Você está na página 1de 9

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA SUBYEKTIF

PADA PERAWAT DI RSUD DR. MOHAMAD SOEWANDHIE SURABAYA

Dita Perwitasari, Abdul Rohim Tualeka


Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: ditaperwita15@yahoo.co.id

ABSTRACT
Fatigue is a subjective feeling that different for everyone, which leads to loss of efficiency, decreases work
capacity, health problem and the body's ability to survive resulting in work accident. The purpose of this
research was examining the factors associated with subjective work fatigue on nurses working in dr. Mohamad
Soewandhie hospital in Surabaya.This research was an observational study with cross sectional design. The
respondents were nurses of emergency, outpatient, and inpatient units in dr.Mohamad Soewandhie hospital. The
variables were individual factors were consisting of age, years of working life, nutritional status, gender, and
occupational factors were consisting of the workload and the monotony condition of work toward work fatigue.
Spearman correlation test was using to test the relationship of each factors, except the relationship of gender
and the monotony condition were using Mann-Whitney.The results showed that the most of the respondentss
were 25-30 years old, female, 1-10 years of working life, had better nutritional status, had a moderate heavy
workload and felt the monotony condition in her work. The result of fatigue measurement used the checklist
which indicated that the most of the respondents experienced no relationship between age, gender, years of
working life, workload, and the monotony condition the results also proved the existence of a relationship
between nutritional status with p=0,00. It could be concluded that the nutritional status of nurse in dr.Mohamad
Soewandhie hospital had a risk of causing fatigue. Suggestions for dr.Mohamad Soewandhie hospital should
conduct a nutrition counseling to nurses and arrangement of the room well so that nurses are not saturated and
bored of the work environment.

Keywords: individual factors, occupational factors, work fatigue

ABSTRAK
Kelelahan merupakan suatu perasaan subjektif yang berbeda-beda setiap orang, dimana semuanya berujung pada
kehilangan efisiensi, penurunan kapasitas kerja, gangguan kesehatan dan kemampuan bertahan tubuh yang
berakibat pada kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari faktor yang berhubungan dengan
kelelahan kerja subyektif pada perawat di RSUD dr.Mohamad Soewandhie Surabaya.Penelitian ini adalah
penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Responden adalah perawat unit UGD, Rawat Jalan
dan Rawat Inap RSUD dr.Mohamad Soewandhie Surabaya. Variabel yang diteliti adalah faktor individu yang
terdiri dari umur, masa kerja, status gizi, dan jenis kelamin dan faktor pekerjaan yang terdiri dari beban kerja dan
keadaan monoton terhadap kelelahan kerja. Uji hubungan menggunakan uji korelasi Spearman dan Mann-
Whitney.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie
memiliki umur 25-30 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki masa kerja 1-10 tahun, berstatus gizi
normal, beban kerja sedang merasakan dan keadaan monoton dalam pekerjaannya. Hasil pengukuran kelelahan
menggunakan checklist menunjukkan bahwa sebagian besar perawat mengalami kelelahan sedang. Hasil
penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, masa kerja dan beban kerja
dengan kelelahan. Hasil penelitian juga membuktikan adanya hubungan antara status gizi dengan kelelahan
(nilai p= 0,000) .Kesimpulan penelitian menunjukkan status gizi perawat di RSUD dr.Mohamad Soewandhie
Surabaya beresiko menyebabkan kelelahan kerja. Saran untuk RSUD dr.Mohamad Soewandhie adalah sebaiknya
mengadakan penyuluhan tentang gizi kepada perawat dan penataan ruangan dengan baik agar perawat tidak
jenuh dan bosan pada lingkungan kerja.

Kata kunci: faktor individu, faktor pekerjaan, kelelahan kerja

PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah bagian internal ada pada saat ini. Rumah sakit
dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan menyelengarakan pelayanan kesehatan yang
yang dikembangkan melalui rencana sifatnya komprehensif, yaitu meliputi upaya
pembangunan kesehatan sebagaimana yang kuratif, rehabilitatif, promotif maupun
digariskan dalam GBHN serta peraturan preventif.
perundang-undangan di bidang kesehatan yang

