Você está na página 1de 9

1

HUBUNGAN SHIFT KERJA DAN LAMA JAM KERJA DENGAN BEBAN KERJA
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUD AMBARAWA

Lisa Yuni Astuti1 Rose Nur Hudhariani2 Fery Agusman3


123
STIKes Karya Husada Semarang

Email : rose.stikes@yahoo.co.id
ABSTRACT

Background: The role of nurses is very important because as a spearhead in the hospital, and is the
longest-force contact with the patient for 24 hours. Nurses are confronted with different work tasks, work
shifts, especially night shift, working conditions, stress related situation, the suffering and death of the
patient. The purpose of the study to determine the correlation between working shifts and working hours
duration with the nurse’s workload in internist room of Ambarawa Hospital.
Methods: The study used quantitative analysis with prospective cohort approach. The population in this
study was all nurses in the inpatient with the number of 45 people. Collecting data used the observation
sheet. Analysis of the data with the chi square test.
Results: Overview of the morning shift acquired in 21 respondents (52.5%), description of nurses working
long hours as much as 420 minutes obtained in 21 respondents (52.5%), and a description of the workload
of nurses by 32 respondents (80.0%) is high workload. There was a correlation between working hours
duration with the nurse’s workload in internist room of Ambarawa Hospital (p: 0.017). There was a correlation
between working shifts with the nurse’s workload in internist room of Ambarawa Hospital (p: 0.017).
Suggestion: nurse should perform the self-management of time when doing work that high workload is not
perceived as a burden that can affect the physical and psychological condition of the nurse.

Keywords: work shift, working hours duration, workload

ABSTRAK

Latar Belakang: Peran perawat sangat penting karena sebagai sebagai ujung tombak di rawat inap dan
merupakan tenaga yang paling lama kontak dengan pasien yaitu selama 24 jam. Perawat dihadapkan
dengan tugas kerja yang berbeda, bekerja dengan shift terutama shift malam, kondisi kerja, situasi terkait
stress, penderitaan dan kematian pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan shift kerja perawat
dan lama jam kerja dengan beban kerja perawat di ruang rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit Umum
Ambarawa.
Metode: Jenis penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan pendekatan kohort prospektif.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana di ruang rawat inap ruang penyakit dalam
RSUD Ambarawa sejumlah 45 orang. Pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi. Analisis
data dengan uji chi square.
Hasil: Gambaran shift pagi didapatkan pada 21 responden (52,5%), Gambaran lama jam kerja perawat
sebanyak 420 menit didapatkan pada 21 responden (52,5%), dan gambaran beban kerja perawat sebanyak
32 responden (80,0%) adalah beban kerja tinggi. Ada hubungan antara lama jam kerja dengan beban kerja
perawat di ruang rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit Umum Ambarawa (p: 0,017). Ada hubungan
antara shift kerja dengan beban kerja perawat di ruang rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit Umum
Ambarawa (p: 0,017).
Saran: perawat hendaknya melakukan manajemen waktu terhadap diri sendiri saat melakukan pekerjaan
supaya beban kerja yang tinggi tidak dirasakan sebagai beban yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan
psikologis perawat tersebut.

Kata kunci: shift kerja, lama jam kerja, beban kerja

PENDAHULUAN Republik Indonesia No. HK.


Peran perawat sangat penting karena 02.02./MENKES/148/1/2010 tentang izin dan
sebagai sebagai ujung tombak di rawat inap Penyelenggaraan Praktik Perawat, definisi
dan merupakan tenaga yang paling lama perawat adalah seseorang yang telah lulus
kontak dengan pasien yaitu selama 24 jam. pendidikan perawat baik di dalam maupun di
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan luar negeri sesuai dengan peraturan
2

