Você está na página 1de 7

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA


DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP
1)
Maya Sinta Ayu Septriningsih, 1)Singgih Bektiarso, 1)Trapsilo Prihandono
1)
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: maya69sinta@yahoo.com

Abstract

This study focused on influence of Problem Based Instruction Model in


science learning at SMP. The purposes of this research were: (1) to describe
student’s science process skills in physics during learning process, (2) there was a
significant difference on the learning outcomes of students who were given a
Problem Based Instruction Model and were not given the Problem Based Instruction
Model. This research was experimental study with posttest only control group
design. The population in this study was VIII class and the sample were 8.1 and 8.2
class of SMP 1 Probolinggo. The data were collected by interview, observation,
documentation, portfolio, and test. Data analysis techniques were descriptive,
percentage, and T-Test using SPSS 22. The results of this research were the average
of student’s science process skills was 3,44 (good criteria) and the significant
difference on the learning outcomes of student was 0,000 using T-Test SPSS 22. This
research can be concluded: first, the average of student’s science process skills is in
good criteria. Secondly, there is a significant difference in the learning outcomes of
students who use Problem Based Instruction Model and who do not use Problem
Based Instruction Model.

Keywords: Problem Based Instruction Model, Student’s Science Process Skills,


Learning Outcomes.

PENDAHULUAN karena melalui pembelajaran IPA Terpadu,


peserta didik dapat memperoleh
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau pengalaman langsung dan menerapkan
sains merupakan bidang ilmu yang konsep yang dipelajari sehingga peserta
mempelajari tentang gejala-gejala alam. didik dapat menemukan sendiri konsep
IPA didefinisikan sebagai kumpulan yang dipelajari secara holistik, bermakna,
pengetahuan yang tersusun sistematis, otentik, dan aktif. Proses pembelajaran
dirumuskan secara umum, ditandai dengan IPA menekankan pada pengalaman
penggunaan metode ilmiah dan munculnya langsung untuk mengembangkan
sikap ilmiah. Definisi tersebut memandang kompetensi sehingga dapat menjelajah dan
IPA sebagai produk dan proses (Mariana memahami alam sekitar secara ilmiah.
dan Praginda, 2009:23). IPA harus Salah satu kompetensi yang dapat
diajarkan dengan pembelajaran yang dilatihkan pada pembelajaran IPA adalah
mengembangkan kemampuan siswa kemampuan melakukan proses ilmiah
sehingga bisa membangun konsep sendiri. (Rinarta et al., 2014). Salah satu poin
Hal ini menyebabkan dibutuhkan suatu penting tujuan pembelajaran IPA adalah
rangkaian kegiatan yang menuntut sikap meningkatkan penguasaan konsep dan
ilmiah dari seorang guru dan peserta didik keterampilan proses sains sehingga dalam
dalam mempelajarinya. proses pembelajarannya memerlukan
Pembelajaran IPA di SMP model pembelajaran yang sesuai.
hendaknya diajarkan secara utuh atau Fakta di lapangan menunjukkan
terpadu (integrative science). Hal tersebut sebagian guru masih menggunakan metode

292
Septriningsih, Pengaruh Model Problem… 293

ceramah dalam pembelajaran di kelas pernah dilakukan oleh Hardiyanto et al.


