Você está na página 1de 18

Modul Instruktur PLPG

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penyusun:
Prof. Dr. Hasnawi Haris, M.Hum
Prof. Dr. Jasruddin, M.Si
Prof. Dr. Fakhri Kahar, M.Si

Reviewer:
Drs. H. Bernard, MS.
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

Kompetensi : Mampu Merancang Karya Tulis Ilmiah


Sub Kompetensi : Merancang garis besar karya tulis ilmiah
Indikator Esensial : Menyusun abstrak KTI berdasarkan deskripsi pelaksanaan penelitian

MATERI
I. Pendahuluan
Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati olh
masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian,
makalah seminar atau simposium, artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuan. Data, kesimpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuan lain dalam
melaksanakan pnelitian atau pengkajian selanjutnya.
Dalam prakteknya, untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan
praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir ini umumnya merupakan laporan
penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang
ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa
berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang
persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa
sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

II. Sifat dan Isi Tulisan Karya Ilmiah


Sifat dan isi tulisan karya ilmiah setidaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Kreatif dan Objektif
a. Tulisan berisi gagasan (ide) yang kretif untuk mencari solusi suatu permasalahan yng
berkembang dalam masyarakat. Tulisan itu merupakan hasil pemikiran secara
divergen atau pemikiran yang terbuka.
b. Tulisan tidak bersifat emosional atau tidak menonjolkan permasalahan subjektif.
c. Tulisan didukung oleh data yang dan/atau informasi terpercaya.
d. Bersifat asli (bukan karya jiplakan dan bukan rekayasa) dan menjauhi duplikasi.
2. Logis dan sistematis
a. Tiap langkah penulisan dirancang secara sistematis dan runtut.
b. Pada dasarnya karya tulis ilmiah memuat unsur-unsur identifikasi masalah, analisis-
sintesis, simpulan dan sedapat mungkin memuat saran-saran.
3. Isi tulisan berdasarkan telaah pustaka dan/atau hasil pengamatan/interview, tetapi bukan
hasil penelitian eksperimental (yaitu penelitian yang memberikan perlakuan pada objek
yang diamati).
4. Materi karya ilmiah merupakan isu mutakhir (current issues) atau aktual.

III. Bahasa
Karya tulis ilmiah, sesuai dengan sifatnya, harus ditulis dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Gunakanlah bahasa indonesia yang baik dan benar (sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia).
2. Pilihlah kata-kata yang tepat, benar, dan lazim.
3. Susunlah kalimat yang singkat, tetapi jelas (subjek, predikat, objek, dan keterangannya
jika ada).
4. Hindarilah penggunaan singkatan dan akronim. Jia terpaksa menggunakan singkatan dan
akronim, harus ditulis selengkapnya lebih dahulu. Setelah itu singkatannya dapat
digunakan terus sampai karya tulis itu selesai.
Contoh:
Badan Pendidikaan dan pelatihan Keuangan (BPPK)
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat),
5. Gunakanlah istilah-istilah Indonesia. Jika terpaksa menggunakan istilah asing karena
belum ada isilah Indonesianya, tulislah istilah asing itu dalam bahasa asing yang benar,
kemudian istilah itu ditulis miring.
6. Gunakanlah istilah penulis (bukan pengarang atau kata ganti orang pertama kami, kita,
dan saya) untuk sebutan diri.
7. Penulisan harus taat asas/konsisten.
8. Buatlah paragraf (alinea) yang seimbang jumlah kalimatnya dan jelas pengait antar
kalimatnya.
IV. Judul Tulisan/Penelitian
Judul suatu karya ilmiah menggambarkan keseluruhan isi tulisan. Judul diangkat
dari intisari tema-topik tulisan. Apabila seseorang membaca judul karya tulis ilmiah, maka
diharapkan mendapatkan gambaran umum mengenai masalah yang menjadi pokok tulisan.
Bagian-bagian atau unsur-unsur yang dapat membentuk judul, terdiri dari:
 Objek tulisan
 Subjek tulisan
 Ruang lingkup tulisan
 Jens tulisan
Judul karya tulis ilmiah harus menggunakan bahasa baku dan bersifat singkat, padat
dan jelas. Secara teknis, judul diketik dengan huruf besar (kapital), hendaknya ekspresif,
sesuai dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang adanya penafsiran ganda.

