Você está na página 1de 20

THE LEVEL OF KNOWLEDGE AND PUBLIC ATTITUDES TOWARD

THE MASS DRUG ADMINISTRATION (MDA) SCHISTOSOMIASIS IN


DODOLO VILLAGE NAPU VALLEY CETRAL SULAWESI

Wahyu Ratna Sari*, Ayu Sekarani Damana Putri**, Nur Indang***

*Medical Student, Faculty of Medicine, Tadulako University


**Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Tadulako University
***Department of Parasitology, Faculty of Medicine, Tadulako University

ABSTRACT

Background : Schistosomiasis is one of the biggest NTD in the world. Since 2018,
Indonesia government has a new programe to control the prevalence of
schistosomiasis using Mass Drug Administration praziquantel. The success of this
programe is influenced by knowledge, attitudes, and actions.
Methods : The research was a cross-sectional study. Sample was obtained by
purposive sample the number of smaple was 79 people. Dodolo village Napu valley
in the highest prevalence of schistosomiasis in Indonesia.
Results: The results show the people with a good knowledge about MDA
schistosomiasis was 70 people (88,6%), respondent with a fairly knowledge 8 people
(10,1%), and 1 respondents (1,3%) have less knowledge. The attitudeof the MDA
schistosomiasis is rated as good as 51 respondents (64,6%) and 28 respondents
(35,4%) have enough attitude.
Conclusions : The public knowledge and attitude of Dodolo’s village is well rated.

Keyword : schistosomiasis, POPM, knowledge, attitude

1
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT
TERHADAP PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL (POPM)
SCHSTOSOMIASIS DI DESA DODOLO LEMBAH NAPU
SULAWESI TENGAH

Wahyu Ratna Sari*, Ayu Sekarani Damana Putri**, Nur Indang***

*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako


**Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
*** Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako

ABSTRAK

Latar Belakang : Schistosomiasis merupakan masalah kesehatan yang memiliki


prevalensi tertinggi di daerah tropis dan sub tropis sehingga pemerintah melakukan
program pemberian obat pencegahan massal (POPM) untuk menurunkan angka
kejadian schistosomiasis. Upaya penurunan prevalensi penyakit schistosomiasis
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan.
Metode Penelitian : Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan desain cross sectional (potong lintang). Teknik pengambilan
sampelnya menggunakan purposive sampling atau pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan (kriteria inklusi dan ekslusi). Jumlah Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 79 orang yang berdomisili di Desa Dodolo Lembah Napu Sulawesi
Tengah.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan dan paling banyak dalam kelompok umur dewasa.
Gambaran pengetahuan masayarakat tentang POPM schistosomiasis sebagian besar
mmemiliki pengetahuan baik yaitu 70 responden (88,6%), 8 responden (10,1%)
memiliki pengetahuan cukup dan 1 responden (1,3%) memiliki pengetahuan kurang.
Sikap masyarakat tentang POPM schistosomiasis dinilai baik yaitu 51 responden
(64,6 %) dan 28 Responden (35,4%) memiliki sikap cukup.
Kesimpulan : Pengetahuan dan sikap masyarakat di Desa Dodolo dinilai baik.

