Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRACT
Background: Tuberculosis is an important global public health issue. Countries around the world
have committed to control the disease with various programs. However, the cure of Tuberculosis
treatment in many countries is still low, which can hamper the success of Tuberculosis control
program. Productivity of Tuberculosis patients continues to decrease that leads to socioeconomic
burden. This study aimed to examine the effects of education, nutrition status, treatment
compliance, family income, and family support, on the cure of Tuberculosis.
Subjects and Method: This was an observational analytic study with case control design. The
study was conducted in Mojokerto, East Java, from April to May, 2017. A total sample of 108
Tuberculosis patients were selected for this study by fixed disease sampling. The sample consisted
of 35 uncured cases of Tuberculosis and 73 cured cases of Tuberculosis. The dependent variable
was cure of Tuberculosis. The independent variables were education, nutrition status, treatment
compliance, family income, and family support. The data was collected by a set of questionnaire
and analyzed using path analysis.
Results: Nutritional status (b= 1.31; 95% CI = 0.41 to 2.22; p=0.004) and treatment compliance
(b= 1.07; 95% CI= 0.17 to 1.97; p=0.019) directly and positively affect the cure of Tuberculosis.
Nutritional status was affected by high education (b=1.62; 95% CI =0.62 to 2.63; p=0.002), family
income (b=1.66; 95% CI =0.70 to 2.62; p=0.001), and strong family support (b=1.50; 95% CI =0.36
to 2.63; p=0.010). Treatment compliance was affected by high education (b= 0.84; 95% CI = -0.14
to 1.81; p=0.093), family income (b= 1.36; 95% CI =0.42 to 2.30; p=0.005), and strong family
support (b=2.08; 95% CI =0.96 to 3.19; p<0.001).
Conclusion: Cure of Tuberculosis is directly affected by nutritional status and treatment
compliance. Education, family support, and family income, indirectly affect cure of Tuberculosis.
Keywords: cure of Tuberculosis, education, nutrition status, family income, family support,
treatment compliance
Correspondence:
Puspitasari. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Jl. Ir. Sutami 36 A,
Surakarta 57126, Central Java. Email: puspita90@yahoo.co.id. Mobile: +6281333060714.
yang terdiri dari 8 tujuan dan untuk meme- angka kesembuhan 63.38%, dan kota Mojo-
rangi masalah TB terdapat pada tujuan ke 6 kerto yang memiliki angka kesembuhan
khususnya 6C yaitu mengendalikan penye- sebesar 63.46% (Dinas Kesehatan Jawa
baran dan mulai menurunkan kasus baru Timur, 2015).
malaria dan penyakit utama lainnya hingga Kota Mojokerto memiliki kepadatan
tahun 2015 dan target untuk mengendali- penduduk paling tinggi yaitu 7577.10 per
kan TB sudah tercapai (WHO, 2014). km2 sedangkan kepadatan penduduk kota
Suistanable Development Goals Batu sebesar 997.58 per km2 dan kepadatan
(SDGs) melanjutkan program dari MDGs penduduk kota Sampang sebesar 750.76
yang terdiri dari 17 tujuan dan salah satu per km2 (Dinas Kesehatan Jawa Timur,
dari tujuan yang ketiga adalah mengakhiri 2015). Kepadatan penduduk yang tinggi
epidemi tuberkulosis pada tahun 2030 menyebabkan permasalahan TB paru di
(WHO, 2015). Strategi lain untuk meng- kota Mojokerto harus segera diatasi agar
atasi permasalahan TB yaitu The End TB tidak semakin menyebar.
Strategy yang memiliki target pada tahun Data pasien TB paru BTA positif se-
2035 terjadi penurunan insiden TB sebesar banyak 104 kasus yang telah diobati pada
90% dan 95% penurunan kematian karena tahun 2013, didapatkan sebanyak 30.78%
TB (WHO, 2017). untuk penderita yang menjalani pengobat-
Tahun 2015, angka insiden kasus TB an lengkap, sebanyak 1.92% untuk pen-
di dunia sebesar 10.4 juta dan kasus derita yang putus berobat, sebanyak 1.92%
kematiannya mencapai 1.8 juta termasuk untuk penderita yang pindah, sedangkan
0.4 juta penderita TB dengan HIV (WHO, penderita yang meninggal sebanyak 1.92%.
