Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
i
KEMENTERIAN AGAMA MADRASAH
ALIYAH NEGERI 2 KUDUS
2016
i
IMPLEMENTATION OF ALLOCATION GREEN VILLAGE AS
EFFORTS LAND CONSERVATION MURIA SLOPE
Elva Khusna, Fahrina Alya Purnomo, and
Uliyatun Nisa Marwa Rahayuningtiyas
State Islamic Senior High School 2 Kudus
ABSTRACT
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Rahtawu, Kudus,
6. Waktu Penelitian
a. Mulai
b. sampai : Mei 2016
: September 2016
Ketua Peneliti
3
Halimah
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Prestasi bukanlah sebuah kebetulan, dan impian tidak akan pernah menjadi
kenyataan tanpa adanya kerja keras.
Man jadda wajada, Man shabara zhafira, Man sa ra ala darbi washala
PERSEMBAHAN
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
dengan judul IMPLEMENTASI PENGALOKASIAN DESA HAYATI
SEBAGAI UPAYA KONSERVASI LAHAN LERENG MURIA. Karya tulis
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Lomba
Karya Ilmiah Remaja LIPI ke-48. Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis
mengalami berbagai kesulitan, namun dengan bantuan dari berbagai pihak,
penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih penulis sampaikan
kepada.
1. Bapak Drs. H. AH. RIF AN, M.Ag. selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 2
Kudus.
6. Bapak dan ibu penulis yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
material kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu pendidik dan tenaga kependidikan MAN 2 Kudus.
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desa .......................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Desa............................................................... 4
2.1.2 Pengertian Desa Hayati ................................................... 4
2.2 Konservasi ................................................................................ 5
2.2.1 Pengertian Konservasi..................................................... 5
2.2.1.1 Konservasi Tanah ................................................ 5
2.2.1.1.1 Konservasi Vegetatif .......................... 6
2.2.1.1.2 Konsevasi Mekanik ............................ 7
2.2.1.2 Konservasi Air..................................................... 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi ............................................................................... 9
3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................... 9
8
3.3 Waktu Penelitian ...................................................................... 9
3.4 Subjek Penelitian ...................................................................... 9
3.4.1 Populasi .......................................................................... 9
3.4.2 Sampel............................................................................. 10
3.5 Variabel Penelitian ................................................................... 11
3.6 Sumber Data Penelitian ............................................................ 11
3.6.1 Observasi......................................................................... 11
3.6.2 Kuesioner atau angket ..................................................... 12
3.6.3 Dokumentasi ................................................................... 12
3.6.4 Wawancara ...................................................................... 13
3.7 Teknik Pengambilan Data ........................................................ 13
3.8 Teknik Uji Instrumen ............................................................... 14
3.8.1 Uji Validitas .................................................................... 15
3.8.2 Uji Reliabilitas ................................................................ 16
3.9 Teknik Analisis Data ................................................................ 17
3.10Desain Penelitian ...................................................................... 18
BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Model Desa Hayati yang efektif dalam konservasi lahan dan
perekonomian rumah-tangga penduduk pedesaan.................... 23
4.3 Program Desa Hayati dapat Meningkatkan Perekonomian
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................... 29
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
99
DAFTAR GAMBAR
4.3 Jumlah vegetasi Desa Ternadi tiap 1Ha lahan hutan rakyat ........................23
4.4 Jumlah vegetasi Desa Menawan tiap 1Ha lahan hutan rakyat .....................24
4.5 Jumlah vegetasi Desa Rahtawu tiap 1Ha lahan hutan rakyat.......................25
Ternadi dan Desa Menawan) dan Non Desa Hayati (Desa Rahtawu) .........27
LAMPIRAN
9
DAFTAR LAMPIRAN
1. Observasi Awal..................................................................... 33
2. Wawancara ........................................................................... 34
4. Angket................................................................................... 39
1
0
BAB I
PENDAHULUAN
2
ini dilakukan sebagai upaya perbaikan dari kondisi hutan yang mulai rusak
akibat illegal logging.
Desa Ternadi, Desa Menawan, dan Desa Rahtawu merupakan tiga
desa diantara yang ada di lereng muria. Desa Ternadi berada di Kecamatan
Dawe Kabupaten Kudus sedangkan Desa Menawan dan Rahtawu berada di
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Ketiga desa ini rata-rata
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat desa hutan tentunya sangat bergantung pada kondisi alam yaitu
berhubungan dengan hasil alam.
Pengembangan usaha yang diberlakukan pada warga setempat yakni
usaha peternakan, perkebunan, maupun usaha dagang. Upaya tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat serta dalam rangka
menjaga kelestarian sumber daya alam sekitar agar terlaksana sistem
masyarakat yang mandiri dan peduli akan kelesatrian alam. Pembentukan
Desa Hayati sebagai salah satu upaya penanggulangan kerusakan
lingkungan akibat dilampauinya daya dukung lingkungan, yaitu tekanan
penduduk terhadap lahan yang berlebihan, kurangnya daya dukung
masyarakat terhadap pelestarian hutan, dan kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya hayati yang tersedia.
