Você está na página 1de 11

E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika

P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KUOK

Yohana Sri Sudarni1, Zulhendri2 , Yusnira3


1,2,3
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Jl. Tuanku Tambusai No 23 Bangkinang
Email penulis pertama: yohanasrisudarni70@gmail.com

Abstract
Cooperative learning model type TAI to understanding mathematical concepts of students. The design of this research
is ppretest osttest only control design. The population in this study is the seventh grade students of SMP Negeri 2 Kuok.
The sample of this research are students of class VIIB and class VII C taken by purposive sampling technique. Research
data in the form of value understanding of mathematical concepts obtained through the test. The techniques of
collecting the data were pretest, posttest and observation. In this research conducted in six meetings, one meeting
to do pretest, four meetings to implement the model of cooperative learning by using Team Assisted Individualization.
The objectives of the research was to find out the differences of students' mathematical communication ability between
students who taught by Team Assisted Individualization and the students who taught by using convensional learning.
Based on the d a t a a n a l y s i s r e s u l t through the test "t" test was obtained tcount= 8,609 while ttable score at level
significant of 5% was 2,609. It means that tcount > ttable because of 8,609 > 2,609 so Ho rejected and Ha was accepted.
Based on the data analysis it can be conclude that there were the differences affect between the students who taught
by using Team Assisted Individualization with the students who taught by using convensional learning, so, the
implementation of Team Assisted Individualization can give the effect toward the students communication in
learning mathematics.

Keywords: Cooperative, Model of Team Assisted Individualization (TAI), Mathematical Concept Comprehensif

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TAI terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah ppretest osttest only
control design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kuok. Sampel penelitian adalah
siswa kelas VII B dan kelas VII C yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian berupa nilai
pemahaman konsep matematis yang diperoleh melalui tes. Pengumpulan data dilakukan melalui pretest, posttest dan
lembar observasi. Dalam penelitian ini pertemuan dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan, yaitu satu kali
pertemuan melaksanakan pretest, empat kali pertemuan menerapkan model pembelajaran koopertaif tipe Team
Assisted Individualization, dan satu kali pertemuan lagi melaksanakan posttest. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dengan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis data melalui uji “t“ diperoleh bahwa t hitung =
8,609 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,609. Hal ini terbukti bahwa thitung > ttabel karena 8,609 >
2,609 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran
konvensional, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualizatio (TAI), Pemahaman Konsep
Matematis
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam menciptakan
sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga mata pelajaran matematika sangat
penting diajarkan kepada siswa dari sekolah dasar (Farnika, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2014, yaitu:memahami
konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan
konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Sehingga
terlihat jelas bahwa matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan pemahaman konsep
matematis.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.
Proses pembelajaran masih terpaku pada kemampuan menghafal, mengingat informasi tanpa mengaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari. Belajar bukanlah untuk menghafal kosakata, mengerjakan latihan soal dan
tugas-tugas, tetapi peserta didik perlu dilibatkan secara aktif untuk mengaitkan pembelajaran yang
diterimanya dengan konteks kehidupan nyata yang dialaminya sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika dalam bentuk soal yang lebih menekankan pada pemahaman konsep suatu pokok bahasan
tertentu. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator disini sangat penting. Guru harus memiliki strategi agar
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien sesui dengan tujuan yang diharapkan (Astuti, 2016).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru bidang studi matematika
di SMP Negeri 2 Kuok Kabupaten Kampar pada hari Sabtu tanggal 24 Februari 2018 jam 09.30, telah
diperoleh informasi bahwa siswa SMP Negeri 2 Kuok sangat lemah dalam kemampuan pemahaman konsep
matematis, yang dapat dilihat dari gejala-gejalanya.
Jika guru memberikan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan, maka sebagian besar
peserta didik kesulitan mengerjakannya. Karena peserta didik hanya berpatokan pada contoh–contoh yang
diberikan guru. Ketika diberikan soal yang berbeda, peserta didik kesulitan menjawab dan tidak mampu
untuk menyelesaikan solusi yang ada pada soal.
Jika guru menanyakan kembali mengenai konsep materi pelajaran matematika sebelumnya,
sebagian besar peserta didik tidak dapat menjawab. Karena peserta didik tidak menguasai konsep dari materi
sebelumnya. Peserta didik hanya akan ingat saat pembelajaran berlangsung.
Jika diberikan tugas, sebagian besar peserta didik tidak bisa menganalisa dan menafsirkan soal-soal
sehingga mereka salah dalam menjawab. Peserta didik tidak bisa menjawab soal dengan benar karena peserta
didik tidak memahami konsep materi yang dipelajari. Bahkan sebagian peserta didik cenderung untuk tidak
mengerjakan tugas yang diberikan guru.
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

