Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bayu Wirajuna
Mezi Julian
Thantawi Jauhari
Program Pascasarja, Sekolah Tinggi pariwisata Bandung, Indonesia
Abstract
Based on the results of the break-even analysis applied in micro food and beverage business
activities in the tourist area of Cirebon, obtained based on the results of processing data
obtained from micro-businesses in tourism. It was found that the results of internal analysis of
production capacity still showed safe figures. Empal Gentong has units of 234 units, while its
production capacity is 300. Bakso has bep unit 224 and production capacity of 420. The soft
drink business has a unit of bep 297 and a production capacity of 600. The business of Rujak
buah has 181 units of bep, while production capacity is 280. Break-even rupiah is still below the
production capacity, which means that this business activity is still profitable. The results of the
analysis show that micro businesses in one tourist area in Cirebon show good results because
businesses are still experiencing profits and do not have internal problems. The results of
external analysis carried out, there are problems that can be referred to as the causes of sluggish
micro business activities in this area. The reason is due to the relocation of the place of business.
Keyword: break even point, micro business, cirebon.
Abstrak
Berdasarkan hasil analisis titik impas yang diterapkan dalam kegiatan usaha mikro makanan
dan minuman di kawasan wisata Cirebon, diperoleh berdasarkan hasil pengolahan data yang
diperoleh dari usaha mikro di wisata. ditemukan bahwa hasil analisa internal kapasitas
produksi masih menunjukkan angka aman. Empal Gentong memiliki unit sebanyak 234 unit,
sementara kapasitas produksinya 300. Bakso memiliki bep unit 224 dan kapasitas produksi 420.
Bisnis minuman ringan memiliki unit bep 297 dan kapasitas produksi 600. Bisnis Rujak buah
memiliki 181 unit bep, sementara kapasitas produksi 280. Jumlah titik impas rupiah masih di
bawah angka kapasitas produksi, yang berarti bahwa kegiatan bisnis ini masih menguntungkan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa, usaha mikro yang ada di salah satu kawasan wisata di
Cirebon, menunjukkan hasil yang baik karena usaha masih mengalami keuntungan dan tidak
memiliki masalah internal. Hasil analisa eksternal yang dilakukan, terdapat masalah yang bisa
disebut sebagai penyebab lesunya kegiatan usaha mikro dikawasan ini. Penyebabnya
dikarenakan adanya relokasi tempat usaha yang dilakukan.
Kata kunci: break even point, usaha mikro, cirebon.
Pendahuluan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
Cirebon merupakan salah satu kota tujuan usaha.
wisata yang memiliki beragam warisan 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
budaya dan sejarah, termasuk tempat yang banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
menjadi lokasi penelitian. Terdapat beberapa rupiah).
pelaku usaha mikro dikawasan tersebut. Para Pengertian Break-Even Point (BEP)
pelaku usaha mikro ini meliputi usaha di Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:119)
bidang makanan dan minuman yang analisis Break Even Point adalah suatu
menyediakan jasanya bagi para pengunjung. analisis yang bertujuan untuk menemukan
Usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) satu titik, dalam unit atau rupiah, yang
memiliki peran strategis dalam menunjukkan biaya sama dengan
pembangunan nasional. Salah satu peran pendapatan. Titik tersebut dinamakan titik
usaha kecil, mikro dan menengah adalah BEP. Dengan mengetahui titik BEP, analis
penyerapan tenaga kerja. Sesuai dengan dapat mengetahui pada volume penjualan,
Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 berapa perusahaan mencapai titik impasnya,
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. yaitu tidak rugi, tetapi juga tidak untung
Dalam kegiatan usaha mikro, sering sehingga apabila penjualan melebihi titik itu,
terjadi kerugian yang terkadang tidak maka perusahaan mulai mendapatkan
dirasakan secara langsung oleh pelaku untung. Menurut Yamit (1998:62) BEP dapat
usaha. Banyak faktor yang menyebabkan diartikan suatu keadaan dimana total
kerugian dalam kegiatan usaha, seperti pendapatan besarnya sama dengan total
kurangnya minat pasar, biaya yang biaya (TR=TC).