Kondisi lahan juga dapat dihubungkan dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar lereng muria. Apabila lahan yang berada di kawasan
hutan rakyat dan lereng muria subur maka akan memberikan kemungkinan
kesuburan tanah dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
secara efisien. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar lereng rata-rata
bergantung pada kondisi alam sekitar salah satunya dari hasil alam, oleh
karena itu diberikan kesadaran bagi tiap masyarakat dan anak didik di
sekolah sekitar lereng muria dengan diberikan pelajaran dalam merawat dan
menanam bibit tumbuhan
3
1.2 Rumusan Masalah
2. Bagaimana model Desa Hayati yang efektif dalam konservasi lahan dan
perekonomian rumah-tangga penduduk pedesaan?
3. Apakah program Desa Hayati dapat meningkatkan perekonomian
rumah-tangga penduduk pedesaan?
4
4. Untuk mengetahui penerapan serta kajian yang diambil dalam upaya
pengelolaan sumber daya alam hayati melalui pembentukan desa hayati
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Desa
6
dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian hutan dan pemanfaatan
sumber daya hayati yang tersedia (Suryanto, 2011).
Adanya desa hayati dapat memperbaiki lingkungan masyarakat serta
tingkat perekonomiannya karena dalam hal ini peran serta masyarakat dan
cara memenuhi kebutuhan dengan pemanfaatan sumber daya yang ada.
7
Upaya pembentukan desa hayati dilakukan oleh pihak Perhutani,
Pemerintah Desa setempat serta dilakukan sosialisasi melalui suatu lembaga
atau organisasi. Dengan adanya desa hayati lingkungan masyarakat yang
berada pada tingkat erosi dan kerusakan yang tinggi dapat diperbaiki dan
dapat diterapkan keefisiensinya dan keefektifannya dalam pengelolaan
sumber daya yang ada.
2.2 Konservasi
9
Dalam penelitian ini menggunakan 2 golongan, yaitu metode vegetatif dan
metode mekanik.
7
bagi tanah dan memperkuat daya cengkeram terhadap tanah. Upaya
yang dilakukan dalam konservasi vegetatif pada penelitian ini adalah
penghutanan kembali (reforestration) dan wanatani (agroforestry).
Penghutanan kembali (reforestation) secara umum dimaksudkan
untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi
suatu wilayah dengan tanaman pohon-pohonan. Penghutanan kembali
biasanya dilakukan pada lahan-lahan kritis yang diakibatkan oleh
bencana alam misalnya kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor, dan
aktivitas manusia seperti pertambangan, perladangan berpindah, dan
penebangan hutan. Penerapan wanatani pada lahan dengan lereng
curam atau agak curam mampu mengurangi tingkat erosi dan
memperbaiki kualitas tanah, dibandingkan apabila lahan tersebut
gundul atau hanya ditanami tanaman semusim (Subagyono dkk,
2003).
7
Konservasi mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi
aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan
penggunaan tanah (Arsyad, 2010). Metode ini bermanfaat untuk
8
menghambat aliran permukaan dan menghindari pengikisan tanah,
memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, dan penyedia air bagi
tanaman
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi
Waktu penelitian dimulai dari awal bulan Mei hingga bulan Agustus 2016.
3.4.1 Populasi
10
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang ditentukan sebagai
subjek penelitian adalah petani pemilik hutan rakyat yang ada di Desa
Ternadi, Desa Menawan dan Desa Rahtawu.
11
3.4.2 Sampel
Sampel atau wakil populasi yang diteliti pada penelitian ini digunakan
teknik Simple Random Sampling (teknik acak sederhana), karena
pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan
bila anggota populasi dianggap homogen.
Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah
menggunakan rumus Slovin (Mahardika, 2014), sebagai berikut:
dimana
n : Ukuran sampel
N : Populasi
13
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel
sebesar 10% dari tiap populasi. Pertimbangan yang mendasari pengambilan
sampel tersebut mengingat jumlah populasi homogen atau sama yaitu para
petani pemilik hutan rakyat.
a. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah konservasi lahan yang
diambil dari upaya pemerintah desa dan masyarakat yang
menginginkan perkembangan dan kemajuan kondisi alam daerah
lereng muria
b. Variabel terikatnya (Y) adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang diambil dari data pendapatan masyarakat desa di daerah lereng
muria pada tiga desa tersebut.
3.6.1 Observasi
15
3.6.2 Kuesioner atau angket
3.6.3 Dokumentasi
17
penelitian tentang pola pertanian dan jenis tanaman serta teknik konservasi
yang dilakukan oleh petani.
3.6.4 Wawancara
a. Edit, yaitu kegiatan memeriksa dan meneliti kembali data yang diperoleh
dari hasil kuesioner , untuk mengetahui apakah data yang ada sudah cukup
dan lengkap ataukah perlu ada pembetulan.
18
b. Koding, yaitu kegiatan melakukan klasifikasi data dari jawaban responden
melalui angket dengan menggunakan skala Likert dalam bentuk pilihan
genap.
