Você está na página 1de 14

TUGAS

KONSEP HEALTH PROMOTION

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

1. USWATUN HASANAH
2. SRI WAHYUNINGSIH
3. NURUL FAJRIAH
4. NURAENI. A
5. ABDUL WAHID

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
1. Teori Health Promotion
Definisi WHO mengenai promosi kesehatan sebagai hasil Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan adalah Health promotion is the procces of
enabling people to control over and improve their health. To reach a state of
complete physycal. Mental, and social well-Being, an individual or group must
be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or
cope with the environment.
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaraan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2010)
Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya.
Dengan demikian promosi kesehatan merupakan upaya mempengaruhi
masyarakat agar menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menghentikan
dengan perilaku yang aman atau paling tidak berisiko tinggi. Program promosi
kesehatan tidak dirancang dibelakang meja. supaya efektif program harus
dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
(Kholid, 2012)
Promosi kesehatan adalah “memasarkan” atau “menjual” atau
“memperkanalkan” pesan-pesan kesehatan atau “upaya-upaya” kesehatan,
sehingga masyarakan “menerima” atau “membeli” (dalam arti menerima
perilaku kesehatan) atau “mengenal” pesan-pesan kesehatan tersebut, yang
akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat. (Notoatmojo, 2011)
Menurut Green( 1984 dalam Notoatmojo 2010), promosi kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
a. Teori Health Promotion Model (HPM) menurut Nola J Pender:
1) Prior Related Behavior
Secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada Likelihood of
engaging in health-promoting behaviors.
2) Personal Factors
Kategorinya, biologis, psikologis, dan sosiokultur. Faktor ini
memprediksikan pemberian perilaku dan dibentuk secara alami dalam
target perilaku menjadi pertimbangan.
3) Personal Biological Factors
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah variabel seperti umur, jenis
kelamin, Masa indek tubuh, status pubertas, status menopouse, kekuatan,
keseimbangan.
4) Personal Psycological Factors
Yang termasuk kedalam faktor ini adalah harga diri, motivasi diri,
kemampuan diri, definisi kesehatan, pemahaman status kesehatan.
5) Personal Sociocultural Factors
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah ras, etnik, pendidikan, dan status
sosioekonomi.
6) Perceived Benefits of Action
Perceived Benefits of Action di antisipasikan sebagai hasil akhir positif
yang akan terjadi dari perilaku kesehatan.
7) Perceived Barriers to Action
Perceived Barriers to Action diantisipasikan, diimajinasikan atau blok
nyata dan ganti rugi individu sebagai usaha pemberi perilaku.
8) Perceived Self-Efficacy
Perceived Self-Efficacy adalah pendapat dari kemampuan individu untuk
mengorganisasikan dan menjalankan sebuah promosi perilaku kesehatan.
9) Activity-Related Affect
Activity-Related Affect di gambarkan sebagai perasaan subjektif positif
atau negatif yang terjadi sebelum, atau sejak mengikuti perilaku dasar
yang enstimulus diri dari perilaku dirinya sendiri.
10) Interpersonal Influences
Pengaruh ini adalah perilaku yang berfokus pada pengetahuan, keyakinan
atau tata krama dan lainnya. Pengaruh interpersonal termasuk norma,
sosial suport, dan modeling. Sumber utama dari pengaruh interpersonal ini
adalah keluarga, kelompok, dan pemberi pelayanan kesehatan.
11) Situational Influences
Situational Influences adalah persepsi dan pengetahuan individu tentang
banyak pemberi situasi atau bahasannya dapat memfasilitasi atau
mengganggu perilaku. Pengaruh situasi mungkin mempunyai pengaruh
secara langsung maupun tidak langsung dalam perilaku kesehatan.

