Você está na página 1de 15

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS IV


PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD NEGERI 15 PANGKALPINANG

JURNAL SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan


pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
Aprilina
NIM 120141019

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS IV
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD NEGERI 15 PANGKALPINANG

Aprilina
NIM 120141019

Artikel jurnal ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan kelulusan


Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Menyetujui
Pembimbing,

Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I

Sri Sugiyarti,M.Pd ........................... ...........................


NBM 1153587

Pembimbing II

Maulina Hendrik, M.Pd ........................... ...........................


NBM 1199567
THE INFLUENCE OF PROBLEM SOLVING LEARNING MODEL ON
LEVEL OF UNDERSTANDING OF CLASS IV STUDENTS IN
LESSONSENGLISH LANGUAGE AT SD NEGERI 15
PANGKALPINANG
ABSTRACT

aprilina1, Sri Sugiyarti2, and Maulina Hendrik3


Majoring In Elementary School Teacher Education
Teacher Traning and Education of Muhammadiyah Bangka Belitung
Email: aprilina@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study is to increase students' understanding of learning


Indonesian Language class IV by applying the problem solving learning model.
This research was conducted at SDN 15 Pangkalpinang.
The type of this research is quantitative research with Quasi Experimental
Design method with Nonequivalent Control Group Design where this design has
two randomly selected groups. The subject of this research is Class IV Elementary
School consisting of Class IV A with 35 people and Class IV B totaled 35 people.
Data collection techniques using the test.
Based on the N-Gain analysis using the Mann-Whitney Test, the value of Z
-7,471 is in the rejection area of H_0, so accept H_a and the results of SPSS 16.0
are known to be sig. (2-tailed) is 0,000 <0.05, so there are significant differences
between the two groups, thus H_a is accepted meaning that there is a significant
influence on the learning model using Problem Solving and by not using Problem
Solving.

Keywords: Problem Solving Learning Model, Students' Understanding Ability,


Elementary Students
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS IV
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD NEGERI 15 PANGKALPINANG

Aprilina 1, Sri Sugiyarti2, and Maulina Hendrik3


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Bangka Belitung
Email: aprilina@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa


terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dengan menerapkan model
pembelajaran problem solving. Penelitian ini dilakukan di SDN 15
Pangkalpinang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
Rancangan Eksperimental Semu dengan desain Nonequivalent Control Group
Design yang mana desain ini terdapat dua kelompok tidak dipilih secara sampel
jenuh. Subjek penelitian ini adalah Kelas IV SD yang terdiri dari Kelas IV A
berjumlah 35 orang dan Kelas IV B berjumlah 35 orang. Teknik pengumpulan
data menggunakan tes.
Berdasarkan analisis N-Gain menggunakan Uji Mann-Whitney diperoleh
nilai Z -7,471 berada di daerah penolakan maka terima dan hasil hitungan
SPSS 16.0 diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) adalah 0,000<0,05, maka terdapat
perbedaan bermakna antara dua kelompok, dengan demikian diterima artinya
terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran menggunakan
Problem Solving dan dengan tidak menggunakan Problem Solving.

Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Solving, Kemampuan Pemahaman