digunakan, penentuan harga jual, penentuan
kapasitas produksi, faktor eksternal Menurut Herjanto (2008:155-156)
lingkungan usaha dan berbagai hal lainnya. analisis pulang pokok dibedakan antara
Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini penggunaan untuk produk tunggal dan
akan menilai kegiatan usaha mikro yang ada penggunaan untuk beberapa produk
di salah satu kawasan wisata di Cirebon sekaligus (multiproduk ). Rumus BEP untuk
dengan menggunakan analisis break even produk tunggal tidak dapat langsung
point. digunakan untuk multiproduk karena biaya
variabel dan harga jual setiap produk
Tinjauan Pustaka berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah harus dimodifikasi dengan
(UMKM) telah diatur oleh undang-undang mempertimbangkan kontribusi penjualan
No 20 tahun 2008. Usaha mikro adalah dari setiap produk. Rumus titik pulang
usaha produktif milik perseorangan atau pokok untuk multiproduk menurut Herjanto
badan usaha yang memenuhi kriteria usaha (2008:155-156), sebagai berikut.
mikro sebagaimana diatur dalam undang – BEP (Rp) = F Total Kontribusi
undang. Berdasarkan kekayaan dan hasil Tertimbang Dimana:
penjualan, menurut Undang-Undang Nomor F = biaya tetap per periode
20 tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro Kontribusi tertimbang = persentase
yaitu: penjualan produk terhadap total rupiah
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak penjualan (1 – V/P).W Untuk mengetahui
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) berapa unit yang harus terjual untuk masing-
masing produk (multiproduk) dalam rangka
mencapai BEP, dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut Herjanto (2008:158): Rumus barang yang dijual atau tidak ada perubahan
multiproduk untuk semua jenis produk: harga secara umum. Selanjutnya kapasitas
BEP (Rp) per tahun 2011, 2012, produksi pabrik dianggap secara relatif
2013 = F Total Kontribusi Tertimbang konstan, harga faktor-faktor produksi
Rumus multiproduk untuk mencari BEP dianggap tidak berubah, efisiensi produksi
dalam rupiah dan unit: dianggap tidak berubah, serta hanya ada satu
BEP (Rp) per jenis Produk = W x macam barang yang diproduksi atau dijual
BEP (Rp) per tahun 2011, 2012, 2013 atau jika lebih dari satu macam maka
BEP (unit)= BEP Rp per jenis komposisi penjualan (sales mix) akan tetap
produk P Keterangan: 12 konstan.
FC = Biaya Tetap Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif yaitu dengan cara mencari
informasi tentang gejala yang ada,
didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan
dicapai, merencanakan cara pendekatannya,
mengumpulkan data sebagai bahan untuk
membuat laporan. Penelitian deskriptif
dilakukan untuk mendiskripsikan suatu
W = Persentase penjualan produk gejala, peristiwa, dan kejadian yang
terhadap total rupiah tertimbang (proposri) terjadi secara faktual, sistematis, dan akurat.
P = Harga jual Pada penelitian ini, penulis berusaha
Adapun pengertian biaya menurut mendeskripsikan peristiwa yang menjadi
Prawirosentono (2001:114) secara umum pusat penelitian tanpa memberikan
dalam suatu perusahaan adalah pengorbanan perlakuan khusus terhadap peristiwa
sumber daya produksi ekonomi yang dinilai tersebut. Menurut Sugiyono (2008),
dalam satuan uang, yang tidak dapat Penelitian desktiptif adalah penelitian yang
dihindarkan terjadinya untuk mencapai dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut mandiri, baik satu variabel atau lebih
Prawirosentono (2001:113) biaya-biaya (independen) tanpa membuat perbandingan
dapat dikelompokkan menurut sifatnya (by atau menghubungkan dengan variabel yang
nature) yaitu: lain. pendekatan kuantitatif karena
1. Biaya tetap (Fixed Cost=FC menggunakan angka, mulai dari
2. Biaya Variable (VC) pengumpulan data, dan penafsiran. Dalam
3. Dan biaya semi variable pengkajian aspek keuangan diperhitungkan
Dalam analisis break even point berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk
terdapat asumsi asumsi yang mendasari membangun dan kemudian mengoperasikan
analisis break even point ini, yaitu biaya kegiatan bisnis. Dana untuk membangun
harus dipisahkan atau diklasifikasikan usaha disebut dana modal tetap yang
menjadi dua yaitu biaya tetap yang akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan pra
akan selalu konstan dalam kisaran volume investasi, pengadaan tanah, gedung, mesin,
yang dipakai dalam perhitungan impas, peralatan dan biaya lain yang bersangkutan
sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan pembangunan bisnis. Sedangkan
dengan perubahan volume penjualan. dana yang dibutuhkan untuk memutar roda
Kemudian harga jual produk dianggap tidak operasi bisnis setelah selesai dibangun
berubah-ubah berapapun jumlah satuan
disebut dana modal kerja (Nurmalina dkk, bersangkutan hingga grafik total
2009). Break Even Point adalah titik pulang penerimaan (total revenue)
pokok dimana total revenue sama dengan berbentuk garis lurus.