12) Commitment to a plan of action


Komitmen ini menggambarkan konsep dari tujuan dan identifikasi dari
strategi perencanaan yang berperan penting dalam mengimplementasi
perilaku kesehatan.
13) Immediate Competing Demans and Preferences
Competing Demans adalah alternatif perilaku individu yang mempunyai
kontrol lemah, karena ada kemungkinan yang terjadi di lingkungan seperti
bekerja atau kepekaan atau kepekaan keluarga.
Competing Preferences adalah alternatif perilaku yang melibatkan
individu relatif kontrol tinggi, seperti memilih ice cream atau apel untuk
makanan ringan.
14) Health-Promoting Behavior
Health-Promoting Behavior adalah sebuah poin akhir atau hasil akhir dari
aksi yang secara langsung terhadap pencapaian hasil akhir kesehatan yang
positif seperti pencapaian yang optimal, pemenuhan kebutuhan individu,
dan produktivitas hidup. Contoh: memilih makanan sehat, manajemen
stres, pertumbuhan spiritual, dan membangun hubungan yang positif.
2. Domain Health Promotion (Ruang Lingkup)
Ruang lingkup atau bidang garapan promosi kesehatan baik sebagai ilmu
(teori) maupun sebagai seni (aplikasi) mencakup berbagai bidang atau cabang
keilmuan lain. Ilmu-ilmu yang dicakup promosi kesehatan dikelompokkan
menjadi 2 bidang, yaitu (Notoatmodjo, 2005):
a. Ilmu perilaku, yaitu ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku
manusia, terutama psikologi, antropologi, dan sosiologi.
b. Ilmu-ilmu yang diperlukan untuk intervensi perilaku (pembentukan dan
perubahan perilaku), antara lain pendidikan komunikasi, manajemen,
kepemimpinan dan sebagainya.
Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2 dimensi
yaitu (Notoatmodjo, 2005):
a. Dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan yakni pelayanan preventif dan
promotif (kelompok profesi kesehatan masyarakat), serta pelayanan kuratif dan
rehabilitatif (kelompok profesi kedokteran).
b. Dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan atau tatanan (setting) yakni
promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga), sekolah, tempat kerja,
tempat-tempat umum (TTU) dan institusi pelayanan kesehatan.
c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan 5 tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel Clark,
sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan (Health Promotion)
2) Perlindungan khusus (Specific Protection)
3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment)
4) Pembatasan Cacad (Disability Limitation)
5) Rehabilitasi (Rehabilitation)
3. Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang
berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada individu,
kelompok atau masyarakat.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi
secara positif perilaku kesehatan masyarakat,dengan menggunakan berbagai
prinsip dan metode komunikasi,baik menggunakan komunikasi
interpersonal,maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan
adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat. Dan selanjutnya perilaku
masyarakat yang sehat tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat.
Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program
kesehatan yaitu:
a. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi langsung, tetap muka antara
satu orang dengan orang lain baik perorangan mauun kelomok. Komunikasi
ini tidak melibatkan kamera, artis, penyiar, atau penulis scenario.komunikator
langsung bertatap muka dengan komunikan, baik secara individual, maupun
kelompok.
Di dalam pelayanan kesehatan, komunikasi antarpribadi ini terjadi antara
petugas kesehatan atau healthprovider dengan clients,atau kelompok
masyarakat dan para anggota masyarakat.Komunikasi antar pribadi
merupakan pelengkap komunikasi massa.Artinya pesan-pesan kesehatan yang
telah disampaikan lewat media massa [televise,radio,Koran,dan
sebagainya]dapat ditindaklanjuti dengan melakukan komunikasi antar
pribadi,misalnya;penyuluhan kelompok dan konseling kesehatan.
Komunikasi antarpribadi dapat efektif apabila memenuhi tiga hal di bawah
ini;
1. Empathy,yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain [orang yang diajak
berkomunikasi].
2. Respect terhadap perasaan dan sikap orang lain.
3. Jujur dalam menanggapi pertanyaaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling
(counseling),karena didalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan
komunikan atau klien terjadi dialok.Klien dapat lebih terbuka menyampaikan
masala dan keinginan-keinginanya,karena tidak ada pihak ketiga yang hadir.
Proses konseling ini dapat di ingat secara mudah dengan akronim berikut;

