Você está na página 1de 11

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN

DENGAN KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN BATIK TULIS

Nina Wiyanti, Tri Martiana


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: ninawiyanti@yahoo.com

ABSTRACT
One of eye’s health problems that can be experienced by batik artisans are eyestrain. There are many factors that can
cause eyestrain, one of them is the intensity of the illumination. This study aimed to analyze the relationship between the
intensity of illumination with eyestrain on batik artisans. This type of research is descriptive observational study with cross
sectional design. This research was conducted in nine home industry batik which is in the area of Kampung Batik Jetis
Sidoarjo. Data obtained by direct measurement, observation, interviews, and see the monument which contains the history
of the Jetis batik village. The results showed that the intensity of illumination in some Jetis batik home industry does not
reach the standards of the majority of the UNEP (500 lux). The craftsmen who experience eyestrain or not, the amount is
balance. Based on the results of the statistical test known that the value of Cramer’s V coefficient is 0.905, which means
the intensity of illumination with eyestrain has a very strong relationship level. The conclusion is, the intensity of the light
which majority does not reach the standards had a very strong relationship with eyestrain. It is recommended to improve
workplace hygiene lighting installation (including lamps), perform color settings and decorations workplace, using natural
light as much as possible, and perform eye exams to the eye doctor regularly. Especially if the batik artisan’s eyes look
red, watery, and itchy and feeling frequent headaches.

Keywords: intensity of illumination, eyestrain

ABSTRAK
Gangguan kesehatan mata yang dapat dialami oleh pengrajin batik tulis adalah kelelahan mata. Terdapat banyak faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya kelelahan mata, salah satu diantaranya yaitu intensitas penerangan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan mata pada pengrajin batik tulis. Penelitian
ini dilakukan di sembilan home industry batik tulis yang berada di daerah Kampung Batik Jetis, Sidoarjo. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional dengan rancang bangun cross sectional. Penelitian ini dilakukan
di sembilan home industry batik tulis yang berada di daerah Kampung Batik Jetis, Sidoarjo. Data diperoleh dengan cara
pengukuran secara langsung, observasi, wawancara, dan melihat tugu yang berisikan sejarah kampung batik Jetis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa intensitas penerangan di beberapa home industry batik tulis Jetis mayoritas tidak memenuhi
standar UNEP (500 lux). Pengrajin yang mengalami kelelahan mata maupun yang tidak jumlahnya seimbang. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa nilai dari koefisien Cramer’s V sebesar 0,905. Hal ini menunjukkan bahwa antara intensitas
penerangan dengan kelelahan mata memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat. Kesimpulannya intensitas penerangan
yang mayoritas tidak memenuhi standar memiliki hubungan yang sangat kuat dengan timbulnya kelelahan mata. Saran agar
meningkatkan kebersihan instalasi penerangan tempat kerja (termasuk lampu), melakukan pengaturan warna dan dekorasi
tempat kerja, pemanfaatan cahaya alami semaksimal mungkin, serta melakukan pemeriksaan mata ke dokter mata secara
teratur. Terutama jika mata terlihat merah, berair, dan terasa gatal serta sering mengalami sakit kepala.

Kata kunci: intensitas penerangan, kelelahan mata

PENDAHULUAN dengan menggunakan alat yang canggih. Tentunya


Industri batik di Indonesia kini mulai dari berbagai cara tersebut memiliki kekurangan
berkembang hingga mencapai pasar internasional. dan kelebihan masing-masing. Salah satu cara
Hal ini terbukti dengan pengakuan yang diberikan pembuatan pola pada batik yang masih sederhana
oleh UNESCO pada tahun 2009 yang memasukkan yaitu dengan menggunakan canting.
batik ke dalam Representative List of the Intangible Kelebihan dari batik tulis sendiri yaitu polanya
Cultural Heritage of Humanity. Terdapat berbagai lebih terlihat seperti bentuk asli dan warnanya
macam cara untuk membuat pola pada batik. Mulai cenderung relatif bertahan dalam jangka waktu yang
cara yang sederhana hingga cara yang modern lama (tidak mudah cepat pudar). Namun, batik tulis

