Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK ABSTRACT
96
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
98
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
99
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
R1 R2
R3 R4
3 1 3 3
1
2 1 2 1
2
3
Ket : 1. Bakal Jantung; 2. Pembuluh Darah; 3. Chorion.
100
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
atau pembuluh otot yang berkembang pada masa inkubasi 4 hari ini sudah
dalam dinding amnion. Allantois terlihat penyebaran pembuluh darah dan
merupakan usus belakang embrio, muncul bakal jatung. Sedangkan pada embrio
pada hari ketiga. Allantois berfungsi alabio pada hari ketiga kepala mulai
sebagai organ respiorasi, ekskresi ginjal melengkung, hari keempat kepala dan ekor
dan menyerap kalsium dari kerabang telur melengkung dan pada mandalung kepala
dan albumin dimanfaatkan sebagai bahan melengkung terjadi pada hari keempat, dan
makanan selama pertumbuhan dan baru pada hari kelima kepala dan ekor
perkembangan embrio. Sedangkan Winter melengkung, pada perkembangan antara
dan Fuck (1956) menyatakan pada hari ke- alabio dan mandalung memiliki selisi 1
4 setelah pengeraman bakal kaki dan sayap hari. Hal ini berbeda dengan penelitian
berkembang. Akhir hari ke-4 masa yang saya lakukan pada hari keempat baru
pengeraman, embrio sudah memiliki organ terjadi perkembangan bakal jantung dan
yang diperlukan untuk berkembang dan penyebaran pembuluh darah. Sedangkan
umunnya umumnya bagian-bagian tubuh pada embrio ayam hari ketiga sudah ada
embrio sudah dapat diidentifikasi, namun pigmentasi mata (Hamburger dan
pada penelitian saya perkembangan Hamilton, 1951) dan pada kalkun
embrio hari ke-4 yang baru telihat hanya pigmentasi mata terjadi pada hari ke-5
bakal jantung dan penyebaran pembuluh (Phillips dan Williams, 1994).
darah kemungkinan disebabkan
perkembangan embrio pada itik lebih Tahapan Perkembangan Embrio Itik
Umur 8 Hari
lambat dibandingkan dengan
perkembangan embrio pada ayam. Penciri
Pengamatan perkembangan embrio
perkembangan embrio umur 4 hari dapat
umur 8 hari pada perlakuan R1, R2, R3
dilihat pada Tabel 1.
dan R4 yaitu dapat dilihat pada Gambar 2
Hasil dari tabel diatas menjelaskan
dibawah ini. Embrio sudah nampak jelas
bahwa perkembangan embrio itik jawa
101
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
R1 R2
21
2 5
5
1
3
4
R3 R4
5
5 4
1 4 1
2 2 3
3
Ket: 1. Mata, 2. Bagian Kepala, 3. Bagian Belakang/ punggung 4. Bagian Ekor, 5. Yolk (Kuning
Telur)
bagian kepala, ekor, bagian belakang dapat bahwa perkembangan embrio keempatnya
dibedakan, mata sudah jelas, dan yolk sama, hanya saja pada R2 perkembangan
(kuning telur) mengencer dan terlihat embrio sedikit berbeda karena baru mata
bentuk gumpalan disekitaran embrio itik. yang terlihat bagian tubuh belum bisa
hasil pengamatan tahapan perkembangan dibedakan kemungkinan bagian tubuh dari
embrio ke 4 perlakuan umur 8 hari ini embrio pada perlakuan R2 ini tertutupi
yaitu seperti dilihat pada masing-masing oleh yolk (kuning telur) yang mengencer.
