Você está na página 1de 5

Jurnal Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018 ISSN 2088-2734

EFEKTIFITAS RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP PENINGKATAN


KEKUATAN OTOT PADA PENDERITA STROKE

Susana Nurtanti(1), Widya Ningrum(2)


Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri
susan.alkuina@yahoo.com , widyaning907@gmail.com

ABSTRACT
Background stroke is a sudden loss of brain function, caused by impaired blood flow to the brain
(ischemic stroke) or rupture of blood vessels in the brain (hemorrhagic stroke). Active range of
motion (rom) is a joint motion exercise that allows contraction and movement of muscles, where the
client moves each of the joints according to normal movement either actively or passively. In
kedunggupit village there are 2 respondents who have muscle stiffness. To overcome muscle weakness
given nonfarmakologi treatment with active rom exerises. The Purpose of this study is to know how to
reduce muscle weakness with active rom exercrises.
MethodsThis type of research is a qualitative research with a descriptive case study approach. The
Populationin this research is all community of kedunggupit village that experience weakness of
member of motion with 2 responden.The research instrumentof this study using standard surgical
procedures (SOP) measurement of muscle strength and observation sheet. Test data analysisreview
data interview and observation.
Resultsthere are 2 respondents who experienced muscle stiffness. To overcome the problem of muscle
stiffness respondent given active rom exercises. Active ROM was done every morning and evening
with time every exercise 20 minutes for 1 month. All respondents were increased in muscle streng
from 2 untile 3 scale.
Conclusionthe active ROM was effectiveed to increased of muscle strength in stroke patients.

Keywords : Stroke, Active rom, Muscle strength.


ABSTRAK
Latar BelakangStroke merupakan kehilangan fungsi otak secara tiba-tiba, yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah di otak (stroke
hemoragik). Range of Motion (ROM) aktif adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiaannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Di Dusun Jaten Kedunggupit Sidoharjo terdapat 2
responden yang mengalami kekakuan otot. Untuk mengatasi kelemahan otot diberikan pengobatan
nonfarmakologi dengan latihan ROM aktif. Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui efektifitas ROM
aktif terhadap peningkatan kekuatan otot.
Metode Penelitianjenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
deskriptif. Populasidalam penelitian ini adalah semua masyarakat Dusun Jaten Kedunggupit yang
mengalami kelemahan anggota gerak dengan jumlah 2 responden. Instrumen penelitianini
menggunakan standar operasional prosedur (SOP) pengukuran kekuatan otot dan lembar observasi.
Uji analisa datamenelaah data hasil wawancara dan observasi.
Hasil Penelitianterdapat 2 responden yang mengalami kekakuan otot pada penderita stroke. Untuk
mengatasi masalah kekakauan otot responden diberikan latihan ROM aktif. ROM aktif dilakukan
setiap pagi dan sore hari dengan waktu setiap latihan 20 menit selama 1 bulan. Semua responden
mengalami kenaikan kekuatan otot dari skala 2 yaitu mampu menggerakkan otot atau bagian yang
lemah sesuai perintah menjadi skala 3 yaitu mampu menggerakkan otot dengan tahanan minimal.
Kesimpulan ROM aktif efektif terhadap peningkatan kekuatan otot pada penderita stroke.

Kata Kunci : Stroke, ROM Aktif, Kekuatan Otot.

Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada
Penderita Stroke, Nurtanti & Ningrum Page 14
Jurnal Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018 ISSN 2088-2734