19
Tabel 3. 1 Rentang Skala Likert
setuju setuju
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
(Sukardi,2004)
Alternatif jawaban yang digunakan yaitu (a), (b), (c), (d) yang
setiap jawaban diberi nilai bervariasi, variasi nilai atau skor dari masing-
masing jawaban dengan kriteria sebagai berikut:
1) untuk menjawab yang sesuai dengan harapan adalah alternatif jawaban
20
Teknik uji instrumen dilakukan untuk mengukur sejauh mana
instrumen yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas yang baik.
Sebuah instrumen penelitian pada umumnya mempunyai dua syarat penting,
yaitu validitas dan reliabilitas. Dalam pelaksanaan uji coba instrumen,
peneliti menyebarkan instrumen penelitian berupa angket kepada responden.
21
Instrumen yang diujicobakan adalah instrumen angket untuk variabel X
mengenai konservasi lahan sedangkan untuk variabel Y mengenai kondisi
ekonomi sosial masyarakat. Dilakukan uji instrumen dengan menggunakan
alat permeabilitas untuk mengetahui kecepatan tanah meresapkan atau
meloloskan air dalam keadaan jenuh. Uji coba instrumen dilakukan dengan
uji validitas dan uji reliabilitas.
3.8.1 Uji Validitas
(Riduwan, 2012)
Keterangan :
r
hitung : Koefisien korelasi
N : Jumlah responden
X : Jumlah skoritem
Y : Jumlah skor total (seluruh item)
16
variabel X dan Y yang diujicobakan sebanyak 10 item pernyataan. Hasil
dari perhitungan uji validitas instrumen variabel X dan Y dari 10 item
pernyataan terdapat 6 item yang dinyatakan valid dan 4 item yang
dinyatakan tidak valid. Setiap item yang dinyatakan tidak valid dibuang,
yaitu item no 4, 6, 7, dan 10 karena item yang lainnya masih dapat mewakili
indikator yang ada. Sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 6 pertanyaan.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Keterangan :
17
r11 : reliabilitas instrumen
18
Dalam perhitungan uji reliabilitas ini peneliti menggunakan bantuan
program IBM SPSS Statistics 16.0. Untuk mengetahui apakah instrumen
tersebut Reliable atau tidak dilakukan dengan cara membandingkan nilai
rhitung yang diperoleh dari hasil perhitungan IBM SPSS Statistics 16.0
dengan nilai rtabel dari n = 30 yaitu sebesar 0,374 pada α = 0,05. Apabila
hasil rhitung>rtabel, maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliable. Hasil
perhitungan uji relibilitas instrumen variabel X dan Y dari 10 item didapat
rhitung= 0,552 . Jika nilai rhitung dibandingkan dengan nilai rtabeldari n =
30 dan α = 0,05 yaitu 0,374 maka dapat dilihat bahwa rhitung(0, 552)>rtabel
(0,374). Apabila nilai rhitung>rtabel maka instrumen dapat dinyatakan
reliable. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen yang
digunakan dinyatakan reliable dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul
data.
19
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.
20
3.10 Desain Penelitian
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Desa Ternadi, Desa Menawan, dan Desa Rahtawu terletak di lereng muria
dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Ketiga desa
tersebut sama sama memiliki hutan rakyat, namun teknik konservasi hutan rakyat
pada setiap desa berbeda beda sehingga tingkat erosi dan tingkat perekonomian
berbeda pula.
Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan pada tiga desa di kawasan
lereng muria yaitu Desa Ternadi dan Desa Menawan sebagai Desa Hayati dan
Desa Hayati yaitu Desa Menawan dan Desa Rahtawu untuk mengetahui
perbedaan tingkat erosi, tingkat permeabilitas dan kondisi ekonomi masyarakat
yang ada di desa hayati tersebut. Perbandingan ini dilakukan untuk memperoleh
koefsien dari tiga desa tersebut.
Desa Hayati merupakan sebutan bagi desa yang berada di kawasan lereng
muria yang melakukan konservasi lahan. Konservasi lahan dilakukan masyarakat
desa setempat dan pemerintah dengan memanfaatkan hutan rakyat sebagai upaya
konservasi.
4.1 Program Desa Hayati sebagai Upaya untuk Mengatasi Tingkat Erosi
Sebagai perbandingan tingkat erosi pada Desa Hayati dan Desa Non-
Hayati digunakan pengukuran sedimentasi tanah menggunakan demplot
berupa bedeng. Pengukuran ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan
sedimentasi yang dimiliki masing-masing desa sebagai pembanding. Hasil
perbandingan sedimentasi diperoleh dari hasil demplot (demonstrasi plot)
berupa bedeng. Hasil perhitungan ini diperoleh mulai dari minggu pertama
hingga minggu ke-empat. Perhitungan sedimentasi demplot memiliki satuan
22
gram dan diperoleh hasil akhir dari hasil penjumlahan mulai dari minggu
pertama hingga minggu ke-empat. Perbandingan sedimentasi pada ketiga
desa tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1
23
Gambar 4.1 Grafik perbandingan sedimentasi pada Desa Ternadi, Desa
21
tanah dapat terjadi berkurangnya kekuatan dalam tanah sehingga bila
mendapatkan tekanan terhadap tanah tersebut dapat mengakibatkan
mudahnya tanah itu terjadi longsoran atau erosi (Maro’ah, 2011).