Kata Kunci : Schistosomiasis, POPM, Pengetahuan, Sikap

2
PENDAHULUAN
Schistosomiasis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh trematoda
[1]
anggota Schistosoma yang umum dikenal sebagai cacing darah . Schistosomiasis
merupakan masalah kesehatan yang menempati tingkat kedua setelah malaria di
daerah tropis dan sub tropis [1].
Sulawesi Tengah merupakan satu-satuya provinsi dari 34 provinsi di Indonesia
yang endemik schistosomiasis. Penyakit ini terdapat di dua Kabupaten dari 11
Kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah, yaitu Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi
[2]
tepatnya di Dataran tinggi Lindu, Napu dan Bada . Pengobatan schistosomiasis
menggunakan praziquantel telah dilakukan sejak tahun 1982-1988 sehingga
[3]
mengalami penurunan dari 33,58% - 1,15% . Pengobatan lagi dilakukan pada
tahun 2011 dan mengalami penurunan lagi menjadi kurang dari 1 %, tetapi pada
tahun 2012, 2013 dan 2015 prevalensi kejadian schistosomiasis mengalami
peningkatan menjadi diatas 1 % sehingga pemerintah melakukan sebuah program
eradikasi schistosomiasis salah satu programnya yaitu pemberian obat pencegahan
massal (POPM ), program ini dilakukan dengam memberikan praziquantel secara
massal bagi seluruh warga lembah napu dengan usia diatas 5 tahun dengan dosis 40-
60 mg/kgBB. Pelaksaanaan POPM di Provinsi Sulawesi Tengah sendiri baru
mencakup 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi yang endemis
schistosomiasis salah satunya di Desa Dodolo Lembah Napu, Kabupaten Poso
Provinsi Sulawesi Tengah [4].
Prevalensi schistosomiasis di Desa Dodolo pada tahun 2017 sebesar 2,15.
Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya lain untuk mengidentifikasi penyebab masih
tingginya prevalensi schistosomiasis di Desa Dodolo. Upaya penurunan prevalensi
suatu penyakit dipengaruhi oleh aspek sosial budaya meliputi pengetahuan, sikap
[5]
dan kepercayaan . Pengetahuan dan sikap seseorang dapat membuat program
POPM dalam pengendalian schistosomiasis berjalan sesuai yang direncanakan.

3
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
program POPM di Desa Dodolo Lembah Napu Sulawesi Tengah.

METODE
Penelitian dilakukan di Desa Dodolo Lembah Napu Sulawesi tengah pada
bulan November 2018. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan desain cross sectional (potong lintang). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah POPM pada masyarakat, dan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat. Analisis datanya
menggunakan analisis univariat. Dari total populasi 386 orang didapatkan jumlah
sampel sebanyak 79 orang.

HASIL
1. Karakteristik Responden Berdasarkan jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Masyarakat di Desa
Dodolo Lembah Napu Sulawesi Tengah
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-Laki 36 45,6
Perempuan 43 54,4
Total 79 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut


jenis kelamin terbanyak adalah pada perempuan sebanyak 43 orang (54,4 %).
Sedangkan yang terendah pada laki – laki 36 orang (45,6 %).

4
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur Masyarakat di Desa Dodolo
Lembah Napu Sulawesi Tengah
Umur Frekuensi Presentase
(%)
Remaja (12-25) 20 25,3
Dewasa (26-45) 45 57
Lansia (46-69) 14 17,7
Jumlah 79 100
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut kelompok


umur terbanyak adalah kelompok umur dewasa (26-45) yaitu sebanyak 45 orang
(57 %) sedangkan yang terendah pada kelompok umur lansia sebanyak 14 orang
(17,7 %).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat di
Desa Dodolo Lembah Napu Sulawesi Tengah
Pendidikan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sekolah 4 5,1
SD 29 36,7
SLTP 17 21,5
SLTA 27 34,2
Sarjana 2 2,5
Jumlah 79 100
Sumber: Data Primer, 2018

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut kelompok


Pendidikan terbanyak adalah kelompok dengan pendidikan SD (Sekolah Dasar)

5
yaitu sebanyak 29 orang (36,7%) sedangkan yang terendah pada kelompok
pendidikan sarjana sebanyak 2 orang (2,5%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Masyarakat di Desa Dodolo
Lembah Napu Sulawesi Tengah
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Pegawai Swasta 1 1,3
Wiraswasta 11 13,8
Buruh/tani 44 55,7
IRT 23 29,1
Jumlah 79 100
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa distribusi responden menurut kelompok


Pekerjaan terbanyak adalah kelompok dengan pekerjaan buruh/tani yaitu
sebanyak 44 orang (55,7%) sedangkan yang terendah pada kelompok pegawai
swasta sebanyak 1 orang (1.,3 %).
5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap POPM Schistosomiasis
Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi pengetahuan responden dalam
penelitian adalah kategori baik. Distribusi pengetahuan responden penelitian ini
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Masyarakat Terhadap
POPM Schistosomiasis di Desa Dodolo Lembah Napu Sulawesi Tengah
Pengtahuan Frekuensi Presentase (%)
Baik 70 88,6
Cukup 8 10,1
Kurang 1 1,3
Jumlah 79 100
Sumber: Data Primer, 2018

6
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil pengetahuan terhadap POPM
schistosomiasis dimasyarakat, dapat diketahui dari 79 responden yang memiliki
pengetahuan yang baik mengenai POPM schistosomiasis sebanyak 70 orang
(88,6%), pengetahuan yang cukup mengenai POPM schistosomiasis sebanyak 8
orang (10,1%), sedangkan untuk pengetahuan yang kurang sebanyak 1 orang
(1,3%).

6. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap POPM Schistosomiasis


Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi sikap responden dalam
penelitian adalah kategori baik. Distribusi sikap responden penelitian ini dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Sikap Masyarakat Terhadap POPM
Schistosomiasis di Desa Dodolo Lembah Napu Sulawesi Tengah
Sikap Frekuensi Presentase (%)
Baik 51 64,6
Cukup 28 35,4
Kurang 0 0
Jumlah 79 100
Sumber: Data primer, 2018

Pada tabel 4.6 diperoleh hasil sikap masyarakat terhadap POPM


schistosomiasis, dapat diketahui dari 79 responden yang memiliki sikap yang
baik mengenai POPM schistosomiasis sebanyak 51 orang (64,6%), sikap yang
cukup mengenai POPM schistosomiasis sebanyak 28 orang (35,4%), sedangkan
yang mempunyai sikap kurang itu tidak ada.

7
7. Gambaran Tindakan Masyarakat Terhadap POPM Schistosomiasis
Tabel 4.7 Distribusi Keikutsertaan Responden Terhadap POPM Schistosomiasis
Tindakan Frekuensi Presentase (%)
Ya 79 100
Tidak 0 0
Jumlah 79 100
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil tindakan masyarakat terhadap POPM


schistosomiasis yaitu seluruh responden yang berjumlah 79 orang (100%)
meminum obat praziquantel.

8
8. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap POPM Schistosomiasia
Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan Dan Pendidikan
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap POPM
Schistosomiasis di Desa Dodolo Lembah Napu Sulawesi Tengah
Tingkat Pengetahuan
Karakteristik Baik Cukup Kurang Total %
N % N % N %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 30 38 5 6,3 1 1,3 36 45,6
Perempuan 40 50,6 3 3,8 0 0 43 54,4
Total 79 100
Umur
Remaja (12-25) 16 20,25 3 4 1 1,3 20 25,3
Dewasa (26-45) 40 51 5 6,3 0 0 45 57,3
Lansia (46-69) 14 21,5 0 0 0 0 14 21,5
Total 79 100
Pekerjaan
Buruh/Tani 38 48,1 5 6,32 1 1,3 44 56
IRT 21 27 2 2,5 0 0 23 29,1
Wiraswasta 10 12,65 1 1,3 0 0 11 14
Pegawai Swasta 1 1,3 0 0 0 0 1 1,3
Total 79 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 3 4 1 1,3 0 0 4 7
SD 25 32,5 4 5,1 0 0 29 38
SLTP 16 20,2 1 1,3 0 0 17 21,5
SLTA 24 30,3 2 2,5 1 1,3 27 34,1
Sarjana 2 2,5 0 0 0 0 2 2,5
Total 79 100

Sumber: Data Primer, 2018

Dari tabel 4.8 diperoleh hasil pengetahuan masyarakat berdasarkan jenis


kelamin terhadap program POPM schistosomiasis, dapat diketahui tingkat
pengetahuan perempuan lebih tinggi yaitu 40 orang (51%) dibandingka tingkat
pengetahuan laki-laki yaitu 30 orang (37,97%). Tingkat Pengetahuan masyarakat

9
berdasarkan kelompok umur lebih banyak pada kelompok umur dewasa yaitu 40
orang (51%) sedangkan yang sedikit pada kelompok umur lansia yaitu 14 orang
(21,5%). Tingkat pengetahuan masyarakat berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil
yaitu pengetahuan yang baik pada pekerjaan buruh/tani lebih tinggi sebanyak 38
orang (48,1%) sedangkan yang terendah pada pekerjaan pegawai swasta yaitu 1
orang (3,1%). Hasil pengetahuan masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan
lebih banyak pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu 25orang (32,5%) sedangkan
yang paling sedikit pada tingkat pendidikan sarjana yaitu 2 orang (2,5%).