(Rosa, 2015). Dominasi guru dalam proses (2015). Kesimpulan penelitian tersebut
pembelajaran menjadikan siswa bersikap adalah adanya pengaruh model
pasif. Siswa hanya menunggu apa yang pembelajaran berbasis masalah terhadap
diberikan guru daripada menemukan hasil belajar siswa. Penelitian lainnya
sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh Puspitaningrum et al.
mereka butuhkan. Selain itu pelajaran (2012) yang menyimpulkan bahwa model
fisika dianggap sulit dan menakutkan bagi Problem Based Instruction berbasis
sebagian siswa karena dipenuhi dengan Elaboration Strategies berpengaruh
menghapal rumus, terlebih proses terhadap hasil belajar siswa. Penelitian
pembelajaran yang membosankan dan yang sama juga pernah dilakukan oleh
monoton (Saraswati dan Ishafit, 2015). Rusmiyati dan Yulianto (2009).
Pembelajaran IPA hendaknya Kesimpulan dari penelitiannya adalah
menggunakan model pembelajaran yang model Problem Based Instruction dapat
menuntun siswa ke dalam situasi nyata, menumbuhkan keterampilan proses sains
sehingga siswa dapat mengamati dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
membuktikan sendiri pengetahuan kognitif serta melatih sikap ilmiah siswa.
berdasarkan fakta serta memperoleh Berdasarkan latar belakang yang
pengalaman konkret. Oleh karena itu telah diuraikan maka tujuan dari penelitian
diperlukan variasi model pembelajaran ini antara lain untuk mendeskripsikan
agar proses belajar mengajar di kelas tidak keterampilan proses sains siswa selama
membosankan dan memberikan siswa proses pembelajaran dengan menggunakan
kesempatan untuk aktif. model Problem Based Instruction dan
Alternatif upaya untuk mengatasi untuk mengkaji perbedaan yang signifikan
permasalahan tersebut adalah dengan hasil belajar siswa antara pembelajaran
menerapkan model pembelajaran Problem yang menggunakan model Problem Based
Based Instruction. Model pembelajaran Instruction dan model pembelajaran yang
Problem Based Instruction merupakan biasa digunakan di SMP.
suatu model yang didasarkan pada
banyaknya permasalahan yang METODE PENELITIAN
membutuhkan penyelesaian secara nyata
dari permasalahan yang nyata, sehingga Jenis penelitian ini adalah penelitian
memungkinkan siswa untuk memahami eksperimen. Tempat penelitian ditentukan
konsep bukan sekedar menghafal konsep dengan purposive sampling area. Desain
(Trianto, 2009:90). Pada model penelitian yang digunakan adalah post-test
pembelajaran Problem Based Instruction, only control group design seperti pada
proses belajar mengajar dimulai dengan gambar berikut:
menyajikan suatu permasalahan kepada
siswa sehingga siswa diminta untuk R X O1
menyelesaikan masalah tersebut.
Penyelesaian suatu masalah yang berkaitan R O2
dengan IPA dilakukan dengan metode
ilmiah. Pelaksanaan metode ilmiah ini Gambar 1. desain penelitian Post-test
menuntut siswa melakukan suatu kerja Only Control Group Design
ilmiah sehingga memberikan kesempatan (Setyosari, 2015)
pada siswa untuk meningkatkan
Keterangan:
keterampilan kerja ilmiahnya.
Beberapa penelitian yang relevan subjek penelitian dipilih secara
R =
tentang model pembelajaran berbasis random
masalah (Problem Based Instruction) X = perlakuan eksperimental
294 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 292-298