Pengukuran menggunakan alat permeabilitas dapat dilihat dalam gambar 4.2
22
Tabel 4.1 Tingkat permeabilitas tanah
Tanah dapat dikatakan subur apabila banyak vegetasi yang dapat tumbuh
subur di lahan tersebut. Rata-rata masyarakat yang tinggal di daerah lereng muria
memiliki lahan yang dimanfaatkan sebagai hutan rakyat. Hasil wawancara pada
tanggal 18 Mei 2016 dengan Bapak Heri dari Dinas Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan Kabupaten Kudus menyebutkan bahwa manfaat hutan rakyat sangat
berpengaruh terhadap tingkat perekonomian masyarakat. Dalam pemberdayaan
hutan rakyat, rakyat menanam, dan merawat hutan yang selanjutnya dimanfaatkan
kembali oleh rakyat.
23
4.2 Model Desa Hayati yang Efektif dalam Konservasi Lahan dan
24
Gambar 4.3 Jumlah vegetasi Desa Ternadi tiap 1Ha lahan hutan rakyat
25
Dilihat dari gambar 4.3 menunjukkan jumlah vegetasi tertinggi di Desa
Ternadi pada tumbuhan rempah-rempah dengan satuan per-satu Ha terdapat 1000
tanaman. Jumlah vegetasi terendah pada tumbuhan mahoni karena memiliki jarak
antartumbuhan 5m-7m sehingga dalam 1Ha hanya terdapat 60 pohon mahoni.
Jumlah vegetasi tertinggi lainnya terdapat pada tanaman musiman, seperti kacang-
kacangan, jagung, dan kopi. Berdasarkan penelitian ini, menunjukkan bahwa
tanaman musiman dapat tumbuh subur di daerah sejuk terutama pada daerah
pegunungan. Penghasilan yang di dapat dari tanaman musiman lebih banyak
daripada penghasilan dari tanaman keras yang pertumbuhan dan proses
pemanenan mmebutuhkan waktu yang cukup lama.
Sebagai pembanding dari Desa Hayati yaitu Desa Ternadi dengan Desa
Menawan memiliki jumlah vegetasi yang berbeda. Perbedaan ini dikarenakan
letak dari desa tersebut serta kondisi alam masing-masing wilayah. Jumlah
vegetasi pada Desa Menawan dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini
Gambar 4.4 Jumlah vegetasi Desa Menawan tiap 1Ha lahan hutan rakyat
27
disebut dengan tanaman hortikultura. Letak Desa Menawan yang miring
menyebabkan banyak tanaman keras yang tumbuh dalam 1Ha lahan hutan rakyat.
Pada gambar 4.4 ditunjukkan bahwa penghasilan tertinggi masyarakat
yang memiliki hutan rakyat terletak pada sektor perkebunan. Jika dihitung tiap
kali panen, jumlah vegetasi yang dipanen oleh masyarakat dapat mengembalikan
modal yang dikeluarkan untuk merawat vegetasi yang ada di hutan rakyat.
Keuntungan tertinggi lainnya yaitu dalam pemanenan masyarakat Desa Menawan
melakukan sistem ijon atau yang sering disebut sistem penjualan ketika tanaman
dalam keadaan berbuah dan belum siap untuk dipanen. Jika hasil yang didapat
lebih dari jumlah vegetasi yang ada di hutan rakyat maka masyarakat dianggap
mendapat keuntungan dari hasil penjualan dengan sistem ijon.
Perbandingan lain yang digunakan sebagai pembanding Desa Hayati yaitu
Desa Rahtawu (Desa Non hayati). Pada dasarnya Desa Rahtawu melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan dalam Desa Hayati. Desa Rahtawu terletak di
atas Desa Menawan dan masih berada di sekitar lereng muria. Jika Desa Rahtawu
dikategorikan dengan karakteristik yang lain maka akan mengubah sistem yang
dijalankan dalam Desa Rahtawu. Jumlah vegetasi yang terdapat pada Desa
Rahtawu dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini
25
Gambar 4.5 Jumlah vegetasi Desa Rahtawu tiap 1Ha lahan hutan rakyat
26
Dilihat dari gambar 4.5 menunjukkan jumlah tanaman yang mendominasi
yaitu jenis tanaman musiman. Letak desa Rahtawu yang berada di sekitar lereng
muria dan memiliki daerah datar menyebabkan banyak tumbuhan musiman dapat
tumbuh baik dan subur di daerah tersebut. Masyarakat Desa Rahtawu tidak hanya
berpacu pada hasil hutan rakyat saja, namun penghasilan lain didapat dari proses
penjualan hasil tanaman musiman. Tanaman musiman yang tertinggi pada gambar
4.5 terdiri dari tanaman kacang-kacangan dan tumbuhan bayam.
Dilihat dari jumlah vegetasi dan jenis vegetasi yang ditanam oleh petani
pemilik hutan rakyat terletak pada sektor perkebunan. Hal ini disebabkan karena
letak Desa Menawan yang ketinggiannya berada di atas Desa Menawan sehingga
memiliki daerah sejuk. Keberadaan lokasi juga berpengaruh terhadap vegetasi
yang tumbuh dalam suatu wilayah.
