Você está na página 1de 14

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana


Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354
email: jurnal.agric@adm.uksw.edu, website: ejournal.uksw.edu/agric
Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DAN BREAK EVENT POINT


(BEP) PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO)
PADA PT. SANDABI INDAH LESTARI

COST OF PRODUCTION ANALYSIS AND BREAK EVENT POINT OF


CRUDE PALM OIL PRODUCTION ON PT. SANDABI INDAH LESTARI

Ika Ariyanti, Bambang Sumantri, Sriyoto dan Eko Sumartono


Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
eko_sumartono@unib.ac.id

Diterima: 8 Januari 2018, disetujui 11 April 2018

ABSTRACT

To determine the exact cost of production, the compony must take into account precisely the
elements of the production cost. Elements of the production cost on the research is raw material
cost, direct labor cost, and manufacture overhead cost. Break event point analysis relate to
sale, fixed cost, and variable cost. All of these cost are costs associated with the production
process of Crude Palm Oil. Make, this research count the cost of production and break event
point Crude Palm Oil PT. Sandabi Indah Lestari (PT. SIL) from 2009-2014.This research uses
design research of descriptive analysis and quantitaive analysis. Cost of production CPO to
use method of full costing because used data represent and have passed accounting period.
Cost of production and break event point of the research analysed in 2 form that is on the basis
of rupiah and on the basis unit. Result of research indicate that sales revenue of CPO more than
cost of production and break event point in rupiah and also in unit. Matter this means that
company have obtained profit of production.

Keyword: Cost of Production, Break Event Point, and Crude Palm Oil

1
AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

ABSTRAK

Untuk menentukan biaya pasti produksi, komposisinya harus memperhitungkan secara tepat unsur-
unsur biaya produksi. Unsur biaya produksi pada penelitian adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pembuatan. Break event point analysis berhubungan dengan
penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel. Semua biaya ini adalah biaya yang terkait dengan proses
produksi Crude Palm Oil. Maka, penelitian ini menghitung biaya produksi dan break event point
Crude Palm Oil PT. Sandabi Indah Lestari (PT. SIL) dari 2009-2014. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Biaya produksi Crude Palm Oil (CPO)
menggunakan metode full costing karena data yang digunakan mewakili dan telah melewati periode
akuntansi. Biaya produksi dan titik impas penelitian dianalisis dalam 2 bentuk yaitu atas dasar
rupiah dan atas dasar unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan penjualan Crude Palm
Oil (CPO) lebih besar dari biaya produksi dan break event point dalam rupiah dan juga dalam
satuan. Hal ini berarti perusahaan telah memperoleh laba produksi.

Kata Kunci: Biaya Produksi, Break Event Point (BEP), dan Crude Palm Oil (CPO)

PENDAHULUAN seperti oleopangan (minyak goreng, margarin,


dan shortening) dan oleokimia (fatty acid, fatty
Faktor perkebunan merupakan sumber
alkohol, dan glycerine) (Machfud, 2008). Pada
pendapatan bagi jutaan petani di Indonesia.
umumnya setiap perusahaan berorientasi pada
Selain sebagai sumber pendapatan bagi
profit/laba. Pencapaian laba yang maksimal
masyarakat, sub-sektor perkebunan juga
diperoleh apabila perusahaan dapat memini-
berperan sebagai penyumbang devisa negara,
mumkan Harga Pokok Produksi (HPP). PT.
penyedia lapangan kerja, dan alat pemicu bagi
Sandabi Indah Lestari (SIL) merupakan salah
pertumbuhan sentra ekonomi (GAPKI, 2014).
satu perusahaan swasta yang bergerak di
Perkebunan kelapa sawit yang diusahakan di
bidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaan
Indonesia ada tiga bentuk perkebunan yaitu
ini terletak di Desa Lubuk Banyau Kecamatan
perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan
Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. PT.
perkebunan negara. Perkebunan Kelapa sawit
Sandabi Indah Lestari (SIL) memiliki pabrik
merupakan primadona perdagangan ekspor
pengolahan CPO dengan kapasitas 45 ton TBS/
Indonesia pada sub-sektor perkebunan.
jam. PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) memiliki
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas
areal perkebunan seluas 14.700 ha yang
agribisnis Indonesia yang memiliki daya saing
tersebar di tiga wilayah yaitu Lubuk Banyau,
di pasar Internasional. Tandan buah segar
Seluma dan Ketahun. Perusahaan ini memasok
(TBS) merupakan bahan baku dalam industri
bahan baku yang berasal dari kebun sendiri dan
pembuatan Crude Palm Oil (CPO). Sukiyono
masyarakat luar. Kegiatan yang dilakukan untuk
et al., (2017) mengatakan bahwa minyak sawit
menghimpun dan mengolah TBS menjadi CPO
telah menjadi tulang punggung ekonomi bagi
mengandung berbagai komponen biaya yang
sebagian besar rumah tangga di Provinsi
harus diperhitungkan. Agar HPP mencerminkan
Bengkulu. Industri pengolahan TBS selain
biaya yang sesungguhnya maka harus dilakukan
menghasilkan CPO juga menghasilkan PKO
pengelompokan biaya secara tepat. Fluktuasi
(Palm Kernel Oil) dan shell (cangkang). CPO
produksi terus terjadi karena adanya keterbatasan
diolah lebih lanjut menjadi produk turunan

