Você está na página 1de 12

MEKANISME GERAKAN MASSA BATUAN AKIBAT GEMPABUMI;

TINJAUAN DAN ANALISIS GEOLOGI TEKNIK

THE MECHANISM OF ROCK MASS MOVEMENTS AS THE IMPACT OF EARTHQUAKE ;


GEOLOGY ENGINEERING REVIEW AND ANALYSIS

Dwikorita Karnawati 1)
1)
Staf Pengajar Pascasarjana Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada. Email : dwiko@indosat.net.id; dwiko@ugm.ac.id

ABSTRACT

More than 150 events of rock mass movement (rock slides and rock falls) were recorded at the west and north
parts of Southern Mountain, as the impact of earthquake last May 27, 2006 in Daerah Istimewa Yogyakarta. The
susceptible areas for those rockslides and rockfalls were formed by steep volcanic rocks such as interbeded tuff
sandstone – tuff claystone, andesitic breccia and limestone. One major fault with the direction of NE-SW with several
corresponding micro faults were apparent to be the significant control on the stability of rock mass, which then lead to
the movement through mechanism of rock falls and rock slides. One of the largest event occurred at the slope of
tuffaceous sandstone situated in Desa Sengir, Kecamatan Prambanan where 2 hectars of land moved and resulted in 16
houses damaged. Interpretation of detailed aerial photograph ( 1 : 5,000) and geological site investigation by drilling
through three bore holes with the total depth of 46 m were carried out to preliminary investigate the mechanism of rock
mass movements and the major controlling factors. The movement of rock mass in Sengir occurred as the wedge rock
sliding through the intersection of two joint sets (N 100 o E and N 175 o E) and the bedding dip of tufaceous sandstone –
mudstone with the direction of N 210oE/ 10o. The major controls of this rock sliding were rock joint existence and
orientation, the direction of bedding plane at the slope and the difference of rock weathering grade. Those major
controlling factors are important to be considered for establishment of landslide susceptibility map at the surrounding
area.

Keywords : rock mass movements, earthquake, controlling factors, establishment of landslide.

PENDAHULUAN Penyebab Gerakan


Karnawati (2005) menjelaskan bahwa penyebab
Gerakan massa tanah/ batuan merupakan
gerakan massa tanah/ batuan dapat dibedakan
proses pergerakan material penyusun lereng
menjadi penyebab yang merupakan faktor kontrol
meluncur atau jatuh ke arah kaki lereng karena
dan merupakan proses pemicu gerakan (Gambar 1).
kontrol gravitasi bumi (Crozier dan Glade, 2004).
Faktor kontrol merupakan faktor-faktor yang
Dalam pengertian di atas, material penyusun lereng
membuat kondisi suatu lereng menjadi rentan atau
adalah tanah atau batuan pembentuk suatu lereng
siap bergerak meliputi kondisi morfologi, stratigrafi
(Karnawati, 2005). Sebagai akibat dari gempabumi
(jenis batuan serta hubungannya dengan batuan yang
27 Mei 2006 yang lalu, lebih dari 150 kejadian
lain di sekitarnya), struktur geologi, geohidrologi dan
gerakan massa batuan terjadi di sepanjang tebing
penggunaan lahan. Faktor pemicu gerakan
bagian barat dan utara Pegunungan Selatan yang
merupakan proses-proses yang mengubah suatu
berada di wilayah Propinsi Daerah Istimewa
lereng dari kondisi rentan atau siap bergerak menjadi
Yogyakarta. Menurut Karnawati dan Fathani (2006)
dalam kondisi kritis dan akhirnya bergerak.
penyebaran titik-titik luncuran/jatuhan tersebut
Umumnya proses tersebut meliputi proses infiltrasi
sesuai dengan penyebaran jalur patahan di
hujan, getaran gempa bumi ataupun kendaraan/ alat
Pengunungan Selatan yang berarah umum timur laut
berat, serta aktivitas manusia yang mengakibatkan
– barat daya dan berarah barat-timur (Gambar 2).
perubahan beban ataupun penggunaan lahan pada
Dikhawatirkan massa batuan yang bergerak masih
lereng.
dapat bergerak lagi dan mengancam pemukiman di
Sementara itu Schumm (1979) menyatakan
sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan
bahwa faktor pemicu gerakan massa tanah/ batuan
dan analsis geologi tentang penyebab dan mekanisme
umumnya merupakan faktor – faktor yang berasal
gerakan tersebut, sehingga dapat direkomendasikan
dari luar lereng. Saveny (2002) menegaskan bahwa
upaya antisipasinya.
faktor-faktor yang berasal dari dalam lereng, seperti