15
16 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 15-23

Rumah sakit sebagai pelayanan dan biologis, kelelahan juga dipenggaruhi oleh
kesehatan perorangan dan merupakan bagian faktor psikis (psikologi).
dari sumber daya kesehatan yang sangat Kelelahan adalah salah satu faktor
diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan yang dapat mengurangi kapasitas kerja dan
upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan ketahanan tubuh pekerja. Terdapat dua jenis
kesehatan di rumah sakit mempunyai kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan
karakteristik dan organisasi yang sangat umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada
kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehtan otot. Kelelahan umum ditandai dengan
dengan perangkat keilmuan yang beragam, berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
berinteraksi satu sama lain. sebabnya adalah persyaratan psikis. Penyebab
Rumah sakit merupakan institusi yang kelelahan umum adalah monotoni, intensitas,
bergerak dalam industri pelayanan kesehatan. dan lamanya kerja mental dan fisik, keadaan
Tugas rumah sakit adalah memberi pelayanan lingkungan (Suma’mur, 2009).
kesehatan dengan mengutamakan Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang
penyembuhan pasien dan pemulihan keadaan merupakan rumah sakit dengan jumlah pasien
cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan yang sangat banyak. Rata-rata jumlah
terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan kunjungan pasien rawat jalan di rumah sakit
dan pencegahan penyakit serta melaksanakan Dr. Kariadi sebanyak 650 orang/hari. Jumlah
upaya rujukan (Depkes RI,1992). perawat di rawat jalan yang tersedia hanya 45
Salah satu faktor yang mendukung orang dengan berbagai tingkat pendidikan,
keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat umur, jenis kelamin, lama bekerja dan status
dilihat dari setiap instalansi pelayanan kesehatan. Perawat masih belum cepat
kesehatan di rumah sakit, dimana para tenaga menangani permintaan keluhan pasien dan
kesehatan selama 24 jam harus berada disisi memberikan informasi yang jelas terhadap
pasien adalah tenaga perawat (Wahyuningsih, pasien. Menunjukkan bahwa sebanyak 56,70%
2003). perawat mengalami kelelahan kerja subjektif
Keberadaan perawat sebagai ujung pada tingkat cukup lelah, 38,30% perawat
tombak pelayanan harus sangat diperhatikan mengalami kelelahan kerja subjektif pada
dan dikelola secara profesional sehingga tingkat sangat lelah Jadi, dapat disimpulkan
memberikan kontribusi yang positif bagi bahwa jika jumlah perawat tidak sebanding
masyarakat dan juga untuk kemajuan Rumah dengan jumlah pasien maka cepat mengalami
sakit itu sendiri. Mutu Rumah Sakit sangat kelelahan sehingga produktivitas kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun menurun. Produktivitas kerja sebenarnya
faktor yang paling dominan adalah sumber mencakup tentang suatu sikap mental yang
daya manusia. Sumber daya manusia yang selalu mempunyai pandangan kehidupan
terlibat secara langsung dalam pemberian mengenai pelaksanaan produksi didalam suatu
pelayanan keperawatan pasien adalah dokter, perusahaan dimana dalam memproduksi untuk
perawat, bidan, serta tenaga penunjang hari ini diharapkan lebih baik dari hari kemarin
lainnya. Diantara tenaga tersebut, tenaga begitu juga sistem kerjanya. Seseorang selalu
perawat menempati urutan jumlah terbanyak mencari perbaikan dengan berfikir dinamis,
yaitu 40% (Dep.Kes.RI,2005). kreatif serta terbuka.
Salah satu permasalahan yang sering Produktivitas kerja sebenarnya
muncul di suatu rumah sakit adalah beban mencakup tentang suatu sikap mental yang
kerja perawat yang tidak seimbang yang dapat selalu mempunyai pandangan kehidupan
menyebabkan terjadinya kelelahan kerja pada mengenai pelaksanaan produksi didalam suatu
tenaga kerja perawat. Walaupun seringkali perusahaan dimana dalam memproduksi untuk
manajer sulit untuk mengetahui kualitas beban hari ini diharapkan lebih baik dari hari kemarin
kerja tersebut karena lebih mendasarkan pada begitu juga sistem kerjanya. Seseorang selalu
keluhan yang bersifat subyektif (Ilyas , 2004). mencari perbaikan dengan berfikir dinamis,
Kelelahan merupakan suatu masalah kreatif serta terbuka.
kesehatan kerja yang perlu mendapat perhatian Peningkatan produktivitas yang berarti
khusus. Kelelahan bagi setiap orang, bersifat jumlah sumber daya yang digunakan dengan
subyektif karena terkait dengan perasaan, jumlah barang dan jasa yang diproduksi
karena selain dipenggaruhi oleh faktor fisik semakin meningkat dan membaik”. Sedangkan
menurut Moekijat (1999), produktivitas adalah
Dita Perwitasari dan Abdul Rohim T, Faktor Yang Berhubungan Dengan…17