2
Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

TBS sehingga penjualan pun menjadi tidak produksi CPO PT. SIL dan menghitung tingkat
pasti. Agar perusahaan tetap memperoleh produksi dan harga CPO yang memberikan
keuntungan maka perusahaaan harus mem- Break Event Point bagi PT. SIL.
produksi CPO dalam jumlah tertentu. Dengan
METODE PENELITIAN
demikian hasil penjualan CPO dapat menutupi
sejumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan Waktu dan Lokasi Penelitian
oleh perusahaan dengan keuntungan sama
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Sandabi Indah
dengan nol (0). Kondisi yang demikian dikenal
Lestari (SIL) yang terletak di Desa Lubuk
dengan istilah Break Event Point (BEP)/titik
Banyau Kecamatan Padang Jaya Kabupaten
impas.
Bengkulu Utara. Pemilihan lokasi penelitian
Perhitungan HPP dan BEP sangat penting bagi ditentukan secara sengaja (purposive sampling)
setiap perusahaan, khususnya perusahaan dengan pertimbangan bahwa PT. SIL merupakan
manufaktur. Nilai HPP digunakan sebagai dasar salah satu perusahan perkebunan kelapa sawit
dalam menentukan harga jual produk guna yang memasok TBS dari perkebunan rakyat
memperoleh laba yang diinginkan. Selain itu, dan dapat memberikan data-data yang terkait
perhitungan nilai HPP dapat dijadikan sebagai dengan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada
acuan untuk memantau realisasi biaya produksi tahun 2016-2017.
bagi pihak manajemen. HPP mengandung ber-
Jenis dan Sumber Data
bagai unsur biaya yang harus diklasifikasikan
secara tepat untuk menghasilkan nilai HPP Penelitian ini menggunakan data sekunder
yang akurat. Apabila perusahaan mengetahui perusahaan. Data sekunder merupakan data
jumlah produksi yang dapat memberikan yang diperoleh oleh peneliti dari sumber lain
kondisi BEP maka perusahaan bisa melakukan atau data yang telah diarsipkan oleh suatu
perencanaan laba yang diinginkan dengan lembaga/perusahaan. Data-data yang digunakan
memperkirakan penjualan. Hal ini dapat adalah data biaya produksi dan hasil penjualan
meminimumkan risiko kerugian bagi peru- tahun 2009-2014.
sahaan. Pentingnya kedua hal tersebut bagi
manajemen perusahaan menjadi alasan bahwa Metode Analisis Data
fenomena ini menarik untuk diteliti. Banyak a. Analisis Harga Pokok Produksi (HPP)
penelitian yang sama dan sejenis mengenai
Analisis Harga Pokok Produksi (HPP) dan Analisis HPP yang dilakukan dalam penelitian
Break Event Point (BEP), namun berbeda ini menggunakan metode full costing menurut
lokasi menurut Arifin, (2013) dan Handoko, Firdaus et al, (2012), Rochmayanto, Yanto dan
(2011) untuk tanaman sawit, Arianti et al, Limbong, A., (2013), Mardi Hendrich (2013),
(2007) untuk Produk Makanan Olahan Dewi Listyati et al (2011), Yhonita, E et al
(Brem); Chairunissa et al, (2017) untuk produk (2015) dan Mandei, et al (2011), Reinaldo, G.,
ikan tenggiri. et al. (2011), Mustafa, (2011), Slat, Andre
Henri (2013), Gunawan et al (2016), Suryanto
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini (2016) dan Suryandari, et al (2015), karena
bertujuan untuk menghitung harga pokok data yang digunakan merupakan data sekunder.

3
AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

Dengan demikian, biaya produksi yang tandan atau kumpulan yang berisi buah
digunakan merupakan biaya riil dan telah mele- kelapa sawit yang telah matang dan siap
wati periode akuntansi. Metode pengumpulan untuk diolah menjadi CPO. Satuan yang
harga pokok yang digunakan adalah metode digunakan yaitu Kg.
harga pokok proses karena perusahaan me- c. Crude palm oil (CPO) merupakan hasil dari
ngolah barang tidak berdasarkan pesanan. pengolahan TBS yang berupa cairan minyak
Penelitian ini memperhitungkan HPP dari mentah. Satuan yang digunakan yaitu (Kg).
seluruh aktivitas produksi pada tahun 2009- d. Harga beli TBS merupakan harga TBS rata-
2014 berdasarkan biaya produksi yang telah rata/tahun pada saat terjadinya proses
dikeluarkan. Setelah diperoleh nilai HPP tahun pembelian TBS dari petani. Satuan yang
2009-2014, selanjutnya dilihat pola perkem- digunakan adalah (Rp/Kg).
bangan/trend HPP tersebut.
e. Harga jual CPO merupakan harga rata-rata
b. Analisis Break Event Point (BEP) yang diterima oleh perusahaan dalam satu
tahun pada saat terjadinya proses penjualan
BEP dapat juga diartikan sebagai kondisi titik
CPO. Satuan yang digunakan adalah (Rp/Kg).
impas dimana perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan dan tidak menderita kerugian f. Rugi yang dialami perusahaan pembuat
karena total biaya yang dikeluarkan sama CPO merupakan kondisi dimana hasil
dengan total penerimaan (Hansen dan Mowen, penjualan CPO/tahun yang diterima oleh
2000). BEP dapat dinyatakan dalam Rupiah perusahaan lebih kecil daripada harga
(Rp) ataupun satuan tertentu (Kg/Unit). pokok produksi CPO/tahun. Cara mengukur-
Besarnya nilai BEP dianalisis secara kuantitaif nya yaitu dengan mengurangkan hasil
dengan menghitung nilai BEP berdasarkan penjualan CPO dengan harga pokok
hubungan biaya, laba, dan volume (Supriyono, produksi CPO, apabila nilainya negatif
2011). Formulasi yang sama juga digunakan berarti perusahaan menderita rugi. Satuan
oleh beberpa peneliti untuk mengitung berbagai yang digunakan adalah (Rp/tahun).
produk, misalnya Dianti, T et al (2014), g. Laba yang dialami perusahaan pembuat
Junianto, R (2015), Suhardi, (2016) dan CPO merupakan kondisi perusahaan pada
Wibowo, S et al (2015). Sama halnya dengan saat hasil penjualan CPO/tahun lebih besar
HPP, besarnya BEP juga akan dihitung per daripada harga pokok produksi CPO/tahun
tahun yakni tahun 2009-2014 sehingga dapat yang dikorbankan oleh perusahaan. Cara
dilihat pola perkembangn BEP setiap tahunnya. mengukurnya yaitu dengan mengurangkan
hasil penjualan CPO dengan harga pokok
Konsep dan Pengukuran Variabel produksi CPO, apabila nilainya positif
a. Kelapa sawit merupakan salah satu jenis berarti perusahaan memeproleh laba.
tanaman palem yang berbatang tinggi dan Satuan yang digunakan adalah (Rp/tahun).
memiliki bunga berupa tandan bercabang h. Total biaya produksi pembuatan CPO
dengan buah kecil-kecil dan banyak serta merupakan seluruh biaya yang dikorbankan
berwarna merah kehitaman. oleh perusahaan atas penggunaan seluruh
b. Tandan buah segar (TBS) merupakan suatu faktor produksi baik yang bersifat variabel

