Você está na página 1de 10

Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.

php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

Penguatan Kapasitas Puskesmas Sebagai Organisasi Publik


(Kajian dalam Perspektif Teori Organisasi)

Yusuf Gabriel Maniagasi


Program Studi Ilmu Pemerintahan Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua, Indonesia, 99351
Email : gabrielpapua34@gmail.com

Abstract
Many of our society at villages in Papua Province are not getting maximum health services by
puskesmas for various reasons. Unfortunatly, the condition of the puskemas—which can be interpreted
as the face and image of the government—does not indicated the expected the attraction to visit.
People prefer to visit local public hospital or to practice doctors in the afternoon. This situation
affirms the poor image of puskesmas. What is wrong in Puskesmas?. This question should be
disclosed to fined what is really with our healh centers? The aims of this study was to find the root of
the problems of lack of capacity of puskesmas as public organization in doing health service to
society. This study uses literature study methods supported by data and documentation. The results of
the study shows that to solve the problems related to puskesmas as the basis of public healt service
hence there are two aspects that must be done that are 1). Structuring Organizational Structure and
2). Changing Organizational Culture. As the conlucion of this study is to bring well and qualified
health service to the community can be started by optimizing task and function of puskesmas as public
organization followed by commitment, good leadership, change of perspective, regulation
arrangement and strong will to improve the performance of puskesmas.

Keyword: Puskesma; Public Organizational; Public Service

Abstrak
Banyak masyarakat kita, di pedesaan (baca : kampung-kampung) di Provinsi Papua kurang
mendapatkan pelayanan maksimal oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) karena beragam
alasan. Sayangnya, keadaan Puskesmas—yang dapat dimaknai sebagai wajah dan citra pemerintah—
tidak menunjukkan keadaan yang diharapkan, bahkan nyaris kehilangan daya tarik untuk dikunjungi.
Masyarakat lebih memilih berkunjung ke rumah sakit umum daerah (RSUD) atau ke dokter praktek
pada sore hari. Keadaan ini memberi penegasan pada buruknya citra Puskesmas. Ada apa di
Puskesmas? Pertanyaan ini patut diungkapkan untuk ditemukan ada apa sebenarnya dengan
Puskesmas-Puskesmas kita. Tujuan penelitian untuk menemukan akar masalah lemahnya kapasitas
puskesmas sebagai organisasi publik dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kajian ini menggunakan metode studi literatur yang didukung dengan data-data dan dokument. Hasil
kajian menunjukkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Puskesmas sebagai
basis pelayanan kesehatan masyarakat maka ada dua aspek yang harus dilakukan yakni 1). Penataan
Struktur Organisasi Puskesmas dan 2). Melakukan Perubahan Budaya Organisasi. Sebagai simpulan
kajian ini adalah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu prima kepada
masyarakat dapat dimulai dengan optimalisasi tugas dan fungsi Puskesmas sebagai organisasi publik
yang diikuti dengan komitmen, kepemimpinan, perubahan cara pandang, pengaturan regulasi, dan
kemauan yang kuat untuk memperbaiki kinerja puskesmas

