Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRACT
Height of new children entered primary school can explaine the growth of the
previous age which strongly associated with health and nutritional history of the
past, while the weight loss associated with nutritional status conditions in the
present. The objective of this study was to analyze the new children's height and
weight as early detection of nutritional disorders in school children. This research
was explanatory survey with crosssectional approach. Observed variables include
height and weight of children and interpretation of achievement based on the percent
of the median, the height for age index, the weight for age index and Bassal
Metabolism Index. The samples are all new children entered school in SDN
1Karangklesem, numbered of 27 people. The analysis showed an
average height attainment of male students is 96.2% of the WHO
standard median and 95.1% female students, while achieving an average weight of
male students was 93.3% of the median standard WHO and women 78.6%. Based on
height for age index, the nutritional disorder most commonly found is stunted as
much as 29.6%, 22,2 % malnutrition by weight for age index and 29,6 % wasted by
BMI. Suggestion to monitor the nutritional status of children regularly as
malnutrition.
Keywords : School Children, Weight, Height
Kesmasindo Volume 5( 1) Januari 2012, hlm. 12-22
12
Dyah Umiyarni Purnamasari, Analisis Tinggi Dan Berat Badan Anak 13
Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi 2007). Hal ini menunjukkan gangguan
Selatan, Sulawesi Tenggara, dan gizi masih terjadi pada anak sekolah
Maluku. di Banyumas.
Sebanyak 19 provinsi mem- Salah satu indikator untuk
punyai prevalensi Anak Usia Sekolah menilai status gizi anak sekolah yaitu
Kurus (Perempuan) diatas prevalensi pemantauan terhadap tinggi dan berat
nasional, yaitu DI Aceh, Riau, Jambi, badan anak baru masuk sekolah.
Sumatera Selatan, Lampung, Tinggi badan anak baru masuk SD
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa dapat memberikan gambaran
Tengah, Banten, Nusa Tenggara pertumbuhan umur sebelumnya yang
Barat, Nusa Tenggara Timur, berkaitan erat dengan riwayat
Kalimantan Barat, Kalimantan kesehatan dan gizi masa lampau,
Tengah, Kalimantan Selatan, sedangkan berat badan berkaitan
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dengan kondisi status gizinya pada
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, masa sekarang.
dan Maluku ( Riskesdas, 2007). Tahun ajaran baru 2011/2012
Hasil Riskesdas tersebut merupakan saat yang tepat untuk
menunjukkan bahwa prevalensi anak melakukan pemantauan tinggi
sekolah kurus baik laki-laki maupun maupun berat badan anak baru masuk
perempuan di Jawa Tengah masih sekolah. Penelitian akan dilakukan
cukup tinggi, di atas prevalensi pada siswa SDN 1 Karangklesem,
nasional, jumlahnya yaitu 13.4 % pada Kecamatan Purwokerto Selatan.
anak laki-laki dan 11,3 % pada anak Penelitian yang dilakukan oleh Wati
perempuan. dan Purnamasari (2010), me-
Adapun survei menurut nunjukkan bahwa masyarakat Desa
Kabupaten, di Kabupaten Banyumas, Karangklesem masih mempunyai
prevalensi anak sekolah laki-laki tingkat sosial ekonomi rendah, dengan
kurus sebanyak 7,7 %, dan perempuan pekerjaan utama sebagai buruh dan
7,3 %, dan berat badan berlebih 6,6 % pedagang swasta dengan rata-rata
pada anak laki-laki dan 4,6 % pada pendapatan perkapita masih di bawah
anak perempuan ( Laporan Riskesdas, UMK ( Rp. 750.000,00) (http://www
14 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 12-22
Peresentase
No Variabel Rata-rata Median Baku
pencapaian
1. Tinggi Badan
Laki-laki 114 cm 118,4 cm 96,2 %
Perempuan 111,71 cm 117,5 cm 95,1 %
2. Berat Badan
Laki-laki 19,88 kg 21,3 kg 93,3 %
Perempuan 16,52 21 kg 78,6 %
kurang, 22,2 (6) anak termasuk gizi berdasarkan jenis kelamin dapat
buruk dan 3,7 % (1) anak termasuk dilihat pada tabel 3.
obesitas. Adapun distribusinya
sudah dalam kategori baik yaitu > 80 makan yang rendah dan dukungan
%, sedangkan pencapaian berat badan kesehatan yang kurang pada anak-
siswa perempuan masih dalam anaknya. Hal ini akan mempengaruhi
kategori sedang (rata-rata pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak
78,6 % < 80 % standar median WHO). dalam keluarga tersebut.