27
wilayah, kesuburan tanah, dan pemilihan vegetasi yang ditanam di hutan
rakyat.
Meskipun penghasilan dari satu kali panen tidak dapat dijadikan acuan
karena tiap kali panen belum tentu menghasilkan keuntungan banyak. Oleh
28
karenanya, petani pemilik hutan rakyat memiliki pekerjaan sampingan
sebagai pemenuh kebutuhan selain sebagai petani hutan rakyat. Adapula
pemilik hutan rakyat yang berprofesi sebagai petani hutan rakyat karena
sektor pertanian tidak dapat dijadikan acuan dalam memperoleh pendapatan.
Untuk mengetahui perbandingan tingkat perekonomian pada ketiga desa
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.6
28
teratasi. Tidak semua masyarakat desa yang memiliki hutan rakyat terfokus
pada pertanian. Sebagian diantara mereka melakukan pertanian sebagai
usaha sampingan dari usaha utama mereka seperti berdagang dan bekerja
sebagai buruh industri.
Populasi hama yang semakin meluas menjadi penghambat bagi petani
di desa sekitar lereng muria. Kemiringan lokasi dan kurangnya sumber
pengairan air mengakibatkan vegetasi di daerah lereng sulit untuk hidup.
Jika dibandingkan antara masyarakat Desa Hayati dengan Desa Non Hayati
maka tingkat ekonomi paling rendah berada di Desa Non Hayati, yaitu Desa
Rahtawu karena pengaruh dari kemiringan lokasi di desa Rahtawu serta
terdapat banyak hama dan populasi monyet serta babi hutan yang meluas.
Selain itu penyabab rendahnya pendapatan karena petani pemilik hutan
rakyat memiliki penghasilan sampingan selain dari hutan rakyat.
Dilihat dari kesadaran tiap masyarakat, dari tiga desa tersebut masing-
masing masyarakat memiliki kesadaran tersendiri untuk melakukan
penanaman vegetasi di hutan rakyat. Hasil yang didapat dirasa belum dapat
memenuhi kebutuhan dari masyarakat terutama yang bermata pencaharian
sebagai petani. Penanaman tersebut terus berjalan bahkan selalu meningkat.
Tiap individu memiliki cara tersendiri untuk menentukan jenis vegetasi dan
tanaman yang akan ditanam di lahannya .
Kesadaran masyarakat juga berpengaruh terhadap upaya konservasi
lahan berupa pembibitan dan penanaman tumbuhan. Setiap tahun
masyarakat melakukan penanaman di lahan hutan rakyat. Melalui
pembiasaan ini diharapkan agar masyarakat selalu memiliki tingkat
kesadaran tinggi dalam pemeliharaan hutan rakyat. Upaya ini sebagai salah
satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya banjir dan tanah
longsor. Kesadaran tiap masyarakat sudah ditanamkan di setiap sekolah di
kawasan lereng muria. Secara tidak langsung kegiatan ini dapat dijadikan
sebagai upaya konservasi lahan dan tahap pembiasaan pemeliharaan hutan
rakyat usia dini.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Muhammad Rifqy. 2015 . Kajian Pola Pertanian Dan Upaya Konservasi
Di Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.
Semarang : Universitas Negeri Semarang
Ratnawati, Juli, Ikasari, Hertiana dan Faisal, Edi. 2012. Model Perhitungan Pajak
Penghasilan Dengan Metode Nppn Untuk Rancang Bangun Software
Nppn Bagi Umkm Di Kota Semarang. Semarang : Universitas Dian
Nuswantoro.
32
Wibowo, Muladi. 2011. Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha
Lulusan Smk. Surakarta : Universitas Islam Batik Surakarta
Windarti, Tri. 2014. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bahaya Asap Rokok
Di BPS Khoirunnisa Desa Karangjati Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen Tahun 2014. Surakarta : STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
33
LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Biodata Penulis
A. Biodata ketua kelompok
Nama : Halimah
TTL : Pati, 24 September 1999
Alamat : Desa Jetak 05/01, Pucak Wangi, Pati
Sekolah : MA Negeri 2 Kudus
No. Induk : 9054
Alamat Sekolah : Prambatan Kidul, Kaliwungu, Kudus
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Hp : 082300033254
Hobi : Membaca
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri Triguno Pati
MA Negeri 2 Kudus
B. Biodata anggota kelompok
Nama : Puteri Anggita Dewi
TTL : Jepara, 16 April 2000
Alamat : Desa Senenan 01/01, Tahunan, Jepara
Sekolah : MA Negeri 2 Kudus
No. Induk : 9497
34
Alamat Sekolah : Prambatan Kidul, Kaliwungu, Kudus
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Hp : 085290712315
Hobi : Melukis
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri 1 Panggang Jepara
MA Negeri 2 Kudus
35
Lampiran 2 : Dokumentasi Penelitian
1. Observasi Awal
36
Gambar 6.2 Observasi awal Desa Menawan
37
Gambar 6.3 Observasi awal Desa Rahtawu
2. Wawancara
38
Gambar 6.4 Wawancara Bapak Heri Perhutani
Hasil wawancara
Pada tahun 2011 Desa Ternadi bekerja sama dengan UMK (Univeresitas
Muria Kudus). Kerjasama ini untuk pembentukan Desa Hayati. Di Desa
Hayati terdapat 2 jenis Hutan, yaitu Hutan Lindung dan Hutan Rakyat. Di
Desa Hayati terdapat tanaman kopi yang letaknya berada dibawah tanaman
keras .
