Você está na página 1de 11

TEMA BUDAYA YANG MELATARBELAKANGI PERILAKU IBU-IBU PENDUDUK

ASLI DALAM PEMELIHARAAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN DI


KABUPATEN MIMIKA

Qomariah ~ l w i '

Abstract. Maternal Mortality Ratio in Indonesia is still high about 300-400 per 100.000 live
births. One factor influencing this determinant is the behavior and culture. The objective of
this research was to obtain information of culture and care behavior of indigenous mothers
during pregnancy, delivery and post natal related to daily activities, food pattern, health
check and treatment, and delivery management. The research was based on qualitative
ethnography. It was conducted in the two new settlements namely Kwamki Lama and Nayaro
villages. The main informant of this study was six mothers from Amungme and Kamoro tribes.
They were in stages during seven months or 30 weeks of pregnancy to one month post
delivery. Other informants were mothers' families, neighbours, cadres, tribe heads, midwives,
nurses, doctors, and related persons from government and private sectors. Data was collected
by in-depth interviews, participan observations and documentations. The findings of this
research were people believed that seeking daily food for family was women's job, while
much dietary taboos/myths must be followed. Likewise pregnancy and delivery were women's
anairs, the traditional birth attendants received guidance from the soul, and the blood during
delivery might cause dangerous diseases for men and children. The conclusion was the
behavior of pregnant and delivering mothers' care was supported by some cultural themes
which might bring disadvantages to the mothers' reproductive health due to lack of gender
equity.

Kata kunci: Budaya, perilaku, penduduk asli, kehamilan, persalinan.

PENDAHULUAN seluruh Indonesia sekitar 65.000 orang


adalah suatu angka yang fantastis merupa-
Menurut beberapa survei nasional kan negara dengan angka tertinggi di
(Susenas, SKRT, Survei Demografi, SDKI, dunia. Namun sekarang sekitar 22.000
SP) sejak tahun 1995 AKI.di Indonesia bidan desa sudah meninggalkan posnya di
cenderung stagnan pada sekitar 300-400 desa dengan berbagai alasan seperti
per 100.000 kelahiran hidup (KH) (I). Pro- kurangnya jaminan kesejahteraan, kurang-
pinsi dengan AKI tertinggi di Indonesia nya jaminan keamanan, dan tidak adanya
adalah Papua. Menurut 'Survei Cepat AKI kepastian untuk menjadi pegawai negeri ( I ) .
Papua tahun 2000, besaran AKI propinsi Kurangnya pemanfaatan bidan ini terlihat
Papua sekitar 750 sampai 1.300 per dari masih tingginya angka pertolongan
100.000 KH dan khusus AKI Kabupaten persalinan oleh dukun dan non bidan (3).
Mirnika sebesar 1.100 per 100.000 KH (2).
Kabupaten Mimika sejak tahun 1967
Untuk menurunkan AKI, upaya dibuka untuk pembangunan tambang emas
pemerintah yang telah dilakukan antara dan tembaga PT Freeport Indonesia (PT
lain pendidikan tenaga bidan desa sejak FI). Visi PT FI adalah meningkatkan
tahun 1990 sebanyak 54.956 yang di- kesejahteraan dan harga diri masyarakat
tempatkan di setiap desa (3). Jumlah bidan asli Papua secara nyata dalam kehidupan

1 Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes.


Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 35, No. 3,2007:137 - 147

sosial, ekonomi dan budaya. Upaya secara nya. Ketiga konsep itu dipengaruhi oleh
jelas dalarn bidang kesehatan yaitu mem- faktor ekonomi, sosial dan budaya (7).
bebaskan seluruh biaya perawatan dan Dalam konteks perilaku dan budaya
pengobatan untuk penyakit apapun bagi tradisi pantang makanan tertentu masih
tujuh suku penduduk asli Kabupaten harus dijalani ibu hamil dan melahirkan
Mimika (4). Namun demikian berbagai yang mengakibatkan banyak ibu hamil
fenomena muncul dengan kehadiran PT FI tidak dapat mengkonsumsi makanan tinggi
pertama penduduk memandang para protein @). Pada masa kehamilan sampai
pendatang tersebut sebagai pembawa masa nifas ibu hams mengikuti serang-
kemajuan, pembaharu serta produsen, kaian upacara dengan tujuan mencari ke-
kedua menganggap pendatang sebagai selamatan bagi ibu dan bayi (9f. Dalam
penghancur, perusak dan perampas '5'. kontek sosial dan keluarga, kekuasaan dan
Kabupaten ini dihuni oleh penduduk pengambilan keputusan bukan pada ibu
asli tujuh suku Papua selain pendatang misalnya tentang seberapa banyak dan
yang makin banyak berdatangan sejak seberapa sering anak yang diinginkan,
tahun 2000. Suku gunung atau suku pada siapa dan di mana dilakukan per-
pedalaman yang paling banyak yaitu suku salinan. Adanya budaya berunding juga
Amungme yang sebagian besar rnenghuni mengakibatkan sering terjadi keterlambat-
dataran tinggi, sedangkan suku Kamoro an pertolongan persalinan yang dapat ber-
menghuni dataran rendah. Suku-suku ini akibat fatal pada ibu dan bayi (lo'.
menganggap bahwa mereka tidak pernah Berbagai informasi yang diperoleh
berpisah dengan alam, tanah adalah ke- dari bermacam-macam sumber tersebut
hidupan, tanah adalah aku, tanah adalah menimbulkan pertanyaan penelitian; bagai-
rahim mama atau ibu, dan tanah adalah mana perilaku pemeliharaan kehamilan
tempat tinggal arwah nenek moyang. ( 6 ) dan persalinan ibu-ibu penduduk asli di
Suku Amungme mempercayai penggalian Kabupaten Mimika dan tema budaya apa
batu tambang merupakan proses pembunu- saja yang melatarbelakangi perilaku ter-
han ibu kandung atau penghancuran tubuh sebut?. Tujuan penelitian adalah untuk
mama, oleh karena itu banyak ibu-ibu yang memperoleh informasi tentang perilaku
mengalami kesulitan dalam persalinan dan tindakan ibu-ibu penduduk asli Papua
sehingga bayi yang dilahirkan cacat dan berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan
mati (5'. Dari dua kali kunjungan penulis ke mereka selama masa kehamilan, dalam
Kabupaten Mimika sebelum penelitian ini proses persalinan dan setelah persalinan.
dimulai, beberapa tenaga kesehatan yang Dalam ha1 ini tentang pola makan, akti-
sedang bertugas atau pernah tinggal di vitas sehari-hari, pemeriksaan kesehatan
Mirnika mempunyai asumsi bahwa tinggi- dan pengobatan, serta penanganan proses
nya AKI disebabkan oleh kebiasaan ibu- persalinan. Mengidentifikasi tema budaya
ibu penduduk asli melakukan persalinan di yang membentuk perilaku ibu-ibu pen-
hutan luar kampung atau di pasir pantai. duduk asli dalam pemeliharaan kehamilan
McCarthy and Maine menyatakan dan persalinan.
bahwa konsep yang melatarbelakangi ke-
matian ibu tersebut adalah: pertama, status
kesehatan ibu hamil itu sendiri; kedua
akses ke pelayanan kesehatan; dan ketiga Penelitian ini menggunakan pen-
perilaku ibu dalam memelihara kesehatan- dekatan kualitatif etnografi dengan belajar
Tema Budaya .............................................. (Qomariah)

dari penduduk bagaimana dan mengapa Suku Amungme dan Kepala Suku Kamoro.
mereka berperilaku dalam memenuhi Peneliti tidak mendapat izin secara eks-
kebutuhan hidup dan melihat dunia dari plisit dari suami informan inti (ibu-ibu)
pandangan penduduk. Dengan demikian karena meskipun sudah sering kali ber-
dapat tersingkap peran budaya dari tin- kunjung ke rumahnya peneliti jarang ber-
dakanlperistiwa, interaksi sesama pen- temu dengan suami informan. Kalaupun
duduk atau dengan pihak lain ("). ada, mereka segera menjauhkan diri tetapi
Alasan peneliti memilih Propinsi tidak menunjukkan ekspresi keberatan atau
Papua sebagai lokasi penelitian adalah permusuhan. Pendekatan kepada informan
karena ketertarikan akan budayanya yang sendiri pada awalnya agak kesulitan tetapi
unik penuh misteri, namun pemilihan Ka- dengan perkenalan melalui kader dan
bupaten Mimika dengan alasan keamanan bidan setempat dan dengan membawa
dan kelancaran jalannya penelitian karena oleh-oleh pakaian, makanan dan uang
ada anak peneliti bekerja di PT FI. Dari secukupnya maka pengumpulan data ber-
kabupaten ini dipilih Kecamatan Mimika jalan lancar.
Baru yang berada dalam wilayah kontrak Cara pengumpulan data dalam pe-
kerja PT FI dengan alasan keamanan, nelitian ini yaitu dengan wawancara men-
kelancaran transportasi, mempermudah dalam (indepth interview), pengamatan
komunikasi dan akses, memperoleh infor- dengan peran-serta (participant obser-
man dan juga memperoleh informasi vation) dan studi dokumentasi ''4). Peng-
tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan amatan dengan peran-serta dilakukan
kesehatan. Dari kecamatan ini dipilih dua kadang-kadang bersamaan dengan wawan-
desa pemukiman baru yang dibangun oleh cara mendalamfbebas yang dilakukan ber-
PT FI dan pemerintah yaitu desa Kwamki ulang-ulang dengan enam orang subyek
Lama dan desa Nayaro. Dari kedua desa linforman inti (tiga orang ibu suku Amung-
ini diharapkan dapat melihat perbedaan me dan tiga orang ibu suku Kamoro) usia
perilaku penduduk kedua suku. Suku kehamilan tujuh bulan sampai satu bulan
Amungme (suku gunung) berada di desa setelah persalinan. Selain itu wawancara
Kwarnki Lama pindahan dari per- bebas juga dilakukan dengan sekitar 50
kampungan honai-honai di gunung ('". orang informan pendukung terkait
Suku Kamoro (suku pantai) berada di desa langsung atau tidak langsung dengan
Nayaro pindahan dari perkampungan ka- pemeliharaan kesehatan ibu antara lain;
piri kame di pesisir (I3'. keluarga subyek, tetangga, dukun bayi,
Perizinan penelitian ini diperoleh kader, bidan, dokter, kepala suku, dan
selain dari Badan Penelitian dan Pengem- pejabat terkait langsung maupun tidak
bangan Kesehatan dan PT Freeport Indo- langsung yaitu pejabat Bappeda Pemda
nesia juga diperoleh dari Bagian Sospol Mimika, Suku Dinas Kesehatan, PHMC
Departemen Dalam Negeri dan Bupati PT FI. Dalam studi dokumentasi, di-
Kabupaten Mimika. Pendekatan lebih kumpulkan laporan pemerintah daerah
lanjut dilakukan kepada Kepala Dinas (Bappeda dan Dinas Kesehatan), laporan
Kesehatan Kabupaten Mimika dan Kepala PHMC PT FI dan klinik, majalah-majalah
Public Health & Malaria Control dan brosur, surat kabar harian lokal Tirnika
Department (PHMC) PT m sampai kepada Pos dan Radar Timika, Jayapura Post dan
Kepala Puskesmas dan Kepala Klinik surat-surat kabar nasional.
Kwarnki Lama dan Nayaro serta Kepala
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 35, No. 3, 2007: 137 - 147

