Você está na página 1de 24

XADER KESEHATAN / KADER POSYANDU

Oleh :
Paiman Soeparmanto 6i Sukanto Suernodineto

Abstract
Pos Pelayanan Terpadu / Posyandu (Village
Integrated Health Past / VIHP) was introduced
in 1984. T h e purpose is ta establish community
based s e r v i c e s which are relevant to child
survival, safe motherhood and family planning.
Services are provided by health cadres; cura-
tive services and immunizatian are provided by
health centre staffs.
The fact t h a t Posyandu is l o c a t e d at
hamlet, Posyandu contribute to the reach of
target population, b u t Posyandu Cadre's per-
formance in health education is still minimal.
The objectives of t h i s review are to
s t u d y what are the roles and tasks of Posyandu
cadres and what are t h e f a c t o r s t h a t are
associatedFwith their performance.
T h e f x n d i n g s of s t u d i e s s h o w e d that
active cadre's conducted weighing and record-
ing t h e result in mother and children h e a l t h
card (KMS), and assisting health centre team
7
in providing health care at Posyandu or mobile '
services.
As f o r health education activities of
Posyandu Cadre's studies found t h a t socio-
economic s t a t u s of Posyandu C a d e k , s k i l l
deficit in health education, and minimal
health knowledge are conditions t h a t are
associated w l t h minimal activity of Posyandu
Cadres in health education.
With r e g a r d t o p e r f o r m a n c e of o t h e r
activities t h e r e were findings showing its
association with provision of recognition,
provision of personal things t h a t were related
in doing tasks.
I t is r e c o m m e n d e d t h a t t r a i n n i n q o f
Posyandu Cadres should also be aimed to obtain
communication s k i l l , ability to conduct tech-
nique of health education which is specific to
charecteristics of audience. Health knowledge
of Posyandu Cadres' showed be added to give
them better capability to d i s c u s s health
matters with their clients. T h i s could be done
through meeting i n M + - d a y .
To maintain active state of Posyandu
Cadres there policies that should be adopted
are: improving skill of Village PKK ~ e a m in
management of Posyandu and leadership, invol-
ment of p r i v a t e business company in production
and distribution health education tools for
Posyandu Cadres, provision of consequences.
y ;dith regard to becoming Posyandu Cadre s h o u l d
e promoted, and supporting programmes aimed
to keep abreast Posyandu movement with other
movements such as: Gerakan KB (Family Planning
Movement), Gerakan Kembali ke Desa (Village
Orientation Movement), Klompencapir (Village
0 Institution of Radio Programme Audience).
In connection of health e d u c a t i o n materi-
als, it is secomended. that: n e w messages
should be developed to avoid boring situatkon
- A wexperienced by audience of health education,

$7
messages through mass media should have cam-
paign and promotion elements, n e t j u s t i n f o r -
mation (of p r o d u c t s ) .

Key Word: Primary Health Care, Health Cadre,


Community Base Health Services.
Pada akhir dekade 3970-an, angka ke-
matian bayi di Indonesia masih tinggi di-
bandingkan dengan angka kematian bayi d i
negara Asean yang l a i n (Soetopo, 1981:l)-
Untuk mempercepat menurunkan? angka kernatian
hayi, s e jak 1984 dibentak- 'Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu).
Posyandu dibentuk dengan t u j u a n agar
intervensi untuk menurunkan angka kematian
bayi meliputi 80 % dari sasaran. Intervensi
tersebut, terdiri dasi: imuhisasi bayi dan
anak balita, penyuluhan gizi ibu.',limah
3
bayi, balita, pencegaban Ulare dan penyu-
l u h a n cara penggunaan.. ' c a i r a n rehidrasi
o r a l , pemeliharaanSkesekiatan ibu hamil,
pelayanhn K B dan p e n g b b a t a n . Pengobatan
terutarna di tu j ukan untuk menanggulangi
infeksi saluran napas pada bayi dan balita,
,. sedang pelayanan KB dilaksanakan secara
menyatu dengan perawatan antenatal ibu
liarnil agar wanita usia subur termotivasi
menjadi akseptor KB (Depkes RI, 1984:l).
Sisi lain yang penting dari pembentu-
kan Posyandu ialah sebagai bentuk partisi-
pasi masyarakat dalam KB dan kesehatan. Ini
mengingat kenyataan bahwa meski inisiatif
dilakukan oleh Puskesmas t e t a p i pengorgani-
sasian dan pelaksanaan pelayanan Posyandu
dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan Posyan-
du dasi mulai sebelum hari buka ( R - ) , pada
waktu hari buka ( H + ) , dan evaluasi ( W + )
dilakukan oleh pengurus Posyandu dan kader
Posyandu mempersiapkan Posyandu. Petugas
kesehatan lebih berperan d a l a m bantuan
tehnis, besupa pelatihan, pembimbingan dan
menesirna rujukan kesehatan sepesti pengo-
batan, pemasangan a l a t kontrasepsi dan pe-
cd.--y)
i"
nanggulangan penyulitnya, dan pemberian'
imunisasi. /.
I
Kader Posyandu dipilih oleh masyara-
kat, selanjutnya pelatihan diberikap oleh
petugas kesehatan dan p e t u g a - s i n t e r s b k t o r a l
t e r k a i t . Apabila Posyandu telah terbentuk,
diharapkan Posyandu dibuka secasa teratur.
Tngas Kader Posyandu terutama dalam penyy-
1,uhan g i z i , sanitasi lingkungpn, pencegahan