Siswa, Siswa SD.
PENDAHULUAN menilai, dan mereaksi atas makna
Pendidikan adalah usaha sadar yang terkandung di dalamnya.
dan terencana untuk mewujudkan Pemahaman melibatkan penglihatan,
suasana belajar dan proses penghayatan, ingatan, pengertian,
pembelajaran agar peserta didik bahkan situasi yang menyertai bunyi
secara aktif mengembangkan potensi bahasa yang disimak pun harus
dirinya untuk memiliki kekuatan diperhitungkan dalam menentukan
spiritual keagamaan, pengendalian maknanya.
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak Menurut Winkel dan Mukhtar
mulia serta keterampilan yang (Sudaryono, 2012: 44), pemahaman
diperlukan dirinya, masyarakat, adalah kemampuan seseorang untuk
bangsa dan Negara. Peningkatan menangkap makna dan arti dari
pendidikan dapat dilakukan melalui bahan yang dipelajari, yang
upaya meningkatkan kualitas proses dinyatakan dengan menguraikan isi
kegiatan belajar mengajar dan hasil pokok dari suatu bacaan atau
belajar. Sesuai dengan kurikulum mengubah data yang disajikan dalam
tingkat satuan pendidikan (KTSP), bentuk tertentu kebentuk yang lain.
kegiatan proses pembelajaran Sedangkan menurut Benjamin S.
hendaknya berpusat pada peserta Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50)
didik, mengembangkan kreativitas, mengatakan bahwa pemahaman
kontekstual, menantang dan (Comprehension) adalah kemampuan
menyenangkan, menyediakan seseorang untukmengerti atau
pengalaman belajar yang beragam, memahami sesuatu setelah itu
dan belajar melalui berbuat.Oleh diketahui dan diingat. Dengan kata
Karena itu di dalam dunia lain, memahami adalah mengerti
pendidikan Indonesia terdapat tentang sesuatu dan dapat melihatnya
pembelajaran Bahasa Indonesia yang dari berbagai segi. Jadi, dapat
diajarkan mulai dari jenjang disimpulkan bahwa seorang siswa
pendidikan Sekolah Dasar (SD), dikatakan memahami sesuatu apabila
Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia dapat memberikan penjelasan atau
Sekolah Menengah Pertama (SMA), memberi pemahaman pada materi
hingga perguruan tinggi. Begitu yang diberikan.
pentingnya pembelajaran Bahasa pemahaman merupakan kegiatan
Indonesia hingga diajarkan disemua yang dianggap membosankan bagi
jenjang pendidikan yang ada di siswa. Dalam memahami, banyak
Indonesia. sekali masalah-masalah yang kita
Pemahaman adalah suatu proses temukan, misalnya ketika memahami
yang mencakup kegiatan penjelasan materi dari seorang guru
mendengarkan bunyi bahasa, tetapi tidak memperoleh inti dari apa
mengidentifikasi, menginterpretasi, yang disampaikan oleh seorang guru
itu, ketika memahami pikiran Untuk itu dibutuhkan suatu
melayang kesana-kemari, sukar tindak lanjut agar siswa bisa
konsentrasi, dan tentunya sangat semangat dalam menyimak sehingga
membosankan. mereka tidak kesulitan dalam
Sebagai guru Sekolah dasar memahami materi yang telah
harus memiliki strategi untuk disampaikan, dan tentunya tidak
membantu permasalahan memahami membosankan bagi siswa. Pada
siswa agar siswa tidak kesulitan dasarnya guru harus memilih model
dalam memahami sesuatu yang di pembelajaran untuk menindak lanjuti
dengarkannya. Tentunya yaitu materi yang telah disampaikan.
dengan membekali siswa dengan Model tersebut harus menekankan
keterampilan menyimak yang benar. mereka untuk paham terlebih dahulu
Karena sejauh ini kebanyakan dari akan materi yang telah disampaikan