Sebagian besar peserta didik cenderung menghafal rumus sehingga mengalami kesulitan saat
menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Peserta didik akan bingung bagaimana langkah–langkah untuk
menyelesaikannya karena cenderung berpatokan pada rumus yang ada.
Berdasarkan gejala-gejala rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik, maka
peneliti tertatik mengadakan penelitian untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap
pemahaman konsep matematika siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matemtais Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Kuok”.

KAJIAN PUSTAKA
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman merupakan
paham, mengerti dengan tepat. Sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,konsep berarti
suatu ide yang abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian.
Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam proses pembelajaran dan
salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru.
Pemahaman konsep merupakan landasan sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan
memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Dengan penguasaan konsep yang baik, siswa memiliki
bekal dasar yang baik pula untuk mencapai kemampuan dasar yang lain, seperti penalaran, komunikasi,
koneksi dan pemecahan masalah. Kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan untuk
memahami ide-ide matematika yang menyeluruh dan fungsional (Hartati, 2017).
Pemahaman konsep matematis merupakan dua aspek kemampuan yang perlu dikembangkan pada
saat pembelajaran matematika agar siswa mampu memahami dan memecahkan masalah matematika yang
sedang dihadapinya (Purwasih, 2015).
Pemahaman konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau
menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakankalimat sendiri. Dengan
kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswatersebut telah memahami konsep atau
prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak
sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI Nomor 58 Tahun 2014 yang termuat dalam kurikulum 2013 adalah:
a. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk
konsep tersebut.
c. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep.
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

d. Menerapkan konsep secara logis.


e. Memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang dipelajari.
f. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (tabel, grafik,
diagram, gambar, sketsa, model matematika atau cara lainnya)
g. Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun di luar matematika.
h. Mengembangkan syarat perlu dan/atau syarat cukup suatu konsep.
Dari indikator pemahaman konsep matematis yang telah dijabarkan, maka peneliti akan
menggunakan indikator yang menunjukkan pemahaman konsep matematis menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2014 yang termuat dalam kurikulum 2013. Adapun materi ajar
dalam penelitian ini adalah segiempat.
2. Model Pembejaran Kooperatif Tipe Team Asisted Individualization (TAI)
a. Pengertian Model Pembejaran Kooperatif Tipe Team Asisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model yang dapat meningkatkan keaktifan
dalam belajar dan mengembangkan kecakapan sosial siswa. Model pembelajaran kooperatif memiliki
banyak tipe, salah satunya ialah tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Menurut Sanjaya (2009: 241) “Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan”. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial. Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif siswa dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pembelajaran yang telah ditentukan. Selain itu
pembelajaran kooperatif untu mempersiapkan siswa agar memiliki orientasi untuk bekerjasama
tim/kelompok. Siswa tidak hanya mempelajari materi, tetapi harus mempelajari ketrampilan khusus yang
disebut ketrampilan kooperatif.

Menurut Slavin (2005: 190) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Slavin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar.