O1 = post-test kelas eksperimen berdistribusi normal maka analisis yang


O2 = post-test kelas kontrol digunakan Independent Samples T-Test
dan apabila data tidak berdistribusi normal
Populasi dalam penelitian ini adalah maka analisis yang digunakan Mann
seluruh siswa kelas VIII di SMPN 1 Kota Whitney U-Test. Hipotesis statistik pada
Probolinggo. Sampel penelitian adalah dua penelitian ini adalah sebagai berikut:
kelas dari semua kelas dalam populasi. H0 = tidak ada perbedaan yang signifikan
Penentuan sampel dilakukan dengan teknik rata-rata hasil belajar kelas
Cluster Random Sampling. Sebelum eksperimen yang menggunakan
menentukan sampel penelitian, dilakukan model Problem Based Instruction
uji homogenitas terlebih dahulu terhadap (PBI) dengan rata-rata hasil belajar
populasi. kelas kontrol yang tidak
Teknik pengumpulan data dalam menggunakan model Problem Based
penelitian ini antara lain: wawancara, Instruction (PBI) (𝐻0 : 𝑋̅𝐸 = 𝑋̅𝐾 )
observasi, dokumentasi, portofolio, dan Ha = ada perbedaan yang signifikan rata-
tes. Untuk mendeskripsikan keterampilan rata hasil belajar kelas eksperimen
proses sains siswa selama proses yang menggunakan model Problem
pembelajaran menggunakan model Based Instruction (PBI) dengan rata-
Problem Based Instruction digunakan rata hasil belajar kelas kontrol yang
penilaian keterampilan proses sains (KPS) tidak menggunakan model Problem
dengan rumus sebagai berikut: Based Instruction (PBI) (𝐻𝑎 : 𝑋̅𝐸 ≠
𝐾𝑃𝑆𝑇 𝑋̅𝐾 )
𝐾𝑃𝑆 = ×4 Kriteria pengujian yang digunakan untuk
𝐾𝑃𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 analisis menggunakan SPSS versi 22
Keterangan: adalah sebagai berikut:
𝐾𝑃𝑆𝑇 = jumlah skor tiap a. Apabila sig.(2-tailed) > taraf nyata
indikator keterampilan (𝛼 = 0,05) maka hipotesis nihil (H0)
proses sains yang diterima dan hipotesis alternatif (Ha)
diperoleh siswa ditolak
𝐾𝑃𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = jumlah skor maksimum b. Apabila sig.(2-tailed) < taraf nyata
tiap indikator (𝛼 = 0,05) maka hipotesis nihil (H0)
keterampilan proses
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)
sains siswa
diterima
𝐾𝑃𝑆 = nilai keterampilan
proses sains siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengkaji perbedaan yang signifikan pada Penelitian ini dilaksanakan di SMP
hasil belajar siswa antara pembelajaran Negeri 1 Kota Probolinggo pada siswa
yang menggunakan model Problem Based kelas VIII semester genap tahun ajaran
Instruction dan model pembelajaran yang 2016/2017 yaitu tanggal 10, 11, dan 17
biasa digunakan di SMP menggunakan Januari 2017. Tujuan pertama pada
analisis Independent Samples T-Test (data penelitian ini adalah untuk
berdistribusi normal) dan atau Mann mendeskripsikan keterampilan proses sains
Whitney U-Test (data tidak berdistribusi siswa selama proses pembelajaran dengan
normal) dengan bantuan SPSS 22. menggunakan model Problem Based
Hasil belajar siswa pada penelitian Instruction. Penilaian keterampilan proses
ini meliputi ranah afektif, ranah sains siswa diperoleh dari dua metode
psikomotor, dan ranah kognitif. Pertama, pengambilan data, yaitu melalui metode
data diuji normalitas menggunakan One- observasi yang dilakukan oleh observer
Sample Kolmogorov-Smirnov dengan dan metode portofolio diperoleh dari hasil
SPSS 22. Kedua, setelah diketahui data jawaban siswa pada LKS yang telah dinilai
Septriningsih, Pengaruh Model Problem… 295

oleh peneliti. Indikator keterampilan Berdasarkan Tabel 1, nilai rata-rata


proses sains yang diukur meliputi semua indikator keterampilan proses sains
keterampilan proses dasar dan pada pertemuan I dan pertemuan II
keterampilan proses terintegrasi. berbeda. Urutan nilai rata-rata
keterampilan proses sains dari yang
Tabel 1. Nilai keterampilan proses sains siswa tertinggi hingga terendah adalah pertemuan
tiap pertemuan II sebesar 3,51 (sangat baik) dan
Nilai Rata-
No. Pertemuan Kriteria peretmuan I sebesar 3,36 (baik). Nilai rata-
Rata KPS
1 Pertemuan I 3,36 Baik
rata keterampilan proses sains secara
Sangat keseluruhan dari semua pertemuan adalah
2 Pertemuan II 3,51 sebesar 3,44 yang tergolong dalam kriteria
Baik
Rata-Rata 3,44 Baik baik.