gambar di bawah dan keterangannya
102
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
103
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
meningkat, disebabkan ada aliran air kekantong kuning telur lewat membrane
bahan padatan dari fraksi albunin kuning telur. Sedangkan menurut
Ngobbe (2003) pada hari ke-8 mulainya R2, R3 dan R4 yaitu embrio terlihat sangat
pertumbuhan bulu sampai menutupi sempurna. Pada R1 patuk paruh, mata,
mekapus pada embrio itik alabio sayap, kaki dan ekor sudah terbentuk, pada
sedangkan pada mandalung membutukan bagian ekor terlihat bahwa sudah ada
waktu 10 hari. Dengan demikian dikatakan folikel bulu halus yang bertumbuh, begitu
perkembangan embrio mandalung lebih juga bagian sayap. Pada R2 embrio
lambat 2 hari dari alabio. tertutupi darah oleh sebab itu embrio tidak
Pada Tabel 2, dapat dilihat terlihat dengan jelas. Pada R3 dan R4
perkembangan embrio itik jawa pada embrio terlihat kecil. Dari keempat
inkubasi hari ke-8 yaitu pada R1 perlakuan perkembangan embrionya sama,
pigmentasi mata sudah terlihat bagian yolk sudah mulai terserap oleh abdomen
kepala, belakang/punggung dan ekor sudah dan tali pusar sudah terlihat sangat jelas,
dapat dibedakan, R2 yang baru terlihat seperti dilihat pada gambar 6.
hanyalah pigmentasi mata, sedangkan pada Menurut Anonimous (2016) tahapan
R3 dan R4 perkembangan embrio yang perkembangan embrio ayam umur 12 hari
terjadi pada umur 8 hari seperti pada R1. yaitu folikel bulu mengelilingi bagian luar
Dibandingkan perkembangan pada alabio indera pendengar meatus dan menutupi
pigmentasi-pigmrntasi sudah terlihat jelas kelopak mata bagian atas. Kelopak mata
pada hari ke-7 sedangkan pada mandalung bagian bawah menutupi 2/3 atau bahkan ¼
pigmentasi terlihat jelas pada hari ke-8 bagian kornea. Sedangkan menurut Sari
antara alabio dan mandalung memiliki (2013) perkembangan embrio pada masa
selisih perkembangan embrio 1 hari inkubasi hari ke-12 memiliki ukuran
(Nggobe, 2003). Dari hasil perbandingan allantois lebih besar disbanding dengan
diatas menjelaskan bahwa perkembangan hari ke-7, dikarenakan perkembangan
pada alabio dan mandalung sependapat embrio sudah lengkap dan peranan embrio
dengan penelitian perkembangan embrio semakin meningkat, maka semakin besar
itik jawa yang saya teliti. embrio semakin besar pulah kebutuhanya
dan besar ekskresi yang dihasilkan makan
Tahapan Perkembangan Embrio Itik
Umur 12 Hari besar juga area allantois yang dibutuhkan.
Allantois pada hari inkubasi ke-14 cukup
Pengamatan tahapan perkembangan sulut diamati dikarenakan allantois
embrio umur 12 hari pada perlakuan R1, menyatu dengan
104
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
R1 R2
6 5
4 3 1 7
2 10
9
7
9 1 2
„ 8 5
10 6
R3 R4
9 8
9 10
10
8
7 1
1
7 2 2
Ket: 1. Mata, 2. Bagian Kepala, 3. Patuk Paruh, 4 sayap, 5. Kaki, 6. Bagian ekor, 7. Amnion, 8. Chorion, 9. Yolk,
10. albumen
105
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
Pada Tabel 3 diatas dijelaskan bahwa dikatakan itik jawa lebih lambat
perkembang pada itik jawa hari ke-12 pertumbuhan bulu dibanding denga alabio
memiliki pertumbuhan pada R1 mata, dan mandalung. Antara alabio dan
bagian kepala, patuk paruh, sayap, kaki mandalung memiliki selisih pertumbuhan
dan bagian ekor memiliki folokel bulu bulu 1 hari.
