Você está na página 1de 10

HUBUNGAN LAMA KONTAK, JENIS PEKERJAAN DAN PENGGUNAAN APD

DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA TAHU, KEDIRI

RELATIONSHIP OF LONG CONTACT, TYPE OF WORK AND USE OF APD WITH


DERMATITIS CASES OF CONTACTS ON TOFU WORKERS, KEDIRI

Mochammad Chafidz, Endang Dwiyanti


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: mochafidz900@gmail.com

ABSTRACT
Occupational contact dermatitis is a skin disease which is often arise on industrial no exception of industry on home tofu’s
factory that can reduce workers productivity. The exposure of chemicals used in the process of clotting can caused contact
dermatitis, may lead to irritation and other skin disorders like itching, dry skin and chapped, redness, and sores that do
not heal. This was a cross sectional study with quantitative approach. The research was conducted in Maret – Desember
2016 on tofu maker workers in RT 06 RW 02 Joho Village Wates sub-district the district of Kediri. This study used total
population of more than 25 people. The Factors suspected as the cause of contact dermatitis is a prolonged contact,
type of work and using PPE (Personal Protective Equipment)). The data was collected using a doctor’s examination and
questionnaires. The correlation between variables was analyzed analytically by using Chi-Square Technique. The result
showed that 72% respondent complain of dermatosis. The analysis result show that prolonged contact (p = 0.007), the
type of work (p = 0.012) and using PPE (p = 0.000) had correlation with contact dermatitis. Some things that can be
recommended to reduce the risk of contact dermatitis is to raise awareness of workers against skin disease dermatitis
contact, wear personal protective equipment such as latex gloves obgyn covering up the sleeves, work clothes covering
the entire body and boots.

Keywords: dermatitis contact, PPE, prolonged contact

ABSTRAK
Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit sering timbul pada industri tidak
terkecuali industri pada pabrik tahu rumahan yang dapat menurunkan produktivitas pekerja. Pemaparan zat kimia yang
digunakan dalam proses penggumpalan dapat menyebabkan dermatitis kontak, mengakibatkan iritasi dan gangguan kulit
lainnya dalam bentuk gatal-gatal, kulit kering dan pecah-pecah, kemerah-merahan, serta koreng yang tidak sembuh-
sembuh. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret–Desember 2016 pada pekerja pembuat tahu yang berada di wilayah RT 06 RW
02 Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Penelitian ini menggunakan total populasi sebanyak 25 orang. Faktor
yang diduga sebagai penyebab dermatitis kontak adalah lama kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan APD. Pengumpulan
data menggunakan lembar pemeriksaan dokter dan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian di uji menggunakan
uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 72% responden
mengalami dermatitis kontak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kontak (p = 0,007), jenis pekerjaan (p = 0,012)
dan penggunaan APD (p = 0,000) ada hubungan dengan kejadian dermatosis. Beberapa hal yang dapat disarankan untuk
menurunkan risiko terkena dermatitis kontak adalah meningkatkan kesadaran pekerja terhadap penyakit kulit khususnya
dermatitis kontak, memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan latex obgyn yang menutupi sampai bagian lengan,
baju kerja yang menutupi seluruh bagian tubuh dan sepatu boots.

Kata kunci: dermatitis, APD, lama kontak

PENDAHULUAN pertanian. Akan tetapi pada kenyataannya, sifat


Sektor utama dalam perekonomian bangsa produk pertanian adalah mudah busuk dan rusak,
Indonesia adalah sektor pertanian. Hampir semua sehingga memerlukan penanganan yang cepat
sektor yang ada di Indonesia tidak lepas dari sektor dan cermat. Seiring dengan hal tersebut, peran

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license doi: 10.20473/ijosh.v6i2.2017.156-165. Received
26 Januay 2017, received in revised form 11 March 2017, Accepted 2 April 2017, Published online: 30 August 2017
Mochammad Chafidz dan Endang Dwiyanti, Hubungan Lama Kontak, Jenis Pekerjaan… 157

