Você está na página 1de 5

Perbedaan Efektivitas Ekstrak Sarang Semut Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar

Dengan Daya Hambat Bakteri Enterococcus faecalis Di Laboratorium Farmasi UMI


Tahun 2018 (The Differences Effectiveness of Sarang Semut Extracts as Irrigation Material
of Root Canal with Inhibition of Bacteria Enterococcus faecalis at Laboratory of Pharmacy
UMI Year 2018)

Andy Fairuz Zuraida Eva*, Lilies Anggarwati Astuti**, Adelya Awdya Muthalib***
*Bagian Ilmu Bahan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
**Bagian Ilmu Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
***Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Gigi Universtias Muslim Indonesia

Abstract
Background: Studies of bacterial and molecular cultures confirmed that Enterococcus faecalis is a bacterium
with the highest prevalence found on post treatments root canals that fail and are difficult to shutdown although
using variety of irrigation solutions. Nowdays, there are several types of irrigation materials commonly used.
The commonly used irrigation materials are from chemicals can provide more side effects than traditional
medicine. The using of materials from nature can be an option as an alternative to root canal irrigation
materials because some of these materials can be inhibit the growth (bacteriostatic) or killing the bacteria
(bactericid). Objective: To know the correlation of sarang semut extracts (Myrmecodia pendens) as irrigation
material of root canal with inhibition of bacteria Enterococcus Faecalis. Method: The method was used
laboratory experimental method with post test only control group design and sampling technique with purposive
sampling that used 4 treatments and 5 repetitions. Statistical analysis used one way anova test. Result: The
Results of this research showed that diameter of inhibition zone to inhibiting the growth of enterococcus
faecalis bacteria on sarang semut extracts (Myrmecodia pendens) of 25% concentration was 21,10 ± 0,18 and
on sarang semut extracts (Myrmecodia pendens) of 50% concentration was 23,47 ± 0,24 And based on the
statical test obtained significance difference with the value of p = 0,000 <α = 0,01. Conclusion: The hypothesis
was accepted and the results of this research showed that there was a correlation of sarang semut 25%
concentration dan 50% concentration as irrigation material of root canal can inhibiting growth enterococcus
faecalis bacteria.
Keywords : Irrigation of root canal, Myrmecodia pendens, Enterococcus faecalis.

Abstrak
Latar belakang: Studi kultur bakterial dan molekular menegaskan bahwa Enterococcus faecalis merupakan
salah satu bakteri dengan prevalensi terbanyak yang ditemukan pada saluran akar pasca perawatan saluran akar
yang gagal dan sulit untuk dimatikan meskipun menggunakan berbagai macam larutan irigasi. Saat ini terdapat
beberapa macam bahan irigasi yang umum digunakan. Bahan irigasi yang biasa digunakan berasal dari bahan
kimia dapat memberikan efek samping yang lebih besar dibandingkan dengan obat tradisional. Penggunaan
bahan yang berasal dari alam dapat dijadikan pilihan sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar karena
beberapa dari bahan tersebut dapat bersifat menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) maupun membunuh
bakteri (bakterisid). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens)
sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat bakteri Enterococcus faecalis. Metode: Menggunakan
metode eksperimental laboratorium dengan bentuk penelitian berupa Post test only control group design dan
pengambilan sampel dengan Purposive Sampling menggunakan 4 perlakuan dan 5 kali pengulangan. Uji
statistik menggunakan One Way Anova. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan diameter zona inhibisi dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 25% sebesar 21,10 ± 0,18 dan pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
konsentrasi 50% sebesar 23,47 ± 0,24, dan berdasarkan uji statistik memperoleh nilai signifikan p = 0,000 <α =
0,01. Kesimpulan: Hipotesis alternatif penelitian ini diterima dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan ekstrak tanaman sarang semut konsentrasi 25% dan konsentrasi 50% sebagai bahan irigasi saluran
akar yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.
Kata kunci: Irigasi saluran akar, Myrmecodia pendens, Enterococcus faecalis.