144
Nina dan Tri, Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata… 145

juga memiliki kekurangan yaitu harganya relatif berasal dari pekerja maupun lingkungan kerja.
lebih mahal dibandingkan batik lainnya dan proses Faktor pekerja yang menimbulkan kelelahan mata
pembuatannya pun relatif lebih lama. Terdapat diantaranya usia, lama kerja, dan masa kerja. Faktor
berbagai macam batik tulis di Indonesia. Di mana lingkungan yang dapat menimbulkan kelelahan mata
tiap pola dan corak batik tulis tergantung dari daerah yaitu intensitas penerangan.
asalnya. Sehingga dari pola dan coraknya saja dapat Berdasarkan survei pendahuluan yang sudah
diketahui dari mana asal daerah pembuatannya. dilakukan pada bulan Oktober 2014 menunjukkan
Batik tulis Jetis, Sidoarjo merupakan salah satu batik bahwa rata-rata intensitas penerangan setempat pada
tulis yang ada di Indonesia. Kekhasan dari batik sembilan home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo tidak
tulis Jetis terletak pada warnanya yang mencolok. memenuhi standar. Padahal intensitas penerangan
Motif dari batik tulis Jetis, Sidoarjo diantaranya sangat penting karena penerangan yang buruk dapat
abangan dan ijo-ijoan, motif beras kutah, motif mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya
krubutan, motif burung merak, dan motif lainnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, kerusakan
seperti kembang bayem, pecah kopi dan kembang indera penglihatan dan meningkatnya kecelakaan
tebu. kerja (Suma’mur, 2009). Jika penerangan terlalu besar
Penglihatan merupakan salah satu fungsi atau terlalu kecil, maka akan menyebabkan pupil mata
pekerjaan yang sangat penting untuk dijaga dan berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima
dirawat oleh para pengrajin batik tulis dalam oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya
melakukan pekerjaannya. Hal ini karena pada yang lebih besar dan begitu pula sebaliknya. Hal
industri batik tulis, ketepatan dan ketelitian mata inilah yang merupakan salah satu penyebab timbulnya
merupakan kunci keberhasilan pengrajin dalam kelelahan mata (Depkes, 2008).
membuat suatu karya seni. Pada saat pengrajin Kelelahan mata merupakan salah satu dampak
batik tulis melakukan proses membatik, apabila negatif bagi kesehatan yang dapat terjadi pada
dalam melakukan pekerjaannya dirasa kurang pengrajin batik tulis. Namun dalam kenyataannya
jelas, biasanya pengrajin batik tulis tersebut akan dampak yang seperti ini cenderung kurang
mendekatkan matanya ke objek (pekerjaannya) diperhatikan. Hal ini karena baik pengusaha maupun
untuk menggoreskan coretan warna pada motif pengrajin belum memahami adanya hubungan yang
yang telah dibuat dengan canting yang sudah berisi erat antara kondisi kesehatan dan tinggi rendahnya
pewarna khusus batik agar hasilnya sesuai garis produktivitas. Jika pengrajin mengalami kelelahan
motif dan tidak meleber. mata, maka secara tidak langsung hal ini akan
Kondisi seperti ini membuat mata pengrajin mempengaruhi produktivitas kerjanya. Apabila
tersebut harus berakomodasi lebih kuat lagi dan produktivitas menurun, maka produk yang dihasilkan
melakukan upaya mata yang berlebihan. Apabila juga akan menurun kualitas maupun kuantitasnya.
hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang relatif Dimana apabila produk uang dihasilkan tersebut
lama maka dapat menyebabkan kelelahan mata. menurun kualitas maupun kuantitasnya, maka
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh American permintaan konsumen akan produk tersebut akan
Optometric Association (AOA) tahun 2004, menurun. Sehingga pemasukan atau pendapatan
membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika bagi produsen maupun pengrajin batik tulis pun juga
mengalami gangguan kesehatan terutama pada fungsi akan menurun.
mata akibat bekerja (Hanum, 2008). Kelelahan mata Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dapat terjadi apabila mata difokuskan pada objek hubungan intensitas penerangan dengan kelelahan
yang berjarak dekat dalam kurun waktu yang relatif mata pada pengrajin batik tulis.
lama karena otot-otot mata harus bekerja lebih keras
untuk melihat objek yang berjarak sangat dekat,
METODE
terutama jika disertai dengan penerangan yang
kurang memadai. Apabila ditinjau dari cara analisis datanya,
Beberapa gejala awal dari kelelahan mata penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena
diantaranya mata terasa kering, mata terasa terbakar, penelitian diarahkan untuk memberikan gambaran
pandangan menjadi kabur, penglihatan menjadi atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
ganda, sakit kepala, nyeri pada leher, bahu dan Apabila ditinjau dari cara pengambilan datanya,
otot punggung (Hanum, 2008).Timbulnya kelelahan penelitian ini merupakan penelitian observasional.
mata dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yang Lalu apabila ditinjau dari segi waktu pengambilan
146 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 144–154

datanya, penelitian ini termasuk penelitian cross yang jatuh pada lantai dengan luxmeter menghadap
sectional karena observasi dan pengambilan ke sumber cahaya seperti pengukuran intensitas
datanya dilakukan sekaligus pada saat yang sama penerangan lokal. Hasil pengukuran diberi lambing
(Notoatmodjo, 2002). “A Lux”, lalu photocell dibalik, kemudian tarik pelan-
Penelitian ini dilakukan di sembilan home pelan sampai angka level meter konstan.
industry batik tulis yang berada di daerah Kampung Hasil pengukuran diberi lambing “B Lux”.
Batik Jetis, Sidoarjo. Sedangkan waktu penelitiannya Pengukuran reflektan dapat dihitung dengan
dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai Mei menggunakan rumus:
2015.
B/A × 100% = ...... %.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pengrajin batik tulis di beberapa home industry
Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan
batik tulis di daerah kampung batik Jetis, Sidoarjo.
menggunakan metode Photo stress Recovery Time.
Terdapat sembilan home industry yang akan dijadikan
Pengukuran ini dilakukan oleh dokter spesialis
sebagai objek penelitian, diantaranya batik Amri
mata beserta para asistennya. Berikut prosedur
Jaya, batik H.I, batik Amali C.H, batik Kamzatun,
pengukurannya: salah satu mata responden ditutup,
batik Amri, batik Rahmad, batik Namiroh, batik
mata responden yang tidak tertutup, disinari dengan
Dunia Wanita, dan batik Murni Artis.
lampu senter atau penlight berkekuatan 3 volt
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dengan jarak 2 cm (dilakukan secara bergantian pada
adalah total populasi yang berjumlah 20 orang
mata kanan dan mata kiri), penyinaran dilakukan di
dengan kriteria inklusi, hanya untuk pengrajin batik
depan kornea mata selama 10 detik, setelah lampu
tulis yang menyelesaikan semua pekerjaannya di
senter dimatikan, responden diminta membaca
home industry batik tulis yang bertempat di daerah
huruf atau angka pada kartu snellen dari jarak 6
kampung batik Jetis, Sidoarjo serta tidak menderita
meter, dimulai dari huruf yang paling atas hingga
penyakit katarak
yang paling bawah sampai yang bersangkutan dapat
Terdapat dua macam variabel penelitian yang
membaca segera dengan benar, lama waktu yang
digunakan yaitu variabel independen dan variabel
diperlukan sejak lampu senter dimatikan sampai
dependen. Variabel independen meliputi usia,
dengan kembalinya kemampuan untuk membaca
lama kerja, masa kerja, intensitas penerangan di
minimal 3 huruf pada tingkat yang telah ditentukan,
tempat kerja (meliputi sumber penerangan, sistem
disebut Recovery Time (RT), recovery Time (RT)
penerangan buatan, intensitas penerangan, serta
dihitung dengan menggunakan stopwatch dalam
daya pantul lantai) dan variabel dependennya yaitu
satuan detik (sekon).
kelelahan mata.
Observasi sumber penerangan dan sistem
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada
penerangan buatan di tempat kerja dengan
2 macam yaitu data primer dan data sekunder. Data
menggunakan lembar observasi. Pengumpulan data
primer dalam penelitian ini merupakan data yang
sekunder sendiri diperoleh dengan melihat tugu yang
diperoleh secara langsung dari sumber data yang
dipasang di awal pintu masuk kampung batik Jetis,
didapatkan dengan cara pengukuran intensitas
Sidoarjo. Tugu tersebut berisikan mengenai sejarah
penerangan, pengukuran daya pantul, pengukuran
didirikannya kampung batik tulis Jetis, Sidoarjo.
kelelahan mata, serta melakukan observasi sumber
Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif
penerangan dan sistem penerangan buatan.
dalam bentuk tabel frekuensi. Sedangkan untuk
Pengukuran intensitas penerangan saat pekerjaan
mengetahui kuat hubungan antara 2 variabel
berlangsung. Berikut prosedur pengukuran intensitas
menggunakan tabulasi silang dan chi square dengan
penerangan di tempat kerja: nyalakan semua lampu
melihat koefisien korelasinya.
(sumber cahaya), tentukan5 titik lokasi pengukuran
tempat kerja, letakkan alat pengukur pada titik-titik
Tabel 1. Interval Koefisien dan Tingkat Hubungan
lokasi pengukuran, arahkan alat pengukur (cell)
menghadap ke sumber cahaya (ke atas), tunggu Interval Koefisien Tingkat Hubungan
hingga angka yang tertera pada display stabil, lalu 0,00–0,19 Sangat rendah
catat hasil pengukuran, hasil pengukuran di rata-rata, 0,20–0,39 Rendah
bandingkan dengan standar yang berlaku. 0,40–0,59 Sedang
Pengukuran daya pantul lantai, dilakukan dengan 0,60–0,79 Kuat
langkah-langkah berikut: ukur intensitas cahaya 0,80–1,00 Sangat kuat
Nina dan Tri, Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata… 147