guru-guru yang ada masih agar mereka mudah untuk
menggunakan metode memahami menyelesaikan program tindak lanjut
yang tradisional, yaitu hanya dengan yang di berikan oleh guru. Salah satu
menyampaikan tanpa adanya tindak model yang bisa meningkatkan
lanjut dan tidak diberitahu tujuan apa pemahaman peserta didik adalah
yang harus mereka capai dalam model Problem Solving.
menyimak. Model pembelajaran Problem
Melihat hal di atas, maka solving adalah cara penyajian
demikian juga yang tejadi pada bahan pelajaran dengan menjadikan
penguasaan keterampilan masalah sebagai titik tolak
pemahaman yang diajarkan dalam pembahasan untuk dianalisis dan
pelajaran Bahasa Indonesia di disintesis dalam usaha untuk mencari
sekolah Dasar, khususnya pada siswa pemecahan atau jawabannya oleh
kelas IV SD Negeri 15 siswa.
Pangkalpinang dan dalam hal ini Dari uraian diatas menunjukkan
adalah khususnya dalam bahwa model Problem Solving
mengajarkan keterampilan mampu menjadi solusi bagi
memahami pemahaman apa yang peningkatan keterampilan
telah disampaikan oleh guru. pemahaman menyimak siswa. Model
Berdasarkan kenyataan di ini memungkinkan siswa untuk
lapangan, keterampilan siswa dalam belajar menyimak secara sistematis
menyimak pemahaman di kelas IV dari awal hingga akhir kegiatan
SD 15 Pangkalpinang kurang sesuai pembelajran, dengan model ini siswa
dengan harapan. Hal tersebut terlihat akan terpacu untuk memahami
dari banyaknya siswa yang belum materi yang disampaikan oleh guru
memahami apa yang mereka untuk bekal mereka dalam
dengarkan. menyelesaikan permasalahan yang di
beri oleh guru. Sehingga proses didik terhadap mata pelajaran
menyimak siswa lebih terarah dan Bahasa Indonesia belum optimal.
tidak terkesan membosankan karena Selain itu, dalam proses
model ini selalu mengaktifkan pembelajaran belum diterapkannya
pemikiran siswanya terhadap materi model pembelajaran problem
yang disampaikan untuk bekal solving. Untuk mengatasi
mereka dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sebagai
permasalahan yang di berikan oleh seorang guru harus bisa melibatkan
seorang guru. siswa dalam proses pembelajaran
Berdasarkan latar belakang yang menyenangkan dan mampu
diatas, jelas bahwa keterampilan memilih model pembelajaran yang
sangat penting dalam proses tepat dan menarikagar siswa tidak
menyimak. Karena dengan merasa bosan saat berada di dalam
terampilan menyimak maka siswa kelas.
dapat mencapai tujuan dari materi Problem Solving adalah
yang disamapaikan oleh guru dan merupakan proses kegiatan untuk
untuk meningkatkan pemahaman mempertajam logika, berargumentasi
siswa harus adanya tindak lanjut dari dan menyelesaikan masalah serta
seorang guru yakni memberikan kemampuan untuk mengetahui
permasalahan agar siswa lebih penyebab, mengembangkan alternatif
memperdalam materi yang telah di serta menganalisa dan memilih
ajarkan. penyelesaian yang baik.
Namun pada kenyataannya, Pengertian Model
berdasarkan hasil pretest dan pembelajaran problem solving adalah
prostest yang telah dilakukan cara mengajar yang dilakukan
peneliti pada wali kelas IV SDN 15 dengan cara melatih para murid
Pangkalpinang, menunjukkan bahwa menghadapi berbagai masalah untuk
ini semester siswa rendah pada mata dipecahkan sendiri atau secara
pelajaran Bahasa Indinesia, banyak bersama–sama (Alipandie,1984:105).