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 179 – 190 179
pelemahan batuan akibat pelapukan, dapat mekanisme gerakan serta tipe material yang bergerak
merupakan proses pemicu gerakan. Crozier dan (Tabel 1). Sementara itu, Karnawati (1996)
Glade 2004 menjelaskan bahwa faktor pemicu menyusun klasifikasi gerakan massa tanah/ batuan di
gerakan merupakan proses yang mengawali suatu Indonesia, berdasarkan mekanisme gerakan dengan
gerakan yaitu terjadinya perubahan kondisi pada meninjau faktor-faktor kontrol gerakan tersebut
lereng dari batas kestabilan marginal (marginally (Tabel 2).
stable) menjadi tidak stabil (actively unstable). Dari pemahaman klasifikasi dan mekanisme
gerakan massa tersebut, maka tinjauan dan analsis
Jenis dan mekanisme gerakan geologi terhadap penyebab dan mekanisme suatu
kejadian gerakan tanah/ batuan dapat dilakukan
Varnes (1978) membuat klasifikasi jenis
secara tepat
gerakan massa tanah/ batuan dapat berdasarkan

Penyebab gerakan massa


tanah/ batuan

Faktor-faktor
kontrol Pemicu gerakan
 Geomorfologi RENTAN  Infiltrasi air ke TERJADI
STABIL  Geologi (SIAP dalam lereng GERAKAN
 Tanah KRITIS MASSA
BERGERAK)  Getaran
 Hidrogeologi TANAH/
 Aktivitas BATUAN
 Tata guna lahan manusia

Gambar 1. Proses terjadinya gerakan massa tanah/ batuan dan komponen-komponen penyebabnya
(Karnawati, 2005).

180 Mekanisme Gerakan Massa Batuan Akibat Gempa ……………….(Dwikorita Karnawati)


Study Study area
area

Gambar 2. Sebaran titik lokasi gerakan massa batuan akibat gempabumi (Karnawati dan Fathani, 2006, dikutip
dari Karnawati dkk, 2006)

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 179 – 190 181
Tabel 1. Klasifikasi Gerakan Massa tanah/ batuan (Varnes, D.J., 1978)

JENIS MATERIAL
BATUAN TANAH
JENIS GERAKAN MASSA TANAH/
BATUAN Berbutir kasar Berbutir
halus
RUNTUHAN Runtuhan Runtuhan Runtuhan
batuan bahan tanah
rombakan
ROBOHAN Robohan batuan Robohan Robohan
bahan tanah
rombakan
ROTASI Beberapa Nendatan Nendatan Nendatan
unit batuan bahan tanah
GERAKAN rombakan
MASSA Gerakan massa Gerakan Gerakan
TANAH/ TRANSLAS tanah/ batuan massa tanah/ massa tanah/
BATUAN I blok batuan batuan blok batuan blok
bahan tanah
rombakan
Banyak Gerakan massa Gerakan Gerakan
unit tanah/ batuan massa tanah/ massa tanah/
batuan batuan bahan batuan tanah
rombakan
PENCARAN LATERAL Pencaran Pencaran Pencaran
batuan bahan tanah
rombakan
Aliran bahan Aliran
rombakan pasir/lanau
ALIRAN Aliran batuan basah
(rayapan dalam) Solifluction Aliran pasir
kering
Lawina bahan Aliran tanah
rombakan
Rayapan Aliran lepas
bahan
rombakan
Aliran blok
KOMPLEKS Campuran dari dua (atau lebih) jenis gerakan

182 Mekanisme Gerakan Massa Batuan Akibat Gempa ……………….(Dwikorita Karnawati)


Tabel 2. Faktor kontrol Gerakan Massa tanah/ batuan (lanjutan) (Karnawati 2005, penyempurnaan dari
Karnawati, et al 2005 dan Karnawati, 1996)

MEKANISME RUNTUHAN, GERAKAN MASSA TANAH/ BATUAN RAYAPAN


GERAKAN (JATUHAN,
ROBOHAN)

LUNCURAN NENDATAN
(melalui bidang (melalui bidang luncur
luncur lurus) lengkung)

FAKTOR Apabila terendapkan pada bagian lereng dengan gradien yang masih
PENGONTROL tinggi, endapan tersebut masih dapat bergerak ke arah bawah lereng
sebagai ALIRAN TANAH, ALIRAN BATUAN, DEBRIS AVALANCHE
(luncuran bahan rombakan percampuran antara tanah dan batu), atau
ALIRAN BAHAN ROMBAKAN. BANJIR BANDANG dapat terjadi
apabila disertai jebolnya bendungan yang terbentuk oleh massa tanah/
batuan yang terendapkan pada lembah sungai yang sempit.

