Você está na página 1de 7

Jurnal Psikologi Teori & Terapan

2013, Vol. 4, No. 1, 24 - 30

HUBUNGAN POLA ASUH DAN EKSPRESI EMOSI KELUARGA


DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Lestari Handayani dan Desi Nurwidawati


Program Studi Psikologi Universitas Negeri Surabaya

Abstract: Schizophrenia is classified in severe mental disorders so that the possibility to recover from
it is fairly minimal. Based on a study, 80% of schizophrenic patients experienced a relapse from
schizophrenia and only about 20% of patients declared recovered on pre-morbid level (Arif, 2006).
Many cases of relapse occurred when the patient returned to their family. Some studies suggest that
the factor of interaction patterns within the family, such as parenting and emotional expression among
the members of family, leads the patients to relapse. This study aims to determine the correlation
between parenting and family emotional expression to the relapse of schizophrenic patients of Menur
Mental Hospital, Surabaya. This study used a quantitative approach with a correlation method. The
samples were 65 families of patients with schizophrenia who were treated at the Menur Mental
Hospital, taken by purposive sampling technique. 35 samples are famillies of hospitalized patients
and 30 samples are famillies of outpatient. Data analysed using binary logistic. The correlation
between the variables measured using significant value of p <0.05 and the Odds Ratio (OR) with 95%
Constant Interval (CI). The results shows a significant value of constant is 0.002, a significant value
of parenting is 0.001 and significant value of family emotional expression is 0.002. It means that there
is a correlation between parenting and family emotional expression with relapse of schizophrenic
patients. Family emotional expression was proven as the most variable responsible for the emergence
of relapse which affect 16.9 times greater chance of relapse than other variable contribution.

Keywords : Parenting, family expressed emotion, relapse, schizophrenia.

Abstrak: Skizofrenia digolongkan dalam gangguan mental berat, sehingga kemungkinan untuk
sembuh terbilang kecil. Berdasarkan hasil sebuiah penelitian, sebanyak 80% pasien skizofrenia
mengalami kekambuhan berulang dan hanya sekitar 20% pasien dinyatakan pulih pada tingkat
premorbid (Arif, 2006). Banyak kasus kekambuhan terjadi ketika pasien dikembalikan kepada keluarga.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor pola interaksi didalam keluarga menyebabkan
kekambuhan, seperti pola asuh dan ekspresi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pola asuh dan ekspresi emosi keluarga dengan kekambuhan pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Sampel
adalah 65 keluarga dari pasien skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Menur, diambil dengan
teknik purposive sampling. Sebanyak 35 sampel merupakan keluarga dari pasien rawat inap dan 30
sampel merupakan keluarga dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Analisis data
menggunakan uji regresi logistik biner. Adanya hubungan antara variabel diukur dengan menggunakan
nilai signifikan p<0,05 dan Odds Ratio (OR) dengan interval kepercayaan (CI) 95%. Hasil penelitian
diperoleh nilai signifikan konstanta sebesar 0,002, nilai signifikan pola asuh sebesar 0,001 dan nilai
signifikan ekspresi emosi keluarga sebesar 0,002. Hal tersebut berarti bahwa ada hubungan pola asuh
dan ekspresi emosi keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia. Ekspresi emosi keluarga
merupakan variabel yang paling berperan terhadap munculnya kekambuhan karena memiliki peluang
16,9 kali lebih besar memunculkan kekambuhan dibandingkan dengan variabel yang lain.

Kata kunci : Pola asuh, ekspresi emosi keluarga, kekambuhan, skizofrenia.

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Lestari Handayani melalui e-mail lele.sukses@gmail.com.