4
Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

maupun tetap yang digunakan untuk kan dengan harga beli masing-masing faktor
memproduksi CPO. Cara mengukurnya produksi tersebut, kemudian membagi nilai
adalah dengan mengalikan masing-masing tersebut dengan umur ekonomis masing-
faktor produksi dengan harga faktor masing peralatan dan bangunan. Satuan
produksi tersebut, dengan asumsi bahwa yang digunakan adalah (Rp/tahun).
faktor produksi yang digunakan merupakan l. Biaya variabel pembuatan CPO merupakan
seluruh sumberdaya yang digunakan dari sejumlah biaya yang dikorbankan oleh
proses penerimaan TBS hingga menjadi perusahaan atas penggunaan faktor produksi
CPO. Satuan yang digunakan adalah (Rp/ variabel berupa TBS, bahan kimia, reparasi,
tahun). listrik, dan air. Cara mengukurnya yaitu
i. Biaya bahan baku pembuatan CPO merupa- dengan mengalikan jumlah faktor produksi
kan sejumlah biaya yang dikorbankan oleh dengan harga masing-masing faktor
perusahaan atas penggunaan faktor produksi produksi. Satuan yang digunakan adalah
berupa TBS yang digunakan dalam proses (Rp/tahun).
produksi CPO yang dilakukan perusahaan. m. Biaya overhead pembuatan CPO merupa-
Cara mengukurnya adalah dengan men- kan sejumlah biaya yang dikorbankan oleh
jumlahkan TBS yang digunakan dalam satu perusahaan atas atas penggunaan faktor
tahun dan dikalikan dengan harga rata-rata produksi di luar biaya bahan baku dan biaya
TBS di tingkat pabrik dalam satu tahun. tenaga kerja langsung. Cara mengukurnya
Satuan yang digunakan adalah (Rp/tahun). yaitu dengan mengalikan jumlah faktor
j. Biaya tenaga kerja pembuatan CPO merupa- produksi dengan masing-masing harga
kan sejumlah biaya yang dikorbankan oleh faktor produksi. Satuan yang digunakan
perusahaan untuk membayar balas jasa adalah (Rp/tahun).
karyawan yang berperan dalam kegiatan n. Margin kontribusi (Contribution Margin/
produksi CPO baik secara langsung maupun CM) CPO merupakan selisih antara hasil
tidak langsung. Cara mengukurnya adalah penjualan CPO dengan biaya variabel
dengan mengalikan jumlah karyawan dengan produksi CPO. Satuan yang digunakan
jumlah hari kerja dalam satu tahun dan upah adalah (Rp).
kerja perhari. Satuan yang digunakan adalah o. Rasio margin kontribusi (Contribution
(Rp/tahun). Margin Ratio/CM Ratio) CPO merupakan
k. Biaya tetap pembuatan CPO merupakan perbandingan antara margin kontribusi CPO
sejumlah biaya yang dikorbankan oleh dengan total penjualan CPO dikalikan
perusahaan atas penggunaan faktor produksi 100%. Satuan yang digunakan adalah
tetap berupa penggunaan peralatan pabrik, (Persen/%).
bangunan pabrik, pemeliharaan hingga ope- p. Harga Pokok Produksi (HPP) CPO meru-
rasional kendaraan. Biaya tetap berupa pakan sejumlah biaya yang dikorbankan
peralatan dan bangunan dihitung berdasar- oleh perusahaan untuk memproduksi CPO.
kan nilai penyusutan peralatan dan bangunan
Cara mengukurnya yaitu dengan menjumlah
tersebut. Cara mengukurnya yaitu dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
mengalikan alat dan bangunan yang diguna-

