Você está na página 1de 7

Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram pada Penderita Infeksi

Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado

1Trijeri
Bulele
2Fredine E. S. Rares
2John Porotu’o

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Email: trijerrybulele@gmail.com

Abstract: Bacteria are the main cause of external ocular infection worldwide. Therefore, it is
necessary to improve the treatment according to the cause of the infection in order to prevent
the emergence of antibiotic-resistant bacteria. This study was aimed to identify the bacteria by
using the Gram staining method in patients with external ocular infections. This was a
descriptive study with a cross sectional design using bacterial culture of purulent secretion
obtained from conjunctival and palpebral swabs in patients with external ocular infections at
Manado Eye Hospital Manado. Based on the types of external ocular infections, conjunctivitis
was the leading cause (50%), followed by keratitis (30%), blepharitis (13.3%), and
keratoconjunctivitis (6.7%). Females were more frequeny than males (63.3% vs 36.7%). The
youngest age in this study was 9 years and the oldest was 81 years, meanwhile, the most
common age group was adults >40 years. The most common type of occupation was
housewives. The results of bacterial culture were as follows: 19 samples showed no growth; 6
samples (54.5%) of Gram-positive bacteria in the form of staphylococcus, coccus,
diplococcus; 3 samples (27.3%) of Gram-negative bacteria in the form of bacillus; and 2
samples (18.2%) of mixed Gram positive and negative bacteria in the form of bacillus and
coccus. Conclusion: Gram-positive bacterium in the form of coccus is the most common
cause of external ocular infection.
Keywords: external ocular infection, bacteria, Gram staining

Abstrak: Bakteri ialah penyebab utama infeksi mata luar di seluruh dunia. Pengobatan yang
sesuai dengan penyebab infeksi dapat mencegah munculnya bakteri yang resistan terhadap
antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri dengan menggunakan
metode pewarnaan Gram pada penderita infeksi mata luar. Jenis penelitian ialah deskriptif
dengan desain potong lintang menggunakan kultur bakteri hasil swab sekret purulen dari
konjungtiva dan palpebra pada penderita infeksi mata luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa jenis infeksi mata luar terbanyak ialah konjungtivitis
(50%), diikuti oleh keratitis (30%), blefaritis (13,3%), dan keratokonjungtivitis (6,7%).
Perempuan lebih banyak (63,3%) menderita infeksi mata luar dibandingkan laki-laki (36,7%).
Usia termuda ialah 9 tahun dan tertua 81 tahun. Kelompok usia terbanyak ialah dewasa >40
tahun. Jenis pekerjaan ibu rumah tangga yang terbanyak dibandingkan dengan pekerjaan
lainnya. Hasil proses kultur mendapatkan 19 sampel tidak menunjukan adanya pertumbuhan, 6
sampel (54,5%) bakteri Gram positif dengan bentuk staphylococcus, coccus, diplococcus, 3
sampel (27,3%) bakteri Gram negatif dengan bentuk bacillus, dan 2 sampel (18.2%) campuran
bakteri Gram positif dan negatif dengan bentuk bacillus dan coccus. Simpulan: Bakteri Gram
positif berbentuk coccus yang paling sering menjadi penyebab infeksi mata luar.
Kata kunci: infeksi mata luar, bakteri, pewarnaan Gram

