Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
91-105 91
Naskah diterima: 10 November 2017 Direvisi: 13 Desember 2017 Disetujui terbit: 29 Februari 2018
ABSTRACT
Irrigation facilities is one of the key factors in farming, especially for food crop farming, including rice. A small-
scale irrigation system has an area of less than 500 hectares, and it is the backbone of family food security which
in turn will lead to national food security. Damage irrigation system networks will threaten food production
increase. In the future, irrigation infrastructure must be better managed so that agricultural sector can realize
agricultural diversification, conserve wider irrigation system and maintain local wisdom and social capital in
irrigation management. The objective of the paper is to analyze performance, problems and solutions of small
irrigation systems in Indonesia, including small irrigation concepts and understanding, small irrigation
performance and development, small irrigation development policies, factors affecting smallscale irrigation
development, investments, and prospects. The paper also compares various performances, problems and
solutions of small irrigation systems in other countries. Small scale irrigation performance is often better than
large-scale irrigation, in the sense of water availability throughout the year and equitable water distribution for all
service areas.
Keywords: small scale irrigation, performance, roles, prospects
ABSTRAK
Sarana irigasi merupakan faktor penting dalam usaha tani khususnya tanaman pangan. Sistem irigasi kecil
dengan luas oncoran kurang dari 500 ha merupakan tulang punggung ketahanan pangan keluarga yang pada
gilirannya bermuara pada ketahanan pangan tingkat nasional. Kerusakan jaringan sistem irigasi akan
mengancam peningkatan produksi pangan. Di masa yang akan datang, infrastruktur irigasi harus dikelola secara
lebih baik agar sektor pertanian dapat mewujudkan diversifikasi pertanian, semakin luasnya konservasi sistem
irigasi, serta kearifan lokal dan modal sosial dalam pengelolaan irigasi dapat terpelihara. Tulisan ini bertujuan
menganalisis kinerja, masalah dan solusi sistem irigasi kecil di Indonesia, termasuk konsep dan pengertian irigasi
kecil, kinerja dan perkembangan irigasi kecil, kebijakan pengembangan irigasi kecil, faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan investasi irigasi kecil, dan prospek pengembangan irigasi kecil. Dalam tulisan ini
juga dibandingkan berbagai kinerja, masalah dan solusi dari sistem irigasi kecil di negera-negara lain. Kinerja
irigasi kecil seringkali lebih baik dari irigasi skala besar, dalam arti ketersediaan air sepanjang tahun dan terdapat
keadilan pembagian air untuk seluruh wilayah oncorannya.
Kata kunci: irigasi kecil, kinerja, peran, prospek
mengkaji mengenai: (1) konsep dan pengertian beririgasi. Jenis bangunan penangkap
irigasi kecil, (2) kinerja dan perkembangan bermacam-macam, diantaranya adalah: (1)
irigasi kecil, (3) kebijakan pengembangan irigasi bendung, (2) intake, dan (3) stasiun pompa.
kecil, (4) faktor-faktor yang memengaruhi
pengembangan investasi irigasi kecil, dan (5) Konsep irigasi yang selama ini berkembang
prospek pengembangan irigasi kecil. adalah bagaimana mengakuisisi air,
menyalurkannya ke lahan-lahan pertanian
sesuai kebutuhan, dan membuang kelebihannya
KONSEP DAN PENGERTIAN IRIGASI KECIL manakala berlebih (Sumaryanto, 2013). Dapat
dikatakan bahwa irigasi merupakan suatu
kegiatan dengan tujuan untuk mendapatkan air
Irigasi merupakan salah satu pemanfaatan guna menunjang kegiatan pertanian, untuk itu
dari sumber daya air. Pengertian Irigasi yang dilakukan dengan usaha pembuatan bangunan
tertuang pada PP no 20. tahun 2006 adalah dan jaringan saluran untuk membawa dan
usaha penyediaan, pengaturan, dan membagi air secara teratur ke petak-petak yang
pembuangan air untuk menunjang pertanian sudah dibagi. Fungsi irigasi seperti yang
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi termaktup dalam PP no 20 tahun 2006 adalah
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan mendukung produktivitas usahtani guna
irigasi tambak. Sementara sistem irigasi meliputi meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan
daya manusia. Sistem irigasi dapat melalui keberlanjutan sistem irigasi.
dikategorikan menjadi empat kelompok yakni:
Rivai et al. (2013) mendefinisikan bahwa
(a) Sistem irigasi permukaan (surface irrigation
system); (b) Sistem irigasi bawah permukaan irigasi kecil adalah daerah irigasi yang luas
(sub surface irrigation system); (c) Sistem irigasi layanannya kurang dari 1.000 hektar. Lebih
dengan pancaran (sprinkle irrigation); dan (d) lanjut dikemukakan bahwa pengembangan
Sistem irigasi tetes (drip irrigation). irigasi kecil (termasuk irigasi pompa) yang
dilakukan oleh petani dan swasta lebih banyak
Dalam tulisan ini bahasan sistem irigasi pada skala menengah dan kecil, sedangkan
hanya ditekankan pada sistem irigasi pengembangan irigasi pompa yang dibantu oleh
permukaan. Sistem irigasi permukaan terjadi Pemerintah lebih banyak pada irigasi pompa
dengan menyebarkan air ke permukaan tanah berskala menengah-besar. Uraian di atas
dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke menunjukkan bahwa irigasi kecil mengacu pada
dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan terbatasnya luasan areal yang dapat dilayani
melalui saluran terbuka baik dengan atau tanpa irigasi. Namun demikian luas layanan/oncoran
lining maupun melalui pipa dengan head rendah bukan satu-satunya kriteria untuk irigasi kecil.
(Soemarto 1999). Investasi yang diperlukan Sumaryanto (2013) mengemukakan bahwa
untuk mengembangkan irigasi permukan relatif belum ada definisi yang tegas mengenai istilah
lebih kecil dari pada irigasi curah maupun tetes sistem irigasi kecil.
kecuali bila diperlukan pembentukan lahan,
seperti untuk membuat teras. Sistem irigasi Untuk menjelaskan bahwa suatu sistem
irigasi dikatakan sistem irigasi kecil, maka
permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa Sumaryanto (2013) mengklasifikasikan bahwa
kendali) serta peluapan penggenangan secara suatu sistem irigasi kecil dikategorikan dengan
melihat karateristiknya. Lebih lanjut
terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling
diungkapkan bahwa karaktersitik tersebut
sederhana adalah peluapan bebas dan
penggenangan. Untuk sistem irigasi tersebut air adalah: (1) Hampir semua sistem irigasi yang
pembangunannya dilakukan oleh komunitas
diberikan pada areal irigasi dengan jalan
lokal adalah sistem irigasi kecil, (2) Hampir
peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan
semua sistem irigasi kecil bercirikan dengan
sungai yang mempunyai permukaan datar.
teknologi tepat guna dan untuk itu maka
Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah
rancang bangun infrastruktur fisik akuisisi
karena penggunaan air tidak terkontrol.
sumber daya air, sistem distribusi, maupun
Sementara sistem irigasi permukaan lainnya
adalah peluapan dan penggenangan secara drainase berbasis pendekatan hemat biaya dan
pengoperasiannya sederhana, (3) Pada
terkendali. Untuk itu cara yang umum digunakan
umumnya sistem perencanaan dan
adalah dengan menggunakan bangunan
penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, pelaksanaan pembangunan irigasi kecil
dilakukan secara kolektif masyarakat setempat,
dan peluapan ke dalam petak-petak lahan
94 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 91-105
(4) Organisasi pengelolaan irigasi (operasi dan pengelolaan air irigasi yang diperlukan. Dalam
pemeliharaan) terkait atau bahkan berbasis hal ini jelas bahwa dalam pengembangan
kelembagaan lokal yang dianut komunitas irigasi, diperlukan persiapan kelembagaan yang
setempat, (5) Upaya yang ditempuh untuk mengelola irigasi tersebut. Oleh karena itu
mengkoordinasikan keberlanjutan sistem irigasi diperlukan tatanan kelembagaan yang baik
tersebut terintegrasikan dalam penerapan agar pengelolaan air irigasi efisien dan optimal
prinsip usaha tani berkelanjutan. Dengan dalam melayani oncoran sesuai kebutuhan
mengetahui ciri dan karaktersitik tersebut maka tanaman di suatu wilayah yang tercakup dalam
banyak ditemukan irigasi kecil di Indonesia. daerah irigasi tertentu.