10
9. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap POPM Schistosomiasia Berdasarkan
Karakteristik Jenis Kelamin, Umur, Pekerjaan Dan Pendidikan
Tabel 4.9 Distribusi Sikap Responden Terhadap POPM Schistosomiasis di Desa
Dodolo Lembah Napu Sulawesi Tengah.
Sikap
Karakteristik Baik Cukup Kurang Total %
N % N % n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 23 29,1 13 16,5 0 0 36 47
Perempuan 28 35,4 15 19 0 0 43 54
Total 79 100
Umur
Remaja (12-25) 10 13 10 13 0 0 20 26
Dewasa (26-45) 28 35,4 17 21,5 0 0 45 57
Lansia (46-69) 13 16,4 1 1,3 0 0 14 18
Total 79 100
Pekerjaan
Buruh/Tani 30 38 14 18 0 0 44 56
IRT 13 16,4 10 13 0 0 23 29,4
Wiraswasta 8 10,1 3 3,8 0 0 11 14
Pegawai Swasta 0 0 1 1,3 0 0 1 1,3
Total 79 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 1,3 3 3,8 0 0 4 5
SD 19 24,05 10 13 0 0 29 37
SLTP 12 15,1 5 6,3 0 0 17 21,5
SLTA 18 23 9 11,4 0 0 27 34,1
Sarjana 1 1,3 1 1,3 0 0 2 2,5
Total 79 100
Sumber: Data Primer, 2018

11
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh sikap masyarakat berdasarkan jenis
kelamin terhadap program POPM schistosomiasis, dapat diketahui bahwa
perempuan memiliki lebih baik yaitu 28 orang (35,4%) dibandingka sikap laki-
laki yaitu 23 orang (29,1%). Sikap masyarakat berdasarkan kelompok umur
lebih banyak pada kelompok umur dewasa yaitu 28 orang (35,4%) sedangkan
yang sedikit pada kelompok umur remaja yaitu 10 orang (13%). Sikap
masyarakat berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil yang lebih baik pada
pekerjaan buruh/tani sebanyak 30 orang (38%) sedangkan yang terendah pada
pekerjaan wiraswasta yaitu 8 orang (10,1%). Sikap masyarakat berdasarkan
tingkat pendidikan lebih baik pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu 19 orang
(24,05%) sedangkan yang paling sedikit pada tingkat pendidikan sarjana yaitu 1
orang (1,3%).

PEMBAHASAN
Penelitian ini melibatkan responden sebanyak 79 orang yang terdiri dari
perempuan 43 orang (54,4%) dan laki-laki 36 orang (45,6%). Dari hasil penelitian di
dapatkan bahwa masyarakat di Desa Dodolo yang memiliki pengetahuan yang baik
sebanyak 70 orang (88,6%) dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang cukup
yaitu 8 orang (10,1) dan kurang baik yaitu 1 orang (1,3). Berdasarkan sikap
masyarakat dinilai baik sebanyak 51 orang (64,6%) dan untuk nilai cukup sebanyak
28 orang (35,4%).
Masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik dikarenakan pada saat
wawancara berlangsung, petugas kesehatan mengatakan bahwa masyarakat
mendapatkan informasi terkait POPM dari penyuluhan petugas kesehatan serta
membagikan kepada masyarakat berupa brosur tentang pencegahan penyakit
schistosomiasis sebelum diadakannya program POPM schistosomiasis juga
mempengaruhi tingkat kesertaan minum obat pada masyarakat. Sesuai hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nurwidayanti [6] mengatakan bahwa masyarakat yang