30
Bulele, Rares, Porotu’o: Identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram ... 31

Salah satu panca indra yang sangat penting yang terdiri dari 478 kasus (78,36%) Gram
dalam kehidupan manusia ialah mata. Jika positif dan 132 kasus (21,64%) Gram
kesehatan mata tidak dijaga dengan baik, negatif. Penelitian yang dilakukan Shiferaw
maka akan terjadi gangguan berupa infeksi et al14 di Etiopia melaporkan bahwa dari
pada mata yang dapat mengganggu aktivi- 160 total kasus infeksi mata luar terdapat
tas sehari-hari.1 95 (59,4%) kasus dengan penyebab bakteri.
Infeksi pada mata dapat disebabkan Penyebab bakteri terdiri dari Gram positif
oleh faktor endogen seperti flora residen sebanyak 89 (93,7%) dan Gram negatif
yang menjadi patogen, dan faktor eksogen sebanyak 6 (6,3%). Sebuah studi potong
seperti masuknya mikroorganisme dari lintang yang dilakukan dari Juli 2016
lingkungan luar.2 Mikroorganisme penye- sampai Desember 2016 di Rumah Sakit
bab infeksi pada mata antara lain bakteri, Mohan Kumaramangalam, India Selatan
jamur, virus, dan parasit patogen.3 Bakteri melibatkan 110 orang dicurigai infeksi
merupakan penyebab utama infeksi pada mata luar dan didapatkan sebanyak 54
mata dan kemungkinan bisa menyebabkan subyek (49%) dengan pertumbuhan bakteri.
kebutaan.4 Infeksi mata luar termasuk Bakteri yang tumbuh yaitu Gram positif
blefaritis, hordeolum, dakriosistitis, kanali- sebanyak 36 subyek (67%) dan Gram
kulitis, konjungtivitis, keratitis, skleritis, negatif sebanyak 15 subyek (28%) serta 3
selulitis orbital dan periorbital, blepharo- subyek (5%) dengan infeksi jamur.15
konjungtivitis, keratokonjungtivitis, dan Dari beberapa penelitian di atas dapat
lain-lain.5-7 Beberapa faktor yang berhu- disimpulkan bahwa bakteri merupakan
bungan dengan Infeksi pada mata seperti penyebab utama infeksi mata luar di
penggunaan lensa kontak, trauma, pembe- seluruh dunia. Jika tidak ditangani dengan
dahan, usia, mata kering, obstruksi, dan cepat, maka infeksi tersebut dapat merusak
riwayat infeksi mata sebelumnya.8,9 struktur mata sehingga mengakibatkan
Menurut data World Health Organiza- gangguan penglihatan dengan kemung-
tion (WHO) pada tahun 2018 jumlah orang kinan terjadinya kebutaan.16
yang mengalami gangguan penglihatan di Berdasarkan latar belakang diatas perlu
seluruh dunia yaitu 1,3 milyar, 188,5 juta dilakukan penelitian tentang identifikasi
orang memiliki gangguan penglihatan bakteri dengan pewarnaan Gram pada
ringan, 217 juta memiliki gangguan peng- penderita infeksi mata luar khusunya di
lihatan sedang sampai berat, dan 36 juta Rumah Sakit Mata Kota Manado untuk
orang mengalami kebutaan. Laporan terse- mengetahui bakteri penyebab infeksi mata
but juga menunjukkan bahwa 80% dari agar mendapatkan pengobatan yang sesuai
semua gangguan penglihatan dapat dihin- dengan penyebab infeksi dan mencegah
dari.10 Di Indonesia sendiri menurut data munculnya bakteri yang resistan antibiotik.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 terdapat 924.780 orang mengalami METODE PENELITIAN
gangguan penglihatan.11 Berdasarkan hasil Penelitian ini menggunakan metode
survei pendahuluan yang dilakukan di Balai deskriptif dengan desain potong lintang
Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) melalui kultur bakteri hasil swab sekret
Kota Manado pada tahun 2017 didapatkan purulen dari konjungtiva dan palpebra pada
1.802 kasus baru dan 2.673 kasus lama penderita infeksi mata luar di Rumah Sakit
dengan total 4.475 pasien mengalami infek- Mata Kota Manado periode Agustus-
si mata di antara 40.606 pasien yang datang Desember 2018. Pengambilan sampel dila-
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan kukan pada bulan November-Desember
mata di BKMM Kota Manado.12 2018 di Rumah Sakit Mata Kota Manado
Pada penelitian yang dilakukan Wang Kota Manado dan Pengelolaan sampel
13
et al di Cina periode Januari 2010 sampai dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Desember 2013 didapatkan 610 pasien Fakultas Kedokteran Unsrat. Pengambilan
infeksi mata luar dengan penyebab bakteri sampel menggunakan media transpor Cary-
32 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2019

Blair. Swab steril disapukan secara lembut Tabel 3 menunjukkan distribusi subyek
di daerah konjungtiva dari medial ke lateral menurut kelompok usia. Didapatkan hasil
mata pasien yang terinfeksi setelah diberi kelompok usia 1 bulan-10 tahun sebanyak
1-2 tetes pantocain 0,5%. Untuk palpebra 1 orang (3,3%); usia 11-20 tahun, 21-30
dilakukan pengambilan secara langsung di tahun, dan 31-40 tahun masing-masing
daerah silia. Sampel di masukkan ke dalam sebanyak 3 orang (10%); usia 41-50 tahun
cool box dan dibawa ke Laboratorium sebanyak 9 orang (30%); usia 51-60 tahun
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unsrat. sebanyak 2 orang (6,7%); dan usia >60
Isolasi bakteri menggunakan media Mac tahun sebanyak 9 orang (30%).
Conkey dan nutrient agar dengan cara
diinokulasikan pada kedua media tersebut, Tabel 3. Distribusi subyek berdasarkan
kemudian diinkubasikan pada suhu 370C kelompok usia
selama 24 jam. Setelah tumbuh koloni, Jumlah Persentase
dilakukan identifikasi bakteri dengan Kelompok usia
penderita (%)
menggunakan metode pewarnaan Gram. 1 bulan - 10 tahun 1 3,3