3
diare, KB, pembtivasian pem iksaan antena-
tal, imunisasi dan penimba an b a y i , kepada
ibu hamil d a n pengunjuna Posyandu yang
memhutuhkan pelayanan KB, pengisian KMS.
Kenyataannya, Kader Posyandu ternyata
belum memiliki keberanian melaksanakan
penyuluhan (Nariyah et al, 1 9 8 6 : 5 4 ) . Pene-
litian lain rnenemukan bahwa Kader Posyandu
baru 10 % yang melaksanakan peranannya
dengan baik (Adi Susila et al, 1984~64).

Dari u r a i a n di atas d a p a t dirumuskan


bahwa permasalahannya ialah mengapa Kader
Posyandu belum dapat melaksanakan peran-
perannya ? Apakah f a k t o r - f a k t o r yang rnem-
pengaruhinya ? Pemahaman k e d u a hal i n i
tentu akan mernbantu cara-cara memperbaiki
peranan tugas-tugas Kader Posyandu secara
optimal.
C . Tujuan
Telaah ini dilakukan dengan tujuan :
1. Mempelajari peran-peran Kader Posyandu
dalam rangka penurunan tingkat kematian
bayi dan balita.
2. Mempelajari faktor-faktor yang mempenga-
ruhi pelaksanaan peran-peran dan kuali-
tasnya.
Untuk mencapai tujuan di atas dilaku-
kan studi kepustakaan. Liputannya terdiri
dari hasil-hasil penelitian kegiatan Kader
Kesehatan Desa, Kader Posyandu.
Di samping itu juga dilakukan penelu-
suran kepustakaan teori-teori, tentang
peran dan perilaku u n t u k rnengidentifisir
faktor yang terkait dengan struktur s o s i a l
budaya, yang mendasari pelaksanaan suatu
peran.
Studi Kepustakaan dan temuannya

Seperti dikemukakan permasalahan yang


dihadapi kualitas pelaksanaan peran Kader
Posyandu. Untuk mendapatkan pemecahannya
p e r l u diketahui peran apa yang diharapkan
dan f a k t o r yang mempengasuhinya.
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor
pelaksanaan dari peran, dapat didekati dari
dua sisi:
Pertama makna peran dalam kehidupan berma-
syarakat dan kedua, pexan s i i l yang d i b e -
bankan. Yang pertama akan membantu mengi-
dentifikasi variabel pelaksanaan peran pada
umumnya, misalnya : faktor sosial dan bu-
daya. Yang kedua, tinjauan peran riil,
dapat mengidentifisir menghasilkan dua hal.
Jika peran riil bestentangan dengan peran
secara sosial-budaya, tentunya akan mempe-
ngaruhi pelaksanaan peran riil ( t u g a s Kader
Posyandu); a s p e k kedua dari pentingnya
pesan riil ialah aspek operasional. Axti-
nya, peran riil d a p a t t a k terlaksana, jika
ada hambatan s e p e r t i kemampuan, pengetahuan
dan kebutuhan-kebutuhan untclk melaksanakan
peran.
A t a s dasar pernikiran tesebut di atas,
maka t i n j a u a n kepustakaan dipusatkan pada
dua hal, yakni : konsep peran secara teori-
tik dan peran-peran riil yang ditugaskan
kepada Kader Posyandu.
1. Tinjauan tearitik peran dan perilaku.
Menurut Suwarno (1984:174) peran
berkaitan dengan posisi, s t a t u s , atau
kedudukan seorang. Dengan adanya suatu
kedudukan, maka suatu rangkaian peran
akan ditetapkan. Pandangan i n i berkaitan
dengan pendapat Parson, sebagaimana
dikemukakan Poloma (1984:278) dirnana,
kedudukan seseorang menunjukkan posisi-
nya dalam suatu sistem sosial; dengan
kedudukan i n i maka ada sejurnlah peran
yang perlu di manifestasikan.
Luthans ( 1 9 7 7 : 2 5 ) menyatakan bahwa
pexklaku adalah apa-apa yang dilakukan
oleh seorang. Artinya suatu perilaku
dapat terukur . Bagairnana sarnpai t e r j a-
dinya perilaku, pandangan sistem budaya
menyatakan bahwa perilaku bersumber
kepada sistem n i l a i (ide). Sedang dari
s u d u t p a n d a n g psikososial p e r i l a k u
terjadi karena motivasi. Rarena motivasi
terkait dengan tujuan-tu juan yang sebe-
narnya diturunkan dari nilai-nilai maka
j e l a s , meski sulit dilihat hubungannya
secara konkrit antara sistem nilai dan
p e r i l a k u terdapat hubungan.
Peran, sebenarnya mexupakan bagian
dari sistem nilai/ide, mengingat peran
besupa harapan t e r k a i t dengan kedudukan
seorang. Dengan demikian bila aspek ide
adalah peran maka untuk mengetahui perne-
r a n a n dari peran-peran adalah adanya
perilaku. Dalam hal Kader Posyandu ialah
pelaksanaan tugas-tugasnya sebagai Kader
posyandu.
Kurt Lewin sebagaimana d i k u t i p oleh
Shortell (1987:lQl) menyatakan bahwa
perilaku adalah fungsi dari karekteris-
tik seorang dan lingkungannya. Selanjut-
nya Notoatmojo (1981:6J:rnenguraikan bah-
w a faktor d i r i t e r d i r i d a r i : pengalaman
dan keyakinan. Sarana phisik dan s o s i a l -
budaya masyarakat mexupakan faktor
lingkungan. Pendapat yang sama tentang
faktor d i r i juga dikemukakan oleh kelom-
pok Studi WHO, dimana-perilaku (pelaksa-
naan t u g a s - t u g a s ) d i p e n g a r u h i oLeb
pengetahuan, kepercayaan, sikap dan
nilai-nilai (Flajalah: Kes. Masy. Indone-
s i a X V I ( 2 ) : 75-76, Nov.1985).
Dari t i n j a u a n beberapa literatur di
atas d a p a t disimpul kan, bahwa makna
suatu peran dalam masyarakat , pengeta-
.. huan, pengalaman, keyakinan, n i l a i dan
" . sikap dan lingkunan phisik akan berpe-
n$iruh kepada pelaksanaan peran (tugas-
' t u g a s ) Kader Posyandu.