Supaya dalam kegiatan pembelajaran tidak terjadi kekacauan di dalam kelompok, maka guru
wajib memahami sintaks pembelajaran kooperatif. Ibrahim (2000: 10) menyatakan “Sintaks
pembelajaran kooperatif terdiri dari enam tahap” Adapun tahap tersebut disajikan dalam tabel 2.1
berikut:
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif


Fase Indikator Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan semua tujuan yang
memotivasi siswa ingin dicapai selama pembelajaran
dan memotivasi siswa untuk belajar
2 Menyajikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa Menjelaskan kepada siswa bagaimana
ke dalam kelompok- caranya membentuk kelompok dan
kelompok belajar membantru kelompok agar
melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok Membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas
5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau
meminta presentasi hasil kerja kepada
kelompok
6 Memberikan penghargaan Menghargai upaya dan hasil belajar
individu dan kelompok
Sumber: Hamdani (2011: 34-35)
Team Assisted Individualization (TAI) adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan di Johns Hopkins University oleh satu tim yang dipimpin oleh Robert E. Slavin dan
Nancy Madden. Siswa dimasukkan dalam beberapa kelompok, yang masing- masing kelompok terdiri
atas empat atau lima siswa dengan kemampuan yang heterogen. Setelah mengajar suatu materi pelajaran,
guru memberikan tugas kepada kelompok, yang masing-masing anggota setiap kelompok harus saling
bantu satu sama lain dalam mengerjakan dan menyelesaikan latihan atau tugas tersebut, anggota dalam
satu kelompok adalah heterogen). Sesama anggota kelompok saling membantu satu sama lain, saling
mengoreksi dan saling memberi semangat untuk bekerja secara cepat dan akurat. Rewards diberikan
kepada tim berdasar atas benar dan banyaknya tugas yang diselesaikan anggota tim secara keseluruhan
(Alsa, 2011). Langkah-langkah model pembelajaran TAI yaitu sebagai berikut:
a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa.
b. Placement test yaitu pemberian pre-tes berupa soal uraian kepada siswa atau melihat nilai
harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada materi tertentu.
c. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas
kelompok.
d. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
membantu teman yang mengalami kesulitan serta guru memberikan bantuan secara
individual kepada siswa yang membutuhkannya.
e. Student Creative yaitu siswa melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

keberhasilan kelompoknya serta saling mengecek jawaban teman. Siswa diberikan tes setiap
akhir sub materi pokok dan setelah satu materi pokok selesai.
f. Team Scores and Team Recognition yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan
memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan
kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Skor kelompok
dihitung oleh guru setelah satu materi pokok selesai.
g. Facts Test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, tes ini
dilaksanakan secara lisan setiap dua sub materi pokok selesai.
h. Whole-ClassUnits yakni setelah pembahasan selesai, guru menghentikan program individual
dalam menyelesaikan tes.

METODE PENELITIAN
Menurut Nana Syodih (2011: 2007) Jenis penelitian adalah Quasi Eksperimen (semi eksperimen).
Eksperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah
murni.
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Menurut
Sugiyono (2012: 76) mengemukakan bahwa: “Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih
secara random, kemudian diberi Pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol”. Desain ini membandingkan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Pertama, kelompok eksperimen yaitu kelompok yang memperoleh perlakuan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Team Asisted Individualization (TAI). Kedua, kelompok kontrol yaitu
kelompok yang tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan pembelajaran matematika secara
konvensional. Gambaran tentang desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Tabel 3.1 Pretest-Posttes Control Group Design
Kelompok Pretest Treatmen/Perlakuan Posttest

Eksperimen A1 X A2

Kontrol B1 - B2

Sumber: Sugiyono (2017: 76)

Keterangan:
A1 : Pretest yang dilaksanakan pada kelompok eksperiment
A2 : Posttest yang dilaksanakan pada kelompok eksperiment
X : Treatmen/perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen
B1 : Pretest yang dilaksanakan pada kelompok kontrol
B2 : Posttest yang dilaksanakan pada kelompok control
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