G Greet client warmly (menyambut klien dengan hangat)

A Ask client about them selve(menanyakan tentang keadaan mereka)


T Tell clients about their problems (menayakan masalah-masalah yang mereka
hadapi)
H Helh clients solve their problem (membantu pemecahan masalah yang mereka
hadapi)
E Explain how to prevent to have the same problem(menjelaskan bagaimana
mencegah terjadinya masalah yang sama.
R Return to follow up (melakukan tindak lanjut terhadap konseling
b. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah penggunaa media massa untuk meyampaikan
pesan-pesan atau informasi kepada khalayak atau masyarkat. Kolmunikasi dalam
kesehatan masyarakat berarti menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada
masyarakat melalui berbagai media massa(TV, Radio, Media cetak, dan
sebagainya), dengan tujuan agar masyarakat berperilaku hidup sehat. 20
Didalam program DBD (Demam Berdarah Dangue) misalnya pesan-pesan
yang disampaikan antara lain : penyebab,penularan,penanggulangan penyakit
DBD, dan sebagainya kepada masyarakat agar mereka :
1) Mengetahui penyebab , cara pencegahan, cara penularan DBD, tanda-
tanda DBD,dan sebagainya;
2) Melakukan upaya-upaya untuk mencegah DBD;
3) Melakukan tindakan pengobatan yang tepat bila mereka atau keluarga mereka
menderita DBD.
Dalam perkembangan selanjutnya,komunikasi massa tidak hanya terbatas
pada penggunaan media cetak dan media elektronik saja,melainkan mencakup
juga penggunaan media tradisional. Komunikasi massa dengan menggunakan
media tradisional ini tampaknya lebih efektif karena sangat erat hubungannya
dengan social budaya masyarakat setempat. Menyisipkan pesan-pesan kesehatan
melalui wayang kulit daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta,atau melalui melalui
wayang golek di Jawa Barat akan lebih efektif dari pada melalui TV Spot atau
Radio Spot

c. Model-model komunikasi
a.Model Shanon-weaver
Model ini bersifat satu arah. Kekuatan model ini, memperjelas suatu
proses penyampaian informasi dari sumber ke tempat tujuan secara rinci.
Kelemahannya, kurang dapat menjelaskan bagaimana hubungan transaksional
(timbal balik) antara sumber informasi dan penerima.
b.Model SMCR (Source Messafe Chanel Receiver)
Proses komunikasi berlangsung berdasarkan keterampilan, sikap,
pengetahuan dan latar belakang budaya yang berbeda dari sumber informasi
c.Speech Communication Model
Komunikasi terdiri dari tiga variable, yaitu Pembicara (speaker),
pendegar (Receiver) dan Umpan balik (feed back).
d.Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan
A. Peran komunikasi dalam pendidikan kesehatan
Mengkondisikan faktor predisposisi yakni Petugas kesehatan sebagai
sumber informasi harus mampu berkomunikasi dengan sasaran didik dan
Transfer pengetahuan dari petugas kesehatan ke pasien.
B. Menggambarkan hubungan interaksi perawat-pasien
a. Hubungan timbal balik/komunikasi dua arah, perawat sebagai sumber
informasi mentransfer
b. Pengetahuan dan klien memahami informasi yang diterima sebagai hasil
belajar.
4. Strategi komunikasi dalam pendidikan kesehatan
a. Komunikasi merupakan kegiatan yang terus menerus, tidak pernah
berakhir dan bermula
b. Terjadi proses interaktif antara komunikator (perawat) dan komunikan
(pasien) sehingga terjadi umpan balik (feed back).
5. Konsep Health Promotion in Nursing
Langkah-langkah Promosi Kesehatan oleh Perawat, antara lain :
Setelah melalui proses pengkajian awal, apabila ditetapkan pendidikan
kesehatan sebagai salah satu intervensi keperawatan, maka proses pendidikan
kesehatan oleh perawat harus kembali menerapkan prinsip-prinsip asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Hal ini berarti bahwa untuk melakukan pendidikan kesehatan yang
bermutu dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi klien, perawat harus
melakukan suatu proses pengkajian dan tidak serta merta melakukan pendidikan
kesehatan terhadap klien.
a. Pengkajian
1) Tujuan pengkajian
Tujuan pengkajian adalah diperolehnya informasi dari individu,
keluarga, atau kelompok tentang kondisi kesehatan, dan berbagai hal yang
dapat memengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan. Informasi
tersebut diperlukan karena akan memengaruhi pemulihan materi, metode, dan
media pendidikankesehatan
2) Metode
Pengamatan langsung dan wawancara serta mempelajari data yang
telah ada (medical record atau kartu rawat jalan)
3) Aspek yang dikaji
a) Riwayat keperawatan. Informasi yang diperluakn melalui pengkajian
riwayat keperawatan merupakan hal-hal yang dapat memengaruhi kebutuhan
belajar, meliputi: Usia, misalnya cara penyampaian informasi pada lansia
secara lambat dan berulang
Pemahaman dan presepsi klien tentang masalah kesehatan, misalnya
tuberculosis bukan merupakan penyakit keturunan
Keyakinan dan praktik tentang kesehatan, misalnya lebih memilih dukun
daripada dokter