perundang-undangan. Perawat adalah kelelahan kerja pada shift pagi lebih rendah
profesi pekerjaan yang mengkhususkan diri dari pada shift malam. Ini dikarenakan beban
pada upaya penanganan perawatan pasien kerja yang berbeda disetiap shift. Apabila
atau asuhan kepada pasien dengan tuntutan waktu kerja yang ditanggung perawat
kerja bervariasi,tergantung karakteristik- melebihi dari kapasitasnya juga akan
karakteristik tertentu dalam melaksanakan mengalami kelelahan, maka akan berdampak
pekerjaannya. Karateristik tersebut meliputi buruk bagi produktifitas perawat tersebut.
karakteristik tugas (yang membutuhkan Lonjakan pasien DBD membuat manajemen
kecepatan, kesiagaan serta kerja shift), RS Budhi Asih Jakarta melakukan sistem
karakteristik organisasi serta karakteristik double shift kepada para perawatnya,
lingkungan kerja baik lingkungan fisik dan sehingga banyak dari mereka yang bekerja
sosial. Selain itu perawat juga dibebani tugas melebihi dari beban kerja yang seharusnya
tambahan lain dan sering melakukan ditanggung oleh perawat tersebut (Kompas
pekerjaan yang bukan fungsinya. Cyber Media.Com / 3-03-2004).
Data Departemen Kesehatan dan Waktu Kerja Normal menurut
Universitas Indonesia (2005), bahwa terdapat Keputusan Menteri Tenaga kerja dan
78,8% perawat melaksanakan tugas Transmigrasi, No. Kep.
kebersihan 63,6% melaksanakan tugas 102/MEN/VI/2004.Untuk 6 hari kerja : Waktu
administratif dan lebih dari 90% melakukan Kerja 7 jam/hari (hari ke1-5), 5 jam/hari (hari
tugas non keperawatan dan hanya 50% yang ke-6) , 40 jam/minggu. Untuk 5 hari kerja :
melakukan asuhan keperawatan sesuai Waktu Kerja 8 jam/hari, 40 jam/minggu.
fungsinya. Seorang perawat dituntut untuk Perawat jaga di rumah sakit termasuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pekerja yang bekerja terus menerus,
kepada masyarakat. Semakin meningkatnya termasuk pada hari libur resmi, hal ini
tuntutan tugas yang dimiliki seorang perawat kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No.
maka dapat menyebabkan bertambahnya Kep-233/Men/2003 Tahun 2003 tentang
beban kerja. Tenaga perawat analisa Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan
bebannya dapat dilihat dari aspek-aspek Secara Terus Menerus. Dan dalam
seperti tugas-tugas yang dijalankan penerapannya tentu pekerjaan yang
berdasarkan fungsi utama tugas tambahan dijalankan terus-menerus ini dijalankan
yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dengan pembagian waktu kerja ke dalam
dirawat, kapasitas kerjanya sesuai ijasah shift-shift.
yang diperoleh, waktu kerja yang digunakan Rumah Sakit Umum Daerah
untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan Ambarawa adalah rumah sakit yang bertipe
jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta C yang memberikan pelayanan kesehatan
fasilitas yang dapat membantu perawat terhadap masyarakat di daerah sekitar rumah
menyelesaikan kerjanya dengan baik (Syaer, sakit tersebut. Pelayanan kesehatan pasien
2010). askes, jamkesda, jamkesmas, maupun
Perawat dihadapkan dengan tugas pasien umum. Unit perawatan rawat inap
kerja yang berbeda, bekerja dengan shift yang ada di RSUD Ambarawa, terdiri dari
terutama shift malam, kondisi kerja, situasi ruang perawatan bedah yaitu ruang cempaka
terkait stress, penderitaan dan kematian dan melati, ruang perawatan anak yaitu
pasien. (Cooper, dalam Moustaka dan ruang anggrek, ruang perawatan perinatologi
Constatinidis, 2010). Perawat di rumah sakit yaitu ruang seruni, ruang perawatan
memberikan pelayanan selama 24 jam, kebidanan yaitu bougenvil dan yang paling
sehingga diperlukan untuk bekerja secara banyak ruang perawatan penyakit dalam
shift (Wijaya, dkk, 2006). yaitu ruang dahlia, flamboyan, teratai, mawar
Menurut penelitian Wijaya, dkk (2006), dan anyelir.
pada perawat disalah satu rumah sakit di Hasil wawancara dan pengamatan
Yogyakarta, menunjukkan bahwa terdapat pada uji pendahuluan yang dilakukan pada
perbedaan tingkat kelelahan antar kedua tanggal 29 Agustus 2013 di rawat inap RSUD
shift, antara shift sore dan shift malam juga Ambarawa 62,5% perawat yang mengeluh
terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja. tentang beban kerja yang terasa berat, ini
Tingkat kelelahan kerja pada shift pagi lebih berbeda bagi setiap shift. Hal ini dapat dilihat
rendah dari pada shift sore, dan tingkat jumlah perawat di rawat inap tidak sesuai
kelelahan perawat kerja shift sore lebih dengan jumlah BOR di tiap ruangan yang
rendah dari pada shift malam. Tingkat menyebabkan beban kerja terasa berat,
3