2. Peran Kader Kesehatan.


Jauh sebelurn d i b e n t u k n y a Kader
Posyandu, upaya rnelibatkan masyarakat
d a l m kesehatan pada tingkat desa sudah
dimulai. Ini t e s j a d i dalam berbagai ha1
rnisalnya pengembangan dana sehat d i
Kabupaten Karanganyar, perluasan jang-
kauan pelayanan kesehatan (Sukanto dan
Soeparmanto et al. 1983:30) di Kabupaten
Kudus, pembentukan Petugas Keluarga
Berencana Desa ( P P K B D ) , dan kader gizi.
Penelitian peran-peran Kader Kese-
h a t a n s e p e r t i yang d i l a p o r k a n d a r i
penelitian dana sehat di Cangkringan,
Sleman, D I Y , di temukan bahwa Kader
Kesehatan desa tugas-tugasnya sebagai
berikut:
a, Tugas di bidang kesehatan meliputi:
pengobatan sederhana, pendistribusian
a i r , mengorganisir olahraga.
b. Di bidang lingkungan : rnengorganisir
perbaikan j alan desa, mengorganisir
penyarnbungan pi pa dan pesagaan rumah
sehat.
c. Di bidang agama : mengajak r a j i n ber-
i b a d a h dan rnengajak menghilangkan
kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik.
d . Di hidang keamanan : mengorganis~r
pelaksanaan penjagaan keamanan desa
(Soeherman, 1978;35).
Kegiatan yang relatif luas dilaku-
kan juga oleh Promotor Kesehatan Desa
( P r o k e s a ) . Dari penelitian kader kese-
hatan desa/promotor kesehatan desa di
Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa B a r a t
d a n J a w a T e n g a h , S o e m a n t r i et a l .
(1983:15) melaparkan bahwa tugas-tugas
k a d e r kesehatan desa ialah perbaikan
sanitasi lingkungan, kunjungan rumah,
rnengadakan pertemuan kelompok, pengobat-
an sederhana, dalam rangka pendidikan
kesehatan.