Lama waktu pengumpulan data yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN


lebih kurang tiga bulan peneliti berada di
1. Tema budaya dalam pola makan
lokasi penelitian dan sekitarnya, bergaul
dan aktivitas selama kehamilan dan
akrab dengan informan dengan kadang-
setelah persalinan
kadang ditemani oleh seorang kader
posyandu atau seorang bidan yang juga Pola makan dan aktivitas selama
dikenal baik oleh sebagian informan. hamil sangat menentukan status kesehatan
Bantuan mereka ini diperlukan untuk ibu dan keamanan persalinannya. Begitu
penunjuk arah dan jalan serta penterjemah juga pola makan dan aktivitas setelah per-
bila ada kata-kata informan kurang di- salinan sangat mempengaruhi kesehatan
mengerti. ibu dan bayinya. Lima tema budaya yang
membentuk perilaku ibu-ibu kedua suku
Empat jenis analisis penelitian yaitu:
terlihat pada Bagan 1.
analisis domain yaitu mencari unit-unit
pengetahuan yang lebih besar berkaitan Tema budaya pertama, penduduk
dengan budaya; analisis taksonomik yaitu menganggap tugas mencari dan mengolah
mencari hubungan struktural dari internal bahan makanan adalah tugas ringan
domain budaya yang istilah tercakupnya sehingga menjadi tugas pokok perempuan.
paling banyak; analisis komponen yaitu Tugas lalu-lalu adalah berperang, membuat
mencari atribut atau istilah yang menandai rumahlperahu dan berburu. Pemberian ma-
perbedaan setiap domain budaya; dan har pemikahan yang tinggi berupa be-
analisis tema yaitu mencari dan menentu- berapa ekor babi menyebabkan status
kan tema budaya dari domain tersebut. perempuan lebih rendah dari pria karena
Tema adalah prinsip kognitif yang tersirat dianggap sudah dibeli 'I5). Tugas ibu-ibu
dan tersurat atau ekspresi yang berulang kedua suku semakin berat setelah berada di
dalam sejumlah domain, berperan dalam pemuluman baru karena lahan (hutan,
menghubungkan berbagai subsistem sungai, rawa, pantai) tempat meramu
makna budaya. Secara umum hampir sama (mengumpulkan bahan makanan) jauh dari
dengan peribahasa rakyat, moto, pepatah, pemukiman. Sedangkan tugas kaum laki-
mitos ("). laki semakin ringan karena membuat
rumah dan perahu tidak diperlukan lagi,
Penelitian ini dilaksanakan oleh
berperang juga sudah jarang. Tetapi sedikit
peneliti sendiri sehingga diperlukan ber-
sekali suami yang mau ber'baik hati'
bagai cara pemeriksaan keabsahan data
menggantikan tugas mencari bahan
yai tu triangulasi, perpanjangan keikutserta-
makanan sehari-hari. Budaya ini sangat
an, ketekunan pengamatan, dan review
diskriminatif dan memberatkan kaum
informan kunci (I4). Tiga jenis triangulasi
perempuan, tidak berpihak terhadap peme-
dalam penelitian ini yaitu triangulasi me-
liharaan kesehatan perempuan dan meng-
tode (menggunakan berbagai metode pe-
abaikan hak-hak kesehatan reproduksi
ngumpulan data), trangulasi sumber
perempuan yang sudah dideklarasikan se-
(menggunakan berbagai variasi informan
cara global (I6).
pendukung) dan triangulasi investigator
(meminta bantuan teman-teman peneliti). Tema budaya kedua, menganggap
ibu-ibu hamil usia di bawah 5 bulan bila
bekerja keras dapat menyebabkan ke-
guguran, tetapi usia kehamilan 5 bulan
Tema Budaya .............................................. (Qomariah)