belum lagi harus menyelesaikan tugas pokok Shift kerja Frekuensi Persentase
dan tambahan di tiap shift. Pada shift pagi Pagi 21 52,5
yang banyak tugasnya selain tugas pokok, Siang 10 25,0
perawat mendampingi visit dokter, belum Malam 9 22,5
nanti ada pasien yang program rontgen, Jumlah 40 100,0
mengantar resep ke apotik, membuat laporan Berdasarkan tabel 1 di ruang rawat inap
harian untuk dioperkan ke shift berikutnya, penyakit dalam RSUD Ambarawa
begitu pula jika ada pasien yang harus mayoritas perawat adalah shift pagi
dikonsulkan kedokter spesialis lainnya. Pada sebanyak 21 responden (52,5%).
shift sore yang kelihatannya jam kerjanya 2. Gambaran lama jam kerja perawat di
pendek, belum pasti beban kerjanya ringan, ruang rawat inap penyakit dalam Rumah
dikarenakan pada shift sore banyak pasien Sakit Umum Ambarawa.
baru yang datang. Lama jam Frekuensi Persentase
kerja
METODE PENELITIAN (menit/hari
Jenis penelitian ini menggunakan 420 menit 21 52,5
kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui 360 menit 10 25,0
hubungan antara variabel bebas yaitu shift 660 menit 9 22,5
kerja dan lama jam kerja perawat dan Jumlah 40 100,0
variabel terikat yaitu beban kerja perawat di Berdasarkan tabel 2 di ruang rawat inap
RSUD Ambarawa. Penelitian ini penyakit dalam RSUD Ambarawa
menggunakan pendekatan kohort prospektif, mayoritas memiliki lama jam kerja
dimana variabel penelitian lama jam kerja sebanyak 360 menit/hari sebanyak 21
perawat dihitung selama 1 shift dinas dan responden (52,5%).
beban kerja perawat dihitung selama 2 hari
shift dalam satuan menit kemudian dihitung 3. Gambaran beban kerja perawat di ruang
rata-ratanya. rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit
Populasi dalam penelitian ini adalah Umum Ambarawa.
semua perawat pelaksana di ruang rawat Beban kerja Frekuensi Persentase
inap ruang penyakit dalam RSUD Ambarawa Rendah 8 20,0
sejumlah 45 orang. Besar sempel pada Tinggi 32 80,0
penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Jumlah 40 100,0
slovin dalam Ariawan (1998) sehingga besar
Berdasarkan tabel 3 di ruang rawat inap
sempel dalam penelitian ini sejumlah 40
penyakit dalam RSUD Ambarawa
responden. Tehnik sampling yang akan
mayoritas memiliki beban kerja tinggi
digunakan dalam penelitian ini adalah semple
sebanyak 32 responden (80,0%).
random sampling (pengambilan sampel
4. Analisis hubungan shift kerja dengan
secara acak).
beban kerja perawat di ruang rawat inap
Analisis univariat yaitu analisis yang
penyakit dalam Rumah Sakit Umum
dilakukan pada variabel lama jam kerja akan
Ambarawa.
disajikan berdasarkan tendensi sentral yaitu
Beban kerja P
menyajikan data mean, median, nilai minimal
Shift Rendah Tinggi Total valu
dan nilai maksimal. Sedangkan variabel shift
kerja e
kerja perawat dan beban kerja perawat akan
f % f % f %
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan
persentase. Analisis ini digunakan untuk Pagi 100, 0,01
1 4,8 20 95,2 21
mengetahui hubungan antara variabel bebas 0 7
dengan variabel terikat. Analisis bivariat pada Siang
36, 100,
variabel shift kerja perawat, lama kerja dan 7 12 63,2 19
8 0
perawat dan beban kerja perawat malam
menggunakan uji chi square karena variabel Jumlah 20, 80,0 40 100,
8 32
memiliki jenis data kategorik. 0 0

HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan


1. Gambaran shift kerja perawat di ruang bahwa dari 21 responden shift pagi
rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit sebanyak 20 responden (95,2%)
Umum Ambarawa. memiliki beban kerja tinggi. Dan dari 19
4