24
Lestari Handayani & Desi Nurwidawati: Hubungan Pola Asuh Dan Ekspresi Emosi Keluarga...(24 - 30)

Skizofrenia adalah kekacauan jiwa yang Pasien skizofrenia masih harus


ditandai dengan kehilangan kontak pada memperoleh perawatan yang memadai dari
kenyataan (psikosis), waham (keyakinan yang keluarga, baik secara materi, fisik maupun
salah), halusinasi dan persepsi abnormal yang emosional setelah menjalani perawatan di
dapat mengganggu perilaku dan kinerja dalam rumah sakit (Gunarsa, 2000). Perawatan
fungsi sosial (Departemen Kesehatan RI, 1993). orang tua kepada penderita pasien skizofrenia
Skizofrenia masih menjadi kasus yang paling ditunjukkan melalui pola asuh yang
sering dijumpai di beberapa rumah sakit jiwa. diterapkan serta ekspresi emosi yang
Berdasarkan survey WHO (2004) prevalensi ditunjukkan selama berinteraksi dengan
penderita di dunia menunjukkan 1% dari penderita. Pengasuhan bertujuan untuk
seluruh penduduk dunia. Insidensi atau kasus memenuhi kebutuhan dasar anak (Wahyuning
yang baru muncul sekitar 0,01% tiap tahunnya. d k k , 2 0 0 3 ) . M e n u r u t Ti t i ( d a l a m
Jumlah penderita skizofrenia memiliki Soetjiningsih, 2004) pola asuh harus
perbandingan yang sama antara laki-laki dan mencukupi tiga aspek, yaitu asuh, asih, dan
perempuan. Onset penyakit pada skizofrenia asah. Asuh merupakan pemenuhan kebutuhan
dimulai pada rentang usia 18-25 tahun untuk fisik dan biomedis, asah adalah pemenuhan
laki-laki dan pada rentang usia 26-45 untuk kebutuhan emosi dan kasih sayang serta asuh
perempuan. Jumlah penderita skizofrenia di yang merupakan pemenuhan kebutuhan akan
Indonesia sendiri sebanyak 0,46% dari stimulasi mental.
keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia. Sikap dan perilaku keluarga terhadap
Skizofrenia diduga diderita enam sampai pasien mencerminkan ekspresi emosi
sembilan belas orang per seribu penduduk keluarga. Konsep ekspresi emosi keluarga
(Permanasari dan Tunggal, 2010). dikembangkan oleh Brown dan Rutter (dalam
Gejala skizofrenia dapat menyebabkan Lieberman dkk, 2006) untuk menjelaskan
penderitanya mengalami penurunan kualitas alasan mengapa beberapa pasien skizofrenia
hidup, sosial, dan pekerjaan. Oleh karena itu, rawat inap yang memiliki respon positif
pemberian layanan yang terbatas dan tidak terhadap obat justru mengalami kekambuhan
tepat dapat menyebabkan penderita setelah tidak lama dikembalikan kepada
skizofrenia mengalami kecacatan fisik keluarga. Sebuah studi oleh Parker, dkk
maupun motorik (Lora, dkk, 2011). (1990) tentang pola asuh dan ekspresi emosi
Kemungkinan pasien skizofrenia untuk keluarga yang diukur menggunakan Parental
sembuh terbilang minim. Menurut Arif Bonding Instrument dan Family Camberwell
(2006), terdapat sebanyak 80% pasien Interview membuktikan bahwa ada
skizofrenia mengalami kekambuhan secara kesempatan yang signifikan penderita
berulang. Sekitar 25% pasien dapat skizofrenia mengalami kekambuhan. Pada
dinyatakan pulih dari episode awal dan dapat penelitian ini kekambuhan pasien skizofrenia
menjalani fungsinya pada kondisi sebelum didefinisikan sebagai terulangnya kembali
munculnya gangguan. Sekitar 25% pasien gejala psikotik pada pasien skizofrenia yang
tidak menunjukkan perjalanan penyakit yang menyebabkan rawat inap (Thames, 2008).
cukup membaik, akibatnya pasien dinyatakan Pola asuh didefinisikan cara perlakuan orang
tidak akan pernah pulih. Sekitar 50% pasien tua yang diterapkan kepada anak dengan
lainnya ditandai dengan kekambuhan gangguan skizofrenia, merujuk kepada suatu
periodik dan ketidakmampuan berfungsi proses interaksi antara pengasuh dengan anak
dengan efektif dalam jangka waktu yang yang diasuh dimana interaksi tersebut
lama. mencakup aspek-aspek yang memenuhi