PENDAHULUAN Prevalensi stroke non hemoragik pada tahun 2012


Stroke merupakan penyebab kedua kematian dan sebesar 0,07% lebih rendah dibanding tahun 2011
penyebab keenam yang paling umum dari cacat. (0,09%). Pada tahun 2012, kasus stroke di Kota
Sekitar 15 juta orang menderita stroke yang Surakarta cukup tinggi. Kasus stroke hemoragik
pertama kali setiap tahun, dengan sepertiga dari sebanyak 1.044 kasus dan 135 kasus untuk stroke
kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan non hemoragik.
kematian (3,5 juta perempuan dan 3,1 juta laki- Range of Motion (ROM) aktif adalah latihan
laki). Stroke merupakan masalah besar di negara- yang dilakukan untuk mempertahankan atau
negara berpenghasilan rendah daripada di negara memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
berpenghasilan tinggi. Lebih dari 81% kematian menggerakkan persendian secara normal dan
akibat stroke terjadi di negara-negara lengkap untuk meningkatkkan massa otot dan tonus
berpenghasilan rendah presentase kematian dini otot. Mobilisasi persendian dengan latihan ROM
karena stroke naik menjadi 94% pada orang aktif dapat mencegah berbagai komplikasi seperti
dibawah usia 70 tahun (World Health Organisation, saluran perkemihan, pneumonia aspirasi, nyeri
2016). karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis,
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak secara dekubitus sehingga mobilisasi dini penting
tiba-tiba, yang disebabkan oleh gangguan aliran dilakukan secara rutin dan kontinyu. Memberikan
darah ke otak (stroke iskemik) atau pecahnya latihan ROM aktif secara dini dapat meningkatkan
pembuluh darah di otak (stroke hemoragik). kekuatan otot karena menstimulasi motor unit yang
Gangguan aliran darah atau pecahnya pembuhuh terlibat maka akan terjadi peningktan kekuatan otot
darah menyebabkan sel-sel otak (neuron) di daerah (Potter & Perry, 2005 dalam jurnal Lulus Eko
yang terkena mati (Heart and Stroke Foundation, Apriyanti, 2014).
2015). Salah satu masalah keperawatan yang perlu
Menurut Depkes (2016) disebutkan bahwa 10 penanganan lebih lanjut yaitu peningkatan
dari penyebab kematian utama berdasarkan sampel kekuatan otot, karena pasien stroke akan merasa
regristrasi sistem (SRS) diantaranya adalah kehilangan kekuatan pada salah satu anggota gerak.
penyakit tidak menular (PTM) yaitu stroke di Pada penderita stroke atau lumpuh separuh badan,
nomor pertama, urutan kedua penyakit jantung biasanya penderita akan mengalami kesulitan
koroner dan ketiga diabetes militus. Di Indonesia, dalam melakukan aktifitas karena keterbatasan
jumlah penderita stroke tahun 2013 diperkirakan ruang gerak. Menurut WHO (2016) Dari 33 juta
sebanyak 12,1%. Provinsi Sulawesi Selatan penderita stroke di dunia, lebih dari 12 juta yang
memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu tersisa dengan cacat. Di Dusun Jaten Kedunggupit
sebanyak 17,9%, sedangkan Provinsi Riau Sidoharjo terdapat 2 responden yang mengalami
memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu kekakuan otot. Untuk mencegah hal tersebut maka
sebanyak (5,2%), Jawa Tengah menempati urutan perawat harus memberikan asuhan keperawatan
ke 10 yaitu sebesar (12,3%) (Kemenkes Kesehatan secara menyeluruh. Tindakan yang dapat dilakukan
R.I, 2014). oleh perawat kepada pasien stroke dengan latihan
Prevalensi kasus stroke di Indonesia mobilisasi, ROM sehari 2x tindakan ini sangat
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 efektif untuk mencegah kekakuan otot,
per mill dan 12,1 per mill yang terdiagnosis memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke maupun pasien tentang tujuan peningkatan
tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara mobilitas fisik.
(10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%),
sedangkan di Provinsi Jawa Tengah sebesar (7,7%). METODE PENELITIAN
Prevalensi stroke antara laki-laki dengan Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013). dengan pendekatan studi kasus deskriptif. Populasi
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012), dalam penelitian ini adalah semua masyarakat
stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik dan Dusun Jaten Kedunggupit yang mengalami
stroke non hemoragik. Prevalesi stroke hemoragik kelemahan anggota gerak dengan jumlah 2
di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi responden. Instrumen penelitian ini menggunakan
dari tahun 2011 (0,03%). Prevalensi tertinggi tahun standar operasional prosedur (SOP) pengukuran
2012 adalah Kabupaten Kudus sebesar 1,84% .

Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada
Penderita Stroke, Nurtanti & Ningrum Page 15
Jurnal Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018 ISSN 2088-2734

kekuatan otot dan lembar observasi. Uji analisa Tabel 4.4 Skala kekuatan otot sebelum dan
data menelaah data hasil wawancara dan observasi. sesudah dilakukan latihan ROM aktif di Dusun
Metode pengumpulan data yang digunakan, Jaten Kedunggupit Sidoharjo
antara lain : (1) wawancara tak terstruktur, (2) Responden Sebelum Sesudah
observasi partisipatif, (3) metode dokumentasi, (4) Responden 1 M1 Skala 2 M1 Skala 2
metode kepustakaan. Tn. W M2 Skala 2 M2 Skala 2
M3 Skala 3 M3 Skala 3
HASIL DAN PEMBAHASAN M4 Skala 3 M4 Skala 3
1. Hasil Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan sebelum
a. Karakteristik Responden dilakukan latihan ROM aktif pada minggu pertama
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut skala kekuatan otot 2 yaitu mampu menggerakkan
Jenis Kelamin di Dusun Jatem Kedunggupit otot yang lemah sesuai perintah, minggu kedua
Sidoharjo skala kekuatan otot masih 2, minggu ketiga skala
Karakteristik Frekuensi % kekuatan otot sudah menjadi 3 yaitu mampu
Laki-Laki 1 50% menggerakkan otot dengan tahanan minimal,
Perempuan 1 50% minggu keempat skala kekuatan otot 3. Setelah
dilakukan latihan ROM aktif pada minggu pertama
Total 2 100%
skala kekuatan otot 2, minggu kedua skala
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa
kekuatan otot 2, minggu ketiga skala 3, minggu
responden laki-laki sebanyak 1 orang (50%)
keempat skala kekuatan otot 3.
dan responden perempuan 1 orang (50%).
Responden 2
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Tabel 4.5 Skala kekuatan otot sebelum dan
Umur di Dusun Jaten Kedunggupit Sidoharjo
sesudah dilakukan latihan ROM aktif di Dusun
Klasifikasi Frekuensi %
Jaten Kedunggupit Sidoharjo
Umur
50-55 0 0%
Responden Sebelum Sesudah
55-60 0 0%
Responden 2 M1 Skala 2 M1 Skala 2
60-65 2 100%
Ny. N M2 Skala 2 M2 Skala 2
Total 100%
M3 Skala 2 M3 Skala 3
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa
M4 Skala 3 M4 Skala 3
responden berumur 60-65 tahun lebih banyak
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan sebelum
yaitu 2 orang (100%).
dilakukan latihan ROM aktif pada minggu pertama
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden
skala kekuatan otot 2 yaitu mampu menggerakkan
Menurut Jenis Stroke di Dusun Jaten Kedunggupit
otot yang lemah sesuai perintah, minggu kedua
Sidoharjo
skala kekuatan otot masih 2, minggu ketiga skala
Penyebab Frekuensi %
kekuatan otot masih 2, minggu keempat skal
Stroke Hemoragik 2 100%
kekuatan otot menjadi 3 yaitu mampu
Stroke Non Hemoragik 0 0%
menggerakkan otot dengan tahanan minimal.
Total 100% Setelah dilakukan latihan ROM aktif pada minggu
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa pertama skala kekuatan otot 2, minggu kedua skala
responden paling banyak mengalami kekakuan otot kekuatan otot 2, minggu ketiga skala 3, minggu
karena stroke hemoragik. keempat skala kekuatan otot 3.
b. Pengkajian Dari kedua tabel diatas didapatkan perbedaan
Responden 1 mengalami kekakuan otot perubahan skala kekuatan otot pada minggu ketiga
pada ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri. yaitu sebelum diberikan latihan ROM aktif skala
Sedangkan responden 2 mengalami kekakuan kekuatan otot responden 1 sudah menjadi skala 3
otot pada ekstremitas atas dan bawah sebelah sedangkan responden 2 masih skala 2 itu semua
kanan. disebabkan karena kurang latihan yang rutin pada
c. Skala Kekuatan Otot responden 2.
Responden 1

Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada
Penderita Stroke, Nurtanti & Ningrum Page 16
Jurnal Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018 ISSN 2088-2734

