Você está na página 1de 13

ANALISA BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PENILAIAN KEGIATAN USAHA MIKRO

MAKANAN DAN MINUMAN


DI SALAH SATU KAWASAN WISATA DI CIREBON

Bayu Wirajuna
Mezi Julian
Thantawi Jauhari
Program Pascasarja, Sekolah Tinggi pariwisata Bandung, Indonesia

Abstract
Based on the results of the break-even analysis applied in micro food and beverage business
activities in the tourist area of Cirebon, obtained based on the results of processing data
obtained from micro-businesses in tourism. It was found that the results of internal analysis of
production capacity still showed safe figures. Empal Gentong has units of 234 units, while its
production capacity is 300. Bakso has bep unit 224 and production capacity of 420. The soft
drink business has a unit of bep 297 and a production capacity of 600. The business of Rujak
buah has 181 units of bep, while production capacity is 280. Break-even rupiah is still below the
production capacity, which means that this business activity is still profitable. The results of the
analysis show that micro businesses in one tourist area in Cirebon show good results because
businesses are still experiencing profits and do not have internal problems. The results of
external analysis carried out, there are problems that can be referred to as the causes of sluggish
micro business activities in this area. The reason is due to the relocation of the place of business.
Keyword: break even point, micro business, cirebon.
Abstrak
Berdasarkan hasil analisis titik impas yang diterapkan dalam kegiatan usaha mikro makanan
dan minuman di kawasan wisata Cirebon, diperoleh berdasarkan hasil pengolahan data yang
diperoleh dari usaha mikro di wisata. ditemukan bahwa hasil analisa internal kapasitas
produksi masih menunjukkan angka aman. Empal Gentong memiliki unit sebanyak 234 unit,
sementara kapasitas produksinya 300. Bakso memiliki bep unit 224 dan kapasitas produksi 420.
Bisnis minuman ringan memiliki unit bep 297 dan kapasitas produksi 600. Bisnis Rujak buah
memiliki 181 unit bep, sementara kapasitas produksi 280. Jumlah titik impas rupiah masih di
bawah angka kapasitas produksi, yang berarti bahwa kegiatan bisnis ini masih menguntungkan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa, usaha mikro yang ada di salah satu kawasan wisata di
Cirebon, menunjukkan hasil yang baik karena usaha masih mengalami keuntungan dan tidak
memiliki masalah internal. Hasil analisa eksternal yang dilakukan, terdapat masalah yang bisa
disebut sebagai penyebab lesunya kegiatan usaha mikro dikawasan ini. Penyebabnya
dikarenakan adanya relokasi tempat usaha yang dilakukan.
Kata kunci: break even point, usaha mikro, cirebon.
Pendahuluan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
Cirebon merupakan salah satu kota tujuan usaha.
wisata yang memiliki beragam warisan 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
budaya dan sejarah, termasuk tempat yang banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
menjadi lokasi penelitian. Terdapat beberapa rupiah).
pelaku usaha mikro dikawasan tersebut. Para Pengertian Break-Even Point (BEP)
pelaku usaha mikro ini meliputi usaha di Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:119)
bidang makanan dan minuman yang analisis Break Even Point adalah suatu
menyediakan jasanya bagi para pengunjung. analisis yang bertujuan untuk menemukan
Usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) satu titik, dalam unit atau rupiah, yang
memiliki peran strategis dalam menunjukkan biaya sama dengan
pembangunan nasional. Salah satu peran pendapatan. Titik tersebut dinamakan titik
usaha kecil, mikro dan menengah adalah BEP. Dengan mengetahui titik BEP, analis
penyerapan tenaga kerja. Sesuai dengan dapat mengetahui pada volume penjualan,
Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 berapa perusahaan mencapai titik impasnya,
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. yaitu tidak rugi, tetapi juga tidak untung
Dalam kegiatan usaha mikro, sering sehingga apabila penjualan melebihi titik itu,
terjadi kerugian yang terkadang tidak maka perusahaan mulai mendapatkan
dirasakan secara langsung oleh pelaku untung. Menurut Yamit (1998:62) BEP dapat
usaha. Banyak faktor yang menyebabkan diartikan suatu keadaan dimana total
kerugian dalam kegiatan usaha, seperti pendapatan besarnya sama dengan total
kurangnya minat pasar, biaya yang biaya (TR=TC).
digunakan, penentuan harga jual, penentuan
kapasitas produksi, faktor eksternal Menurut Herjanto (2008:155-156)
lingkungan usaha dan berbagai hal lainnya. analisis pulang pokok dibedakan antara
Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini penggunaan untuk produk tunggal dan
akan menilai kegiatan usaha mikro yang ada penggunaan untuk beberapa produk
di salah satu kawasan wisata di Cirebon sekaligus (multiproduk ). Rumus BEP untuk
dengan menggunakan analisis break even produk tunggal tidak dapat langsung
point. digunakan untuk multiproduk karena biaya
variabel dan harga jual setiap produk
Tinjauan Pustaka berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah harus dimodifikasi dengan
(UMKM) telah diatur oleh undang-undang mempertimbangkan kontribusi penjualan
No 20 tahun 2008. Usaha mikro adalah dari setiap produk. Rumus titik pulang
usaha produktif milik perseorangan atau pokok untuk multiproduk menurut Herjanto
badan usaha yang memenuhi kriteria usaha (2008:155-156), sebagai berikut.
mikro sebagaimana diatur dalam undang – BEP (Rp) = F Total Kontribusi
undang. Berdasarkan kekayaan dan hasil Tertimbang Dimana:
penjualan, menurut Undang-Undang Nomor F = biaya tetap per periode
20 tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro Kontribusi tertimbang = persentase
yaitu: penjualan produk terhadap total rupiah
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak penjualan (1 – V/P).W Untuk mengetahui
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) berapa unit yang harus terjual untuk masing-
masing produk (multiproduk) dalam rangka
mencapai BEP, dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut Herjanto (2008:158): Rumus barang yang dijual atau tidak ada perubahan
multiproduk untuk semua jenis produk: harga secara umum. Selanjutnya kapasitas
BEP (Rp) per tahun 2011, 2012, produksi pabrik dianggap secara relatif
2013 = F Total Kontribusi Tertimbang konstan, harga faktor-faktor produksi
Rumus multiproduk untuk mencari BEP dianggap tidak berubah, efisiensi produksi