responden shift siang dan malam 1. Gambaran shift kerja perawat di ruang
sebanyak 12 responden (63,2%) rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit
memiliki beban kerja tinggi. Umum Ambarawa.
Berdasarkan hasil uji chi square, syarat Berdasarkan hasil penelitian
uji tidak terpenuhi karena terdapat sel diketahui bahwa dari 40 responden, shift
yang memiliki nilai harapan kurang dari 5 pagi didapatkan pada 21 responden
sebanyak 50%, oleh karena itu (52,5%), shift siang didapatkan pada 10
digunakan hasil uji fisher exact yang responden (25,0%) dan shift malam
didapatkan p value 0,017, sehingga hasil didapatkan pada 9 responden (22,5%).
penelitian terdapat hubungan antara shift Kerja bergilir dikatakan kontinue
kerja dengan beban kerja perawat di apabila dikerjakan selama 24 jam setiap
ruang rawat inap penyakit dalam Rumah hari termasuk hari minggu dan hari libur.
Sakit Umum Ambarawa. Hasil odd ratio Berdasarkan NOHSC (2007)
didapatkan shift kerja siang dan malam mendefinisikan bahwa shift kerja
memiliki peluang sebesar 0.86 kali (95% merupakan jadwal kerja yang berada
CI: 0,009-0,785) terhadap beban kerja diluar jam kerja normal yang dimulai dari
tinggi. sekitar pukul 07.00 sampai pukul 18.00
5. Analisis hubungan lama jam kerja dengan dengan lamanya jam kerja untuk seorang
beban kerja perawat di ruang rawat inap pekerja 7-8 jam dalam setiap shiftnya.
penyakit dalam Rumah Sakit Umum Tujuan diberlakukannya kerja
Ambarawa. bergilir ini adalah untuk mempertahankan
Lama Beban kerja P produksi agar dapat tetap berlangsung
Total
Jam Rendah Tinggi value secara continue melalui serangkaian
kerja f % F % f % kelompok kerja yang bekerja bergiliran.
(menit) Adapun alasan utama kontinuitas kerja di
Normal 95, 100, Rumah Sakit adalah karena lamanya
1 4,8 20 21 0,017 waktu yang dibutuhkan untuk beroperasi
2 0
Tidak 63, 100, dan melayani klien atau pasien adalah 24
7 36,8 12 19 jam sehingga proses kerja harus
normal 2 0
Jumlah 20,0 80, 40 100, dilaksanakan terus menerus.
8 32 Hasil penelitian ini didukung oleh
0 0
penelitian Cauter (2009), yang
Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan menemukan beberapa dampak pada
bahwa dari 21 responden yang memiliki kesehatan tubuh yang berkaitan dengan
jam kerja normal sebanyak 20 hutang tidur akibat kerja shift. Menurut
responden (95,2%) memiliki beban kerja penelitian yang dia lakukan, dampak
tinggi. Dan dari 19 responden yang kondisi tersebut sangat berbahaya bagi
memiliki jam kerja tidak normal sebanyak tubuh. Misalnya, sekelompok laki-laki
12 responden (63,2%) memiliki beban muda yang sehat setelah tidur hanya 4
kerja tinggi. jam selama 6 hari berturut-turut, hasil tes
Berdasarkan hasil uji chi square, syarat kesehatan mereka cukup
uji tidak terpenuhi karena terdapat sel mengkhawatirkan. Kemampuan mereka
yang memiliki nilai harapan kurang dari 5 untuk melakukan proses penyimpanan
sebanyak 50%, oleh karena itu glukosa berkurang hingga 30%, karena
digunakan hasil uji fisher exact yang kemampuan insulin yang mereka miliki
didapatkan p value 0,017, sehingga hasil sangat jauh berkurang. Selain itu kadar
penelitian terdapat hubungan antara hormon stress (kortisol) meningkat,
lama jam kerja dengan beban kerja padahal hormone tersebut dapat
perawat di ruang rawat inap penyakit mengakibatkan hipertensi dan gangguan
dalam Rumah Sakit Umum Ambarawa. kemampuan mengingat jika kadarnya
Hasil odd ratio didapatkan jam kerja 360 tinggi dalam waktu lama. Hutang tidur
dan 660menit memiliki peluang sebesar juga dapat menurunkan kemampuan
0.86 kali (95% CI: 0,009-0,785) terhadap berfikir.
beban kerja tinggi. 2. Gambaran lama jam kerja perawat di
Pembahasan ruang rawat inap penyakit dalam Rumah
Sakit Umum Ambarawa.
5