HASIL PENELITIAN 11-20 tahun 3 10


Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi 21-30 tahun 3 10
subyek berdasarkan jenis infeksi mata luar 31-40 tahun 3 10
didapatkan konjungtivitis 15 orang (50%), 41-50 tahun 9 30
keratitis 9 orang (30%), blefaritis 4 orang 51-60 tahun 2 6,7
(13,3%), dan keratokonjungtivitis 2 orang >60 tahun 9 30
(6,7%). Total 30 100
Tabel 1. Distribusi subyek berdasarkan jenis
infeksi mata luar Tabel 4 memperlihatkan bahwa jenis
pekerjaan terbanyak ialah ibu rumah tangga
Jenis infeksi Jumlah Persentase (36,7%) disusul oleh swasta (26,7%) dan
mata luar penderita (%) pelajar (16,6%).
Konjungtivitis 15 50
Keratitis 9 30 Tabel 4. Distribusi subyek berdasarkan jenis
pekerjaan
Blefaritis 4 13,3
Kerato- Jumlah Persentase
2 6,7 Jenis pekerjaan
konjungtivitis penderita (%)
Total 30 100 Ibu rumah tangga 11 36,7
Pensiunan 3 10
Tabel 2 menunjukkan distribusi sampel
Pelajar 5 16,6
berdasarkan jenis kelamin dan didapatkan
Tenaga harian
hasil 11 orang berjenis kelamin laki-laki 1 3,3
lepas
(36,7%), dan 19 orang berjenis kelamin
Petani 2 6,7
perempuan (63,3%).
Swasta 8 26,7
Tabel 2. Distribusi subyek berdasarkan jenis Total 30 100
kelamin
Tabel 5 menunjukan bahwa distribusi
Jumlah Persentase subyek berdasarkan pertumbuhan kultur
Jenis kelamin
penderita (%)
bakteri didapatkan hasil 11 sampel (36,7%)
Laki-laki 11 36,7 menunjukkan adanya pertumbuhan dan 19
Perempuan 19 63,3 sampel (63,3%) tidak menunjukkan adanya
Total 30 100 pertumbuhan.
Bulele, Rares, Porotu’o: Identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram ... 33

Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan (36,7%) (Tabel 2). Terdapat banyak faktor
pertumbuhan kultur bakteri di media Mac yang dapat menyebabkan seseorang terkena
Conkey dan nutrient agar infeksi mata, salah satunya ialah pengguna-
Jumlah Persentase an lensa kontak. Perempuan biasanya lebih
Hasil kultur sering menggunakan lensa kontak untuk
sampel (%)
Ada pertumbuhan 11 36,7 mempercantik diri atau mengubah penam-
Tidak ada
pilan agar tampil beda. Penggunaan serta
19 63,3 penyimpanan lensa kontak yang tidak baik
pertumbuhan
Total 30 100 dan tidak bersih dapat menjadi tempat
mikroorganisme berkembang biak yang
dapat menyebabkan infeksi pada mata.17
Tabel 6 menunjukkan distribusi sampel
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
berdasarkan hasil identifikasi dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan di
pewarnaan Gram secara mikroskopik. Jimma, Etiopia yang melaporkan bahwa
Didapatkan hasil 6 sampel (54,5%) bakteri jenis kelamin laki-laki lebih sering men-
Gram positif dengan morfologi staphylo- derita infeksi mata dibandingkan perem-
coccus, coccus, diplococcus, 3 sampel puan. Hal ini berkaitan dengan aktivitas
(27,3%) bakteri Gram negatif dengan luar ruangan yang lebih sering dilakukan
morfologi bacillus, dan ditemukan 2 oleh laki-laki.18 Prevalensi infeksi mata
sampel (18,2%) campuran bakteri Gram tidak memiliki hubungan bermakna dengan
positif dan negatif dengan morfologi jenis kelamin.19
bacillus dan coccus. Distribusi subyek penelitian ini mem-
perlihatkan usia termuda ialah 9 tahun dan
Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan hasil tertua 81 tahun (Tabel 3). Berdasarkan
pewarnaan Gram kelompok usia didapatkan kelompok usia
Jenis Jumlah 41-50 tahun dan >60 tahun paling banyak
Morfologi menderita infeksi mata luar yaitu 9 orang
bakteri (%)
Staphylococcus, 6 (54,5%) (30%) masing-masing dari kelompok usia
Gram tersebut. Hasil penelitian ini selaras dengan
coccus,
Positif
diplococcus yang dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan
Gram 3 (27,3%) dan Rujukan Universitas Hawasa, Etiopia
Bacillus
Positif Selatan tahun 2015 yang melaporkan
Bakteri Bacillus dan 2 (18,2%) bahwa infeksi mata lebih banyak didapat-
Campuran coccus kan pada orang dewasa dibandingkan anak-
anak. Prevalensi infeksi mata tidak secara
BAHASAN bermakna terkait dengan kelompok usia.19
Pada penelitian ini didapatkan Terdapat faktor-faktor lain yang dapat
konjungtivitis ialah jenis infeksi mata luar berperan dalam hal terjadinya infeksi pada
terbanyak (50%), diikuti dengan keratitis mata anak. Penelitian di Aba, Nigeria
(30%), blefaritis (13,3%), dan kerato- Tenggara menaytakan bahwa kerentanan
konjungtivitis (6,7%) (Tabel 1). Hal ini pada anak terhadap infeksi mata dapat
sesuai dengan penelitian yang dilakukan di disebabkan oleh karena sistem kekebalan
Etiopia dan India yang melaporkan tubuh yang belum matang atau masih
konjungtivitis merupakan jenis infeksi mata rendah.20 Pada orang dewasa hal tersebut
luar terbanyak dari semua subyek pene- terkait dengan lingkungan pekerjaan, misal-
litian yang telah dilakukan pemeriksaan nya pekerja pabrik yang rentan terpapar
sesuai dengan prosedur dan standar dengan benda asing pada mata yang dapat
diagnostik penyakit mata.14,15 menyebabkan infeksi atau pada lanjut usia
Subyek penelitian berjenis kelamin karena lemahnya sistem kekebalan tubuh
perempuan (63,3%) lebih banyak menderita akibat faktor usia.19 Pada usia lebih dari 30
infeksi mata luar dibandingkan laki-laki tahun sekresi lakrimal mulai menurun
34 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2019