b) Faktor budaya. Misalnya, kebiasaan makan makanan berlemak tinggi


pada suku tertentu

c) Faktor ekonomi. Pemberian contoh dalam penyusunan menu makanan


disesuaikan dengan keadaan ekonomi klien

d) Gaya belajar. Misalnya, beberapa klien hanya dapat menerima


informasi dengan baik jika menggunakan alat bantu atau demonstrasi

e) Faktor pendukung pada klien. Contohnya, adanya keterlibatan keluarga


sebagai pengawas minum obat (PMO) pada keluarga dengan klien
tuberculosis dalam kepatuhan pengobatan

f) Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisikdapat juga digunakan untuk


mengkaji kebutuhan belajar klien antara lain: Status mental, contohnya
klien yang sedang tegang atau bersedih akan sulit menerima informasi
yang akan diberikan,Tingkat energy dan status gizi, contohnya pada
keadaan kurang asupan makanan (malnutrisi), klien akan sulit menerima
informasi, Kapasitas fisik klien untuk belajar dan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, Kemampuan penglihatan, pendengaran, dan
koordinasi otot

4) Hasil pengkajian
a) Ketidak siapan untuk belajar. Beberapa klien sering tidak siap untuk
belajar. Untuk itu, perawat perlu mengkaji penyebab ketidaksiapan
belajar tersebut yang meliputi:
b) Ketidaksiapan fisik, seperti adanya kelelahan, nyeri, dan keterbatasan
pergerakan
c) Ketidaksiapan emosi, seperti adanya kecemasan, bersedih, dan marah
d) Ketidaksiapan kognitif, seperti adanya penyaruh dari obat-obat yang
diminum
2) Motivasi. Motivasi yang ada pada diri klien sangat berpengaruh dalam
kebutuhan klien untuk belajar dan mendapatkan informasi. Perawat dapat
meningkatkan motivasi klien untuk belajar dengan cara:
a) Melakukan pendekatan persuasive kepada klien
b) Memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat pengetahuan
c) Tingkat kemampuan membaca. Tingkat kemampuan
membacaklien sangat berpengaruh terhadap kemampuan untuk
menerima informasi selama ini. Untuk itu, perawat perlu mengkaji
tingkat kemampuan membaca klien untuk menetapkan strategi
pembelajaran yang tepat.
b. Diagnosis keperawatan
a) Tujuan: dirumuskannya masalah yang di hadapi klien terkait
dengan pendidikan yang di berikan
b) Metode : analisis data (informasi) berdasarkan hasil pengkajian
c) Rumusan diagnosis keperawatan: berkaitan dengan kebutuhan
belajar klien secara umum, dapat dikelompokkan dalam kategori
diagnosis yang didasarkan pada respons klien dan etiologi
c. Perencanaan
a) Tujuan perencanaan: menetapkan apa yang ingin dicapai dalam
mengatasi masalah
b) Aspek dalam perencanaan meliputi tujuan, sasaran, metode dan
media, materi, tempat, dan langkah-langkah
c) Tahapan dalam menyusun rencana pengajaran adalah sebagai berikut
Menetapkan prioritas pengajaran. Kebutuhan belajar klien disusun
berurutan menurut prioritas kebutuhan belajar. Perawat dank lien
dapat secara bersam-sama menetapkannya karena melibatkan klien
akan meningkatkan motivasi klien untuk belajar sesuai kebutuhannya
Menyusun kriteria yang diharapkan. Perawat perlu menyusun kriteria
yang diharapkan dapat terjadi dalam proses belajar meliputi keadaan
(kondisi) yang dapat diamati dan diukur, aktivitas klien yang dapat
diamati dan diukur, kondisi bagaimana aktivitas tersebut dilakukan