agroindustri menjadi sangat penting, khususnya transportasi (3,8), perdagangan (3,1) dan yang
dalam penanganan terhadap hasil pertanian. terakhir sektor pertambangan (1,5) (Levy, 2002).
Salah satu hasil pertanian yang banyak Dermatitis adalah segala kelainan kulit yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan produk timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh
pada sektor agroindustri adalah kedelai. Olahan pekerjaan. Salah satu cirinya berupa rasa gatal,
dari kedelai sangat beragam, salah satunya menjadi penebalan/bintil kemerahan, mengelompok atau
produk tahu. Jumlah industri tahu di Indonesia tersebar, kadang bersisik, berair dan lainnya akibat
mencapai 84.000 unit usaha dengan kapasitas permukaan kulit terkena bahan atau unsur-unsur
produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun. Sebanyak yang ada di lingkungan kerja (Suma`mur 2009).
80 persen industri tahu berada di Pulau Jawa. Salah Faktor yang paling utama memengaruhi
satu kota yang dikenal sebagai kota tahu adalah Kota terjadinya dermatitis akibat kerja karena kontak
Kediri. Berbagai variasi produk tahu ditawarkan oleh dengan bahan kimia adalah tidak adanya pemakaian
banyak perusahaan tahu di Kota Kediri, meliputi APD berupa sarung tangan yang sesuai untuk jenis
tahu kuning (tahu takwa), tahu putih, serta stik bahan kimia yang digunakan. Faktor-faktor lain yang
tahu. memengaruhi dermatitis kontak akibat kerja adalah
Tahu adalah salah satu hasil olahan dari kacang adanya kontak dengan bahan kimia, lama kontak dan
kedelai dimana merupakan sumber protein nabati jenis pekerjaan (Lestari dan Utomo, 2008).
yang sangat baik. Pengolahannya ini melalui Faktor-faktor yang memengaruhi tersebut kerap
proses pengendapan dan penggumpalan oleh bahan kali terjadi di sektor informal. Salah satunya terjadi
penggumpal. Zat penggumpal yang dapat digunakan di Sumatera, Puskesmas Medan Deli menunjukkan
antara lain asam cuka, asam laktat dan batu tahu angka kasus penyakit kulit para pengrajin tahu yaitu
(Sinta, 2010). 93,42 persen dengan kasus dermatitis kontak dan
Pemaparan zat-zat kimia yang digunakan 6,58 persen dengan kasus penyakit kulit lainnya.
dalam proses penggumpalan terhadap tahu dapat Beberapa dari mereka juga menyebutkan bahwa
mengakibatkan iritasi dan gangguan kulit lainnya penyakit kulit yang mereka alami diakibatkan oleh
dalam bentuk gatal-gatal, kemerah-merahan, kulit karena mereka tidak menggunakan alat pelindung
kering dan pecah-pecah serta koreng yang tidak diri seperti sarung tangan pada saat melakukan
cepat sembuh. Kerusakan kulit seperti ini akan proses pembuatan tahu (Ernasari, 2012).
memudahkan masuknya zat-zat kimia yang bersifat Kasus lain terjadi pula di daerah Binjai,
beracun ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka. beberapa pabrik tahu menyebutkan bahwa 72%
Uap zat kimia dapat mengakibatkan peradangan dari pekerja pembuat tahu mengalami reaksi akibat
dan iritasi saluran pernapasan, dengan gejala kontak dengan bahan pembuat tahu dalam waktu
batuk, pilek, sesak nafas dan demam. Kebersihan yang lama. Beberapa dari mereka juga menyebutkan
lingkungan kerja di pabrik tahu yang kurang baik gatal-gatal yang mereka alami tidak akan kunjung
(panas, lembab, lantai kotor, basah dan bau yang sembuh apabila mereka tidak menghentikan
menyengat) dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerjaannya dalam waktu yang lama (Ernasari,
seperti penyakit infeksi, gangguan kenyamanan 2012).
kerja, kecelakaan, penyakit alergi dan dermatitis Berdasarkan identifikasi di atas, maka peneliti
kontak (Dinkes Sulsel, 2004). tertarik untuk melaksanakan penelitian hubungan
Menurut Prishandie (2011) sekitar 90% penyakit lama kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan
kulit akibat kerja pada negara maju merupakan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada
dermatosis kontak, baik itu iritan maupun alergik. pekerja pembuat tahu, sehingga diharapkan dengan
Bila dihubungkan dengan jenis pekerjaan, dermatitis diadakannya penelitian ini dapat menambah
kontak dapat terjadi pada semua pekerjaan. Hal informasi pengelola pabrik tahu dan pekerja pembuat
ini juga didukung oleh hasil penelitian yang tahu mengenai penyakit akibat kerja khususnya
dilakukan Amerika Serikat pada tahun 2002, yang dermatitis kontak.
menyebutkan bahwa incident rate penyakit kulit Kondisi pekerja pada industri informal
akibat kerja per 10.000 pekerja terbanyak terjadi sangat buruk bila dibandingkan dengan pekerja di
pada sektor perikanan, pertanian dan kehutanan industri formal karena kurangnya perhatian dari
(18,8) sedangkan pabrik menduduki urutan kedua pihak perusahaan informal terhadap keselamatan
(8,4) yang kemudian disusul oleh konstruksi (3,9), dan kesehatan pekerja. Pada industri informal
158 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 156–165