Sistem irigasi kecil mencakup juga irigasi
Hasil pembangunan/pengembangan irigasi
pompa. Irigasi pompa ini selain dilakukan oleh
kecil menunjukkan kinerja hasil yang berbeda
individu, secara berkelompok komunitas petani
antara sistem tender dan swakelola masyarakat.
maupun pemerintah membangun unit-unit irigasi
Hasil kajian Rivai et al. (2008) menunjukkan
pompa dengan sumber sadapan air permukaan
bahwa pembangunan irigasi yang melibatkan
(air sungai atau situ/danau).
partisipasi masyarakat (swadaya) setempat
memberikan kinerja lebih baik dibanding dengan
pembangunan irigasi yang dilakukan oleh
KINERJA DAN PENGEMBANGAN IRIGASI
konsultan. Hasil yang sama dikemukakan
KECIL
Saliem et al. (2015) menunjukkan bahwa
pelaksanaan swakelola dalam rehabilitasi
Secara makro kerusakan jaringan irigasi di jaringan irigasi tersier (RJIT) di lokasi UPSUS
Indonesia cukup besar. Berdasarkan Pajale di Wonogiri, Sukoharjo dan Klaten
inventarisasi kondisi jaringan irigasi pada tahun berjalan lebih baik dibanding bila dilakukan
2014 (Ditjen SDA 2016) menunjukkan dari dengan sistem tender. Baik dari kelancaran
7,145 juta hektar luas areal irigasi permukaan di kegiatan maupun kualitas bangunan irigasi.
seluruh Indonesia, 77,23% daerah irigasi Pelajaran yang berharga bahwa potensi
kewenangan pemeritah pusat dalam kondisi partisipasi masyarakat dalam kegiatan
baik yakni naik 23,23% dari tahun 2010; 4% pembangunan tidak bisa diabaikan, termasuk
dalam kondisi rusak ringan; 13,87% dalam pembangunan irigasi kecil. Pendekatan
kondisi rusak sedang dan 4,9% dalam kondisi partisipatif yang dilakukan dalam kegiatan
rusak berat. Untuk daerah irigasi kewenangan investasi pembangunan pertanian dan
provinsi 46,59% dalam kondisi baik yaitu naik perdesaan ini juga telah menggugah kesadaran
7,59% dari tahun 2010; 16,45% dalam kondisi petani untuk memelihara aset yang dibangun
rusak ringan; 16,52% dalam kondisi rusak secara kolektif.
sedang; dan 20,44% dalam kondisi rusak berat.
Pengembangan irigasi kecil sebagai salah
Sementara untuk daerah irigasi kewenangan
satu instrumen kebijakan dalam pembangunan
pemerintah kabupaten/kota, hanya 40,95%
pertanian berfungsi untuk mencapai sasaran
dalam kondisi baik (turun 7,04% dari tahun
antara dalam bentuk perubahan pola tanam
2010), sedangkan sisanya 18,38% dalam
serta peningkatan intensitas tanam dan
kondisi rusak ringan, 18,87% dalam kondisi
produktivitas dalam rangka mendukung
rusak sedang, dan 21,80% dalam kondisi rusak
pencapaian sasaran akhir berupa peningkatan
berat. Dengan kondisi jaringan irigasi yang
produksi pertanian dan pendapatan petani.
banyak rusak, maka diperlukan rehabilitasi
Pengembangan irigasi kecil dengan fungsi
jaringan irigasi .
sebagai substitusi maupun sebagai suplesi
Terkait dengan upaya mempertahankan irigasi gravitasi meningkatkan secara nyata luas
swasembada beras dan agar Indonesia tidak lahan yang digarap petani. Terjadinya
impor beras lagi, maka diperlukan terobosan peningkatan derajat ketersediaan air irigasi
dalam pengelolaan irigasi (Pasandaran 2007), sebagai output pengembangan irigasi kecil,
mengingat pasokan pangan sangat ditentukan cenderung membuat petani tetap memilih
oleh ketersediaan air irigasi (Sumaryanto 2013). mengusahakan padi bahkan mengganti
Terkait hal tersebut Pasandaran (2007) komoditas nonpadi dengan padi, sehingga
mengungkapkan bahwa beberapa pendekatan diversifikasi pertanian kurang berkembang
yang diperlukan antara lain melalui eksplorisasi (Purwoto et al. 1999).
kawasan yang dianggap layak membangun Dalam kondisi tertentu, petani biasanya
infrastruktur irigasi. Pengembangan infrastruktur berusaha mendapatkan pelayanan irigasi untuk
irigasi hendaknya dapat dilakukan secara kebutuhan usaha pertaniannya. Menurut
bertahap termasuk pembangunan kelembagaan Saptana et al. (2001) beberapa alasan
IRIGASI KECIL: KINERJA, MASALAH, DAN SOLUSINYA Tri Bastuti Purwantini, Rita Nur Suhaeti 95
kemandirian petani dalam mengembangkan bersifat mutlak; dan (5) Prioritas pengusahaan
investasi irigasi kecil adalah: (1) salah satu cara air oleh BUMN dan BUMD.
untuk mengurangi risiko usaha tani; (2)
Terkait pembatalan MK terhadap UU air
pendukung utama keberhasilan usaha tani; (3)
generasi ketiga maka harus dipikirkan rencana
untuk meningkatkan pendapatan usaha tani;
UU air generasi keempat yang merefleksikan
dan (4) berkembangnya beberapa komoditas
prinsip-prinsip Good Water Governance. Prinsip
komersial seperti sayuran dan palawija.
-prinsip dalam membangun Good Water
Governance: (1) UU SDA harus mampu
berkontribusi dalam pengelolaan sumber daya
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
lingkungan (ecosystem service), (2) UU harus
PENGEMBANGAN IRIGASI KECIL
mampu mendukung terwujudnya ketangguhan
sosial secara lintas batas, (3) UU harus mampu
Peran Pemerintah dalam Pengembangan membangun etika bisnis sehingga pengelolaan
Irigasi air oleh swasta tidak bersifat eksploitasif. Untuk
itu diperlukan harmonisasi dengan UU yang lain
Kebijakan pemerintah yang terkait dengan (koordinasi) dan ujicoba dalam skala yang
aturan penggunaan air dapat dicermati melalui besar. Dalam upaya menciptakan pengelolaan
peraturan yang dituangkan dalam undang- sumber daya air yang efisien dan merata dalam
undang (UU). Dalam perspektif sejarah pengalokasiannya diperlukan penyesuain
menurut Pasandaran (2015) bahwa Indonesia kelembagaan baik untuk kelembagaan
mengalami 3 generasi UU terkait dengan air,
pemerintah, swasta maupun petani (Rachman
yaitu Algemeen Water Reglement tahun 1936, 2009). Penggunaan air dominan untuk
UU No. 11 tahun 1974 tentang pengairan dan pertanian atau irigasi. Semakin langkanya
UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. sumber air untuk irigasi maka perlu diatur agar
Ketiga generasi UU tersebut dipicu oleh
pemanfaatan irigasi tersebut efisien.
