Você está na página 1de 12

ANALISIS TINGGI DAN BERAT BADAN ANAK BARU MASUK

SEKOLAH SEBAGAI DETEKSI DINI GANGGUAN GIZI PADA ANAK


USIA SEKOLAH DASAR

HEIGHT AND WEIGHT ANALAYSIS FOR CHILDREN NEW ENTERED


PRIMARY SCHOOL AS THE EARLY MALNUTITION DETECTION AT THE
SCHOOL CHILDREN

Dyah Umiyarni Purnamasari dan Erna Kusuma Wati


Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
Height of new children entered primary school can explaine the growth of the
previous age which strongly associated with health and nutritional history of the
past, while the weight loss associated with nutritional status conditions in the
present. The objective of this study was to analyze the new children's height and
weight as early detection of nutritional disorders in school children. This research
was explanatory survey with crosssectional approach. Observed variables include
height and weight of children and interpretation of achievement based on the percent
of the median, the height for age index, the weight for age index and Bassal
Metabolism Index. The samples are all new children entered school in SDN
1Karangklesem, numbered of 27 people. The analysis showed an
average height attainment of male students is 96.2% of the WHO
standard median and 95.1% female students, while achieving an average weight of
male students was 93.3% of the median standard WHO and women 78.6%. Based on
height for age index, the nutritional disorder most commonly found is stunted as
much as 29.6%, 22,2 % malnutrition by weight for age index and 29,6 % wasted by
BMI. Suggestion to monitor the nutritional status of children regularly as
malnutrition.
Keywords : School Children, Weight, Height
Kesmasindo Volume 5( 1) Januari 2012, hlm. 12-22

PENDAHULUAN 13,3 % untuk laki-laki, dan 10,9 %


untuk anak perempuan. Sebanyak 16
Anak sekolah dasar merupakan
provinsi mempunyai prevalensi Anak
kelompok rentan gizi yang mudah
Usia Sekolah Kurus (laki-laki) diatas
terkena gangguan gizi, yaitu suatu
prevalensi nasional, yaitu DI Aceh,
kondisi yang menyebabkan status gizi
Sumatera Barat, Riau, Jambi,
berada pada kondisi tidak seimbang.
Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa
Hasil Riset Kesehatan Dasar
Tengah, Banten, Nusa Tenggara
(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan
Barat, Nusa Tenggara Timur,
adanya prevalensi nasional anak
Kalimantan Barat, Kalimantan
sekolah kurus (usia 6-14 tahun) , yaitu

12
Dyah Umiyarni Purnamasari, Analisis Tinggi Dan Berat Badan Anak 13
Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi 2007). Hal ini menunjukkan gangguan
Selatan, Sulawesi Tenggara, dan gizi masih terjadi pada anak sekolah
Maluku. di Banyumas.
Sebanyak 19 provinsi mem- Salah satu indikator untuk
punyai prevalensi Anak Usia Sekolah menilai status gizi anak sekolah yaitu
Kurus (Perempuan) diatas prevalensi pemantauan terhadap tinggi dan berat
nasional, yaitu DI Aceh, Riau, Jambi, badan anak baru masuk sekolah.
Sumatera Selatan, Lampung, Tinggi badan anak baru masuk SD
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa dapat memberikan gambaran
Tengah, Banten, Nusa Tenggara pertumbuhan umur sebelumnya yang
Barat, Nusa Tenggara Timur, berkaitan erat dengan riwayat
Kalimantan Barat, Kalimantan kesehatan dan gizi masa lampau,
Tengah, Kalimantan Selatan, sedangkan berat badan berkaitan
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dengan kondisi status gizinya pada
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, masa sekarang.
dan Maluku ( Riskesdas, 2007). Tahun ajaran baru 2011/2012
Hasil Riskesdas tersebut merupakan saat yang tepat untuk
menunjukkan bahwa prevalensi anak melakukan pemantauan tinggi
sekolah kurus baik laki-laki maupun maupun berat badan anak baru masuk
perempuan di Jawa Tengah masih sekolah. Penelitian akan dilakukan
cukup tinggi, di atas prevalensi pada siswa SDN 1 Karangklesem,
nasional, jumlahnya yaitu 13.4 % pada Kecamatan Purwokerto Selatan.
anak laki-laki dan 11,3 % pada anak Penelitian yang dilakukan oleh Wati
perempuan. dan Purnamasari (2010), me-
Adapun survei menurut nunjukkan bahwa masyarakat Desa
Kabupaten, di Kabupaten Banyumas, Karangklesem masih mempunyai
prevalensi anak sekolah laki-laki tingkat sosial ekonomi rendah, dengan
kurus sebanyak 7,7 %, dan perempuan pekerjaan utama sebagai buruh dan
7,3 %, dan berat badan berlebih 6,6 % pedagang swasta dengan rata-rata
pada anak laki-laki dan 4,6 % pada pendapatan perkapita masih di bawah
anak perempuan ( Laporan Riskesdas, UMK ( Rp. 750.000,00) (http://www
14 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 12-22