siswa yang belum mencapai Kriteria Menurut N. Sudirman
Ketuntasan Minimal (KKM) yang (1987:146) model pembelajaran
telah ditentukan. Dari jumlah 35 problem solving adalah cara
orang siswa yang tuntas hanya penyajian bahan pelajaran dengan
mencapai 10 %, sedangkan siswa menjadikan masalah sebagai titik
yang tidak tuntas mencapai 90%. tolak pembahasan untuk dianalisis
Sementara KKM di SD Negeri 15 dan disintesis dalam usaha untuk
Pangkalpinang 65 untuk mata mencari pemecahan atau jawabannya
pelajaran Bahasa Indonesia. Data oleh diharap mampu menyelesaikan
tersebut menunjukan nilai peserta masalahnya sendiri dengan berbagai
cara.
Adapun Tahapan Model akibat yang akan terjadi pada
pembelajaran Problem Solving setiap pilihan.
a. Merumuskan masalah
Kemampuan yang diperlukan Pembelajaran Bahasa
adalah mengetahui dan Indonesia merupakan salah satu
merumuskan masalah secara pokok bahasan yang di ajarkan dari
jelas. tingkat sekolah dasar untuk
b. Menelaah masalah Kemampuan meningkatkan kecerdasan
yang diperlukan adalah intelektual, sosial dan emosional.
menggunakan pengetahuan untuk Dengan demikian pembelajaran
memperinci, menganalisis Bahasa Indonesia mencakup empat
masalah dari berbagai sudut. aspek yaitu:menyimak, berbicara,
c. Merumuskan hipotesis membaca, dan menulis. Maka dari ke
Kemampuan yang diperlukan empat aspek tersebut merupakan
adalah berimajinasi dan kesatuan dari pemebalajaran bahasa
menghayati ruang lingkup, sebab yang perlu dikuasai oleh setiap
akibat dan alternative pelajar untuk meningkatkan
penyelesaian. kecerdasan intelektualnya.
d. Mengumpulkan dan Melihat hal di atas, maka
mengelompokkan data sebagai demikian juga yang tejadi pada
bahan pembuktian hipotesis penguasaan tingkat pemahaman yang
e. Kemampuan yang diperlukan diajarkan dalam pelajaran Bahasa
adalah kecakapan mencari dan Indonesia di sekolah Dasar,
menyusun data. Menyajikan data khususnya pada siswa kelas IV SD
dalam bentuk diagram, gambar Negeri 15 PangkalPinang dan dalam
atau tabel. hal ini adalah khususnya dalam
f. Pembuktian hipotesis mengajarkan pemahaman apa yang
kemampuan yang diperlukan telah disampaikan oleh guru. Dengan
adalah kecakapan menelaah dan demikian peneliti menyimpulkan
membahas data, kecakapan perlu adanya sebuah model yang
menghubung-hubungkan dan dapat meningkatkan pemahaman
menghitung, serta keterampilan siswa.
mengambil keputusan dan Berdasarkan uraian tersebut,
kesimpulan. dapat disimpulkan bahwa dalam
g. Menentukan pilihan proses belajar mengajar, seorang
penyelesaian. Kemampuan yang guru harus mengajak siswa untuk
diperlukan adalah kecakapan mendengarkan, menyajikan,
membuat alternative memberikan kesempatan untuk
penyelesaian, kecakapan menilai menulis dan mengajukan pertanyaan.
pilihan dengan memperhitungkan
METODE PENELITIAN Kejaksaan Kec.Taman Sari, Kota
Penelitian ini merupakan Pangkalpinang, Kepulauan Bangka
penelitian kuantitatif data. Metode Belitung.
yang digunakan dalam penelitian ini Populasi adalah keseluruhan
adalah Quasi experimental design dari objek yang akan diteliti, dengan
(Rancangan Eksperimental Semu segala karakteristik yang
dengan desain Nonequivalent dimilikinya. Sehingga yang menjadi
Control Group Design yang mana populasi dalam penelitian ini adalah
desain ini terdapat dua kelompok seluruh siswa kelas IV A dan IV B