Kata Kunci : Puskesmas; Organisasi Publik; Pelayanan Publik

Link DOI : http://dx.doi.org/10.31314/pjia.7.1.70-79.2018

70 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

PENDAHULUAN karena beragam alasan. Tidak sedikit


Salah satu tugas pemerintah adalah alasan bisa dikemukakan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat menjustifikasi lambannya pelayanan
dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, Puskesmas terhadap masyarakat. Padahal,
kesehatan, transportasi, hukum, pertanian, Puskesmas merupakan bukti kehadiran
peternakan, pekerjaan umum, dan lain-lain. pemerintah dalam melayani masyarakat di
Pelayanan dalam bidang-bidang tersebut bidang ini. Sayangnya, keadaan
merupakan urusan wajib yang mau tidak Puskesmas—yang dapat dimaknai sebagai
mau atau suka tidak suka harus dilakukan wajah dan citra pemerintah—tidak
pemerintah bagi masyarakat. menunjukkan keadaan yang diharapkan,
Pelayanan kesehatan sebagai urusan bahkan nyaris kehilangan daya tarik untuk
wajib merupakan hal utama yang dikunjungi. Sebaliknya masyarakat lebih
pemenuhannya tidak bisa ditunda, karena memilih berkunjung ke rumah sakit umum
terkait dengan keselamatan nyawa daerah (RSUD) atau ke dokter praktek
manusia. Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya pada sore hari. Keadaan ini memberi
dan kerja keras pemerintah untuk penegasan pada buruknya citra Puskesmas.
melakukan pelayanan yang baik dan benar Ada apa di Puskesmas? Pertanyaan ini
sesuai standar pelayanan kesehatan yang patut diungkapkan untuk ditemukan ada
normal dan manusiawi. apa sebenarnya dengan Puskesmas-
Jika menyinggung soal urusan Puskesmas kita ?
kesehatan masyarakat maka ada banyak Dalam perspektif Ilmu Administrasi
aspek yang harus menjadi perhatian, Publik, Puskesmas dipandang sebagai
misalnya kebersihan lingkungan, perilaku Organisasi Publik. Artinya bahwa
hidup sehat, pola konsumsi, pengetahuan, Puskesmas dilihat sebagai sebuah
wawasan, persepsi, harapan hidup, organisasi. Pada konteks ini Puskesmas
ketersediaan pangan, penyediaan air dikaji dalam konsep Teori Organisasi.
bersih, tenaga medis, peralatan kesehatan, Teori Organisasi memandang bahwa
manajemen pelayanan kesehatan, manusia merupakan mahluk sosial yang
ketersediaan obat-obatan, anggaran bahkan cenderung bermasyarakat serta mengatur
kebijakan dan regulasi. Cukup kompleks dan mengorganisasikan kegiatannya untuk
memang jika berhadapan dengan urusan mencapai tujuan. Hanya saja, manusia
mengenai kesehatan dan keselamatan memiliki keterbatasan-keterbatasan
manusia. Walaupun keadaannya demikian, tertentu yang menjadi sebab
Pemerintah tidak punya alasan untuk ketidakmampuannya mewujudkan apa
menolak atau tidak melakukannya. Hal ini yang akan dicapainya. Atas dasar inilah
menjadi urusan wajib yang haram kemudian ia membutuhkan orang lain dan
hukumnya jika tidak dilaksanakan. Oleh menjalin kerjasama.
sebab itu, dibutuhkan konsentrasi dan Ada banyak pandangan para ahli
kemampuan aparat birokrasi untuk tentang organisasi, misalnya Ernest Dale
melakukan urusan ini. menyebutkan Organisasi sebagai suatu
Fakta menyebutkan bahwa tidak proses perencanaan yang meliputi
sedikit masyarakat kita, khususnya yang penyusunan, pengembangan, dan
berada di daerah pedesaan (baca : pemeliharaan suatu struktur atau pola
kampung-kampung) di Papua kurang hubungan kerja dari orang-orang dalam
mendapatkan pelayanan maksimal oleh suatu kerja kelompok. Sementara Cyril
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Soffer, mengatakan Organisasi adalah
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 71
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