keselamatan dan kesehatan pekerja menjadi yang dapat dipergunakan sebagai informasi dan
tanggung jawab pekerja sendiri. Berdasarkan kondisi dapat dijadikan sebagai masukan bagi pelaksanaan
tersebut dapat dipastikan kemungkinan besar para program kesehatan dan keselamatan kerja pada
pekerja informal dapat mengalami kecelakaan dan instansi terkait. Selanjutnya manfaat bagi peneliti
penyakit akibat kerja. yaitu sebagai sarana dalam mengaplikasikan
Kediri terletak di Provinsi Jawa Timur yang pengetahuan yang telah didapatkan pada saat kuliah
mendapat julukan kota tahu. Mendapat julukan kota dan sebagai tambahan pengetahuan serta pengalaman
tahu karena di kota ini terdapat banyak perajin tahu. belajar tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Penyuplai tahu terbanyak dari Kabupaten Kediri, Dan manfaat bagi peneliti lain yaitu penelitian ini
salah satunya Desa Joho Kec. Wates Kab. Kediri. dapat digunakan sebagai informasi ilmiah dan bahan
Wilayah itu terletak di kabupaten pinggiran yang pertimbangan untuk penelitian pada bidang yang
dekat dengan wilayah kota. Berdasarkan hasil sama dalam waktu dan tempat yang berbeda
observasi yang dilakukan pada tanggal 7 Mei 2016
di RT 06 RW 02 Desa Joho Wates Kab. Kediri
METODE
dengan 25 orang pekerja, didapatkan 18 pekerja
mengalami dermatitis pada kulit (tangan dan kaki) Penelitian ini adalah penelitian dengan
dan 7 pekerja tidak mengalami dermatitis kontak. menggunakan analitik observasional. Penelitian
Hasil tersebut didapat dari pemeriksaan fisik dan ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang
diperkuat dengan hasil diagnosa dokter. berhubungan dengan risiko kejadian dermatitis
Berdasarkan kondisi pada 25 pekerja pembuat kontak pada pekerja pembuat tahu Kediri. Penelitian
tahu tersebut, maka perlu diteliti hubungan lama ini menggunakan desain studi cross sectional dimana
kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan APD dengan data variabel dependen dan independen diamati pada
kejadian dermatitis kontak pada pekerja pembuat waktu (periode) yang sama.
tahu, sehingga diharapkan dengan diadakannya Populasi penelitian yang menjadi subjek
penelitian ini dapat menambah informasi pengelola penelitian yang akan diukur adalah seluruh pekerja
pabrik tahu dan pekerja pembuat tahu mengenai pembuat tahu home industry yang berjumlah 25.
penyakit akibat kerja khususnya dermatitis kontak. Penelitian ini menggunakan total populasi pekerja
Rumusan masalah penelitian ini adalah pembuat tahu home industry yang berada di
hubungan lama kontak, jenis pekerjaan dan wilayah RT 06 RW 02 Desa Joho Kecamatan Wates
penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak Kabupaten Kediri yang berjumlah 25 orang.
pada pekerja pembuat tahu home industry pembuatan Penelitian ini dimulai dari pembuatan proposal
tahu Kediri. pada Maret 2016 hingga penulisan laporan hasil
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penelitian pada bulan Desember 2016 pada home
hubungan lama kontak, jenis pekerjaan dan industry tahu Kediri.
penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak Teknik dan instrumen pengumpulan data dengan
pada pekerja pembuat tahu home industry pembuatan menggunakan lembar pemeriksaan dokter dan
tahu Kediri. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah kuesioner. Diagnosa dermatitis kontak ditegakkan
menganalisis karakteristik pekerja home industry berdasarkan gejala klinis dan anamnesis yang
pembuatan tahu Kediri dan menganalisis hubungan dilakukan oleh dokter, dengan hasil ukur dermatitis
lama kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan APD kontak atau tidak dermatitis kontak. Hasilnya
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja akan dicatat dalam lembar pemeriksaan dokter.
pembuat tahu home industry pembuatan tahu Menurut Mutoif, (2008). Kuesioner yang dibacakan
Kediri. merupakan kuesioner yang dibacakan pertanyaannya
Manfaat penelitian ini bagi responden yaitu sesuai sepahaman responden dan sudah disediakan
mendapatkan informasi tentang hubungan lama jawabannya sehingga responden cukup mendengar
kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan APD kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan kejadian dermatitis melalui media informasi dari peneliti. Kuesioner tertutup digunakan dengan
seperti poster, leaflet dan juga responden yang alasan agar lebih sistematis sehingga memudahkan
positif dermatitis akan diberikan penanganan responden dalam menjawab pertanyaan, selain itu
medis lebih lanjut. Kemudian manfaat penelitian keterbatasan waktu penelitian dan keterbatasan biaya
bagi instansi terkait yaitu sebagai data penelitian menjadi alasan digunakannya kuesioner tertutup.
Mochammad Chafidz dan Endang Dwiyanti, Hubungan Lama Kontak, Jenis Pekerjaan… 159