halus, pada R2 hanya mata, bagian kepala
Tahapan Perkembangan Embrio Itik
dan patuk paruh yang telihat, R3 bagian Umur 16 Hari
kepala, mata dan sayap perkembangan
Tahapan perkembangan embrio
yang terlihat dan R4 hanya mata dan
umur 16 hari pada R1, R2, R3 dan R4
bagian kepala yang terlihat
yaitu dapat dilihat pada gambar 4 dibawah
pertumbuhannya. Dibandingkan dengan
ini bahwa embrio sudah sangat terbentuk
alabio pada hari ke-12 pada bagian ekor
sempurna, bagian punggung sampai ekor
bulu mencapai 2 baris pertumbuhannya
sudah tertutupi dengan bulu hitam yang
dan mandalung pertumbuhan bulu
lebat, bagian kepala sudah mulai
mencapai 2 baris pada bagian ekor terjadi
bertumbuh bulu halus, yolk sudah mulai
pada hari ke-13 (Nggobe, 2003). Demikian
terserap oleh abdomen, paruk paruh mulai
bahwa perkembangan pada bulu pada itik
mengeras, kuku kaki sudah terbentuk.
jawa baru terjadi pada R1 seperti dilihat
Menurut Ngobbe (2003) embrio itik
pada gambar dan keterangan di atas bulu
alabio dan mandalung penutupan bulu
baru bertumbuh 1 baris dibagian ekor
pada leher bagian ventral terjadi pada hari
sedangkan pada R2, R3 dan R4 belum ada
ke-14 dan ke-16. Dibandingkan dengan
pertumbuhan bulu yang terlihat, maka
kalkun penutupan bulu leher bagian
106
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
R1 R2
R3 R4
107
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
ventral terjadi pada hari ke-12 (Phillips Tahapan Perkembangan Embrio Itik
Umur 20 Hari
dan Williams, 1994). Dengan demikian
perbandingan dengan kalkun, Pada pengamatan tahapan
perkembangan alabio dan mandalung perkembangan embrio R1, R2, R3 dan R4
terlambat 2 dan 4 hari. Pertumbuhan bulu umur 20 hari dapar dilihat pada gambar 5
yang lambat pada itik mandalung dibawah ini yaitu embrio sudah terbentuk
kemungkinan dipengaruhi oleh sifat yang anak itik, kaki sudah menjadi warna hitam,
diwarisi dari entok, karena sebagaimana bagian ujung patuh paru berwarna hitam
diketahui bahwa entok mempunyai sifat dan sudah keras, bulu hitam yang lebat
pertumbuhan bulu yang lambat, sedangkan sudah menutupi seluruh tubuh, yolk sudah
itik mewarisi sifat pertumbuhan bulu yang hampir terserap oleh abdomen.
cepat. Pada Tabel 5 diatas dijelaskan
Pada Tabel 4 diatas, menjelaskan bahwa pada itik jawa diawali dengan
bahwa tumbuhnya bulu pada itik jawa terbentuknya lubang hidung dan tonjolan
dimulai dari hari ke-16 bulu menutupi kecil di atas paruh terjadi pada hari ke-20.
sampai mekapus. Dibandingkan dengan Dibandingan dengan (Nggobe, 2013) yang
itik alabio penutupan bulu sampai menjelaskan pertumbuhan pada alabio
mekapus terjadi dihari ke-19 sedangkan yaitu terbentuknya tonjolan kecil dan
pada mandalung terjadi dihari 22 (Ngobbe, lubang hidung terjadi hari ke 14 sampai 22
(2013). Menurut Phillips dan Williams dan mandalung terjadi pada hari ke 16
(1994) pada kalkun penutupan buluh sampai 26. Hal ini berarti bahwa dari
sampai vental terjadi pada hari ke-12. terbentuknya lubang hidung dan tonjolan
Dengan demikian dapat dikatan bahwa kecil pada itik jawa lebih cepat
embrio itik jawa lebih lambat 4 hari pertumbuhan tonjolan kecil pada alabio 6
dibanding kalkun, alabio lebih lambat 3 hari dan lebih lambat pertumbuhan lubang
hari, mandalung lebih lambat 5 hidung 2 hari. Sedangkan pada mandalung
hari.sedangkan mandalung lebih lambat 2 lebih cepat pertumbuhan tonjolan kecil 4
hari dari alabio. hari dan pertumbuhan lubang hidung lebih
lambat 6 hari dari itik jawa.