tidak dipilih secara random. SD Negeri 15 Pangkalpinang.
Kelompok pertama diberi perlakuan Sampel adalah teknik
(x) dan kelompok yang lain tidak. pengambilan Sampel yang tidak
Desain penelitian ini dapat memberikan peluang atau
digambarkan sebagai berikut : kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk di
O1 X O2 pilih menjadi sampel. Teknik sampel
yang digunakan adalah sampel jenuh.
O3 X O4 Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu
Keterangan : tes. Alat ukur dalam penelitian
O1= siswa belum diberi dinamakan instrumen penelitian.
perlakuan Tes adalah sejumlah
X =perlakuan pertanyaan yang membutuhkan
O2 =siswa setelah perlakuan jawaban, atau jumlah pertanyaan
O3 =siswa sebelum diberi perlakuan yang harus diberikan tanggapan
O4 = siswa yang tidak diberi dengan tujuan mengukur tingkat
perlakuan kemampuan seseorang.
Adapun teknik pengumpulan
Variabel penelitian adalah data dalam penelitian ini sebagai
suatu atribut, sifat, atau nilai dari berikut:
orang, objek atau kegiatan yang 1. Observasi yang dilakukan di
mempunyai variasi yang ditetapkan sekolahan untuk melihat
oleh peneliti untuk dipelajari dan langsung keadaan yang ada di
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, sekolah tersebut.
2015: 61). Dalam penelitian ini 2. Tes memberikan pertannyaan
terdapat dua variabel yaitu: variabel atau soal kepada seluruh siswa
bebas (X) dan Variabel terikat (Y). untuk melihat tingkat
Penelitian ini dilaksanakan di kemampuan seseorang. Setiap
SD Negeri 15 Pangkalpinang yang kelas kontrol dan eksperimen
berada di Jalan Usman Ambon Kel. diberikan tes berupa soal.
Hasil uji coba instrumen Smirnov dapat juga menggunakan
tersebut kemudian dianalisis tingkat Program SPSS 16 dengan kriteria
validitas dengan menggunakan jika nilainya> 0,05 maka distribusi
rumus product moment correlation, data dinyatakan memenuhi asumsi
sebagai berikut: normalitas, dan jika nilainya < 0,05
maka.
∑ ∑ ∑ Uji hipotesis merupakan
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan
Keterangan: masalah penelitian telah dinyatakan
: koefesien korelasi antara X dan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Y Hipotesis diuji dengan
n : jumlah peserta menggunakan statistik parametrik,
x : skor item dengan menggunakan t-test untuk
y : skor total sampel berpasangan. Pengujian
hipotesis menggunakan program
Menurut Sugiyono (2015: 173) SPSS 16.0 Statistics dengan metode
suatu instrumen dikatakan reliabel Paired-Samples t-test (Uji t
jika instrumen tersebut digunakan Berpasangan) dengan taraf signifikan
berulang kali untuk mengukur objek = 0,05. Riadi (2014:157) menyatakan
yang sama, akan menghasilkan data untuk uji t-test dapat menggunakan
yang sama. rumus sebagai berikut:
Menurut Arifin (2009: 264) ∑
menyatakan bahwa teknik analisis ∑ ∑
reliabilitas dapat diuji menggunakan √
teknik Cronbach’s Alpha atau Keterangan:
Koefisien Alpha. Adapun rumus D = Selisih nilai posttest dan pretest
yang digunakan dalam menghitung N =Jumlah Sampel
Koefisien Alpha adalah:
HASIL PENELITIAN DAN
∑ PEMBAHASAN
( )
1. Hasil Penelitian
Keterangan: Pretest dilakukan untuk
R = jumlah butir soal mengetahui hasil belajar siswa
= varian butir soal sebelum diberi perlakuan, sedangkan
= varian skor total postestuntuk mengetahui ada atau
Untuk menguji normalitas tidaknya peningkatan hasil belajar