berbagai faktor sebagai respon terhadap
berbagai kepentingan politik yang muncul. Kebijakan pemerintah tentang irigasi
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
Dalam uraian lebih lanjut Pasandaran (2015) kinerja/kondisi irigasi, hal ini sejalan dengan
menjelaskan bahwa pelajaran berharga pada perubahan peraturan perundang-undangan dan
UU generasi yang pertama adalah berhasil kebijakan pemerintah tentang irigasi dan
membangun ribuan hektar irigasi dan kualitas implementasinya. Terkait dengan
irigasi yang sangat baik. Proses perencanaan pembangunan irigasi, menurut Pasandaran
dan uji coba UU ini selama hampir 20 tahun (2005) ada beberapa pelajaran yang diperoleh
membuat UU ini sangat implementatif. Pelajaran dalam upaya menghasilkan berbagai produk
penting dari UU pengairan generasi kedua,
kebijakan. Pertama, perlunya upaya rintisan
yaitu UU No 11 tahun 1974 terkait dengan atau uji coba untuk mempelajari apakah sesuatu
proses koordinasi ditunjang oleh komitmen instrumen kebijakan dapat dilaksanakan.
politik yang kuat, dan berhasil mewujudkan Kedua, perlunya evaluasi ‘ex post” terhadap
swasembada beras. Pengelolaan irigasi pada proses yang sedang berjalan, dan jika uji coba
zaman itu dilakukan secara sentralistik. UU tersebut berhasil, maka formalisasi kebijakan
generasi ketiga, yaitu UU No 7 tahun 2004
dilakukan dan pada fase kedua dilanjutkan
dipicu oleh faktor krisis ekonomi, sehingga
dengan perluasan investasi. Ketiga, sejalan
manajemen irigasi diserahkan ke masyarakat. dengan perluasan investasi irigasi, perlu
Lebih banyak sekat birokrasi dibanding UU dilakukan merintis pembangunan kelembagaan
sebelumnya, swasta lebih dominan dan akses pengelolaan irigasi yang telah dimulai
publik terbatas. UU ini sarat dengan pelaksanaannya sebelum kebijakan irigasi
kepentingan politik, yaitu memperkuat diumumkan dan pada fase ketiga dapat
kewenangan birokrasi politik dan politik dianggap sebagai pemantapan, baik proses
anggaran untuk pembangunan SDA. pembangunan prasarana fisik maupun
Kelemahan UU air generasi ketiga ini adalah kelembagaan.
masalah kooordinasi. Pertimbangan MK dalam
pembatalan UU No 7 tahun 2004 adalah: (1) Peran pemerintah dalam pengembangan
Setiap pengguna air tidak boleh mengganggu, irigasi kecil, seperti yang dikemukakan
mengesampingkan dan meniadakan hak rakyat Sumaryanto (2013) meliputi beberapa aspek
atas air; (2) Negara memenuhi hak rakyat atas yaitu: (1) Pendanaan: bantuan pemerintah
air; (3) Mengingat kelestarian lingkungan hidup; dalam pendanaan pengembangan sistem irigasi
(4) Pengawasan dan pengendalian oleh negara kecil sebaiknya tidak hanya ditujukan untuk
96 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 91-105
aspek pembangunan konstruksi baru, tetapi hal yang terkait dengan pengembangan irigasi
juga mencakup pendanaan untuk rehabilitasi. kecil dari hulu sampai hilir.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi
penggunaan anggaran, maka skim
Kegiatan Program Pengembangan Irigasi
pendanaannya juga perlu disesuaikan dengan
Kecil
kondisi obyektif di lapangan, bentuk Bansos
(bantuan cuma-cuma), bantuan bergulir dan Program Peningkatan Pendapatan Petani
atau pinjaman lunak; (2) Bantuan teknis: bentuk Melalui Inovasi (P4MI) adalah suatu program
bantuan teknis yang diperlukan mencakup pemberdayaan masyarakat tani melalui inovasi
aspek konstruksi irigasi, sistem operasi dan dan pengembangan infrastruktur pertanian yang
pemeliharaan irigasi, sistem usaha tani, dan dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian,
kelembagaan pengelolaan irigasi. Supaya Kementan bekerja sama dengan Bank
efisien, bantuan tersebut tidak perlu seragam Pembangunan Asia (ADB). Program ini
tetapi disesuaikan dengan kebutuhan di memperoleh dana pinjaman dari Asian
lapangan. Khusus untuk bantuan teknis dalam Development Bank (ADB), dimulai tahun 2003
aspek kelembagaan, pendekatan yang lebih sampai tahun 2008 di lima kabupaten, pada
sesuai adalah pendampingan dan mencakup empat provinsi, yaitu Jawa Tengah, Nusa
tahapan sejak perencanaan sampai Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan
pengelolaan irigasi yang orientasinya adalah Sulawesi Tengah. Program ini memberikan
untuk mendukung sistem usaha tani yang bantuan dana stimulus untuk pembangunan
berkelanjutan; (3) Pelestarian wilayah infrastruktur pertanian, pelatihan dan bantuan
tangkapan air, keberlanjutan sistem irigasi masukan fisik lainnya pada semua desa di lima
sangat dipengaruhi oleh kelestarian wilayah kabupaten. Sebagian besar infrastruktur yang
tangkapan air. Kondisi ini tidak hanya berlaku dibangun adalah pengembangan jaringan
untuk sistem irigasi besar, tetapi juga untuk irigasi. Melalui dana bantuan (stimulus) senilai
sistem irigasi kecil. Pada umumnya penerima Rp 270 – Rp 290 juta/desa serta menggerakkan
manfaat utama air irigasi adalah penduduk di partisipasi dan swadaya masyarakat yang
kawasan yang lebih hilir, disisi lain penduduk dipimpin oleh Komite Investasi Desa (KID),
yang bersentuhan langsung dengan wilayah dapat dikembangkan pengembangan
tangkapan air berada di hulu dan bukan infrastruktur pertanian sampai bernilai 2 - 4 kali
pemanfaat utama air irigasi. Dengan demikian, lebih besar dari dana bantuan tersebut. Menarik
maka peran pemerintah sangat diperlukan agar model pemberdayaan masyarakat seperti P4MI
konstribusi wilayah tangkapan air sebagai salah ini untuk dijadikan referensi dalam
satu determinan keberlanjutan irigasi tetap mengembangkan jaringan irigasi kecil berbasis
terpelihara; (4) Pengelolaan konflik: jika sumber investasi masyarakat.
sadapan untuk masing-masing unit berasal dari
Keberlanjutan pengembangan irigasi kecil
satu lokasi yang sama maka ketika terjadi
ditunjang oleh manajemen yang efektif baik
kelangkaan air meningkat, potensi timbulnya
secara kolektif (petani pemakai air) maupun
konflik akibat perebutan sumber daya juga
komersial individu atau kelompok usaha.
meningkat. Sampai saat ini sebagian besar
Dukungan kebijakan besar pengaruhnya
penyelesaian konflik akibat kondisi tersebut
terhadap pengembangan dan keberlanjutan
dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri.
irigasi kecil antara lain, adanya program UPJA,
Namun demikian seiring dengan semakin
bantuan Jides, pompanisasi, akses
meningkat kelangkaan sumber daya air dan
modal/kredit, dan perluasan areal pertanian.
tekanan hidup, maka potensi konflik sangat
Semua faktor tersebut dapat membangun
mungkin terjadi. Institusi yang secara normatif
sistem irigasi kecil dengan asumsi sarana
harus bertanggungjawab, mempunyai otorita
prasarana pendukung tersedia di wilayah
yang sah, dan memiliki instrumen untuk
pengembangan, seperti peralatan pompa dan
menegakkan aturan untuk mengatasi konflik
suku cadang, rancang bangun dan jaringan
seperti di atas adalah pemerintah. Untuk itu
irigasi.