Sebelum sampel diberi perlakuan, maka perlu dianalisis dahulu melalui uji normalitas dan uji
homogenitas. Data yang digunakan dalam tahap awal adalah nilai tes awal (pretest).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat untuk memenuhi asumsi kenormalan
analisis data statistik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak.
Jika sampel berdistribusi normal maka populasi juga berdistribusi normal, sehingga
kesimpulan berdasarkan teori berlaku. Sebelum menganalisis data dengan tes “t”, maka data dari tes
harus diuji normalitasnya dengan chi kuadrat, dengan rumus:

=∑

Keterangan:
= Chi-Kuadrat yang dicari
= frekuensi yang diobservasi
= frekuensi yang diharapkan
Menentukan dengan nilai untuk taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = k -1,maka dicari pada tabel chi kuadrat dengan kiteria pengujian sebagai berikut:
Jika berarti distribusi data tidak normal
Jika berarti distibusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan sebuah uji yang harus dilakukan untuk melihat kelas yang
diteliti homogen atau tidak, pada penelitian awal kelas yang akan diteliti sudah diuji
homogenitasnya, dengan cara menggunakan metode Bartlet.Dengan menggunakan kriteria pengujian
chi kuadrat berikut.
Jika , berarti varians-varians tidak homogen.
Jika , berarti varians-varians homogen.
c. Uji Hipotesis

Jika data berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dengan uji-t. Jika data
berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka pengujian dengan uji-t’. Jika data tidak berdistribusi
normal maka pengujian dengan uji statistik non-parametrik. Uji perbedaan rata-rata untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata kemampuan antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.Jenis uji persamaan dua rata-rata:
a. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka pengujian hipotesis menggunakan uji t,
yaitu:
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

√( ) ( )
√ √

Keterangan:
Mx = Mean Variabel X
My = Mean Variabel Y
SDx = Standar Deviasi X
SDy = Standar Deviasi Y
N = Jumlah Sampel
b. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak memiliki varians yang homogen maka pengujian
hipotesis menggunakan tes , dengan rumus :
̅ ̅

Keterangan :
̅ = means kelas eksperimen
̅ = means kelas kontrol
= varians kelas eksperimen
= varians kelas kontrol
= sampel kelas eksperimen
= sampel kelas kontrol
d. Jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis menggunakan uji statistik non-
parametrik yaitu menggunakan uji Mann-Whitney U, dengan rumus :

Keterangan:
= jumlah peringkat 1
= jumlah peringkat 2
= jumlah rangking pada
= jumlah rangking pada

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang dilaksanakan di
SMP Negeri 2 Kuok pada tanggal 30 April 2018 sampai dengan 26 Januari 2017. Populasi penelitian ini
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

adalah seluruh siswa kelas VII yang terdiri dari 3 kelas dengan 24 siswa setiap kelasnya. Sedangkan untuk
sampel berasal dari kelas VII B dan kelas VII C yang dipilih secara acak. Kelas VII B terpilih sebagai kelas
control dan kelas VII C terpilih sebagai kelas kontrol.
Adapun deskripsi data hasil posttest kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh
dideskripsikan menurut nilai tertinggi ( ), nilai terendah ( ), yang disajikan pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil Posttest Kemapuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen
dan Kontrol
Kelas
Statistik Eksperimen Kontrol
N 24 24
∑x 1738,5 1613,5
̅ 72,43 67,22
90 80
55 45
S 18,26 18,26
Skor Ideal 100 100

Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yaitu
72,43lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar
dengan model pembelajaran konvensional yaitu 67,22. Skor maksimum pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan skor maksimum kelas kontrol yaitu 90 untuk kelas VII B (eksperimen) dan 80 untuk kelas VII
C (kontrol). Demikian halnya dengan skor minimal kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan skor minimal pada kelas kontrol yaitu 55 pada kelas VII B (eksperimen) dan 45 pada kelas VII
C (kontrol).
B. Pengujian Persyaratan Analisis