dalam rupiah dan unit: dianggap tidak berubah, serta hanya ada satu
BEP (Rp) per jenis Produk = W x macam barang yang diproduksi atau dijual
BEP (Rp) per tahun 2011, 2012, 2013 atau jika lebih dari satu macam maka
BEP (unit)= BEP Rp per jenis komposisi penjualan (sales mix) akan tetap
produk P Keterangan: 12 konstan.
FC = Biaya Tetap Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif yaitu dengan cara mencari
informasi tentang gejala yang ada,
didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan
dicapai, merencanakan cara pendekatannya,
mengumpulkan data sebagai bahan untuk
membuat laporan. Penelitian deskriptif
dilakukan untuk mendiskripsikan suatu
W = Persentase penjualan produk gejala, peristiwa, dan kejadian yang
terhadap total rupiah tertimbang (proposri) terjadi secara faktual, sistematis, dan akurat.
P = Harga jual Pada penelitian ini, penulis berusaha
Adapun pengertian biaya menurut mendeskripsikan peristiwa yang menjadi
Prawirosentono (2001:114) secara umum pusat penelitian tanpa memberikan
dalam suatu perusahaan adalah pengorbanan perlakuan khusus terhadap peristiwa
sumber daya produksi ekonomi yang dinilai tersebut. Menurut Sugiyono (2008),
dalam satuan uang, yang tidak dapat Penelitian desktiptif adalah penelitian yang
dihindarkan terjadinya untuk mencapai dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut mandiri, baik satu variabel atau lebih
Prawirosentono (2001:113) biaya-biaya (independen) tanpa membuat perbandingan
dapat dikelompokkan menurut sifatnya (by atau menghubungkan dengan variabel yang
nature) yaitu: lain. pendekatan kuantitatif karena
1. Biaya tetap (Fixed Cost=FC menggunakan angka, mulai dari
2. Biaya Variable (VC) pengumpulan data, dan penafsiran. Dalam
3. Dan biaya semi variable pengkajian aspek keuangan diperhitungkan
Dalam analisis break even point berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk
terdapat asumsi asumsi yang mendasari membangun dan kemudian mengoperasikan
analisis break even point ini, yaitu biaya kegiatan bisnis. Dana untuk membangun
harus dipisahkan atau diklasifikasikan usaha disebut dana modal tetap yang
menjadi dua yaitu biaya tetap yang akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan pra
akan selalu konstan dalam kisaran volume investasi, pengadaan tanah, gedung, mesin,
yang dipakai dalam perhitungan impas, peralatan dan biaya lain yang bersangkutan
sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan pembangunan bisnis. Sedangkan
dengan perubahan volume penjualan. dana yang dibutuhkan untuk memutar roda
Kemudian harga jual produk dianggap tidak operasi bisnis setelah selesai dibangun
berubah-ubah berapapun jumlah satuan
disebut dana modal kerja (Nurmalina dkk, bersangkutan hingga grafik total
2009). Break Even Point adalah titik pulang penerimaan (total revenue)
pokok dimana total revenue sama dengan berbentuk garis lurus.
total cost (TR=TC), tergantung pada lama 3. Biaya variabel per unit
arus penerimaan sebuah bisnis dapat adalah tetap untuk tiap
menutupi segala biaya operasi dan produk yang diproduksi, dijual
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. pada periode yang bersangkutan.
Selama suatu usaha masih di bawah break 4. Total biaya tetap adalah
even point (BEP), maka perusahaan masih konstan dalam batas kepastian
mengalami kerugian. Semakin lama tertentu dan dalam periode yang
mencapai titik pulang pokok, semakin besar bersangkutan.
saldo rugi karena keuntungan yang diterima 5. Bauran penjualan akan tetap
masih menutupi segala biaya yang konstan, efisien dan
dikeluarkan (Nurmalina dkk, 2009). produktivitas tidak berubah.
manfaat atau kegunaan dari Break Even 6. Kapasitas produksi yang
Point menurut (Bustam, 2006:208) adalah : dimiliki perusahaan relatif
1. Untuk mengetahui jumlah konstan serta semua barang
penjualan minimum yang yang diproduksi terjual
harus pada periode yang
dipertahankan perusahaan agar tidak bersangkutan.
mengalami kerugian.
2. Mengetahui jumlah penjualan yang Dalam penelitian ini, digunakan metode
harus dicapai untuk memperoleh pertama yaitu metode perhitungan BEP
tingkat keuntungan tertentu. berdasarkan metode persamaan.
3. Mengetahui seberapa jauh Dengan menggunakan metode ini, maka
berkurangnya penjualan agar peneliti dapat mencari kondisi dimana usaha
perusahaan mikro yang menjadi objek penelitian ini
tidak menderita kerugian. mengalami kondisi dimana usaha tidak
4. Mengetahui bagaimana efek mengalami keuntungan maupun kerugian.
perubahan harga jual, biaya dan
volume Dengan metode ini pula dapat
penjualan. ditentukan jumlah kuantitas produksi yang
5. Menetukan bauran produk yang harus ditempuh oleh suatu usaha agar
diperlukan untuk mencapai jumlah mencapai titik impas ataupun menentukan
laba yang ditargetkan. sejumlah uang masuk yang menjadi target
usaha agar tidak mengalami kerugian
Menurut Carter (2006:98) penerapan break didalam kegiatan usaha. Dengan kata lain,
even point didasarkan pada asumsi-asumsi analisis break even point merupakan suatu
berikut : cara atau teknik yang mempelajari antara
1. Biaya dikelompokkan berdsarkan hubungan biaya produksi, harga jual, dan
perilaku biaya dalam kaitannya dari laba yang didapatkan oleh suatu usaha.
volume produksi, yaitu biaya tetap
dan biaya variabel.
2. Harga jual per satuan produk
adalah tetap pada berbagai tingkat
kegiatan dalam periode yang
PEMBAHASAN tabel diatas. Berdasarkan tabel diatas, maka
analisa internal usaha dengan metode break
even point usaha empal gentong adalah
NAMA DAN DATA
INFORMAN sebagai berikut.
EMPAL GENTONG
produksi bulanan jumlah total
PERTANYAAN
bahan baku empal gentong
BREAK EVENT
JAWABAN Subtotal 1,800,000
POINT(BEP)
1. Bahan baku dalam 1. Sebulan untuk bahan baku bahan pendukung
sebulan? produksinya kurang lebihnya Gas 220,000
sekitar Rp 3.820.000
biaya penunjang 1,800,000
2. harga jual 2. Seporsinya saya jualnya Rp
20.000 Subtotal 2,020,000
3. Pengeluaran 3. Total pengeluaran sebulan untuk total biaya variable cost 3,820,000
perbulan
gaji pegawain dan biaya sewa biaya fix
tempat sekitar Rp. 1,697,000 biaya sewa & air 500,000
4. produksi 4. kalo untuk sebulan mungkin
gaji pegawai 1,050,000
sekitar 300 mangkok
5. modal awal 5. Modal awal sekitar Rp
Depresiasi 1,772,000 147,667
3,850,000
total biaya fix 1,697,667
6. Jumlah pelanggan 6. Pelanggan palin banyak pada
kemampuan produksi
hari sabtu dan minggu perbulan 300.00
7. Kemampuan 7. Gak nentu sih mas, sepi harga pokok / variable cost
menjual? sekarang setelah dipindah per unit 12,733