implementasinya harus mengakomodasikan
nilai-nilai sosial budaya pihak-pihak yang terkait, Kebijakan pemerintah tentang irigasi
karena pendekatan berbasis hukum formal saja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
belum tentu dapat digunakan secara efektif. kinerja/kondisi irigasi, sejalan dengan
Dari uraian tersebut, bahwa dalam perubahan peraturan perundang-undangan dan
pengembangan irigasi kecil peran pemerintah kebijakan pemerintah tentang irigasi dan
masih sangat diperlukan. Dengan fasilitasi hal- implementasinya. Berdasarakan PP no 20
tahun 2006 menunjukkan bahwa pola
IRIGASI KECIL: KINERJA, MASALAH, DAN SOLUSINYA Tri Bastuti Purwantini, Rita Nur Suhaeti 97
penanganan irigasi berubah dari pola merasakan manfaatnya juga terbatas. Untuk
penyerahan kewenangan irigasi dalam mendukung pencapaian swasembada pangan
Pembaharuan Kebijaksanaan Pengelolaan dan keberlanjutannya pemerintah melalui
Irigasi (PKPI) menjadi pola Pengembangan dan Kementan selama 2015-2016 (Kementan 2017)
Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP). telah merealisasikan Program Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) dengan layanan
Terkait dengan upaya itu semasa kabinet oncoran sekitar 3,2 juta hektar. Selain itu juga
Indonesia Bersatu jilid I dan II melalui Direktorat mengalokasikan pompa air irigasi tersier setara
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (PLA) dengan layanan 3,1 juta hektar sawah pada
antara lain meluncurkan proyek rehabilitasi tahun 2015. Sementara itu pada tahun 2016
Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) dan terealisasi 468 ribu hektar sawah, atau selama
Jaringan Irigasi Desa (JIDES) baik yang berasal 2015-2016 setara dengan 3,568 hektar,
dari dana alokasi khusus maupun APBN. Dalam sementara itu pada tahun pembangunan/
Pedum Teknis Rehabilitasi JITUT dan JIDES rehabilitasi 2018-2020 lebih fokus untuk
dikemukakan bahwa tujuan kegiatan tersebut pembangunan sumber daya air: embung, dam
untuk meningkatkan kinerja JIDES dan JITUT parit, dan pompa. Terdapat penurunan volume
sehingga dapat meningkatkan fungsi layanan kegiatan pada tahun 2016 untuk kegiatan RJIT
irigasi, meningkatkan perluasan areal tanam,
indeks pertanaman dan produktivitas, serta, Terkait dengan pengembangan irigasi kecil,
membangun rasa memiliki terhadap jaringan Kementerian PU juga mempunyai
irigasi yang telah direhabilitasi (Direktorat Program Percepatan Peningkatan Tata Guna
Pengelolaan Air, 2010). Air Irigasi (P3-TGAI). Pada tahun 2016,
terdapat 900 lokasi di 739 daerah irigasi yang
Hasil kajian PSE-KP (2009) menunjukkan tersebar di 542 kecamatan dengan total
bahwa dampak positip dari JITUT dan JIDES anggaran sebesar Rp 180 milyar untuk program
adalah: (a) bertambahnya luas areal lahan, (b) tersebut. Sementara untuk tahun 2017
perubahan pola tanam, (c) peningkatan IP, dan ditargetkan ada di 3.000 lokasi dengan
(d) penanaman komoditas baru. Namun anggaran sebesar Rp 600 milyar. Tujuan
demikian perluasan areal memang tidak selalu program P3-TGAI adalah untuk mendukung
terjadi pada lokasi rehabilitasi JIDES/JITUT. ketahanan pangan nasional dan upaya
Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak sosial peningkatan kemampuan ekonomi serta
berupa berkurangnya konflik yang bersumber kesejahteraan masyarakat petani dalam
pada air, dan timbulnya rasa kekeluargaan dari perbaikan irigasi secara partisipatif. Kegiatan ini
masyarakat antardesa karena air dapat merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di desa Bansos dari Program Percepatan dan Perluasan
lain yang tidak secara langsung mendapatkan Pembanguan Infrastruktur Sumber Daya Air
bantuan rehabilitasi jaringan. Dampak positif (P4-ISDA-IK). Mengingat lokasi irigasi kecil
lainnya dari JIDES/JITUT adalah meningkat nya sebagai sasaran untuk pembangunan/
dinamika kelompok tani/P3A. Kondisi ini telah rehabilitasi sistem irigasi kecil antara Kemen PU
menumbuhkan interaksi yang lebih intensif dan Kementan, maka diperlukan koordinasi
antara lembaga Gabungan P3A, Pemerintah antar kedua Kementerian tersebut agar kegiatan
Desa, dan PPL. pengembangan irigasi kecil tersebut dapat
Perlu pengaturan pengembangan irigasi kecil sinergi sehingga alokasi pelayanan irigasi kecil
termasuk pompa air melalui Perda atau lebih merata dan adil bagi pemanfaat air irigasi.
kebijakan daerah agar sistem sewa atau iuran
penggunaan air berlaku adil antara
pemilik/penguasa dengan petani pemakai air FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
(Friyatno et al. 2004). Kebijakan pemerintah PENGEMBANGAN INVESTASI IRIGASI
untuk pengembangan irigasi kecil melalui KECIL
program Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
Berbantuan, cukup efektif dan bermanfaat bagi
Sumaryanto dan Sudaryanto (2001)
masyarakat, hanya saja diperlukan
mengungkapkan paradigma baru dalam
pemberdayaan kelembagaan petani penerima
pendayagunaan sumber daya air pada
agar manfaat dari bantuan berkelanjutan.
prinsipnya adalah bagaimana mendayagunakan
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa sumber daya tersebut secara bijaksana dengan
kegiatan pembangunan atau rehabilitasi irigasi cara mengedepankan prinsip-prinsip pelestarian
kecil sasarannya relatif terbatas, hanya sumber daya alam, demokrasi, dan efisiensi
menjangkau wilayah-wilayah tertentu, walaupun sedemikian rupa sehingga kemakmuran dan
berdampak positif, namun demikian yang keadilan yang tercipta dapat dinikmati oleh
98 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 91-105
semua, untuk generasi sekarang dan generasi air) di masing-masing wilayah, namun karena
mendatang. Oleh karena sektor pertanian pengusahaan pompa air memerlukan biaya
merupakan pengguna air terbanyak, perubahan mahal maka petani kecil memerlukan dukungan
paradigma tersebut mempunyai implikasi yang modal (Friyatno et al. 2004).
luas terhadap strategi pendayagunaan sumber
Hasil penelitian Kusumartono (2003)
daya air untuk pertanian, utamanya dalam
menunjukkan bahwa dalam pengelolaan irigasi
strategi pengembangan produksi pangan.
terdapat sinergi modal sosial, modal fisik, modal
Selanjutnya Brown dan Nooter (1992)
manusia dan modal alam. Pada dasarnya dalam
menyatakan bahwa pengelolaan irigasi kecil
pengelolaan irigasi harus terjadi sinergi antar
akan berhasil jika terdapat partisipasi penuh dan
modal tersebut untuk menghasilkan kinerja
sejak awal dari petani, teknologi yang
jaringan yang semakin meningkat. Sinergi yang
diterapkan bersifat murah, penerimaan yang
paling kuat adalah antara modal sosial dengan
memadai dari pemanfaatan irigasi tersebut, dan
modal alam, sedangkan yang paling lemah
keberlanjutan ketersediaan airnya.
adalah sinergi modal sosial dengan modal
Pertumbuhan produksi pangan sangat manusia. Sinergi yang lemah tersebut
ditentukan oleh ketersediaan air irigasi. Sampai merupakan prioritas untuk diperkuat dalam
dengan dasawarsa 1990-an, dari seluruh lahan mewujudkan pengelolaan irigasi yang optimal,
di dunia yang dapat digarap, sekitar 237 juta dengan tidak meninggalkan penguatan sinergi
hektar atau 18% diantaranya adalah lahan antar-modal lainnya. Oleh karena itu dalam
pertanian beririgasi yang menghasilkan lebih pengembangan irigasi kecil perlu
dari 33% produk pertanian dunia. Dari mengindentifikasi faktor yang berpengaruh
keseluruhan areal pertanian beririgasi itu, terhadap keberlanjutan dan efisiensi dalam
sekitar 71% berada di negara-negara pengembangan sistem irigasi kecil, baik dari
berkembang, dimana 60% diantaranya berlokasi faktor ekonomi/finansial maupun faktor modal
di Asia (Postel, 1994 dalam Sumaryanto, 2006). sosial.