Pengadaan dan pengolahan


makanan sehari-hari adalah tugas
pokok kaum perempuan
Ibu hamil usia lebih 5 bulan dianjur-
kan kerja lebih keras guna me-
lancarkan persalinan Persalinan tanpa per-
tolongan terjadi di
Penyediaan makanan diutamakan sembarang tempat
untuk suami Kurang gizi
Banyak makanan pantang bagi ibu Kelelahan fisik kernatian Ibu
hamiYpersalinan dan tidak mau Daya tahan tubuh lemah
makan makanan yang tidak biasa
dimakan.
Larangan ibu tidak pergi ke hutan
Ipantai 1-2 minggu setelah per-
salinan.

Bagan 1. Tema Budaya dalam pola makan dan aktivitas

bahwa hampir semua ibu-ibu Papua men-


ke atas dengan bekerja keras dapat mem-
derita anemia waktu harnil dan setelah
perlancar proses persalinan. Karena
melahirkan (2). Menu seimbang yang di-
kepercayaan dan tanggung jawab terhadap
buruhkan ibu tidak terpenuhi karena jenis
keluarga inilah maka ibu-ibu tetap pergi ke
konsumsi makanan yang tidak bervariasi,
hutadpantai meski usia kehamilan sudah
jumlah makanan yang tidak tentu ter-
mendekati persalinan. Karena keyakinan
gantung ketersediaan bahan, waktu atau
ini pula perempuan tidak merasa keberatan
frekuensi makan yang tidak teratur.
atau tertekan, mereka tetap tersenyum
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurang-
meskipun kelak bersalin tanpa persiapan,
nya pengetahuan laki-laki dan perempuan
di tempat yang kotor, jauh dari pelayanan
tentang akibatnya terhiidap kesehatan
Ipetugas kesehatan sehingga dapat meng-
ibu/bayi dan ketidak-pedulian lalu-laki
alami berbagai risiko .'7I
membuat keyakinan ini tetap dipertahan-
Tema budaya ketiga, perempuan kan. Budaya ini sangat merugikan kese-
hams lebih mengutamakan kecukupan hatan ibu dan janinlbayi karena kuantitas
makanan untuk laki-laki. Meskipun ibu-ibu dan kualitas makanan ibu yang sedang
kedua suku ini bekerja sangat keras dcmi hamil atau sedang menyusui seharusnya
kelanjutan hidup keluarganya namun tetap ditingkatkan. Ibu dapat mengalami
dianggap rendah 'sejajar dengan babi' dan kelelahan fisik dan kekurangan gizi yang
memperoleh asupan makanan 'sisa' paling dapat mengakibatkan terjadinya partus
belakangan. Seorang informan bidan yang lama dan perdarahan persalinan (I8'.
berasal dari Biak mengatakan bahwa
Tema budaya keempat, penduduk
umumnya ibu-ibu Papua menganggap
Suku Kamoro mempercayai berbagai jenis
suami sebagai tuhan kedua. Dalam survei
cepat kematian ibu di Papua ditemukan makanan pantang yang hams dipatuhi.
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 35, No. 3,2007:137 - 147