Peran Kader Pesyandu


Posyandu t i d a k hanya dibentuk di
desa-desa, tetapi juga dilaksanakan di
kota. Dari hasil penelitian yang dilak-
sanakan di Kecamatan S e t i o Budi Jakarta,
"bahwa:tugas-tugas Kader Posyandu adalah
meliputi: rnelakukan penimbangan anak di
Posyandu, rneniotivasi peserta KB, memuat
pencatatan hasil penimbangan dalam K a r t u
Menuju Sehat (KMS), ikut k e r j a b a k t i di
RT/RW, ikut memungut j i m p i t a n beras
untuk orang miskin dan memetivasi ibu-
ibu anggota PRK ikut arisan" (Departemen
Kesehatan RI, 1978:5).
Sedangkan Kader Posyandu di Kotama-
dya Surabaya t u g a s n y a antara lain :
kunjungan rumah melakukan penyuluhan
sanitasi lingkungan, penyuluhan pada
kelompok-kelompok PKK tentang pemakaian
obat-obatan dart membuat c a t a t a n kegiatan
dan memberikan laporan pada Puskesmas/
Sub P u s k e s m a s {Suparto et al., 1985:45)
Dari gambaran pala kerja kader men-
jalankan perannya pada masa lampau,
menyesuaikan pada kebutuhan daerah kerja
kader .
Sedangkan d a l a m Posyandu peran
kader relatif, sudah dirinci dengan
membagi dalam lima meja pelayanan.
Gambaran peran kader dalam melayani
di Posyandu, dari hasil pengarnatan di
baberapa Posyandu di Kotamadya Mojoker-
to dan Kabupaten Tuban sebagai b e r i k u t :
'la. Pelayanan Administrasi : mencatat
semua pengunjung yang d a t a n g d i
Posyandu dan memberikan penyuluhan
kesehatan sepeslunya menurut ,perma-
salahan yang dihadapi pengunjung.
b. Pelayanan makanan tambahan (PMT)
pada anak-anak balita, penyuluhan
manfaat makanan dan penyuluhan gizi
anak.
c. M e l a k u k a n penimbangan dan pencatatan
dari hasil penimbangan. Sambil men-
catat hasil penimbangan dapat d i k e -
tahui naik/turunnya berat badan
balita. Kader melakukan penyuluhan
sepeslunya, bilamana berat anak
badan turun.
d . Kegiatan penyuluhan kader . Kegiatan
penyuluhan ini dilakukan oleh kader
t e r h a d a p kasus-kasus yang ditemui,
pada waktu rnelakukan pelayanan d i
Posyandu, tetapi juga melakukan
penyuluhan di luar Posyandu yaitu
pada kelompok PKK dan pada pertemuan
arisan, pengajian kampung RT/RW.
Penyuluhan kader dilaksanaan bersa-
maan dengan adanya perternvan khusus
ibu-ibu pada sebulan sekali : ibu
anak balita dan ibu hamil.
e . Pelayanan K I A , Keluarga Berencana
dan pengobatan. S e l a i n kegiatan
dalam pelayanan kesehatan, kader
memberikan pelayanan K B yakni m e -
nyampaikan pi 1 kontrasepsi dan mem-
berikan penjelasan cara rninumnya ''
(Soeparmanta, et al., 1991:25).
4. Faktor-faktor rnempengaruhi pelaksanaan
tugas Kader Kesehatan dan Kader Posyandu
Berdasarkan pada qambaran hasil-
hasil penelitian di atas dapat disimpul-
kan bahwa kader-kader di desa telah mau
dan mampu melaksanakan tugas-tugas pem-
bangunan di bidang kesehatan atas him-
bingan dan ker j asama dengan berbagai
sektor d i t i n g k a t kecarnatan.
D i samping hal-ha1 yang r e l a t i f
pesitif, dari hasil-hasil penelitian
yang dilakukan di beberapa daerah, masa-
lah yang di hadapi adalah kelangsungan
keberadaan kader-kader pelaksana. Dika-
takan bahwa angka p u t u s k e r j a cukup
tinggi .
Hal ini diungkapkan dari hasil-
hasil penelitian yang dilakukan relatif
mendalam, diperoleh kesimpulan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi kelang-
sungan kader-kader kesehatan antara
lain: kader jarang mendapatkan bimbingan
karena letak desa di pelosok dan sukar
transportasi (Soemanto et al, 1978:66),
t u g a s k a d e r t e r l a l u banyak, k,urang
mantapnya kedudukan kader dalam i n f r a -
struktur d i desa, kader sukarelawan
tidak mendapat imbalan dan kurang menda-
pat bimbingan dari atasan {Soeherrnan,
1978327).
Hal i n i juga ditemukan penelitian
di Yogyakarta dan ~asanganyar. Hambatan
t u g a s Promotor Kesekatan Desa dalarn
melaksanakan tugasn'ya, '.ialah luasnya
tugas (kesehatan: d a n 'hon k e s e h a t a n ) .
Sementara i t u "pembinaan oleh sektor
terkait dengan kader kurang sekali"
(Soemartono et al., 1989:180 ) .
Selanjutnya Eaktor-faktor yang mem-
pengaruhi keberadaan kelangsungan kader
d i kota a n t a r a lain bahwa kurang pembi-
naan, kurang adanya komunikasi antara
k a d e r dan pengurus-pengurus RT/RW,
kurang sarana dan prasarana (Suparto,
1985:50).
Faktor lain yang rnempengaruhi ber-
hubungan dengan sangat minimalnya w a k t u
dan materi kursus, sehingga kader-kader
itu belum merasa mampu sebagai penyuluh
(Nariyah et al, 1986:54).
F a k t o r - f a k t o r d i atas merupakan
f a k t o r yang . l e b i h banyak menghambat
kelangsungan kader yang ada d i desa atau
pun di kota, tetapi dari hasil peneli-
tian diperoleh gambaran adanya f a k t o r
yang mempengaruhi positif tugas kader,
antara lain : tingkat pendidikan yang
r e l a t i f tinggi, pemberian kursus yang
cukup memadai dan seleksi kader sebelum
menjalankan tugasnya [Soernantri, et al,
1983 :30 1 .
Di samping itu faktor lain yang