total cost (TR=TC), tergantung pada lama 3. Biaya variabel per unit
arus penerimaan sebuah bisnis dapat adalah tetap untuk tiap
menutupi segala biaya operasi dan produk yang diproduksi, dijual
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. pada periode yang bersangkutan.
Selama suatu usaha masih di bawah break 4. Total biaya tetap adalah
even point (BEP), maka perusahaan masih konstan dalam batas kepastian
mengalami kerugian. Semakin lama tertentu dan dalam periode yang
mencapai titik pulang pokok, semakin besar bersangkutan.
saldo rugi karena keuntungan yang diterima 5. Bauran penjualan akan tetap
masih menutupi segala biaya yang konstan, efisien dan
dikeluarkan (Nurmalina dkk, 2009). produktivitas tidak berubah.
manfaat atau kegunaan dari Break Even 6. Kapasitas produksi yang
Point menurut (Bustam, 2006:208) adalah : dimiliki perusahaan relatif
1. Untuk mengetahui jumlah konstan serta semua barang
penjualan minimum yang yang diproduksi terjual
harus pada periode yang
dipertahankan perusahaan agar tidak bersangkutan.
mengalami kerugian.
2. Mengetahui jumlah penjualan yang Dalam penelitian ini, digunakan metode
harus dicapai untuk memperoleh pertama yaitu metode perhitungan BEP
tingkat keuntungan tertentu. berdasarkan metode persamaan.
3. Mengetahui seberapa jauh Dengan menggunakan metode ini, maka
berkurangnya penjualan agar peneliti dapat mencari kondisi dimana usaha
perusahaan mikro yang menjadi objek penelitian ini
tidak menderita kerugian. mengalami kondisi dimana usaha tidak
4. Mengetahui bagaimana efek mengalami keuntungan maupun kerugian.
perubahan harga jual, biaya dan
volume Dengan metode ini pula dapat
penjualan. ditentukan jumlah kuantitas produksi yang
5. Menetukan bauran produk yang harus ditempuh oleh suatu usaha agar
diperlukan untuk mencapai jumlah mencapai titik impas ataupun menentukan
laba yang ditargetkan. sejumlah uang masuk yang menjadi target
usaha agar tidak mengalami kerugian
Menurut Carter (2006:98) penerapan break didalam kegiatan usaha. Dengan kata lain,
even point didasarkan pada asumsi-asumsi analisis break even point merupakan suatu
berikut : cara atau teknik yang mempelajari antara
1. Biaya dikelompokkan berdsarkan hubungan biaya produksi, harga jual, dan
perilaku biaya dalam kaitannya dari laba yang didapatkan oleh suatu usaha.
volume produksi, yaitu biaya tetap
dan biaya variabel.
2. Harga jual per satuan produk
adalah tetap pada berbagai tingkat
kegiatan dalam periode yang
PEMBAHASAN tabel diatas. Berdasarkan tabel diatas, maka
analisa internal usaha dengan metode break
even point usaha empal gentong adalah
NAMA DAN DATA
INFORMAN sebagai berikut.