Hampir semua jenis makanan yang di- 2. Tema Budaya dalam pemeriksaan
pantangkan tersebut mengandung protein kesehatan dan pengobatan
tinggi misalnya; ikan belut yang dipercayai Pemeriksaan kesehatan selama hamil
dapat menyebabkan bayi cacat, burung dan setelah persalinan pada petugas
kasuari dapat membuat mata bayi kerjap- kesehatan dibutuhkan untuk mendeteksi
kerjap, penyu dapat membuat jari tangan kelainan yang mungkin dapat membaha-
dan kaki bayi seperti jari kura-kura, dan yakan jiwa ibu dan bayi. Kenyataannya ha1
kelapa putih dapat membuat tubuh bayi ini dilakukan oleh hampir semua ibu-ibu
besar. Apa yang mereka peroleh setiap hari kedua suku tetapi tidak lengkap empat kali
dari hutan, rawa, sungai belum tentu dapat selama hamil dan dilakukan sambil berobat
dimakan, sementara tubuh mereka sangat karena demam, pusing, flu dan sebagainya.
memerlukan makanan tersebut. Untuk pen-
duduk suku Amungme tidak banyak aturan Empat tema budaya yang mewarnai
makanan pantang selama hamillpersalinan perilaku pemeriksaan kesehatan dan peng-
tetapi umumnya penduduk suku ini hanya obatan masa hamil dan persalinan terlihat
mau makan jenis makanan yang biasa di- pada Bagan 2.
makan. Ketika berpindah ke pemukiman Tema budaya pertama, penduduk
baru, bahan makanan yang biasa dimakan menganggap pemeliharaan kehamilan dan
waktu di gunung seperti daging binatang persalinan adalah urusan sesama perem-
buruan, ikan-ikan yang hidup di dataran puan dan tidak perlu dibesar-besarkan
tinggi jarang ditemui di dataran rendah. karena kehamilan adalah ha1 yang alamil
Ketidakrnampuan mereka beradaptasi ini biasa dan cukup ditangani oleh sesama
menyebabkan banyak ibu-ibu mengalami perempuan. Laki-laki tidak perlu atau tidak
anemia dan kurang gizi meski tiap hari mau tahu sehingga tidak perlu dilibatkan
mereka mencari bahan makanan (I9). ikut campur memikirkan atau membantu.
Tema budaya kelima, melarang ibu- Pengambilan keputusan sepenuhnya di-
ibu untuk pergi jauh dari rumah selama 1-2 serahkan pada ibu apakah mau memeriksa-
minggu setelah persalinan. Pada kenyata- kan diri ke dukun atau ke petugas kese-
annya dalam penelitian ini ibu-ibu sudah hatan. Anggapan ini dapat berdampak po-
pergi ke hutan segera setelah lepas tali sitif bagi kesehatan ibu, dimana ibu bebas
pusat bayi sekitar 6-7 hari setelah persalin- menentukan langkah, namun dengan keter-
an. Sama seperti budaya suku Bgu Pantai batasan pendidikan dan pengetahuan ibu
Utara Papua yang melakukan pesta adat maka langkah yang dilakukan ibu bisa
'anak turun' sekitar 8 hari setelah persa- keliru. Dampak negatif dari tidak dilibat-
linan sebagai tanda ibu sudah bebas pergi kannya suami dalam pemeliharaan kese-
ke hutan lagi (*'). Kurun waktu ini sangat hatan ibu yaitu suami tidak hams berpikir
singkat bagi pemulihan kesehatan ibu dan memberikan pendapat, tanggung jawab
kebutuhan bayi karena tubuh ibu masih atau dukungan yang lebih baik.
lemah akibat persalinan, uterus belum Tema budaya kedua, penduduk
kembali normal dan bayipun masih sangat masih sangat mempercayai pengobatan tra-
membutuhkan ibu secara fisik terutama disional sehingga pengobatan modern di-
untuk AS1 dan kebutuhan secara psiko- lakukan setelah pengobatan tradisional.
logis. Hal ini dapat mengakibatkan per- Ibu-ibu Kamoro mendahulukan peng-
darahan, prolapsus uteri, berbagai penyakit obatan tradisional dikarenakan faktor
karena kelemahan fisik ibu dan penyaht
pada bayi "*'. kepercayaan dan kedekatan dengan dukun,
Tema Budaya ........................................... (Qomariah)

sehingga kalau sudah sembuh tidak perlu pengobatan modem (klinik, Puskesmas,
lagi mencari petugas kesehatan. Berbeda Posyandu) biasanya karena mau berobat
dengan masyarakat pedesaan sekarang ini sakit lain misalnya demam, flu, pusing dan
di Cina, India, Thailand, Ghana dan sebagainya, pemeriksaan kehamilan hanya
Amerika Latin yang melakukan peng- sebagai sambilan. Suplemen seperti Fe
obatan modem lebih dahulu, apabila tidak untuk mencegah anemia jarang dihabiskan
berhasil baru ke pengobatan tradisional karena merasa tidak sakit lagi.
yang mulai kurang menarik. Penyembuh Tema budaya ketiga, masih banyak
tradisional tidak lagi sebanyak masa lalu, penduduk Kamoro menganggap obat-obat
menurut mereka pengobatan tradisional tradisional (oto) tidak boleh disebarluaskan
dapat "memperkuat" pengobatan modem dan hams dirahasiakan, bila melanggar
(8)
dapat menjadi sakit karena terkena marah
Dengan mendahulukan pengobatan para leluhur. Hal ini terkait dengan prinsip
tradisional ini mungkin dapat merugikan kaata bagi penduduk suku Kamoro yang
kesehatan ibu karena pertama cara peng- berarti terlarang atau sesuatu yang rahasia
obatan tradisonal yang dilakukan misalnya (21'. Terutama dukun (pemegang oto) tidak
dengan mengiris kulit tubuh yang sakit mau memberi tahu karena takut dimarahi
atau memberikan daun gatal justru dapat oleh ,nbii (setan, roh) yang merupakan ke-
menimbulkan penyalut lain. Kedua dalam kuatan sakti bersembunyi di pohon-pohon
keadaan darurat pengobatan tradisional besar dan tanah berbukit. Karena itu obat-
dapat memperlambat pertolongan petugas obat tradisional yang mereka gunakan
kesehatan. Ibu-ibu suku Amungme tidak dapat berbeda-beda antara keluarga dan
terlalu terikat lagi dengan pengobatan tidak saling memberitahu. Ketertutupan
tradisional, tetapi untuk melakukan peme- praktek pengobatan tradisional ini merugi-
riksaan kesehatan mereka sering tidak kan dalam pemeliharaan kesehatan ibu
punya waktu karena alasan sibuk mencari hamil dan persalinan karena pengalaman
bahan makanan. Meskipun mereka ke