1. Kondisi Lereng Umumnya Kemiringan (10o-20o),


(kemiringan lereng) kemiringan lereng Umumnya kemiringan lereng umumnya berada di
> 40o > 20o sampai 40o. kaki bukit atau kaki
gunung.

2. Tanah/ batuan
penyusun lereng
a. Massa yang bergerak Batuan yang 1. Tanah residual 1. Tanah residual Tanah lempung jenis
terpotong-potong (misal Latosol & (misal Latosol dan smectit
oleh bidang-bidang Andosol). Andosol). (motmorilonit dan
retakan atau kekar. 2. Endapan 2. Endapan vermicullite).
Umumnya berupa koluvial koluvial
blok-blok batuan 3. Batuan 3. Batuan
vulkanik yang vulkanik yang
Lapuk lapuk

b. Bidang gelincir. Tanpa bidang – Kontak antara material penutup yang bersifat lepas-lepas dan lolos air
gelincir dengan lapisan tanah/batuan yang mengalasinya yang bersifat lebih
kompak dan kedap air.
– Zona yang merupakan batas perbedaan tingkat pelapukan batuan.
– Bidang-bidang diskontinuitas (bidang kekar, celah atau lapisan batuan.
Lapisan batulempung jenis smektit (montmorilonit), lapisan batulanau,
serpih dan tuf seringkali menjadi bidang gelincir gerakan.