mempengaruhi tugas k a d e r adalah pemberi-
an hadiah yang diterima oleh k a d e r .
Pemberian penghargaan yang diberikan
pada Kader Posyandu/Kader Kesehatan ber-
macam-macam. Di Gunung Kidul Kader Kese-
h a t a n yang t e r k e n a l dengan sebutan
Promotor Kesehatan Desa diberi hadiah,
dalam pelayanan pengobatan di Puskesrnas.
Kader beserta anggota keluasganya b i l a -
mana berobat d i Puskesmas tidak dikena-
kan biaya pengobatan.
Dari hasil penelitian eksperimen
dengan sistem penghargaan kader dapat
'"emberi pengaruh cakupan Posyandu 2 , 5
kali lebih tinggi dari cakupan di daerah
kontrol . Penghargaan b a g i kades berupa:
pemberian pakaian seragarn dan tanda
pengenal kader, pembesian pelayanan
kesehatan gratis bagi keluarga kader,
karyawisata bagi kader, dan pemberian
status s o s i a l kader. Penemuan penelitian
M.Syarief di Sandung, Jawa<Barat bahwa
cara p e m i l i h a n dan pembinaan kader
mempengaruhi penampilan kader. Kader
hasil pemilihan masyarakat mempunyai
penampilan l e b i h b a i k dalam kemampuan
dan k e a j egan kegiatannya . Faktor lain
yang ditemukan dari penelitian Y.Warella
bahwa "sistim p e l a t i . h a n k a d e r masih
memegang peran yang sangat menentukan
dalam upaya rnempesoleh kader yang ber-
prestasi. Kemampuan kader ada hubung-
annya dengan sistim pelatihan" (Warta
Posyandu, Maret, 1990:Z-3).
C . Pembahasan
Kader Posyandu dipilih oleh rnasyara-
k a t , dibina secara teknis t e n t a n g pelayanan
kesehatan sederhana oleh tenaga Puskesmas.
Dalam menjalankan tugasnya.sehari-hari, di-
organisir oleh Kelompok Kerja PKK P o k j a IV,
di bawah kkeodinasi Lembagd.Ketahanan Ma-
syarakat Desa (LKMD). - .
Kegiatan Kader ~esekr$tan sebelum di-
bentuk Posyandu sangat l u a s . Malahan Kader
Kesehatan ikut dalam kegiatan LKMD, sehing-
ga mendapat tugas di luar kesehatan seper-
ti: penyuluhan agama, keamanan desa dan
perbaikan prasarana dan sarana desa.
Kader Posyandu melaksafiakan kegiatan
secara sukarela, tidak mendapatkan imbalan
dari d e s a atau p u s k e g m a s secara t e t a p .
Untuk meadoxong kader menjalankan kegiatan
s e p e r t i yang diharapkan oleh masyarakat,
- kader di beberapa desa rnendapat imbalan,
, ;, .. misalnya; kader dan anggota keluarganya
b . i l a s a k i t rnendapat pelayanan kesehatan
P k k e - s m a s tanpa biaya, pemberian pakaian
seragam. Dengan imbalan ini diharapkan
kader melaksanakan peran-peran mereka.
Dari penelitian di Pxrobolinggo, ter-
nyata bahwa pemberian imbalan pada kader
mampu meningkatkan kegiatan kader secara
bermakna (Marta Pos-yandu, 1991:2). Tetapi
terdapat kendala yakni kernampuan memberi
imbalan oleh desa. S e r a i n terbatas, tidak
kontinyu, juga tidak t e r j adi pada kebanya-
k a n desa karena amat terbatasnya sumber
dana di desa.
Salah satu t u juan lain pernbentukan
Kader Kesehatan Desa/Kader Posyandu ialah
meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan,
biasanya dilaksanakan para Kader. I n i
ditunjukkan oleh baatuan mereka dalam
kegiatan Puskesmas Keliling.
Dalarn pelayanan kesehatan di Posyandu
Kader Posyandu, s e l a i n melaksanakan tugas
di Posyandu, kader juga melaksanakan kun-
jungan-kunjungan ke rumah-rumah agar ibu,
bayi dan balita menghadiri Posyandu pada
waktu Posyandu dibuka.
Peran Kader Posyandu sebenarnya dapat
dibagi dua: melaksanakan kegiatan pelayanan
termasuk membantu pelaksanaan Puskesmas
Keliling dan memberikan penyuluhan. Dari
k a d e r - k a d e r yang aktif, mereka s e l a l u
rnelaksanakan k e g i a t a n pelayanan di meja
kesatu sampai dengan keempa. Tetapi praktis
Kader Posyandu belum melaksanakan penyuluh-
an seperti diharapkan.
Nariyah et al. (1985) menyimpulkan ada
yang mempengaruhi kurangnya pelaksanaan
penyuluhan kesehatan : kernampuan berkomuni-
kasi dan keberanian. Kader Posyandu kurang
berani menghadapi kliennya karena mereka
biasanya besstatus sosial ekonami l e b i h
rendah dari pengunjung Posyandu.
Tentang status sosial ekonomi Kader
Posyandu, Nariyah menjelaskan bahwa hal i n i
berkaitan dengan sifat sukarela. Penduduk
yang berstatus ekonomi baik, karena kesibu-
kan pekerjaannya biasanya tidak memiliki
waktu untuk menjadi Kader Posyandu.
T e n t a n g kernampuan penyuluhan kader se-
cara eksplisit Nariyah tidak merincinya.
Pada pelatihan Kader Posyandu tentang
penyuluhan kader d i b e r i p e l a j a r a n cara
menggunakan Xembar balik, dengan j u d u l
misalnya g i z i ibu hamil (anemia), b a y i
dengan d i a r e .
Dengan proses pelatihan penyuluhan
dernikian ada beberapa permasalahan, yang
akhirnya menyebabkan Kader Posyandu tidak
mampu menyuluh. Pertama, pada meja 4 dimana
kader melakukan penyuluhan sebenarnya kader
memerlukan metoda dan teknik untuk penyulu-
han kepada individu, sedangkan yang d i -
latih adalah metoda dan teknik penyuluhan
kelompok. Kedua, dalam kenyataanya buku
pegangan kader umumya tidak didapatkan di
,