12
mengikuti penyuluhan mempunyai pengetahuan yang lebih baik daripada masyarakat
yang tidak mengikuti penyuluhan.
Pengetahuan masyarakat di Desa Dodolo didapatkan dari pengalaman-
pengalaman mereka terkait program-program pencegahan schistosomiasis yang telah
dilakukan sebelumnya yakni konsumsi obat praziquantel dan pemeriksaan feses
[7]
rutin. Menurut Marimbi H pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari faktor
intrinsik seperti pengalaman seseorang yang kemudian akan dipersepsikan sehingga
menimbulkan inovasi dan niat untuk bertindak yang akhirnya akan menjadi perilaku,
dan faktor ekstrinsik berupa lingkungan fisik maupun nonfisik dan sosial budaya.
Pengetahuan yang baik serta kesadaran masyarakat akan pentingnya minum obat
pencegahan schistosomiasis, hal ini akan mencegah terjadinya kenaikan angka
kejadian schistosomiasis. Kebanyakan responden memiliki sikap baik hal ini
dikarenakan mereka mempunyai pengetahuan yang baik terhadap schistosomiasis
dan program POPM. Sesuai yang dijelaskan oleh Notoadmodjo [5] bahwa sikap yang
baik adalah sikap yang didasari oleh pengetahuan sehingga akan bertahan lebih lama
daripada sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan masyarakat dinilai cukup dikarenakan sebagian masyarakat yang
tidak mengikuti penyuluhan mereka diberi tahu tentang POPM dari keluarga mereka
yang datang pada saat penyuluhan hal ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi yang tepat. Faktor lain
yang mempengaruhi pengetahuan yang berbeda dikarenakan adanya perbedaan
umur dan pendidikan. Hasil pengetahuan yang berbeda dipengaruhi oleh berbagai
hal, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, kebudayaan, pengalaman dan
[8]
informasi . Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari pendidikan sehingga akan
membentuk sikap seseorang berdasarkan pengetahuan [9].
Pengetahuan dan sikap masyarakat berdasarkan karateristik jenis kelamin
dinlai lebih baik pada kalangan perempuan. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan
penelitian kebanyakan laki-laki sedang pergi bekerja di kebun dan sawah sehingga
yang banyak ditemui yaitu dari kalangan perempuan sehingga mereka lebih tanggap

13
[10] [11]
terhadap informasi yang diberikan. Menurut Khaterina et al , Jiang dan
[12]
Sebayang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan emosional pada
perempuan dan laki-laki yang ada hanya semangat yang dimiliki oleh pribadi
masing-masing untuk mengembangkan sesuatu sehingga kualitas diri akan lebih
nampak. Ada faktor lain yang menunjukkan adanya perbedaan kecerdasan emosional
[13]
yaitu pengalaman, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradana
mengatakan bahwa kecerdasan emosional ditinjau dari pengalaman seseorang.
Pengetahuan yang baik dapat berpengaruh terhadap sikap yang baik.
Pengetahuan dan sikap masyarakat berdasarkan kelompok umur dinilai baik
pada kelompok umur dewasa atau produktif dikarenakan mereka mempunyai pola
pikir yang matang dalam menerima informasi sehingga informasi tesebut dapat
[14]
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian yang dilakukan Lusi et al
mengatakan bahwa perubahan aspek fisik dan psikologis (mental) seseorang
[15]
disebabkan karena bertambahnya umur. Menurut Mubarak et al pertumbuhan
dalam aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa sehingga akan mempengaruhi tingkat pengetahunnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat berdasarkan
pendidikan lebih banyak pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD). Masyarakat di
desa Dodolo lebih dominan memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)
walaupun memiliki tingkat pendidikan rendah, pengetahuan mereka baik
dikarenakan mereka selalu mendapatkan informasi terkait schistosomiasis dari
[5]
petugas kesehatan. Menurut Notoadmodjo menjelaskan bahwa pendidikan adalah
suatu upaya seseorang untuk mendapatkan pengetahuan secara formal yang
mengajarkan berbagai pengetahuan. Tidak selamanya seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan rendah mempunyai pengetahuan yang kurang. Mereka yang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki pengetahuan
yang baik. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang ada karena masyarakat
kebanyakan tamatan Sekolah Dasar yang memperoleh informasi dari penyuluhan
yang diberikan oleh petugas kesehatan.