Berdasarkan hasil penelitian mengantarkan pasien ke ruangan juga


diketahui bahwa dari 40 responden, lama masih terbatas jumlahnya. Selain itu
jam kerja sebanyak 420 menit didapatkan jumlah tenaga perawat masih belum
pada 21 responden (52,5%), lama jam seimbang dengan jumlah kunjungan
kerja sebanyak 360 menit didapatkan pasien yang ada.
pada 10 responden (25,0%) dan lama Penelitian ini sejalan dengan
jam kerja sebanyak 660 menit didapatkan penelitian Martini (2007) bahwa beban
pada 9 responden (22,5%). kerja perawat di rumah sakit rata-rata
Menurut Wijono (2009) waktu kerja sebanyak 66,89% dengan beban kerja
produktif yang optimal adalah 80% (38,4 maksimal 91,66% dan beban kerja
jam) dari total jam kerja dan 20% (9,6 minimal 21,33%. Beban kerja perawat
jam) digunakan untuk melakukan adalah keadaan dimana perawat
kegiatan-kegiatan yang non produktif. dihadapkan pada tugas atau pekerjaan
Nurjanah (2011) mengemukakan bahwa yang harus diselesaikan selama
rata-rata waktu non produktif yang bertugas. Hal ini sesuai dengan
diijinkan berkisar 9-15 % dari total waktu pernyataan Wijono (2003) bahwa beban
kerja. Beberapa industrial enginering kerja perawat adalah menyelamatkan
menganggap bahwa 16 % dari total waktu kehidupan dan mencegah kecacatan
kerja merupakan waktu non produktif sehingga pasien dapat hidup. Sesuai
yang proporsional. penelitian Hal ini didukung oleh penelitian
Lama jam kerja produktif pada shift Jauhari (2005) bahwa standar beban
pagi (420 menit) seharusnya sejumlah kerja perawat senantiasa harus sesuai
80% atau sekitar 336 menit. Pada shift dengan asuhan keperawatan yang
siang sebanyak 288 menit dan pada shift berorientasi pada kebutuhan pasien.
malam sebanyak 528 menit. Berdasarkan Untuk menghasilkan pelayanan yang
hasil penelitian masih terlihat bahwa lama efektif dan efisien harus diupayakan
jam kerja masih tergolong lebih dari 80% kesesuaian antara ketersediaan tenaga
dari total waktu bekerja. perawat dengan beban kerja yang ada.
3. Gambaran beban kerja perawat di ruang Hasil penelitian ini sama dengan
rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit yang disampaikan oleh Hay dan Oken
Umum Ambarawa. (1972) dalam Lloyd (2007) yang
Berdasarkan hasil penelitian menyampaikan bahwa beban kerja
diketahui bahwa dari 40 responden, perawat tergolong berat. Beban kerja
beban kerja tinggi didapatkan pada 32 yang tergolong berat karena parawat
responden (80,0%), dan beban kerja dalam melakukan kegiatannya harus
rendah didapatkan pada 8 responden secara cermat, cepat dan tepat
(20,0%). melakukan identifikasi setiap pasien yang
Hasil analisis dapat digunakan datang karena dituntut dengan
untuk pola beban kerja, kapan beban keberhasilan penyelamatan jiwa
kerja tinggi, apa jenis kerjaan yang tergantung dari pelayanan yang
membutuhkan waktu banyak, sangat diberikan. Dalam waktu yang bersamaan
membutuhkan kerja sama karyawan yang perawat harus selalu waspada terhadap
diteliti untuk menghasilkan perhitungan kedatangan pasien gawat maupun
yang baik. lama waktu mengerjakan darurat yang harus diselamatkan jiwanya.
setiap jenis pekerjaan juga penting untuk
melihat beban kerja perlu waktu dan 4. Analisis hubungan shift kerja dengan
jumlah produksi, karena produktivitas beban kerja perawat di ruang rawat inap
dapat diukur dengan jumlah produksi penyakit dalam Rumah Sakit Umum
dibagi dengan waktu (Ilyas, 2002). Ambarawa.
Beban kerja tinggi pada perawat di Berdasarkan hasil penelitian
RSUD Ambarawa terjadi karena belum didapatkan bahwa dari 21 responden
ada tenaga khusus yang melakukan yang memiliki jam kerja normal (420
tindakan non keperawatan seperti menit) sebanyak 20 responden (95,2%)
membersihkan ruangan seperti memiliki beban kerja tinggi. Dan dari 19
membereskan sampah habis pakai, responden yang memiliki jam kerja tidak
membersihkan instrumen medis, jumlah normal sebanyak 12 responden (63,2%)
tenaga non medis yang bertugas memiliki beban kerja tinggi. Hasil uji chi
6