Pesyandu, demikian pula 'lembar-lembar ba-


liknya, sehingga para kadcr tidak memiliki
a l a t peraga. Ketiga, pengetahuan kesehatan
yang amat sedi ki t yang d i m i 1 i ki kader yang
berkaitan d e n g a n pesan-pesan yang perlu
disampaikan sehingga ~ a d e r.Pasyandu sulit
berimprovisasi, biLa menghadapi pestanyaan
dari ibu yang lebih s p e s k f i k . Pada posisi
ini maka para kader ' t-erjkbak dalam kebi-
ngungan, sehingga akhirnya cenderung t i d a k
melakukan penyuluhan. Ini dipesburuk bila
pengunjung pendidikannya lebih baik dari
k a d e r . Keempat, dari metode pelatihan
, penyuluhan kesehatan dan waktu yang terse-
dl,.&, belum memungkinkan bagi kader memiliki
ketrgmilan berkomunikasi, baik dalam rang-
ka penyuluhan kelompok maupun penyuluhan
individu (konseling). Kader juga t i d a k
dilatih cara rnembuat a l a t peraga sendiri.
Mengingat s t a t u s sosial-ekonorni kader
sebagai a k i b a t prinsip sukarela, kader P o s -
yandu biasanya berpendidikan rendah, masih
rnuda usianya karena yang berusia lebih dari
25 tahun biasanya sudah memiliki pekerjaan
tetap. Prinsip sukarela ternyata cenderung
menghasilkan pilihan kader pada rnereka yang
berpenghasilan kurang. Dasi kenyataan-
kenyataan ini maka s e l a i n mereka perlu
mendapat imbalan untuk kehilangan kesempae-
an mencari nafkah, juga berakibat pada
kurang kepercayaan pengunjung kepada penyu-
luhan yang dilakukan Kader Posyandu. lien
kader karena tingkat sosial ekonomi-nya
b a i k , biasanya mereka s u d a h lebih t a h u
dibandingkan penyuluhnya.
Masalah imbalan memang sering diper-
tentangkan karena dianggap kurang l a y a k
untuk d i a j u k a n mengingat k a d e r adalah
p e k e r j aan sukarela. Pandangan i n i perlu
dirubah karena persoalannya bukan insentif.
Imbalan harus dilihat sebagai cara penghin-
daran dari konsekuensi negatif suatu peri-
laku. Ini berarti bila kita menginginkan
tugas-tugas dilaksanakan maka mengingat
kondisi sosial ekonomi para kader, 'imba-
l a n Q p e l u ddiberikan bukan sebagai insentiv
tetapi untuk menanggulangi konsekuensi dari
melaksanakan tugas-tugas sebagai kader.
Persoalan ini perlu diberi perhatian l e b i h
real i s t i k mengingat tugas kader posyandu
bukan hanya d i hari H, t e t a p i juga pada
hazi H-, hari H+. Pada hari N- beban mereka
c u k u p b e r a t . S e l a i n mengunjungi s a s a r a n
pelayanan Posyandu, juga melakukan per-
siapan agar pada hari H peralatan dan
pengadaan daya tarik s e p e r t i makanan kecil
untuk anak balita bisa tersedia. Pada hari
H+ s e l a i n menyelesaikan administrasi, tidak
j a r a n g mereka yang diruj u k ke Puskesmas
meminta diantarkan Kader.
Sejauh ini pembahasan masih terpusat
pada pelaksanaannya tugas yang berkaitan
dengan pelatihannya. Faktor Lain yang juga
perlu diperhatikan adalah keaktif an dari
t i m PKK tingkat desa. Hal i n i memang rela-
t i f baru. Karena itu belum banyak rnendapat
p e r h a t i a n para peneliti . Masalah ini peslu
diketengahkan karena dengan adanya Instruk-
si Mendagri Nomor 9, t a h u n 1990, telah
datetapkan bahwa Posyandu adalah milik desa
dengan penggeraknya adalah T i m PKK Desa.
1. Posyandu merupakan bentuk part i s i p a s i
masyasakat dalam kesehatan yang akan
ikut memheri dampak pada penurunan angka
kematian b a y i , peningkatan akseptor KB,
dan p e ~ i n g k a t a n status; 'kesehatan ibu
hamil, mengingat:
a. Posyandu melaksanakan pelayanan ditu-
jukan kepada terjangkaunya b a y i dan
balita oleh pelayanan pencegahan
kematian bayi dan balita.
b. Sasaran d a r i .pernlYefitukan Posyandu
ialah di tingkat. Sub :@esa, sehingga
penduduk sasaran t i d a k akan terhambat
oleh f a k t o r cjeo.glraphik, khususnya
j asak.
2. Karena tugas kader, Posyandu b e r s i f a t
sukarela, maka sebagian besar Kader
. L Posyandu memiliki status sosial ekonomi
I .