“Perbandingan jumlah keluaran (output) kerja, status gizi, dan jenis kelamin. Faktor
tertentu dengan jumlah masukan (input) pekerjaan meliputi beban kerja dan keadaan
tertentu untuk jangka waktu tertentu”. monoton. Faktor lingkungan meliputi
Hasil observasi dilihat dari jumlah penerangan, suhu ruangan, dan kebisingan.
perawat yang bekerja di RSUD dr. Mohamad Faktor psikologis meliputi hubungan dengan
Soewandhie dengan pasien tidak seimbang, pekerja lain.
dikarenakan jumlah pasien yang berada di Faktor-faktor yang diteliti dibatasi pada
rumah sakit terlalu banyak.Sehingga perawat faktor individu dan faktor pekerjaan karena
mengalami kelelahan dalam bekerja. Pada unit kedua faktor tersebut memberikan dampak
UGD kunjungan pasien tahun 2011-2012 terhadap kemampuan fisik pekerja untuk
meningkat 4,32% dibandingkan tahun lalu. melakukan pekerjaan. Faktor lingkungan tidak
Unit rawat jalan dan rawat inap pada tahun diteliti karena berdasarkan hasil observasi yang
2011-2012 sebanyak 20,47% sehingga tidak dilakukan ketika survei awal, tidak ditemukan
seimbangnya pasien dengan jumlah perawat lingkungan kerja yang ekstrem seperti suhu,
yang ada di RSUD dr. Mohamad Soewandhie. penerangan ataupun kebisingan.
RSUD dr.Mohamad Soewandhie Mempelajari faktor yang berhubungan
merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota dengan kelelahan kerja subyektif pada perawat
Surabaya. Secara resmi mulai beroperasi di RSUD dr.MOHAMAD SOEWANDHIE.
tanggal 23 November 1998 dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Walikota METODE PENELITIAN
Kepala Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 94
tahun 1998 tentang pembentukan Organisasi Metode yang digunakan dalam
dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah pengumpulan datanya termasuk penelitian
Tambakrejo Kotamadya Surabaya. observasional karena data yang diperoleh
RSUD dr.Mohamad Soewandhie tanpa adanya perlakuan pada obyek penelitian.
meningkat statusnya menjadi Rumah Sakit Dari segi waktu, penelitian ini termasuk
Kelas B Non-Pendidikan melalui Surat penelitian cross sectional karena pengambilan
Keputusan Menteri Kesehatan RI data dilakukan pada satu waktu. Kemudian jika
371/Menkes/SK/V/2009 tanggal 13 Mei 2009. ditinjau dari analisisnya, penelitian ini
Dalam meningkatkan efisiensi dan merupakan penelitian analitik. Cara
efektifitas penyelenggaraan pelayanan pengambilan sampel yang diteliti ditentukan
kesehatan bagi masyarakat, lembaga pelayanan dengan mengunakan teknik stratified random
publik RSUD dr. Mohamad Soewandhie sampling. Setiap anggota dari populasi sampel
ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum mempunyai kesempatan yang sama untuk
Daerah dengan status penuh,berdasarkan Surat diseleksi menjadi sampel. Dari populasi
Keputusan Walikota Surabaya Nomor perawat bisa diambil 112 orang secara acak.
188.45/251/436.1.2/2009 tanggal 23 Mei 2009. Setiap perawat memiliki kesempatan yang
Hasil observasi dilihat dari jumlah sama untuk dipilih.
perawat yang bekerja di RSUD dr. Mohamad Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
Soewandhie dengan pasien tidak seimbang, Umum Daerah dr. Mohamad Soewandhie
dikarenakan jumlah pasien yang berada di Tambakrejo Surabaya Penelitian dilakukan
rumah sakit terlalu banyak. Sehingga perawat pada bulan April 2013 – Juni 2013. Kegiatan
mengalami kelelahan dalam bekerja penelitian meliputi: pra survey, persiapan,
Berdasarkan dari beberapa hasil pelaksanaan, pengolahan, analisis data dan
penelitian tersebut banyak faktor yang laporan hasil penelitian.
berhubungan dengan kelelahan perawat di Variabel yang akan diukur dalam
RSUD dr. Mohamad Soewandhie .Dari uraian penelitian ini, adalah faktor individu (umur,
diatas, peniliti tertarik untuk meneliti Faktor masa kerja, status gizi, dan jenis kelamin),
yang berhubungan dengan kelelahan kerja faktor pekerjaan perawat (beban kerja dan
pada perawat di RSUD dr. Mohamad keadaan monoton), dan keadaan kelelahan
Soewandhie. yang dirasakan oleh perawat
Kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh Pengumpulan data yang dilakukan
banyak faktor, antara lain faktor individu, untuk mengetahui adanya perbedaan pada
faktor pekerjaan, faktor lingkungan, dan faktor perawat bagian UGD, rawat inap dan rawat
psikologis. Faktor individu meliputi umur, masa jalan terhadap keluhan kelelahan yaitu dengan
18 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 15-23