kesini, wisatawannya lebih Sumber: data olahan 2018.


milih di café kalo sekarang,
dan gak keliatan juga mas Berdasarkan data yang tersedia, dalam
tempat kita yang sekarang kegiatan usaha empal gentong, biaya bahan
8. pendapatan rata-rata 8. Gak nentu juga mas , baku dan biaya penunjang sebesar Rp.
perbulan? sekarang lebih sepi setelah 3.820.000. Didapatkan kemampuan produksi
dipindah kesini soalnya gak usaha empal gentong sebesar 300 porsi
keliatan mas, kalo dulu waktu perbulan. Data ini didapatkan berdasarkan
ditempatin di depan , di hasil wawancara dengan pegawai empal
tempat café yg sekarang , gentong.
enak mas pendapatan lebih
besar mas keliatan juga dari biaya tetap bulanan ( fix cost)

segala arah mas kalo sekarang biaya gaji pegawai 1,050,000


lokasinya tertutup mas , mana
biaya sewa tempat & air 500,000
kalo bayar sewa gak bisa telat biaya penyusutan aset /
depresiasi 1,772,000 147,667
mas
9. Apa yang membuat 9. Saya warga asli dari sini mas, jumlah 1,697,667
ibu bertahan jualan daripada nganggur di rumah
disini?
mending sy jualan disni mas,
Dalam kegiatan usaha empal gentong,
deket juga dari rumah dan
memiliki fixed cost sebesar Rp. 1,697,667.
dari dulu dari kakek sy udah
Biaya ini merupakan biaya tetap bulanan
jualan disini mas.
yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha.
Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai,
Berdasarkan survey dan wawancara di biaya sewa tempat dan air, dan depresiasi.
lapangan, maka didapatkan hasil seperti
biaya produski bulanan ( variable cost )
biaya bahan baku 1,800,000 NAMA DAN DATA PENJUAL BAKSO
biaya penunjang 2,020,000 INFORMAN