V. Menuliskan Daftar Pustaka


Karya ilmiah perlu dilengkapi dengan daftar pustaka, yang memaparkan karya
ilmiah lain yang digunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain penulisan karya
ilmiah rujukan tersebut perlu memuat nama pengarang, judul karya ilmiah, tahun penerbitan,
serta penerbitnya. Tata cara penulisan daftar pustaka perlu juga memberikan isyarat apakah
karya ilmiah yang dirujuk itu berupa buku, jurnal, makalah seminar, laporan penelitian yang
tidak dipublikasi, dokumen Web, dll. Oleh karenanya ada tata cara yang ditetapkan untuk
menuliskan daftar pustaka. Namun demikian terdapat banyak versi tata cara penulisan daftar
pustaka, bergantung pada tradisi yang dipegang oleh masyarakat keilmuan dalam masing-
masing bidang.
Tata cara apapun dapat saja dipakai asalkan pemakaiannya konsisten. Namun
demikian apabila karya ilmiah kita ingin dipublikasikan dalam jurnal tertentu, kita harus
menyesuaikan diri dengan tata cara penulisan daftar pustaka yang ditetapkan oleh redaksi
jurnal tersebut.

VI. Sistematika Karya Ilmiah

Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang penulisan merupakan gambaran umum yang berisi alasan mengapa
memilih topik karya tulis tersebut dan untuk menunjukkan mengapa topik tersebut penting.
Latar belakang masalah perlu memaparkan secara jelas dan didukung oleh data-data, fakta-
fakta dan alasan-alasan yang logis mengenai penting serta layaknya tulisan tersebut diangkat.
Pada bagian ini mencakup masalah tentang alasan mengangkat masalah tersebut menjadi
karya tulis dan penjelasan tentang makna penting serta menariknya masalah tersebut untuk
ditelaah.
Suatu masalah atau topik, diangkat menjadi tulisan dalam karya ilmiah disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain:
1. Masalah itu menyangkut kepentingan umum baik mendesak maupun tidak.
2. Masalah itu merupakan bagian dari mata rantai masalah yang jika tidak carikan solusi
pemecahannya berpotensi melahirkan masalah baru.
3. Masalah itu penting di mana pemecahannya dapat mengisi kekosongan atau kekurangan
ilmu pengetahuan.
Dalam suatu penulisan latar belakang, sesungguhnya juga harus mengungkapkan
mengenai harapan atau keadaan yang diinginkan dari suatu masalah atau topik yang diangkat.
Pada saat yang sama, juga harus mengungkapkan fakta atau kenyataan factual dari masalah
atau topik yang diangkat. Kesenjangan atau gap antara harapan (das sein) dan kenyataan (das
sollen) melahirkan masalah. Masalah-masalah yang terkait dengan topik penulisan harus
diidentifikasi.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah


Mengidentifikasi masalah dimaksudkan untuk menguraikan lebih jelas mengenai
masalah (gap das sein dan das sollen) yang terdapat dalam latar belakang masalah. Di
dalamnya berisi rumusan eksplisit masalah yang terkandung pada suatu fenomena.
Fraenkel dan Wallen (1990:22) mengemukakan rumusan masalah yang baik yang
mempunyai ciri-ciri yakni:
1. Masalah harus feasible: maslah yang diangkat harus dapat dicarikan solusinya melalui
sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga dan waktu;
2. Masalah harus jelas: seluruh pembaca memberi persepsi yang sama terhadap masalah
yang diteliti (dikaji):
3. Masalah harus signifikan: jawaban masalah yang diberikan harus mampu memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemecahan
masalah kehidupan manusia.
Bentuk-bentuk rumusan masalah dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu:
a. Permasalahan deskriptif: permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh: bagaimana sikap masyarakat terhadap KB Mandiri?
b. Permasalahan komparatif: permasalahan yang bersifat membandingkan keberadaan suatu
variabel pada dua sampel atau lebih. Contoh: adakah perbedaan produktifitas kerja antara
pegawai negeri dan pegawai swasta?
c. Permasalahan asosiatif: permasalahan yang menghubungkan antara dua variabel.
Permasalahan model ini terdiri atas tiga bentuk, yaitu hubungan simetris, hubungan
kausal dan hubungan interaktif. Contoh:
1. Adakah hubungannya antara semut di pohon dengan tingkat manisnya buah?
(hubungan simetris)
2. Adakah pengaruh gaji terhadap prestasi kerja? (hubungan kausal)
3. Hubungan antara motivasi dengan prestasi. (hubungan interaktif: saling
mempengaruhi)
Rumusan masalah melahirkan konsekuensi ilmiah terutama terhadap maksud dan
tujuan penulisan, kegunaan, kerangka piker dan metode penelitian. Dalam rumusan masalah
ini harus dirumuskan dengan tegas dan jelas batasannya, atau dengan kata lain dirumuskan
dalam kalimat yang spesifik. (poin-poin dalam rumusan masalah inilah yang harus diuraikan
dalam pokok bahasan-sub pokok bahasan dalam suatu kajian).