Pada tahun 1998 terjadi pembalakan liar dan pihak Perhutani memutuskan
untuk bekerja sama dengan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan).
Dalam kerja sama ini LMDH dititipi tanaman keras. Akan tetapi dari
39
kelompok LMDH mengambil manfaat dari tanaman kopi. Selain hutan
lindung, didesa Ternadi terdapat pula hutan rakyat. Hutan rakyat yaitu hutan
yang lahan atau tanahnya milik masyarakat/rakyat pribadi dan dimanfaatkan
lahannya untuk diberi tanaman keras. Dan diartikan pula hutan rakyat yaitu
tanahnya milik masyarakat yang mengelola masyarakat dimiliki oleh
masyarakat dan untuk kesejahteraan masyarakat.
Fungsi dari hutan rakyat yaitu sebagai penyangga dari hutan lindung yang
terletak di lereng (dibawah hutan lindung). Ada lereng yang berfungsi untuk
menahan longsor. Akan tetapi, pembagian hasil yang diperoleh rakyat dibagi
dengan perhutani. Dalam hal ini, masyarakat yang ingin menanam diberi bibit
dan selanjutnya dikelola sendiri oleh masyarakat dan tidak mengeluarkan
biaya namun dengan resiko ditanggung sendiri oleh masyarakat bilamana ada
tanaman yang mati.
Rakyat melakukan kerjasama dengan pihak perhutani dengan menitipi
tanaman kopi yaitu milik rakyat dan lahannya milik dari perhutani. Dalam hal
ini rakyat juga harus memberikan kontribusi (bagi hasil) kepada perhutani
namun yang mengelola adalah rakyat itu sendiri. Jenis tanaman keras yang
ada di hutan lindung berupa tanaman Sono keling, dan tanaman campuran.
Selain itu disana juga ditanam tanaman holtikultura.
Lokasi hutan lindung berjejeran dengan hutan rakyat yaitu dengan
menanam tanaman dibawah hutan lindung. Dibawah tanaman keras atau
tanaman besar terdapat tanaman rempah-rempah. Lokasi hutan rakyat selalu
berada dibawah hutan lindung , dihutan lindung tidak terletak berdekatan
dengan pemukiman warga namun lokasinya berada diatas Desa Ternadi.
Setiap lahan yang terletak dibelakang rumah warga, dipekarangan, di sekitar
desa atapun disekitar pemukiman sudah dapat dikatakan sebagai hutan rakyat.
Untuk penanaman tanaman keras luasnya sekitar 0,2 ½ Hektare sudah
dapat dikatakan sebagai hutan rakyat. Jika luas daerah yang ditanami tanaman
keras >1/4 hektare juga sudah dapat dikatakan sebagai hutan rakyat.
40
Sejauh ini komunikasi pihak perhutani dengan masyarakat berjalan baik
karena masyarakat memiliki kesadaran sendiri mengenai pentingnya menjaga
sumber daya yang ada. Selain itu, penghasilan yang didapat masyarakat
didapat dari penghasilan mengelola hutan rakyat sendiri. Maka dalam hal ini
masyarakat meminta bantuan pada pihak perhutani, masyarakat juga memiliki
kesadaran masing-masing. Dihutan rakyat pernah ada pula taman rakyat yang
disebut tanaman Sengon Laut yang berumur 18 tahun dijual dengan harga
50juta. Dalam hal ini tiap individu diberikan bantuan tetapi melalui perantara
dari kelompok tani. Banyaknya tanaman yang ditaman dengan luas lahan 1
hektare biasanya ditanami tanaman keras sebanyak 400-500 pohon.
41
Di kawasan kota Kudus terdapat 2 desa yang dijuluki dengan nama Desa
Hayati, yaitu Desa Ternadi dan Desa Menawan. Namun tingkat keberhasilan
masih tinggi Desa Ternadi. Masyarakat Desa Menawan mulai memiliki
kesadaran untuk menanam tanaman keras ketika adanya tanah longsor pada
tahun 2013 kemarin, karena ada 12 jiwa yang meninggal. Meski pada
awalnya masyarakat ketika diberi bantuan malas untu menanam namun
setelah terjadi tanah longsor masyarakat membangun semangat kembali untuk
menanam . Masyarakat Desa Menawan pada awalnya tidak percaya dengan
tanaman keras sebagai penyangga atau untuk mengatasi dari bencana. Hingga
akhirnya tanaman keras dianggap mengganggu tanaman musiman yang ada
didekatnya dan dirambahlah tanaman keras tersebut.