5
AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

langsung, dan biaya overhead pabrik. Satuan merupakan biaya produksi yang tidak
yang digunakan adalah (Rp/tahun). tergantung pada tinggi rendahnya volume
q. Hasil penjualan CPO merupakan hasil yang produksi. Biaya tetap merupakan biaya
diperoleh oleh perusahaan berupa uang produksi yang tidak tergantung pada tinggi
dari transaksi penyerahan CPO kepada rendahnya volume produksi. Pada Tabel 1
pihak buyer. Cara mengukurnya yaitu disajikan biaya produksi PT. Sandabi Indah
dengan mengalikan jumlah CPO yang terjual Lestari (SIL) dari tahun 2009-2014.
dalam satu tahun dengan harga rata-rata Biaya tenaga kerja langsung dalam penelitian
CPO dalam satu tahun. Satuan yang digunakan ini dikelompokkan dalam biaya tetap karena
adalah (Rp/tahun). jumlahnya tidak tergantung pada volume
r. Break Event Point (BEP) CPO merupakan produksi. Hal ini terjadi karena upah tenaga
titik yang menunjukkan dimana hasil kerja langsung tersebut menggunakan sitem
penjualan sama dengan biaya produksi. upah tetap per bulan. Menurut Supriyono
Cara mengukurnya yaitu dengan menarik (1999), perusahaan yang menggunakan sistem
hubungan antara hasil penjualan CPO, biaya upah tetap per bulan, maka biaya tenaga kerja
variabel, dan biaya tetap produksi CPO. langsung digolongkan dalam biaya tetap. Biaya
Satuan yang digunakan adalah (Rp/Tahun penyusutan bangunan terdiri dari penyusutan
dan Kg/Tahun). bangunan kantor pabrik dan penyusutan
HASIL DAN PEMBAHASAN bangunan pabrik. Biaya penyusutan kantor
pabrik dihitung dalam penentuan harga pokok
Biaya Produksi Crude Palm Oil (CPO) produksi CPO dalam penelitian ini. Bangunan
PT. Sandabi Indah Lestari(SIL) kantor secara tidak langsung berperan dalam
proses produksi CPO, bangunan tersebut
Analisis biaya produksi yang dilakukan dalam
bersifat sebagai fasilitas pendukung. Oleh sebab
penelitian ini merupakan analisis keseluruhan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam itu, penyusutan bangunan tersebut harus
diperhitungkan dalam menentukan harga pokok
memproduksi CPO. Biaya produksi tersebut
produksi CPO.
akan dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel. Pemisahan biaya dilakukan dengan Harga Pokok Produksi Crude Palm Oil
menganalisis masing-masing biaya terhadap PT. Sandabi Indah Lestari (SIL)
produksi CPO. Apabila jumlah total biaya
tersebut berubah seiring dengan perubahan
Harga pokok produksi merupakan akumulasi
volume produksi maka digolongkan sebagai
dari biaya yang dibebankan pada produk yang
biaya variabel. Apabila jumlah total biaya
dihasilkan oleh perusahaan (Mardiasmo (2004)
tidak berubah seiring dengan perubahan volume
disitir dari Afriyanto, 2014). Harga pokok
produksi maka biaya tersebut digolongkan
produksi diperoleh dari penjumlahan biaya
sebagai biaya tetap. Carter, William   ( 2009)
bahan baku, biaya tenaga kerjalangsung dan
menyatakan bahwa biaya variabel merupakan
biaya overhead pabrik. Jumlah total biaya
biaya yang berubah secara proporsional dengan
adalah seluruh biaya yang dibebankan dalam
perubahan volume produksi. Biaya tetap
melaksanakan kegiatan produksi (Supriyono,

6
Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

1999). Perusahaan tidak mengenal adanya produksi, sehingga biaya tenaga kerja bukan
persediaan barang dalam proses awal dan merupakan biaya utama. Biaya tenaga kerja dan
persediaan dalam proses akhir sehingga biaya overhead pabrik termasuk dalam biaya
besarnya HPP sama dengan total biaya konversi. Biaya konversi merupakan biaya yang
produksi. TBS yang diolah langsung menjadi digunakan untuk mengolah atau mengubah
CPO dan disimpan dalam storage tank bahan baku menjadi produk selesai (Supriyono,
sehingga tidak ada persediaan barang dalam 1999).
proses. Berdasarkan analisis yang telah Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga pokok
dilakukan komponen HPP tertinggi adalah produksi CPO mengalami fluktuasi dari tahun
biaya bahan baku yakni biaya pembelian TBS. 2009-2014. Pada tahun 2009-2011, harga
Hal ini terjadi karena biaya pembelian TBS pokok produksi CPO mengalami peningkatan
merupakan biaya utama yang digunakan dalam yang cukup tajam. Tahun 2009 HPP CPO
proses produksi CPO. Tanpa adanya bahan sebesar Rp207.753.146.215 dan pada
baku maka tidak akan terjadi proses produksi. tahun 2011 HPP CPO mencapai angka
Proses produksi PT. SIL menggunakan mesin
Tabel 1 Biaya Produksi Pembuatan Crude Plam Oil PT. SIL

Sumber: Data Sekunder 2015, diolah

7
AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

Rp 406.240.399.936. Hal ini menunjukkan tahun 2011 yakni mencapai Rp 552.986.582.500.