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan berangkat dari rumusan masalah yang ada. Biasanya sejumlah
tujuan penelitian (penulisan) harus sesuai dengan sejumlah rumusan masalah. Dengan
perkataan lain, menjelaskan hal-hal yang ingin dicapai peserta melalui karya tulis tersebut
berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan.

D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka berisi:
1. Uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
masalah yang dikaji. Landasan teori bersumber dari pendapat para ahli melalui buku-
buku, internet, majalah, hasil penelitian atau peraturan perundang-undangan.
2. Uraian mengenai pendapat berkaitan dengan masalah yang dikaji. Uraian mengenai
pemecahan masalah yang pernah dilakukan. Hal ini untuk menunjukkan orisinalitas
penulisan.
E. Metode Pengumpulan Data
Jika tulisan ilmiah tersebut menggunakan data, maka harus menjelaskan secara
lengkap metode pengumpulan data yang digunakan; serta alasan mengapa memilih metode
dan data tersebut, misalnya: studi kepustakaan, observasi lapangan, interview, dll; sedangkan
data dapat berupa data primer maupun sekunder.

F. Ruang Lingkup Penulisan


Menjelaskan mengenai wilayah yang menjadi pembahasan dalam karya tulis, serta
keterbatasan-keterbatasan kalau seandainya ada. Misalnya saja ruang lingkup penelitian yang
dilakukan adalah dalam lingkup sekolah tertentu, periode penelitian, jenis kegiatan yang
diteliti dan sebagainya.
Pada sisi lain, sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan
sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak
sesuai akan sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum
dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah
yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab empat
pertanyaan berikut: (1) apa yang menjadi masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang
dipakai untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk
memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat
diambil dari temuan itu?
Tentu saja sistematika karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati. Sistematika
karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masyarakat keilmuan dalam bidang terkait, jenis
karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi). Dalam suatu karya ilmiah yang
mempunyai tingkat keformalan yang tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika penulisan
lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti simpulan
dan rekomendasi (saran) pada bagian akhir, atau kata pengantar pada bagian awal.
Banyak jurnal dan majalah meminta abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada
dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi, lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik
memungkinkan pembaca mengenali isi dokumen lengkap secara cepat dan akurat, untuk
menentukan apakah isi dokumen sesuai dengan bidang minatnya, sehingga dokumen tersebut
perlu dibaca lebih lanjut. Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata (dalam satu atau dua
paragraph), menyatakan secara singkat tujuan dan lingkup penelitian/pengkajian, metode
yang digunakan, rangkuman hasil, serta kesimpulan yang ditarik.
G. Bagian Isi/Analisis-Pemecahan Masalah/Pembahasan
Analisis permasalahan didasarkan pada data dan/atau informasi serta telaah pustaka
untuk menghasilkan alternative model pemecahan masalah yang kreatif. Sub-bab ini berisi
analisis penulis terhadap masalah yang merupakan gap antara hal/kondisi yang ada di
lapangan dengan kriteria yang ideal dan bukan deskriptif atas temuan yang sudah
diungkapkan sebelumnya. Dalam sub-bab ini fokus pembahasan lebih pada interpretasi atas
hasil penelitian atau data-data yang telah diungkapkan sebelumnya. Penulis dapat
menjelaskan mengenai kecenderungan apa yang terjadi, arti dari kecenderungan tersebut,
hubungan dan perbandingan data, rasio-rasio, dll. Analisis tidak harus selalu kuantitatif, dapat
juga kualitatif. Penulis dapat menggunakan alat ukur seperti: SWOT, Balancescorecard,
Fishbone, dll, dalam menganalisis data. Namun jika tidak mungkin data-data cukup
dideskripsikan saja.
Pemecahan masalah merupakan pengembangan alternative solusi/pemecahan
masalah yang mungkin/dapat dipilih untuk memecahkan permasalahan. Selanjutnya penulis
merekomendasikan solusi terbaik yang dapat dipertanggungjawabkan.