Tanaman musiman yang sering dimanfaatkan oleh warga menawan adalah
jagung dan ketela. Kontur tanah di Desa Menawan adalah lereng dengan
tingkat kecuraman 30-60 derajat. Selain di Desa Menawan, pada tahun 2013
longsor juga terjadi di Desa Rahtawu yang lokasinya dekat dengan Desa
Menawan dan menelan 1 korban jiwa. Penyebab dari tanah longsor ini adalah
ketika terjadi pembagian warisan dan ditebanglah pohon keras di area
tersebut. Selang 2 bulan terjadilah longsor.
Kawasan Desa Ternadi rawan akan bencana tanah longsor karena
lokasinya yang berada dilereng dan pemukiman rumah warga yang pondasi
tiap rumahnya berada diatas jalan. Masyarakat Desa Ternadi mendapat
bantuan berupa sipil tenus atau yang sering disebut dengan sumur resapan.
Selain itu, masyarakat mendapat bantuan berupa damenahan. Damenahan
adalah bentuk dari bronjong yang dibuat sebagai bendungan. Tujuan dari
pembentukan ini agar air yang mengalir ketika musim hujan dapat terkendali
dan material tidak turun kebawah sehingga sedimentasi semakin kuat. DAM
berbentuk batuan dan bronjong terbuat dari anyaman kawat dan didalamnya
diberi batu. Pembuatan bronjong tersebut tanpa menggunakan semen. Pada
tahun 2008 terjadi longsor di Desa Ternadi tepat pada depan pintu warga.
Kedalaman sungai mula-mula 20M dan sekarang sudah berkurang menjadi
42
10M. tujuan dari pendangkalan ini adalah untuk mengurangi tingkat longsor.
Masyarakat Desa Ternadi tidak lagi bergantung pada irigasi namun pada
tegalan yaitu lahan kering.
43
Gambar 6.5 Wawancara dengan petani pemilik hutan rakyat
dimana
n : Ukuran sampel
44
N : Populasi
1. Desa Ternadi
Diketahui :
N = 446
d = 10%
45
2. Desa Menawan
Diketahui :
N = 1164
d = 10%
3. Desa Rahtawu
Diketahui :
N = 1114
d = 10%
46
Jumlah Sampel 3 desa
Diketahui :
N = 2724
d = 10%
47
Tabel 6.1 Jumlah populasi dan sampel
4. Angket
No. Perrnyataan 1 2 3 4
Penanaman di hutan rakyat dapat
1
membantu perekonomian
Perekonomian bergantung pada
2
hutan rakyat
Penanaman di hutan rakyat secara
3
individu
Penggunaan jasa pekerja dalam
4
penanaman
Pemeliharaan tanaman di hutan
5
rakyat secara individu
Penggunaan jasa pekerja dalam
6
pemeliharaan tanaman
Pemanenan di hutan rakyat secara
7
individu
8 Penjualan hasil panen
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
DATASET ACTIVATE DataSet1.
DATASET CLOSE DataSet0.
CORRELATIONS
/VARIABLES=Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item
_8 Item_9 Item_10 Skor_total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
[DataSet1]
Correlations
Skor_t
Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_
otal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Item_ Pearson
1 .454* .211 -.183 .336 -.109 .148 .337 .159 -.255 .617
**
1 Correlation
.012 .262 .333 .069 .568 .434 .069 .403 .173 .000
Sig. (2-
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item_ N
Pearson
* * **
.454 1 .181 .206 -.074 .296 .105 .263 .112 -.367 .663
2 Correlation
.012 .339 .275 .698 .112 .581 .160 .555 .046 .000
Sig. (2-
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
N
Item_ Pearson
* * *
.211 .181 1 -.217 .445 -.276 -.208 .216 .297 -.369 .382
3 Correlation
.262 .339 .250 .014 .140 .269 .252 .111 .045 .037
Sig. (2-
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item_ Pearson
N
*
-.183 .206 -.217 1 -.277 .399 .068 .130 -.073 -.327 .194
4 Correlation
41
Sig. (2-
tailed) .333 .275 .250 .138 .029 .721 .493 .702 .078 .305
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item_ Pearson
* *
.336 -.074 .445 -.277 1 -.282 .117 -.140 .251 -.153 .390
5 Correlation
.069 .698 .014 .138 .131 .537 .460 .181 .420 .033
Sig. (2-
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item_ N
Pearson
* *
-.109 .296 -.276 .399 -.282 1 .392 .000 -.084 -.286 .281
6 Correlation
.568 .112 .140 .029 .131 .032 1.000 .660 .125 .133
Sig. (2-
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item_ N
Pearson
* *
.148 .105 -.208 .068 .117 .392 1 -.149 .200 -.261 .422
7 Correlation
.434 .581 .269 .721 .537 .032 .431 .288 .164 .020
Sig. (2-
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item_ N
Pearson
*
.337 .263 .216 .130 -.140 .000 -.149 1 .000 -.249 .371
8 Correlation
.069 .160 .252 .493 .460 1.000 .431 1.000 .184 .043
Sig. (2-
tailed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item_ N
Pearson
**
9 Correlation .159 .112 .297 -.073 .251 -.084 .200 .000 1 -.209 .492
.403 .555 .111 .702 .181 .660 .288 1.000 .267 .006
Sig. (2-
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
tailed)
Item_ Pearson
N
* * *
10 Correlation -.255 -.367 -.369 -.327 -.153 -.286 -.261 -.249 -.209 1 -.424
.173 .046 .045 .078 .420 .125 .164 .184 .267 .019
Sig. (2-
tailed)
42
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Skor_t Pearson
otal Correlation ** ** * * * * ** *
.617 .663 .382 .194 .390 .281 .422 .371 .492 -.424 1
Sig. (2- .000 .000 .037 .305 .033 .133 .020 .043 .006 .019
tailed)
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
N
*. Correlation is significant at the
level (2-tailed).