Upaya peningkatan produksi pangan akan
semakin terkendala dengan meningkatnya
Faktor Penghambat Pengembangan Sistem
kelangkaan air irigasi. Selain disebabkan oleh
Irigasi Kecil
meningkatnya kompetisi penggunaan air
antarsektor perekonomian, juga disebabkan Beberapa indikator dalam perubahan iklim
degradasi fungsi jaringan irigasi. Sumaryanto seperti meningkatnya permukaan air laut, banjir,
(2006) memberikan jawaban terhadap kekeringan, beberapa permasalahan sumber
tantangan dan permasalahan tersebut dengan daya dan permasalahan dalam pengembangan
melakukan efisiensi penggunaan air irigasi. sumber daya air. Perubahan iklim global
Upaya untuk meningkatkan efisiensi berpengaruh terhadap temperatur , kelembaban
penggunaan air irigasi dapat ditempuh melalui relatif, lama penyinaran matahari, kecepatan
perbaikan teknologi pemanfaatan air irigasi, angin, curah hujan dan debit sungai. Tingginya
menciptakan insentif ekonomi, dan rekayasa intensitas curah hujan setelah terjadinya
kelembagaan. Ketiganya perlu dilakukan secara perubahan iklim berdampak terhadap fluktuasi
simultan. Pengembangan irigasi kecil adalah debit sungai pada musim hujan dan kemarau
merupakan salah satu perbaikan teknologi (Hukom et al. 2012). Dengan berkurangnya
pemanfaatan air irigasi. debit sungai dan sumber daya air lainnya,
Seiring dengan makin langkanya air irigasi, berpengaruh terhadap sistem irigasi sekitar
bahkan dapat berpengaruh terhadap degradasi
peranan irigasi kecil dalam pengembangan
sistem irigasi. Oleh karena itu untuk
pertanian, khususnya tanaman pangan di
menghadapi dampak ekstrim tersebut
Indonesia semakin penting. Sampai tahun 1995
diperlukan perencanaan pengelolaan irigasi
diperkirakan tak kurang dari 150.000 hektar
yang sistematis agar irigasi dapat dimanfaatkan
lahan sawah menggantungkan kecukupan air
secara optimal dan dapat memberikan
irigasinya dalam sistem irigasi pompa. Dari
keuntungan khususnya bagi petani.
luasan tersebut, tak kurang dari 75% berupa
irigasi pompa yang dikembangkan sendiri oleh Keterbatasan sumber daya finansial
petani dan kalangan swasta di perdesaan. merupakan faktor penghambat utama dalam
Irigasi pompa swadaya masyarakat itu pengembangan irigasi kecil secara
dikembangkan atas dasar motif bisnis dan atau individu/privat (Rivai et al. 2013). Salah satu
untuk memenuhi kebutuhan usaha tani garapan alternatif yang dapat dilakukan adalah
sendiri (Sumaryanto et al. 1999). Irigasi kecil pengusahaan irigasi kecil melalui investasi yang
seperti pompa, pengembangannya terkait dilakukan secara kelompok, mengingat semakin
dengan kualitas sumberdaya fisik (tanah dan terbatasnya program bantuan dari pemerintah.
IRIGASI KECIL: KINERJA, MASALAH, DAN SOLUSINYA Tri Bastuti Purwantini, Rita Nur Suhaeti 99
Selain itu, pengembangan jaringan irigasi kecil lebih baik sehingga memungkinkan petani
juga dapat ditempuh melalui bantuan kredit dari dapat melakukan intensifikasi dalam
Pemerintah untuk dana investasi. Hal ini penggunaan input produksi. Ketersediaan air
sesuai dengan pendapat Ducrot (2014) bahwa: irigasi yang cukup memungkinkan tersedianya
(1) Jumlah irigasi skala kecil meningkat karena unsur hara bagi tanaman. . Pendapatan usaha
intervensi bantuan kekeringan atau dari dana tani lahan beririgasi kecil merupakan sumber
pembangunan daerah yang dalam prakteknya utama pendapatan rumah tangga petani dengan
mensubsidi irigasi pribadi; (2) Keluarga pangsa antara 43–84%. Kenyataan ini
termiskin cenderung tidak terlayani oleh bantuan menggambarkan ketergantungan pendapatan
irigasi kolektif sementara mereka tidak memiliki rumah tangga terhadap ketersediaan irigasi
akses terhadap dana pembangunan daerah kecil. Risiko adanya gangguan terhadap
akibat adanya bias mekanisme alokasi; (3) ketersediaan sumber air akan mempunyai
Pengaturan kepemilikan lahan yang oncorannya implikasi yang luas kepada masyarakat
irigasi kolektif terancam oleh pembangunan pengguna air irigasi kecil (Pasaribu dan
irigasi swasta; dan (4) Masih diperlukan sebuah Friyatno, 1999). Dampak positif irigasi kecil
analisis yang tepat dari profitabilitas ekonomi terhadap kinerja usaha tani terutama komoditas
irigasi skala kecil. padi, diantaranya meningkatkan produktivitas
dan intensitas pertanaman (IP).
Bantuan pemerintah yang menggantikan
Pengembangan irigasi khususnya irigasi skala
program dan kegiatan swadaya masyarakat,
kecil menjadi inspiratif bagi petani yang dapat
menyebabkan ketergantungan masyarakat
dikelola secara mandiri oleh masyarakat tani di
terhadap pemerintah menjadi tinggi. Khususnya
wilayah tertentu
kelembagaan swadaya masyarakat dalam
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, Hasil penelitian Sudaryanto dan Hermanto
menjadi hilang, karena menunggu bantuan (1999) mendukung fenomema di atas, yang
pemerintah (Rivai et al. 2013). Padahal menyimpulkan bahwa sistem irigasi kecil
sebelumnya program dan kegiatan tersebut dengan nyata dapat mendukung peningkatan
sudah rutin dan turun temurun dilakukan oleh produksi pangan. Sistem irigasi kecil,
masyarakat penerima manfaat dari adanya meningkatkan intensitas tanam sebagai
jaringan irigasi. Oleh karena itu belajar dari perluasan areal panen secara vertikal. Dalam
pengalaman dari ekses negatif yang terjadi kondisi dana pembangunan sangat terbatas
pada pengembangan sistem kelembagaan untuk perluasan areal tanam baru seperti saat
pengoperasian dan pemeliharaan sistem skala ini, peranan investasi masyarakat dalam
besar selama ini, Sumaryanto (2013) pengembangan irigasi kecil dapat dikatakan
menyarankan agar intervensi pemerintah dalam sebagai terobosan yang layak. Terdapat dua
pengembangan kelembagaan operasi dan alasan penting mengapa irigasi kecil berbasis
pemeliharaan sistem irigasi skala kecil investasi masyarakat (IKBIM) layak
diminimalkan. Untuk intervensi dalam dikembangkan. Pertama adalah biaya investasi
pengembangan sistem irigasi kecil, pemerintah dapat dijangkau oleh masyarakat, dan kedua
juga harus mempertimbangkan kearifan lokal adanya manfaat yang dihasilkan (peningkatan
setempat. Untuk dapat eksis kelembagaan produksi yang sekaligus juga peningkatan
tersebut juga diperlukan kepemimpinan yang pendapatan petani) bersifat cepat petik (quick
amanah dalam mengelola irigasi tersebut, yielding).