.disnakertrans-jateng.go.id,2011). diambil dengan teknik purposive


Atmarita (2004), mengatakan sampling yaitu siswa yang baru masuk
akumulasi akibat krisis ekonomi di kelas 1 di SDN 1 Karangklesem.
Indonesia tergambar dari tingginya Sampel berjumlah 29 siswa.
angka prevalensi gangguan
pertumbuhan pada anak. Oleh karena HASIL DAN PEMBAHASAN
itu penelitian ini penting digunakan A. Karakteristik Sampel
sebagai deteksi awal gangguan gizi Pada kelas 1 SDN Karang
pada anak usia sekolah, terutama usia klesem terdapat 6 siswa tidak naik
sekolah dasar. kelas, sehingga jumlah siswa yang
benar-benar baru hanya 29 anak. Pada
METODE PENELITIAN saat penelitian ada 2 orang siswa yang
Penelitian ini merupakan tidak masuk karena sakit sehingga
penelitian explanatory survey. jumlah sampel keseluruhan adalah 27
Penelitian ini bertujuan untuk anak. Siswa yang berjenis kelamin
menjelaskan gangguan gizi yang laki-laki adalah 13 (48,1 %) dan yang
terjadi berdasar tinggi dan berat badan berjenis kelamin perempuan adalah 14
anak baru masuk sekolah. Penelitian (51,9 %) anak. Rata-rata umur siswa
dilakukan dengan pendekatan cross adalah 6 tahun 5 bulan, dengan umur
sectional dimana variabel independen termuda adalah 5 tahun 1 bulan dan
dan dependen yang terjadi pada umur tertua 7 tahun 8 bulan.
subyek penelitian dikumpulkan secara
simultan (satu saat bersamaan). B. Analisis Pencapaian Tinggi dan
Variabel yang diamati dalam Berat Badan Siswa
penelitian ini meliputi tinggi dan berat Dengan menggunakan rata-
badan serta interprestasinya rata umur adalah 6 tahun 5 bulan,
berdasarkan persen median, indeks maka pencapaian berdasarkan median
TB/U, indeks BB/U dan Indeks Massa baku pertumbuhan WHO seperti pada
Tubuh (IMT) menurut baku tabel 1.
pertumbuhan WHO 2007. Sampel
Dyah Umiyarni Purnamasari, Analisis Tinggi Dan Berat Badan Anak 15

Tabel 1. Analisis Pencapaian Tinggi dan Berat Badan Siswa

Peresentase
No Variabel Rata-rata Median Baku
pencapaian
1. Tinggi Badan
Laki-laki 114 cm 118,4 cm 96,2 %
Perempuan 111,71 cm 117,5 cm 95,1 %
2. Berat Badan
Laki-laki 19,88 kg 21,3 kg 93,3 %
Perempuan 16,52 21 kg 78,6 %

Berdasarkan tabel 1 dapat Gangguan gizi dianalisis


dilihat bahwa persentase pencapaian dengan menggunakan status gizi
tinggi badan berdasarkan median baku indeks TB/U standar pertumbuhan
pertumbuhan WHO lebih tinggi pada anak WHO 2007. Sebanyak 70,4 %
laki-laki, demikian juga pada (19) anak termasuk kategori normal
persentase pencapaian berat badan. dan 29,6 % (8) anak termasuk kategori
pendek. Adapun distribusinya
C. Analisis Gangguan Gizi berdasarkan jenis kelamin dapat
Berdasarkan Indeks TB/U dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Status Gizi Indeks TB/U Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah
Normal Pendek
N % N %
1 Laki-laki 11 57,8 2 25
2 Perempuan 8 42,1 6 75,6
Total 19 100 8 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat Gangguan gizi dianalisis


bahwa gangguan gizi yang terjadi dengan menggunakan status gizi
lebih banyak pada perempuan (75 %) indeks BB/U standar pertumbuhan
D. Analisis Gangguan Gizi Ber- anak WHO 2007. Hasilnya sebanyak
dasarkan Indeks BB/U 55,6 % (15) anak termasuk kategori
gizi baik, 18,5 % (5) termasuk gizi
16 Jurnal Kesmas Indonesia. Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 12-22

kurang, 22,2 (6) anak termasuk gizi berdasarkan jenis kelamin dapat
buruk dan 3,7 % (1) anak termasuk dilihat pada tabel 3.
obesitas. Adapun distribusinya