Koresponden: Adelya Awdya Muthalib, E-mail: awdyaadelya97@gmail.com


PENDAHULUAN dan dikembangbiakkan sebelumnya.
Mikroorganisme dapat masuk ke Sedangkan, kriteria eksklusi ekstrak sarang
dalam rongga pulpa oleh karena terjadinya semut yang mengalami perubahan warna
cedera mekanis atau traumatis melalui dan ekstrak sarang semut yang memilki
sulkus gingival dan aliran darah. Studi bau yang tidak normal.
kultur bakterial dan molekular Tumbuhan sarang semut yang telah
menegaskan bahwa Enterococcus faecalis kering ditimbang sebanyak 250gr. Setelah
merupakan salah satu bakteri dengan itu haluskan dengan menggunakan
prevalensi terbanyak yang ditemukan pada blender. Pembuatan ekstrak sarang semut
saluran akar pasca perawatan saluran akar dilakukan dengan cara mengekstraksi
yang gagal. 1,2 menggunakan pelarut etanol. Sebagai
Tahap perawatan saluran akar kontrol positif digunakan NaOCl (sodium
terbagi menjadi 3 tahapan utama. Irigasi hipoklorit). Bakteri uji yang digunakan
adalah salah satu tahapan penting dalam adalah bakteri patogen (Enterococcus
menunjang keberhasilan perawatan saluran faecalis). Untuk pengujian, bakteri
akar. Penggunaan bahan yang berasal patogen Enterococcus faecalis harus
dari alam dapat dijadikan pilihan sebagai diremajakan terlebih dahulu pada Nutrient
alternatif bahan irigasi saluran akar karena Broth (NB). Selanjutnya, kultur bakteri
beberapa dari bahan tersebut dapat bersifat dalam NB dituang ke dalam Mueller
menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) Hinton Agar (MHA) yang sebelumnya
maupun membunuh bakteri (bakterisid) telah dilarutkan dengan 100 ml aquades
dan dinilai memiliki efek samping lebih menggunakan tabung Erlenmeyer yang
kecil. Salah satu diantara tanaman obat ditutup dengan kasa dan dibungkus dengan
yang sangat potensial adalah Sarang semut kertas. Media tersebut disterilkan dalam
(Myrmecodia pendens).3,4,5 autoklaf pada suhu 121°C selama 25
menitdiinkubasi pada suhu 37oC selama 24
METODE jam lalu dituang ke dalam petri.
Penelitian ini merupakan penelitian Bagian bawah cawan petri dibagi
Eksperimental Laboratorium yaitu sesuai dengan banyaknya pencadang yang
pengujian yang dilakukan di laboratorium akan diberikan untuk menentukan batas
dengan bentuk penelitian berupa Post test daerah tiap perlakuan pada MHA. Setelah
Only Control Design. Jenis penelitian yang itu, pencadang dimasukkan satu- persatu
dilakukan adalah True Eksperimental pada medium sesuai dengan jumlah
Laboratorium. Penelitian ini dilakukan kuadran yang dibuat sampai memadat dan
setelah mendapatkan izin dari komisi etik, pencadang dapat dilepaskan dari medium
dengan nomor 248/A.1/KEPK- tersebut. Sehingga membentuk lingkaran
UMI/IX/2018. Penelitian ini dilakukan di kosong pada medium yang nantinya akan
Laboratorium Farmasi UMI pada bulan di isi oleh kelompok uji.
September 2018. Sampel pada penelitian Inkubasi bakteri selama 1 x 24 jam
ini diambil dengan menggunakan teknik pada suhu 37oC. Selanjutnya, diameter
purposive sampling yaitu memilih sampel pembentukan zona bening pada biakan
sesuai kriteria inklusi dan menggunakan diamati dan dicatat. Untuk kontrol positif
rumus Lukito yaitu sebanyak 20 Sampel . digunakan larutan Sodium Hipoklorit.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Sodium Hipoklorit dipilih sebagai kontrol
Tanaman sarang semut yang sudah matang positif karena merupakan larutan irigasi
dan berwarna coklat kemerahan, tanaman yang umum digunakan oleh dokter gigi.
sarang semut dengan jenis myrmecodia Larutan irigasi ini mempunyai spektrum
pendens , bakteri yang sudah diinkubasi