square didapatkan p value 0,017, Menurut Irmansyah (2010),


sehingga hasil penelitian terdapat kelebihan waktu tidur juga menimbulkan
hubungan antara lama jam kerja dengan masalah tersendiri, secara teoritis jika
beban kerja perawat di ruang rawat inap tubuh terlalu banyak tidur, maka sirkulasi
penyakit dalam Rumah Sakit Umum darah menjadi lambat. Dampaknya akan
Ambarawa. mengenai seluruh tubuh, karena
Setiap orang pernah stres dan metabolisme juga akan melambat. Jika
akan mengalaminya, akan tetapi terjadi dalam waktu yang lama maka
kadarnya berbeda-beda serta dalam kondisi tersebut akan mengakibatkan
jangka waktu yang tidak sama (Hardjana, berbagai masalah. Menurut Kundi et all
2004). Selye (1956 dalam Suliswati, (2009) menemukan bahwa kerja shift
2005) menyatakan bahwa stres berpengaruh terhadap kesehatan pada
merupakan tanggapan menyeluruh dari masa 5 (lima) tahun pertama yang
tubuh baik fisik maupun mental terhadap disebut fase adaptasi.
setiap tuntutan ataupun perubahan yang Bekerja di rumah sakit dalam
mengganggu, mengancam rasa aman setiap kesempatan akan menemui pasien
dan harga diri individu. Pengalaman stres yang memiliki karakteristik yang
adalah pengalaman pribadi dan bersifat bervariasi yang berdampak pada kondisi
subjektif. Stres terjadi apabila individu dan beban kerja yang berbeda. Untuk itu
menilai situasi yang ada pada dirinya perawat harus peran sebagai tenaga
adalah situasi yang mengancam serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku
Hasil penelitian ini sesuai dengan kreatif serta memiliki wawasan yang luas
hasil penelitian yang dilakukan oleh dengan motivasi kerja keras, cerdas, iklas
Mahwidhi (2010) tentang pengaruh beban dan kerja berkualitas. Jenis pasien yang
kerja terhadap stres kerja pada perawat dirawat di ruangan rawat inap rumah sakit
di RSU Dr. Soeroto Ngawi didapatkan dapat dipandang sebagai tuntutan
hasil bahwa terdapat pengaruh beban terhadap pelayanan kesehatan jika tidak
kerja fisik (subyektif) dan beban kerja dikelola dengan baik maka akan
mental (subyektif) terhadap stres kerja berakibat terjadinya stress kerja
dengan nilai probabilitas masing-masing (Boenisch dkk, 2004).
sebesar 0,000 dan 0,043. Penelitian ini 5. Analisis hubungan lama jam kerja dengan
sejalan juga dengan penelitian Hay dan beban kerja perawat di ruang rawat inap
Oken (1972) dalam Lloyd (2007) juga penyakit dalam Rumah Sakit Umum
menyampaikan bahwa beban kerja Ambarawa.
perawat di ruang IGD tergolong berat Berdasarkan hasil penelitian dapat
karena harus melakukan penanganan dijelaskan bahwa dari 21 responden shift
pada pasien yang datang dengan cepat pagi sebanyak 20 responden (95,2%)
dan tepat. memiliki beban kerja tinggi. Dan dari 19
Berdasarkan penelitian Belenky responden shift siang dan malam
(2010), diketahui terjadi penurunan fungsi sebanyak 12 responden (63,2%) memiliki
otak secara keseluruhan. Dengan alat beban kerja tinggi. Hasil uji chi square
yang bisa menampilkan gambaran otak didapatkan p value 0,017, sehingga hasil
menggunakan teknologi canggih, penelitian terdapat hubungan antara shift
ditemukan bahwa kerusakan yang lebih kerja dengan beban kerja perawat di
parah terjadi pada daerah yang ruang rawat inap penyakit dalam Rumah
bertanggung jawab terhadap perhatian, Sakit Umum Ambarawa.
perencanaan yang rumit, proses mental Menurut Roy (1991) dalam
yang kompleks dan pada wilayah Fritzpatrick (2009) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan. Menurut Dement faktor beban kerja termasuk di dalam
(2009), kurang tidur dapat mengakibatkan stimulus fokal dimana secara langsung
bencana di negara tersebut. Menurutnya berhadapan dengan seseorang dan
hal tersebut terjadi karena para petugas responnya segera. Perawat yang merasa
kesehatan dan masyarakat belum dapat beban kerjanya tinggi akan langsung
mengenali dengan benar bahaya kurang berespon untuk beradaptasi dengan
tidur dan kurang tidur juga dapat kondisi yang ada. Berbagai keluhan fisik
mengakibatkan kondisi yang yang dirasakan merupakan respon
mengkhawatirkan bagi kesehatan tubuh. kelelahan dari beratnya beban kerja di
7

rumah sakit. Berdasarkan penelitian dari Sebagai contoh adalah beban bimbingan
Rodrigues (2010) bahwa ada hubungan mahasiswa praktek, beban pengurus
antara beban kerja dan tingkat stres organisasi, atau beban lain yang pada
perawat, semakin tinggi beban kerja akhirnya semakin memperberat, sehingga
maka semakin tinggi juga tingkat stres tingkat stres perawat semakin meningkat.
perawat. Beban kerja berlebih dapat
Menurut Belenky (2010), akibat menyebabkan stres. Penelitian tentang
beban kerja yang terlalu berat dapat stres perawat yang dilakukan di Malaysia
mengakibatkan seorang pekerja oleh Lexshimi (2007), yang hasilnya
menderita gangguan atau penyakit akibat menunjukkan bahwa 100% perawat yang
kerja. Beban kerja yang terlalu berlebihan menjadi responden mengatakan pernah
akan menimbulkan kelelahan baik fisik mengalami stres selama bertugas di
atau mental dan reaksi–reaksi emosional rumah sakit. Mereka mengalami keluhan
seperti sakit kepala, gangguan sakit kepala, nyeri dada, nyeri perut,
pencernaan dan mudah marah. bahkan ada yang menyampaikan
Sedangkan pada beban kerja yang terlalu kehilangan libido. Dari responden
sedikit dimana pekerjaan yang terjadi didapatkan bahwa yang menyebabkan
karena pengulangan gerak akan mereka stres diantaranya adalah: beban
menimbulkan kebosanan, rasa monoton. bekerja dengan alat canggih yang sangat
Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari menegangkan, adanya ketidaknyamanan
karena tugas atau pekerjaan yang terlalu bekerjasama dengan staf lain dan
sedikit mengakibatkan kurangnya kurangnya pengalaman bekerja di rumah
perhatian pada pekerjaan sehingga sakit.
secara potensial membahayakan pekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Beban kerja yang berlebihan atau rendah penelitian Iswanto (2011) tentang
dapat menimbulkan stress kerja. hubungan stress kerja, kepribadian dan
Secara umum stres kerja kinerja yang menyimpulkan bahwa
dipengaruhi oleh banyak faktor selain adanya hubungan yang kuat antara
beban kerja, seperti yang disebutkan stress kerja dengan kinerja. Analisis lebih
dalam penelitian Restiaty, et al (2006) lanjut menunjukkan bahwa kepribadian
tentang beban kerja dan perasaan memberikan kontribusi terhadap
kelelahan menyimpulkan adanya hubungan stress kerja dengan kinerja.
hubungan beban kerja di tempat kerja Tingkat stress paling tinggi akan
dengan kelelahan kerja yang merupakan mempengaruhi kondisi fisik dan
gejala fisik stress kerja, artinya semakin psikologis seseorang dan pada gilirannya
berat beban kerja di tempat kerja maka akan mempengaruhi kinerja yang
semakin tinggi tingkat stress kerja. Lebih semakin menurun.
lanjut dijelaskan bahwa variabel yang Beban kerja yang ditanggung oleh
berhubungan dengan beban kerja adalah perawat berbeda dengan di ruang rawat
tempat bekerja, jenis pekerjaan, serta yang lain. Perawat sangat merasa
beban mental. terbeban karena harus memberikan
Banyaknya pekerjaan yang pelayanan keperawatan ekstra ketat dan
melebihi kapasitas menyebabkan kondisi cepat untuk menyelamatkan nyawa
fisik perawat mudah lelah dan mudah pasien. Selain itu dengan pemantauan
tegang. Pelayanan keperawatan di rumah dan pencatatan kondisi pasien secara
sakit juga sangat kompleks, dimana rutin dan kontinyu juga merupakan beban
membutuhkan kemampuan secara teknis tersendiri. Secara psikologis ada beban
dan pengetahuan yang lebih. Beban untuk dapat mempertahankan kondisi
pekerjaan yang begitu banyak pasien supaya tidak tambah memburuk.
pemenuhan kebutuhan, penanganan Terhadap keluarga pasien perawat juga
masalah dan pada akhirnya sangat merasa terbeban untuk selalu
menguras energi baik fisik ataupun menyampaikan segala kondisi pasien
kemampuan kognitif. Kondisi perawat secara jujur. Beban yang dirasakan
yang stres dengan adanya beban perawat akhirnya menyebabkan adanya
pekerjaan yang sudah berat hendaknya suatu tekanan secara terus-menerus
tidak ditambah lagi dengan beban-beban yang memicu terjadinya stres kerja.
lain di luar tugas sebagai perawat.
8