adanya peningkatan HPP CPO sebesar 49%. Penjualan terendah terjadi pada tahun 2009
Kenaikan HPP CPO ini disebabkan karena yakni hanya sebesar Rp 241.808.864.950. Hal
adanya kenaikan biaya produksi baik biaya ini sesuai dengan harga CPO yang berlaku.
pembelian TBS, biaya tenaga kerja langsung Harga CPO yang tertinggi terjadi pada tahun
maupun biaya overhead pabrik. Biaya produksi 2011, dan harga terendah terjadi pada tahun
yang secara nyata selalu mengalami kenaikan 2009. Penjelasan mengenai harga CPO akan
adalah biaya tenaga kerja langsung dan biaya diuraikan pada bagian harga pokok produksi/
overhead pabrik. Hal ini terjadi karena upah Kg. Laba tertinggi yang diperoleh perusahaan
tenaga kerja langsung tergantung pada UMR tercapai pada tahun 2011 yakni sebesar
sehingga setiap tahunnya mengalami kenaikan. Rp 147.389.024.937. Laba terendah yang
Selain itu, jumlah tenaga kerja juga mem- diperoleh perusahaan adalah pada tahun
pengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. 2009 yaitu sebesar Rp 34.055.718.735. Laba
Seiring dengan perkembangan dan peningkatan merupakan selisih antara harga pokok produksi
kapasitas perusahaan maka jumlah tenaga dan penjualan CPO. Oleh sebab itu, besar
kerja yang direkrut juga semakin banyak. kecilnya laba yang diperoleh perusahaan
Dengan demikian besarnya biaya tenaga kerja tergantung pada kedua komponen tersebut.
langsung juga semakin tinggi. Biaya overhead Laba dalam penelitian ini merupakan laba
pabrik juga selalu mengalami kenaikan, operasi, karena masih mengandung unsur biaya
meskipun biaya komponen pembentuk over- komersil dan pajak.
head juga berfluktuasi. Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga pokok
Pada Tabel 2 terlihat bahwa besarnya penjualan produksi CPO tertinggi pada tahun 2011 yaitu
CPO lebih tinggi dibandingkan besarnya harga sebesar Rp7.421/Kg. Pada tahun 2011-2014
pokok produksi CPO. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan harga pokok produksi
bahwa meskipun harga pokok produksi CPO sebesar 6% yakni menjadi Rp6.948/Kg.
berfluktuasi namun perusahaan tetap mem- Perusahaan harus menetapkan harga jual CPO/
peroleh keuntungan. Penjualan tertinggi yang Kg lebih dari harga pokok produksi tersebut.
diterima oleh perusahaan terjadi pada Apabila perusahaan menjual CPO di bawah

Tabel 2 Harga Pokok Produksi (HPP) Atas Dasar Rupiah, Penjualan, dan Laba
PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) Tahun 2009-2014
Harga
HPP Penjualan HPP Laba
Tahun Laba (Rp/Tahun) Jual
(Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
(Rp/Kg)
2009 207.753.146.215 241.808.864.950 34.055.718.735 5.389 6.778 1.391
2010 314.664.119.782 415.923.798.208 101.259.678.426 7.128 9.004 1.885
2011 406.240.399.936 552.986.582.500 146.746.182.564 7.421 10.403 2.994
2012 321.824.744.141 405.093.039.633 83.268.295.492 7.079 8.857 1.780
2013 283.344.155.996 364.614.631.225 81.270.475.229 7.014 8.786 1.773
2014 285.554.200.191 343.205.000.000 57.650.799.809 6.948 8.300 1.353
Sumber: Data Sekunder 2015, diolah

8
Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

HPP/Kg maka perusahaan akan rugi, apabila merupakan faktor yang mempengaruhi
perusahaan menjual CPO sama dengan HPP/ penerimaan perusahaan. Berdasarkan informasi
Kg maka keuntungan perusahaan sama tersebut dapat dikatakan bahwa kualiats CPO
dengan nol yang berarti perusahaan berada PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jauh lebih baik
pada kondisi impas. Pada Tabel 2 terlihat dibandingkan dengan kualitas CPO PTPN IV
bahwa harga jual CPO lebih tinggi dibandingkan Simalungun.
dengan harga pokok produksi. Hal ini
Pada Tabel terlihat bahwa harga pokok produksi
menunjukkan bahwa meskipun HPP CPO/Kg
CPO tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar
berfluktuasi namun perusahaan tetap mem-
Rp7.421/Kg. Pada tahun 2011-2014 terjadi
peroleh keuntungan. Dengan demikian usaha
penurunan harga pokok produksi sebesar 6%
yang dilakukan oleh perusahaan sudah efisien
yakni menjadi Rp 6.948/Kg. Perusahaan harus
sehingga perusahaan tidak menderita kerugian.
menetapkan harga jual CPO/Kg lebih dari harga
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa harga pokok
pokok produksi tersebut. Apabila perusahaan
produksi yang lebih tinggi memberikan harga
menjual CPO dibawah HPP/Kg maka
jual yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan
perusahaan akan rugi, apabila perusahaan
bahwa harga pokok produksi berpengaruh
menjual CPO sama dengan HPP/Kg maka
positif terhadap harga jual. Meskipun kondisi
keuntungan perusahaan sama dengan nol yang
demikian telah memberikan keuntungan bagi
berarti perusahaan berada pada kondisi impas.
perusahaan, namun para pemilik usaha tentu
Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga jual CPO
menginginkan harga yang stabil baik harga
lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok
jual maupun harga bahan baku. Kestabilan
produksi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
harga akan memberikan jaminan pasar bagi
HPP CPO/Kg berfluktuasi namun perusahaan
perusahaan sehingga risiko kerugian dapat
tetap memperoleh keuntungan. Dengan
diminimalisir. Informasi harga jual CPO
demikian usaha yang dilakukan oleh perusahaan
diperoleh dari data sekunder perusahaan.
sudah efisien sehingga perusahaan tidak
Tinggi rendahnya harga jual CPO yang diterima menderita kerugian. Tabel 2 menunjukkan
oleh perusahaan didasarkan pada kualitas bahwa harga pokok produksi yang lebih
CPO yang dihasilkan. Semakin tinggi kualitas tinggi memberikan harga jual yang lebih tinggi.
CPO yang dihasilkan maka semakin tinggi Hal ini menunjukkan bahwa harga pokok
pula harga jual yang diterima perusahaan. Harga produksi berpengaruh positif terhadap harga
jual CPO PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jual. Meskipun kondisi demikian telah mem-
tahun 2009-2012 lebih tinggi dibandingkan berikan keuntungan bagi perusahaan, namun
dengan harga jual CPO PTPN IV Simalungun. para pemilik usaha tentu menginginkan harga
Harga jual PTPN IV Simalungun tahun 2009- yang stabil baik harga jual maupun harga bahan
2012 secara berturut-turut yaitu Rp5.798/Kg, baku. Kestabilan harga akan memberikan
Rp7.095/Kg, Rp7.595/Kg, dan Rp7.267/Kg jaminan pasar bagi perusahaan sehingga resiko
(Arifin, 2013). Rata-rata selisih harga CPO yang kerugian dapat diminimalisir. Informasi harga
diterima oleh PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jual CPO diperoleh dari data sekunder
dan PTPN IV Simalungun mencapai 20%. perusahaan.
Selisih tersebut cukup tinggi, mengingat harga