data digunakan statistika Uji siswa setelah diberi perlakuan.
Kolmogorov Smirnov. Pengujian Adapun hasil nilai pretest dan postest
normalitas dengan Kolmogorov- sebagai berikut:
menggunakan model problem
solving.
Kontrol Hasil uji normalitas data
100 pretest kelompok kontrol dan
Eksperimen dengan menggunakan
50
Kontrol Kolmogrov-smirnov adalah
0 berdasarkan nilai rata-rata dan
1 5 9 13 17 21 25
standar deviasi dengan pada
Gambar 3 Grafik hasil nilai pretest sampel sebanyak 35 siswa dengan
kelompok kontrol tingkat alfa 5%, maka diperoleh
0.264. Hasil perhitungan
manual diperoleh nilai pretest
Eksperimen kelompok kontrol 0.140, dan
100 nilai kelompok eksperimen
50 0.140, sehingga , maka dapat
Eksperimen
0 disimpulkan bahwa data tersebut
1 6 11 16 21 berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas pretest kelompok kontrol
Gamabr 4
dan eksperimen dapat dilihat pada
Grafik hasil nilai postest kelompok
tabel berikut:
eksperimen
Tabel 9
Berdasarkan grafik di atas,
Uji Normalitas Pretest
hasil nilai pretest dan postets untuk
Lhitung Ltabel Kesimpulan
kelas kontrol dan eksperimen yang
0.140 0.264 Normal
nilainya mencapai KKM nerjumlah 3
0.140 0.264 Normal
orang, ini untuk kelas kontrol. Tabel 10
Sedangkan untuk kelas eksperimen Uji Normalitas Posttes
juga 3 orang. Dan untuk nilai kontrol Lhitung Ltabel Kesimpulan
yaitu 70 dan nilai paling kecil 35, 0.142 0.264 Normal
sedangkan kelompok eksperimen 0.143 0.264 Normal
yaitu hasil nilai yang doperoleh
siswa 65 dan nilai paling kecil 30. Pada tabel di atas dapat dilihat
Berdasarkan grafik di atas, bahwa data sudah memenuhi kriteria
hasil nilai pretest dan postest tersebut atau data sudah berdistribusi normal.
menunjukkan bahwa nilai siswa Uji homogenitas dilakukan untuk
mengalami peningkatan lebih tinggi mengetahui kesamaan variansi atau
setelah dilakukan perlakuan untuk menguji bahwa data yang
menggunakan problem solving dari diperoleh berasal dari populasi yang
pada sebelum dilakukan perlakuan homogen. Kriteria pengambilan
keputusan diterima apabila nilai
fhitung < ftabel data memiliki varian perhitungan manual diperoleh
yang sama atau homogen, sedangkan Dhitung0,11, sehingga Dh< Dt atau
fhitung> ftabel data tidak memiliki 0,11 <0,24. Maka dapat disimpulkan
varian yang sama atau tidak bahwa data berasal dari populasi
homogen. Hasil uji homogenitas yang berdistribusi normal.
adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Pengujian hipotesis dilakukan
Hasil Uji Homogenitas untuk mengetahui pengaruh model
Data Fhitung
Ftabe
Keterangan
pembelajaran Problem Solving
l terhadap tingkat pemahaman siswa
Pretest
kelas IV pada mata pelajaran Bahasa
kelompok
1.02 1.98 Indonesia di SD Negeri 15
kontrol dan
Memiliki Pangkalpinang. Uji hipotesis
Eksperimen
Varian yang
Posttest menggunakan uji-t yang hasilnya
sama
kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:
1.29 1.98
kontrol dan
Tabel 6
Eksperimen
Hasil Uji Hipotesis
Uji-t
Berdasarkan hasil uji Keterangan
Variabel thitung ttabel Df
homogenitas variabel penelitian 6.65 2.010 25 Berpengaruh
diketahui data pretest–postest
diperoleh nilai fhitung untuk kelompok 2. Pembahasan
pretest 1.02, dan untuk kelompok Dalam pembelajaran Bahasa
posttest 1.29, sedangkan diperoleh Indonesia siswa merasa
nilai ftabel 1.98, maka bila senangdanbersemangat dalam
dibandingkan fhitung 1.02 dan 1.29 < mengikuti pembelajaran ini.