menggunakan kuesioner yang dibagikan Distribusi responden terhadap beban


kepada perawat dan di dampingi oleh peneliti kerja yang dibedakan menjadi tiga kategori
untuk mengisi kuesioner yaitu dari kelelahan yaitu ringan, sedang, dan berat. Distribusi
kerja yaitu mengenai faktor individu (umur, responden berdasarkan beban kerja di RSUD
jenis kelamin, masa kerja dan status gizi) , dr. Mohamad Soewandie Surabaya dapat
faktor pekerjaan (beban kerja, keadaan dilihat dari ringan sebanyak 3 orang (2,7%),
monoton) pada perawat di RSUD dr.Mohamad sedang 76 orang (67,9%), berat 33 orang
Soewandhie Surabaya. Instrument yang (29,5%). Dari hasil diatas menunjukkan
digunakan dalam pengumpulan data penelitian bahwa berdasarkan beban kerja perawat di
ini menggunakan bantuan kuesioner. RSUD dr. Mohamad Soewandhie,
Kuesioner tentang kelelahan kerja, faktor sebagian besar mempunyai beban kerja
individu dan faktor pekerjaan di RSUD sedang sebanyak 76 orang (67,9%).
dr.Mohamad Soewandhie Surabaya.
Distribusi frekuensi perawat terhadap
Data yang didapat dari hasil penelitian
keadaan monoton yang dirasakan paada
kemudian dianalisis dengan menggunakan
perawat di RSUD dr. Mohmad Soewandhie
teknik statistik. Teknik statistik yang
Surabaya dapat dibedakan menjadi dua yaitu
digunakan untuk mengetahui hubungan adalah
monoton dan tidak monoton. Hasil monoton
dengan menggunakan uji Korelasi Spearman
yaitu sebesar 64 orang (57,1%) dan tidak
dan Mann-Whitney. Uji Korelasi Spearman
monoton 48 orang (42,9%). Jika dilihat
digunakan untuk analisis hubungan antara
menunjukkan bahwa perawat di RSUD dr.
variabel umur, masa kerja, status gizi, dan
Mohamad Soewandhie, sebagian besar
beban kerja dengan kelelahan kerja.
menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka
Sedangkan uji Mann-Whitney digunakan untuk
lakukan tergolong monoton sebanyak 64 orang
analisis hubungan antara variabel jenis kelamin
(57,1%).
dan keadaan monoton dengan kelelahan kerja.
Tabel 1 Distribusi silang antara Jenis Kelamin
HASIL PENELITIAN Responden dan Kejadian Kelelahan
Responden yang digunakan dalam
pada perawat di RSUD dr. Mohamad
bentuk penelitian adalah sebagian tenaga
Soewandhie Surabaya, Mei 2013
perawat yang berada di RSUD dr. Mohamad Kelelahan
Soewandhie Surabaya dengan sampel Jenis Juml %
Rendh Sedang Tinggi
Kelamin ah
sebanyak 112 responden. n % n % n %
Jenis kelamin responden dalam Laki-
7
17, 1
40
1 42,
40
10
penelitian ini dibedakan menjadi laki-laki dan laki 5 6 7 5 0
Perempu 1 26, 3 44, 2 29, 10
perempuan. Distribusi responden di RSUD dr. an 9 4 2 4 1 2
72
0
Mohamad Soewandhie Surabaya. Pada laki-
laki sebanyak 40 orang (35,7%) dan Tabel 1 menunjukkan bahwa
perempuan 72 orang (64,3%). Jadi berdasarkan mayoritas responden yang mengalami
jenis kelamin perawat di RSUD dr. Mohamad kelelahan kerja adalah berjenis kelamin
Soewandhie, sebagian besar berjenis kelamin perempuan dimana sebagian besar mengalami
perempuan sebanyak 72 orang (64,3%) tingkat kelelahan sedang sebanyak 32 orang
Distribusi Status gizi perawat dalam (44,4%).
penelitian ini dihitung berdasarkan Body Mass Hubungan antara jenis kelamin
Index (BMI) dan dibagi menjadi tiga kategori responden dengan kejadian kelelahan
yaitu kurang, normal dan lebih. Distribusi dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney
responden di RSUD dr. Mohamad Soewandhie diperoleh nilai p = 0,572 α = 0,05 (p > α) maka
Surabaya sebagai berikut. Staus gizi kurang Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
sebanyak 4 orang (3,6%), normal 70 orang bahwa tidak ada hubungan antara jenis
(62,5%) dan lebih 38 orang (33,9%) kelamin dengan kelelahan yang dirasakan oleh
menunjukkan bahwa berdasarkan status gizi di perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie.
RSUD dr. Mohamad Soewandhie, sebagian
besar memiliki gizi normal sebanyak 70 orang
(62,5%).
Dita Perwitasari dan Abdul Rohim T, Faktor Yang Berhubungan Dengan…19

Tabel 2 Distribusi silang antara Status Gizi Tabel 4 Distribusi silang antara Keadaan
Responden dan Kejadian Kelelahan Monoton Responden dan Kejadian
pada perawat di RSUD dr. Mohamad Kelelahan pada perawat di RSUD dr
Soewandhie Surabaya, Mei 2013 Mohamad Soewandhie Surabaya,
Kelelahan
Mei 2013
Stats %
Rendh Sedang Tinggi Jumlah Kelelahan
Gizi Keadaan %
n % n % n % Rendh Sedang Tinggi Jumlah
monoton
Kurang 3 75 0 0 1 25 4 100 n % n % n %
2 Monoton 16 25 26 40,6 22 34,4 64 100
normal 30 33 47,1 16 22,9 70 100 Tidak
1 10 20,8 22 45,8 16 33,3 48 100
monoton
lebih 2 5,3 15 39,5 21 53,3 9 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa Tabel 4 menunjukkan bahwa