Pemeriksaan kesehatanlpengobat-

-
an masa hamil Ipersalinan se-
penuhnya urusan kaum perem-
puan Kurangnya Risiko kompli-
Pemeriksaan kesehatadpeng- antisipasi dalam
menghadapi per-
,
kasi dan ke-
matian ibu
obatan modem dilakukan setelah
pengobatan tradisional salinan
Obat tradisional tiap subsuku ber-
beda dan menjadi rahasia peme-
gang oto(dukun)
Dukun bayi dianggap dapat
warisanlkelebihan dari rohlmbii

Bagan 2. Tema Budaya dalam pemeriksaan kesehatan dan pengobatan


Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 35, No. 3,2007: 137 - 147

lakukan tindakan yang salah misalnya


ibu-ibu terdahulu tentang jenis obat dan
tatkala bayi sulit ke luar maka dukun
kemanjuran suatu obat tidak dapat dijadi-
kemudian menginjak perut ibu atau tangan
kan pelajaran bagi ibu-ibu generasi beri-
dukun masuk ke perut ibu. Tindakan
kutnya dan sulit untuk diteliti. Praktek
pengobatan tradisional untuk ibu-ibu dukun ini tetap akan dianggap wajar,
meskipun ibu sampai meninggal di tangan
Amungme sudah mulai hilang setelah me-
dukun, bahkan yang disalahkan adalah ibu
reka pindah di pemukiman baru. Alasan-
nya adalah ibu-ibu generasi terdahulu yang yang dianggap semasa hamilnya tidak
mengikuti aturan adat.
memberikan obat-obatan itu banyak yang
sudah meninggal juga tidak meniberi tahu 3. Tema Budaya dalam penanganan
nama dan jenis obat tersebut, selain juga proses persalinan.
jenis daun-daunanlakar-akaran tersebut Persalinan dapat terjadi secara alami
tidak terdapat di dataran rendah. dengan atau tanpa pertolongan, narnun
Tema budaya keempat, dukun di- banyak ha1 mungkin terjadi dalam proses
yakini sebagai orang yang memang men- persalinan yang dapat membahayakan jiwa
dapat warisan kelebihan dari nenek ibu dan bayi misalnya perdarahan, partus
moyang yang biasanya diberikan turun lama, eklamsi, infeksi dan lain-lain (18) .
temurun. Kepercayaan ini dapat merugikan Lima tema budaya yang menjadi akar peri-
kesehatan ibu karena dukun yang belum laku ibu-ibu Suku Amungme dan Suku
dilatih tidak mempunyai pengetahuan Kamoro dalam penanganan persalinannya
tentang anatomi fisiolosi kehamilan dan adalah sebagai berikut.
persalinan sehingga mungkin dapat me-

an akan dapat menimbul-


kan penyakit pada laki-laki

2. Perempuan tabu membuka


paha di depan orang belum

3. Asap kayu api dalam per-


salinan membawa kekuatan kasi dan kemati-
an ibu
4. Ibu meninggal dalam per-
salinan karena kutukan tuan

5. Ibu baru boleh mandi dan

Bagan 3. Tema budaya dalam penanganan proses persalinan


Tema Budaya .............................................. (Qomariah)