Tabel 2. Nilai rata-rata tiap indikator keterampilan proses sains


No. Indikator KPS Nilai Rata-Rata Kriteria
1 Menyusun Hipotesis 2,89 Baik
2 Merancang Penelitian 3,66 Sangat Baik
3 Eksperimen 3,66 Sangat Baik
4 Mengamati 3,85 Sangat Baik
5 Mengukur 3,36 Baik
6 Mengumpulkan dan Mengolah Data 3,44 Baik
7 Menyimpulkan 3,14 Baik
8 Mengkomunikasikan 3,49 Baik
Rata-Rata 3,44 Baik

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat Penelitian tersebut dilakukan oleh Sunarti


bahwa hasil analisis rata-rata keterampilan (2014) yang menyimpulkan bahwa
proses sains siswa dari kedelapan indikator penerapan model pembelajaran Problem
yang diamati, nilai rata-rata keterampilan Based Instruction dalam pembelajaran
proses sains tertinggi adalah indikator dapat meningkatkan keterampilan proses
mengamati. Hal ini karena siswa berusaha sains siswa. Nilai rata-rata keterampilan
menemukan penyelesaian dari masalah proes sains pada pertemuan kedua
yang dihadapi dengan mengamati gejala- mengalami peningkatan dari pertemuan
gejala atau kejadian-kejadian yang terjadi pertama. Hal ini disebabkan pada
dalam setiap eksperimen untuk pertemuan pertama siswa melakukan dua
pengambilan kesimpulan. Adanya percobaan sekaligus sehingga dalam
permasalahan autentik yang diberikan oleh melakukan kegiatan pembelajaran siswa
guru, siswa menjadi lebih antusias tidak maksimal. Hasil ini menunjukkan
melakukan pengamatan terhadap bahwa model Problem Based Instruction
eksperimen yang dilakukan. Nilai rata-rata (PBI) dapat diterapkan pada pembelajaran
keterampilan proses sains terendah adalah di SMP karena nilai keterampilan proses
indikator menyusun hipotesis. Hal ini sains dengan model tersebut dikategorikan
karena siswa belum terbiasa untuk baik.
membuat hipotesis dari permasalahan yang Tujuan kedua dari penelitian ini
dihadapi sehingga siswa kesulitan untuk adalah untuk mengkaji perbedaan hasil
membuatnya. belajar siswa pada pembelajaran IPA
Nilai keterampilan proses sains dengan menggunakan model Problem
siswa mengalami perubahan pada setiap Based Instruction (PBI) dan model
pertemuan. Hasil analisis nilai pembelajaran yang biasa digunakan di
keterampilan proses sains siswa ini sesuai sekolah. Hasil belajar pada penelitian ini
jika dirujuk pada penelitian sebelumnya. meliputi hasil belajar ranah afektif, hasil
296 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 292-298

belajar ranah psikomotor, dan hasil belajar ranah kognitif.