H. Simpulan dan Saran


Merupakan uraian secara singkat mengenai isi dari karya tulis, terutama uraian
singkat atas pokok masalah, analisis data dan pembahasan. Kesimpulan harus konsisten
dengan analisis permasalahan.
Atas hasil analisis dan pembahasan masalah, diharapkan ada saran-saran yang dapat
diberikan. Saran disampaikan berupa kemungkinan atau prediksi transfer gagasan dan adopsi
teknologi.

I. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat dengan
mudah menemukan sumber yang disebutkan. Penulisan daftar pustaka untuk buku
dimulai dengan menulis nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, tempat terbit,
dan nama penerbit. Penulisan daftar pustaka untuk jurnal dimulai dengan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume dan nomor halaman. Penulisan
daftar pustaka yang diperoleh dari internet ditulis alamat websitenya.
2. Daftar Riwayat Hidup (biodata atau curriculum vitae) peserta minimal mencakup
nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, karya-karya ilmiah yang pernah dibuat,
penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih.
Lampiran (jika diperlukan)

Mempresentasikan Karya Ilmiah


Mempresentasikan karya ilmiah merupakan tahapan penting dari suatu karya tulis
terutama jika hendak dinilai kelayakan dan kepatutannya. Tidak jarang terjadi, karya ilmiah
yang berkualitas akhirnya dinilai rendah oleh seseorang disebabkan cara
mempresentasikannya kurang baik. Suaranya datar dan terlalu pelan, tidak menarik. Waktu
yang digunakan untuk memberikan presentasi terlalu lama, sehingga membosankan bagi
pendengarnya.
Kemampuan memberikan sebuah presentasi yang baik merupakan modal yang
sangat penting. Jika anda bekerja di sebuah perusahaan, pasti anda harus memberikan
presentasi, baik kepada atasan maupun client dari perusahaan anda. Jadi kemampuan
memberikan presentasi sangat esensial bagi seorang sarjana.
Demikian pula dalam pertemuan formal, seminar, konferensi, sering kali kita
dengarkan presentasi yang membosankan. Pembicara yang berbicara melantur, terlalu lama,
tidak menarik, dan membosankan. Mengapa mereka tidak menyadari hal ini?

Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam mempresentasikan karya ilmiah


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita memberikan presentasi, antara
lain:
1. Pendengar (audience),
2. Lamanya waktu presentasi,
3. sifat dari presentasi (formal, informal).
Pengetahuan tentang audience dari presentasi sangat penting. Presentasi di depan
orang yang mengerti teknis (misalnya dalam sidang ujian skripsi, thesis atau tugas akhir)
berbeda dengan presentasi di depan juri lomba karya tulis ataupun masyarakat umum yang
tidak suka detail. Orang yang mengerti teknis akan merasa kesal apabila narasi penjelasannya
terlalu bertele-tele kepada hal-hal yang tidak esensial apalagi yang terkesan menggurui.
Sementara manager eksekutif akan bosan dan bingung jika Anda menggunakan istilah teknis
(dan memberikan rumus matematik yang njlimet).
Secara faktual yang paling berat adalah menyampaikan presentasi di depan audience
yang memiliki latar belakang berbeda. Bagi yang sudah mengerti, presentasi mungkin akan
menjadi membosankan. Hal ini terjadi jika kita memberikan seminar untuk publik.
Penguasaan akan waktu merupakan hal yang sangat krusial. Banyak pembicara atau orator
yang bagus yang tidak dapat mengendalikan waktunya, biasanya molor, sehingga memberi
dampak negatif.
Dampak negatif ini terasa kepada audience, pembicara lain, penguji, dan panitia
(jika ini terjadi dalam sebuah seminar). Usahakan tepat waktu. Justru salah satu kemampuan
yang harus dimiliki seorang pembicara adalah menempatkan diri dengan waktu yang
diberikan. Kemampuan menjelaskan sesuatu dalam waktu yang singkat merupakan bukti
kecerdasan dan penguasaan materi oleh presenter tersebut.