ftabel 1.98 data homogen. Adapun langkah-langkahyang
Berdasarkan hasil SPSS 16.0, dilakukan dalam penelitian :
pada tabel, dapat dilihat bahwa nilai a. I can (Saya mampu/bisa):
signifikan 0,19. Karena 0,19> 0,05 tahap membangkitkan
maka data berasal dari populasi yang motivasi dan
berdistribusi normal. membangun/menumbuhk
Hasil perhitungan data angket an keyakinan dirisiswa.
akhir untuk uji normalitas dengan b. Define (Mendefinisikan):
menggunakan kolmogorov-smirnov membuat daftar hal yang
adalah berdasarkan nilai rata-rata dan diketahui dan tidak
standar deviasi dengan pada diketahui, menggunakan
sampel sebanyak 31 peserta didik gambar grafis untuk
dengan tingkat alfa 5%, maka memperjelas
diperoleh Dtabel0,24. Hasil permasalahan.
c. Explore rakyar kepada siswa satu persatu
(Mengeksplorasi): kemudian siswa langsung membaca
merangsang siswa untuk dan memahami isi dongeng tersebut.
mengajukan pertanyaan Memberikan perlakuan dengan
pertanyaan dan memberikan Materi menggunakan
membimbing untuk butiran soal. Peneliti memberikan
menganalisis dimensi- perlakuan kepada siswa menjelaskan
dimensi permasalahan isi dongeng tersebut.
yang dihadapi. Memberikan Perlakuan
d. Plan (Merencanakan): dengan menyambung materi
mengembangkan cara dongeng yang diajarkan
berpikir logis siswa untuk sebelumnya. Setelah diberikan
menganalisis masalah dan perlakuan tentang dongeng cerita
menggunakan role rakyat peneliti menyambung kembali
playing untuk bermain pemberian materi tersebut di
peran dalam pertemuan ke tiga dengan
memecahakan menjelaskan apa yang telah kita
permasalahan yang dapat dari isi dongeng tersebut.
dihadapi. Memberikan postets setelah
e. Do it (Mengerjakan): perlakuan. Setelah selesai perlakuan
membimbing siswa peneliti memberikan soal kepada
secara sistematis untuk siswa.
memperkirakan jawaban Dalam penelitian pretest dan
yang mungkin untuk posttest langkah-langkah analisisnya
memecahkan masalah. yaitu uji prasyaratan analisis dan
f. Check ujihipotesis. Uji prasyarat analisis
(Mengoreksikembali): dalam penelitian ini adalah uji
membimbing siswa untuk normalitas untuk mengetahui apakah
mengecek kembali data yang diperoleh berdistribusi
jawaban yang dibuat, normal atau tidak. Uji hipotesis
mungkin ada beberapa dalam penelitian ini Ujit-test.
kesalahan yang Berdasarkan hasil uji normalitas,
dilakukan. didapatkan nilai normalitas pretest
g. Generalize (Generalisasi): dengan uji Kolmogorov Smirnov
membimbing siswa untuk maka diperoleh 0,264.
mengajukan pertanyaan
Hasil perhitungan manual
diperoleh nilai posttestkelompok
Memberikan pretest sebelum
kontrol 0.142, dan nilai
adanya perlakuan peneliti
kelompok eksperimen 0.143,
memberikan dongeng atau cerita
sehingga , maka dapat mata pelajaran Bahasa Indonesia
disimpulkan bahwa data tersebut berpengaruh terhadap kemampuan
berdistribusi normal. pemahaman siswa.
Maka dapat disimpulkan Berdasarkan hasil analisis data
bahwa data berasal dari populasi dan pembahasan, diperoleh
yang berdistribusi normal. Jadi dapat kesimpulan yang merupakan
disimpulkan bahwa data berasal dari jawaban atas pertanyaan yang
populasi yang berdistribusi normal. diajukan dalam rumusan masalah,
Setelah data berdistribusi normal, bahwa ada pengaruh penggunaan
dilanjutkan dengan perhitungan uji model pembelajaran roblem solvingt