Tabel 3. Distribusi Status Gizi Indeks BB/U Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah


Gizi Baik Gizi kurang Gizi buruk Obesitas
N % N % N % N %
1. Laki-laki 8 53,3 1 20 3 50 1 100
2 Perempuan 7 46,7 4 80 3 50 0 0
Total 15 100 5 100 6 100 1 100

Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui indeks IMT standar pertumbuhan anak


bahwa gangguan gizi buruk WHO 2007. Hasilnya sebanyak 48,1
mempunyai proporsi yang sama antara % (13) anak termasuk normal, 29,6 %
laki-laki dan perempuan. (8) anak termasuk kurus, 7,4%(2)
anak termasuk sangat kurus, 7,4 % (2)
E. Analisis Gangguan Gizi Gizi anak kelebihan berat badan dan 7,4 %
Berdasarkan IMT (2) anak termasuk obesitas. Adapun
Gangguan gizi dianalisis distribusinya berdasarkan jenis
dengan menggunakan status gizi kelamin dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Status Gizi Indeks IMT Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah
Normal Kurus Sangat Kelebihan Obesitas
Kurus BB
N % N % N % N % N %
1. Laki-laki 7 53,8 2 25 1 50 1 50 2 100
2 Perempuan 6 46,2 6 75 1 50 1 50 0 0
Total 13 100 8 100 2 100 2 100 2 100

Analisis pencapaian tinggi dan siswa baik laki-laki maupun


berat badan menunjukkan bahwa perempuan berdasarkan median baku
persentase pencapaian tinggi badan pertunbuhan WHO (persen median )
Dyah Umiyarni Purnamasari, Analisis Tinggi Dan Berat Badan Anak 17

sudah dalam kategori baik yaitu > 80 makan yang rendah dan dukungan
%, sedangkan pencapaian berat badan kesehatan yang kurang pada anak-
siswa perempuan masih dalam anaknya. Hal ini akan mempengaruhi
kategori sedang (rata-rata pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak
78,6 % < 80 % standar median WHO). dalam keluarga tersebut.
Adapun analisis berdasarkan status Tinggi badan ternyata juga
gizi, pada penelitian ini ditemukan dapat mempengaruhi prestasi belajar
adanya gangguan gizi baik dengan anak sekolah. Penelitian yang
menggunakan analisis TB/U, BB/U dilakukan oleh Chang et al (2002)
maupun dengan indeks massa tubuh. menyatakan bahwa anak-anak yang
Analisis dengan menggunakan mempunyai tinggi badan kurang
indeks TB/U ditemukan gangguan gizi (stunted) pada masa balita maka akan
sebanyak 29,6 % termasuk dalam mempunyai kemampuan kognitif dan
kategori pendek. prestasi belajar rendah pada masa
Tinggi badan menggambarkan sekolah. Penelitian ini merupakan
keadaan pertumbuhan skeletal atau penelitian longitudinal, yaitu
kerangka tubuh. Indeks TB/U mengumpulkan data anak yang
mencerminkan pengaruh defisiensi mengalami pendek pada umur 9-24
gizi pada masa lampau, dan dapat bulan, kemudian diamati
digunakan sebagai indikator kondisi kemampuannya pada masa sekolah
sosial ekonomi masyarakat yaitu umur 11-12 tahun. Ternyata
(Supariasa, 2001). anak-anak yang pendek tersebut
Penelitian yang dilakukan oleh mempunyai nilai yang lebih rendah
Voss et al (1998) menunjukkan dalam pelajaran aritmetik, menulis,
adanya perbedaan sosial ekonomi membaca dan kemampuan bahasa
keluarga antara siswa yang pendek dibanding anak yang tinggi badannya
dan siswa yang mempunyai tinggi normal.
tubuh normal. Bradley and Corwyn Analisis dengan menggunakan
(2002) menyatakan bahwa pada indeks BB/U ditemukan gangguan
keluarga dengan sosial ekonomi gizi yaitu 18,5 % gizi kurung, 22,2 %
rendah maka akan mempunyai pola gizi buruk dan 3,7 % obesitas.
18 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 12-22