HASIL Dari kedua kategori masa kerja pada pengrajin batik


Usia tulis yaitu kategori > 3 tahun dan kategori < 3 tahun,
didapatkan hasil bahwa ternyata pengrajin batik tulis
Usia yang dimaksud dalam penelitian ini yang mengalami kelelahan mata terbanyak adalah
adalah jumlah usia mulai lahir sampai diadakannya pengrajin batik tulis yang masa kerjanya > 3 tahun.
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai
dari ketiga kategori usia dari pengrajin batik tulis, dari koefisien contingency sebesar 0,500. Hal ini
ternyata yang mengalami kelelahan mata terbanyak menunjukkan bahwa antara masa kerja dengan
adalah pengrajin yang berusia < 45 tahun. kelelahan mata tingkat hubungannya sedang.

Tabel 2. Hubungan Usia dengan Kelelahan Mata Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
pada Pengrajin Batik Tulis Jetis, Sidoarjo Sumber Penerangan
Tahun 2015
Sumber penerangan merupakan salah satu
Usia Kelelahan Mata komponen supaya para tenaga kerja dapat melakukan
Total
(tahun) Tidak Lelah Lelah
pekerjaannya dengan jelas, cepat, nyaman, dan aman.
< 45  2  4  6
Seluruh sumber penerangan yang digunakan oleh
45–50  3  3  6
> 50  5  3  8
beberapa home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo
Total 10 10 20 adalah sumber penerangan campuran yaitu gabungan
antara sumber penerangan alami dan buatan.
Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa nilai Sumber penerangan alami berasal dari sinar
dari koefisien contingency sebesar 0,235. Hal ini matahari secara langsung. Sumber penerangan
menunjukkan bahwa antara usia dengan kelelahan buatan merupakan sumber penerangan yang berasal
mata tingkat hubungannya rendah. dari lampu.

Lama Kerja Sistem Penerangan Buatan

Hasil penelitian terhadap lama kerja didapatkan Seluruh sistem penerangan buatan yang
bahwa dari ketiga kategori lama kerja pada pengrajin digunakan oleh beberapa home industry batik tulis
batik tulis, ternyata pengrajin tulis yang mengalami Jetis, Sidoarjo adalah sistem penerangan buatan
kelelahan mata terbanyak yang lama kerjanya < 8 jenis direct lighting. Pada sistem direct lighting,
jam per hari. 90% cahaya didistribusikan menuju ke bawah.
Sistem penerangan ini merupakan yang paling
Tabel 3. Hubungan Lama Kerja dengan Kelelahan efisien dan ekonomis untuk ruangan yang tinggi
Mata pada Pengrajin Batik Tulis Jetis, dan luas. Kekurangan dari sistem ini biasanya
Sidoarjo Tahun 2015 menimbulkan kesilauan dan bayangan bagi
pekerja. Berikut penjabaran komponen dari sistem
Lama Kerja Kelelahan Mata penerangan buatan:
Total
(jam) Tidak Lelah Lelah
<8  0  8  8 Jenis Lampu
8  6  1  7
>8  4  1  5 Sistem penerangan buatan, penggunaan lampu
Total 10 10 20 merupakan salah satu sumber penerangan alternatif
apabila penerangan alami tidak bisa memenuhi
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai kebutuhan. Terdapat dua Jenis lampu yang digunakan
dari koefisien contingency sebesar 0,633.Hal ini di beberapa home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo
menunjukkan bahwa antara lama kerja dengan yaitu jenis lampu neon panjang dan lampu neon
kelelahan mata tingkat hubungannya kuat. lilin. Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa jenis
lampu terbanyak yang digunakan oleh beberapa
Masa Kerja home indusry batik tulis Jetis, Sidoarjo adalah jenis
lampu neon lilin dengan jumlah 95,0%. Hal ini
Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini
berarti kecenderungan para pemilik home industry
adalah lamanya pengrajin batik tulis bekerja di home
untuk menggunakan jenis lampu neon lilin lebih
industry tersebut hingga dilaksanakannya penelitian.
besar daripada menggunakan lampu neon panjang.
148 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 144–154