Variabel yang dapat diketahui dari kuesioner tertutup square untuk variabel kategori dan untuk variabel
yaitu lama kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan numerik menggunakan uji Mann-Withney karena
APD. data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.
Data primer yaitu data yang diperoleh secara Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%.
langsung oleh peneliti dari pekerja pembuat tahu Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik
di wilayah Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna
Kediri. Dimana sebelumnya peneliti menjelaskan antara variabel independen dan variabel dependen.
tujuan penelitian sampai responden memahami
dan menyetujui untuk membantu penelitian dan
HASIL
bersedia untuk menandatangani “Informed consent”.
Data primer yang akan diteliti dapat diperoleh dari Home industry Tahu Kediri yang dibuat
kuesioner yaitu lama kontak, jenis pekerjaan dan penelitian ini terletak di wilayah RT 06 RW 02
penggunaan APD. Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Di
Seluruh data yang terkumpul akan diolah wilayah ini terdapat 8 (delapan) pemroduksi tahu
melalui tahap-tahap pengolahan data. Pengolahan rumahan yang sudah lama ada sejak tahun 1980an.
data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus Bisnis ini diturunkan dari orang tua mereka dahulu,
dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan kemudian menyebar di sekitaran Kota/Kabupaten
dilakukan analisis atau interpretasi. Pengolahan Kediri.
data dilakukan dengan melakukan data coding, Bisnis tahu home industry ini mempunyai ruang
data editing, data structure, data entry, dan data produksi yang bervariasi mulai berukuran 30 m2
cleaning. sampai 120 m2. Jumlah pekerja juga bervariasi mulai
Data coding adalah kegiatan mengklasifikasikan dari 2 (dua) orang sampai 6 (enam) orang per rumah
data dan memberi kode untuk masing-masing produksi. Pekerja pembuat tahu di RT 06 RW 02
kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri ini
Data editing adalah penyuntingan sebelum proses berjumlah 25 orang, dengan 13 (tiga belas) orang
pemasukan data. Sebelum diolah, data diteliti berjenis kelamin perempuan dan 12 (dua belas)
apabila ada kesalahan dan dibetulkan apabila masih orang berjenis kelamin laki-laki.
ada kesalahan serta memeriksa kelengkapannya. Hasil produksi tahu dipasarkan di sekitaran
Data structure dikembangkan sesuai dengan Desa Joho dan paling jauh adalah dikirim ke Kota
analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat Kediri. Macam produksinya kebanyakan adalah tahu,
lunak yang dipergunakan. Pada saat menggunakan tapi ada 2 (dua) tempat yang juga memproduksi susu
data structure, bagi masing-masing variabel perlu kedelai. Berdasarkan wawancara terhadap salah satu
ditetapkan nama, skala ukur variabel, jumlah digit. pemilik pabrik, setiap 10 kg kacang kedelai dapat
Data entry Merupakan proses pemasukan data menghasilkan 400 buah tahu putih. Semua pemilik
ke dalam program atau fasilitas analisis data di pabrik tahu mengaku tidak menambahkan bahan-
dalam komputer. Data cleaning merupakan proses bahan berbahaya seperti formalin ke dalam tahu
pembersihan data setelah data di entri. Cara yang mereka. Bahan penyedap yang digunakan hanya
sering dilakukan adalah dengan melihat distribusi garam dan kunyit (untuk tahu kuning).
frekuensi dari variabel-variabel dan menilai Para pekerja di pabrik tahu umumnya tidak
kelogisannya. Tahapan cleaning data terdiri dari mengetahui bahwa larutan penggumpal yang
mengetahui missing data, mengetahui variasi data digunakan untuk mengendapkan protein kedelai
dan mengetahui konsistensi data. adalah termasuk zat kimia. Larutan penggumpal
Teknik analisis data penelitian ini dilakukan ini hanya mereka sebut dengan asam cuka yang
untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase terbuat dari air kelapa muda. Larutan penggumpal
dari variabel dependen dan variabel independen ini tidak setiap hari dibuat. Asam cuka ini digunakan
antara faktor lama kontak, jenis pekerjaan dan sebagai bibit pertama larutan penggumpalan. Jika
pemakaian APD. Analisis bivariat adalah analisis larutan penggumpalan yang terbuat dari asam cuka
yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya tersebut selesai digunakan maka akan disimpan dan
hubungan antara variabel independen yaitu lama digunakan kembali pada pemasakan berikutnya.
kontak, jenis pekerjaan dan pemakaian APD Larutan sisa penggumpalan yang dipakai lagi
terhadap faktor dependen yaitu kejadian dermatitis keesokan harinya disebut dengan air cuka. Air cuka
kontak. Analisa bivariat menggunakan uji chi- adalah cairan sisa proses penggumpalan dalam
160 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 156–165

pembuatan tahu yang masih dapat digunakan lagi Tabel 2. Kejadian Dermatitis Kontak pada Tangan
sebagai bahan penggumpalan selanjutnya. Agar Pekerja Pembuat Tahu di Wates Kab.Kediri
dapat digunakan lagi untuk menggumpalkan protein 2016
dalam pembuatan tahu, sisa cairan air cuka harus
No Kejadian Dermatitis Kontak N Persentase
disimpan selama 1 x 24 jam untuk memberikan
(%)
kesempatan kepada bakteri asam cuka untuk
memfermentasikannya. Air cuka tidak mempunyai 1 Mengalami Dermatitis 18 72
Kontak
batas kedaluwarsa.
Dari hasil pengujian pH dari cairan penggumpal 2 Tidak Mengalami Dermatitis 7 28
atau air cuka didapatkan kisaran pH air cuka yang Kontak
digunakan oleh para pekerja pembuat tahu sebesar Total 25 100
3-4. Artinya zat penggumpal ini memang bersifat
asam. Tingkat keasaman suatu bahan kimia akan
Bagian penjualan bertugas menjual hasil
meningkat seiring dengan semakin rendahnya
produksi tahu sedangkan semua bagian bertugas
pH bahan kimia tersebut. Semakin asam larutan
lebih ke penjualan namun ikut serta dalam proses
maka makin kecil nilai pH, dan sebaliknya.
pemasakan. Delapan home industry pembuatan tahu
Bila pH berkurang, konsentrasi ion hidronium
yang berada di RT 06 RW 02 Desa Joho, pembagian
akan meningkat, dan konsentrasi ion hidroksida
kerjanya tidaklah jelas, tapi kebanyakan perempuan
berkurang. Bahan kimia yang mempunyai pH kurang
bertanggung jawab proses pemasakan, sedangkan
dari 7 bersifat asam.
laki-laki lebih ke penjualan.
Bagian pekerjaan pada pabrik tahu di wilayah
Hasil penelitian mengenai gambaran kejadian
Desa Joho terdiri dari bagian memasak, bagian
dermatitis kontak pada pekerja pembuat tahu di RT
penjualan dan mengerjakan semua bagian. Bagian
06 RW 02 Desa Joho Kabupaten Kediri tahun 2016
memasak mengerjakan semua diproses memasak
dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Kejadian
yaitu penggilingan, perendaman, pencucian,
dermatitis kontak dalam penelitian ini dibagi menjadi
penyaringan, perebusan, pengendapan, penambahan
dua bagian yaitu kejadian dermatitis kontak pada
larutan penggumpal, pencetakan, pengepresan dan
tangan pekerja dan kaki pekerja. Indikator kejadian
pemotongan.
dermatitis kontak secara umum menggunakan
hasil kejadian dermatitis kontak pada tangan,
Tabel 1. Gambaran Tahapan Proses Kerja pada karena tangan lebih mewakili organ tubuh yang
Home industry Tahu beserta Jenis sangat berperan dalam pengerjaan pembuatan tahu.
Pekerjaan Kejadian dermatitis kontak pada kaki digunakan
untuk menghubungkan pemakaian APD (Alat
Bagian Pelindung Diri). Hal ini dikarenakan pada home
No Tahapan
Kerja
industry tahu di wilayah RT 06 RW 02 Desa Joho
1 Perendaman kedelai Kabupaten Kediri pemakaian APD yang digunakan
2 Pencucian kedelai Penggilingan hanyalah sepatu boots, sedangkan pemakaian APD
3 Penggilingan pada tangan tidak ada. Jadi dalam penelitian ini
4 Perebusan
5 Penyaringan Tabel 3. Kejadian Dermatitis Kontak pada Kaki
Pengendapan dan penambahan Pekerja Pembuat Tahu di Wates Kab.
larutan penggumpal (setelah Penyaringan Kediri 2016
6 disaring maka bubur tahu
diendapkan pada larutan No Kejadian dermatitis N Persentase
penggumpal) (%)
7 Pencetakan dan pengepresan 1 Mengalami dermatitis 7 28
kontak
8 Pemotongan tahu Pencetakan
2 Tidak mengalami 18 72
9 Pengepakan dermatitis kontak
10 Penjualan Penjualan Total 25 100
Mochammad Chafidz dan Endang Dwiyanti, Hubungan Lama Kontak, Jenis Pekerjaan… 161