mayoritas responden yang mengalami mayoritas responden yang mengalami
kelelahan kerja adalah mempunyai status gizi kelelahan kerja adalah merasaan keadaan
normal dimana sebagian besar mengalami monoton pada pekerjaannya, dimana sebagian
tingkat kelelahan sedang sebanyak 33 orang besar mengalami tingkat kelelahan sedang
(46,7%). sebanyak 26 orang (40,6%).
Hubungan antara status gizi Hubungan antara beban kerja
responden dengan kejadian kelelahan responden dengan kejadian kelelahan
dianalisis menggunakan uji korelasi spearman dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney
diperoleh nilai p = 0,000 α = 0,05 (p < α) maka diperoleh nilai p = 0,544 α = 0,05 (p > α) maka
Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan antara status gizi dengan bahwa tidak ada hubungan antara keadaan
kelelahan yang dirasakan oleh perawat di monoton dengan kelelahan yang dirasakan
RSUD dr. Mohamad Soewandhie. oleh perawat di RSUD dr. Mohamad
Soewandhie.
Tabel 3 Distribusi silang antara Beban kerja
Responden dan Kejadian Kelelahan PEMBAHASAN
pada perawat di RSUD dr
Mohamad Soewandhie Surabaya, Jenis kelamin perawat di RSUD dr.
Mei 2013 Mohamad Soewandhie
Kelelahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Beban %
kerja
Rendah Sedang Tinggi Jumlah perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie
n % n % n %
Ringan 0 0 1 33,3 2 66,7 3 100 adalah berjenis kelamin laki-laki (35,7%) dan
Sedang 22 28,9 29 38,2 25 32,9 76 100 perempuan (64,3%). Mayoritas perawat di
Berat 4 12,1 18 54,5 11 33,3 33 100
RSUD ini adalah berjenis kelamin perempuan.
Pekerjaan yang dilakukan di rumah
Tabel 3 menunjukkan bahwa
sakit utamanya unit UGD, rawat jalan dan
mayoritas responden yang mengalami
rawat inap memerlukan tenaga ekstra untuk
kelelahan kerja adalah mempunyai beban kerja
melakukan tindakan keperawatan terhadap
sedang dimana sebagian besar mengalami
pasien seperti mendorong kursi roda dan
tingkat kelelahan sedang sebanyak 29 orang
tempat tidur, membantu mengangkat pasien
(38,2%).
ataupun tindakan darurat lainnya. Oleh karena
Hubungan antara beban kerja
itu, perawat laki-laki lebih dibutuhkan untuk
responden dengan kejadian kelelahan
melakukan pekerjaan di rumah sakit. Hal ini
dianalisis menggunakan uji korelasi spearman
disebabkan karena perawat yang berjenis
diperoleh nilai p = 0,618 α = 0,05 (p > α) maka
kelamin laki-laki tidak mudah lelah daripada
Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
perawat perempuan (Tarwaka, 2004).
bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja
Menurut Tarwaka (2004), kerja fisik
dengan kelelahan yang dirasakan oleh perawat
perempuan mempunyai volume oksigen
di RSUD dr. Mohamad Soewandhie.
maksimal 15-30% lebih rendah dibandingkan
20 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 15-23