Tegangan Lampu sarang laba-laba sebanyak 50% sehingga hampir


Tegangan lampu yang dihasilkan tergantung setengah dari lampu tersebut terdapat laba-laba yang
dari jenis lampu yang digunakan. Terdapat 2 macam dapat mempengaruhi intensitas penerangan pada
tegangan lampu yang digunakan pada beberapa home lingkungan kerja.
industry batik tulis Jetis, Sidoarjo yaitu tegangan 40
Intensitas Penerangan
watt dan tegangan 20 watt.
Tegangan lampu yang kecil akan membuat Intensitas penerangan merupakan salah satu
kondisi lingkungan kerja menjadi tidak kondusif. komponen supaya para tenaga kerja dapat melakukan
Hal tersebut dikarenakan pekerja harus berupaya pekerjaannya/mengamati objek pekerjaan yang
lebih keras lagi untuk melihat objek pekerjaannya. sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman, dan
Namun sebaliknya apabila tegangan lampu terlalu aman. Intensitas penerangan di tempat kerja harus
besar, maka dapat mengakibatkan mata bekerja lebih memadai dan sesuai dengan standar supaya pada
keras pula. saat para tenaga kerja melakukan pekerjaannya,
Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa tidak sampai menimbulkan risiko yang dapat
ternyata besar tegangan lampu yang paling banyak membahayakan para tenaga kerja tersebut.
digunakan oleh beberapa home industry batik Intensitas penerangan yang diukur pada
tulis Jetis, Sidoarjo adalah 20 watt yaitu sebanyak penelitian ini adalah intensitas penerangan setempat.
95%. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan Intensitas penerangan setempat merupakan
pemakaian tegangan lampu 20 watt paling banyak penerangan yang diletakkan tepat di mana para
diminati daripada tegangan lampu 40 watt. pekerja melakukan pekerjaannya. Pengukuran pada
intensitas penerangan setempat dilakukan dengan
Jumlah lampu yang mati menggunakan alat yang bernama luxmeter.
Intensitas penerangan buatan merupakan Intensitas penerangan yang ada di beberapa
penunjang terpenuhinya intensitas penerangan pada home industry terdiri dari berbagai variasi nilai
suatu ruangan. Apabila intensitas penerangan pada yang berdasarkan pada hasil pengukuran tersebut.
suatu ruangan tidak terpenuhi maka kemungkinan Hasil pengukuran intensitas penerangan setempat
para pekerja untuk mengalami kecelakaan kerja pun pada home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo dapat
akan semakin besar. diketahui melalui Tabel 4.
Jumlah lampu yang mati merupakan salah Berdasarkan hasil pengukuran intensitas
satu faktor yang dapat mempengaruhi intensitas penerangan setempat yang terdapat pada Tabel 4
penerangan buatan. Pada penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa masih terdapat banyak
di beberapa home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo yang tidak
didapatkan hasil bahwa tidak ada satu pun lampu memenuhi standar penerangan setempat (local)
yang mati pada semua home industry batik tulis yaitu sebesar 55%. Hal ini menunjukkan bahwa
Jetis, Sidoarjo. Hal ini menunjukkan bahwa home perlu adanya upaya penanggulangan untuk home
industry batik tulis Jetis, Sidoarjo sudah sesuai untuk industry yang masih tidak memenuhi standar supaya
kategori lampu yang harusnya hidup semua (tidak lingkungan kerja pada Sembilan home industry
mati). tersebut dapat kondusif dan pengrajin dapat bekerja
secara produktif.
Keadaan Lampu
Daya Pantul Lantai
Keadaan lampu pada suatu ruangan juga dapat
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pada Cahaya mengenai objek yang kasar dan
intensitas penerangan buatan. Terdapat beberapa hitam maka seluruh cahaya akan diserap, namun
kondisi lampu yang dapat ditemui adalah keadaan apabila permukaannya halus dan mengkilap
lampu yang bersih, sedang, dan kotor. maka cahaya yang dipantulkan berbentuk sejajar.
Penelitian yang dikerjakan pada beberapa Apabila permukaan objek tidak rata maka
rumah industri batik tulis Jetis Sidoarjo, diperoleh pantulan cahaya akan mengalami diffusi. Untuk
hasil bahwa kondisi lampu di seluruh home industry mengukur reflektifitas pada lantai yang dihasilkan
batik tulis Jetis Sidoarjo dapat dikategorikan dari pengukuran dengan memakai luxmeter. Hasil
dalam kondisi sedang. Dikatakan kategori sedang yang dipantulkan sejajar bila permukaan rata,
karena secara visual keadaan lampu dipenuhi oleh jika permukaan tidak rata maka pantulan cahaya
Nina dan Tri, Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata… 149

Tabel 4. Hasil Dari Pengukuran Intensitas Penerangan Setempat pada Beberapa Home Industry Batik Tulis
Jetis, Sidoarjo pada Tahun 2015
Intensitas Penerangan Standar menurut
Home Industry Keterangan
Setempat (Local) UNEP (lux)
A 232 lux 500 Tidak Memenuhi
B1 510 lux 500 Memenuhi
B2 518 lux 500 Memenuhi
B3 523 lux 500 Memenuhi
C 118 lux 500 Tidak Memenuhi
D1 535 lux 500 Memenuhi
D2 532 lux 500 Memenuhi
E1 122 lux 500 Tidak Memenuhi
E2 301 lux 500 Tidak Memenuhi
F1 151 lux 500 Tidak Memenuhi
F2 129 lux 500 Tidak Memenuhi
G1 314 lux 500 Tidak Memenuhi
G2 323 lux 500 Tidak Memenuhi
G3 305 lux 500 Tidak Memenuhi
G4 309 lux 500 Tidak Memenuhi
H 108 lux 500 Tidak Memenuhi
I1 539 lux 500 Memenuhi
I2 524 lux 500 Memenuhi
I3 547 lux 500 Memenuhi
I4 521 lux 500 Memenuhi