karena tanpa kepimpinan yang baik maka
Kegiatan program atau proyek
kelembagaan atau organisasi pengelola irigasi
pembangunan rehabilitasi irigasi yang didanai
tersebut tidak berjalan secara optimal. Bjornlund
oleh pemerintah dengan melibatkan partisipasi
et al. (2016), menyatakan empat kategori
masyarakat lebih baik dibandingkan dengan
hambatan dalam perbaikan kinerja irigasi kecil
sistem tender tanpa melibatkan masyarakat
untuk perbaikan produktivitas dan profitabilitas
setempat. Hasil evaluasi di beberapa lokasi
yaitu: (1) hambatan kelembagaan; (2) hambatan
diantaranya di Lombok Timur, NTB dan Blora,
pasar dan rantai pasok; (3) hambatan
infrastruktur dan peralatan pertanian; dan (4) Jawa Tengah (Rivai et al. 2013) hasilnya
hambatan produksi dan produktivitas air. melebihi biaya yang seharusnya, artinya peran
masyarakat (swadaya) cukup tinggi. Kondisi
yang sama juga ditemui pada lokasi sasaran
Faktor Pendorong Pengembangan Sistem kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi primer
Irigasi Kecil (RJIT) dalam program Upsus Pajale di Jawa
Tengah (Saliem et al. 2015). Hasil evaluasi
Dampak irigasi kecil dapat memberikan
menunjukkan bahwa pembangunan RIJT yang
pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan
melibatkan partisipasi masyarakat tani dan
produktivitas padi, karena ketersediaan air akan
100 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 91-105
dikelola oleh kelompok tani di sekitar daerah Pendapatan usaha tani lahan beririgasi kecil
irigasi, pada umumnya lebih baik dibandingkan merupakan sumber utama pendapatan rumah
dengan sistem tender yang pelaksananya oleh tangga petani dengan pangsa antara 43–84%.
kontraktor tanpa melibatkan masyarakat Kenyataan ini menggambarkan ketergantungan
setempat. Sementara itu pembangunan RJIT pendapatan rumah tangga terhadap
yang diserahkan kepada masyarakat hasilnya ketersediaan irigasi kecil. Risiko adanya
akan lebih baik karena pembangunan untuk gangguan terhadap ketersediaan sumber air
mereka sehingga rasa memilki tinggi dan ada akan mempunyai implikasi yang luas kepada
rasa malu bila tidak berpartisipasi, memberikan masyarakat pengguna air irigasi kecil (Pasaribu
hasil yang lebih baik. dan Friyatno 1999). Dengan melihat dampak
positif irigasi kecil terhadap kinerja usaha tani
Agar irigasi kecil menjadi berkelanjutan,
terutama komoditas padi, diantaranya
pembangunan perlu mengurangi investasi
meningkatkan produktivitas dan intensitas
eksternal sesuai dengan kemampuan ekonomi
pertanaman (IP) maka pengambangan irigasi
masyarakat dan didukung petani (Sakaki dan
khususnya irigasi skala kecil menjadi inspiratif
Koga 2013). Kemajuan yang paling mungkin
bagi petani yang dapat dikelola secara mandiri
terjadi ketika masyarakat lokal memiliki hak
masyarakat tani di wilayah tertentu.
untuk memulai secara partisipatif berkelanjutan
dan berkeadilan dalam meningkatkan skema Hasil penelitian Sudaryanto dan Hermanto
produktivitas irigasi kecil. Dalam hal ini (1999) mendukung fenoma di atas, yang
masyarakat diberdayakan agar lebih mampu menyimpulkan bahwa sistem irigasi kecil
mengidentifikasi dan mengadopsi teknologi dengan nyata dapat mendukung peningkatan
yang tepat, lebih praktis, kebijakan didukung produksi pangan. Dengan sistem irigasi kecil,
instansi pemerintah, dan skema swasta, seperti intensitas tanam dapat ditingkatkan, sehingga
pemanenan air hujan dan sumur. Hal seperti ini merupakan perluasan areal panen secara
penting karena masyarakat membutuhkan : (1) vertikal. Dalam kondisi dana pembangunan
investasi dan dukungan karena didorong dan sangat terbatas untuk perluasan areal tanam
dibiayai oleh petani; (2) meningkatkan hasil baru seperti saat ini, peranan investasi
panen melalui irigasi yang tepat waktu; (3) masyarakat dalam pengembangan irigasi kecil
menggunakan minimal dan mudah untuk dapat dikatakan sebagai terobosan yang layak.
mengelola teknologi; (4) menghindari isu Terdapat dua alasan penting mengapa IKBIM
keberlanjutan jelas dalam sistem masyarakat; layak dikembangkan. Pertama adalah biaya
dan (5) memungkinkan pergeseran bertahap investasi dapat dijangkau oleh masyarakat dan
untuk pertanian komersial (de Fraiture & manfaat yang dihasilkan (peningkatan produksi
Giordano 2014; Sakaki & Koga, 2013). yang sekaligus juga peningkatan pendapatan
petani) bersifat cepat petik (quick yielding).
Faktor kelembagaan dan organisasi
pengelola irigasi (seperti P3A dan sejenisnya) Dalam kegiatan program atau proyek
sangat berperan dalam keberhasilan kinerja pembangunan maupun rehabilitasi irigasi yang
sistem irigasi kecil. Rivai et al. (2013) didanai oleh pemerintah dengan melibatkan
mengemukakan bahwa secara umum partisipasi masyarakat lebih baik dibandingkan
kelembagaan P3A untuk irigasi kecil penting dengan sistem tender tanpa melibatkan
dalam mengelola air irigasi agar masyarakat setempat. Hasil evaluasi di
pemanfaatannya merata dan adil. Oleh karena beberapa lokasi diantaranya di Lombok Timur,
itu eksistensi dan kinerja P3A yang baik akan NTB dan Blora, Jawa Tengah (Rivai et al. 2013)
berpengaruh terhadap pengembangan irigasi hasilnya melebihi biaya yang seharusnya,
kecil. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi artinya peran masyarakat (swadaya) cukup
perselisihan dalam pemanfaatan air irigasi kecil tinggi. Kondisi yang sama juga ditemui pada
yang biasanya dipicu oleh keterbatasan air. lokasi sasaran kegiatan rehabilitasi jaringan
Kinerja P3A yang paling memuaskan petani irigasi primer (RJIT) dalam program Upsus
adalah pemerataan dalam pembagian air irigasi. Pajale di Jawa Tengah (Saliem et al. 2015),
hasil evaluasi menunjukkan bahwa
Dampak irigasi kecil dapat memberikan
pembangunan RIJT yang melibatkan partisipasi
pengaruh tidak langsung terhadap peningkatan
masyarakat tani yang dikelola oleh kelompok
produktivitas padi, karena ketersediaan air akan
tani di sekitar daerah irigasi tersebut pada
lebih baik sehingga memungkinkan petani
umumnya lebih baik dibandingkan dengan
dapat melakukan intensifikasi dalam
sistem tender yang pelaksananya adalah
penggunaan input produksi. Ketersediaan air
kontraktor tanpa melibatkan masyarakat
irigasi yang cukup memungkinkan unsur hara
setempat, bila ada hanya sebatas sebagai
bagi tanaman menjadi lebih tersedia.