rendah. Status sosial ekonomi ini meng-


.. bambat keberanian Kader dalam penyuluhan
kesehatan-
3. Posyandu adalah milik dan diselenggara-
kan oleh masyarakat.
4. Dalam kaitan kualitas pelaksanaan tugas,
kader yang aktif:
a. telah mengkontribusi dalam pelaksa-
naan Puskesmas Keliling.
b. telah rnelaksanakan tugas-tugas pe-
layanan seperti: penimbangan bayiJ
balita dan ibu hamil, pengisian Kartu
KMS, mexujuk pengunjung ke petugas
kesehatan.
c . sebagian besar $elurn melaksanakan
tugas penyuluhan k e s e h a t a n . Tugas
penyuluhan hampir tidak dilaksanakan
pada waktu hari buka. Kunjungan ke
rumah pada hari H- lebih bersifat
penggerakan penduduk s a s a r a n agar
berkunjung pada hari A. Selain faktor
sosial ekonomi kader, penyuluhan
tidak dilaksanakan karena kader masih
belum memiliki ketrampilan penyuluhan
kelompok dan penyuluhan individu.
Sebagian besar kader tidak memiliki
alat peraga dan masih peslu ditambah
pengetahuan kesehatannya.
5 . Meskipun t e r j a d i pengurangan tugas Kader
Posyandu dibandingkan tugas Kades
Kesehatan, cukup banyak Kader Posyandu
yang tidak aktif, Ini berkaitan dengan
p e n e r a p a n p r i n s i p s u k a r e l a . Dengan
- prinsip ini, maka :
a. yang menjadi kader cenderung mereka
yang berusia muda dan belum bekerja;
setelah beberapa bulan sebagian besar
kader 'menghilang' karena bekerja
atau menikah.
b. para kader terpilih biasanya status
sosial ekonominya rendah.
6. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian imbalan rnembantu memotivasi
kader dalam melaksanakan tugas-tugas
mereka.
E. Saran
1. Untuk memperbaiki kualitas Posyandu
diperlukan pembimbingan kontinyu.
a. Pembimbingan oleh T i m Penggerak PKK
Desa. Karena tanggung jawab pembim-
bingan oleh T i m Penggerak PKK Desa
r e l a t i f baru, maka perlu d i p e l a j a r i ,
seberapa jaub Tim Penggerak P K K Desa
telah melaksanakan pembimbingan ke-
pada Kader Posyandu. Tim Penggerak
PKK Desa perlu mendapat pelatihan,
dimana t u j u a n n y a ialah:
1) Memiliki pengetahuan tentang t u j u -
an KHPA dan cara-casa pencegahan
kematian bayi, balita dan penyebab
kematian pada ibu hamil.
2 ) Memiliki p e n g e t a g a i t e n t a n g mana-
j e m e n Posyandu, d a n kegiatan-
kegiatan pada hari H-, hari H dan
Ht. .
3) Mendapatkan ketrarnpilan tentang
teknik pembimbingan k a d e s , cara-
cara memecahkan,perrnasalahan, t e k -
nik mernimpin. ..
b. Pembimbingan oleh -p&tL9as Puskesrnas .
Pembimbingan .pehl:u':' diprioritaskan
untuk: J

1 ~ e m b e r i k mketrampilan
/ metoda dan
t e k n i k konseling.
2 ) Mewujudkan ketrampilan tentang
. . teknik penyuluhan kelempok.
3) Mewujudkan ketrampilan berkomuni-
kasi .
4 ) Mewujudkan ketrarnpilan merancang
dan membuat a l a t peraga dengan
bahan setempat.
LJntuk mewujudkan ha1 di atas perlu
disusun 'WoduI Pelatihan Penyuluhan
Kesehatan Kader Posyandu".
2. Pelatihan lanjutan tentang k e s e h a t a n
bayi dan balita, kesehatan ibu hamil dan
menyusui, infeksi saluran nafas dan cara
penanggulangannya, perlu direncanakan
oleh Puskesmas terutama pada hari H+,
agar keraguan kader k a ~ e n a pengetahuan
yang terbatas dapat dihindarkan.
3. Kader Posyandu perlu mendapatkan perla-
kukan-perlakuan untuk menanggulangi kon-
sekuensi negatif d a r i pelaksanaan tugas
sebaqai kader dan pengembangan konse-
kuensi posit if.
Peslakuan dapat berupa:
a. P e m b e r i a n pengakuan atas psestasi
kader, misalnya diadakan pemilihan
Kader Posyandu t e l a d a n dari tingkat
kabupaten sampai nasional, lomba
Posyandu .
b. Masukan teknik-teknik untuk memudah-
kan pelaksanaan tugas, sehingga waktu
mereka di Posyandu dapat diperkecil.
c . Secara kontinyu mendapatkan rumusan
pesan-pesan baru, agar sasaran penyu-
luhan tidak bosan.
d . Pesan melalui media massa dirancang
sehinga membexi paparan tentang aspek
kampanye dan promosi.