Berat badan adalah salah satu yang lain. Kekurangan gizi atau
parameter yang memberikan malnutrisi yang disebabkan asupan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh gizi yang tidak adekuat dapat
sangat sensitif terhadap perubahan- mengakibatkan penurunan berat
perubahan yang mendadak, oleh badan, gangguan pertumbuhan,
karena itu berat badan adalah menurunnya imunitas dan kerusakan
parameter antropometri yang sangat mukosa. Hal tersebut berkaitan
labil. Dalam keadaan normal, dimana dengan kejadian, keparahan, durasi
keadaan kesehatan baik dan dan episode penyakit infeksi. Penyakit
keseimbangan antara konsumsi dan infeksi dapat menyebabkan
kebutuhan zat gizi terjamin, maka kehilangan persediaan gizi dan
berat badan berkembang mengikuti meningkatnya kebutuhan akibat dari
pertambahan umur. Sebaliknya, dalam sakit. Pada saat bersamaan terjadi
keadaan abnormal, terdapat dua penurunan nafsu makan yang pada
kemungkinan perkembangan berat gilirannya menyebabkan asupan gizi
badan, yaitu dapat berkembang cepat menurun dan berkurangnya berat
atau lebih lambat dari keadaan normal badan.
(Riyadi, 1995). Berat badan yang kurang
Penelitian yang dilakukan oleh akibat rendahnya asupan makanan
Wati dan Rejeki (2008) di Kabupaten dapat berpengaruh terhadap prestasi
Banyumas menunjukkan bahwa pada belajar anak. Penelitian yang
anak yang mengalami gizi buruk akan dilakukan oleh Alaimo et al (2001)
lebih mudah terkena penyakit infeksi. pada anak sekolah di Amerika
Pada penelitian tersebut, sebanyak menunjukkan bahwa anak yang
52,2 % anak yang terkena infeksi mengalami kekurangan asupan
yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut makanan akan mempunyai nilai
(ISPA) mempunyai status gizi buruk. pelajaran aritmetika yang rendah,
Brown (2003) menyatakan cenderung potensi tinggal kelas dan
bahwa penyakit infeksi dan gangguan mempunyai kesulitan untuk
gizi sering terjadi secara bersamaan melakukan sosialisasi dengan teman
dan saling mempengaruhi satu dengan
Dyah Umiyarni Purnamasari, Analisis Tinggi Dan Berat Badan Anak 19

sebayanya dibanding anak yang dan obesitas sebanyak 7,4 %. Adapun


mempunyai gizi baik. bila dilihat distribusinya berdasarkan
Menurut WidyaKarya jenis kelamin, prevalensi anak laki-
Nasional Pangan Gizi (2004) Energi laki kurus sebanyak 25 %, perempuan
yang diperlukan untuk anak usia 7-9 75 %, sedangkan prevalensi anaka
tahun adalah 1800 Kalori, sedangkan laki-laki kelebihan berat badan
untuk anak usia 10-12 tahun adalah mempunyai proporsi yang sama antara
2050 Kalori. Adapun protein yang laki-laki dan perempuan.
diperlukan untuk anak usia 7-9 tahun Hasil tersebut lebih tinggi bila
adalah 45 gram dan anak usia 10-12 dibandingkan data Riskesdas 2007,
tahun adalah 50 gram (Hardinsyah dan secara nasional prevalensi anak laki-
Tambunan, 2004). Asupan yang laki kurus sebanyak 13,3 % dan
kurang dari kebutuhannya akan perempuan sebanyak 10,9 %. Adapun
mengganggu pertumbuhan dan prevalensi anak sekolah laki-laki
perkembangan kognitif anak. kelebihan berat badan sebanyak 9,5 %
Analisis dengan menggunakan dan perempuan sebanyak 6,4 %.
indeks masaa tubuh (IMT) yang Hasil tersebut juga lebih tinggi
merupakan kombinasi variabel antara daripada prevalensi di Kabupaten
berat dan tinggi badan. Analisis Banyumas, yaitu anak sekolah laki-
menggunakan IMT dengan laki kurus sebanyak 7,7 %, dan
menggunakan tabel WHO, 2007 perempuan 7,3 %, serta kelebihan
merupakan analisis yang paling tepat berat badan 6,6 % pada anak laki-laki
dan direkomendasikan untuk anak dan 4,6 % pada anak perempuan (
sekolah. Analisis metode ini sudah Laporan Riskesdas, 2007).
dipakai pada saat dilakukan Riset Faktor yang menyebabkan
Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) gangguan gizi pada anak sekolah ada
2007. berbagai macam. Penelitian yang
Pada penelitian ini ditemukan dilakukan oleh Tharakan and
adanya gangguan gizi yaitu kategori Suchindran (1999) pada anak sekolah
kurus sebanyak 29,6 %, sedangkan di Botswana, menyimpulkan bahwa
sangat kurus, kelebihan berat badan faktor-faktor yang mempengaruhi
20 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 12-22