rumah, tetangga atau suami yang men-


Tema budaya pertama, penduduk
mempercayai bahwa darah dan kotoran carikan makanan bagi diri dan anak-anak-
nya. Bila ada indikasi yang mengharuskan
persalinan dapat menimbulkan penyakit
untuk rninta bantuan pihak lain, maka
yang mengerikan bagi laki-laki dan anak-
perlu dirembukkan dulu atau minta izin
anak, karena itu ibu bersalin harus dijauh-
kan atau disembunyikan. Pada penduduk suami dan keluarganya karena ini merupa-
kan tanggung jawab semua kerabat. Bagi
yang masih tinggal di pedalaman lokasi
penyingkiran ibu bersalin ini berada di luar suku Kamoro prinsip ini merupakan
prinsip Iwoto (kasih sayang atau
radius 500 meter dari perkampungan. Di
desa pemukiman baru ini meslupun kepedulian terhadap keluarga) (21).
mereka sudah tinggal selama lebih dari 10 Tema budaya ketiga, penduduk me-
tahun, masih tetap ada akar budaya jijik yakini bahwa asap kayu bakar membawa
atau takut terhadap perempuan yang kekuatan bagi orang yang sakit atau lemah
sedang bersalin. Hal ini terlihat dari tempat terrnasuk ibu yang sedang melahirkan.
ibu-ibu melakukan persalinan di rumah Untuk prinsip iwoto itu juga maka suami
bisa; di dalam kamar mandi, di dapur, di membantu dalam proses persalinan istrinya
bawah rumah, atau di tempat khusus yang dengan menghidupkan dan menjaga api
dibuat di belakang rumahlhutan (bivak). Ini kayu bakar apinya selalu hidup dan
menunjukkan bahwa meslupun sudah asapnya bertiup mengarah ke tempat ibu
tinggal di pemukiman baru, ibu tetap tidak dan bayi. Dalam proses persalinannya ibu
berani melanggar tradisi dengan me- berusaha mendapat kekuatan dengan
ngurung diri di bagian belakang rumah rnenghirup asap sebanyak-banyaknya,
sementara suami dan anak-anak menunggu karena yakin asap membawa kekuatan dari
di ruang depan rumah. Kepercayaan ini roh atau mbii untuk melancarkan per-
sangat memojokkan posisi perempuan dan salinan. Keyakinan ini secara fisik merugi-
sangat merugikan kesehatannya, saat kan kesehatan ibu dan bayi yang memung-
perempuan yang berjuang untuk tugas kinkan terjadinya sesak dan infeksi saluran
reproduksi yang berbahaya tidak mendapat nafas.
perhatian dari suaminya. Cara penanganan Tema budaya keempat, kematian ibu
persalinan juga sering bertentangan dengan dipercayai karena ibu tersebut mendapat
cara pelayanan kesehatan modem misalnya
kutukan dari tuan tanah (teheta) atau roh
posisi jongkok di toilet, pemotongan dan nenek moyang. Kemalangan yang me-
pengikatan tali pusat dengan tali rafia atau nimpa ibu karena ketidaktahuan dan tidak
akar pohon. adanya bantuan pelayanan yang seharus-
Tema budaya kedua, perempuan tabu nya rnenjadi hak kesehatan reproduksinya
membuka auratlpaha di depan orang yang dianggap wajar karena kesalahannya
belum dikenal meski untuk pengobatan sendiri. Prinsip ini membuat nasib kaum
atau persalinan. Kepercayaan ini makin perempuan Papua makin terpinggirkan.
memperkuat ibu-ibu untuk tidak berani Peristiwa kematian ibu kurang mendapat
meminta melakukan persalinan di rumah perhatian selayaknya bagi banyak pen-
sakit, klinik, Puskesmas meskipun jarak- duduk pedesaan, mereka menganggap itu
nya dekat dan tidak membayar sama peristiwa yang wajar dianggap mati syahid
sekali. Dia khawatir disalahartikan oleh bahkan akan masuk syurga. Ada pula
suami bahwa dia mau melanggar tradisi masyarakat menganggap persalinan suatu
memanjakan diri makan tidur sementara di peristiwa yang mengerikan, misalnya
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 35, No. 3,2007: 137 - 147