108
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
R3 R4
R1 R2
109
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
Tahapan Perkembangan Embrio Itik menjadi anak itik dan terbentuk sangat
Umur 24 Hari
sempurna tinggal menunggu waktu untuk
Pada tahapan perkembangan menetas, yolk semakin mengecil karena
embrio umur 24 hari yaitu dapat dilihat sudah hampir terserap habis oleh
pada gambar 6 dibawah ini bahwa abdomen, hanya saja pada R1 dan R3 ada
perkembangan keempat perlakuan R1, R2, sedikit perbedaan warna bulu karena pada
R3, dan R4 yaitu sama embrio sudah R1 dan R3 warna buluh bercampur putih.
R1 R2
R3 R4
110
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
Seperti dilihat pada Tabel 6 bahwa pada Dewanti et al. (2014) bobot telur 53g - 76g
itik jawa hilanya homy bill diparuh bawah fertilitasnya adalah 83,73% - 89,70%.
dan gigi telur mencapai ujung paruh terjadi Hasil dari fertilitas yang diperoleh masih
hari ke-24. Dibanding dengan alabio pada kisaran nilai rata-rata yang baik. Data
hilangnya homy bill diparuh bagian bawah hasil penelitian menunjukan bahwa
terjadi pada hari ke-20 sedangkan pada fertilitas dari perlakuan R2 - R4
mandalung terjadi pada hari ke-24, dan persentasenya tidak berbeda jauh
terbentuknya gigi telur mencapai ujung meskipun dari data yang ada menunjukan
paruh pada alabio terjadi pada hari ke-25 fertilitas tertinggi terdapat pada R1 dan
dan pada mandalung terjadi pada hari ke- R3, dan terendah terdapat pada R2.
29. Dari tahapan hilangnya homy bill Rendahnya fertilitas pada R2
dibawah paruh pada itik jawa lebih lambat kemungkinan disebabkan karena adanya
4 hari pertumbuhannya dari alabio, dan telur yang ditetaskan dalam keadaan yang
pada mandalung memiliki pertumbuhan kurang baik.
yang sama, dan pertumbuhan gigi telur Hasil analisi ragaman menunjukan
mencapai ujung paruh pada alabio terjadi bahwa perlakuan memberikan pengaruh
pada hari ke-24 dan pada mandalung yang tidak nyata (P > 0,05) terhadap
terjadi hari ke-28. Dari perbandingan persentase fertilitas pada tiap perlakuan.
dengan alabio memiliki pertumbuhan Hal ini diduga karena lama penyimpanan
waktu yang sama dan pada mandalung telur mungkin memiliki waktu yang tidak
lebih lambat 4 hari. jauh. Penelitian ini sejalan dengan
pendapat Susanti et al. (2015) yang
Pengaruh Bobot Telur Terhadap
Fertilitas menjelaskan bahwa fertilitas telur unggas
yang tidak berbeda nyata ini diduga karena
Fertilitas yang dihasilkan pada
lama penyimpanan telur yang ditetaskan
bobot telur R1 (55g ≤ BT < 60g), R2 (61g
memiliki interval waktu yang sama yaitu 2
≤ BT < 65g), R3 (65g ≤ BT < 70g) danR4
hari. Menurut Susanti et al. (2015) lama
(71g ≤ BT < 75g). Persentase Telur itik
penyimpanan telur memiliki peranan
85%-90% disajikan pada Tabel 7 yang ada
penting dalam menjaga kualitas telur.
pada Bobot Telur. Berdasarkan penelitian
Menurut Setioko et al. (1999),
yang dilakukan diperoleh kisaran persetase
fertilitas telur itik Alabio adalah sebesar
fertilitas yang tinggi antara 85% - 90%.