Tabel 3. Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
Eksperimen Kontrol
Ranah
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
Afektif 3,50 Baik 3,18 Baik
Psikomotor 3,51 Sangat Baik 3,08 Baik
Kognitif 3,21 Baik 2,67 Baik
Berdasarkan Tabel 3, diketahui sehingga berdasarkan pedoman
bahwa nilai rata-rata hasil belajar afektif pengambilan keputusan maka hipotesis
siswa kelas eksperimen 3,50 sedangkan nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif
nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa (Ha) diterima. Jadi dapat disimpulkan
kelas kontrol 3,18. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-
bahwa hasil belajar afektif kelas rata hasil belajar kelas eksperimen yang
eksperimen berbeda dengan hasil belajar menggunakan model Problem Based
afektif kelas kontrol. Analisis hasil belajar Instruction (PBI) dengan rata-rata hasil
psikomotor siswa diperoleh nilai rata-rata belajar kelas kontrol yang tidak
hasil belajar psikomotor siswa kelas menggunakan model Problem Based
eksperimen 3,51 sedangkan nilai rata-rata Instruction (PBI).
hasil belajar psikomotor siswa kelas Hasil analisis dari ketiga ranah hasil
kontrol 3,08. Hasil ini menunjukkan bahwa belajar diketahui bahwa hasil belajar IPA
hasil belajar psikomotor kelas eksperimen siswa (ranah afektif, ranah psikomotor, dan
berbeda dengan hasil belajar psikomotor ranah kognitif) yang menggunakan model
kelas kontrol. Analisis hasil belajar Problem Based Instruction (PBI) memiliki
kognitif siswa diperoleh nilai rata-rata perbedaan yang signifikan dengan hasil
hasil belajar kognitif siswa kelas belajar IPA siswa menggunakan model
eksperimen 3,21 sedangkan nilai rata-rata yang biasa digunakan di sekolah. Hasil
hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol analisis dari hasil belajar IPA siswa ini
2,67. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil sesuai jika dirujuk pada penelitian-
belajar kognitif kelas eksperimen berbeda penelitian sebelumnya yang pernah
dengan hasil belajar kognitif kelas kontrol. dilakukan oleh Ashad et al. (2013) dan
Mengkaji perbedaan yang signifikan Junika (2017). Ashad et al. (2013) dalam
pada hasil belajar siswa dilakukan penelitiannya menyatakan bahwa adanya
pengujian menggunakan aplikasi SPSS 22. pengaruh model pembelajaran berbasis
Hasil belajar ranah afektif, data dianalisis masalah terhadap hasil belajar siswa.
menggunakan Independent Sample T Test Junika (2017) dalam penelitiannya
dan Mann Whitney U Test diperoleh nilai menyimpulkan bahwa penerapan model
signifikansi sebesar 0,001 sehingga pembelajaran Problem Based Instruction
berdasarkan pedoman pengambilan dapat meningkatkan hasil belajar IPA
keputusan maka hipotesis nihil (H0) ditolak siswa. Penelitian lainnya dilakukan oleh
dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hasil Hidayah et al. (2014) yang menyimpulkan
belajar ranah psikomotor, data dianalisis bahwa model pembelajaran Problem Based
menggunakan Independent Sample T Test Instruction efektif terhadap hasil belajar
dan Mann Whitney U Test diperoleh nilai siswa. Salah satu penyebab perbedaan hasil
signifikansi sebesar 0,000 sehingga belajar IPA kelas eksperimen dan kelas
berdasarkan pedoman pengambilan kontrol diakibatkan dari kelebihan model
keputusan maka hipotesis nihil (H0) ditolak pembelajaran Problem Based Instruction
dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hasil (PBI) yaitu melatih siswa untuk bekerja
belajar ranah kognitif, data dianalisis sama. Kerja sama siswa mengakibatkan
menggunakan Independent Sample T Test tugas yang diterima selesai lebih awal. Hal
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 ini dapat menghemat waktu dalam
Septriningsih, Pengaruh Model Problem… 297