14
Pengetahuan da sikap masyarakat di Desa Dodolo berdasarkan pekerjaan,
didapatkan nilai yang baik pada pekerja buruh-tani. Mereka bekerja di kebun dan
sawah yang merupakan daerah fokus keong sehingga mereka akan selalu terpapar
dengan keong Oncomelania hupensis linduensis yang akan mengakibatkan
peningkatan angka kejadian schistosomiasis. Sebagai masyarakat yang rentan
terhadap schistosomiasis mereka merupakan target penyuluhan yang terbesar bagi
[6]
petugas kesatan. Penelitian yang dilakukan oleh Nurwidayanti yang mengatakan
bahwa daerah fokus keong merupakan daerah sawah dan kebun tempat mereka kerja
sehingga mereka mudah untuk terinfeksi cacing S. japonicum. Banyaknya angka
kejadian schistosomiasis membuat pemerintah selalu memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang pencegahan schistosomiasis terutama masyarakat yang
rentan terpapar schistosomiasis, oleh karena itu pengetahuan dan sikap masyarakat
berdasarkan pekerjaan di Desa Dodolo dinilai baik karena mereka selalu diberikan
pengetahuan dengan cara penyuluhan tentang pencegahan schistosomiasis. Sesuai
[17]
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistin yang mengatakan bahwa
pengetahuan tentang penularan dan pencegahan schistosomiasis didapatkan dari
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Sikap masyarakat mengenai program POPM schistosomiasis dapat dinilai baik.
Namun, untuk kesadaran mereka masih kurang seperti menginjak tanah tanpa
menggunakan alas kaki ditempat yang tidak terkena sinar matahari. Kurangnya
fasilitas alat pelindung diri juga merupakan hal yang membuat angka kejadian
schistosomiasis meningkat hal ini dikarenakan alat pelindung diri yang tidak sesuai
bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih et al
[18]
yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak selalu berhubungan dengan perilaku
seseorang dalam mencegah terjangkitnya suatu penyakit dan dengan adanya
dukungan baik dari segi fasilitas kesehatan dan pemahaman maka masayarakat akan
berperilaku positif dalam mencegah penyakit.
Salah satu responden yang mengikuti program POPM saat diwawancara
mengatakan bahwa mereka sadar dan tahu ada tempat yang merupakan fokus keong

15
tetapi mereka tetap pergi ketempat tersebut karena daerah fokus keong tersebut
merupakan kebun, sawah dan rawa tempat mereka bekerja. Mereka menyadari jika
bekerja harus menggunakan alat pelindung diri, tetapi mereka tidak mengikuti
perintah tersebut karena jika menggunakan alat pelindung diri maka membuat
mereka kesusahan dalam bekerja dan juga jika mereka menggunakan alat pelindung
diri seperti sepatu boat di rawa-rawa tidak ada gunanya karena rawa-rawa yang
mereka lewati lebih tinggi dari sepatu boat yaitu diatas lutut mereka.
[18]
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ningsi et al yang
mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang bekerja di kebun, sawah dan
hutan sangat susah menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu boat dikarenakan
akan tenggelam di tanah yang berlumpur. Penelitian ini didukung juga oleh
penelitian yang dilakukan oleh Akbar [19] yang mengatakan bahwa mereka umumnya
tiak menggunakan sepatu boat karena menyulitkan dalam melakukan pekejaan
terutama di sawah. Sepatu boat menyulitkan mereka untuk melakukan aktivitas dan
menurunkan produktifitas dalam bertani, mereka terbiasa bekerja dengan kaki
telanjang.
Masalah lainnya yang mereka hadapi yaitu mereka takut akan efek samping
yang ditimbulkan serta bau, rasa dan ukuran dari obat praziquantel. Menurut mereka
bau obat praziquantel sangat bau, rasanya yang tidak enak serta ukuran yang besar
membuat mereka takut untuk minum obat. Tetapi masyarakat tetap mengkonsumsi
obat tersebut karena mereka diawasi oleh tenaga kesehatan, bahkan diharuskan
meminum di depan petugas. Walaupun mereka takut akan timbulnya efek samping
mereka akan tetap mengikuti program pemerintah dalam menanggulangi
schistosomiasis dan mereka juga memberi saran agar pemerintah kesehatan dalam
membuat obat dengan mengecilkan bentuk obat serta bau dan rasanya dimodifikasi,
saran lainnya yaitu membuat alat pelindung diri yang dapat sepenuhnya membuat
masyarakat terhindar kontak dengan cacing S.japonicum.

16
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan dan sikap


masyarakat terhadap POPM schistosomiasis di Desa Dodolo Lembah Napu
Sulawesi Tengah maka disimpulkan bahwa:
1. Pada tingkat pengetahuan masyarakat didapatkan hasil yaitu masyarakat di Desa
Dodolo memiliki pengetahuan yang baik yaitu 70 oang (88,6%).
2. Gambaran sikap masyarakat terhadap program POPM di Desa Dodolo
dikategorikuan dengan sikap baik yaitu 51 orang (64,6%).
Adapun saran yand dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Kesehatan
Bagi dinas kesehatan Kota Palu dan instansi kesehatan terkait penanggulangan
penyakit schistosomiasis diharapkan untuk membuat alat pelindung diri bagi
masyarakat yang endemik schistosomiasis yang lebih memadai.
2. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat yang berada di daerah endemis schistosomiasis diharapkan
selalu mematuhi peraturan-peraturan yang membuat seseorang terhindar dari
schistosomiasis.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjtnya diharapkan bisa melanjutan penelitian ini untuk
menghubungkan antara tingkat pengetahuan dan sikap seseorang dengan
persepsi masyarakat dan efek samping dari minum obat praziquantel.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Olveda, et al. Bilharzia: Pathology, Diagnosis, Management and Control,