c. Massa tanah/ batuan c. Blok-blok batuan Tanah/batuan dasar yang bersifat lebih kompak dan lebih masif, misalnya
yang tidak bergerak yang yang masih batuan dasar berupa breksi andesit dan andesit.
stabil.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 179 – 190 183
METODE PENELITIAN Test) batuan relatif cukup tinggi, yaitu 40 pada
batupasir – batulempung tufaan, dan mencapai 60
Untuk dapat identifikasi dan analisis secara pada breksi andesit. Sebaliknya, batuan-batuan
tepat mengenai jenis, mekanisme dan penyebab tersebut mempunyai nilai RQD (Rock Quality
gerakan tanah di lokasi tinjauan, perlu dilakukan Designation) relatif rendah, yaitu 50% dengan nilai
penyelidikan geologi teknik yang meliputi beberapa kelulusan air relatif tinggi (1.06 x 10-6 m/detik). Hal
kegiatan berikut : ini disebabkan oleh kekar-kekar batuan yang intensif
1. interpretasi foto udara dan kajian data (rapat), dengan spasi antara 10 cm – 50 cm. Batuan
geologi regional (studi terdahulu), tersebut juga telah lapuk di bagian permukaannya
2. penyelidikan di lapangan (permukaan dan dan mempunyai nilai SPT rendah (kurang dari 30).
bawah permukaan), Tebal zona pelapukan tanah mencapai 1.5 m s.d. 8
3. analsis geologi teknik. m.
Berdasarkan tahap kegiatan tersebut, diperoleh
gambaran (model) kondisi geologi permukaan dan
Kondisi gerakan massa batuan dan faktor
bawah permukaan, serta faktor-faktor geologi yang
kontrol.
dominan penyebab gerak massa batuan. Mekanisme
dan geometri/ dimensi longsoran analisis didasarkan Sebagian besar gerakan massa batuan terjadi
hasil interpretasi foto udara skala 1 : 5000, serta pada lereng batupasir tufan-batulempung tufan,
didukung dengan analisis kondisi geologi bawah breksi andesit dan batugamping dengan kemiringan
permukaan, yang diperoleh dari korelasi antar lubang lebih dari 40o, dengan kekar relatif rapat (spasi kekar
bor. Untuk menunjang analisis tersebut telah 20 cm – 50 cm). Gerakan massa batuan terjadi
dilakukan pemboran inti melalui tiga buah lubang dengan mekanisme luncuran atau jatuhan, melalui
bor dengan kedalaman total 70 m. perpotongan bidang-bidang kekar batuan, atau
Dari hasil penyelidikan dan analisis ini diharapkan melalui perpotongan bidang kekar dengan perlapisan
dapat direkomendasikan langkah-langkah antisipasi batuan. Lebar mahkota luncuran/ jatuhan bervariasi,
longsor batuan di daerah tersebut. mulai dari 10 m – 500 m dan diamater bongkah
batuan yang meluncur mencapai 1,50 m (Gambar 4).
Sebaran lokasi luncuran/ jatuhan batuan ini tampak
HASIL DAN PEMBAHASAN mengikuti sebaran patahan di Pegunungan Selatan,
dengan arah umum timur laut – barat daya (Gambar
Kondisi Geologi Regional 2). Jadi kehadiran bidang-bidang kekar pada lereng,
kecuraman lereng dan arah kemiringan perlapisan
Pegunungan Selatan merupakan morfologi
batuan merupakan faktor-faktor kontrol penting
yang terbentuk oleh patahan naik dengan arah timur
terhadap kejadian luncuran/ jatuhan batuan tersebut.
laut – barat daya dan tersusun oleh batuan volkanik
Jenis batuan bukan merupakan faktor kontrol penting
tersier Formasi Semilir (Tmf) pada Kala Oligocene
gerakan, karena jatuhan/ luncuran batuan ini dapat
Akhir – Awal Miosen. Variasi batuan dalam formasi
terjadi di berbagai jenis batuan, yaitu breksi andesit,
tersebut meliputi perselang selingan batupasir tuf -
batupasir tufan dan batugamping.
batulempung tuff, breksi pumis, dasit dan andesit.
Pada Kala Miosen Awal secara tidak selaras di atas
formasi batuan tersebut terendapkan breksi andesit Kasus Gerakan Massa Batuan di Desa Sengir
Formasi Nglanggran (Tmng). Akhirnya pada Kala Salah satu gerakan massa batuan terbesar telah
Miosen Akhir – Pliosen terbentuk Formasi Wonosari terjadi di Desa Sengir, Kecamatan Prambanan,
– Punung (Tmwl) yang tersusun dari batugamping Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
koral – batugamping klastik. Kondisi Geologi di Luas area pada blok massa batuan yang bergerak
lokasi gerakan massa batuan dan sekitarnya mencapai 2 hektar dan mengakibatkan 16 rumah
digambarkan pada Gambar 3. rusak atau roboh, sehingga terpaksa dilakukan
relokasi ke daerah yang lebih aman. Dikhawatirkan
Sifat Teknik Batuan massa batuan yang telah bergerak ini masih dapat
bergerak lagi, apabila terjadi getaran gempa susulan,
Sebagian besar gerakan massa terjadi pada atau terjadi kenaikan tekanan air dalam retakan
batupasir tuf – batulempung tuf, breksi andesit dan batuan akibat infiltrasi air hujan.
batugamping. Sifat teknik batuan dapat terukur
berdasarkan penyelidikan di lapangan dan pemboran, a. Bidang gelincir
serta uji di laboratorium (Departemen Pekerjaan Dari hasil interpretasi foto udara (Gambar 5)
Umum, 2004). Nilai SPT (Standard Penetration dan penyelidikan di lapangan terlihat bahwa

184 Mekanisme Gerakan Massa Batuan Akibat Gempa ……………….(Dwikorita Karnawati)


longsoran ditandai dengan bentuk tebing curam bidang perlapisan batupasir tufan – batulempung
(kemiringan lereng berkisar 70o- 90o) sebagai tufan yang berarah N 210oE dengan kemiringan
mahkota longsoran. Mahkota longsoran ini berbentuk perlapisan sekitar 10o. Bidang luncur ini juga
seperti baji sebagai akibat perpotongan 2 bidang merupakan bidang kontak antara zona batuan yang
kekar yang berarah N 100 o E dan N 175 o E. Jadi arah telah lapuk lanjut hingga menengah (Nilai SPT 20 s/d
umum gerakan adalah N 210oE, yang merupakan 40) dengan zona batuan yang masih segar atau lapuk
resultante dari dua arah orientasi kekar tersebut. ringan (nilai SPT > 60).
Tepat di bawah tebing curam ini terbentuk dua
c. Dampak luncuran
segmen lembah baru yang berpotongan relatif saling
Komponen gerak vertikal pada luncuran blok
menyiku (Gambar 5 dan 6). Kedalaman lembah yang
massa batuan tampak dominan, sehingga berakibat
baru terbentuk adalah bervariasi dari 2 - 5 meter,
terbentuk lembah dan beberapa amblesan lokal.
dengan lebar lembah sekitar 5 meter.
Kedalaman maksimum amblesan tanah mencapai 4m
b. Mekanisme gerakan (Gambar 7a). Luncuran batuan yang disertai
pembentukan lembah dan amblesan tanah ini juga
Berdasarkan analisis morfologi dan korelasi
mengakibatkan 16 rumah roboh ataupun rusak
antar lubang bor dapat didentifikasi bahwa gerakan
Terlihat pula bahwa zona kerusakan rumah-rumah
massa batuan terjadi dengan mekanisme luncuran
tersebut berada pada zona ekstensi di bagian ujung
(Gambar 5). Bentuk geometri luncuran batuan
atas zona blok batuan yang bergerak, serta pada zona
tersebut adalah berbentuk baji dengan volume
kompresi di bagian ujung bawah blok batuan yang
luncuran diperkirakan mencapai 140 000 m3. Bidang
bergerak (Gambar 5 dan 7b).
luncur batuan yang terbentuk ini berpotongan dengan