menjadi diffusi. Dalam mengukur reflektivitas lantai Tabel 5. Hasil Pengukuran Kelelahan Mata pada
yang dihasilkan dari luxmeter menunjukkan hasil Pengrajin Batik Tulis Jetis, Sidoarjo Tahun
bervariasi sekitar 8,8–23,14%. 2015
Pengukuran daya pantul lantai ini, standar yang
Hasil Pengukuran Kelelahan
digunakan yaitu 20%. Apabila pengukuran terhadap Mata
daya pantul lantai (reflektivitas) masih di bawah Klasifikasi
Mata Kiri Mata Kanan
ataupun sama dengan standar yaitu 20%. Maka (Detik) (Detik)
dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran daya pantul 51,87 51,75 Lelah mata
lantai tersebut masih memenuhi standar. 29,07 24,91 Tidak lelah mata
Hasil pengukuran dari daya pantul lantai dapat 32,82 48,19 Tidak lelah mata
disimpulkan bahwa kebanyakan dari beberapa home 40,67 43,10 Tidak lelah mata
industty batik tulis Jetis, Sidoarjo tidak memenuhi 53,81 53,59 Lelah mata
standar daya pantul lantai yaitu sebanyak 55%. Hal 10,15   9,38 Tidak lelah mata
ini karena warna dari lantai pada home industry 40,50 41,71 Tidak lelah mata
batik tulis Jetis, Sidoarjo yang mayoritas gelap dan   7,50 10,50 Tidak lelah mata
50,10 50,45 Lelah mata
cenderung kotor. Kurangnya perawatan dan tidak
51,50 50,15 Lelah mata
menjaga kebersihan lantai merupakan salah satu
52,50 58,50 Lelah mata
faktor yang menyebabkan daya pantul lantai tidak 50,15 51,25 Lelah mata
memenuhi standar. 51,15 50,75 Lelah mata
51,00 50.45 Lelah mata
Kelelahan Mata 55,19 50,52 Lelah mata
Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan 51,35 51,50 Lelah mata
menggunakan metode Photostress Recovery Time. 30,34 27,85 Tidak lelah mata
Di mana pengukuran harus dilakukan oleh 27,67 31,27 Tidak lelah mata
dokter spesialis mata. Hal ini karena mata nantinya 35,60 29,65 Tidak lelah mata
35,00 34,60 Tidak lelah mata
akan disinari dengan penlight selama beberapa
detik. Apabila salah dalam melakukan penyinaran,
150 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 144–154

dikhawatirkan dapat mempengaruhi jaringan lainnya dengan jelas. Sedangkan pada usia 45–50 tahun
di sekitar mata. dan memiliki kebutuhan cahaya 4x jauh lebih besar,
Batas normal mata seseorang dikatakan normal sedangkan pada usia 60 tahun, kebutuhan akan
apabila hasil pengukurannya menunjukkan hasil < 50 cahaya jauh lebih besar lagi.
detik (sekon). Sehingga apabila hasil pengukurannya Hasil dari uji chi square menunjukkan bahwa
> 50 detik (sekon), maka hasil tersebut dikategorikan nilai dari koefisien contingency sebesar 0,235. Hal
ke dalam kategori mengalami kelelahan mata. ini menunjukkan bahwa antara usia dengan kelelahan
Hasil pengukuran kelelahan mata yang mata tingkat hubungannya rendah. Hasil penelitian
didapatkan setelah dilakukan pengukuran pada ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pengrajin batik tulis yang memenuhi kriteria inklusi Mayasari (2009) yang menyatakan bahwa terdapat
memiliki variasi hasil yang cukup signifikan. hubungan yang rendah antara keluhan kelelahan
Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada mata dengan umur yaitu dengan nilai koefisien
tabel 5. Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan contingency sebesar 0,316.
mata yang terdapat pada tabel dapat disimpulkan Namun, penelitian ini berbeda dengan
bahwa jumlah pengrajin batik tulis yang tidak penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2014) yang
mengalami kelelahan mata dengan yang mengalami menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat
kelelahan mata seimbang jumlahnya yaitu 50%. (signifikan) antara umur dengan penurunan tajam
Hubungan Antara Intensitas Penerangan dengan penglihatan mata kanan dan kiri.
Kelelahan Mata Pada Pengrajin Batik. Hubungan
intensitas penerangan dengan kelelahan mata dapat Lama Kerja
diketahui pada tabel ini: Pheasant (1991) berpendapat bahwa kegiatan-
kegiatan yang menggunakan otot-otot mata adalah
Tabel 6. Hubungan Antara Intensitas Penerangan sumber utama keluhan eyestrain. Sedangkan faktor
dengan Kelelahan Mata pada Pengrajin yang mempunyai pengaruh besar adalah pekerjaan
Batik Tulis Jetis di Sidoarjo Tahun 2015 pada jarak dekat yang dilakukan pada kurun waktu
Intensitas Kelelahan Mata yang lama.
Penerangan Tidak Total Mayoritas pengrajin batik tulis yang mengalami
Lelah kelelahan mata adalah pengrajin yang lama kerjanya
Setempat lelah
Tidak memenuhi  1 10 11 < 8 jam per hari. Berdasarkan uji statistik diketahui
Memenuhi  9  0  9 bahwa nilai dari koefisien contingency sebesar
Total 10 10 20 0,633. Hal ini menunjukkan bahwa antara lama kerja
dengan kelelahan mata tingkat hubungannya kuat.
Hasil dari uji statistik tersebut diketahui bahwa Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
nilai dari koefisien Cramer’s V sebesar 0,905. Maka dilakukan oleh Mayasari (2009) yang menyatakan
antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata bahwa terdapat hubungan yang rendah antara keluhan
tingkat memiliki hubungan sangat kuat. kelelahan mata dengan jam kerja dalam sehari yaitu
Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerangan dengan nilai koefisien contingency sebesar 0,235.
dapat menentukan kualitas objek yang akan menjadi
sasaran penglihatan. Maka dari hasil penelitian Masa Kerja
memberikan hasil penerangan berpengaruh
Pada Encyclopedia of Occupational and
signifikan terhadap kelelahan mata.
Safety (1998), terdapat keluhan gangguan pada
mata rata-rata yang dirasakan setelah pekerja
PEMBAHASAN yang bekerja selama 3–4 tahun untuk pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian. Para pekerja yang
Usia
lebih dari tiga tahun akan memiliki tingkat risiko
Menurut NASD (National Aging Safety yang lebih cepat mengalami kelelahan mata jika
Database) dalam Maryamah (2011) menyatakan dibandingkan dengan para pekerja yang masa kerja
bahwa usia seseorang yang semakin tua memiliki kurang dari atau sama dengan tiga tahun. Dari hasil
pengaruh pada kemunduran kemampuan penglihatan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengrajin
dalam setiap objek lingkungan sekitar. Ketika usia yang mayoritas mengalami kelelahan mata adalah
20 tahun rata-rata manusia dapat melihat objek pengrajin yang masa kerjanya > 3 tahun.
Nina dan Tri, Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata… 151

Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa standar, karena warna langit-langit yang gelap dapat
nilai dari koefisien contingency sebesar 0,500. Hal menurunkan efektivitas dari instalasi penerangan
ini menunjukkan bahwa antara masa kerja dengan sebanyak 50% (Siswanto, 1989).
kelelahan mata tingkat hubungannya sedang. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang Lantai
dilakukan oleh Rohman (2014), yang menyatakan Lantai pada beberapa home industry batik
bahwa masa kerja dengan penurunan tajam tulis mayoritas terbuat dari keramik yaitu sebesar
penglihatan memiliki hubungan tingkat keeratan 65% dengan warna lantai yang gelap dan termasuk
yang kuat. dalam kategori kotor. Hal inilah yang menyebabkan
intensitas penerangan setempat tidak memenuhi
Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
standar, karena warna lantai yang gelap dapat
Intensitas penerangan yang diperlukan oleh para menurunkan efektivitas dari instalasi penerangan
pengrajin batik tulis adalah intensitas penerangan sebanyak 50% (Siswanto, 1989). Selain itu, nilai
setempat (local) yang memenuhi standar. Hal ini pantulan lantai mayoritas beberapa home industry
karena pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin batik tulis Jetis, Sidoarjo tidak memenuhi standar
merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian daya pantul lantai yaitu sebanyak 55%.Berdasarkan
yang tinggi. Dari hasil pengukuran intensitas standar daya pantul lantai menurut Santoso (2004),
penerangan menunjukkan hasil bahwa masih banyak daya pantul lantai yang baik seharusnya memiliki
home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo yang tidak nilai 20%.
memenuhi standar penerangan setempat (local) Selain dipengaruhi oleh faktor mengenai
yaitu sebanyak 55%. Berdasarkan standar kebutuhan dekorasi tempat kerja, intensitas penerangan
penerangan untuk industri tekstil menurut UNEP setempat (local) pada beberapa home industry batik
untuk pekerjaan pewarnaan yang membutuhkan tulis Jetis, Sidoarjo juga dipengaruhi komponen lain
ketelitian tinggi (akurat), rekomendasi yang seperti:
disarankan yaitu sebesar 500 lux.
Penerangan setempat yang tidak memenuhi Sumber Penerangan
standar pada beberapa home industry batik tulis Sumber penerangan merupakan salah satu
Jetis, Sidoarjo dipengaruhi oleh beberapa faktor komponen supaya para tenaga kerja dapat melakukan
mengenai dekorasi tempat kerja, diantaranya: pekerjaannya dengan jelas, cepat, nyaman, dan
aman. Seluruh sumber penerangan yang digunakan
Dinding
oleh beberapa home industry batik tulis Jetis,
Dinding pada beberapa home industry batik Sidoarjo adalah sumber penerangan campuran yaitu
tulis semuanya terbuat dari bahan batu bata dengan gabungan antara sumber penerangan alami dan
dominasi warna dinding yang tergolong cerah buatan. Meskipun beberapa home industry batik tulis
sebesar 90 %. Namun untuk kondisi dinding masih Jetis, Sidoarjo sudah banyak yang menggunakan
banyak yang termasuk dalam kategori sedang yaitu sumber penerangan campuran namun masih banyak
sebesar 70%. Sehingga meskipun warna dinding home industry yang tidak memenuhi standar. Hal ini
awalnya cerah akan berubah menjadi gelap seiring karena besar atau banyaknya cahaya yang terdapat
berjalannya waktu. Hal inilah yang menyebabkan pada tempat yang satu dengan yang lain berbeda-
intensitas penerangan setempat tidak memenuhi beda dan dipengaruhi beberapa faktor lain.
standar, karena warna dinding yang gelap dapat
menurunkan efektivitas dari instalasi penerangan Sistem Penerangan Buatan
sebanyak 50% (Siswanto, 1989). Seluruh sistem penerangan buatan yang
digunakan oleh beberapa home industry batik tulis
Langit-langit
Jetis, Sidoarjo adalah sistem penerangan buatan jenis
Langit-langit pada beberapa home industry batik direct lighting. Pada sistem direct lighting, 90%
tulis mayoritas terbuat dari genteng yaitu sebesar cahaya didistribusikan menuju ke bawah. Meskipun
35%. Dominasi warna langit-langit adalah gelap begitu masih banyak home industry yang tidak
ditambah dengan kondisi langit-langit mayoritas memenuhi standar. Berikut penjabaran komponen
dalam kondisi kotor. Hal inilah yang menyebabkan dari sistem penerangan buatan:
intensitas penerangan setempat tidak memenuhi
152 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 144–154