Setelah dilakukan penelitian, yaitu kelas eksperimen yangdiberikantreatment dengan model


pembelajaran Team Assisted Individualization maka diperoleh nilai hasil belajar dari
kelaseksperimen.Sebelum melakukan pengujian hipotesis statistik, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisis yaitu data hasil posttestkemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization(TAI) pada kelas VII B
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol. Uji persyaratan analisis ada dua syarat yang
harus dilakukan, yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi penelitian berdistribusi normal
atau tidak. Untuk pengujian ini menggunakan rumus uji Chi Kuadratpada taraf significan  = 0.05. Uji
Normalitas ini dilakukan pada data kelas eksperimen dan kelas kontrol meliputi hasil tes awal yaitu
pretest dan tes akhir yaitu posttest masing-masing kelompok.
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat kelas yang diteliti homogen atau tidak. Uji
homogenitas pada nilai posttestmenggunakan uji F pada taraf signifikan (α= 0,05) dengan kriteria
pengujian χ2hitung < χ2tabel.

SIMPULAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan antara
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran
konvensional di SMP Negeri 2 Kuok. Berdasarkan nilai rata-rata kelas eksperimen 72,43 yang lebih tinggi
dari nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 67,22 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran matematika lebih baik dari pembelajaran
konvensional. Artinya dari adanya perbedaan maka terdapat pengaruh yang positif penerapan model
pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kuok.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran matematika pokok bahasan segiempat di SMP
Negeri 2 Kuok secara keseluruhan untuk kelas VII sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan
matematis siswa yaitu kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengoptimalkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa, dan merupakan solusi bagi siswa yang kesulitan memahami materi
pelajaran matematika.
C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran yang berhubungan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai berikut:
1. Perlu upaya pengelolaan kelas yang baik untuk meminimalisir terjadinya keributan dalam proses
pembelajaran.
2. Perlu pengalokasian waktu yang baik dalam pelaksanaan sehingga penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat terlaksana sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Untuk peneliti lainnya yang mengangkat model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) sebaiknya melakukan tes ditengah-tengah materi pembelajaran sehingga
penghargaan kelompok yang diberikan berdampak langsung secara positif kepada siswa.
E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN : 2614-3038 Volume 2, No. 2, Agustus 2018, pp. 71-80

DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.
Alsa. (2011). Pengaruh Metode Belajar Team Assited Individualization Terhadap Prestasi Belajar Statistika
Pada Mahasiswa Psikologi. Jurnal Psikologi, 38(1), 82–91.
Astuti. (2017). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas X
Sma, 1(2), 13–24.
Farnika, N. (2015). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Sekolah Menengah Atas Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
Nia. Jurnal Elemen, 1(2), 144–152.
Hartati, S. (2017). Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep, Kemampuan Komunikasi Dan Koneksi
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(2), 41–59.
Lestari, K.E., Dan M. Ridwan Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: Pt Refika Aditama.
Purwasih, R. (2015). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Dan Self Confidence Siswa Mts Di
Kota Cimahi Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurusan Pendidikan Matematika, Stkip
Siliwangi Bandung, 9(1), 16–25.
Rejeki. (2013). Pembelajaran Team Assisted Individulaization ( Tai ) Dilengkapi Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan
Kelas Xi Ipa 4 Sma Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2012 / 2013. Jurnal Pendidikan Kimia, 2(3),
175–181. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Prenada : Jakarta.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning: Theory, Research And Practice (N. Yusron. Terjemahan).
London: Allymand Bacon. Buku AsliDiterbitkanTahun 2005.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cv. Alfabeta : Bandung
Widyantini. 2006. Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif. Jakarta.
Yolanda. (2012). Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia , Vol . X , No . 1 , Tahun 2012. Jurnal Pendidikan
Akuntasi Indonesia, X(1), 162–180.

Você também pode gostar