jumlah 3,820,000
PERTANYAAN
Biaya produksi bulanan / variable cost yang
BREAK EVENT JAWABAN
diketahui dalam usaha ini sebesar Rp. POINT(BEP)
3.820.000. biaya ini terdiri dari biaya bahan 1. Biaya produksi 1. Biaya bahan baku untuk
baku dan biaya penunjang produksi. Berikut sebulan sebukan sekitar Rp
adalah hasil wawancara dan observasi 3,70,000
2. biaya tetap 2. Kalo untuk sewa tempat
bulanan
KAPASITAS PRODUKSI 300 Rp. 500,000
3. Harga jual 3. Seporsi bakso Rp.
PRICE PER UNIT 20,000
10,000
FIXED COST 1,697,667 4. produksi 4. Sekitar 420 porsi bakso
VARIABLE COST 3,820,000 mungkin dalam

VARIABLE COST PER UNIT 12,733 sebulannya


5. modal 5. Modal awalnya sekitar
MARGIN KONTRIBUSI 7,267
Rp. 3,200,000
6. pelanggan 6. Pelanggan palin banyak
Sumber: data olahan 2018.
pada hari sabtu dan
Maka dapat dilakukan analisis break even minggu
7. Kemampuan 7. Gak nentu sih mas, sepi
point dalam kegiatan usaha ini sebagai
produksi sekarang setelah
berikut:
dipindah kesini,
BEP unit produk = FC / (P-VC) wisatawannya lebih
BEP unit rupiah = FC / (1 – (VC/P)) milih di café kalo
BEP UNIT = 1,697,667 / (20,000 – sekarang, dan gak
12,733) keliatan juga mas
= 1,697,667 / 7,267 tempat kita yang
= 233,6. Dibulatkan menjadi sekarang
234. 8. pendapatan 8. Gak nentu juga mas ,
BEP UNIT RUPIAH = 1,697,667 / (1 – sekarang lebih sepi
(12,733 / 20,000) setelah dipindah kesini
= 1,697,667 / (1 - 0,64) soalnya gak keliatan
= 1,697,667 / 0,36335 mas, kalo dulu waktu
= 4.672.263,7 ditempatin di depan , di
PEMBUKTIAN = BEP UNIT X HARGA tempat café yg sekarang
JUAL , enak mas pendapatan
= 233,6 atau 234 X 20,000 = lebih besar mas keliatan
4.672.263,7. Titik pulang pokok atau break juga dari segala arah
even point dalam kegiatan usaha empal mas kalo sekarang
gentong berada pada angka 234 unit atau lokasinya tertutup mas ,
dalam rupiah sebesar Rp. 4,672, 263.7 mana kalo bayar sewa
gak bisa telat mas
Berikut ini adalah perhitungan usaha bakso. 9. Apa yang 9. Saya warga asli dari sini
membuat ibu mas, daripada nganggur
bertahan jualan
di rumah mending sy
disini?
jualan disni mas, deket
juga dari rumah dan dari
dulu dari kakek sy udah
biaya produski bulanan ( variabel cost )
jualan disini mas.
biaya bahan baku 2,100,000
Berdasarkan survey dan wawancara di biaya penunjang 970,000
lapangan, maka didapatkan hasil seperti jumlah 3,070,000
tabel diatas. Berdasarkan tabel diatas, maka
analisa internal usaha dengan meode break Biaya produksi bulanan / variable cost yang
even point usaha bakso adalah sebagai diketahui dalam usaha ini sebesar Rp.
berikut. 3.070.000. biaya ini terdiri dari biaya bahan
baku dan biaya penunjang produksi.
produksi bulanan jumlah total
bahan baku bakso KAPASITAS PRODUKSI 420