Jenis Lampu pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada


Jenis lampu yang digunakan oleh beberapa objek yang berukuran kecil dan pada jarak yang
home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo adalah jenis dekat dalam jangka waktu yang relative lama. Pada
lampu neon (lampu pelepasan listrik bertekanan kondisi seperti itu, otot-otot mata akan bekerja secara
rendah). Lampu jenis ini merupakan jenis lampu terus-menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan
yang memiliki berbagai keunggulan yaitu efisiensi otot-otot pengakomodasi (korpus siliaris) semakin
yang tinggi, kesilauan yang rendah, tidak banyak besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan
bayangan, suhu rendah, terdapat dalam berbagai sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata. Stress pada
warna, tidak menimbulkan distorsi warna objek yang retina dapat terjadi apabila terdapat kontras yang
diamati (Silalahi, 1995). Namun, tingkat intensitas berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu
penerangan yang dihasilkan oleh lampu juga pengamatan yang relatif lama (Soewarno, 1992).
dipengaruhi tegangan dan kondisi lampu tersebut. Hasil dari pengukuran mata yang terdapat pada
tabel dapat disimpulkan bahwa jumlah pengrajin
Tegangan Lampu batik tulis yang tidak mengalami kelelahan mata
dengan yang mengalami kelelahan mata jumlahnya
Mayoritas home industry batik tulis Jetis, seimbang yaitu sebanyak 50%. Hal ini tidak sejalan
Sidoarjo menggunakan lampu neon bertegangan apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran
20 watt. Tegangan lampu sebesar 20 watt ini intensitas penerangan yang mayoritas tidak
masih belum bisa mencukupi kebutuhan intensitas memenuhi standar.
penerangan setempat mengingat dinding, langit- Setelah diperiksa kembali, ternyata terdapat satu
langit, dan lantai di sana masih dalam kondisi orang pengrajin yang tidak mengalami kelelahan
gelap dan kotor. Hal inilah yang menyebabkan mata walaupun intensitas penerangan di tempat
intensitas penerangan setempat tidak memenuhi kerjanya tidak memenuhi standar. Hal ini karena
standar karena warna dinding, langit-langit, dan usia dari pengrajin tersebut masih < 45 tahun,
lantai yang gelap dapat menurunkan efektivitas tepatnya yaitu masih berusia 26 tahun. Menurut
dari instalasi penerangan sebanyak 50% (Siswanto, Haeny (2009), semakin muda seseorang kebutuhan
1989). Sehingga tegangan lampu yang awalnya cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia
20 watt, akan menjadi semakin kecil karena yang lebih tua dan kecenderungan untuk mengalami
mengalami penurunan sebesar 50%. kelelahan mata lebih sedikit. Selain itu, masa kerja
dari pengrajin tersebut juga tergolong masih belum
Keadaan Lampu
lama yaitu masih satu tahun. Menurut Encyclopedia
Keadaan lampu pada semua home industry of Occupational and Safety (1998), adanya keluhan
batik tulis Jetis, Sidoarjo termasuk dalam keadaan gangguan pada mata dirasakan setelah pengrajin
lampu dengan kategori sedang. Ditambah dengan bekerja dengan masa kerja lebih dari 3–4 tahun.
kurangnya perawatan, keadaan lampu yang sudah Sehingga apabila pengrajin tersebut masih bekerja
termasuk dalam kategori sedang, lambat laun akan selama satu tahun, tidak heran jika pengrajin tersebut
menjadi kotor. Mengingat komposisi warna yang tidak mengalami kelelahan mata. Hal ini karena
dihasilkan lampu neon tergantung zat-zat fluorescent terjadinya kelelahan mata disebabkan oleh banyak
yang melapisi bagian dalam lampu tersebut (Silalahi, faktor.
1995). Keadaan lampu bagian luar yang kotor ini Menurut Mangoenprasedjo (2005), cara
pun akhirnya juga akan menghalangi intensitas merawat mata agar tidak sampai mengalami
penerangan yang dihasilkan oleh lampu tersebut. kelelahan mata adalah menghindari penerangan
buruk pada saat bekerja dan melakukan pemeriksaan
Hasil Pengukuran Kelelahan Mata mata ke dokter mata secara teratur. Terutama jika
Kelelahan mata adalah lelahnya otot-otot mata mata terlihat merah, berair, dan terasa gatal serta
akibat penggunaan mata untuk melihat dengan sering mengalami sakit kepala.
jarak dekat, berkonsentrasi, atau, terlalu fokus pada
Hubungan Intensitas Penerangan dengan
objek yang cenderung tidak nyaman untuk dilihat
Kelelahan Mata
dalam kurun waktu yang lama (Setiawan, 2012).
Selain itu, kelelahan mata disebabkan oleh stress Penerangan dengan intensitas rendah dapat
yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stress pada menyebabkan kelelahan mata, ketegangan mata,
otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi dan keluhan pegal di sekitar mata. Namun apabila
Nina dan Tri, Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Mata… 153