9
AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

Tinggi rendahnya harga jual CPO yang diterima menunjukkan dimana hasil penjualan yang
oleh perusahaan didasarkan pada kualitas diterima perusahaan sama dengan total biaya
CPO yang dihasilkan. Semakin tinggi kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan (Hansen dan
CPO yang dihasilkan maka semakin tinggi Mowen, 2000).
pula harga jual yang diterima perusahaan. Harga
Pada Tabel 3 terlihat bahwa besarnya nilai BEP
jual CPO PT. Sandabi Indah Lestari (SIL)
dari tahun 2009-2014 mengalami fluktuasi. Hal
tahun 2009-2012 lebih tinggi dibandingkan
ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu harga
dengan harga jual CPO PTPN IV Simalungun.
dan biaya produksi. BEP atas dasar unit me-
Harga jual PTPN IV Simalungun tahun 2009-
nyatakan besarnya produksi minimal yang harus
2012 secara berturut-turut yaitu Rp 5.798/Kg,
dicapai perusahaan agar perusahaan berada
Rp 7.095/Kg, Rp 7.595/Kg, dan Rp 7.267/
pada kondisi impas. Hal ini berarti bahwa pada
Kg (Arifin, 2013). Rata-rata selisih harga CPO
produksi BEP, besarnya penjualan yang
yang diterima oleh PT. Sandabi Indah Lestari
diterima perusahaan sama dengan besarnya
(SIL) dan PTPN IV Simalungun mencapai
biaya yang dikorbankan. Informasi tentang BEP
20%. Selisih tersebut cukup tinggi, mengingat
atas dasar unit dapat dijadikan pertimbangan
harga merupakan faktor yang mempengaruhi
bagi pihak manajemen untuk menghimpun TBS
penerimaan perusahaan. Berdasarkan informasi
sebanyak mungkin. Dengan demikian peru-
tersebut dapat dikatakan bahwa kualiats CPO
sahaan dapat memenuhi produksi BEP tersebut.
PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jauh lebih baik
Tabel 3 menunjukkan bahwa BEP atas dasar
dibandingkan dengan kualitas CPO PTPN IV
rupiah dari tahun 2009-2014 terjadi fluktuasi.
Simalungun.
BEP dari tahun 2009 terjadi saat penerimaan
Break Event Point Crude Palm Oil PT. SIL sebesar Rp 27.383.949.778. Pada tahun 2010
terjadi penurunan BEP sebesar 25% sehingga
Break Event Point (BEP)/titik impas me-
perusahaan akan berada pada kondisi impas
rupakan suatu analisis yang digunakan untuk
saat penerimaan sebesar Rp 20.480.749.789.
mengetahui kondisi impas dari suatu usaha yang
Kondisi BEP ini terus mengalami peningkatan
dilakukan oleh perusahaan (Oktavianingsih,
dari tahun 2010-2014. Peningkatan BEP dari
2010). Titik impas merupakan titik yang
tahun 2011-2014 secara berturut-turut yaitu

Tabel 3 Analisis Break Event Point Produksi CPO


Margin Margin
BEP Unit BEP Rp
Tahun Contributions Contributions CM Ratio
(Kg/Tahun) (Rp/Tahun)
(CM) (CM)/unit
2009 4.349.215.159 996 0,1588 4.365.558 27.383.949.778
2010 5.244.431.899 2.413 0,2561 2.173.666 20.480.749.789
2011 6.230.078.233 2.794 0,2766 2.229.457 22.520.812.397
2012 6.820.100.325 1.955 0,2194 3.488.005 31.080.645.693
2013 8.431.354.224 2.221 0,2460 3.797.050 34.271.264.365
2014 9.734.730.926 1.640 0,1963 5.936.939 49.580.500.310
Keterangan : CM = Margin Contributions
BEP = Break Event Points
Sumber: Data Sekunder 2015, diolah