Dilihat dari data diatas jumlah soal yang dianggap valid terdapat pada item
nomor 1, 2, 3, 5, 8, dan 9. Dapat dikatakan valid apabila rhitung>rtabel.
Rtabel menunjukkan 0,374 . Apabila hasil yang diperoleh dengan rumus
correlation pearson >0,374 maka soal itu dianggap valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui reliable suatu instrument
sebagai alat pengumpul data dengan menggunakan program SPSS 16.0
Data yang digunakan yaitu keseluruhan dari soal valid dan
dirumuskan dengan SPSS 16.0 pada rumus Croncbach’s Alpha.
RELIABILITY
/VARIABLES=Item_1 Item_2 Item_3 Item_5 Item_7 Item_8 Item_9
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
43
Reliability
[DataSet1] E:\RISET\newvaliditas.sav
N %
0 .0
a
Excluded
30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Total
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.552 7
44
Dilihat dari hasil diatas maka soal dianggap reliable karena
rhitung(0,552)>rtabel(0,374). Apabila nilai rhitung>rtabel maka soal
dianggap reliable.
6. Koefisien Permeabilitas
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki
koefisien permeabilitas yang tinggi.
Rumus :
Q = k.A.i.t
k = (Q.L) / (h.A.t)
Dengan :
Q = Debit (cm3)
k = Koefisien Permeabilitas (cm/jam)
A = Luas Penampang (cm2)
45
i = Koefisien Hidrolik = h/L
t = Waktu (jam)
Tabel 6.7 Perhitungan erosi ¼ jam pertama dengan menggunakan alat
permeabilitas (cm/jam)
Rata-rata
Rata-rata
46
1 Ternadi 22.66370101 14.23165294 18.44768
47
Gambar 6.6 Alat Permeabilitas
Jumlah
Tinggi & Nama Pohon
Vegetasi
30 - 35 m Sengon 100
15 - 20 m Mahoni 60
5 - 7 m Kopi 400
1,5 - 2 m Pisang 80
1 - 1,25 m Jagung 650
0,3 - 0,5 m Kacang 800
0,5 - 0,8 m Rempah 1000
48
Tabel 6.11 Jumlah Vegetasi Desa Menawan per 1Ha
Jumlah
Tinggi & Nama Pohon
Vegetasi
30 - 35 m Sengon 60
15 - 20 m Mahoni 50
25 - 50 m Durian 80
1,5 - 4 m Jambu 100
1 - 2,5 m Pisang 200
49
Tabel 6.12 Jumlah Vegetasi Desa Rahtawu per 1Ha
Jumlah
Tinggi & Nama Pohon Vegetasi
30 - 45 m Sengon 20
1 - 2,5 m Pisang 40
1 - 1,5 m Jagung 80
1 - 1,25 m Ilalang 60
0,20 - 0,25 m Bayam 300
0,35 - 0,5 m Cabai 140
0,4 - 0,6 m Kacang 700
8. Pendapatan 30 responden
2
Rp 124.200.000 Rp 247.750.000 Rp 2.525.000
3
Rp 10.200.000 Rp 155.400.000 Rp 5.000.000
4
Rp 8.865.000 Rp 76.367.000 Rp 5.000.000
5
Rp 63.400.000 Rp 42.000.000 Rp 90.000.000
6
Rp 73.260.000 Rp 50.000.000 Rp 9.525.000
7
Rp 50.000.000 Rp 35.000.000 Rp 35.000.000
8
Rp 35000000 Rp 75000000 Rp 50000000
50
9
Rp 22.500.000 Rp 45.000.000 Rp 25.000.000
10
Rp 15.000.000 Rp 75.000.000 Rp 35.500.000
51
9. Hasil Sedimentasi Melalui Demplot Berupa Bedeng (Dalam Satuan
Gram)
52
10. Flowchart
Mulai
Hutan Rakyat
1 2 3
54
2 3
1
Vegetasi
Campuran
Demplot Sampel Pendapatan
(Demonstrasi tanah masyarakat tiap
(Tanaman
Plot) kali panen
Keras dan
Tanaman
Musiman)
populasi pendapatan
Semakin tinggi
tumbuhan semakin maju
permeabilitas tanah
semakin subur kondisi sosial dan
semakin kecil
tanah ekonomi
sedimentasi
masyarakat desa
Selesai
55
Gambar 8 Flowchart Penelitian Implementasi Pengalokasian Desa Hayati sebagai
Upaya Konservasi Lahan Lereng Muria
56