klien, dan kriteria waktu yang spesifik dalam kegiatan belajar.
Memilih materi. Perawat peerlu memilih sumber-sumber informasi
yang meliputi buku, jurnal keperawatan dan kesehatan, serta media
lainnya. Untuk itu, yang perlu diperhatikan dalam memilih materi
adalah ketetapan (akurasi) materi sesuai dengan kebutuhan, informasi
terbaru, sesuai dengan latar belakang klien meliputi usia, budaya, dan
kemampuan menyerap informasi, serta konsistensi informasi yang
diberikan perawat dalam mengajar
Menentukan strategi mengajar. Metode mengajar yangdigunakan
perawatan harus sesuai dengan kondisi klien dan materinya yang akan
disampaikan oleh pengajar. Contohnya, seseorang yang tidak dapat
membaca materi dapat diberikan dengan diskusi dan menggunakan
media gambar (lembar balik)
d. Implementasi
a) Tujuan implementasi: melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan
b) Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah perawat tidak perlu
terpaku pada rencana yang telah disusun
c) Rencana dapat direvisi segera bila dalam pelaknasaan ada
perubahan dalam kondisi klien atau faktor eksternal klien
d) Yang perlu diperhatikan dalam mengajar adalah kesesuaian dan
waktu yang tepat sehingga memungkinkan klien untuk belajar
pada setiap pertemuan
e) Linkungan dapat menghambat atau membantu dalam proses
belajar
f) Alat bantu dapat membantu memfokuskan perhatian klien dalam
belajar
g) Belajar akan lebih efektif bila klien menemukan materi yang
mereka butuhkan
e. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi
kesehatan dapat lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut perlu
dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas melalui pengelompokkan
sasaran promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer), sasaran
antara (sekunder), dan sasaran penunjang (tersier)
a) Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan
menerapkan perilaku baru
b) Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat memengaruhi
sasaran primer
c) Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau
penyandang dana. Contohnya, promosi kesehatan yang
dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat di keluarga
dengan balita gizi buruk, maka sasaran utamanya adalah
balita gizi buruk tersebut, sasaran sekundernya adalah
anggota keluarga dan sasaran penunjangnya adalah kader
kesehatan, lurah, camat, tokoh masyarakat dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Yusriani & Muhammad Khidri Alwi. 2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Ponorogo:Forum Ilmiah Kesehatan

Syarifuddin, Nurdiyanah. 2012. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Teori dan Aplikasi.
Makassar : Alauddin University Press

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. PROMOSI KESEHATAN : Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Kadir, Nurhira Abdul. 2013. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan Prinsip
Dasar dan Aplikasinya. Makassar : Alauddin University Press

Maulana, Heri.D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Ilmi, Ani Auli. 2017. BUKU DARAS : Keperawatan Komunitas. Makassar : Pustaka
Almaida

Effendi, ferry makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: salemba medika, 2009

Você também pode gostar