25
JURNAL PSIKOLOGI: TEORI & TERAPAN, Vol. 4, No. 1, Agustus 2013

kebutuhan anak. Menurut Brown & Rutter keluarga pasien skizofrenia yang berdomisili
(dalam Lieberman, 2006) ekspresi emosi di Surabaya dan berinteraksi setiap hari
keluarga adalah indeks keseluruhan sikap, dan dengan pasien. Jumlah subjek dalam
perilaku yang diekspresikan oleh anggota penelitian adalah 65 keluarga yang terdiri dari
keluarga terhadap anggota keluarga yang 35 sampel merupakan keluarga dari pasien
mengalami gangguan skizofrenia. rawat inap dan 30 sampel merupakan keluarga
Penelitian tentang hubungan pola asuh dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa
dan ekspresi emosi keluarga dengan Menur Surabaya.
kekambuhan masih jarang dilakukan
khusunya di Surabaya. Karena itu memahami Teknik Pengumpulan data
hubungan pola asuh dan ekspresi emosi
keluarga dengan kekambuhan pasien Teknik pengumpulan data dilakukan
skizofrenia di Surabaya diharapkan dapat melalui penyebaran kuesioner, dimana
memperluas ilmu pengetahuan dan sebelumnya responden diberikan lembar
memberikan informasi kepada pihak-pihak informed consent. Instrumen penelitian
yang berkaitan dengan pasien, terutama menggunakan skala pola asuh yang disusun
keluarga untuk merencanakan program berdasarkan aspek-aspek menurut Titi (dalam
perawatan sebagai upaya peningkatan Soetjiningsih, 2004) yang menyatakan bahwa
kualitas hidup pasien skizofrenia. pola asuh harus mencukupi tiga aspek, yaitu
asuh, asih, dan asah. Skala ekspresi emosi
METODE keluarga disusun berdasarkan aspek-aspek
menurut Brown dan Rutter (Lieberman dkk,
Penelitian ini menggunakan pendekatan 2006) yang mendefinisikan ekspresi emosi
kuantitatif dengan metode deskriptif mencakup critical comment, emotional over-
korelasional. Analisis statistik deskriptif involvement dan hostility. Ekspresi emosi
digunakan untuk memperoleh gambaran keluarga yang tinggi mengarah pada peluang
tentang karakteristik subjek penelitian munculnya kekambuhan. Hasil uji validitas
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat dan reliabilitas instrumen adalah sebagai
pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan berikut :
keluarga dengan subjek, dan jumlah anggota Tabel 1. Hasil uji validitas dan
keluarga. Sedangkan analisis korelasional reliabilitas instrumen
digunakan untuk mengetahui hubungan Skala Koefisien Validitas Koefisien
variabel pola asuh dan ekspresi emosi dengan Aitem Reliabilitas
kekambuhan pasien skizifrenia. Pola Asuh 0,300 – 0,719 0,932
Ekspresi Emosi 0,308 – 0,723 0,943
Sampel Keluarga

Subjek penelitian adalah keluarga dari Analisis Data


pasien dengan diagnosis skizofrenia sesuai
dengan Pedoman Penggolongan Diagnosis Analisis data menggunakan analisis
Gangguan Jiwa (PPDGJ III) dan menjalani regresi logistik biner yang bertujuan untuk
rawat inap maupun rawat jalan di Rumah mengetahui hubungan antara pola asuh dan
Sakit Jiwa Menur Surabaya. Penentuan ekspresi emosi keluarga dengan
sampel menggunakan teknik purposive kekambuhan pasien skizofrenia serta dari
sampling. Kriteria subjek penelitian adalah hubungan tersebut diperoleh probabilitas