Mempersiapkan presentasi
Persiapan sebelum melakukan presentasi merupakan sebuah aktivitas yang esensial.
Seperti halnya pertandingan olahraga, perlu dipersiapkan strategi untuk memenangkan
pertandingan. Sebuah tim sepak bola, misalnya, tidak akan turun ke lapangan tanpa membuat
persiapan strategi yang akan dilakukan. Persiapan presentasi meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
1. Mengetahui karakteristik target pendengar (audience) dan jumlahnya;
2. Jenis presentasi (formal, informal);
Ad.1. Mengetahui target pendengar
Mengetahui target pendengar merupakan salah satu aktivitas yang penting. Beberapa
contoh target yang berbeda antara lain:
 Penguji sidang thesis. Biasanya pendengar adalah orang yang memiliki
pengetahuan teknis cukup tinggi, jadi jangan terlalu berkesan menggurui.
Jumlah pendengar biasanya sedikit sehingga presentasi bisa lebih interaktif dan
serius.
 Seminar umum. Biasanya jumlahnya banyak dengan latar belakang yang
berbeda-beda. Umumnya mereka ingin belajar dari Anda. Untuk itu perlu Anda
pikirkan nilai tambah apa yang dapat mereka peroleh setelah mendengarkan
presentasi Anda? Mereka pulang mendapatkan apa? Seminar yang dihadiri oleh
pejabat-pejabat, biasanya bersifat formal meskipun bukan berarti Anda tidak
dapat melawak.
Seminar juga sering dihadiri oleh mahasiswa, tapi kadang-kadang ada acara
khusus yang lebih banyak mahasiswanya. Untuk acara jenis ini, biasanya
pembicaraan harus lebih informal dan santai (populer), dan dapat disertai
dengan humor atau lawakan. Siapkan gurauan jika waktunya memungkinkan.
Mahasiswa terkadang responsif terhadap yang sifatnya hura-hura namun
seringkali tidak responsif untuk topik yang formal. Pada bagian tanya jawab
biasanya sepi.

Persiapan teknis
Secara teknis, beberapa hal yang perlu dipersiapkan, antara lain:
1. Materi presentasi (slide, transparan, materi elektronik, handout atau makalah yang akan
dibagikan);
2. Komputer, notebook, atau perangkat elektronik yang digunakan;
3. Percobaan presentasi untuk menghitung lamanya waktu presentasi.
Perhatikan bahwa materi presentasi dapat dibaca dengan mudah oleh pendengar.
Handout (fotocopy) seringkali tidak dapat dibaca dengan mudah karena penggunaan font
yang terlalu kecil, atau warna font gelap (misalnya merah) dengan latar belakang gelap
(misalnya biru tua).
Pastikan perangkat elektronik yang digunakan bekerja dengan baik. Seringkali
presentasi tertunda gara-gara alat panel LCD yang digunakan tidak cocok dengan komputer
atau notebook yang digunakan sehingga gambar tidak muncul di layar.