Tropical Medicine & Surgery, volume 1 (4). Diakses 1 Agustus 2018.
2013.http://esciencecentral.org/journals/bilharzia-pathologidiagnosis
management -and-contorl-2329-9088,1000135.pdf
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Schistosomiasis Lembah Napu.
Depkes. 2014.
3. Rosmini, et al. Penularan Schistosomiasis Di Desa Dodolo dan Mekarsari
Dataran tinggi Napu Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan, vol XX no
3. 2010
4. Ditjen PP & PL Kemenkes. Program Pengendalian Skistosomiasis. Diakses
01Agustus2018..2010..http://pppl.depkes.go.id/_asset_download/program_pen
gendalianSchistomiasis.pdf.
5. Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. 2007.
6. Nurwindayanti, A. Kajian Hubungan Antara Daerah Perindukan Keong
Perantara Schistosomiasis Terhadap Kejadian Schistosomiasis di Napu,
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 2 (1). 2008.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id
7. Marimba, H. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta:Penerbit Nuha
Medika. 2009.;85
8. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. .
2010.
9. Wawan D, M. Dewi. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. p. 11-18, 19-45.
10. Khaterina., Garliah,L. Perbedaan Kecerdasan Emosi Pada Pria Dan Wanita
Yang Mempelajari Dan Yang Tidak Mempelajari Alat Musik Piano. Jurnal
Psikologi, 1 (1), 17-20. 2012. From://http journal.unair.ac.id/PMNJ@analisis-
faktor-orang-tua-terhadap-status-gizi-balita-pende..

18
11. Jiang, Z. Emotional Intelligence And Career Decision-Making Self Efficacy:
National And Gender Difference. Journal Of Empoyment Counseling. 2014.
51,112-124
12. Sebayang, DA. Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau Dari Jenis Kelamin
Pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Naskah
Publikasi. 2015. From:http//repository.uksw.edu/bistream.full.
13. Pradana, A Y. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Agresivitas Pada Remaja
Pendukung Persija (The Jak Mania). Skripsi. Fakultas Psikologis Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah. 2010.
14. Lusi, I., Utami, G T., Nauli, F. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap MAsyarakat Tentang Penyakit Filariasis Dengan Tindakan Masyarakat
Dalam Pencegahan Filariasis. 2016. From://
https://media.neliti.com/.../183561-ID-hubungan-antara-tingkat-pengetahuan-
sikap.pdf
15. Mubarak, W I., Nurul, C., Khoirul R., Supriadi. Promosi Kesehatan. Ed 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007.
16. Veridiana, NN., Chadijah, S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Masyarakat Dalam Mencegah Penularan Schistosomiasis Di Dua
Desa Di Dataran Tinggi Napu Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Tahun 2010.
Volume 23 nomor 3. Media LitbangKes. 2013. Diakses 1 agustus 2018. From<
https://media.neliti.com/.../179947-ID-faktor-faktor-yang-berhubu...>
17. Sulistin, WA et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
tentang Schistosomisasis di Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
Tahun 2015. Volume 2 no. 2. Jurnal Medika Tadulako. 2015. Diakses 1
Agustus2018..Fromhttp://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MedikaTadulako/
article/download/8006/6340
18. Ningsih et al. Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Masyarakat Lindu Terkait
Skistosomiasis di Kabupaten Sigi sulawesi Tengah Balai LitbangKes P2B2

19
Donggala. Diakses 01 Agustus 2018. 2017. From
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/file/8e10d3b1091622b3404e5292.pdf
19. Akbar, H. Indeks Prediktif Kejadian Schistosomiasis Berbasi Prilaku
Masyarakat Di Dataran Tinggi Lindu Kabupaten Sigi. 2016. Nakah Publikasi.
From:http//ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp/article/download/6259/47

20

Você também pode gostar