hipotesis. Hasil uji hipotesis dengan terhadap tingkat pemhaman siswa
Uji t-test kelas IV pada mata pelajaran Bahsa
Ada pengaruh yang signifikan Indonesia di SD Negeri 15
pembelajaran menggunakan model Pangkalpinang.
pembelajaran problem solving Hasil analisis di peroleh hasil
terhadap tingkat pemahaman siswa nilai thitung = 6,65 lebih besar dari pada
kelas IV SD Negeri 15 ttabel = 2,010 di daerah penolakan HO
pangkalpinang. Adanya pengaruh maka terima Ha. Sehingga terdapat
dibuktikan dari hasil penelitian pengaruh model pembelajaran
diperoleh nilai thitung lebih besar dari problem solving terhadap tingkat
ttabel6,65 > 2,010 menunjukkan pemahaman siswa kelas IV pada
bahwa terjadi hubungan yang kuat mata pelajaran Bahasa Indonesia di
antara pembelajaran menggunakan SD Negeri 15 Pangkalpinang.
model pembelajaran problem 2. Implikasi
solving. Dari hasil penelitian ini Sebagai suatu penelitian yang
menyebabkan belajar siswa telah dilakukan di lingkungan
meningkat. pendidikan maka berdasarkan
Adapun besar peningkatan simpulan yang ditarik tentu
hasil minat belajar peserta didik mempunyai implikasi dalam bidang
adalah 88% termasuk dalam kategori pendidikan sebagai berikut:
tinggi. 1. Hasil penelitian mengenai
penggunaan model pembelajaran
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN Problem Solving menunjukkan
SARAN adanya pengaruh dari kedua
1. Simpulan variabel tersebut.
Berdasarkan penelitian maka 2. Model pembelajaran Problem
dapat disimpulkan bahwa dengan Solving dapat dijadikan alternatif
penggunaan model pembelajaran atau variasi dalam proses
problem solving meningkat pembelajaran dikelas sehingga
pemahaman siswa kelas IV pada kegiatan pembelajaran menjadi
aktif dan menyenangkan serta didik dalam belajar terutama
mampu mengembangkan sikap pada mata pelajaran Bahasa
percaya diri, aktif dan melatih Indonesia.
kemampuan pemahaman siswa.
3. Saran DAFTAR PUSTAKA
Beberapa saran atau Alipandie, 1984. Model
rekomendasi yang dapat Pembelajaran Problem
Solving. Jakarta : Bumi
dikemukakan bagi:
Aksara.
1. Peneliti
Sebagai upaya mempersiapkan Anas, Sudijono 2008. Pengantar
diri untuk mengajar lebih baik dalam Statistik Pendidikan.Rajawali
menggunakan model pembelajaran Press
problem solvingsehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Arifin, Zainal. 2011.Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT.
a. Guru
Remaja Rosdakarya.
Guru dalam menggunakan model
pembelajaran Problem Solvingperlu Sudaryono. 2012. Metodologo
mempersiapkan secara matang Pendidikan. Jakarta. :
proses pembelajaran yang akan Rajawali Pers.
diberikan kepada peserta didik,
karena model ini memberikan ruang Sudirman, N. 1987. Tentang Model
Pembelajaran Problem
kepada peserta didik untuk aktif
Solving. Jakarta: Bumi
dalam kelas sehingga diperlukan Aksara
kontrol yang maksimal dari guru
agar kegiatan pembelajaran tetap Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
berjalan kognitif. Pendidikan. Bandung:
b. Sekolah Alfabeta.
1) Memberikan kesempatan bagi
guru agar aktif dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan
yang sifatnya menambah
pengetahuan baik dari materi
maupun tentang media
pembelajaran.
2) Bahan masukan untuk
meningkatkan kualitas
keberhasilan pengajaran
disekolah dan menjadi salah
satu inovasi untuk
meningkatkan minat peserta

Você também pode gostar