2. Pembahasan Pada penelitian ini evaluasi keperawatan dilakukan


Pengkajian keluhan utama dari mayoritas setelah pasien mendapatkan latihn ROM selama
responden mengatakan kekakuan pada anggota kurang lebih 20 menit pada waktu yang telah
gerak atas dan bawah sebelah kiri dan responden ditetapkan 1 bulan. Hasil dari evaluasi keperawatan
lainnya mengatakan kekakuan anggota gerak atas mayoritas responden mengatakan kelemahan otot
dan bawah sebelah kanan. Hal ini sesuai teori yang berkurang. Hal tersebut sudah sesuai dengan
disampaikan oleh Setyopranoto (2011) bahwa kriteria hasil yang telah ditetapakan peneliti pada
stroke terjadi karena tekanan darah tinggi diatas tahap perencanaan keperawatan, sehingga masalah
normal, tanda gejala yang biasanya muncul secara hambatan mobilitas fisik dapat teratasi sebagian
umum opada penderita stroke adalah jenis kelamin, dan tindakan latihan ROM dilanjutkan secara rutin,
faktor usia, hipertensi, penyakit jantung, kolesterol hal ini karena laju proses terapi non farmakologi
tinggi, obesitas, diabetus melitus dan merokok. ROM membutuhkan waktu yang lebih lama dan
Dalam pengkajian kekakuan anggota gerak tidak bisa secepat proses terapi farmakologi.
responden melaporkan skala kekakuan anggota
gerak pasien dari 2 ke 3. PENUTUP
Berdasarkan data pengkajian semua keluarga Dari penelitian mengenai Efektifitas ROM Aktif
responden mengatakan akan mengalami kelemahan Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien
otot, sehingga dari data tersebut masalah Stroke diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar
keperawatan yang ditemukan adalah Hambatan kekakuan otot yang dialami oleh 2 responden skala
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kekeuatan otot meningkat dari skala 2 ke 3. Adanya
kehilangan keseimbangan dan koordinasi NANDA pengaruh dari pemberian latihan ROM aktif untuk
(2015). meningkatkan kekuatan otot pada penderita stroke.
Rencana tindakan keperawatan yang dapat Pemberian latihan ROM aktif yang dilakukan
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah selama 1 bulan selama penderita mengalami
dengan menganjurkan pasien untuk melakukan kekakuan otot. Untuk peningkatan skala kekuatan
latihan ROM. Tindakan keperawatan telah diambil otot dari ke 2 responden adaperbedaan perubahan
dari intervensi NANDA (2011) yaitu ajarkan pasien skala kekuatan otot pada minggu ketiga yaitu
bagaimana latihan ROM, merubah posisi dan sebelum diberikan latihan ROM aktif skala
berikan bantuan jika diperlukan dan didukung kekuatan otot responden 1 sudah menjadi skala 3
dengan teori Eldawati (2011) bahwa ROM adalah sedangkan responden 2 masih skala 2 itu semua
latihan gerak sendi untuk meningkatkan aliran disebabkan karena kurang latihan yang rutin pada
darah perifer dan mencegah kekakuan otot / sendi. responden 2.
Dari semua responden didapatkan respon yang Sedangkan untuk saran dari penelitian diatas
sama, yaitu sebelum diberikan latihan ROM diharapkan bagi pelayanan kesehatan mampu
responden terlihat skala kekuatan otot 2 : yaitu berkerjasama dengan masyarakat dalam
dapat menggerakkan otot atau bagian yang lemah memberikan penyuluhan kesehatan penderita stroke
sesuai perintah dan responden mengatakan khususnya yang mengalami kekauan otot. Bagi
kelemahan otot berkurang setelah diberikan latihan penderita diharapkan responden mengerti cara
ROM dengan skala kekuatan otot : 3 yaitu dapat penanganan nonfarmakologi untuk meningkatkan
menggerakkan otot dengan tahanan minimal pada kekuatan otot. Bagi instansi pendidikan diharapkan
minggu ketiga dan minggu keempat setelah dapat mengembangkan penelitian ini dengan
pemberian ROM. Hal ini sesuai dengan teori Potter melakukan latihan ROM aktif dalam meningkatkan
& Perry (2005) ROM untuk mempertahankan atau kekuatan otot pada penderita stroke secara periodic
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan agar memperoleh hasil yang maksimal. Bagi
menggerakkan persendian secara normal dan penulis diharapkan dapat sebagai sumber informasi
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
otot. Hal ini sesuai dengan penelitian Yurida peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
Olivian, dkk (2017) dengan judul Pengaruh datang.
Layihan Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif
TERHADAP Peningkatan Kekuatan Otot bahwa
penderita stroke yang mengalami kekakuan otot
setelah diberikan latihan ROM aktif ada perubahan.

Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada
Penderita Stroke, Nurtanti & Ningrum Page 17
Jurnal Keperawatan GSH Vol 7 No 1 Januari 2018 ISSN 2088-2734

DAFTAR PUSTAKA ms-opera-mini-android&channel+new.