26
Lestari Handayani & Desi Nurwidawati: Hubungan Pola Asuh Dan Ekspresi Emosi Keluarga...(24 - 30)

munculnya kekambuhan akibat pengaruh Hasil penelitian berdasarkan analisis


pola asuh dan ekspresi emosi keluarga. deskriptif dari dua variabel bebas, yakni pola
Analisis data dilakukan dengan bantuan asuh dan ekspresi emosi keluarga dipaparkan
SPSS (Statistical Package for Social berdasarkan jumlah frekuensi valid (N), nili
Science) 17.0 for windows. rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai
yang paling sering muncul (mode), standart
HASIL DAN PEMBAHASAN deviasi, sebaran nilai minimum dan maksimum
serta jumlah total dari data yang diperoleh
Selama pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada
subjek penelitian sejumlah 65 keluarga pasien reponden. Hasil analisis deskriptif terlihat pada
skizofrenia yang menjadi responden, namun Tabel 4.
hanya 60 orang keluarga pasien skizofrenia
Tabel 3. Frekuensi Variasi Subjek Penelitian
kooperatif selama proses penelitian. Sebanyak
30 responden merupakan keluarga yang Responden Total
memiliki anggota keluarga diagnosis A. Jenis Kelamin: Laki-laki 25 (41,67%)
Perempuan 35 (58,33%)
skizofrenia yang menjalani rawat inap lebih B. Usia: 40 tahun 8 (13,33%)
dari dua kali dan 30 responden lainnya 41-60 tahun 35 (58,33%)
memiliki anggota keluarga diagnosis 61-80 tahun 17 (28,34%)
C. Pendidikan: Tidak Sekolah 4 (6,67%)
skizofrenia yang menjalani rawat jalan, dimana SD 21 (35%)
pasien belum pernah menjalani rawat inap atau SMP 14 (23,33%)
pasien telah menjalani rawat inap kurang dari SMA 20 (33,33%)
Perguruan Tinggi (PT) 1 (1,67%)
dua kali. Keseluruhan pasien skizofrenia yang D. Pekerjaan: Tidak bekerja 9 (15%)
merupakan anggota keluarga dari responden Ibu Rumah Tangga 16 (26,67%)
Buruh 16 (26,67%)
memiliki rentang usia antara 20 sampai 45 Wiraswasta 6 (10%)
tahun. Berikut adalah rincian data status Lain-lain 13 (21,66%)
perawatan subjek penelitian yang diperoleh E. Agama: Islam 58 (96,67%)
Kristen 1 (1,67%)
dari data rekam medik Rumah Sakit Jiwa Katolik 1 (1,67%)
Menur Surabaya yang terlihat pada Tabel 2. F. Jumlah Anggota Keluarga: 4 37 (61,67%)
5-6 14 (23,33%)
Tabel 2. Karakteristik Subjek 7-8 9 (15%)
Berdasarkan Status Perawatan G. Hubungan dengan Pasien:
Ibu Kandung 21 (35%)
Frekuensi Jumlah Status Ayah Kandung 22 (36,67%)
Rawat Inap Pasien Perawatan Lain-lain 17 (28,33%)

0-2 30 Rawat Jalan


3-5 6 Rawat Inap Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif
5-8 19 Rawat Inap
8 - 10 14 Rawat Inap Pola Asuh Ekspresi Emosi
>10 9 Rawat Inap N Valid 60 60
Total 65 - Mean 105.63 88.33
Median 102.50 92.50
a
Subjek penelitian memiliki variasi yang Mode 90 95
berbeda-beda berdasarkan jenis kelamin, usia, Std. Deviation 18.390 17.987
tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, jumlah Minimum 72 53
anggota keluarga dan status dalam keluarga. Maximum 139 122
Tabel 3. Memaparkan frekuensi variasi subjek Sum 6338 5300
penelitian.