Tabel 4. D i s t r i b u s i F r e k u e n s i R e s p o n d e n Tabel 6. D i s t r i b u s i F r e k u e n s i R e s p o n d e n
Berdasarkan Lama Kontak pada Pekerja Berdasarkan penggunaan APD (Sepatu
Home industry Tahu Kediri. Boots) Pekerja pada Home industry Tahu
Kediri.
Lama Frekuensi Persentase Rata-
Range
Kontak (n) (%) Rata Frekuensi Persentase
Penggunaan APD
< 5 Jam 10 40 (n) (%)
0 jam/
4,68 Memakai 18 72
≤ 5 Jam 15 60 hari–9
Jam
Total 25 100 jam/hari Jarang atau Tidak
7 28
Memakai
Total 25 100
supaya lebih valid, hasil dermatitis kontak pada kaki
pekerja hanya digunakan dalam menghubungkan
variabel pemakaian APD. (pembacaan kuesioner oleh peneliti) berdasarkan
Dari data yang tercantum dalam Tabel 2 dapat jangka waktu paparan bahan penggumpal yang
dilihat bahwa sebagian besar 72% pekerja tahu dipakai dalam membuat tahu yang dihitung dalam
mengalami dermatitis kontak pada tangannya. satu hari kerja. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
Dari data yang tercantum dalam Tabel 3 dapat sebanyak 60% pekerja di home industry Tahu lama
dilihat bahwa sebagian besar 72% pekerja tahu tidak kontaknya ≤ 5 Jam, rata-rata lama kontak adalah
mengalami dermatitis kontak pada kakinya. 4,68 jam/hari (4 jam 41 menit/hari) kemudian lama
Faktor yang memengaruhi terjadinya dermatitis kontak minimum 0 jam/hari dan maksimum 9 jam/
kontak terdiri dari faktor eksternal (lama kontak, hari.
frekuensi kontak, suhu dan kelembapan) dan faktor Data jenis pekerjaan diperoleh dari jawaban
internal (usia, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, pertanyaan yang diajukan ke responden oleh peneliti
riwayat alergi, masa kerja, jenis pekerjaan dan (pembacaan kuesioner oleh peneliti). Distribusinya
penggunaan APD (sepatu boots). dapat dilihat pada Tabel 5. Responden yang bekerja
Responden yang bekerja di home industry tahu pada semua bagian sebanyak 40%, bagian memasak
Kediri memiliki lama kontak yang berkisar antara sebanyak 48% dan bagian penjualan sebanyak
0 jam/hari sampai dengan 9 jam/hari. Distribusi 12%.
frekuensi responden berdasarkan lama kontak Data penggunaan APD berupa sepatu boots
pekerja dapat dilihat pada Tabel 4. diperoleh dari observasi serta wawancara kepada
Data lama kontak diperoleh dari jawaban responden oleh peneliti. Distribusinya dapat dilihat
pertanyaan yang diajukan ke responden oleh peneliti pada Tabel 6 responden yang memakai APD berupa
sepatu boots berjumlah 72%.
Berdasarkan Tabel 7, diperoleh data bahwa
Tabel 5. D i s t r i b u s i F r e k u e n s i R e s p o n d e n
responden yang mengalami dermatitis dan bekerja
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pekerja pada
dengan lama kontak kurang dari 5 jam/hari sebanyak
Home industry Tahu Kediri.
40% dan responden yang mengalami dermatitis
Jenis Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%) tetapi bekerja dengan lama kontak lebih dari sama
Memasak 12 48 dengan 5 jam/hari sebanyak 93,3%. Sedangkan
Penjualan 3 12 responden yang bekerja dengan lama kontak kurang
dari 5 jam/hari namun tidak mengalami dermatitis
Semua Bagian 10 40
kontak sebanyak 60% dan responden yang bekerja
Total 25 100 dengan lama kontak lebih dari sama dengan 5