intensitas penerangan tinggi, hal ini juga dapat pengaturan warna dan dekorasi tempat kerja,
menimbulkan kesilauan yang dapat mengganggu pemanfaatan cahaya alami semaksimal mungkin)
pekerjaan. Oleh sebab itu harus diupayakan dan secara administrative (pemeriksaan kesehatan
penerangan dengan intensitas yang cukup dan mata seperti pemeriksaan sebelum kerja, berkala,
memadai, yaitu tidak terlalu rendah maupun tinggi maupun pemeriksaan khusus).
(Santoso, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase
SIMPULAN
pengrajin yang kondisi intensitas penerangan
setempat (local) di area kerjanya dikategorikan Beberapa keterbatasan penelitian yaitu tidak
tidak memenuhi standar sebesar 55% dan pengrajin mencantumkan faktor usia dan lama kerja terhadap
yang kondisi intensitas penerangan setempat (local) timbulnya kelelahan mata. Penelitian yang dilakukan
di area kerjanya dikategorikan memenuhi standar pada home industry batik tulis Jetis, Sidoarjo
45%. Jumlah pengrajin yang intensitas penerangan menunjukkan bahwa masih banyak intensitas
setempat (local) di area kerjanya dikategorikan penerangan setempat yang tidak memenuhi standar
tidak memenuhi standar dan mengalami kelelahan penerangan setempat (local). Rata-rata dalam
mata sebanyak 10 orang. Jumlah ini sangat besar penelitian ini, pengrajin batik tulis yang paling
apabila dibandingkan dengan jumlah pengrajin banyak mengalami kelelahan mata adalah pengrajin
yang intensitas penerangan setempat (local) di yang berusia < 45 tahun, dengan lama kerja < 8 jam
area kerjanya dikategorikan memenuhi standar dan per hari dan yang memiliki masa kerja > 3 tahun.
mengalami kelelahan mata yaitu sebanyak 0 orang Jumlah pengrajin batik tulis yang tidak mengalami
atau tidak ada sama sekali pengrajin yang mengalami kelelahan mata dengan yang mengalami kelelahan
kelelahan mata. mata jumlahnya seimbang. Adanya hubungan antara
Hasil dari uji statistik diketahui bahwa nilai intensitas penerangan dengan kelelahan mata pada
dari koefisien Cramer’s V sebesar 0,905. Hal ini pengrajin batik tulis memiliki tingkat hubungan
menunjukkan bahwa antara intensitas penerangan yang sangat kuat.
dengan kelelahan mata tingkat hubungannya
sangat kuat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
DAFTAR PUSTAKA
penelitian yang dilakukan oleh Hambali (2004),
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang American Optometric Association (AOA). 2004.
sangat kuat (positif) antara tingkat pencahayaan Vision USA//http://www.aoafoundation.org/(sitasi
dengan kelelahan mata. 30 Maret 2015).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Depkes.2008.Pecahayaan Salah Perburuk
yang dilakukan oleh Mayasari (2009), yang Penglihatan //http://www.klikdokter.com/article/
menyatakan dari hasil perhitungan didapatkan nilai detail/401.htm (sitasi 07 April 2015).
sebesar 0,113 yang menunjukkan bahwa terdapat Encyclopedia of Occupational and Safety. 1998.
hubungan yang sangat rendah antara keluhan Part 1 The Body//http://www.ilocis.org/en/
kelelahan mata dengan intensitas penerangan. contilo.html (sitasi 27 Maret 2015).
Pencahayaan dapat diatur sesuai dengan Hanum, Iis Faizah. 2008. Efektivitas Penggunaan
kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga kesehatan Screen pada Monitor Komputer untuk
mata dari para tenaga kerja dapat terpelihara dengan Mengurangi Kelelahan Mata Pekerja Call Centre
baik dan motivasi kerja bisa meningkat (Subaris dan di PT Indosat Nsr Tahun 2008. Tesis. Medan;
Haryono, 2007). Penerangan yang memadai dapat Universitas Sumatera Utara.
memudahkan para tenaga kerja untuk melakukan Koesyanto, Herry. 2006. Pengaruh Penerangan
pekerjaannya tanpa harus melakukan upaya berlebih dan Jarak Pandang Pada Komputer terhadap
terutama dalam kegiatan melihat objek pekerjaannya Kelelahan Mata. Jurnal Kemas, 1 (2): 44–51.
(Suma’mur, 2009). Maryamah, Siti. 2011. Faktor-faktor yang
Menurut Santoso (2004), pengendalian yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata
dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah Pada Pengguna Computer di Bagian Outbond
penerangan di tempat kerja terdapat dua macam Call Gedung Graha Telkom BSD (Bumi Serpong
yaitu secara teknis (peningkatan kebersihan Damai) Tangerang Tahun 2011. Skripsi. Jakarta,
instalasi penerangan tempat kerja termasuk lampu, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
154 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 144–154

Mayasari, Eriana Agyustin. 2009. Beberapa Faktor Siswanto. 1989. Penerangan. Surabaya: Balai
yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur.
Mata Pada Operator Komputer di PT. Indosat Soewarno, 1992. Penerangan Tempat Kerja. Jakarta:
Surabaya. Tugas Akhir. Surabaya, Universitas Pusat Pelayanan Ergonomi dan Kesker.
Airlangga. Subaris, Heru dan Haryono. 2007. Hygiene
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Press.
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Works, and Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan
Health. USA: Aspen Publisher Inc. Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung
Rohman, Fajar Fatkhur. 2014. Hubungan Tingkat Seto.
Kedisiplinan Pemakaian Kacamata Las dengan Supriati, Febriana. 2012. Faktor-faktor yang
Penurunan Tajam Penglihatan pada Pekerja berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan
Pengelasan di Kecamatan Slogohimo Kabupaten Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP
Wonogiri. Skripsi. Surakarta, Universitas Semarang. Volume 1. Nomor 2. Page 720–730.
Muhammadiyah Surakarta. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm (sitasi
Santoso, Gempur. 2004. Manajemen Keselamatan & 07 Juli 2015)
Kesehatan Kerja. Surabaya: Prestasi Pustaka. Widowati, E. 2009.Pengaruh Intensitas Pencahayaan
Setiawan, Iwan. 2012. Analisis Hubungan Faktor Lokal. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 5.
Karakteristik Pekerja, Durasi Kerja, Alat Kerja, Nomor. 1. Page 64–69. http://journal.unnes.ac.id/
dan Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan nju/index.php/kemas (sitasi 10 Juli 2015).
Subjektif Kelelahan Mata pada Pengguna Wiyanti, Nina. 2015. Hubungan Intensitas
Komputer di PT. Surveyor Indonesia Tahun 2012. Penerangan dan Jarak Pandang dengan Kelelahan
Skripsi. Depok, Universitas Indonesia. Mata pada Pengrajin Batik Tulis. Skripsi.
Silalahi, Bennett. 1995. Manajemen Keselamatan Surabaya, Universitas Airlangga.
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka
Binaman Presindo.

Você também pode gostar