Adapun analisis berdasarkan status Tinggi badan ternyata juga
gizi, pada penelitian ini ditemukan dapat mempengaruhi prestasi belajar
adanya gangguan gizi baik dengan anak sekolah. Penelitian yang
menggunakan analisis TB/U, BB/U dilakukan oleh Chang et al (2002)
maupun dengan indeks massa tubuh. menyatakan bahwa anak-anak yang
Analisis dengan menggunakan mempunyai tinggi badan kurang
indeks TB/U ditemukan gangguan gizi (stunted) pada masa balita maka akan
sebanyak 29,6 % termasuk dalam mempunyai kemampuan kognitif dan
kategori pendek. prestasi belajar rendah pada masa
Tinggi badan menggambarkan sekolah. Penelitian ini merupakan
keadaan pertumbuhan skeletal atau penelitian longitudinal, yaitu
kerangka tubuh. Indeks TB/U mengumpulkan data anak yang
mencerminkan pengaruh defisiensi mengalami pendek pada umur 9-24
gizi pada masa lampau, dan dapat bulan, kemudian diamati
digunakan sebagai indikator kondisi kemampuannya pada masa sekolah
sosial ekonomi masyarakat yaitu umur 11-12 tahun. Ternyata
(Supariasa, 2001). anak-anak yang pendek tersebut
Penelitian yang dilakukan oleh mempunyai nilai yang lebih rendah
Voss et al (1998) menunjukkan dalam pelajaran aritmetik, menulis,
adanya perbedaan sosial ekonomi membaca dan kemampuan bahasa
keluarga antara siswa yang pendek dibanding anak yang tinggi badannya
dan siswa yang mempunyai tinggi normal.
tubuh normal. Bradley and Corwyn Analisis dengan menggunakan
(2002) menyatakan bahwa pada indeks BB/U ditemukan gangguan
keluarga dengan sosial ekonomi gizi yaitu 18,5 % gizi kurung, 22,2 %
rendah maka akan mempunyai pola gizi buruk dan 3,7 % obesitas.
18 Jurnal Kesmasindo Volume 5, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 12-22
Berat badan adalah salah satu yang lain. Kekurangan gizi atau
parameter yang memberikan malnutrisi yang disebabkan asupan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh gizi yang tidak adekuat dapat
sangat sensitif terhadap perubahan- mengakibatkan penurunan berat
perubahan yang mendadak, oleh badan, gangguan pertumbuhan,
karena itu berat badan adalah menurunnya imunitas dan kerusakan
parameter antropometri yang sangat mukosa. Hal tersebut berkaitan
labil. Dalam keadaan normal, dimana dengan kejadian, keparahan, durasi
keadaan kesehatan baik dan dan episode penyakit infeksi. Penyakit
keseimbangan antara konsumsi dan infeksi dapat menyebabkan
kebutuhan zat gizi terjamin, maka kehilangan persediaan gizi dan
berat badan berkembang mengikuti meningkatnya kebutuhan akibat dari
pertambahan umur. Sebaliknya, dalam sakit. Pada saat bersamaan terjadi
keadaan abnormal, terdapat dua penurunan nafsu makan yang pada
kemungkinan perkembangan berat gilirannya menyebabkan asupan gizi
badan, yaitu dapat berkembang cepat menurun dan berkurangnya berat
atau lebih lambat dari keadaan normal badan.
(Riyadi, 1995). Berat badan yang kurang
Penelitian yang dilakukan oleh akibat rendahnya asupan makanan
Wati dan Rejeki (2008) di Kabupaten dapat berpengaruh terhadap prestasi
Banyumas menunjukkan bahwa pada belajar anak. Penelitian yang
anak yang mengalami gizi buruk akan dilakukan oleh Alaimo et al (2001)
lebih mudah terkena penyakit infeksi. pada anak sekolah di Amerika
Pada penelitian tersebut, sebanyak menunjukkan bahwa anak yang
52,2 % anak yang terkena infeksi mengalami kekurangan asupan
yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut makanan akan mempunyai nilai
(ISPA) mempunyai status gizi buruk. pelajaran aritmetika yang rendah,
Brown (2003) menyatakan cenderung potensi tinggal kelas dan
bahwa penyakit infeksi dan gangguan mempunyai kesulitan untuk
gizi sering terjadi secara bersamaan melakukan sosialisasi dengan teman
dan saling mempengaruhi satu dengan
Dyah Umiyarni Purnamasari, Analisis Tinggi Dan Berat Badan Anak 19