Pelaksanaan presentasi
Setelah persiapan dilakukan, kini tibalah saatnya Anda mengeksekusi rencana yang
telah disiapkan. Dalam melakukan presentasi, perhatikan hal-hal yang akan dibahas seperti
berikut.
1. Ketepatan waktu
Salah satu kunci rahasia kesuksesan sebuah presentasi adalah “tepat waktu”.
Seseorang harus banyak belajar dan bereksperimen untuk menempatkan waktu sehingga
akhirnya saya punya perasaan (feeling) tentang waktu yang dibutuhkan untuk
mempresentasikan. Presentasi yang terlalu cepat selesai tidak baik. Kesan yang dapat
ditimbulkan adalah pembicara tidak menguasai topik dan terlihat bodoh. Pada saat yang lain,
presentasi yang terlalu lama juga tidak baik. Jika presentasi terlalu cepat selesai yang terlihat
bodoh adalah sang pemberi presentasi, maka presentasi yang terlalu lama akan memberikan
kekesalan kepada pendengar. Jika pendengar sudah kesal, maka apa pun yang Anda katakan
tidak akan didengar lagi. Vonis sudah dijatuhkan. Nilai Anda akan sangat rendah.
Demikian pula dalam memberikan presentasi (di seminar misalnya), jika kita terlalu
banyak berbicara, maka kesan menggurui dan ingin memonopoli pembicaraan akan muncul.
Bicara seperlunya saja. Jika memang tidak perlu bicara, tidak usah berbicara. Ketika
berbicara, perhatikan pendengar. Apabila mereka menguap, melihat jam, merenung-renung,
mencorat-coret di kertas notes, dan menunjukkan tanda-tanda kejenuhan lainnya, maka
percepat presentasi. Selesaikan dengan segera. Sekali lagi, jangan sekali sekali terlalu lama
berbicara. (Lebih baik terlalu cepat selesai daripada terlalu lama, tapi tentunya lebih baik jika
tepat waktu).

Teknik dalam menghadapi pendengar


Salah satu tugas pembicara dalam melakuan presentasi adalah menghadapi
pendengar (audience). Banyak orang yang gemetar dalam melakukan hal ini. Memang hal ini
tidak mudah dan membutuhkan latihan. Ada beberapa teknik yang dapat dikemukakan, antara
lain:
1. Seorang pembaca menanyakan mengenai kata pembukaan. Kata pembukaan bergantung
kepada bentuk acara, pendengar, dan kebiasaan yang berlaku di tempat tersebut. Untuk
acara seminar yang dihadiri oleh mahasiswa, kata pembukaan bisa sedikit santai. Namun
untuk sidang thesis dengan penguji yang terbatas, biasanya agak lebih formal. Kebiasaan
setempat juga menentukan kata pembukaan. Yang pasti, kata pembukaan jangan
berlama-lama karena dia akan mengambil waktu presentasi kita yang sudah sangat
singkat. Untuk acara yang lebih informal, misalnya seminar, kadang-kadang orang
memulainya dengan guyonan (joke). Ini kebiasaan orang Barat (Westerner). Jika
diperhatikan, orang Barat biasanya memulai presentasi dengan guyonan, sementara
orang Indonesia biasanya memulai presentasi dengan permohonan maaf;
2. Ketika menjelaskan sebuah slide, kadang-kadang (tidak selalu) Anda perlu menunjuk
sesuatu di layar. Tunjukkan bagian itu dengan pointer, laser pointer, atau jika terpaksa
dengan telunjuk. Jangan hanya mengatakan “seperti ini atau itu” tanpa menunjukkan
mana yang dimaksud dengan “ini” atau “itu”. Ada juga mahasiswa yang matanya selalu
terpaku pada slide di atas Over Head Projector (OHP) sehingga dia tidak tahu bahwa
proyeksi di layar (yang terlihat oleh pendengar) miring-miring atau bahkan posisi slide
terlalu bawah sehingga tidak dapat dilihat oleh pendengar;
3. Jangan terlalu sering membelakangi pendengar. Seringkali pembicara melihat layar dan
membelakangi pendengar seolah-olah dia takut bertatap muka dengan pendengarnya;
4. Perhatikan raut wajah dari para pendengar. Apakah mereka sudah bosan? bingung?
tersenyum? Jadikan ini menjadi umpan balik bagi strategi presentasi Anda. Seringkali
saya mengikuti presentasi skripsi atau thesis di mana mahasiswa tidak pernah melihat ke
arah pendengar. Kalau penguji sudah bosan semua, hentikan presentasi atau sudahi
sesegera mungkin karena mereka tidak akan mendengarkan dan lebih suka jika berhenti.
5. Ketika memberikan presentasi, Anda harus convincing atau meyakinkan. Bagaimana
pendengar akan percaya dengan apa yang Anda presentasikan jika Anda sendiri
kelihatannya tidak percaya? Namun juga jangan sampai menjadi berkesan terlalu arogan
atau sok tahu;
6. Dalam menghadapi pertanyaan, dengarkan dahulu pertanyaannya. Kalau perlu, catat
dahulu pertanyaan tersebut. Jangan cepat-cepat ingin menjawab atau bahkan memotong
pertanyaan pendengar, kecuali Anda merasa penanya ini terlalu berlarut-larut dalam
mengutarakan pertanyaannya. (Sering kali orang berputar-putar dan tidak to the point
dalam mengutarakan pertanyaan.) Menunggu penanya selesai juga memberikan waktu
kepada kita untuk memikirkan jawabannya.
7. Jangan pernah ngotot dengan penanya. Kita boleh saja berbeda pendapat. Jika ada
penanya yang ngotot, kemudian Anda sudah menjelaskan akan tetapi dia tetap ngotot,
maka Anda sepakati saja bahwa Anda dan sang penanya berbeda pendapat.