Ket : = Rockfall/slide site

Gambar 3. Peta Geologi Wilayah Pegunungan Selatan (dimodifikasi dari Wartono, 1995 dan Sudarno, 1997)

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 179 – 190 185
Gambar 4(a). Retakan pada tebing batupasir tufan

Gambar 4(b). Bongkah batu yang meluncur

186 Mekanisme Gerakan Massa Batuan Akibat Gempa ……………….(Dwikorita Karnawati)


CITRA FOTO UDARA
DAERAH SENGIR SETELAH LONGSOR

Gambar 5. Foto udara daerah Desa Sengir dan sekitarnya.

Gambar 6. Penampang melintang zona luncuran batuan di Desa Sengir.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 179 – 190 187
Retakan

Amblesan

Gambar 7. a) Retakan dan amblesan tanah

Lembah

Gambar 7. b) Lembah yang terbentuk akibat luncuran blok massa batuan

KESIMPULAN DAN SARAN untuk luncuran batuan di Desa Sengir,


Kecamatan Prambanan dengan bidang kekar
Kesimpulan berarah N 100 o E dan N 175 o E serta bidang
perlapisan batupasir tufaan – batulempung tufaan
Dari hasil tinjauan dan analisis geologi yang
dengan arah kemiringan N 210oE/ 10o. Gerakan
telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan
tersebut terjadi akibat pengaruh getaran
beberapa hal sebagai berikut :
gempabumi pada tanggal 27 Mei 2006,
1. gerakan massa batuan di lereng barat dan utara 2. kontrol utama terjadinya gerakan adalah orientasi
Pengunungan Selatan terjadi dengan mekanisme bidang kekar dan bidang perlapisan batuan, serta
luncuran blok massa batuan dengan bentuk baji, perbedaan tingkat pelapukan batuan dan
dengan bidang-bidang kekar atau perpotongan kemiringan lereng yang relatif curam (lebih dari
bidang kekar dangan perlapisan batuan. Khusus 40º). Faktor kontrol utama terjadinya gerakan ini