subtotal 2,100,000 PRICE PER UNIT 10,000

bahan pendukung FIXED COST 601,833

Gas 220,000 VARIABLE COST 3,070,000

biaya penunjang 750,000 VARIABLE COST PER UNIT 7,310

Subtotal 970,000 MARGIN KONTRIBUSI 2,690


total biaya variable cost 3,070,000
Sumber: data olahan 2018.
biaya fix
biaya sewa & air 500,000 Maka dapat dilakukan analisis break even
point dalam kegiatan usaha ini.
Depresiasi 1,222,000 101,833
total biaya fix 601,833 BEP unit produk = FC / (P-VC)
kemampuan produksi perbulan 420 BEP unit rupiah = FC / (1 – (VC/P))
harga pokok / variable cost per BEP UNIT = 601,833 / (10,000 – 7,310)
unit 7,309.52
= 601,833 / 2,690
Sumber: data olahan 2018. = 223,7 Dibulatkan menjadi
224
Berdasarkan data yang tersedia, dalam BEP UNIT RUPIAH = 601.833 / (1 – (7,310
kegiatan usaha bakso, biaya bahan baku dan / 10,000)
biaya penunjang sebesar Rp.3,070,000 . = 601.833 / (1 – 0.731)
Didapatkan kemampuan produksi usaha
bakso sebesar 420 porsi perbulan. Data ini = 601.833 / 0.269
didapatkan berdasarkan hasil wawancara = 2,237,298.6
dengan penjual bakso. PEMBUKTIAN = BEP UNIT X HARGA
JUAL
biaya tetap bulanan ( fix cost) = 223,7 atau 224 X 10,000 = 2,237,298.6
biaya sewa tempat & air 500,000 Titik pulang pokok atau break even point
biaya penyusutan aset / depresiasi 1,222,000 101,833 dalam kegiatan usaha bakso berada pada
jumlah 601,833
angka 223,7 unit atau dalam rupiah sebesar
Rp. 2,237,298.6.
Dalam kegiatan usaha bakso, memiliki fixed
cost sebesar Rp. 601,833. Biaya ini Berikut ini adalah perhitungan usaha
merupakan biaya tetap bulanan yang harus minuman ringan.
dikeluarkan oleh pemilik usaha. Biaya ini
terdiri dari biaya sewa tempat dan air, dan
depresiasi.
disni mas, deket juga
NAMA DAN DATA PENJUAL MINUMAN
dari rumah dan dari
INFORMAN RINGAN
dulu dari kakek saya
udah jualan disini mas.
PERTANYAAN
Berdasarkan survey dan wawancara di
BREAK EVENT JAWABAN lapangan, maka didapatkan hasil seperti
POINT(BEP)
1. sewa tempat 1. Untuk sewa tempatnya table diatas. Berdasarkan table diatas, maka
perbulan?
Rp. 500,000 sebulan analisa internal usaha dengan metode break
2. biaya produksi 2. Biaya bahan baku even point usaha minuman ringan adalah
dalam sebulan ?
dalam sebulan sekitar sebagai berikut.
Rp. 1,800,000
produksi bulanan jumlah Total
3. Harga jual 3. Segelas minuman
dijual Rp. 5000 bahan minuman ringan
4. Kemampuan 4. Enggak menentu,
produksi Subtotal 1,600,000
mungkin sekitar 600
dalam sebulan
bahan pendukung
5. Modal usaha 5. Modal awal saya
biaya penunjang 200,000
sekitar Rp. 2625,000
6. pelanggan 6. Pelanggan palin Subtotal
banyak pada hari sabtu
total biaya variable cost 1,800,000
dan minggu mas.
7. Kemampuan 7. Gak nentu sih mas, biaya fix
menjual
sepi sekarang setelah
biaya sewa & air 500,000
dipindah kesini,
wisatawannya lebih Depresiasi 1,125,000 93,750
milih di café kalo
total biaya fix 593,750
sekarang, dan gak kemampuan produksi
keliatan juga mas perbulan 600
tempat kita yang harga pokok / variable cost
per unit 3000
sekarang
8. Pendapatan 8. Gak nentu juga mas ,
perbulan
Sumber: data olahan 2018.
sekarang lebih sepi
setelah dipindah kesini Berdasarkan data yang tersedia, dalam
soalnya gak keliatan kegiatan usaha minuman ringan, biaya
mas, kalo dulu waktu bahan baku dan biaya penunjang sebesar
ditempatin di depan , Rp.1,800,000. Didapatkan kemampuan
di tempat café yg produksi minuman sebesar 600 porsi
sekarang , enak mas perbulan. Data ini didapatkan berdasarkan
pendapatan lebih besar hasil wawancara dengan penjual minuman.
mas keliatan juga dari
BIAYA TETAP BULANAN ( FIXED COST)
segala arah mas kalo
sekarang lokasinya sewa listrik & air 500,000
tertutup mas , mana depresiasi / penyusutan 93,750
kalo bayar sewa gak Jumlah 593,750
bisa telat mas
9. Apa yang 9. Saya warga asli dari
Dalam kegiatan usaha minuman ringan,
membuat ibu memiliki fixed cost sebesar Rp.593,750.
bertahan jualan sini mas, daripada
disini? Biaya ini merupakan biaya tetap bulanan
nganggur di rumah
yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha.
mending saya jualan
Biaya ini terdiri dari biaya sewa tempat dan NAMA DAN DATA PENJUAL RUJAK
air, dan depresiasi. INFORMAN

BIAYA PRODUSKI BULANAN ( VARIABLE COST) PERTANYAAN

bahan baku 1,600,000 BREAK EVENT JAWABAN


POINT(BEP)
bahan pendukung 200,000 1. bahan baku 1. Sekitar Rp. 1,950,000 untuk
belanja bahan baku sebulan
Jumlah 1,800,000
2. sewa tempat 2. Biaya sewa tempatnya Rp. 500,000
3. harga jual 3. Rujaknya saya jual Rp. 10,000
Biaya produksi bulanan / variable cost yang 4. mampu menjual berapa? 4. Kurang tau pastinya mungkin
diketahui dalam usaha ini sebesar Rp. sekitar 280