buruh pekerja saja. Sementara itu
IRIGASI KECIL: KINERJA, MASALAH, DAN SOLUSINYA Tri Bastuti Purwantini, Rita Nur Suhaeti 101
ditemukan di masyarakat Samin di Kabupaten pengembangan sistem irigasi skala kecil akan
Blora. Dengan kepemimpinan yang kuat di lebih baik. Selain biaya irigasi per unitnya lebih
kalangan masyarakat Samin, modal sosial dapat rendah, pendayagunaan nilai sosial budaya
membangkitkan energi sosial dalam sebagai basis pengembangan pengelolaan
pelaksanaan pembangunan, termasuk dalam irigasi juga lebih berhasil karena kohesi sosial
pengembangan pengelolaan irigasi kecil di komunitas petani dalam unit yang
wilayahnya. Kasus lainnya adalah bersangkuatan lebih kuat. Kondisi demikian
pembangunan bendungan di Desa Jenggik selain kondusif untuk mendukung keberlanjutan
Utara, Lombok Timur, NTB, pada tahun 2007, sistem irigasi, kondusif pula untuk mendukung
desa mendapat dana dari program PNPM pengembangan kemampuan adaptasi terhadap
sebesar Rp250 juta untuk pembangunan perubahan iklim.
saluran irigasi dari embung/bendung sejauh 1,2
km. Partisipasi masyarakat berupa tenaga dan Pada pengembangan sistem irigasi skala
bahan bangunan yang dikumpulkan nilainya kecil, partisipasi masyarakat lebih mudah
menjadi Rp500 juta. Keberhasilan ditumbuhkembangkan, baik dalam hal fase
pembangunan tersebut tidak lepas dari peran perencanaan, pendanaan maupun sistem
tokoh masyarakat Tuan Guru sebagai operasi dan pemeliharaannya (Sumaryanto
pemimpin, motivator dan panutan mereka. 2013). Dalam hal ini peran pemerintah adalah
memfasilitasi kemudahan pengadaan biaya
Pelaksanaan berbagai proyek pemerintah, investasi, bantuan teknis pemetaan, dan desain
termasuk dalam penumbuhan dan pembinaan teknis kegiatan, bimbingan teknis dalam budi
P3A cenderung menggunakan pendekatan top daya pertanian produktif dan terutama dalam
down, inisiatif pendanaan dari atas dan menjaga kelestarian sumber daya air yang
kemajuan proyek didasarkan dari target. menjadi sumber sadapan untuk sistem irigasi
Seharusnya hal tersebut diserahkan pada skala kecil yang bersangkutan.
partisipasi P3A dalam operasional dan
pengeloaan irigasi kecil dengan pendekatan Menurut Bjornlund et al. (2016) peluang
bottom up, misalnya dalam kegiatan keberhasilan irigasi kecil dapat muncul dengan
perencanaan dan pembangunan konstruksi meningkatkan partisipasi dan kerja sama petani
jaringan irigasi. Dalam hal ini keberadaan dengan berbagai pemangku kepentingan,
modal sosial dari kelembagaan P3A sangat dengan melakukan identifikasi terhadap: (1)
diperlukan untuk pengembangan kelembagaan hambatan partisipasi oleh individu dan
tersebut. Mengingat selama ini pendanaan kelompok pengguna. Partisipasi petani juga
dengan pendekatan top down, maka bila ada dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: (a)
kerusakan jaringan irigasi, kadang-kadang lingkungan fisik: sumber air, topografi, curah
petani atau kelompok petani yang tergabung hujan, air dalam tanah, luas tanam, jarak
dalam P3A bersifat menunggu dari pemerintah, dengan pasar dsb.; dan (b) lingkungan sosial
kurang memanfaatkan modal sosial yang ada, ekonomi: heterogenitas, keberadaan berbagai
sehingga kemandirian petani dalam kegiatan organisasi lain, kepemimpinan dan sebagainya
operasional dan pemeliharaan berkurang. Modal (Meinzen-Dick 2000); (2) metode penyelesaian
sosial seperti kegiatan gotong royong dalam konflik, memberikan kelompok mandat untuk
rehabilitasi jaringan irigasi kecil sudah semakin berkonsultasi, memobilisasi dan memecahkan
kurang. Oleh karena itu pemberdayaan P3A isu (de Fraiture et al. 2014); (3) kesempatan
dalam kegiatan tersebut perlu didorong. untuk mengatur irigasi bagian i hulu dan
memanfaatkan kemampuan petani untuk secara
efektif mengatur sumber daya bersama dalam
PROSPEK PENGEMBANGAN IRIGASI KECIL prinsip-prinsip pasar (de Fraiture et al. 2014); (4)
hubungan menguntungkan antara peternakan
komersial besar dan petani skala kecil,
Sumaryanto (2013) menyatakan bahwa meningkatkan akses ke pasar input dan output
dalam pembangunan irigasi skala besar banyak dan peralatan serta pentingnya pengakuan hak
dihadapkan berbagai kendala, bukan hanya milik (Meinzen-Dick 2014); (5) daerah di mana
terletak pada aspek penyediaan dana investasi, produksi dapat disesuaikan dengan rantai
tetapi berkenaan juga dengan komplikasi pasokan global (Markelova et al. 2009); (6)
masalah dalam pembebasan lahan untuk pengurangan biaya transaksi dan akses yang
reservoar maupun infrastuktur fisik jaringan lebih baik ke informasi tentang pasar dan
irigasi serta pencetakan sawah. Lebih lanjut teknologi baru,dan bagaimana untuk memasuki
mengemukakan bila orientasi utamanya untuk pasar high-value (Markelova et al. 2009); (7)
perluasan areal baku sawah beririgasi, maka penjadwalan air untuk mendukung hasil yang
IRIGASI KECIL: KINERJA, MASALAH, DAN SOLUSINYA Tri Bastuti Purwantini, Rita Nur Suhaeti 103
tinggi dan partisipasi; dan (8) strategi untuk kepentingan, diharapkan dapat memperbaiki
meningkatkan pendapatan dari asosiasi, tingkat pendapatan petani, memperluas
termasuk denda dan layanan non-irigasi seperti kesempatan kerja pada usaha tani maupun di
penyediaan pupuk dan benih, menyewa luar usaha tani, sumber pakan, peningkatan
peralatan, persiapan lahan dan organisasi pasar derajat kesehatan karena perbaikan diet dan
(Shah et al. 2002). akses terhadap pelayanan kesehatan,
pencegahan kerusakan tanah dan lingkungan
serta pemilikan aset produktif.
PENUTUP
Deribie M. 2015.Impact of Akaki small-scale irrigation for food, agriculture and the environment.
scheme on household food security. J Accoun Washington (US): International Food Policy
Marketing [Internet] [cited 2015 Juni 08]. 4:140. Research Institute.
Availabel from: doi:10.4172/2168-9601.1000140.
Meinzen-Dick R, Raju KV, Gulati A. 2000. What
[Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Prasarana dan affects organizations and collective action for
Sarana Pertanian. 2015. Pedoman teknis managing Resources? Evidence from canal
pengembangan jaringan irigasi APBN-Perubahan irrigation systems in India. Paper presented at 8th
TA. 2015. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian. Biennial Meeting of the International Association
for the Study of Common Property, Bloomington,
Direktorat Pengelolaan Air. 2010. Pedoman teknis Indiana, May 31-June 4, 2000.
rehabilitasi jaringan tingkat usaha tani (JITUT) dan
jaringan irigasi desa (JIDES). Direktorat Jenderal Mengistie D, Kidane D. 2016. Assessment of the
Pengelolaan Lahan dan Air. Jakarta (ID): impact of small-scale irrigation on household
Departemen Pertanian. livelihood improvement at Gubalafto District, North
Wollo, Ethiopia. Agriculture. [Internet] [cited 2015
Ducrot R. 2014. Is small-scale irrigation an efficient Juni 08] 6(27):1-22. Available from: www. mdpi.
propoor strategy in the upper Limpopo Basin In com/journal/agriculture.doi:10.3390/agriculture603
Mozambique? Paper presented in the 15th Water 0027
Net/WARFSA/GWP-SA, Lilongwe, Malawi from
29th – 31st October 2014. Pasandaran E. 2015. Menyoroti sejarah
perkembangan undang-undang tentang air
Friyatno, S, Saliem HP, Rachman B, Supriyati. 2004. pengairan dan sumber daya air. Forum Penel
Kelembagaan jasa alat mesin pertanian (Alsintan). Agro Ekon. 33(1):33-46.