27
JURNAL PSIKOLOGI: TEORI & TERAPAN, Vol. 4, No. 1, Agustus 2013

Data dari skala Ekspresi Emosi Kelurga variabel dan konstanta dalam model regresi
kemudian dikategorikan ke dalam dua logistik ini memiliki nilai signifikan kurang dari
tingkatan, yaitu Ekspresi Emosi Kelurga Tinggi 0,05 (p<0,05) maka hal ini berarti bahwa ada
dan Ekspresi Emosi Keluarga Rendah dengan hubungan antara pola asuh dan ekspresi emosi
melihat median dari data. Apabila nilai skor keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia.
lebih besar dari nilai median maka akan Hasil penelitian ini sesuai dengan
dikategorikan tinggi dan diberikan koding 1, penelitian yang dilakukan oleh Helmina
sedangkan apabila skor lebih kecil dari nilai (dalam Yanayir, 2012) yang menyimpulkan
median makan akan dikategorikan rendah dan bahwa ada korelasi antara pola asuh dengan
diberikan koding 0, sehingga diperoleh 30 kekambuhan pasien skizofrenia, terutama
responden memiliki ekspresi emosi keluarga skizofrenia paranoid. Penelitian lain dilakukan
tinggi dan 30 responden yang memiliki ekspresi oleh Erlina, Soewadi dan Pramono (2010) juga
emosi keluarga rendah. menyebutkan bahwa pola asuh keluarga
Teknik analisis data yang digunakan patogenik mempunyai resiko 4,5 kali
adalah analisis regresi logistik biner. Analisis memunculkan gangguan jiwa. Penelitian lain
regresi logistik biner digunakan sesuai dengan yang sejalan dengan penelitian ini adalah
tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui penelitian yang dilakukan oleh Marchira, dkk
hubungan yang signifikan antara pola asuh dan (2008) tentang ekspresi emosi keluarga pasien
ekpresi emosi keluarga dengan kekambuhan dengan kekambuhan penderita skizofrenia di
pasien skizofrenia. Adanya hubungan RS. RD. Sardjito Yogyakarta yang
ditunjukkan dengan menghitung nilai Odds menyebutkan adanya korelasi positif antara
Ratio (OR) dengan interval kepercayaan (CI) ekspresi emosi dengan angka kekambuhan
95% dan tingkat kemaknaan (nilai signifikan) pasien skizofrenia. Sejalan pula dengan
p<0,05. Hasil uji hipotesis ditunjukkan pada penelitian Parker, dkk (1990) yang menyatakan
Tabel 5. yang membuktikan bahwa variabel pola bahwa ada kesempatan yang signifikan
asuh memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 penderita skizofrenia mengalami kekambuhan
dengan nilai Exp(B) yang merupakan nilai Odds diukur dari atribut pengasuhan orang tua dan
Ratio (OR) sebesar 0,885. Variabel ekspresi skor ekspresi emosi keluarga pasien.
emosi keluarga memiliki nilai signifikan sebesar Pola asuh yang mewujudkan kedekatan
0,002 dengan nilai OR sebesar 16,902, anak dengan orang tua dan ekspresi emosi
sedangkan nilai konstanta dalam analisis ini keluarga rendah dianggap sebagai suatu
memiliki nilai signifikan 0,002. Akibat kedua penerimaan dan dukungan bagi pasien

Tabel 5. Hasil Regresi Logistik Biner


S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.
Pola_Asuh -.122 .036 11.669 .001 .885 .825 - .949
Step EE_Keluarga 2.768 -
1
a 2.827 .923 9.383 .002 16.902
103.191
Constant 11.380 3.667 9.630 .002 87572.187
a
-2 Log Likelihood 33.509
Cox & Snell R Square .563
Negelkerke R Square .751
Overall Percentage 88.3