Selama i n i pesan tentang Posyandu


hanya menyentuh segi informasi tentang
produk dari Posyandu seperti : imunisa-
si, cara penanggulangan diare.
4. Mengingat Pasyandu dan kader-kadernya
sebagian b e s a r t i d a k m e m i l i k i bahan
tertulis untuk kepentingan pendalarnan
pengetahuan atau t i d a k m e m i l i k i alat
pesaga, perlu ditawarkan kepada para
pengusaha/perusahaan untuk berpastisipa-
si dalam produksi dan distsibusi pera-
latan kader.
5 . P r o g r a m pernexintah untuk menernpatkan
pos5si Posyandu, seiring dengan gerakan
1 a i n . m i s a l n y a KB, Gerakan ke desa sepes-
ti dianjurkan Gubesnur KDB Propinsi Dati
I Jawa TimuT, KELOMPENCAPI R dari Depar-
temen Penerangan.
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo,T.F.,Mufis,A.,Susilo,E.A. et al.
Gaporan Penelitian dan Penqembanqan
PKK Dalam Posyandu. Kerjasama Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa
Tengah - Lembaga Penelitian Unives-
sitas, Semarang, 1988: 6 4 .
Departemen Kesehatan, Pusat Penyuluhan Keseha-
t a n Masyarakat. Pedaman Pembinaan
Peranserta Masyarakat Dalam Keterpa-
duan Keluarga Besencana-Kesehatan di
Tinqkat Desa, Jakarta. 1984:l.

Glanz,K., Lewis, M.F., Rimer, 3 , [editors)


(1990); Health Behavior and Health
Education, Theory, Research and
P r a c t i c e , Jossey-Bass Publishers,
San Francisco, Okxford:69.

HersentM.B.SA.,eds.(1976); Behavioral Asses-


ment, A Practical Hanbook, Per gamon
Press, Oxford: 3.
Isaac,S. and MichaeP,B.W.(1974); Handbook in
Research and Evaluation, Robert
R.Knapp, P u b l i s h e r , San D i e g o ,
California 92107:77.
Luthan, F-Orqanizational Behavior, Tokyo,
M c G r a w Hill, Kogakusha, 1977: 25.

Nariyah,E., Rimbawan,D., Astika, et al. Pene-


Litian KB-Gizi Studi Determinan
Faktor-Faktor vana Menentukan Efek-
A - d

tivitas Kader d i Bali. Kerjasama


BKKBN - Universits Udayana,
- 1986,
Denpasar : 54.
Notoadmadjo,S. Bebexapa Nodel Kerangka Anali-
s k s Perilaku Kesehatan, Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia,
Tahun X V I , N o r n o r 2 , 3 0 N o p e m b e r

Poloma, M.M. Sosiologi Kontempores. Penerbit


CV. Rajawali, Jakarta, 1984: 278.
Sarwono,S.W. Teori-Teori Psikologi Sosial,
Penerbit CV. Rajawali, 1983:243.
Shortel, S.M, Kaluzny, A.D. and Associates.
Health Care Management. A Text in
Orqanization Theory and B e h a v i o r ,
second edition, A W i l e y Medical
Publications John Wiley & Sons, N e w
York, Chichester, Bsisbane, 1987:
101.

Soemantri,S., Somodinoto, S.,Bahroen,C.,et al.


(1983) F Penelitian P e n i l a i a n
Prokesa, Puslitbang Pelayanan Kese-
h a t a n , Surabaya, 1983: 15.

Szlmodinoto,S., Soeparmanto,P., Prajitno,A.S.,


et a1.(1980); Peran Promotor Keseha-
tan Desa dalam Memperluas Jangkauan
PeIayanan K e s e h a t a n di P e d e s a a n ,
Puslitbang Pelayanan Kesehatan,
Surabaya: 25.
Soeparto H. , Hesmono, I. J. , dan D j oerban, B .
( 1 9 8 5 ); Sub Proyek Penyuluhan Kese-
h a t a n Masyarakat Proyek Perbaikan
Kampung Kotamadya Dati 11 Surabaya,
Puslitbang Pelayanan Kesehatan,
Surabaya:45.
Soemanto, R.B.,Sunarsih,G.Jr. dan Purwanta,H.
(1978); Laporan Penelitian tentang
Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat dengan S ist im Promokesa
dan Dana Sehat d i Karanqanyar dan
Kudus, Jawa Tengah, L e m b a g a Studi
Pedesaan dan Kawasan Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta:66.

SoehermanfB.(1978):Peranan Kader Kesehatan


Desa dalam PKMD di Kecamatan Cangk-
ringan, Kabupaten Dati I 1 Sleman,
D.I.Yogyakarta, F a k u l t a s Kesehatan
Masyarakat U.I., Jakarta:35

Warta Posyandu. Edisi Khusus. Studi Sistem


Penghargan Kader Posyandu, Maret

Warta Posyandu, Nornor 6. Peranan Kader D a l a m


Pemberantasan ISPA, Tahun 1991/1992:
6.

World Health Organization ( 1978); Report of


the international Conference on
Primary Health Care, Geneva:5.

Você também pode gostar