188 Mekanisme Gerakan Massa Batuan Akibat Gempa ……………….(Dwikorita Karnawati)


perlu dipertimbangkan lebih lanjut dalam upaya in Yogyakarta Province, Indonesia. Proc. of
pemetaan tingkat kerentanan gerakan massa the 3rd Int. Symposium on Earth Resources
batuan di daerah studi dan sekitarnya. and Engineering Geological Education, Field
3. gerak luncuran blok massa batuan di Desa Sengir of Geological Engineering - Asian University
masih berpotensi terjadi apabila dipicu oleh Network/ South East Asian Engineering
hujan atau getaran gempa susulan. Education Development Network– Japan
International Corporation Agency
Saran (AUN/SEED Net – JICA), Yogyakarta,
Dari kesimpulan diatas disarankan agar August 3-4, 2006.
dilakukan pemetaan tingkat kerentanan dan analisis Karnawati, D., Pramumijoyo, S., Sudarno, I,.
resiko gerakan tanah di wilayah studi dan sekitarnya, Suharyadi, dan Wartono, R., 2006, Survey
dengan mempertimbangkan beberapa kontrol utama Tinjauan Geologi Pasca Gempabumi di DIY.
terjadinya gerakan. Hasil pemetaan dan analisis Jurusan Teknik Geologi, tidak dipublikasikan.
resiko ini diperlukan dalam antisipasi bahaya Karnawati, D., I. Ibriam, Anderson, M.G.,
gerakan tanah. Holcombe, E. A., Mummery, G.T., Renaud, J-
P, and Wang, Y., 2005, An initial approach to
identifying slope stability controls in Southern
UCAPAN TERIMA KASIH Java and to providing community-based
landslide warning information, Landslide
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Hazard and Risk, Ed; Thomas Glade, M.G.
ASEAN University Network/ South East Asia
Anderson and Michael J. Crozier, John Wiley
Engineering Education Network – Japan
and Sons, pp. 733-763.
International Corporation Agency (AUN/SEED Net –
Karnawati, D., 2005, Bencana Alam Gerakan Massa
JICA) yang telah membantu mendanai kegiatan
Tanah di Indonesia dan Upaya
peninjauan dan studi awal ini. Ucapan terima kasih
Penanggulangannya. Jurusan Teknik Geologi,
juga disampaikan kepada Bapak Ir. Suharyadi, M.S.,
Universitas Gadjah Mada, Indonesia. ISBN
Dr. Subagyo Pramumijoyo, DEA, dan Ir. Ign.
979-95811-3-3.
Sudarno, M.T. atas segala masukan dan diskusi di
Karnawati, D., 1996, Mechanism of Rain-induced
lapangan, serta Sdr. M. Sito Cahyono, ST dan Sdr.
Landslide in Allophonic and Halloysitic Soil
Sutrisno, ST yang telah membantu selama proses
in Java. Ph.D Thesis. Leeds University,
pekerjaan lapangan.
unpublished.
Mc. Saveny, M.J., 2002, Recent rockfalls and rock
DAFTAR PUSTAKA avalances in Mount Cook National park, New
Zealand, in S.G. Evans and J.V. DeGraff(eds),
Anonim, 2004, Penyelidikan Geologi Awal untuk Catastrophic Landslides : Effects,
Konstruksi Terowongan di Wilayah Piyungan Occurrence, and Mechanism (Boulder, CO :
– Patuk, Propinsi Daerah Istimewa Geological Society of America), 15, 35-70
Yogyakarta. Departemen Pekerjaan Umum. vide Landslides Hazard and Risk Edited by
Tidak dipublikasikan. Thomas Glade, Malcolm Anderson and
Anonim, 2007, Report of the Earthquake Emergency Michael J. Crozier, John Wiley and Sons.
Response; development of micro hazard Rahardjo, W., Sukandarrumidi, and Rosidi H.M.D.
zonation and disaster preparedness. ,1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
Geological Engineering Department, Faculty Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
of Engineering, Gadjah Mada University and Bandung.
Asean University Network/ South East Asia Schumm, S.A., 1979, Geomorphic thresholds : the
Engineering Education Network – Japan concept and its application, Transactions
International Corporation Agency Institute of British Geographers (New Series),
(AUN/SEED Net – JICA). Unpublished. 4, 485-515 vide Landslides Hazard and Risk
Crozier, M.J and Glade T., 2004, Landslide Hazard Edited by Thomas Glade, Malcolm Anderson
and Risk : Issues, Concepts and Approach in and Michael J. Crozier, John Wiley and Sons.
Landslides Hazard and Risk Edited by Sudarno, Ign.,1997, Kendali Tektonik di Pegunungan
Thomas Glade, Malcolm Anderson and Selatan, Thesis Magister Teknik, Program
Michael J. Crozier, John Wiley and Sons, pp. Studi Geologi, FTM ITB, (unpublished)
1-35. Sudarno, Ign., 1997, Indikasi Reaktivasi Patahan di
Karnawati, D and T.F. Fathani, 2006, Mechanism Sungai Opak, Pegunungan Jiwo dan Bagian
and Impact of Earthquake Induced Landslides Utara Kaki Pengunungan Selatan Media

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 2, Juli 2007 : 179 – 190 189
Teknik. No. 1 Tahun XIX, Februari 1997, pp.
13-19.
Varnes, D.J., 1978, Slope movement types and
processes, Special Report 176; Landslides;
Analysis and Control, Eds: R.L. Schuster dan
R.J. Krizek, Transport Research Board,
National Research Council, Washington ,
D.C., 11-33.

190 Mekanisme Gerakan Massa Batuan Akibat Gempa ……………….(Dwikorita Karnawati)

Você também pode gostar