28
Lestari Handayani & Desi Nurwidawati: Hubungan Pola Asuh Dan Ekspresi Emosi Keluarga...(24 - 30)

skizofrenia. Dukungan merupakan suatu bentuk Sebaliknya, apabila pasien skizofrenia


bantuan yang diberikan kepada individu lain memperoleh pola pengasuhan tidak mencakup
terhadap penderita ketika suatu masalah muncul. aspek asah, asih dan asuh, maka resiko
Buchanan (dalam Videbeck, 2001) mengalami kekambuhan sebesar 1,123 (1/0,885).
menyebutkan bahwa individu yang sering Menurut Gunarsa (2000) keluarga
mendapatkan dukungan emosional dan memiliki fungsi dasar seperti memenuhi
fungsional terbukti lebih sehat dibandingkan kebutuhan fisik, memberi kasih sayang, rasa
dengan individu yang tidak mendapatkan aman, rasa memiliki dan menyiapkan peran
dukungan. Pola pengasuhan yang mencakup dewasa individu kedalam masyarakat. Fungsi
aspek-aspek kebutuhan anak yang diasuh serta dasar keluarga diwujudkan dalam bentuk
ekspresi emosi keluarga yang tidak berlebihan interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan
menjadi sebuah respon dari sistem dukungan anak (yang diasuh). Kedekatan anak dengan
sosial bagi penderita skizofrenia. orang tua merupakan salah satu intervensi
Berdasarkan nilai OR>1 maka variabel keluarga dalam upaya memberikan rangkaian
yang paling berperan terhadap timbulnya terapi untuk mengurangi kekambuhan suatu
kekambuhan adalah ekspresi emosi keluarga, penyakit. Schafer et al (dalam Scholten, 2007)
yakni dengan nilai OR = 16,902. Nilai OR mengungkapkan bahwa anak-anak yang
tersebut memiliki arti bahwa kemungkinan pasien ditelantarkan oleh orang tuanya baik secara
skizofrenia dengan keluarga yang memiliki fisik maupun mental dapat meningkatkan
ekspresi emosi tinggi akan mengalami resiko munculnya gangguan jiwa.
kekambuhan 16,902 kali lebih besar dibandingkan Nilai Negelkerke R Square sebesar 0,751
pasien dengan keluarga yang memiliki ekspresi atau apabila diubah dalam bentuk prosentase
emosi rendah. Sebaliknya, kemungkinan pasien sebesar 75,1%. Hal ini berarti bahwa pola asuh
skizofrenia dengan keluarga yang memiliki dan ekspresi emosi keluarga merupakan 75,1%
ekspresi emosi rendah akan mengalami faktor yang berperan menimbulkan
kekambuhan 0,059 (1/16,902) kali lebih besar kekambuhan pasien skizofrenia, namun masih
dibandingkan pasien skizofrenia dengan keluarga terdapat 34,9% faktor lain yang tidak diteliti
yang memiliki ekspresi emosi tinggi. dalam penelitian juga turut berperan
Relevan dengan pendapat yang menimbulkan kekambuhan pasien skizofrenia.
dikemukakan oleh Leff dan Vaughn (dalam
Brooker, 2008) yang menyebutkan bahwa SIMPULAN
ekspresi emosi keluarga yang tinggi akan
menyebabkan meningkatnya angka Hasil analisis membuktikan bahwa ada
kekambuhan. Hal ini berangkat dari alasan hubungan pola asuh dan ekspresi emosi
Brown dan Rutter (dalam Lieberman dkk, 2006) keluarga dengan kekambuhan pasien
mengembangkan konsep ekspresi emosi keluarga skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur
untuk menjelaskan mengapa beberapa pasien Surabaya. Ekspresi emosi keluarga merupakan
skizofrenia yang dirawat di rumah sakit dan variabel yang paling berperan terhadap
memiliki respon positif atas terapi obat kambuh kekambuhan, sehingga ekspresi emosi
kembali setelah tidak lama pulang ke rumah. keluarga merupakan faktor yang paling
Nilai OR variabel pola asuh sebesar 0,885 dominan dalam menimbulkan kekambuhan.
memiliki arti bahwa Apabila pasien skizofrenia Ekspresi emosi keluarga tinggi memiliki
memperoleh pola pengasuhan yang mencakup peluang 16,9 kali lebih besar memunculkan
keseluruhan aspek asah, asih dan asuh maka kekambuhan, sedangkan pola asuh yang
resiko mengalami kekambuhan sebesar 0,885. memenuhi aspek asuh, asih dan asah memiliki