EMPAL GENTONG
produksi bulanan jumlah total
PERTANYAAN
bahan baku empal gentong
BREAK EVENT
JAWABAN Subtotal 1,800,000
POINT(BEP)
1. Bahan baku dalam 1. Sebulan untuk bahan baku bahan pendukung
sebulan? produksinya kurang lebihnya Gas 220,000
sekitar Rp 3.820.000
biaya penunjang 1,800,000
2. harga jual 2. Seporsinya saya jualnya Rp
20.000 Subtotal 2,020,000
3. Pengeluaran 3. Total pengeluaran sebulan untuk total biaya variable cost 3,820,000
perbulan
gaji pegawain dan biaya sewa biaya fix
tempat sekitar Rp. 1,697,000 biaya sewa & air 500,000
4. produksi 4. kalo untuk sebulan mungkin
gaji pegawai 1,050,000
sekitar 300 mangkok
5. modal awal 5. Modal awal sekitar Rp
Depresiasi 1,772,000 147,667
3,850,000
total biaya fix 1,697,667
6. Jumlah pelanggan 6. Pelanggan palin banyak pada
kemampuan produksi
hari sabtu dan minggu perbulan 300.00
7. Kemampuan 7. Gak nentu sih mas, sepi harga pokok / variable cost
menjual? sekarang setelah dipindah per unit 12,733
jumlah 3,820,000
PERTANYAAN
Biaya produksi bulanan / variable cost yang
BREAK EVENT JAWABAN
diketahui dalam usaha ini sebesar Rp. POINT(BEP)
3.820.000. biaya ini terdiri dari biaya bahan 1. Biaya produksi 1. Biaya bahan baku untuk
baku dan biaya penunjang produksi. Berikut sebulan sebukan sekitar Rp
adalah hasil wawancara dan observasi 3,70,000
2. biaya tetap 2. Kalo untuk sewa tempat
bulanan
KAPASITAS PRODUKSI 300 Rp. 500,000
3. Harga jual 3. Seporsi bakso Rp.
PRICE PER UNIT 20,000
10,000
FIXED COST 1,697,667 4. produksi 4. Sekitar 420 porsi bakso
VARIABLE COST 3,820,000 mungkin dalam
1,800.000. biaya ini terdiri dari biaya bahan 5. modal awal yang
5. Modal awal sekitar Rp. 1,610,000
dikeluarkan?
baku dan biaya penunjang produksi. 6. pelanggan 6. Pelanggan palin banyak pada hari
sabtu dan minggu mas.
KAPASITAS PRODUKSI 600 7. Kemampuan menjual 7. Gak nentu sih mas, sepi sekarang
setelah dipindah kesini, wisatawannya
PRICE PER UNIT 5,000
lebih milih di café kalo sekarang, dan
FIXED COST 593,750 gak keliatan juga mas kalo tempat yang
VARIABLE COST 1,800,000 sekarang
8. pendapatan 8. Gak nentu juga mas , sekarang
VARIABLE COST PER UNIT 3,000
lebih sepi setelah dipindah kesini
MARGIN KONTRIBUSI 2,000.00 soalnya gak keliatan mas, kalo dulu
waktu ditempatin di depan , di tempat
Sumber: data olahan 2018. café yg sekarang , enak mas
pendapatan lebih besar mas keliatan
Maka dapat dilakukan analisis break even
juga dari segala arah mas kalo sekarang
point dalam kegiatan usaha ini. lokasinya tertutup mas , mana kalo
Berikut ini adalah perhitungan usaha rujak total biaya variable cost 1,950,000
buah. biaya fix
terdiri dari biaya sewa tempat dan air, dan Bakso 223,7 / 224
2,237,298.60
420 10,000 4,200,000
depresiasi. Empal
Gentong 233,6 / 234 4.672.263,7 300 20,000 6,000,000
Rujak
Buah 181,43 / 182 1,814,337,9 280 10,000 2,800,000
Minuman
BIAYA PRODUKSI / VARIABLE COST Ringan 296,9 / 297 1,484,375 600 5,000 3,000,000