2017).Kasus TB di dunia pada tahun 2015 Pada tahun 2014 penemuan kasus BTA
sebanyak 60% terjadi di 6 negara dan salah positif di kota Mojokerto sebanyak 107.46
satunya adalah Indonesia (WHO, 2017). kasus per 100,000 penduduk (Dinas Kese-
Angka prevalensi TB paru di Indonesia hatan Kota Mojokerto, 2015).
masih sama dengan tahun 2007 yaitu 0,4% Tahun 2014 penderita TB paru di kota
dari keseluruhan penyakit yang ada di Mojokerto yang menjalani pengobatan di
Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, Rumah Sakit lebih banyak yaitu sebesar
2013). 66%, sedangkan penderita TB yang men-
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 jalani pengobatan di Puskesmas yaitu se-
menempati urutan kedelapan dari 33 pro- besar 34%. Penderita TB paru dengan BTA
vinsi di Indonesia untuk penemuan kasus positif sebanyak 12.69% berusia 15-24
BTA positif dengan jumlah sebesar 21.036 tahun, 22.39% berusia 25-34 tahun, 17.16%
penderita. Data pasien yang telah diobati berusia 35-44 tahun, 22.39% berusia 45-54
pada tahun 2013 didapatkan angka kesem- tahun, 17.16% berusia 55-65 tahun, dan
buhan pengobatan TB di Jawa Timur telah 8.21% berusia lebih dari 65 tahun (Dinas
mencapai target yang telah ditetapkan yaitu Kesehatan Kota Mojokerto, 2015).
85%. Terdapat beberapa daerah di Jawa Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun
Timur yang memiliki angka kesembuhan 2013 menunjukkan angka prevalensi TB
untuk TB paru BTA positif dibawah target paru cenderung meningkat dengan ber-
yang telah ditetapkan diantaranya yang tambahnya umur, pada pendidikan rendah,
memiliki angka kesembuhan paling rendah tidak bekerja (Kementerian Kesehatan RI,
adalah kota Batu yaitu sebesar 54.10%, 2013).Tujuan penelitian ini adalah untuk
kemudian kabupaten Sampang dengan menganalisis pengaruh tingkat pendidikan,
yaitu rutin datang berobat ke Puskesmas dan juga catatan dari Puskesmas atau
atau Rumah Sakit, rutin memeriksakan Rumah Sakit yang menyatakan sembuh
dahaknya serta teratur menelan obat; atau tidak sembuh.
kesembuhan adalah dinyatakan sembuh Berdasarkan hasil uji reliabilitas kore-
jika dalam pemeriksaan ulang dahak dua lasi item-total didapatkan bahwa pada pe-
kali berurutan hasil BTA negatif. ngukuran variabel dukungan keluarga dan
6. Instrumen Penelitian kepatuhan berobat r hitung ≥ 0.20, serta
Jenis data yang dikumpulkan merupakan Cronbach's Alpha≥ 0.70, sehingga semua
data primer dan data sekunder. Data butir pertanyaan dinyatakan reliabel. Hasil
primer yang digunakan meliputi tingkat uji reliabilitas kuesioner dapat dilihat pada
pendidikan, pendapatan keluarga, dukung- Tabel 1.
an keluarga, dan kepatuhan berobat. Data 7. Analisis Data
sekunder yang digunakan meliputi tinggi Model analisis yang digunakan adalah
badan dan berat badan penderita TB paru analisis jalur (path analysis) menggunakan
untuk mengukur status gizi melalui IMT program STATA 13.