1,800.000. biaya ini terdiri dari biaya bahan 5. modal awal yang
5. Modal awal sekitar Rp. 1,610,000
dikeluarkan?
baku dan biaya penunjang produksi. 6. pelanggan 6. Pelanggan palin banyak pada hari
sabtu dan minggu mas.
KAPASITAS PRODUKSI 600 7. Kemampuan menjual 7. Gak nentu sih mas, sepi sekarang
setelah dipindah kesini, wisatawannya
PRICE PER UNIT 5,000
lebih milih di café kalo sekarang, dan
FIXED COST 593,750 gak keliatan juga mas kalo tempat yang
VARIABLE COST 1,800,000 sekarang
8. pendapatan 8. Gak nentu juga mas , sekarang
VARIABLE COST PER UNIT 3,000
lebih sepi setelah dipindah kesini
MARGIN KONTRIBUSI 2,000.00 soalnya gak keliatan mas, kalo dulu
waktu ditempatin di depan , di tempat
Sumber: data olahan 2018. café yg sekarang , enak mas
pendapatan lebih besar mas keliatan
Maka dapat dilakukan analisis break even
juga dari segala arah mas kalo sekarang
point dalam kegiatan usaha ini. lokasinya tertutup mas , mana kalo

BEP unit produk = FC / (P-VC) 9. Apa yang membuat ibu 9.


bayar sewa gak bisa telat mas
Saya warga asli dari sini mas,
BEP unit rupiah = FC / (1 – (VC/P)) bertahan jualan disini?
daripada nganggur di rumah mending
BEP UNIT = 593,750/ (5,000 – 3,000 ) sy jualan disni mas, deket juga dari
= 593,750 / 2000 rumah dan dari dulu dari kakek sy udah

= 296,9 Dibulatkan menjadi jualan disini mas.

297 Berdasarkan survey dan wawancara di


BEP UNIT RUPIAH = 593,750 / (1 – (3,000 lapangan, maka didapatkan hasil seperti
/ 5,000) table diatas. Berdasarkan table diatas, maka
= 593,750 / (1 – 0,60) analisa internal usaha dengan metode break
= 593,750 / 0.40 even point usaha rujak buah adalah sebagai
= 1,484,375 berikut.
PEMBUKTIAN = BEP UNIT X HARGA
JUAL produksi bulanan jumlah total
= 296,9 X 5,000= 1,484,375. bahan rujak buah
Titik pulang pokok atau break even point Subtotal 1,500,000
dalam kegiatan usaha minuman berada pada bahan pendukung
angka 297 unit atau dalam rupiah sebesar biaya bahan pendukung 450,000
Rp. 1,484,375.
Subtotal

Berikut ini adalah perhitungan usaha rujak total biaya variable cost 1,950,000
buah. biaya fix

biaya sewa & air 500,000


Maka dapat dilakukan analisis break even
Depresiasi 610,000 50,833
point dalam kegiatan usaha ini.
total biaya fix 550,833
BEP unit produk = FC / (P-VC)
kemampuan produksi perbulan 280
harga pokok / variable cost per
BEP unit rupiah = FC / (1 – (VC/P))
unit 6,964 BEP UNIT = 550,833 / (10,000 – 6,964)
= 550,833 / 3,036
Sumber: data olahan 2018.
= 181,43 Dibulatkan menjadi
Berdasarkan data yang tersedia, dalam 182
kegiatan usaha rujak buah, biaya bahan baku
BEP UNIT RUPIAH = 550,833 / (1 –
dan biaya penunjang sebesar Rp.1,950,000.
(6,964/ 10,000)
Didapatkan kemampuan produksi minuman
= 5 50,833 / (1 – 0,696)
sebesar 280 porsi perbulan. Data ini
= 550,833 / 0,304
didapatkan berdasarkan hasil wawancara
= 1,814,337,9 atau
dengan penjual rujak buah.
dibulatkan menjadi 1,814,338.
BIAYA TETAP BULANAN ( FIXED COST) PEMBUKTIAN = BEP UNIT X HARGA
sewa listrik & air 500,000
JUAL
= 181,43 X 10,000 =
depresiasi / penyusutan 50,833
1,814,337,9. Titik pulang pokok atau break
jumlah 550,833
even point dalam kegiatan usaha minuman
Dalam kegiatan usaha rujak buah, memiliki berada pada angka 181,43 atau 182 unit atau
fixed cost sebesar Rp.550,833. Biaya ini dalam rupiah sebesar Rp. 1,814,338.
merupakan biaya tetap bulanan yang harus Jenis BEP Kapasitas Harga
dikeluarkan oleh pemilik usaha. Biaya ini usaha Unit BEP Rupiah Produksi Jual Laba

terdiri dari biaya sewa tempat dan air, dan Bakso 223,7 / 224
2,237,298.60
420 10,000 4,200,000
depresiasi. Empal
Gentong 233,6 / 234 4.672.263,7 300 20,000 6,000,000
Rujak
Buah 181,43 / 182 1,814,337,9 280 10,000 2,800,000
Minuman
BIAYA PRODUKSI / VARIABLE COST Ringan 296,9 / 297 1,484,375 600 5,000 3,000,000

bahan baku 1,500,000 Sumber: data olahan 2018.