gangguan gizi pada anak sekolah Program tersebut mensyaratkan kalori


diantaranya adalah : umur, berat minimal yang ada dalam makanan
badan lahir, durasi pemberian ASI, tambahan tersebut adalah 200-300
jenis kelamin kepala keluarga, kondisi Kalori dan protein sebanyak 3-5 gram,
rumah, sanitasi, pendidikan orangtua, diharapkan dapat memberi tambahan
pola asuh, konsumsi susu dan hasil konsumsi 10-15 % pada anak sekolah
olahannya, konsumsi karbohidrat dan dasar (Depkes RI, 1991). Program
sereal, serta kejadian ISPA dan Diare. tersebut saat ini digalakkan kembali
Penelitian yang dilakukan oleh dengan dikeluarkan Inpres terbaru
Zaini et al (2005) pada anak sekolah nomor 1 tahun 2010, yang meng-
di Malaysia menunjukkan bahwa amanatkan penyediaan makanan
sarapan memegang peranan penting tambahan kepada peserta didik TK/SD
terhadap nilai Indeks Massa Tubuh dan RA/MI terutama di daerah
dan prestasi belajar. Anak yang tidak tertinggal, terisolir, terpencil,
sarapan cenderung mempunyai berat perbatasan, di pulau-pulau kecil,
badan kurang dan prestasi belajar dan/atau terluar, serta di daerah
turun. Penelitian yang dilakukan oleh pedalaman. Makanan tambahan
Kielman et al (2002) menunjukkan tersebut harus mempunyai kandungan
bahwa anak yang kurus mempunyai kalori minimal 300 Kalori dan 5 gram
hunger rating atau tingkat lapar yang protein (http://pmtas.ditptksd.go.id/.,
tinggi dan ini berhubungan dengan 2011).
prestasi belajar anak sekolah. Pada Penelitian yang dilakukan
saat dia merasa lapar maka oleh Santosa dan Wiyanto (2004)
konsentrasi akan terganggu sehingga menunjukkan adanya hubungan yang
mempengaruhi prestasi belajarnya. bermakna antara pemberian makanan
Intervensi gizi pada anak tambahan pada anak sekolah dengan
sekolah perlu dilakukan untuk penambahan berat badan. Intervensi
menangani gangguan gizi yang terjadi. yang dilakukan yaitu memberi
Pemberian makanan tambahan anak makanan tambahan berupa 1 buah
sekolah pertama kali diluncurkan telur rebus dan semangkok bubur
pemerintah pada tahun 1997/1998. kacang hijau, ternyata setelah 10
Dyah Umiyarni Purnamasari, Analisis Tinggi Dan Berat Badan Anak 21

minggu terjadi peningkatan berat termasuk dalam kategori


badan, perbaikan kadar hemoglobin pendek.
dan penurunan infeksi parasit. 4. Analisis gangguan gizi
Saat ini di SDN 1 Karang berdasarkan indeks BB/U
klesem sudah tidak dilakukan program menunjukkan sebanyak 18,5 %
PMT-AS dari pemerintah, sehingga gizi kurang, 22,2 % gizi buruk
perlu dilakukan integrasi program dan 3,7 % termasuk dalam
antara Usaha Kesehatan Sekolah dan kategori obesitas.
usaha orangtua wali murid untuk 5. Analisis gangguan gizi
dapat meningkatkan asupan gizi siswa berdasarkan indeks massa
dan pemantauan status gizi secara tubuh menunjukkan sebanyak
rutin baik di sekolah maupun dalam 29,6 % kurus, 7,4 % sangat
lingkungan keluarga. kurus, 7,4 % kelebihan berat
badan dan 7,4 % termasuk
SIMPULAN DAN SARAN dalam kategori obesitas.
A. Simpulan B. Saran
1. Persentase pencapaian rata-rata 1. Bagi Sekolah
tinggi badan siswa laki-laki Perlu dilakukan pemantauan
adalah 96,2 % dan siswa status gizi secara rutin bagi
perempuan adalah 95,1 % siswa di sekolah sebagai deteksi
berdasarkan baku median dini terhadap gangguan gizi
WHO yang terjadi dan intervensi
2. Persentase pencapaian rata-rata melalui pemberian makanan
berat badan siswa laki-laki tambahan anak sekolah.
adalah 93,3 % dan siswa 2. Bagi Orangtua
perempuan adalah 78,6 % Memperhatikan asupan makan
berdasarkan baku median anaknya agar tercapai
WHO pertumbuhan optimal dan
3. Analisis gangguan gizi bekerjasama dengan pihak
berdasarkan indeks TB/U sekolah memantau status gizi
menunjukkan sebanyak 29,6 % anak.
22 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 12-22