10
Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

sebesar 10%, 38%, 10%, dan 45%. Pening- Artinya, penerimaan tersebut bersumber dari
katan BEP yang tertinggi yaitu sebesar 45%, CPO yang terjual pada periode yang ber-
dari sebelumnya Rp 34.271.264.365 menjadi sangkutan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Rp 49.580.500.310 pada tahun 2014. BEP penerimaan yang diperoleh perusahaan pada
tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar tahun 2009-2014 telah melebihi penerimaan
Rp 49.580.500.310. Hal ini berarti bahwa BEP. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
untuk memperoleh laba maka perusahaan harus perusahaan telah memperoleh laba dari
memperoleh hasil penjualan CPO lebih dari aktivitas produksinya.
Rp49.580.500.310. Tingginya kondisi BEP
Produksi BEP tertinggi terjadi pada tahun 2014
pada tahun 2014, menunjukkan bahwa pada
yaitu mencapai 5.936.939 Kg. Hal ini tejadi
tahun tersebut perusahaan berada pada posisi
karena pada tahun 2014 ada peningkatan
kritis. Hal ini terjadi karena volume CPO yang
kapasitas pabrik yang menyebabkan penam-
dihasilkan terus mengalami penurunan dari tahun
bahan biaya produksi. Peningkatan kapasitas
2011-2014, sedangkan biaya produksi cen-
produksi tersebut tidak diiringi dengan pening-
derung meningkat.
katan volume produksi. Volume produksi cen-
PT. Asam Jawa Medan merupakan salah satu derung turun, sehingga produksi minimal yang
perusahaan perkebunan dan pabrik kelapa harus dicapai perusahaan semakin tinggi. Hal
sawit. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan ini berarti bahwa tahun 2014 perusahaan harus
tersebut akan berada pada kondisi impas saat memproduksi CPO lebih dari 5.936.939 Kg
penerimaan sebesar Rp63.885.072.056. agar memperoleh laba. Apabila perusahaan
Penelitian dilakukan pada tahun 2011, namun memproduksi CPO kurang dari 5.936.939 Kg
analisis data yang digunakan adalah data tahun maka perusahaan akan mengalami kerugian
2005-2006 (Handoko, 2011). Pencapaian karena biaya produksi akan lebih besar dari-
BEP perusahaan tersebut jauh lebih tinggi pada hasil penjualan yang diterima oleh
dibandingkan dengan BEP PT. Sandabi Indah perusahaan.
Lestari (SIL). Hal ini terjadi karena, tahun
Laba merupakan selisih antara total biaya
analisis yang digunakan berbeda sehingga harga-
produksi dengan hasil penjualan yang diterima
harga faktor produksi yang digunakan berbeda.
oleh perusahaan. Melalui analisis BEP yang
Harga berbagai faktor produksi tersebut pada
telah dilakukan diketahui bahwa kondisi impas
umumnya mengalami fluktuasi. Asumsi yang
perusahaan tercapai dengan adanya produksi
digunakan dalam analisis BEP adalah harga
minimal. Batas produksi minimal tersebut selalu
input dan output bersifat konstan (Supriyono,
berubah setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena
2001). Produksi CPO yang dihasilkan oleh
setiap tahunnya harga CPO berfluktuasi se-
perusahaan pada kenyataannya tidak terjual
hingga penerimaan perusahaan juga berubah
semua dalam periode produksi satu tahun. Oleh
meskipun produksinya sama. Unsur-unsur biaya
sebab itu terdapat persediaan akhir CPO yang
produksi juga mengalami kenaikan sehingga
akan berubah menjadi persediaan awal pada
biaya produksi CPO juga semakin tinggi. Hasil
periode selanjutnya. Penerimaan yang diper-
analisis menunjukkan bahwa produksi CPO
hitungkan dalam penelitian ini merupakan pene-
tahun 2009-2014 telah melebihi produksi BEP.
rimaan aktual yang diterima oleh perusahaan.

11
AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

Hal ini berarti bahwa perusahaan telah mem- DAFTAR PUSTAKA


peroleh laba dari aktivitas produksi yang
Afriyanto. 2014. Unsur-Unsur yang Diper-
dilakukan.
hitungkan dalam Menentukan Harga
KESIMPULAN Pokok Produksi Crude Palm Oil (Studi
Kasus pada Pabrik PT. Sawit Asahan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Indah Surau Gading. Jurnal Ilmiah Cano
yang telah diuraikan maka dapat diambil
Ekonomos 3 (2): 79-84.
beberapa kesimpulan berikut ini:
a. Harga pokok produksi CPO dari tahun Arianti Nyayu Neti; Sujalmo Sigit; Ririn
2009-2014 mengalami fluktuasi namun hasil Retnoningrum P. 2007. Penentuan
penjualan CPO lebih tinggi dibandingkan Harga Pokok Produksi, Kontribusi
dengan harga pokok produksi. Hal ini berarti Pendapatan Usaha Dan Pemasaran
bahwa perusahaan telah memperoleh laba Brem di Desa Gebang Kecamatan
dari aktivitas produksinya. Harga pokok Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri
produksi CPO tertinggi terjadi pada tahun Propinsi Jawa Tengah. Jurnal AGRISEP.
2011yaitu sebesar Rp406.240.399.936 6 (1) : 68-86.
dan harga pokok produksi terendah terjadi Arifin M.Z. 2013. Analisis Harga Pokok
pada tahun 2009 yaitu sebesar Tandan Buah Segar (TBS), CPO, dan
Rp207.753.146.215. Harga Pokok Inti Sawit di kebun Gunung Bayu PT.
Produksi CPO/Kg tertinggi adalah pada Perkebunan Nusantara IV Kabupaten
tahun 2011 yaitu Rp7.421/Kg dan harga Simalungun. Skripsi. Medan: Universitas
pokok produksi/Kg terendah adalah pada Sumatera Utara.
tahun 2009 yaitu 5.389/Kg.
Chairunissa Nurul, Reswita, reswita., Irnad,
b. Jumlah produksi dan hasil penjualan CPO
Irnad. 2017. Analisis Biaya, Volume, dan
PT. Sandabi Indah Lestari selama tahun
Laba Pada Usaha Penggilingan Ikan
2009-2014 telah melampaui break event
Tenggiri di Kota Bengkulu (Studi Kasus
point/titik impas baik dalam unit ataupun
Home Industry Bintang Laut). Jurnal
rupiah, sehingga perusahaan memperoleh
AGRISEP. 16 (1): 33-40.
laba dari aktivitas produksi CPO. Jumlah
produksi pada kondisi impas yang tertinggi Dianti Tiwi; Arifudin Lamusa dan Abdul Muis.
terjadi pada tahun 2014 yaitu sebanyak 2014. Analisis Titik Pulang Pokok
5.936.939 Kg dan produksi terendah pada Usaha Keripik Pisang Pada Industri
tahun 2010 yaitu sebanyak 2.173.666 Kg. Citra Lestari Production di Kota Palu.
Jumlah penerimaan pada kondisi impas yang Agrotekbis. 2 (1): 101 -106.
tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu
Firdaus D.W. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi
Rp49.580.500.310 dan penerimaan
1. Yogyakarta: Graha Ilmu. GAPKI,
terendah pada tahun 2010 sebesar
2014. Industri Minyak Sawit Indonesia
Rp20.480.749.789.
Menuju 100 Tahun NKRI: Membangun
Kemandirian Ekonomi, Energi, dan
Pangan Secara Berkelanjutan. Bogor.