2
antibakteri yang luas dan memenuhi 0,18 mm. Pada kontrol positif menunjukan
syarat ideal suatu larutan irigan. zona daya hambat terbesar terbentuk pada
replikasi 4 yaitu sebesar 18,86 mm dan
HASIL zona daya hambat terkecil terbentuk pada
Penelitian ini dilakukan di replikasi 1 sebesar 17,40 mm. Nilai rata-
Laboratorium Farmasi UMI. Pada proses rata dari kelima replikasi Sodium
uji daya hambat dilakukan sebanyak lima Hipoklorit 3% tersebut sebesar 18,30 ±
kali replikasi percobaan pada masing- 0,57 mm.
masing larutan untuk mengetahui seberapa
besar zona daya hambat yang dihasilkan Tabel 2 Diameter zona daya hambat ekstrak
terhadap pertumbukan bakteri tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens)
konsentrasi 50% dan variabel kontrol dalam
Enterococcus faecalis. Sehingga jumlah menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus
sampel dalam penelitian ini adalah faecalis
sebanyak 20 sampel. Hasil penelitian konsentrasi Kontrol
50% (mm) (mm)
ditampilkan dalam tabel distribusi sebagai Replikasi
Mean Mean Mean
K- K+
berikut (Tabel 1). ± SD ± SD ± SD
1. 23,47 0,00 17,40
2. 23,86 0,00 0,00 18,10 18,30
Tabel 1 Diameter zona daya hambat ekstrak 23,47
3. 23,51 0,00 ± 18,60 ±
tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) ± 0,24
4. 23,28 0,00 0,000 18,86 0,57
konsentrasi 25% dan variabel kontrol dalam 5. 23,24 0,00 18,57
menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus Sumber : Data primer 2018
faecalis
Konsentrasi Kontrol Berdasarkan data pada (Tabel 2)
Replikasi
25% (mm) (mm) menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa
Mean Mean Mean
± SD
K-
± SD
K+
± SD hasil pengukuran pada tabel diatas
1. 21,17 0,00 17,40 menunjukkan bahwa zona daya hambat
2. 21,16 0,00 0,00 18,10 18,30 terbesar pada ekstrak tanaman sarang
21,10
3. 20,99 0,00 ± 18,60 ±
± 0,18 semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi
4. 20,87 0,00 0,000 18,86 0,57
5. 21,35 0,00 18,57 50% terbentuk pada replikasi 2 sebesar
Sumber : Data primer 2018 23,86 mm dan zona daya hambat terkecil
terbentuk pada replikasi 5 sebesar 23,24.
Berdasarkan data pada (Tabel 1) Nilai rata-rata dari kelima replikasi ekstrak
menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa tanaman sarang semut (Myrmecodia
telah terbentuk zona daya hambat pada pendens) konsentrasi 50% tersebut sebesar
medium agar disekitar pencadang yang 23,47 ± 0,24 mm. Nilai rata-rata dari
diberikan ekstrak tanaman sarang semut kelima replikasi ekstrak tanaman sarang
(Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% semut (Myrm ecodia pendens) konsentrasi
dan Sodium Hipoklorit 3% (NaOCl) 50% tersebut sebesar 23,47 ± 0,24 mm.
sebagai kontrol positif. Hasil pengukuran Pada kontrol positif menunjukan zona
pada tabel diatas menunjukkan bahwa daya hambat terbesar terbentuk pada
zona daya hambat terbesar pada ekstrak replikasi 4 yaitu sebesar 18,86 mm dan
tanaman sarang semut (Myrmecodia zona daya hambat terkecil terbentuk pada
pendens) konsentrasi 25% terbentuk pada replikasi 1 sebesar 17,40 mm. Nilai rata-
replikasi 5 sebesar 21,35 mm dan zona rata dari kelima replikasi Sodium
daya hambat terkecil terbentuk pada Hipoklorit 3% tersebut sebesar 18,30 ±
replikasi 4 sebesar 20,87. Nilai rata-rata 0,57 mm. Sedangkan pada kontrol negatif
dari kelima replikasi ekstrak tanaman tidak terdapat zona daya hambat disekitar
sarang semut (Myrmecodia pendens) pencadang.
konsentrasi 25% tersebut sebesar 21,10 ±
Tabel 3 Perbedaan Diameter Rata-Rata Zona Daya Hambat Ekstrak Tanaman Sarang Semut
(Myrmecodia pendens) Konsentrasi 25% dan Ekstrak Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens)
Konsentrasi 50% Dalam Mengambat Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis

3
Mean Std.
Kelompok Jenis Larutan P
Difference Error

Ekstrak 50% -2,36400* ,20644 ,000


Ekstrak Sarang
Semut Larutan K+ 2,80200* ,20644 ,000
Konsentrasi 25%
Larutan K- 21,10800* ,20644 ,000
Ekstrak Sarang Ekstrak 25% 2,36400* ,20644 ,000
Semut
Konsentrasi Larutan K+ 5,16600* ,20644 ,000
50% Larutan K- 23,47200* ,20644 ,000
Sodium Ekstrak 25% -2,80200* ,20644 ,000
Hipoklorit
konsentrasi 3% Ekstrak 50% -5,16600* ,20644 ,000
(K+) Larutan K- 18,30600* ,20644 ,000
Ekstrak 25% -21,10800* ,20644 ,000
Aquadest steril
(K-) Ekstrak 50% -23,47200* ,20644 ,000
Larutan K+ -18,30600* ,20644 ,000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
*Post Hoc test: LSD test; p<0.05: significant
Berdasarkan hasil analisis uji anova didapatkan P-Value yang menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) artinya bahwa pada penelitian ini terdapat perbedaan
efektivitas ekstrak tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% dan
ekstrak tanaman sarang semut (myrmecodia pendens) konsentrasi 50% dalam mengambat
pertumbuhan bakteri enterococcus faecalis. hal ini menandakan ha diterima dan ho ditolak.
PEMBAHASAN memperlihatkan bahwa adanya reaksi
Dalam banyak kasus, flavonoid antibakteri dari ekstrak tanaman sarang
dapat berperan secara langsung sebagai semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi
antibiotik dengan mengganggu fungsi dari 25%, 50% dan sodium hipoklorit 3%
mikroorganisme bakteri atau virus. Pada terhadap pertumbuhan bakteri
umumnya senyawa flavonoid dapat Enterococcus faecalis. Pada medium agar
menghambat pertumbuhan bakteri gram atau MHA yang diberikan pencadang
positif dan gram negatif. Tanin memiliki mengandung aquades steril sebagai
aktivitas antibakteri. Mekanisme kerja kontrol negatif tidak terbentuk zona
senyawa tanin dalam menghambat sel bening disekitar pencadang tersebut. Hal
bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi ini sejalan dengan penelitian yang
protein sel bakteri, menghambat fungsi dilakukan oleh Roslizawaty dkk (2013) di
selaput sel (transpor zat dari sel satu ke Universitas Syiah Kuala, menyatakan
sel yang lain) dan menghambat sintesis bahwa ekstrak tanaman sarang semut
asam nukleat sehingga pertumbuhan (Myrmecodia pendens) dengan
6 konsentrasi 25% dan 50% efektif
bakteri dapat terhambat.
Berdasarkan hasil penelitian menghambat pertumbuhan bakteri.
menunjukkan adanya zona daya hambat Perlakuan dengan ekstrak tanaman sarang
atau zona bening terbentuk pada medium semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi
agar atau MHA disekitar pencadang yang 25% dan 50% dinyatakan memiliki
mengandung ekstrak tanaman sarang aktivitas antibakteri yang kuat. Pada hasil
semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi juga memperlihatkan, semakin tinggi
25% , 50% dan sodium hipoklorit 3% konsentrasi, semakin besar zona hambat
sebagai kontrol positif. Diameter zona yang terbentuk di sekeliling pencadang.
daya hambat yang terbentuk Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelezar
dan Chan (1986), bahwa semakin tinggi
4
konsentrasi suatu bahan antibakteri maka pendens) konsentrasi 50% dalam