95,57%, sedangkan dilaporkan Suryana
Hasil ini sejalan dengan penelitian
111
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
dan Tiro (2007), hasil fertilitas yang yang mempengaruhi gagalnya telur fertil
diperoleh selama 26 periode penetasan untuk menetas. Faktor tersebut diantaranya
telur itik Alabio sebesar 90,38%. Purba et adalah nutrien di dalam telur dan kondisi
al. (2005) menyatakan bahwa rata-rata yang tidak memungkinkan untuk
fertilitas telur itik di daerah sentra perkembangan embrio. Faktor lain yang
produksi dan penetasan di Kabupaten mempengaruhi fertilitas diantaranya
Blitar, Jawa Timur berkisar antara 86,46% adalah nutrien, motilitas sperma, dan
- 90,49%. persentase sel sperma yang abnormal atau
Faktor-faktor yang mempengaruhi mati. Faktor nutrient misalnya kekurangan
fertilitas telur adalah rasio jantan dan vitamin E dalam pakan dapat
betina, pakan induk, umur pejantan yang menyebabkan telur menjadi tidak fertil.
digunakan dan umur telur, jumlah induk Menurut Susanti et al. (2015)
yang dikawini oleh satu pejantan dan umur penelitian ini fertilitas telur ayam arab
induk (Solihat et al., 2003). Selain itu, dengan lama penyimpanan 2, 4, dan 6 hari
hubungan temperatur lingkungan yang yaitu 77,78%, 59,26%, dan70,73% relatif
semakin meningkat antara lain temperatur rendah dari pada penelitian Adnan (2010)
atmosfir disinyalir dapat menyebabkan yaitu 76,70 - 93,33%. Hal ini disebabkan
penurunan fertilitas atau sebaliknya. Selain oleh jumlah telur yang busuk dan pecah
itu, menurut Rahayu et al. (2005) fertilitas pada mesin tetas. Telur yang busuk dan
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor pecah pada lama penyimpanan 2 dan 6 hari
lain antara lain iklim, bangsa atau varietas lebih sedikit dibandingkan dengan lama
ayam, sistem perkawinan, Menurut Budi et penyimpanan 4 hari. Hal ini kemungkinan
al. (2008); Suryani et al. (2012) pakan disebabkan oleh adanya keretakan pada
juga sangat berpengaruh pada fertilitas kerabang telur yang menyebabkan pori-
telur, kesehatan, umur induk, pengelolaan pori kerabang telur semakin lebar sehingga
telur sebelum masuk mesin tetas termasuk memungkinkan telur terkontaminasi oleh
pemilihan bobot telur tetas dan mikroorganisme. Keretakan yang terjadi
penyimpanan telur tetas (Zakaria, 2010 diduga sangat halus sehingga keretakan
dalam Ngobbe, 2003), dan pengelolaan tidak dapat dideteksi pada saat candling.
telur selama penetasan. King‟ori (2011)
mengemukakan bahwa ada beberapa hal
112
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
Tabel 7. Rataan Pengaruh bobot telur terhadap bobot tetas dan persentase fertilitas
Perlakuan
Parameter
R1 R2 R3 R4
Bobot Tetas (g) 33,13 38,77 42,20 48,28
Fertilitas (%) 90 85 90 87.5
Pengaruh bobot telur terhadap bobot kandungan nutrient yang ada dalam telur
tetas
sehingga besar pula kesempatan embrio
untuk menyerap nutrient yang ada dalam
Bobot tetas yang dihasilkan yaitu
telur tetas. Menurut Pattison (1993) telur
33.13g – 48,28g disajikan pada Tabel 7.
banyak mengandung nutrient seperti
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
vitamin, mineral dan air yang dibutuhkan
diperoleh rata-rata bobot tetas antara 31g -
untuk perkembangan embrio selama
51g. Bobot telur tetas 55g - 60g
inkubasi serta digunakan juga sebagai
menghasilkan reratahan bobot DOD yang
cadangan makanan.