Tabel 7. Hubungan antara Lama Kontak dengan dermatitis kontak pekerja home industry Tahu Kediri
Frekuensi
Variabel Kategori Dermatitis Tidak Dermatitis Total P-Value
n % n % N %
< 5 Jam /Hari 4 40 6 60 10 100
Lama Kontak 0,007
≥ 5 Jam /Hari 14 93 1 6,7 15 100
162 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 156–165

jam/hari dan tidak mengalami dermatitis kontak sebanyak 100%, kemudian tidak ada responden
adalah sebanyak 6,7%. Dari hasil uji statistik dapat yang tidak memakai atau jarang menggunakan APD
diketahui antara lama kontak dan dermatitis kontak sepatu boots tapi tidak mengalami dermatitis pada
didapatkan nilai p-value yang dihasilkan adalah kakinya. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai
sebesar 0,007, artinya pada α 5% terdapat hubungan p-value sebesar 0.000. Maka dapat disimpulkan
yang bermakna antara lama kontak dengan dermatitis bahwa pada α 5% terdapat hubungan yang bermakna
kontak. antara penggunaan APD dengan dermatitis kontak
Berdasarkan Tabel 8, diperoleh bahwa pada kaki pekerja pembuat tahu.
responden yang mengalami dermatitis dan
mempunyai jenis pekerjaan memasak sebanyak
PEMBAHASAN
55,6%, tidak ada responden yang mengalami
dermatitis dan mempunyai jenis pekerjaan penjualan Salah satu penyakit yang rentan terjadi pada
0%, sedangkan responden yang mengalami sektor informal adalah dermatosis. Dermatosis
dermatitis dan mengerjakan di semua bagian adalah suatu penyakit yang menyerang organ kulit
sebanyak 44%. Kemudian responden yang tidak dimana kulit mengalami inflamasi. Dermatosis
mengalami dermatitis dan pekerjaanya memasak juga bisa timbul akibat suatu pekerjaan terutama
sebanyak 28,6%, responden yang tidak mengalami pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-
dermatitis dan pekerjaannya di penjualan sebanyak bahan yang bisa menimbulkan iritan dan alergi.
42%, sedangkan responden yang tidak mengalami Secara umum dermatosis dibagi menjadi dua:
dermatitis dan pekerjaannya di semua bagian dermatosis kontak iritan dan dermatosis kontak
sebanyak 28,6%. Dari hasil uji statistik didapatkan alergi. Dermatosis kontak iritan sebagian besar
nilai p-value sebesar 0,012. Maka dapat disimpulkan disebabkan oleh pemaparan iritan berupa bahan
bahwa pada α 5% terdapat hubungan yang bermakna kimia dan pelarut. Inflamasi dapat terjadi setelah
antara jenis pekerjaan dengan dermatitis kontak pada satu kali pemaparan ataupun setelah pemaparan yang
pekerja pembuat tahu. berulang. Dermatosis kontak alergi ditimbulkan oleh
Berdasarkan Tabel 9, diperoleh bahwa tidak senyawa alergen. Senyawa alergen bisa dari bahan
ada responden yang memakai APD sepatu boots kimia maupun berasal dari tanaman (Keefner dan
mengalami dermatitis kontak pada kakinya, Curry, 2004).
kemudian responden yang memakai APD sepatu Pada penelitian ini diagnosa dermatitis kontak
boots dan tidak mengalami dermatitis pada kakinya tidak dilakukan oleh dokter spesialis kulit dan
sebanyak 100%. Sedangkan responden yang tidak kelamin. Selain itu tidak dilakukan penegakan
memakai atau jarang menggunakan APD sepatu diagnosa lebih lanjut misalnya dengan melakukan uji
boots dan mengalami dermatitis pada kakinya temple. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari

Tabel 8. Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Dermatitis Kontak Pekerja Home Industry Tahu Kediri
Frekuensi
Variabel Kategori Dermatitis Tidak dermatitis Total P-value
n % n % N %
Memasak 10 55,6 2 28,6 12 48
Jenis Pekerjaan Penjualan 0 0 3 42,9 3 12 0,012
Semua Bagian 8 44,4 2 28,6 10 40

Tabel 9. Hubungan antara Pemakain APD dengan Dermatitis Kontak Pekerja Home Industry Tahu Kediri
Frekuensi
Variabel Kategori Dermatitis Tidak Dermatitis Total P-Value
n % n % N %
Penggunaan APD Memakai 0 0 18 100 18 100
0,000
Sepatu Boots Tidak Memakai 7 100 0 100 7 100
Mochammad Chafidz dan Endang Dwiyanti, Hubungan Lama Kontak, Jenis Pekerjaan… 163