aktivitas antibakterinya semakin kuat mengambat pertumbuhan bakteri
pula. Hasil ini didukung oleh pernyataan enterococcus faecalis.
Prawata dan Dewi (2008), bahwa
efektivitas suatu zat antibakteri DAFTAR PUSTAKA
dipengaruhi oleh konsentrasi zat tersebut.
Meningkatnya konsentrasi zat 1. Garg, N., and Garg A., Textbook of
menyebabkan meningkatnya kandungan Endodontics, 2nd ed., 2010, Jaypee.,
senyawa aktif yang berfungsi sebagai New Delhi, p. 46.
antibakteri, sehingga kemampuannya 2. Hargreaves, K. M., and Cohen, S.,
dalam membunuh suatu bakteri juga Cohen’s Pathways of the Pulp, 2011,
semakin besar.6 10th ed., Mosby Elsevier., St. Louis, p.
Menurut penelitian Davis dan 582,585.
Stout pada tahun 1971 menyebutkan 3. Pasril, Y., dan Yuliasanti, A., Daya
kategori penilaian zona hambat/zona Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah
inhibisi dilihat dari hasil pengukuran (Piper Crocatum) terhadap Bakteri
diameter yang digolongkan menjadi (1) Enterococcus Faecalis sebagai Bahan
tidak ada zona hambat, (2) lemah yaitu Medikamen Saluran Akar, dengan
zona hambat kurang dari 5 mm, (3) Metode Dilusi, 2014, IDJ, Vol. 3 No. I
sedang yaitu zona inhibisi 5-10 mm, (4) Bulan Mei tahun 2014 : Hal. 88-95.
kuat yaitu zona hambat 11-20 mm, dan 4. Noventi, Wulan., dan Carolia, Novita.,
(5) sangat kuat yaitu zona hambat lebih Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau
dari 20 mm. Berdasarkan kriteria di atas (Piper betle L.) sebagai Alternatif
maka zona daya hambat yang terbentuk Terapi Acne vulgaris, Majority, 2016,
disekitaran cawan petri yang berisi Volume 5, Nomor 1, Februari 2015 :
sodium hipoklorit 3% sebagai kontrol p.140-145
positif dapat dikategorikan kuat, ekstrak 5. Crisnaningtyas, S., Rachmadi, AD.,
tanaman sarang semut (Myrmecodia Pemanfaatan Sarang Semut
pendens) dengan konsentrasi 25% dapat (Myrmecodia Pendens) Asal
dikategorikan memiliki rata-rata daya Kalimantan Selatan Sebagai
hambat yang sangat kuat, dan esktrak Antibakteri, 2010, Jurnal Riset
sarang semut (Myrmecodia pendens) Industri Hasil Hutan, Desember 2010 :
dengan konsentrasi 50% juga dapat Hal. 31.
dikategorikan memiliki rata-rata daya 6. Roslizawaty, dkk ., Aktivitas
hambat yang sangat kuat terhadap
Antibakterial Ekstrak Etanol Dan
pertumbuhan bakteri Enterococcus
faecalis. Sedangkan pada kontrol negatif Rebusan Sarang Semut (Myrmecodia
(aquades steril) menunjukan tidak adanya sp.) terhadap Bakteri Escherichia coli,
diameter zona inhibisi yang terbentuk, 2013, Jurnal Medika Veterinaria : Hal.
sehingga dapat dikatakan bahwa kontrol 92-93
negatif yang digunakan tidak memiliki 7. Putra, R. E. D., dkk., Uji Daya Hambat
daya antibakteri dalam menghambat Perasan Buah Jeruk Purut Citrus
pertumbuhan bakteri Enterococcus Hyrix terhadap Bakteri Staphylococcus
7
faecalis. Aureus secara In Vitro, 2017, Jurnal
Berdasarkan pembahasan diatas, Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol. 6 No. 1
dapat disimpulkan bahwa hubungan Februari 2017 : hal. 62
terdapat perbedaan efektivitas ekstrak
tanaman Sarang Semut (Myrmecodia
pendens) konsentrasi 25% dan ekstrak
tanaman sarang semut (myrmecodia

Você também pode gostar