arwah ibu dapat menjadi kuntilanak atau lahan-lahan yang dilakukan tanpa me-
leak. Karena itu sering kematian itu di- nyinggung perasaan penduduk dan tanpa
sembunyikan atau tidak dilaporkan. mereka merasa dipersalahkan akan lebih
Tema budaya kelima, adanya lara- berhasil daripada pelaksanaan program-
ngan bagi ibu untuk mandi sebelum pesta program yang seragam bagi semua etnis di
kerabat yang biasanya diadakan 1-2 Indonesia yang sering tidak sesuai dengan
minggu setelah persalinan. Dalam kesem- budaya setempat sehingga bisa mengalami
patan ini ibu boleh mandi sendiri atau kegagalan.
dimandikan ibu-ibu lain sambil bernyanyi Ucapan terima kasih
beramai-ramai. Setelah itu diberikan
Ucapan terima kasih yang sebesar-
kebebasan bagi ibu untuk melakukan
besarnya penulis sampaikan kepada PI'.
hubungan seksual dengan suami. Selama
Freeport Indonesia yang telah memberi
belum diadakan pesta suami dilarang
kesempatan melakukan penelitian ini.
makan minum dan tidur di rumah, hams di
Terima kasih juga pada Kepala Dinas
rumah keluarga yang lain atau di rumah
Kabupaten Mimika dan Kepala PHMC PT
tetangga. Akibat negatif bagi kesehatan ibu
FI yang telah membantu lancarnya
dari larangan mandi ini yaitu akan timbul
pelaksanaan penelitian ini. Kepada dokter-
berbagai macam penyakit infeksi yang
dokter, bidan-bidan, kader dan teman-
juga dapat menular kepada bayinya. Hubu-
teman peneliti tak lupa penulis ucapkan
ngan seksual 1-2 minggu setelah per-
terima kasih.
salinan bagi tubuh ibu yang belum pulih
sempurna dapat menyebabkan kerusakan
dan infeksi pada alat kelamin ibu. Ibu DAFTAR RUJUKAN.
memaksakan diri, tegang dan nyeri
sehingga tidak bisa menikmati hubungan 1. Sumantri, Suharsono et.al., Kajian Angka
Kematian Ibu dan Anak. Jakarta: Badan
seks aman dan menyenangkan yang me- Litbang Depkes RI, 2004,4-5-33.
rupakan hak reproduksinya (I7'.
2. Dinas Kesehatan Propinsi Papua & FK UI.,
Dari hasil penelitian diatas diketahui Hasil Survey Cepat Kematian Ibu di 7 Kota
masih banyak tema budaya penduduk suku dan Kabupaten Propinsi Papua Tahun 2000-
Amungme dan suku Kamoro yang merugi- 2001, Jayapura: 2001,22-25.
kan kesehatan ibu karena masih sarat 3. Azwar, Azrul, Upaya Penurunan Angka
dengan diskriminasi gender dan mengabai- kematian ibu di Indonesia. Jakarta: Depkes RI,
2003,3 1.
kan hak-hak reproduksi perempuan. Cara-
cara pengobatan tradi-sional kadang- 4. PT FI., Peranan PT Freeport Indonesia dalam
kadang bertentangan dengan pengobatan Pembangunan Masyarakat Irian Jaya di
Kabupaten Mimika, Jakarta: 2000,3, 16.
ilmiah dan perilaku ibu-ibu dalam masa
kehamilan, persalinan dan setelah per- 5. Bachriadi Dianto, Merana di Tengah
Kelimpahan, Jakarta: Elsam, 1998,125- 128.
salinan dilandasi oleh beberapa tema
budaya yang sangat diskriminatif dan 6. Erari, Karel Phil, Tanah Kita, Hidup Kita,
kurang mendukung kesehatan ibu. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan,
1999.35.
Untuk mengubah budaya yang me- 7. McCarthy, James and Deborah Maine, A
rugikan menjadi menguntungkan kese- Framework for Analyzing the Determinants of
hatan ibu bukan suatu ha1 yang mudah. Maternal Mortality, Geneva: WHO, 1992, 25-
Penggalian tema budaya yang diikuti 26.
dengan pendekatan etnografi secara per-
Tema Budaya ..............................................(Qomariah)

8. Foster George M., Antropologi Kesehatan, 14. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian
terjemahan Priyanti Pakan & Meutia Hatta S., Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Jakarta: UI Press, 1986,298-304. 1995,30.
9. Swasono, Meutia Farida, Beberapa Aspek 15. Whyte, Robert OK and Pauline Whyte, The
Sosial Budaya Kehamilan, Kelahiran serta Women of Rural Asia, Colorado: Westview
Perawatan Ibu, Jakarta: UI Press, 1998,4. Press, 1982,30-31.
10. Iskandar M. B., et al., Mengungkap Misteri 16. Cook, Rebbeca J., Bernard M. Dickens,
Kematian Ibu di Jawa Barat, Jakarta: Pusat Advancing Safe Motherhood through Human
Penelitian Kesehatan Lembaga Pendidikan UI, Right, Geneva: WHO, 2001, 1.
1996, 14-32.
17. Doyal, Lesley, In Sickness and in Health,
11. Spradley, James P., The Ethnographic Kuala Lumpur: WHO ARROW, 1997,46-50.
Interview (Metode Etnografi), Terjemahan
18. Mohamad, Kartono, Kontradiksi dalam
Misbah Zulfa Elizabeth, Yogyakarta: Tiara
Kesehatan Reproduksi, Jakarta: Pustaka Sinar
Wacana Yogya, 1997,3-5, 180.
Harapan, 1998,154- 155.
12. FT FI., Gambaran Desa Kwamki Lama
19. Rambo A. Terry, Conceptual Approaches to
Kecamatan Mimika Baru, Kuala Kencana:
Human Ecology, Honolulu: East-West Center,
2000,l.
1983,3.
13. FT FI., Pemda Kabupaten Mimika & Yayasan
20. Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di
Pusaka Sejati, Nayaro Tanahku Kehidupanku
Indonesia, Jakarta: FE UI, 1984,49.
dan Masa Depanku. Timika: 2000,l-2.
21. Rahangiar, Stephanus, Etnografi Suku Bangsa
Kamoro, Timika: PT FI, 1994,lO.

Você também pode gostar