DAFTAR PUSTAKA Santosa, CM, Marwito Wiyanto. Kajian


Manfaat Pemberian Makanan
Alaimo, Katherine, Christine M. Olson, Tambahan Terhadap Antropometri,
Edward A. Frongillo. Food Gambaran Darah, dan Parasit Usus
Insufficiency and American School- Murid Sekolah Dasar. Berkala Ilmu
Aged Children's Cognitive, Academic, Kedokteran 2004 XXXVI (3)
and Psychosocial Development. Supariasa, I.D.N.; Ibnu F.; Bachyar B. 2001.
Pediatrics Vol 108 No 1 July 1, 2001 Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.
pp 44-53
Bradley, Robert and Robert F. Corwyn. Tharakan, Cheriyan, Chirayath M
Socioeconomic Status and Child Suchindran.Determinants of child
Development Annu. Rev. Psychol. malnutrition—An intervention model
2002. 53:371–99 for Botswana. Nutrition Research,
Brown, K.H.Diarrhea and Malnutrition Volume 19, Issue 6 June 1999, Pages
Symposium: Nutrition and Infection. 843-860.
Prologue and Progress Since 1968. J Wati, Erna Kusuma dan Dwi Sarwani SR.
Nutr 133:328S-332S 2003 Pengaruh Penyakit Infeksi dan Faktor
Chang, S.M, S.P Walker, S.Grantham- Lingkungan terhadap Status Gizi
McGregor, C.A. Powell. Early Balita di Kabupaten Banyumas. Jurnal
childhood stunting and later behaviour Kesmas Indonesia Vol 01(01) Januari
and school achievement. Journal of 2008
Child Psychology and Psychiatry Wati, Erna Kusuma dan Dyah Umiyarni P.
Volume 43, Issue 6, pages 775– 2010. Pengaruh Tingkat Kesadaran
783, September 2002 Gizi Keluarga Terhadap Status Gizi
Bayi (0-11 Bulan ) di Kecamatan
Depkes RI, 1991. Pedoman Umum Program Purwokerto Selatan Kabupaten
Pemberian Makanan Tambahan bagi Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia
Anak Sekolah di Wilayah Indonesia Vol 3 (02) Juli 2010
Bagian Timur dan Jawa Tengah. World Health Organization. 2011. Growth
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. reference data for 5-19 years.
Jakarta. http://www.who.int/growthref/en/
Diakses 31 Juli 2011
Hardinsyah dan Victor Tambunan. Angka
Voss, Mulligan and Betts. Short stature at
Kecukupan Energi, Protein, Lemak
school entry — an index of social
dan Serat Makanan dalam Prosding
deprivation? (The Wessex Growth
Widya Karya Pangan Nasional Pangan
Study). Child: Care, Health and
dan Gizi VIII; Jakarta 17-19 Mei 2004
Development Volume 24, Issue
http://pmtas.ditptksd.go.id/. Pemberian
2, pages 145–156, March 1998
Makanan Tambahan. Diakses 26
Zaini, M.Z, C.T. Lim, W.Y Low and F.Harun.
Desember 2011
Effects of Nutritional Status on
http://www.disnakertrans-jateng.go.id. Upah
Academic Performance of Malaysian
minimum Kabupaten 2007-2011.
Primary School Children. Pac J Public
Diakses 30 Juli 2011
Health 2005; 17(2): 81-87.
Kleinman RE, Hall S, Green H, Korzec-
Ramirez D, Patton K, Pagano ME,
Murphy JM. Diet, Breakfast and
Academic Performance In
Children. Ann Nutr Metab
2002;46:24–30.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Nasional Tahun 2007. 2008. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Jawa Tengah
Tahun 2007. 2008. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Depkes
RI, Jakarta.

Você também pode gostar