mengakibatkan disfungsi kelenjar meibom negatif sedangkan munculnya bakteri


dan sebaseus sehingga terjadi ketidak- campuran dapat disebabkan oleh karena
stabilan film air mata yang mengakibatkan kondisi lingkungan dan kebersihan tempat
penguapan berlebihan; hal ini disebut juga penyimpanan atau pada saat dilakukan
dengan sindroma mata kering.21 Akibat pemeriksaan sampel.15 Dari berbagai pene-
terjadi pengurangan lakrimasi ini proteksi litian yang dilaporkan, bakteri Gram positif
humoral oleh air mata menurun sehingga yang terbanyak menyebabkan infeksi baik
memudahkan mikroorganisme atau benda pada mata luar maupun dalam.13,16 Hal
asing masuk. Pada perempuan, sindrom ini tersebut selaras dengan hasil penelitian ini
disebabkan oleh defisiensi hormone. Pada yaitu bakteri Gram positif paling banyak
laki-laki, prevalensi sindrom mata kering menyebabkan infeksi pada mata.
tidak sebanyak pada perempuan karena Pada pewarnaan Gram terdapat 2 jenis
adanya hormon androgen dalam jumlah bakteri yaitu Gram positif dan Gram
yang cukup.21 negatif. Tujuan dari pewarnaan Gram ini
Hasil penelitian ini menunjukkan yaitu untuk mempermudah melihat bakteri
bahwa jenis pekerjaan ibu rumah tangga secara mikroskopik, memperjelas ukuran
yang tertinggi (36,7%), diikuti oleh swasta dan bentuk bakteri, melihat struktur dalam
(26,7%), pelajar (16,6%), pensiunan (10%), bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan
petani (6,7%), dan tenaga harian lepas menghasilkan sifat-sifat fisik serta kimia
(3.3%) (Tabel 4). Menurut anamnesis yang khas dari bakteri dengan zat warna. Dalam
dilakukan pada subyek penelitian ini, di- pewarnaan, bakteri Gram positif berwarna
duga faktor terkenanya infeksi mata yaitu ungu sedangkan bakteri Gram negatif
karena adanya riwayat penyakit sebelum- berwarna merah.22 Bakteri memiliki bebe-
nya yang membuat sistem kekebalan tubuh rapa bentuk yaitu bacillus (batang), coccus
mereka berkurang sehingga mudah untuk (bulat), dan spirilum (lengkung). Bakteri
terpapar dengan mikroorganisme patogen. yang berbentuk bacillus dibagi atas diplo-
Pada penelitian ini didapatkan pertum- bacillus dan tripobacillus. Pada bentuk
buhan kultur bakteri pada 11 sampel coccus dibagi atas monococcus, diplo-
(36,7%); 19 sampel (63,3%) tidak menun- coccus, sampai staphylococcus (bentuknya
jukkan adanya pertumbuhan (Tabel 5). mirip buah anggur). Khusus pada spirilum
Penyebab infeksi mata antara lain oleh hanya dibagi dua yaitu setengah meleng-
karena bakteri, jamur, virus, dan parasit kung dan tidak melengkung.22,23
patogen.3 Pada sampel yang tidak menun- Dalam penelitian ini hanya digunakan
jukkan adanya pertumbuhan, terjadinya metode pewarnaan Gram untuk identifikasi
infeksi dapat disebabkan oleh faktor penye- bakteri dengan kelebihan dan kekurangan-
bab lain seperti virus, jamur, atau patogen nya. Kelebihannya ialah pewarnaan Gram
lainnya. Namun tidak menutup kemung- merupakan salah satu metode paling seder-
kinan pada pasien yang menderita infeksi hana dan murah untuk diagnosis cepat
mata dengan penyebab bakteri anaerob infeksi bakteri. Metode ini jauh lebih cepat
yang dalam penelitian ini tidak dilakukan dibandingkan dengan kultur bakteri, dan
pemeriksaan karena hanya dilakukan peme- sebagai pedoman awal untuk memutuskan
riksaan bakteri aerob saja. terapi antibiotik sebelum tersedia bukti
Hasil penelitian mendapatkan 6 sampel definitif bakteri penyebab infeksi secara
(54,5%) bakteri Gram positif dengan mor- spesifik. Kekurangan dari metode ini yaitu
fologi staphylococcus, coccus, diplococcus; hanya dapat mengetahui ukuran dan bentuk
3 sampel (27,3%) bakteri Gram negatif bakteri serta melihat struktur dalam bakteri
dengan morfologi bacillus, dan 2 sampel dengan zat warna saja. Kondisi pewarnaan
(18,2%) bakteri campuran bakteri Gram Gram dan morfologi bakteri kadang-
positif dan negatif dengan morfologi kadang berubah karena terapi antimikroba.
bacillus dan coccus. Bakteri Gram positif Spesies batang Gram negatif dapat menjadi
lebih banyak dibandingkan dengan Gram filamen dan pleomorfik sedangkan bakteri
Bulele, Rares, Porotu’o: Identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram ... 35