12
Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

Gunawan, Selamat Kurnia dan Muhammad Oktavianingsih, E. 2010. Analisis Break Event
Siddik Hasibuan . 2016. Analisis Point (BEP) Komoditas Minyak Pala di
Perhitungan HPP Menentukan Harga PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)
Penjualan Yang Terbaik Untuk UKM. Kebun Ngobo Semarang 2004-2008.
Jurnal Teknovasi. 3 (2): 10-16 Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Handoko B. 2011. Analisa Perhitungan Maret.
Break Event Point pada PT. Asam Reinaldo, G., C. Edgard. and K. Roberto.
Jawa Medan. Jurnal Manajemen dan 2012. Determining the ‘Plus’ in Cost-
Bisnis. 11 (2): 11-125. Plus Pricing: A Time-Based Mana-
Hansen, R, dan Mowen, M. 2000. Akuntansi gement Approach. Journal of Applied
Manajemen. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Management Accounting Research. 10
(1): 1-15.
Junianto Riky, Syaiful Hadi, Didi Muwardi.
2015. Analisis Usaha Kecil Menengah Rochmayanto, Yanto dan Alfrida Limbong.
Pengolahan Minyak Kelapa Rakyat di 2013. Penentuan Harga Pokok
Kecamatan Enok. Jom Faperta. 2 (1): Produksi Hutan Rakyat Kayu Pulp di
1- 12. Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 10 (2):
Listyati, Dewi; Apri Laila Sayekti dan Abdul 73 – 83.
Muis Hasibuan. 2011. Analisis Harga
Pokok Produksi Benih Grafting, Biji Slat, Andre Henri. 2013. Analisis Harga
dan Biodiesel Kemiri Minyak. Sirinov. Pokok Produk Dengan Metode Full
7 (2): 15- 21. Costing dan Penentuan Harga Jual.
Jurnal Emba. 1 (3): 110-117.
Machfud dan Rika A.H. 2008. Model
Perencanaan Produksi pada Rantai Suhardi, Muhammad. 2016. Analisis Break
Pasok Crude Palm Oil dengan Memper- Even Point (BEP) Usaha Ikan Asin Di
timbangkan Preferensi Pengambil Desa Tanjung Aru Kecamatan Tanjung
Keputusan.Jurnal Teknik Industri. 10 (1): Harapan Kabupaten Paser. eJournal
38-49. Administrasi Bisnis. 4 (1): 142-156.

Mahdi Hendrich. 2013. Analisis Perhitungan Suryandari, Ni Komang; I Ketut Satriawan,


Harga Pokok Produksi Pada Usaha dan Amna Hartiati. 2015. Perhitungan
Peternakan Lele Pak Jay di Suka- Harga Pokok Produksi Keripik Salak
bangun II Palembang. ILMIAH. 5 (3): dan Keripik Nangkaro industri Kelom-
40 – 49. pok Tani Adi Guna Harapan Karang-
asem Bali. Jurnal Rekayasa dan
Mandei, Julian R dan Theodora katiandagho. Manajemen Agroindustri 3 (3): 113 - 122
2011. Penentuan Harga Pokok Beras
Sukiyono, Ketut; Indra Cahyadinata, Agus
di Kecamatan Kotamobagu timur
Purwoko; Septri Widiono; Eko Sumartono;
Kota Kotamobagu. Jurnal ASE. 7 (2):
15-21. Nyayu Neti Asriani and Gita Mulyasari.
2017. Assessing Smallholder House-

13
AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

hold Vulnerability to Price Volatility S. Wibowo, A. Arysad, A. Yusdiarti. 2015.


of Palm Fresh Fruit Bunch in Bengku- Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan
lu Province. International Journal of Usaha Produk Olahan Kerupuk Wortel
Applied Business and Economic dan Sirup Wortel (Daucus Carota L)
Research. 15 (3): 1 – 15. (Kasus di Kwt Citeko Asri Desa Citeko
Supriyono, R.A. 1999. Akuntansi Manajemen Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor
1: Konsep Dasar Akuntansi Mana- Provinsi Jawa Barat). Jurnal AgribiSains.
jemen dan Proses Perencanaan. Edisi 1 (2): 33-38.
1. Yogyakarta: BPFE. Usman, Mustafa. 2011. Analisis Stuktur Biaya
Supriyono, R.A. 2001. Akuntansi Mana- dan Harga Pokok Produksi Pada
jemen 3: Proses Pengendalian Mana- Usaha Jagung di Kecamatan Lembah
jemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Sains Riset. 1 (2): 1-8.
Suryanto, Dony dan Eko Sumartono. 2016.
Analisis Finansial Usaha Keramba Yhonita, Entri; Triana Dewi Hapsari Anik
Jaring Apung di Perusahaan Per- Suwandari . 2015. Analisis Nilai
seorangan Dobro. Jurnal AGRISEP. 15 Tambah dan Harga Pokok Pada
(1): 1-14. Agroindustri Tapioka di Desa Pogalan
Kabupaten Trenggalek. AGRISEP. 15
(1): 33 – 4.

***

14

Você também pode gostar