laki-laki. Kondisi ini disebabkan presentase sebanyak 60% waktu untuk melakukan
lemak tubuh perempuan lebih tinggi dan kadar pekerjaan khusus. Beban kerja terkait dengan
Hb darah lebih rendah dari laki-laki. Dengan pekerjaan yang dilakukan perawat, seperti:
demikian perempuan cenderung mengalami mengerjakan tugas administrasi dan
kelelahan kerja. manajemen, memasang infus, memandikan
pasien, menyuapi pasien, mengobservasi
Status gizi perawat di RSUD dr. keadaan pasien, menyuntik pasien,
Mohamad Soewandhie menyiapkan tempat tidur, mengukur suhu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tubuh pasien, mengukur tekanan darah pasien,
perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie merawat luka pasien, streilisasi alat kesehatan,
memiliki status gizi normal (BMI 18,5-25). menyiapkan tempat tidur.
Status gizi dapat mempengaruhi tingkat Menurut Suma’mur (2009) beban
kecepatan, ketepatan, dan keakuratan kerja menentukan berapa lama seseorang dapat
pekerjaan perawat. Jika pekerjaan dilakukan bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya.
dengan cepat , tepat, dan akurat maka keadaan Seseorang yang bekerja dengan beban kerja
darurat yang terjadi bisa segera diatasi dengan yang terlalu berat yang tidak sebanding dengan
baik. Status gizi juga dapat berpengaruh kapasitas kerjanya maka dapat menyebabkan
terhadap terjadinya risiko kelaahan kerja. terjadinya kelelahan. Energi yang dibutuhkan
Selain mayoritas perawat memiliki akan semakin banyak apabila otot semakin
status gizi normal, masih ditemukan perawat lama berkontraksi melawan beban yang
dengan status gizi lebih (33,9%) dan kurang diperolehnya. Energi pemulihan saat relaksasi
(3,6%). Masalah ini seharusnya mendapatkan yang tidak sebanding menyebabkan timbulnya
perhatian, yakni sebaiknya pihak rumah sakit kelelahan.
memberikan penyuluhan tentang gizi dan pola
makan agar status gizi perawat menjadi lebih Keadaan monoton perawat di RSUD dr.
baik. Mohamad Soewandhie
Pendapat diatas juga sesuai dengan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
Suma’mur (2009) bahwa status gizi bila sebagian besar perawat di RSUD dr. Mohamad
dikaitkan dengan kelelahan, status gizi kurang Soewandhie mengalami keadaan monoton
cenderung lebih mudah untuk mengalami suatu (57,1%) disebabkan oleh pekerjaan yang sama
kelelahan karena keterbatasan atau dilakukan berulang-ulang dan lingkungan kerja
ketidakseimbangan cadangan gizi yang akan yang tidak menyenangkan. Menurut Anoraga
dirubah menjadi energi saat beraktivitas. (2001), kelelahan berhubungan erat dengan
Artinya apabila asupan gizi tidak sesuai perasaan bosan akibat pekerjaan yang monoton
dengan kebutuhannya maka tenaga kerja meskipun faktor penyebab timbulnya kondisi
tersebut akan merasa lelah dibandingkan tersebut sangat berbeda. Pekerjaan yang
dengan perawat yang asupan gizinya memadai. dilakukan berulang-ulang dari hari ke hari
Pihak rumah sakit sebaiknya tanpa adanya variasi dapat menimbulkan rasa
memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola jenuh, bosan dan cepat lelah. Keadaan
makan agar status gizi perawat menjadi normal monoton juga dapat berasal dari lingkungan
dan baik. Usaha perbaikan status gizi perawat kerja yang tidak menyenangkan baik antar
menjadi normal dan lebih baik. Usaha perawat maupun penataan ruangan
perbaikan gizi perawat dilakukan oleh petugas
unit gizi dan metode yang digunakan adalah Hubungan antara jenis kelamin dengan
melalui penyuluhan dengan mengundang kelelahan
seluruh perawat sehingga perawat mengerti Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tentang pentingnya status gizi normal. perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie
yang paling banyak mengalami kelelahan
Beban kerja perawat di RSUD dr. adalah berjenis kelamin perempuan . Laki-laki
Mohamad Soewandhie dan wanita memiliki kemampuan fisik,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan kerja otot yang berbeda (Suma’mur,
perawat unit UGD dan rawat jalan paling 1994). Secara umum wanita hanya mempunyai
banyak bekerja dengan beban kerja sedang, kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau
yaitu 40% waktu untuk duduk atau berdiri dan
Dita Perwitasari dan Abdul Rohim T, Faktor Yang Berhubungan Dengan…21

kekuatan otot laki-laki tetapi dalam hal tertentu Sedangkan menurut Suma’mur (2001)
wanita lebih teliti daripada laki-laki. status gizi bila dikaitkan dengan kelelahan
Menurut Konz (1996), dalam Tarwaka maka status gizi yang kurang cenderung lebih
dkk (2004), untuk kerja fisik, wanita mudah untuk mengalami suatu kelelahan
mempunyai volume oksigen maksimal 15-30% karena keterbatasan atau ketidakseimbangan
lebih rendah dibandingkan laki-laki. Kondisi cadangan gizi yang akan dirubah menjadi
ini disebabkan presentase lemak tubuh energi saat beraktivitas. Hal ini diperkuat oleh
perempuan lebih tinggi dan kadar Hb darah pendapat Suhardjo (2002) bahwa jika
lebih rendah dari laki-laki. Hal ini yang mengkonsumsi zat makanan secara berlebih
menyebabkan perempuan cenderung akan dapat menyebabkan kelebihan energi oleh
mengalami kelelahan kerja. Berdasarkan tubuh, sehingga menimbun asam laktat dalam
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tubuh dan tubuh akan cepat menjadi lelah.
perempuan lebih cepat merasakan kelelahan Namun jika mengkonsumsi zat makanan
daripada laki-laki. kurang maka menyebabkan tubuh mengubah
Menurut uji statistik Mann-Whitney cadangan makanan menjadi energi untuk
hubungan antara jenis kelamin dengan melakukan pekerjaanya sehingga tubuh akan
kelelahan pada perawat menunjukkan bekerja lebih keras dan cepat menimbulkan
diperoleh nilai p = 0,572 α = 0,05 (p > α), kelelahan. Berdasarkan pembahasan di atas
maka tidak ada hubungan antara jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden dengan kelelahan. Tidak adanya perawat memiliki keseimbangan antara intake
hubungan ini memiliki arti bahwa banyak dan output (status gizi normal) sehingga
faktor yang mempengaruhi kelelahan dan memungkinkan perawat dapat terhindar dai
faktor jenis kelamin bukan merupakan faktor terjadinya kelelahan kerja.
yang berhubungan secara langsung dengan Menurut hasil uji statistik korelasi
terjadinya kelelahan. Spearman hubungan antara status gizi dengan
kelelahan perawat di RSUD dr. Mohamad
Hubungan antara status gizi dengan Soewandhie diperoleh nilai p = 0,000 α = 0,05
kejadian kelelahan (p < α) maka ada hubungan antara status gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kelelahan yang dirasakan oleh perawat.
perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi
mayoritas mengalami kelelahan adalah merupakan faktor yang berhubungan langsung
perawat dengan status gizi normal. Namun dengan kelelahan kerja.
masih ditemukan pula perawat dengan status
gizi lebih cukup banyak (39,5). Kelelahan Hubungan antara beban kerja dengan
yang dialami sebagian besar perawat dalam hal kelelahan
ini adalah tingkat kelelahan sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Gizi kerja adalah pemberian gizi yang mayoritas perawat di RSUD dr. Mohamad
diterapkan kepada masyarakat pekerja dengan Soewandhie memiliki beban kerja sedang
tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, mengalami tingkat kelelahan sedang (38,2%).
efisiensi, dan produktivitas kerja yang Menurut Suma’mur (2009) setiap pekerjaan
setinggi-tingginya. Dalam upaya memelihara merupakan beban bagi pelakunya. Beban
kesehatan tenega kerja, perusahaan seharusnya tersebut dapat berupa fisik, mental atau sosial.
memperhatikan kecukupan gizi pekerjanya Seorang tenaga kerja memiliki
setiap hari (Tarwaka,2004). kemampuan tersendiri dalam hubungannya
Tubuh dalam melakukan pekerjaan dengan beban kerja. Mereka mungkin ada yang
memerlukan energi. Kapasitas kerja dapat lebih cocok dengan beban kerja fisik, mental
terganggu bila kekurangan, baik secara atau sosial, namun sebagai persamaan. Mereka
kuantitatif maupun kualitatif. Keseimbangan hanya mampu memikul beban sampai suatu
antar intake energi dan output yang harus berat tertentu sesuai dengan kapasitas
dikeluarkan sangat diperlukan. Nutrisi yang kerjanya.Beban kerja yang semakin besar
baik saja tidak cukup, untuk itu diperlukan menyebabkan waktu seseorang dapat bekerja
adanya kondisi tubuh yang sehat pula agar sesuai dengan kapasitas kerjanya. Beban kerja
nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan oleh yang semakin besar menyebabkan waktu
organ tubuh (Tarwaka, 2004). seseorang dapat bekerja tanpa mengalami
kelelahan atau gangguan semakin pendek.
22 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 15-23