Gram positif dapat menjadi bervariasi Fundación Oftalmológica de Santander


setelah terapi antimikroba.24 (FOSCAL), Floridablanca, Colombia.
Biomedica. 2014;34:23-33.
SARAN 9. Iwalokun BA, Oluwadun A, Akinsinde KA,
Disarankan penelitian lebih lanjut Niemogha MT, Nwaokorie FO.
Bacteriologic and plasmid analysis of
dengan uji biokimia pada koloni yang etiologic agents of conjunctivitis in
timbul untuk diferensiasi koloni bakteri Lagos, Nigeria. J Ophthalmic Inflamm
yaitu uji motilitas, uji produksi H2S, dan uji Infect. 2011;1(3):95-103.
pertumbuhan sitrat agar dapat mengetahui 10. World Health Organization. Blindness and
jenis bakteri Gram positif dan Gram negatif vision impairment, October 2018.
secara spesifik. [cited 2018 Dec 18]. Available
from: https://www.who.int/news-room/
SIMPULAN fact-sheets/detail/blindness-and visual-
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat impairment
disimpulkan bahwa bakteri Gram positif 11. Badan Litbang Kementerian Kesehatan. Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013.
berbentuk coccus yang paling sering men-
[cited 2018 Nov 27]. Available
jadi penyebab infeksi mata luar. from:http://www.depkes.go.id/folder/vi
ew/01/structure-publikasipus datin-
DAFTAR PUSTAKA info-datin.html
1. Ongko E. Perancangan sistem pakar diagnosa 12. Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota
penyakit pada mata. Jurnal Times. Manado. Data 10 Penyakit Terbanyak
2013;II(2):10-7. Tahun 2017
2. Eguchi H, Hotta F, Kuwahara T, Imaohji 13. Wang N, Yang Q, Tan Y, Lin L, Huang Q,
H, Miyazaki C, Hirose M, et al. Wu K. Bacterial spectrum and
Diagnostic approach to ocular infec- antibiotic resistance patterns of ocular
tions using various techniques from infection: differences between external
conventional culture to next-generation and intraocular diseases. J Ophthalmol.
sequencing analysis. Cornea. 2017; 2016;9(3): 384-9.
36:S46-52. 14. Shiferaw B, Gelaw B, Assefa A, Assefa Y,
3. Lynn WA, Lightman S. The eye in systemic Addis Z. Bacterial isolates and their
infection. Lancet. 2004;364(9443): antimicrobial susceptibility pattern
1439-50. among patients with external ocular
4. Sherwal BL, Verma AK. Epidemiology of infections at Borumeda hospital,
ocular infection due to bacteria and Northeast Ethiopia. BMC ophthalmol.
fungus-a prospective study. JK science. 2015;15(1):103.
2008;10(3):127-31. 15. Rajesh S, Divya B, Aruna V. Micro-
5. Bertino Jr JS. Impact of antibiotic resistance biological profile of external ocular
in the management of ocular infections: infections in a Tertiary Care Hospital in
the role of current and future anti- South India. Int J Curr Microbiol App
biotics. Clinical Ophthalmology Sci. 2017;6(7):4343-52.
(Auckland, NZ). 2009;3:507. 16. Teweldemedhin M, Gebreyesus H, Atsba-
6. Sharma S. Antibiotic resistance in ocular ha AH, Asgedom SW, Saravanan M.
bacterial pathogens. Indian Journal of Bacterial profile of ocular infections: a
Medical Microbiology. 2011;29(3):218. systematic review. BMC Ophthalmol.
7. De Campos AM, Sánchez A, Alonso MJ. 2017;17(1);212,
Chitosan nanoparticles: a new vehicle 17. Szczotka-Flynn LB, Pearlman E,
for the improvement of the delivery of Ghannoum M. Microbial contamina-
drugs to the ocular surface. Application tion of contact lenses, lens care
to cyclosporin A. Int J Pharm. 2001; solutions, and their accessories: A
224(1-2):159-68. literature review. Eye Contact Lens.
8. Galvis V, Tello A, Guerra A, Acuña MF, 2010;36(2):116-29.
Villarreal D. Antibiotic susceptibility 18. Tesfaye T, Beyene G, Gelaw Y, Bekele S,
patterns of bacteria isolated from Saravanan M. Bacterial profile and
keratitis and intraocular infections at
36 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2019

antimicrobial susceptibility pattern of 92(6):482-9.


external ocular infections in Jimma 21. Schaumberg DA, Dana R, Buring JE,
University Specialized Hospital, Sullivan DA. Prevalence of dry eye
Southwest Ethiopia. Am J Infect Dis disease among US men: Estimates from
Microbiol. 2013;17:151. the physicians’ health studies. Arch
19. Amsalu A, Abebe T, Mihret A, Delelegne Ophthalmol. 2009;127(6):763-8.
D, Tadesse E. Potential bacterial 22. Waluyo L. Teknik dan Metode Dasar dalam
pathogens of external ocular infections Mikrobiologi. Malang: Universitas
and their antibiotic susceptibility Muhammadiyah Malang Press, 2008.
pattern at Hawassa University teaching 23. Usman W. Buku Ajar Mikrobiologi
and referral Hospital, Southern Kedokteran (Edisi Revisi). Jakarta:
Ethiopia. Afr J Microbiol Res. 2015; Binarupa Aksara, 2010; p.125-50.
9(14):1012-9. 24. Nagata K, Mino H, Yoshida S. Usefulness
20. Ubani UA. Bacteriology of external ocular and limit of Gram staining smear
infections in Aba, South Eastern examination. Rinsho Byori. 2010;
Nigeria. Clin Exp Optom. 2009; 58(5):490-7.

Você também pode gostar