Seyle (1976) dalam Tomey (2006) dan shift malam didapatkan pada 9
menjelaskan konsep mengenai reaksi responden (22,5%).
tubuh terhadap stress yang disebut Gambaran lama jam kerja perawat di
dengan respon adaptasi umum terhadap ruang rawat inap penyakit dalam Rumah
stress. Konsep ini menggambarkan Sakit Umum Ambarawa lama jam kerja
respon tubuh terhadap stress menjadi sebanyak 420 menit didapatkan pada 21
tiga tahapan dasar yaitu tanggapan responden (52,5%), lama jam kerja
terhadap bahaya (alarm reaction), sebanyak 360 menit didapatkan pada 10
tanggapan fisik atau tahap perlawanan responden (25,0%) dan lama jam kerja
(stage of resistance) dan tahap kelelahan sebanyak 660 menit didapatkan pada 9
(stage of exhaustion). Ketiga tahapan ini responden (22,5%).
tidak selalu terjadi pada setiap manusia Gambaran beban kerja perawat di ruang
yang mengalami stress karena rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit
tergantung pada daya tahan mental Umum Ambarawa beban kerja tinggi
setiap individu (Suyono, 2004). didapatkan pada 32 responden (80,0%),
Keadaan stres menimbulkan dan beban kerja rendah didapatkan pada
respon fisiologis, reaksi fisiologis stres 8 responden (20,0%).
dimulai dengan persepsi stres yang Ada hubungan antara lama jam kerja
menghasilkan aktivasi simpatetik pada dengan beban kerja perawat di ruang
sistem saraf otonom, yang mengarahkan rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit
tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, Umum Ambarawa (p: 0,017).
stressfull, dan keadaan darurat. Ada hubungan antara shift kerja dengan
Pengarahan ini terjadi dalam dua jalur, beban kerja perawat di ruang rawat inap
yang pertama melalui aktivasi simpatetik penyakit dalam Rumah Sakit Umum
terhadap ANS (autonomic nervus system) Ambarawa (p: 0,017).
dari sistem medula adrenal, mengaktifkan
medula adrenal untuk menyekresi DAFTAR PUSTAKA
epinefrin dan norepinefrin yang
mempengaruhi sistem kardiovaskular, Agustinar, (2009), Managemen Administrasi
pencernaan dan respirasi. Rute kedua Rumah Sakit. Jakarta:Depkes RI.
yaitu hypothalamic-pituitary-adrenal
(HPA) aksis, yang meliputi semua struktur Anoraga, P., (2009), Psikologi kerja. Penerbit
ini. Tindakan ini mulai dengan persepsi Rineka Cipta, Jakarta
terhadap situasi yang mengnacam, aksi
yang cepat pada hipotalamus. Ariawan (1998), Besar Sampel Penelitian,
Hipotalamus merespon pelepasan FKM-UI, Jakarta.
corticotrophin releasing hormone (CRH),
yang akan merangsang hipofisis anterior Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu
untuk menyekresikan adrenocorticotropic Pendekatan Praktek.Jakarta: Penerbit
hormone (ACTH). Rineka Cipta.
Hormon ini merangsang korteks
adrenal untuk menyekresi glukokortikoid, Belenky (2010), Abnormal psychology:
termasuk kortisol. Sekresi kortisol Current perspectives (7th ed.).
mengarahkan sumber energi tubuh, International Edition: McGraw-Hill Inc.
meningkatkan kadar gula darah yang
berguna untuk energi sel. Kortisol juga Bullock, 2006). The stres owner’s manual,
sebagai antiinflamasi yang memberikan meaning, balance & health in your life,
perlawanan alami selama respon fight or menggapai keseimbangan hidup,
flight (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Gramedia, Jakarta
Pinel, 2009).
Cauter (2009), Organizational behavior:
Kesimpulan Human behavior at work. New York: Mc
Gambaran shift kerja perawat di ruang Graw Hill Publishing, diunduh dari
rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit http://www.ijhssnet.com/journals/Vol._1
Umum Ambarawa shift pagi didapatkan _No._7_[Special_Issue_June_2011]/9.
pada 21 responden (52,5%), shift siang pdf tanggal 29 November 2013.
didapatkan pada 10 responden (25,0%)
9