biaya pendukung 450,000
Berdasarkan hasil olahan data yang
didapatkan dari usaha mikro yang ada di
jumlah 1,950,000
salah satu kawasan wisata di Cirebon,
Biaya produksi bulanan / variable cost yang didapatkan bahwa hasil break even point dan
diketahui dalam usaha ini sebesar Rp. kapasitas produksi masih menunjukkan
1,950.000. biaya ini terdiri dari biaya bahan angka aman. Dalam artian, angka
baku dan biaya penunjang produksi. kemampuan produksi masih melebihi titik
pulang pokok / break even point dalam tiap
MARGIN KONTRIBUSI 3,036 kegiatan usaha. Jumlah angka break even
PRICE PER UNIT 10,000 point rupiah masih dibawah angka kapasitas
FIXED COST 550,833 produksi, yang artinya kegiatan usaha ini
VARIABLE COST 1,950,000 masih mendapatkan keuntungan. Kapasitas
VARIABLE COST PER UNIT 6,964
produksi dalam kegiatan usaha ini
berhubungan erat dengan penggunaan biaya
KAPASITAS PRODUKSI 280
bahan pokok bulanan dan permintaan pasar
Sumber: data olahan 2018. akan produk, sehingga biaya dan kapasitas
produksi dalam kegiatan usaha dapat baik. Tempat relokasi sebelumnya akan
berubah – ubah. digunakan oleh pengelola sebagai tempat
Kondisi internal ke empat usaha cafe.
dapat dibilang tidak memiliki masalah
secara menyeluruh, akan tetapi usaha mikro KESIMPULAN
yang ada memiliki keluhan yang sama akan Analisa break even point merupakan analisa
lesunya pendapatan mereka. Secara internal yang menentukan dimana nilai titik pulang
berdasarkan analisa break even point, pokok pada suatu kegiatan industri / usaha.
menghasilkan nilai positif dan usaha tetap Nilai pulang pokok ini merupakan kondisi
layak dijalankan. Maka kami menganalisis dimana kondisi usaha memasuki titik pulang
lingkungan eksternal usaha yang ada. pokok atau dalam kondisi nol. Kondisi ini
Berdasarkan hasil observasi merupakan kondisi kegiatan usaha tidak
lapangan dan wawancara, kami menemukan, mengalami kerugian maupun mengalami
potensi yang memungkinkan memicu keuntungan. Jika suatu industri atau usaha
lesunya kegiatan usaha yang ada. telah mendapatkan laba hasil produksi yang
Berdasarkan wawancara dan observasi, melewati titik pulang pokok, maka bisa
didapatkan bahwa, sebelumnya lokasi usaha dinyatakan bahwa usaha tersebut
mikro ditempatkan dilokasi yang cukup mendapatkan keuntungan.
strategis dikarenakan dapat terlihat oleh Hasil analisis menunjukkan bahwa,
pengunjung yang datang. Berdasarkan usaha mikro yang ada di salah satu kawasan
wawancara, para pelaku usaha mikro wisata di Cirebon, menunjukkan hasil yang
merasakan hal yang sama dalam kondisi baik karena usaha masih mengalami
usaha mereka sebelum di relokasi ke tempat keuntungan dan tidak memiliki masalah.
yang baru oleh pengelola. Tempat baru yang Hasil analisa eksternal yang dilakukan,
diperuntukan oleh pengelola dirasa kurang terdapat beberapa masalah yang bisa disebut
strategis dikarenakan tempat tersebut sebagai penyebab lesunya kegiatan usaha
terhalangi oleh beberapa bangunan, mikro dikawasan ini. Penyebabnya
sehingga lokasi usaha baru tidak terlihat dikarenakan adanya relokasi yang
oleh pengunjung yang datang ke kawasan dilakukan. Lokasi relokasi baru terlalu
tersebut. tertutup sehingga menyebabkan
letak lokasi baru dirasa kurang ketidaktahuan pengunjung akan lokasi baru
strategis dikarenakan terletak di pintu keluar. usaha mikro.
Para pelaku usaha merasa jika relokasi
tersebut kurang tepat, karena mereka
merasakan keuntungan yang didapatkan SARAN
setelah relokasi lebih menurun dibandingkan Agar tetap dapat berjalan dengan baik, baik
sebelum pemindahan lokasi. Hal ini pelaku maupun pemegang kepentingan yang
diperkuat oleh beberapa informasi yang terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata
menyatakan bahwa ada sekitar dua usaha dan pengelolaan usaha mikro yang ada di
mikro yang berhenti dikarenakan mengalami kawasan wisata yang menjadi lokasi
kerugian. Pihak pengelola menyatakan, penelitian kami, dapat melakukan beberapa
bahwa pemindahan lokasi ditujukan agar hal, yaitu:
penatapaan tempat lebih baik dan pengelola 1. Adanya pelatihan buku besar
kedepannya akan melakukan branding sederhana yang dapat digunakan
terhadap bangku dan kursi sehingga tempat sebagai pencatat transaksi usaha.
baru yang disediakan lebih selaras dan lebih
2. Pelatihan akuntansi sederhana yang 5. Adanya kerjasama dari instansi
dapat diterapkan dalam kegiatan terkait dan pengelola agar kegiatan
umkm. usaha mikro tetap dapat berjalan dan
tidak mengalami kerugian.
3. Peninjauan kembali lokasi usaha
baru yang ditetapkan bagi pelaku
usaha mikro
4. Adanya sinergi antara pihak terkait
terhadap pengaturan lokasi usaha
mikro sehingga tidak menimbulkan
kerugian.