25 pekerja pembuat tahu Kediri didapatkan sebanyak


72% mengalami dermatitis kontak dan sebanyak
28% tidak mengalami dermatitis kontak. Pekerja
pembuat tahu mengaku rasa gatal dan panas akan
dirasakan seseorang jika baru pertama kali bekerja,
apalagi jika sebelumnya tidak pernah bersentuhan
dengan bahan yang mengandung asam. Selain rasa
gatal dan panas, pekerja juga merasakan kelainan
kulit berupa fissura (kulit pecah-pecah) dan exudat
yang berisi cairan bening. Kejadian dermatitis
kontak banyak terjadi pada pekerja yang terkena
larutan penggumpal yang digunakan saat tahapan
penyaringan, dimana pekerja akan mencampurkan Gambar 1. Dermatitis pada Pekerja Pembuat Tahu
air kedelai yang telah direbus dan disaring kelarutan Kediri
penggumpal yang mengandung asam. Pekerja banyak
yang tidak mengetahui bahwa gejala yang mereka
rasakan adalah dermatitis kontak, kebanyakan dari 0,003). Hasil penelitian Lestari dan Utomo (2008)
mereka tidak rutin melakukan pengobatan karena menunjukkan bahwa pekerja yang berkontak lebih
gejala ringan seperti gatal dan perih dapat hilang jika lama cenderung lebih banyak menderita dermatitis
mereka berhenti bekerja. kontak daripada pekerja dengan jangka waktu
Menurut Hudyono (2002), pekerja yang paparan lebih singkat.
berkontak dengan bahan kimia menyebabkan Seperti dengan hal yang diungkapkan oleh
kerusakan sel kulit lapisan luar, semakin lama Hudyono (2002) sebelumnya, bahan penggumpal
berkontak dengan bahan kimia maka akan semakin tahu yang mengandung asam dapat menyebabkan
merusak sel kulit lapisan yang lebih dalam dan kerusakan sel kulit lapisan luar, semakin lama
memudahkan untuk terjadinya dermatitis. Kontak berkontak dengan bahan kimia maka akan semakin
dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau alergen merusak sel kulit lapisan yang lebih dalam dan
secara terus menerus akan menyebabkan kulit memudahkan untuk terjadinya dermatitis.
pekerja mengalami kerentanan mulai dari tahap yang Responden yang bekerja pada semua bagian
ringan sampai tahap yang berat. Lama kontak adalah sebanyak 40%, bagian memasak sebanyak 48% dan
jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia bagian penjualan 12%. Berdasarkan hasil analisis
dalam hitungan jam/hari. Setiap pekerja memiliki bivariat, responden yang mengalami dermatitis pada
lama kontak yang berbeda-beda sesuai dengan bagian memasak yaitu sebanyak 55,6%, bagian
proses kerjanya. Semakin lama berkontak dengan penjualan tidak ada (0%) dan semua bagian 44,4%.
bahan kimia maka peradangan atau iritasi kulit dapat Hasil penelitian ini terdapat hubungan yang
terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit (Lestari bermakna antara jenis pekerjaan dengan dermatitis
dan Utomo, 2007). kontak pada pekerja pembuat tahu. Meskipun
Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata penelitian ini menggunakan desain cross sectional,
lama kontak pekerja pembuat tahu dengan bahan sehingga lemah dalam menganalisis hubungan sebab
kimia yang digunakan untuk tahap penggumpalan akibat.
adalah 4,68 jam/hari (4 jam 40 menit/hari). Pekerja Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
ada yang berkontak langsung dengan bahan dikemukakan oleh Lestari dan Utomo (2007) bahwa
penggumpal, ada pula yang sama sekali tidak terdapat perbedaan jumlah pekerja yang mengalami
berkontak dengan larutan penggumpal, tergantung dermatitis kontak berdasarkan jenis pekerjaannya.
jenis pekerjaan mereka. Sehingga lama kontak Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
minimum pada penelitian ini adalah 0 jam/hari dan yang dilakukan oleh Ferdian (2012) dalam penelitian
lama kontak maksimum yaitu 9 jam/hari. tersebut didapatkan p-value sebesar 0,001 dimana
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian artinya terdapat hubungan antara jenis pekerjaan
Lestari dan Utomo (2008) yang menunjukkan bahwa dengan dermatitis kontak pada pembuat tahu di
terdapat hubungan yang bermakna antara lama wilayah Ciputat dan Ciputat Timur.
kontak dengan kejadian dermatitis kontak (p-value
164 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 156–165

