri 4.0 yang melahirkan kecanggihan teknologi menuntut
mahasiswa untuk mengembangkan skill akuntansi digitalnya.
b. Saat ini, kurikulim pendidikan belum sepenuhnya menyesuiakan dengan per-
kembangan zaman, sehingga diperlukannya extra learning.
c. Industri pada saat ini lebih memilih tenaga kerja yang memilki kemampuan di
bidang akuntansi digital.
4. Threats
Ancaman yang dihadapi berasal dari mahsiswa itu sendiri, karena kesadaran
mereka masih kurang terhadap pengtingnya pengetahuan akuntansi digital.

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Revolusi industri ke empat sedang berlangsung, masyarakat dihadapkan pada
perubahan gaya hidup, perubahan industri, pasar kerja, dan pendidikan. Pendidik harus
mampu menanggapi perubahan ini, peran penyampai pengetahuan segera berubah
menjadi peran pendamping untuk menemukan dan menciptakan melalui belajar
mandiri. Untuk hal tersebut pendidik vokasi harus belajar cepat berubah bekerjasama
dengan industri dan mengenali kompetensi baru seperti apa yang dibutuhkan oleh
industri melalui pemanfaatan berbagai data. Selain itu, pendidik harus
mengembangkan keahliannya sendiri termasuk bagaimana mengelola data peserta
didik, bimbingan karir melalui pemanfaatan big data, sehingga pendidik dan peserta
didik dapat segera beradaptasi terhadap perubahan.
5.2 Rekomendasi
Kami berharap dengan adanya konsep extra learning ini, perguruan tinggi, industri dan
pemerintah bekerja sama dalam menerapkan program ini untuk kebaikan mahasiswa
akuntansi khususnya di politeknik Indonesia.
Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri keempat. Pada revolusi
industri ini terjadi lompatan besar dalam sektor industri, di mana teknologi
informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Agar mampu bersaing,
Indonesia harus mampu mengadopsi Industri 4.0 ini dan mempersiapkan
strategi yang tepat di semua sektor

22
DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2008). Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta.


American institute of Certified Public Accountants. (2018). American institute of
Certified Public Accountants. AICPA Store. Retrieved from
https://certificates.aicpastore.com
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Indonesia Tahun 2017. Jakarta Pusat.
Baur, C., & Wee, D. (2015). Manufacturing ’ s next act.
Frey, C. B., Osborne, M., Frey, C. B., & Osborne, M. A. (2013). working paper The
Future Of Employment : How Susceptible Are Jobs To Computerisation?
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif.
Hasiara, L. O. (2012). Metode Penelitian Multi Paradigma Satu. Malang: Darkah
Media.
Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2015). Working Paper A Literature Review, (01).
Indriantoro, N., & Supomo, B. (1999). Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi
dan manajemen. BPFE.
Kagermann, H., Wahlster, W., & Helbig, J. (2013). Recommendations for
Implementing the Strategic Initiative Industrie 4. Germany: industrie 4.0 Working
Group.
Kohler, D., & Weisz, J. . (2016). Industry 4.0: the challenges of the transforming
manufacturing. Germany: BPIFrance.
Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., & Kao, H. (2013). Author ’ s personal copy
ScienceDirect Recent advances and trends in predictive manufacturing systems in
big data environment.
Löffler, M., & Tschiesner, A. (2010). The Internet of Things and the future of
manufacturing, (2).
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif.
Moeleng, L. (2007). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Noviari, N. (2009). Pengaruh kemajuan teknologi informasi terhadap perkembangan
akuntansi naniek noviari, 1–14.
Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). Industri 4.0: telaah klasifikasi aspek dan arah
perkembangan riset, 13(1), 17–26.
Rojko, A. (2017). Industry 4.0 Concept: Background and Overview. International
Journey of Interactive Mobile Technology, 5(11), 77–81.
Satya, V. E. (2018). Strategi Indonesia Menghadapai Revolusi Industri.
Tjandrawinata, R. R. (2016). Industri 4 . 0 : revolusi industri abad ini dan pengaruhnya
pada bidang kesehatan dan bioteknologi.
Yahya, M. (2018). Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan
Kejuruan Indonesia.

Triyono, Moch Bruri (2017). Tantangan Revolusi Industri Ke 4 (I4.0) Bagi Pendidikan
Vokasi

23
24

Você também pode gostar