Tabel 1. Hasil uji reliabilitas
Variabel Item Total Correlation (r) Alpha Cronbach
Dukungan keluarga ≥0.26 0.86
Kepatuhan berobat ≥0.21 0.78
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat gunakan STATA 13, diperoleh nilai koefi-
pendidikan tinggi (OR=3.15, p=0.006), sien jalur antara pendidikan penderita TB
pendapatan keluarga tinggi (OR=1.22, p= paru BTA positif dengan pendapatan
0.629), dukungan keluarga kuat (OR= keluarga bernilai positif 0.84 dengan nilai
67.41, p<0.001), status gizi baik (OR=4.74, p=0.041 dinyatakan signifikan secara sta-
p<0.001), dan kepatuhan berobat (OR= tistik. Nilai koefisien jalur antara pendi-
3.92, p=0.001) memiliki pengaruh positif dikan dengan status gizi penderita bernilai
terhadap kesembuhan pengobatan TB paru. positif 1.6 dengan nilai p=0.002 secara
Gambar 1 menunjukkan model struk- statistik dinyatakan signifikan.
tural setelah dilakukan estimasi meng-
Tabel 3. Analisis univariat variabel penelitian
Variabel n %
Status Kesembuhan
Tidak sembuh 35 32.4
Sembuh 73 67.6
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Rendah (<SMA) 39 36.1
Pendidikan Tinggi (≥SMA) 69 63.9
Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga rendah (<Rp 1,437,500) 55 50.9
Pendapatan keluarga tinggi (≥Rp 1,437,500) 53 49.1
Dukungan Keluarga
Lemah 29 26.9
Kuat 79 73.1
Status Gizi
Kurang 47 43.5
Baik 61 56.5
Kepatuhan Berobat
Tidak patuh 44 40.7
Patuh 64 59.3
Nilai koefisien jalur antara pendidikan Nilai koefisien jalur pendapatan ke-
dengan kepatuhan berobat bernilai positif luarga terhadap kepatuhan berobat bernilai
0.84 dengan nilai p=0.093 secara statistik positif 1.4 dengan nilai p=0.005 secara sta-
dinyatakan mendekati signifikan. Nilai koe- tistik dinyatakan signifikan.
fisien jalur pendapatan keluarga terhadap Nilai koefisien jalur dukungan ke-
status gizi bernilai positif 1.7 dengan nilai luarga terhadap status gizi bernilai positif
p=0.001 secara statistik dinyatakan signifi- 1.5 dengan nilai p=0.010 secara statistik di-
kan. nyatakan signifikan.
Nilai koefisien jalur dukungan ke- positif 2.1 dengan nilai p<0.001 secara sta-
luarga terhadap kepatuhan berobat bernilai tistik dinyatakan signifikan.
duk_kel 2.1
binomial
kepatuha-2.3
binomial 1.5 logit 1.1
1.4 binomial
pendapat -.58
1.7 kesembuh -.5
logit .84 binomial
1.3 logit
.84 status_g -2.7
logit
1.6
pendidik
Hasil penelitian yang berbeda yang nya sudah resisten terhadap OAT yang
ditunjukkan oleh Tirtana (2011) yang lazim digunakan. Jika penderita tidak rajin
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan berobat dan minum obat maka hasil
yang bermakna antara status gizi terhadap akhirnya adalah kegagalan ditambah
keberhasilan pengobatan pada penderita dengan bakteri yang multiresisten (Danu-
TB paru di Jawa Tengah. santoso, 2000).
Status gizi kurang merupakan keada- Kepatuhan merupakan perilaku
an gizi yang menunjukkan jumlah energi pasien baik secara kognitif maupun intelek-
yang masuk lebih sedikit dari energi yang tual yang menaati semua nasehat dan
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena anjuran yang diberikan oleh tenaga kese-
jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari hatan (Subhakti, 2014). Minum obat yang
kebutuhan individu yang dianjurkan tidak rutin terbukti telah menyebabkan
(Wardlaw, 2007). resistensi obat yang dapat menyebabkan
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegagalan dalam pengobatan (Perhimpun-
status gizi dapat mempengaruhi kesembuh- an Dokter Paru Indonesia, 2006).
an pengobatan TB paru karena status gizi Peneliti dapat menyimpulkan bahwa
yang baik dapat meningkatkan imunitas kepatuhan berobat sangat berpengaruh ter-
tubuh sehingga dapat resisten terhadap hadap kesembuhan pengobatan karena
penyakit TB paru, sedangkan status gizi apabila penderita TB paru teratur minum
yang kurang ataupun jelek dapat memper- obat, dan selalu mematuhi anjuran yang
sulit proses penyembuhan dan dapat me- diberikan oleh petugas kesehatan kemung-
mudahkan kambuhnya penyakit TB paru. kinan besar penderita dapat sembuh
5. Pengaruh kepatuhan berobat ter- kecuali ada faktor lain seperti resisten
hadap kesembuhan pengobatan TB terhadap obat anti tuberkulosis. Sebaliknya
paru di Kota Mojokerto. apabila penderita tidak patuh berobat
Ada pengaruh positif antara kepatuhan dapat menurunkan kemungkinan untuk
berobat terhadap kesembuhan pengobatan dapat sembuh ditambah lagi akan adanya
pada penderita TB paru secara langsung bakteri yang menjadi resisten terhadap
dan secara statistik dinyatakan signifikan. obat.