DAFTAR PUSTAKA Carter, William K., Milton Usry, 2005,


akuntansi biaya buku 2. Alih Bahasa
Arie Febrianto Mulyadi, dkk, (2014). oleh Krista. Jakarta: salemba empat.
Analisis kelayakan teknis dan Febriyanto Andra,dkk. (2014). Studi
finansial produksi selai dari kelayakan finansial proyek
tanaman nipah (nypa fruticans) perumahan griya mapan di
(studi kasus di pulau bawean, Kabupaten Sumenep. Jurusan Sipil
kabupaten gresik, jawa timur). Fakultas Teknik Universitas
jurusan Teknologi Industri Pertanian Brawijaya Malang.
Universitas Brawijaya. Garrison , Ray H, dan Noreen, Eric W.,
Anityasari, M dan Wessiani, NA. 2011. Peter C.2006 akuntansi manajerial.
Analisa Kelayakan Usaha Buku satu. Jakarta:salemba empat.
Dilengkapi dengan Kajian Henry Simamora (2012), Akuntansi
Manajemen Resiko. Surabaya: Guna Manajemen. Jakarta: Star Gate
Widya Publisher.
Ashmi Hudaningsih,dkk. (2014). Studi Heri Prastowo, Resa Taruna, (2014).
kelayakan makam keramat agung Perbandingan kelayakan pembelian
pemecutan sebagai daya tarik wisata dan sewa mobil untuk kendaraan
pilgrim di denpasar (analisis aspek operasional di pt panarub industry.
pasar dan pemasaran). Jurnal SINERGI Vol. 18, No. 1. Universitas
IPTA. Fakultas Pariwisata UNUD. Mercu Buana, Jakarta.
Bambang Susanto, S. (2016). Analisis Husein Umar, 2003, Metode Riset Akuntansi
Kelayakan Finansial Wisata Air Terapan, Jakarta : Ghalia Indonesia,
Waduk Jatigede Kabupaten Cetakan Pertama.
Sumedang. Jurnal Riset Akuntansi Husein Umar. 2007, Metode Penelitian
Dan Keuangan. Program Studi Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, J
Akuntansi. Fakultas Pendidikan akarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Husnan, suad dan Muhammad, Suwarsono.
Pendidikan Indonesia. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi
Bastian Bustami & Nurlela. 2006. Akuntansi Keempat Cetakan Pertama. Unit
Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi. Penerbit dan Percetakan AMP
Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha YKPN. Yogyakarta.
Ilmu.
Ima Yunita, (2017). Analisis kelayakan Perencanaan Bangunan Pengolahan
usaha dodol pulut di Desa Paloh Air Laut Menjadi Air Bersih di
Kecamatan Peusangan Kabupaten Wisata Bahari Lamongan. Jurusan
Bireuen. Jurnal S. Pertanian 1 (10) : Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik
826– 836. Fakultas Pertanian Sipil dan Perencanaan, Institut
Universitas Almuslim. Teknologi Sepuluh Nopember.
Kasmir dan jakfar. 2003. Studi Kelayakan Suradi, dkk. (2017). Analisis kelayakan
Bisnis. Peranda media: Jakarta. pendirian usaha nugget ikan
Kasmir dan Jakfar., 2006, Studi Kelayakan bandeng dengan metode net present
Bisnis, Edisi 2. Kencana, Jakarta. value (npv) di kabupaten maros.
M. Yusuf, (2014). Analisa break event point ILTEK,Volume 12, Nomor 24.
(bep) terhadap laba perusahaan. Program Studi Teknik Industri
Jurnal Bisnis dan Fakultas Teknik Universitas Islam
Manajemen.Universitas Pamulang Makassar.
Parama Tirta Wulandari Wening Kusuma,
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. (2012). Analisis kelayakan finansial
Studi Kelayakan Bisnis. Departemen pengembangan usaha kecil
Agribisnis Fakultas Ekonomi dan menengah (ukm) nata de coco di
Manajemen Institut Pertanian Bogor, sumedang, jawa barat. Jurnal inovasi
Bogor. dan kewirausahaan Vol.1. Lembaga
Santi Nurjanah, (2013). Studi kelayakan Ilmu Pengetahuan Indonesia,
pengembangan bisnis pada pt Subang.
dagang jaya Jakarta. Journal The Undang-Undang No 20 tahun 2008.
WINNERS , Vol. 14 No. 1, Maret. PT Utami Gunawati, Wiwik Sudarwati, (2017).
Dagang Jaya Jakarta. Analisis studi kelayakan usaha
Subagyo, Ahmad. 20017. Studi Kelayakan bisnis cassava chips di perumahan
Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex mardani raya. JISI : Jurnal integrasi
Media Komputindo. sistem industri. Jurusan Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sugiyono.2008. Metodologi penelitian
Wiwiek Dianawati, (2010). Cost-volume-
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&
profit analysis untuk kondisi
D. Bandung: Alfabeta
uncertainty. Jurnal Akuntansi.
Sukmaputri Sadewa, Wahyono Hadi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(2013). Studi Kelayakan
Universitas Airlangga

Você também pode gostar