Prosiding Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usaha
tani berbagai Komoditas Pertanian di Lahan Pasandaran E. 2007. Pengelolaan infrastruktur irigasi
Sawah. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan dalam kerangka ketahanan pangan nasional. Anal
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Kebijakan Pert. 5(2):126-149.
Gebrehiwot NT, Mesfin KA, Nyssen J. 2015. Small- Pasaribu SM, dan Friyatno S. 1999. Peranan petani
scale irrigation: The driver for promoting dan swasta dalam pengembangan irigasi kecil.
agricultural production and food security (The Prosiding “Perspektif Keswadayaan Petani Dalam
Case of Tigray Regional State, Northern Ethiopia). Pengembangan Irigasi Kecil”. Kerjasama Pusat
Irrigat Drainage Sys Eng. [Internet] [cited 2015 Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford
Juni 08]. 4(2). Available from: http://dx.doi.org/ Foundation. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Sosial
10.4172/2168-9768.1000141. Ekonomi Pertanian.
Hasbullah, J. 2006. Sosial capital (menuju Portes A. 1998. Sosial capital: Its origins and
keunggulan budaya manusia Indonesia). Jakarta applications in modern sociology. Annu rev
(ID): MR-United Press. sociol. 24:1-24.
Hukom E, Montarcih L, Adawayanti U. 2012. Purwoto A, Zulham A, Purwantini TB. 1999. Dampak
Pengaruh perubahan iklim terhadap optimasi pengembangan irigasi pompa terhadap
ketersediaan air di Irigasi Way Mital Provinsi peningkatan produksi pertanian dan pendapatan
Maluku. J Tek Pengairan 3(1):24-32. petani. Prosiding Perspektif Keswadayaan Petani
dalam Pengembangan Irigasi kecil. Kerjasama
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2017. Pedoman Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian
teknis rehabilitasi jaringan irigasi. Direktorat Jenderal dengan Ford Foundation. Jakarta (ID): Pusat
Prasarana dan Sarana, Kementerian Pertanian. Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.
Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
Rachman, B. 2009. Kebijakan sistem kelembagaan
Kusumartono, FXH. 2003. Sinergi modal sosial, pengelolaan irigasi, kasus Provinsi Banten. Anal
modal fisik, modal manusia dan modal alam Kebijakan Pert 7(1):1-19.
dalam pengelolaan jaringan irigasi oleh
Perkumpulan Petani Pemakai Air Rivai R, Suryani E, Purwantini TB. 2008.
(P3A/GP3A/IP3A): Studi kasus Daerah Irigasi Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D)
Cihea, Kabupaten Cianjur. Tesis Kekhususan Fase III ( 2001-2003) Melalui Loan JBIC IP-506
Manajemen Pembangunan Sosial, Program Studi Evaluasi dampak P2D terhadap kesejahteraan
Sosiologi, Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu masyarakat (Post Evaluation). Laporan
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Penelitian. Kerjasama Pusat Analisis Sosial
Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dengan Japan
Bank International Coorporation. Bogor (ID):
Markelova H, Meinzen-Dick R, Hellin J, Dohrn S. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
2009. Collective action for smallholder market Pertanian.
access. Food Policy. 34:1-7.
Rivai, RS, Supriadi H, Suhaeti RN, Prasetyo B,
Meinzen-Dick R, Pradhan R, Di Gregorio M. 2014. Purwantini TB . 2013. Kajian pengembangan
Understanding property rights. in: Meinzen-Dick irigasi berbasis investasi masyarakat pada
R, Di Gregorio: Collective action and property agroekosistem lahan tadah hujan. Laporan
rights for sustainable development. 2020 Vision
IRIGASI KECIL: KINERJA, MASALAH, DAN SOLUSINYA Tri Bastuti Purwantini, Rita Nur Suhaeti 105
penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Irigasi kecil”, Kerjasama Pusat Penelitian Sosial
Kebijakan Pertanian. Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation.
Jakarta (ID): Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Sakaki M, Koga K. 2013. An effective approach to Pertanian.
sustainable small-scale irrigation developments in
Sub-Saharan Africa. Paddy and Water Envir. Sumaryanto, Pranadji T, Syahyuti, Supriyatna Y,
[Internet] [cited 2015 Juni 08]. 11(1):1–14. Suryadi M. 2016. Studi kebijakan sistem
Available from: doi:10.1007/s10333-011-0287-x pengelolaan irigasi mendukung pencapaian dan
keberlanjutan swasembada pangan. Laporan
Saliem HP, Saptana, Ariani M, Friyatno S, Winarso B, Penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan
Purwantini TB, Supriyati. 2015. Pelaksanaan Kebijakan Pertanian.
pendampingan program Upsus padi dan jagung
tahun 2015. Pokja IV Provinsi Jawa Tengah. Sumaryanto, Sudaryanto T. 2001. Perubahan
Laporan kegiatan UPSUS. Bogor (ID): Pusat paradigma pendayagunaan sumber daya air dan
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. implikasinya terhadap strategi pengembangan
produksi pangan. Forum Penel Agro Ekon.
Saptana, Hendiarto, Sunarsih dan Sumaryanto. 2001. 9(2):66-79.
Tinjauan historis dan perspektif pengembangan
kelembagaan irigasi di era otonomi daerah. Sumaryanto. 2006. Peningkatan efisiensi
Forum Penel Agro Ekon 19(2):50-65. penggunaan air irigasi melalui penerapan iuran
irigasi berbasis nilai ekonomi air irigasi. Forum
Shah T, van Koppen B, Merrey D, de Lange M, Penel Agro Ekon 24(2):77-91.
Samad M. 2002. Institutional alternatives in
African smallholder irrigation: Lessons from Sumaryanto. 2013. Perspektif pengembangan irigasi
international experience with irrigation skala kecil. Dalam: Pasandaran et al. editors.
management transfer. Research Report No. 60. 2013. Kemadirian Pangan Indonesia dalam
Colombo, Sri Lanka: International Water Perspektif Kebijakan MP3EI. Jakarta (ID):
Management Institute (IWMI). IAADRD Press.
Soemarto CD, 1999, Hidrologi teknik. Edisi 2. Supriono A, Flassy DJ, Rais S. 2010. Unsur-unsur
Jakarta (ID): Erlangga. pembentuk modal sosial. Makalah untuk Project
Management Unit (PMU) Percepatan
Sudaryanto T, Hermanto, 1999. Kebijakan investasi Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
irigasi kecil di Indonesia. Prosiding “Perspektif (P2DTK) – Support for Poor Disadvantage Areas
Keswadayaan Petani Dalam Pengembangan Project. [Internet]. [diunduh 2013 Februari 12]
Irigasi Kecil”, Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Tersedia dari: http://p2dtk.bappenas.go.id/artikel-
Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation. 15-unsur unsur-pembentuk.html.
Jakarta (ID): Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian. Yihdego AG, Gebru AA, dan Gelaye MT. 2015. The
impact of small-scale irrigation on income of rural
Sumaryanto, Hermanto, Bahri S. 1999. Kinerja pasar farm households: Evidence from Ahferom Woreda
air irigasi kecil: Studi empiris pada sistem irigasi in Tigray, Ethiopia. Inter J Business and Econ
kecil air permukaan di beberapa wilayah Res. [Internet]. [cited 2015 Juni 08] 4(4): 217-228.
perdesaan Indonesia. Prosiding “Perspektif Available from: doi: 10.11648/j.ijber.20150404.14,
Keswadayaan Petani dalam Pengembangan ISSN: 2328-756X