Proses pekerjaan memasak pada bagian kadang-kadang menggunakan APD dibandingkan


penyaringan memang bersentuhan langsung dengan kelompok pekerja yang menggunakan APD
dengan larutan penggumpal tahu. Proses dimulai terhadap kejadian dermatitis kontak (positif) adalah
dari merebus bubur kedelai hasil penggilingan, 8,556. Artinya pekerja yang kadang-kadang memakai
mencampurkan hasil rebusan dengan larutan APD mempunyai risiko mengalami dermatitis
penggumpal dan diakhiri dengan menyaring kontak 8,556 kali lebih besar dari pekerja yang
hasil penggumpalan. Dari tahapan tersebut dapat selalu menggunakan APD. Nilai kisaran (minimum
dikatakan bahwa bagian penyaringan berisiko untuk dan maksimum) Odds Ratio sebesar 2,018–36,279,
terkena dermatitis kontak kemungkinan dikarenakan berarti bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%
terpapar oleh larutan penggumpal yang bersifat asam kelompok responden yang kadang-kadang
dan didukung oleh paparan air yang cukup panas menggunakan APD mempunyai risiko yang lebih
saat mencampurkan larutan penggumpal dengan besar dibandingkan dengan kelompok responden
bubur kedelai hasil rebusan. yang selalu menggunakan APD.
Pemakaian mesin pengaduk dan mesin Terkait dengan hasil tersebut, maka sebaiknya
penyaring juga dapat mengurangi keterpaparan bahan pemilik pabrik dan pekerja sama-sama paham
penggumpal yang bersifat asam tersebut. Selain akan bahaya dermatitis kontak dan sadar akan
itu pekerja diharapkan untuk tetap menggunakan pentingnya penggunaan APD dalam bekerja.
alat pelindung diri berupa sarung tangan yang Sebaiknya pekerja menggunakan APD pada badan
panjangnya sampai lengan dan sepatu boots agar dengan menggunakan baju serta tambahan celemek,
tangan dan kaki tidak langsung bersentuhan dengan kaki menggunakan sepatu boots, dan tangan
larutan penggumpal dalam proses penyaringan. menggunakan sarung tangan yang terbuat dari
Pemakaian sarung tangan bagi beberapa orang latex (karet) yang biasanya digunakan oleh tenaga
menimbulkan masalah seperti perasaan kaku, risih, medis seperti dokter obgyn, bidan ataupun perawat.
maupun mengganggu penampilan. Meskipun begitu Pemilihan menggunakan APD sarung tangan obgyn
pada bidang industri, sarung tangan memberikan karena sarung tangan ini memiliki tekstur paling
perlindungan terhadap bahaya yang mungkin lentur dan sarung tangan ini bisa menutupi dari
terjadi karena pekerjaan tersebut menimbulkan ujung jari sampai lengan bagian atas. Jadi sangat
kemungkinan risiko kecelakaan yang berbahaya cocok untuk menghindari tangan dari cairan asam.
bagi diri dan anggota badan pekerja tersebut. Sarung
tangan dapat melindungi pekerja dari kemungkinan
SIMPULAN
celaka seperti kejutan aliran listrik, terbakar, maupun
percikan logam panas. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa yang telah dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan
semua responden yang memakai APD sepatu boots bahwa; Pekerja pembuat tahu yang menderita
tidak mengalami dermatitis kontak pada kakinya, dermatitis kontak adalah sebanyak 72%. Pada
sedangkan semua responden yang tidak memakai pekerja pembuat tahu rata-rata lama kontak adalah
atau jarang menggunakan APD sepatu boots, semua 4,68 jam/hari (1 jam 40 menit/hari) dan sebanyak
mengalami dermatitis pada kakinya. 60% pekerja di home industry tahu lama kontaknya
Hasil penelitian ini sejalan dengan apa ≤ 5 Jam. Pada faktor jenis pekerjaan responden yang
yang dikemukakan oleh Erliana (2008), bahwa bekerja pada semua bagian sebanyak 40%, bagian
terdapat perbedaan proporsi antara pekerja yang pemasakan sebanyak 48% dan bagian penjualan
menggunakan APD dengan pekerja yang tidak 12%. Pada faktor penggunaan APD semua responden
menggunakan APD. Proporsi pekerja yang tidak yang menggunakan APD sepatu boot tidak
menggunakan APD diketahui 87,5% menderita mengalami dermatitis kontak pada kakinya, begitu
dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja juga sebaliknya semua pekerja yang tidak memakai
yang menggunakan APD hanya 19,0%. Hasil uji chi sepatu boot kakinya mengalami dermatitis kontak.
square menunjukkan bahwa variabel penggunaan Lama kontak, jenis pekerjaan dan penggunaan APD
APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian
kejadian dermatitis kontak dengan p-value 0,001. dermatitis kontak.
Penelitian Nuraga (2006), juga menyebutkan
bahwa besarnya risiko kelompok pekerja yang
Mochammad Chafidz dan Endang Dwiyanti, Hubungan Lama Kontak, Jenis Pekerjaan… 165

DAFTAR PUSTAKA Lestari, F., Utomo, H.S. 2007. Faktor-Faktor yang


Depkes. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada
Kerja bagi Petugas Kesehatan Jakarta Tahun Pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri. Skripsi.
2008. Karya Tulis Ilmiah. Direktorat Jenderal Universitas Indonesia.
Bina Kesehatan Jakarta. Lestari, F., Utomo, H.S. 2008. Faktor-Faktor yang
Dinas Kesehatan Sulawesi Utara. Upaya Kesehatan Memengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak pada
Kerja Bagi Perajin (Kulit, Mebel, Aki Bekas, Tahu Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia di
& Tempe, Batik). Available: http://dinkesulsel. Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri
go.id/new/images/pdf/pedoman/pedoman%20 Cibitung Jawa Barat. Jurnal Makara Kesehatan,
upaya%20yankes%20perajin.pdf. 12(2): pp. 63–70.
Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu Levy. 2002. Occupational Disease. Jurnal. Universitas
dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Paving Mutoif, D. 2008. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium
Block CV. F. Lhokseumawe Tahun 2008. Tesis. Terapan dan Rekayasa Hygiene Perusahaan dan
Universitas Sumatera Utara. Keselamatan Kerja (Hyperkes). Karya Tulis
Ernasari. 2012. Pengaruh Penyuluhan Dermatitis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Yogyakarta.
Kontak terhadap Pengetahuan dan Sikap Perajin Nuraga, W. 2006. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja yang
Tahun 2011. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Terpajan dengan Bahan Kimia di PT. Moric
Ferdian, R. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Indonesia Tahun 2006. Tesis. Universitas
dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Indonesia.
Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan Ciputat dan Prisandhie, A. 2011. Faktor yang berhubungan
Ciputat Timur Tahun 2012. Skripsi. Universitas dengan Keluhan Dermatosis pada Pekerja Pencuci
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sepeda Motor dan Mobil di Sepanjang Jalan
Hudyono, J. 2002. Dermatitis Akibat Kerja. Jakarta: Mulyorejo Tahun 2011. Skripsi. Universitas
Majalah kedokteran Indonesia. 2011. Skripsi. Airlangga Surabaya.
Universitas Indonesia Jakarta. Sinta, D.A. 2010. Pengaruh Lama Perendaman
Keefner, D.M., dan Curry, C.E. 2004. Contact Kedelai dan Jenis Zat Penggumpal terhadap
Dermatitis dalam Handbook of Nonprescription Mutu Tahu Tahun 2010. Skripsi. Universitas
Drugs, 12th edition, APHA, Whasington D.C. Diponegoro Semarang.
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto.

Você também pode gostar