Dement (2009), Human resource Munandar, AS, (2008), Psikologi industri dan
management. (9th ed.). New York: organisasi, edisi 2, UI Press, Jakarta.
McGraw-Hill Irwin
NOHSC, (2007), Management Decision
Depkes RI. (2006). Standar Pelayanan Making for Nurse. New York:
Rumah Sakit, Edisi 5, Jakarta. Philadelphia.

Gaffar, (2009), Total quality management, PT Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Irmansyah (2010), Analisa Stres Kerja Pada Nursalam, (2008). Konsep & Penerapan
Kondisi Dan Beban Kerja Perawat Metodologi Penelitian Ilmu
Dalam Klasifikasi Pasien Di Ruang Keperawatan: pedoman Skripsi, Tesis
Rawat Inap Rumkit TK II Putri Hijau dan Instrumen Penelitian Keperawatan,
Kesdam I/BB Medan, Jakarta: Salemba medika.

Irwandy (2007), Kebosanan Kerja, E- Nursalam,(2012). Manajemen keperawatan,


Psikologi. Com, Team E-Psikologi, Jakarta: Salemba medika.
Informasi Psikologi Online, Jakarta
Sabri & Hastono, (2010), Analisis Data
Kundi et all (2009), Fundamentals of nursing: Kesehatan, Rajawali Pres, Jakarta.
concepts, process, & practice. Ninth
edition. New Jersey: Pearson Swansburg., R.S. (2000). Pengantar
Education, Inc. kepemimpinan & manajemen
keperawatan: Untuk perawat klinis.
La Don (2004), Contextual factors in the Jakarta: EGC
success of reduced-load work
arrangements among managers and Syaer, (2010), Manajemen sumber daya
professionals, Human Resource manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Management; Summer 2002; 41, 2;
ProQuest, diunduh dari: Taylor, M & Harrison, C (2011) Introducing
http://search.proquest.com/docview/222 clinical supervision across Wester
128139/fulltextPDF/13BEDFB49D37F6 Australian public mental health
0FAD2/5?accountid=17242 tanggal 29 services. International Journal Mental
Januari 2013. Health Nursing, 19, pp 287-293

Lille (2008), Tracking Workload in the WHO, (2007), Global standards for the initial
Emergency Department, Human education of professional nursesand
Factors; Fall 2006; 48, 3; ProQuest, midwives, WHO Press, 20 Avenue
diunduh dari: Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland
http://search.proquest.com/docview/216
465972/fulltextPDF/13BEDECECCB2D Wijaya, dkk, (2006), Manajemen mutu
DE256A/11?accountid=17242 tanggal pelayanan kesehatan: Teori, strategi &
29 November 2013. aplikasi. Vol. 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
McDonald & Doyle, 2010). Effects of job
rotation and role stress among nurses Wijono, (2006), Manajemen mutu pelayanan
on job satisfaction and organizational kesehatan. Surabaya: Airlangga
commitment. University Press.
http://www.biomedcentral.com/1472-
6963/9/8, diperoleh 29 November 2013. Yuwono (2011), Mengenal kepemimpinan
dan manajemen keperawatan di rumah
Moustaka dan Constatinidis, (2010), sakit. Jokjakarta: Mitra Cendikia Press
Psikologi untuk keperawatan, EGC,
Jakarta.

Você também pode gostar