Menurut Suma’mur (2009) beban lingkungan kerja yang tidak menyenangkan


kerja menentukan berapa lama seseorang dapat baik dari penghuni maupun dekorasi dan
bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya. penataan ruang. Berdasarkan pembahasan di
Seseorang yang bekerja dengan beban kerja atas dapat disimpulkan bahwa perawat di
yang terlalu berat yang tidak sebanding dengan RSUD dr. Mohamad Soewandhie mayoritas
kapasitas kerjanya maka dapat menyebabkan merasakan pekerjaan monoton yang dapat
terjadinya kelelahan. Energi yang dibutuhkan menyebabkan kelelahan kerja.
akan semakin banyak apabila otot semakin Hasil uji statitik Mann-Whitney hubungan
lama berkontraksi melawan beban yang antara keadaan monoton pada perawat di
diperolehnya. Energi pemulihan saat relaksasi RSUD dr. Mohamad Soewandhie diperoleh
yang tidak sebanding menyebabkan timbulnya nilai p = 0,544 α = 0,05 (p > α) maka tidak ada
kelelahan. hubungan antara keadaan monoton dengan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kelelahan yang dirasakan oleh perawat. Tidak
disimpulakan bahwa kapasitas dan adanya hubungan ini menunjukkan bahwa
kemampuan kerja perawat tidak sebanding keadaan monoton bukan merupakan faktor
dengan beban kerjanya sehingga sebagian yang berhubungan secara langsung dengan
besar perawat yang memiliki beban kerja terjadinya kelelahan kerja. Hal ini dapat
sedang mengalami kelelahan kerja. disebabkan oleh pekerjaan yang dilakukan oleh
Hasil uji statitik korelasi Spearman perawat dipersepsikan sebagai keadaan
hubungan antara beban kerja dengan kelelahan monoton padahal sebenarnya itu hanya
kerja perawat di RSUD dr. Mohamad rutinitas yang harus dijalankan oleh perawat
Soewandhie diperoleh nilai p = 0,618 α = 0,05
(p > α), maka tidak ada hubungan antara beban SIMPULAN
kerja dengan kelelahan yang dirasakan tenaga
kerja perawat. Tidak adanya hubungan Berdasarkan aspek individu, sebagian
menunjukkan bahwa beban kerja bukan besar perawat di RSUD dr. Mohamad
merupakan faktor yang berhubungan secara Soewandhie memilki kelompok umur 25-30
langsung dengan terjadinya kelelahan kerja. tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki
masa kerja antara 1-10 tahun, dan mengalami
Hubungan keadaan monoton dengan status gizi normal.
Kelelahan Berdasarkan aspek pekerjaan, sebagian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar perawat memiliki beban kerja sedang
perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie dan merasakan keadaan monoton dalam
paling banyak mengalami kelelahan kerja pekerjaanya.
adalah perawat yang merasa pekerjaannya Pada aspek kelelahan subyektif dengan
dilakukan secara monoton (40,6%). Pekerjaan menggunakan parameter IFRC diketahui
yang monoton atau dilakukan berulang-ulang bahwa sebagian besar perawat mengalami
dari hari ke hari tanpa adanya variasi dapat kelelahan sedang.
menyebabkan rasa jemu, bosan sehingga Faktor individu perawat yang meliputi
mempercepat timbulnya kelelahan kerja umur, jenis kelamin, masa kerja menunjukkan
Suma’mur (1996). Hal ini juga dipertegas oleh bahwa tidak ada hubungan dengan kelelahan
pendapat dari Nurmianto (2004) kondisi kerja kerja. Sedangkan status gizi perawat
yang berulang-ulang dapat menimbulkan menunjukkan bahwa ada hubungan dengan
suasana monoton yang menjadi rasa bosan, kelelahan kerja.
dimana rasa kebosanan dikategorikan sebagai Semua faktor pekerjaan perawat yang
kelelahan. meliputi beban kerja dan keadaan monoton
Menurut Anoraga (2001), kelelahan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
berhubungan erat dengan perasaan bosan dengan kelelahan kerja.
akibat pekerjaan yang monoton meskipun
faktor penyebab timbulnya kondisi tersebut DAFTAR ISI
sangat berbeda. Pekerjaan sama yang Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta
dilakukan berulang-ulang dari hari ke hari : Rieneka Cipta
tanpa adanya variasi dapat menimbulkan rasa Asmara, Hening Puji. 2009 .Beberapa
jemu, bosan dan cepat lelah. Keadaan monoton Faktor Yang Berhubungan Dengan
juga dapat berasal dari lingkungan kerja yaitu
Dita Perwitasari dan Abdul Rohim T, Faktor Yang Berhubungan Dengan…23