29
JURNAL PSIKOLOGI: TEORI & TERAPAN, Vol. 4, No. 1, Agustus 2013

resiko memunculkan kekambuhan sebesar pasien skizofrenia, sedangkan masih terdapat


0,885 kali. Pola asuh dan ekspresi emosi 34,9% faktor-faktor lain yang turut berperan
keluarga merupakan faktor yang memiliki menimbulkan kekambuhan pasien skizofrenia
75,1% peran dalam menimbulkan kekambuhan tidak diteliti dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, S. I. ( 2006). Skizofrenia: Memahami Dinamika Marchira, C. R., Sumarni P., & Lusia, P.W.
Pasien. Bandung: PT. Refika Aditam (2008). Hubungan Antara Ekspresi Emosi
Brooker, C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan Keluarga Pasien Dengan Kekambuhan
Churchill Livingstone's Mini Encyclipedia Penderita Skizofrenia Di RS DR. Sardjito
Of Nursing, 1st Edition (Terjemahan). Yo g y a k a r t a . B e r i t a K e d o k t e r a n
Jakarta : EGC Medical Publisher Masyarakat, 24 (4), 172-175.
World Health Organization (WHO). (2004). The Parker, G., Johnston, P., & Hayward, L..(1990).
World Report 2004 Statistical Annex Prediction of Scizophrenic Relapse Using
(online).www.who.int/entity/whr/2004/an The Parental Bonding Instrument (online).
nex/topic/en/annex_2_en.pdf. diakses http://search.ebscohost.com/login.aspx?dir
tanggal 12 Novenver 2012. ect=true&db=mnh&AN=3178613&sit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diakses tanggal 24 Oktober 2012.
(1993). Pedoman Penggolongan Diagnosis Permanasari & Tunggal. (2010). Bicara tentang
Gangguan Jiwa (PPDGJ). Edisi III. J i w a Te r p e c a h ( o n l i n e ) .
Jakarta. http://health.kompas.com/read/2010/10/05
Erlina, Soewadi, & Pramono, D. (2010). /07092282/Bicara.tentang.Jiwa.Terpecah.
D e t e r m i n a n Te r h a d a p Ti m b u l n y a Diakses tanggal 13 November 2012
Skizofrenia Pada Pasien Rawat Jalan Di Scholten. (2007). Risk Factor For Schizophrenia.
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Manchester : University of Manchester.
Sumatera Barat. Berita Kedokteran Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak
Masyarakat, 26 (2), 71-80. dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung
Gunarsa, Y. S. D., & Gunarsa, S. D. (2000). Seto
Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif,
Keluarga. Jakarta : PT. BPK Gunung Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
Mulya. Videbeck. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa
Lieberman, J. A., Stroup, T. S., & Perkins, D. O., (Terjemahan). Jakarta : Buku Kedokteran
(Editor). (2006). The American Psychiatric EGC
Publishing Textbook of Schizophrenia. USA Wahyuning, Jash, & Rachmadiana. (2003).
: American Psychiatric Publishing, Inc. Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak.
Lora, A., Kohn, R., Levav, I., McBain, R., Morris, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
J., & Saxena, S. (2011). Service Yanayir. (2012). Karakteristik Faktor-Faktor
Availability And Utilization And Treatment y a n g M e m p e n g a r u h i Te r j a d i m y a
Gap Schizophrenic Disorders: A Survey in Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas
50 Low and Middle Income Countries Pembantu Desa Paringan Kecamatan
( O n l i n e ) . w w w. w h o . i n t / b u l l e t i n / Jenangan Kabupaten Ponorogo (Skripsi).
volumes/90/1/11-089284/en/. Diakses Ponorogo: Fakultas Ilmu Kesehatan
tanggal 13 November 2012. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

30

Você também pode gostar