Teknik menggunakan presentasi elektronik


Penggunaan computer atau notebook dalam presentasi sudah merupakan hal yang
lumrah. Bahkan di beberapa institusi, penggunaan komputer merupakan hal yang standar.
Umumnya presentasi dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Power Point,
meskipun ada program-program lain yang juga dapat digunakan.
Penggunaan media elektronik, seperti penggunaan Microsoft Power Point ini,
mengundang debat. Ada sebuah artikel NY Times2 yang mengatakan bahwa Power Point ini
membuat kita menjadi bodoh. Alasannya adalah alat bantu ini memaksa kita untuk
memenggal kata dan data sehingga tidak dikenali lagi. Dia mencontohkan bahwa batasan 40
kata dalam satu slide merupakan salah satu contoh pemaksaan yang buruk. Sesungguhnya
sebagai alat bantu, manfaat dan efeknya tergantung kepada siapa yang menggunakannya.
Untuk itu kuasailah cara penggunaan media elektronik dengan baik.
Penggunaan media elektronik ini memiliki karakteristik tertentu yang harus dikuasai
oleh presenter. Berikut ini beberapa saran yang dapat anda gunakan.
1. Dalam satu slide, usahakan gunakan kata-kata sesingkat mungkin sehingga layar tidak
dipenuhi dengan tulisan. Utamakan menggunakan point form. Penjelasan dari point-point
tersebut yang akan Anda presentasikan. Kemampuan Anda membuat tulisan yang
singkat ini merupakan salah satu ujian. Jika memang ada hal-hal yang terpaksa harus
diuraikan secara panjang, berikan materi tersebut dalam bentuk selebaran (handout).
2. Font jangan terlalu kecil. Coba Anda lihat apakah tulisan Anda terbaca dari pendengar
presentasi yang paling belakang. Penggunaan font yang terlalu besar akan menghabiskan
tempat di layar, akan tetapi lebih baik jelas dibaca pendengar daripada mencoba
memadatkan tulisan dalam satu halaman dan tidak terbaca. Apa manfaatnya jika tidak
terbaca?
3. Pemilihan font untuk presentasi dengan media elektronik yang menggunakan layar
komputer (screen) seperti situs web atau presentasi biasa perlu mendapat perhatian.
Kadang-kadang kita kesal melihat orang yang sembarangan dalam memilih font ini.
Konfigurasi bawaan (default) dari Microsoft Power Point adalah menggunakan font Ari
al. Font Arial ini kurang baik untuk presentasi dengan layar karena sulit untuk
membedakan huruf "i" besar dan huruf "i" kecil. Disarankan agar Anda menggunakan
font Georgia, karena font ini memang didesain untuk layar.
4. Gunakan clip art, atau gambar-gambar, jika perlu. Biasanya penggunaan gambar ini
cocok untuk presentasi seminar yang bisa informal. Namun penggunaan gambar ini bisa
juga digunakan untuk presentasi yang lebih formal asalkan gambar yang diambil tidak
terlalu norak. Terlalu banyak gambar juga kurang baik. Perlu diperhatikan juga masalah
hak cipta (copyright) dari clip art yang Anda gunakan. Jangan dibiasakan nyolong dari
orang lain. Berikan referensi darimana clip art tersebut Anda peroleh. Di Internet saat ini
banyak tempat yang menyediakan clip art dengan gratis.
5. Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya menggunakan warna background yang agak
gelap (misalnya warna biru) dengan warna font tulisan yang cerah (putih atau kuning).

SISTEMATIKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH


Dari berbagai uraian di atas, dapat dikemukakan format atau Batang Tubuh Karya
Tulis dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Sistematika Umum Karya Ilmiah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Pengumpulan Data
E. Ruang Lingkup Penelitian/Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II ANALISIS MASALAH DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah
B. Pembahasan Masalah
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

2. Sistematika Penulisan Artikel-Jurnal


1. Judul
2. Nama Penulis
3. Abstrak dan Kata Kunci
4. Pendahuluan
5. Bagian Inti
6. Penutup

CATATAN TAMBAHAN
1. Abstrak Penelitian merupakan intisari dari suatu hasil penelitian. Hal-hal yang harus
dimuat dalam suatu abstrak penelitian karya tulis ilmiah adalah:
a. Nama Penulis
b. Judul
c. Tujuan Penelitian/penulisan
d. Manfaat Penelitian/penulisan
e. Metode Penelitian/penulisan
f. Hasil penelitian/penulisan
g. Kata kunci
2. Pengetikan
1. Tata Letak
a. Karya tulis diketik 1,5 spasi pada kertas berukuran A4, (font 12, time new
roman style).
b. Batas pengetikan:
1) Samping kiri 4 cm
2) Samping kanan 3 cm
3) Batas atas-bawah masing-masing 3 cm
c. Jarak pengetikan, bab, sub-bab dan perinciannya
1) Jarak pengetikan antara Bab dan sub-bab 3 spasi, sub-bab dan kalimat
dibawahnya 2 spasi.
2) Judul bab diketik ditengah-tengah dengan huruf besar dan dengan jarak 4
cm dari tepi atas tanpa digaris-bawahi.
3) Judul sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri, huruf pertama setiap kata
ditulis dengan huruf besar (huruf kapital), kecuali kata-kata tugas, seperti
yang, dari, dan.
4) Judul anak sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri dengan indensi 5 (lima)
pukulan yang diberi garis bawah. Huruf pertama setiap kata ditulis dengan
huruf besar (kapital), kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan.
5) Jika masih ada sub judul dalam tingkatan yang lebih rendah ditulis seperti
pada butir (3) diatas, lalu diikuti oleh kalimat berikutnya.
2. Pengetikan Kalimat
Alenia baru diketik sebaris dengan baris di atasnya dengan jarak 2 spasi.
Pengetikan kutipan langsung yang lebih dari tiga baris diketik 1 spasi menjorok ke
dalam dan semuanya tanpa diberi tanda petik.
3. Penomoran Halaman
a. Bagian pendahuluan yang meliputi halaman judul, nama/daftar anggota
kelompok, kata pengantar dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan
diketik sebelah kanan bawah (i, ii, dan seterusnya)
b. Bagian tubuh/pokok sampai dengan bagian penutup memakai angka arab dan
diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas (1, 2, 3 dan
seterusnya)
c. Nomor halaman pertama dari bab tidak ditulis tapi tetap diperhitungkan.

LATIHAN:
seorang guru bernama Hamdan dari sejak mahasiswa memiliki keinginan untuk
menulis karya tulis ilmiah. Kesulitan yang dihadapinya dalah selain kemampuan teknik
penulisan yang belum dikuasai dengan baik juga kemampuan memahami format penulisan
karya tulis ilmiah yang baku. Hamdan kemudian membuat kerangka penulisan dan disertai
abstrak. Tetapi, seorang rekan Hamdan yang bernama Muhammad Iqbal juga seorang guru
mengkritiknya dengan mengatakan, format kerangka penulisan dan abstrak saudara tidak
lengkap. Diskusikanlah dengan teman anda dengan menghasilkan kerangka penulisan dan
abstrak yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Aswandi. 2006. Guru Sebagai Peneliti. http://www.pontianakpost.com. Diakses, 15


November 2007.

Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Rama Widya. Bandung.


Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persaa Press. Cipayung-Ciputat Jakarta.

Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktek Penilaian Tindakan Kelas (Action Research).
Alfabeta. Bandung.

_______ Madya, Suwarsih. 2006. Praktek Penelitian Tindakan Kelas.


http://www.ktiguru.org/index.php/ptk-1. Diakses, 15 November 2007.

Muhajir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi III. Reka Sarasin. Yogyakarta.

Raka Joni dkk. 1998. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Makalah). IKIP Malang.

Wiriatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya.


Bandung.

Você também pode gostar