pelaksanaan praktikum atau eksperimen. DAFTAR PUSTAKA


Selain itu kelebihan model Problem Based
Instruction (PBI) yaitu siswa mampu Ashad, M., Ali, M., dan Pasaribu, M. 2013.
menyerap pengetahuan dengan baik karena Pengaruh Model Pembelajaran
terlibat dalam kegiatan pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil
sehingga siswa mendapatkan hasil belajar Belajar Fisika pada Siswa Kelas
IPA yang baik. Pada kelas kontrol, kerja IX SMA Negeri 5 Palu. Jurnal
sama antar siswa sangat kurang sehingga Pendidikan Fisika Tadulako. Vol
membutuhkan waktu lebih lama untuk 1(2): 39-43.
menyelesaikan tugas yang diterima.
Hardiyanto, Susilawati, dan Harjono, A.
SIMPULAN DAN SARAN 2015. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasarkan hasil dan pembahasan dan Ekspositori dengan
yang telah diuraikan, maka dapat Keterampilan Proses Sains
disimpulkan antara lain: (1) keterampilan Terhadap Hasil Belajar Fisika
proses sains siswa selama pembelajaran Siswa Kelas VIII MTSn 1
IPA menggunakan model Problem Based Mataram Tahun Ajaran 2014/2015.
Instruction (PBI) di SMP termasuk dalam Jurnal Pendidikan Fisika dan
kategori baik, dengan indikator tertinggi Teknologi. Vol 1(4): 249-256.
adalah mengamati sebesar 3,85 dan
indikator terendah adalah menyusun Hidayah, N., Soeprodjo, dan Latifah. 2014.
hipotesis sebesar 2,89, (2) adanya Keefektifan Model Pembelajaran
perbedaan yang signifikan hasil belajar Problem Based Instruction
siswa (ranah afektif, ranah psikomotor, dan Terhadap Hasil Belajar. Chemistry
ranah kognitif) antara pembelajaran yang in Education. Vol 3(1): 15-21.
menggunakan model Problem Based
Instruction dan model pembelajaran yang Junika, A. H. 2017. Upaya Meningkatkan
biasa digunakan di sekolah pada materi Hasil Belajar IPA Melalui Model
tekanan zat cair. Pembelajaran Problem Based
Berdasarkan hasil penelitian dan Instruction. Jurnal Pena Edukasi.
pembahasan, maka saran yang diberikan Vol 4(1): 48-53.
antara lain: (1) bagi guru IPA, penerapan
model Problem Based Instruction (PBI) Mariana, M. A. dan Praginda, W. 2009.
pada materi tekanan zat cair membuat Hakikat IPA dan Pendidikan IPA.
keterampilan proses sains menjadi lebih Bandung: Pusat Pengembangan
baik sehingga diharapkan guru dapat dan Pemberdayaan Pendidik dan
mengembangkan untuk materi yang Tenaga Kependidikan Ilmu
lainnya, namun perlu perhatian dalam Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
mengelola waktu dan pemilihan masalah
yang sesuai dan relevan, (2) bagi peneliti Puspitaningrum, V. R., Saptorini, dan
lain, hasil penelitian ini digunakan sebagai Siadi, K. 2012. Pengaruh Model
referensi untuk penelitian berikutnya serta Problem Based Instruction
kendala-kendala selama pembelajaran Berbasis Elaboration Strategies
menggunakan model Problem Based Terhadap Hasil Belajar. Chemistry
Instruction (PBI) pada materi tekanan zat in Education. Vol 1(2): 142-147.
cair dapat diatasi dengan pengelolahan
waktu dengan baik dan pemberian masalah Rinarta, I. N., Yuanita, L., dan Widodo, W.
yang lebih relevan agar siswa dapat 2014. Pengembangan Perangkat
menyusun hipotesis dengan mudah. Pembelajaran Model Inkuiri untuk
298 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 292-298

Melatihkan Keterampilan Proses (NHT) untuk Meningkatkan


Sains dan Penguasaan Konsep Motivasi dan Prestasi Hasil Belajar
siswa SMP. Jurnal Pendidikan Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Fisika. Vol 2(2): 70-88. Fisika. Vol 3(1): 36-48.

Rosa, F. O. 2015. Pengembangan Modul Setyosari, P. 2015. Metode Penelitian


Pembelajaran IPA SMP pada Pendidikan dan Pengembangan.
Materi Tekanan Berbasis Jakarta: Prenadamedia Group.
Keterampilan Proses Sains. Jurnal
Pendidikan Fisika. Vol 3(1): 49- Sunarti. 2014. Peningkatan Keterampilan
63. Proses Sains Dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Berdasarkan
Rusmiyati, A. dan Yulianto, A. 2009. Masalah Pada Siswa Kelas VIIIB
Peningkatan Keterampilan Proses SMP Negeri I Lappariaja. Jurnal
Sains dengan Menerapkan Model Pendidikan Fisika. Vol 2(2): 119-
Problem Based-Instruction. Jurnal 126.
Pendidikan Fisika Indonesia. Vol
5(2): 75-78. Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Saraswati, D. L dan Ishafit. 2015. Jakarta: Kencana Prenada Media
Penggunaan Cooperative Learning Group.
Tipe Numbered Heads Together

Você também pode gostar