Kelelahan Pada Perawat Rumah Grandjean, E. 1995. Fitting the Task to the
Sakit Adi Husada Undaan Wetan Man, 4 adt. Taylor & Francis Inc.
Kota Surabaya. Skripsi. Surabaya : London, New York, Philadelpia :
FKM Universitas Airlangga. 156-173, 217-226.
Depkes RI. 1996. Pedoman Praktis Khumaidi, M. 1994. Bahan Pengajaran
Pemantauan Status Gizi Orang Gizi Masyarakat. Jakarta : Gunung
Dewasa. Jakarta. Ditjen Binkesmas Mulia.
: 2-17 Setyawati, L. 2010. Selintas Tentang
Depnaker dan Transmigrasi R.I. 2003. Kelelahan Kerja. Yogyakarta :
Undang-Undang Ketenagakerjaan Amara Books.
RI. No 13 Tahun 2003. Jakarta. Siswanto, A. 1991. Ergonomi. Balai
Depnaker dan Transmigrasi R.I. 2005. Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Himpunan Peraturan Keselamatan Jawa Timur. Departemen Tenaga
Kerja. Direktorat pengawasan Kerja. Surabaya
Keselamatan Kerja Direktorat
Jenderal Pembinaan Pengawsan Suma’mur , 1996 . Higene Perusahaan dan
Ketenagakerjaan Program Kesehatan Kerja.. Jakarta. CV Haji
Perlindungan dan Pengembangan Masagung.
Lembaga Tenaga Kerja: Jakarta. Suma’mur, P. K. 1989. Ergonomi untuk
Putra, Dhadang Widha. 2012. Hubungan Produktivitas Kerja. Jakarta: CV
Faktor Individu Dan Faktor Haji Masagung.
Pekerjaan Dengan Kelelahan Suma’mur, 2009 .Higene Perusahaan dan
Perawat Shift Malam Di Bagian Kesehatan Kerja.(Hiperkes) Jakarta.
IGD RSUD PROF. DR. CV Sagung Seto
SOEKANDAR Mojosari Kab Suma’mur, P. K. 2010. Hygiene
Mojokerto. Perusahaan dan Kesehatan Kerja
Skripsi. Surabaya : FKM Jakarta: CV Haji Masagung.
Universitas Airlangga. Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachtiar
Fa, Monika K. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Bakri, Ibnu Fajar, 2001. Penilaian
Keperawatan. Jakarta : PT. Gunung Status Gizi. Jakarta: ECG
Agung. Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng. 2004.
Riza, Gigik M. 2011. Perbedaan Kelelahan Ergonomi untuk Keselamatan,
Pada Perawat Shift Pagi Dan Shift Kesehatan Kerja dan Produktivitas.
Malam Bagian Rawat Inap Di Surakarta: UNIBA press.
Rumah Sakit Islam Surabaya. Wignjosoebroto, Sritomo. 2008.
Skripsi. Surabaya : FKM Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.
Universitas Airlangga. Jakarta: PT. Guna Widya :.

Você também pode gostar