paling rendah yaitu 33,13g sedangkan
Menurut Hassan et al. (2005),
bobot telur 71g - 75g menghasilkan bobot
bobot tetas berkorelasi positif dengan
DOD sebesar 48,28g. hal ini menunjukan
bobot telur tetas. Semakin besar bobot
bahwa ada korelasi antara bobot telur
telur tetas maka semakin besar pula bobot
dengan bobot tetas, karna semakin besar
tetas yang dihasilkan. Perbedaan yang
bobot telur maka bobot DOD yang
nyata ini diduga disebabkan oleh
dihasilkan juga semakin besar. Pendapat
perbedaan jumlah kuning telur dan putih
ini sejalan dengan penelitian Salombe
telur sebagai sumber nutrisi selama
(2012), yang menunjukkan rata-rata bobot
perkembangan embrio. Bobot telur tinggi
tetas 30,25g dan 31,41g. Hermawan (200),
mengandung jumlah kuning telur dan putih
dan Petek et al. (2003) yang menyatakan
telur tinggi. Semakin banyak kuning telur
bahwa ada hubungan yang sangat nyata
dan putih telur maka ketersediaan nutrisi
antara bobot telur dan bobot tetas. Pada
untuk perkembangan embrio semakin
penelitian ini semakin besar bobo telur
banyak, sehingga bobot tetas yang
maka semakin besar bobot DOD yang
dihasilkan akan lebih besar. Adapun faktor
dihasilkan. Hal ini kemungkinan
yang berpengaruh terhadap bobot DOC
berhubungan dengan keberadaan nutrient
diantaranya, pakan dan kualitas telur
yang terkandung dalam telur. Semakin
(Yousefi dan Karkodi, 2007), umur induk,
besar bobot telur maka semakin besar
113
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
dari hasil penelitian hubungan antara bobot Baruah, K.K., P.K. Sharma dan N.N, Bora.
telur tetas dengan bobot DOC ayam 2001. Fertility, hatchability and
embryonic mortality in ducks. J.
kampung bahwa bobot telur mempunyai
IndianVeteterinary 78:529-530.
hubungan yang sangat nyata dengan bobot
Budi, U., I. Bachari, dan P. R. Lisma.
DOC ayam kampong dan sangat tinggi
2008. Penambahan tepung cangkang
yaitu sebesar 91,8%. Hal ini berarti bahwa telur ayam ras pada ransum terhadap
makin besar telur tetas akan mempunyai fertilitas, daya tetas dan mortalitas
bobot DOC yang baik pula. Burung Puyuh. Jurnal Agribisnis
Peternakan 4: 111-115.
114
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
115
Jurnal Zootek (“Zootek” Journal ) Vol. 37 No. 1 : 96 - 116 (Januari 2017) ISSN 0852 - 2626
Suryana dan B.W. Tiro. 2007. Keragaan Winter AR dan Fuck EM. 1956. Poultry
Penetasan Telur Itik Alabio Dengan Science and Practice. 4rd Edition. JB
Sistem Gabah Di Kalimantan Lippincot Company Chicago,
Selatan. Di dalam; Percepatan Philadelphia, New york
Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik
Lokasi Mendukung Kemandirian Zakaria, M.A.S. 2010. Pengaruh lama
Masyarakat Kampung di Papua. penyimpanan telur ayam buras
Prosd. Seminar Nasional dan terhadap fertilitas, daya tetas telur
Ekspose. Balai Pengkajian dan berat tetas. Jurnal Agrisistem 6:
Teknologi Pertanian Papua; 97-103.
Jayapura, 5-6 Juli 2007. Balai Besar
Yousefi, M. dan K. Karkodi. 2007. Effect
Pengkajian dan Pengembangan
of probiotic thepax® and
Teknologi Pertanian. Badan
Saccharomyces cerevisiae
Penelitian dan Pengembangan
supplementation on performance and
Pertanian. Bogor. Hal: 269-277
egg quality of laying hens. Journal
Salombe, J. 2012. Fertilitas, Daya Tetas, International Poultry Science 6: 52-
dan Berat Tetas Telur Ayam Arab 54.
pada Berat Telur yang Berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
116