Kepatuhan berobat dapat meningkatkan Kesembuhan pengobatan TB paru di-
kemungkinan untuk dapat sembuh. Pen- pengaruhi secara tidak langsung oleh ting-
derita TB paru yang teratur minum obat kat pendidikan, pendapatan keluarga dan
sangat mempengaruhi kesembuhannya. dukungan keluarga melalui status gizi dan
Penderita yang patuh berobat memiliki pe- kepatuhan berobat.
luang 4,3 kali lebih besar untuk mendapat-
kan hasil BTA negatif dibandingkan dengan REFERENCE
responden yang tidak patuh (Kurniawan et Adriani M, Wirjatmadi B (2013). Pengantar
al, 2015). Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana
Kegagalan pengobatan disebabkan Prenada Media Group.
oleh karena masa pengobatan yang terlalu Amaliah R (2012). Faktor-faktor Yang Ber-
singkat, tidak teratur, dan obat kombinasi hubungan Dengan Kegagalan Kon-
yang jelak (Golden, 2005). Secara teoritis versi penderita TB paru BTA Positif
semua penderita dapat disembuhkan, asal- Pengobatan Fase Intensif di Kabu-
kan penderita rajin berobat sampai dinya- paten Bekasi Tahun 2010. Fakultas
takan selesai kecuali jika dari awal bakteri- Kesehatan Masyarakat Universitas In-
Kerja Puskesmas Sewon I Bantul. KES Paru Dengan Resistensi Obat Tuber-
MAS, 6(3):144-211. kulosis di Wilayah Jawa Tengah.
Ruditya DN (2015). Hubungan Antara Semarang: Universitas Diponegoro.
Karakteristik Penderita TB Dengan Wardlaw GM (2007). Perspective in Nutri-
Kepatuhan Memeriksakan Dahak Se- tion. Edisi ke-7. New York: McGraw-
lama Pengobatan. Jurnal Berkala Epi- Hill.
demiologi, 3(2):122-133. Wirdani (2000). Hubungan Keberadaan
Samuel B, Volkmann T, Cornelius S, PMO dengan Keteraturan Minum
Mukhopadhay S, Mejojose, Mitra K, Obat Penderita TB di Kab. Pande-
Kumar AMV, et al(2016). Relation- glang. Depok: UI
ship Between Nutritional Support WHO (2014). Global Tuberculosis Report
And Tuberculosis Treatment Out- 2014. World Health Organization.
comes In West Bengal, India. Journal http://www.who.int/tb/publications/
of Tuberculosis Research, 4:213-219. global_report/gtbr14_main_text.pdf
Silva VD, Tigeh S, WirawanN, Made B [diakses pada 5 Februari 2017].
(2016). The Relationship Between _____ (2015). Sustainable Development
Education, Job, Family Income With Goals. World Health Organization.
TB Medication Dropouts In Timor- http://www.who.int/mediacentre/eve
Leste. Bali Medical Journal, 5:97-100. nts/meetings/2015/un-sustainable-
Subhakti KA (2014). Hubungan dukungan development-summit/en/[diakses
keluarga dengan tindakan penderita pada 5 Februari 2017].
TB paru melakukan kontrol ulang di _____ (2017). Global Tuberculosis Report
Puskesmas Sidomulyo. Pekanbaru: 2016. World Health Organization.
UR. Naskah asli tidak dipublikasikan. http://www.who.int/tb/publications/
Tirtana BT (2011). Faktor-Faktor Yang global_report/en/ [diakses pada 29
Mempengaruhi Keberhasilan Peng- Januari 2017].
obatan Pada Pasien Tuberkulosis