Ari Andriyani, 2017. Upaya peningkatan mobilitas Diakses tanggal 18 November 2017.
fisik pada pasien stroke Ratna Hidayati, dkk, 2014. Praktik Laboratorium
hemoragik.https://www.google.com/search?q Keperawatan. Penerbit Erlangga.
=jurnal+ari+andriyani+upaya+peningkatan+m Sigit Imam Basuki, 2016. Pemberian latihan ROM
obilitas+fisik+pada+pasien+stroke+hemoragi dan SEFT terhadap kekuatan otot pada
k&client=ms-opera-mini- pasienstrokenonhemoragik.http://www.google
android&channel=new. Diakses tanggal 20 .com/search?q=digilib.stikeskusumahusada.ac
November 2017. .id+%E2%80%BA+disk1&client=ms-opera-
Brunner & Suddarth, 2016. Keperawatan Medikal- mini-android&channel=new. Diakses tanggal
Bedah. Buku Kedokteran EGC. 22 November 2017.
Eppy Setyowati, dkk, 2016. Intervensi latihan Winda Praditya, 2017. Upaya peningkatan
ROM aktif pada ekstremitas atas terhadap mobilitas fisik pada pasien
perubahan emosional pada pasien pasca strokehemoragik.https://www.google.co.id/url
stroke.https://www.google.co.id/search?client ?q=http://eprints.ums.ac.id/52226/6/NASKA
=ms-opera-mini- H%2520PUBLIKASI.pdf&sa=U&ved=2ahU
android&channel=new&dcr=0&q=jurnal+inte KEwjutvP79cPaAhVK12MKHY5LCJ4QFjA
rvensi+latihan+rom+aktif+pada+ekstremitas+ BegQICBAB&usg=AovVaw1gB6LdnaJ5Ynu
atas+terhadap+perubahan+emosional+pada+p 30KpbMedo. Diakses tanggal 1 Desember
asien+pasca+stroke+eppy+setyowati%2C+dk 2017.
k%2C2016&oq=%aqs=. Diakses pada tanggal Yurida Oliviani, 2017. Pengaruh ROM aktif-
20 November 2017. assistif terhadap peningkatan kekuatan otot
Fransisca B. Batticaca, 2008. Asuhan Keperawatan ekstremitaspadapasienstroke.https.//www.goo
pada Klien dengan Gangguan Sistem gle.co.id/url?q=http://ojs.dinamikakesehatan.s
Persarafan. C.V ANDI OFFSET. tikessarimulia.ac.id/index.php/dksm/article/do
Judith M. Wilkinson, 2014. Diagnosis Keperawatan wnload/249/192&sa=U&ved=2ahUKEwiT2u
Buku Kedokteran EGC.Jakarta 10042. zDMpaAhuF9mMKHaKrBZ4QFjAAegQICh
Lulus Eko Apriyanti, 2014. Pemberian latihan AB&usg=AovVaw1Wu794P6uYSgm0u1Af_
ROM terhadap kekuatan otot pada ae9. Diakses tanggal 21 November 2017.
stroke.https://www.google.com/search?q=jurn Zainuddin Harahap, 2015. Pengaruh latihan ROM
al+pemberian+latihan+rom+terhadap+kekuata pasif terhadap kekuatan otot ekstremitas pada
n+otot+pada+stroke+lulus+eko+apriyanti&cli pasien
ent=ms-opera-mini-android&channel=new. stroke.http://www.google.com/url?q=http://pa
Diakses tanggal 21 November 2017. nnmed.poltekes-
Nur Aini Andarwati, 2013. Pengaruh latihan ROM medan.ac.id/files/2015/vol%25209%2520no%
terhadap peningkatan 25203/VOL%25209%2520NO%25203_zainu
kekuatanotot.https://google.com/search?q=jur ddin.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiKnav1-
nal+aini+andarwati+pengaruh+latihan+rom+t sPaAhWHhVQKHRSLDrcQFjABegQICRAB
erhadap+peningkatan+kekuatan+otot&client= &usg=AovVaw33IaDra12VaJny8Y2D0ODZ.
Diakses tanggal 20 November 2017.

Efektifitas Range Of Motion (Rom) Aktif Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada
Penderita Stroke, Nurtanti & Ningrum Page 18

Você também pode gostar