perserikatan orang-orang yang masing- Organisasi klasik sepenuhnya menguraikan


masing diberi peran tertentu dalam suatu anatomi organisasi formal. Empat unsur
sistem kerja dan pembagian tugas-tugas. pokok yang selalu muncul dalam
Meski beragam batasan atau definisi para organisasi formal: Satu, Sistem kegiatan
ahli mengenai Organisasi namun secara yang terkoordinasi. Dua, Ada kelompok
umum dapat dikatakan bahwa Organisasi orang. Tiga, Kerjasama. Empat,
adalah Kelompok orang yang secara Kekuasaan & Kepemimpinan. Sedangkan
bersama-sama ingin mencapai tujuan. menurut penganut teori klasik suatu
Berikut adalah ciri-ciri organisasi yakni : organisasi tergantung pada empat kondisi
a). Sebuah institusi sosial yang terdiri atas pokok: Kekuasaan, Saling melayani,
kumpulan orang dengan berbagai pola Doktrin, dan Disiplin. Berikut adalah pilar-
interaksi yang ditetapkan. b). Lembaga pilar dasar dalam Organisasi Formal
tersebut dikembangkan untuk mencapai adalah: satu, Pembagian kerja (untuk
tujuan. c). Dikoordinasikan dan disusun koordinasi). Dua, Proses Skalar &
secara sadar dan terencana. d). Instrumen Fungsional (proses pertumbuhan vertikal
sosial yang mempunyai batasan yang dan horizontal). Tiga, Struktur (hubungan
relatif dapat diidentifikasi. antar kegiatan). Empat, Rentang kendali
Secara Ilmu Pengetahuan, Teori (satu atasan mampu mengendalikan berapa
Organisasi dapat dibedakan menjadi Teori banyak bawahan.
Organisasi Klasik, Teori Organisasi Teori Klasik berkembang dalam 3
Neoklasik, dan Teori Organisasi Modern. Aliran, yakni : Birokrasi, Administrasi, dan
Teori Klasik membagi Organisasi menjadi Manajemen Ilmiah. Semua teori diatas
tiga bagian yakni Birokrasi, Administrasi dikembangkan sekitar tahun 1900-1950.
dan manajemen ilmiah. Pelopor teori ini kebanyakan dari negara
Teori Organisasi Klasik lebih yang berbentuk kerajaan, seperti ―Mesir,
dikenal dengan istilah ―teori tradisional‖ Cina & Romawi‖.
yang mulai berkembang pada tahun 1800- Teori Birokrasi Dikemukakan oleh
an atau sekitar abad 19. Dalam teori ini ―Max Weber‖ dalam bukunya ―The
organisasi digambarkan sebagai sebuah Protestant Ethic and Spirit of Capitalism‖
lembaga yang tersentralisasi dan tugas- dan ―The Theory of Social and Economic
tugasnya terspesialisasi serta memberikan Organization‖. Istilah Birokrasi berasal
petunjuk mekanistik struktural yang kaku dari kata Legal-Rasional: ―Legal‖
dan tidak memberi ruang bagi kreatifitas. disebabkan adanya wewenang dari
Disini organisasi digambarkan seperti tuts seperangkat aturan prosedur dan peranan
piano dimana masing-masing nada yang dirumuskan secara jelas. Sedangkan
mempunyai spesialisasi (do.. re.. mi.. fa.. ―Rasional‖ karena adanya penetapan
so.. la.. si..) dimana apabila tiap nada tujuan yang ingin dicapai.
dirangkai maka akan tercipta lagu yang Berikut adalah karekteristik
indah, begitu juga dengan organisasi. birokrasi (ideal) menurut Max Weber:
Dalam perspektif ini organisasi juga Mengenal adanya Pembagian kerja; ada
dipandang sebagai struktur hubungan, Hirarki wewenang; Programnya harus
kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, rasional; Sistem Prosedur; Sistem Aturan
peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, hak-kewajiban; Hubungan antar pribadi
komunikasi dan faktor-faktor lain yang yang bersifat impersonal.
akan sempurna jika bekerja sama. Teori
72 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

Teori Administrasi. Teori ini organisasi‖ atau ―Seperangkat mekanisme


dikembangkan oleh Henry Fayol, Lyndall untuk meningkatkan efesiensi kerja‖.
Urwick dari Eropa dan James D. Mooney, Frederick Winslow Taylor menuangkan
Allen Reily dari Amerika. ide dalam tiga makalah: Shop
Henry Fayol (1841-1925): Seorang Management; The Principle of Scientific
industrialis asal Perancis tahun 1916 Management, dan Testimony before the
menulis sebuah buku ―Admistration Special House Comitte. Dari tiga makalah
industrtrielle et Generale‖ diterjemahkan tersebut lahir sebuah buku ―Scientific
dalam Bahasa Inggris 1926 dan baru Management‖. Berkat jasa-jasanya,
dipublikasikan di Amerika 1940, sampai sekarang konsepnya masih
menyebutkan ada 14 KAIDAH dipergunakan pada praktek manajemen
MANAJEMEN yang menjadi dasar Teori modern maka Frederick Winslow Taylor
Administrasi, sebagai berikut : Pembagian dijuluki sebagai Bapak Manajemen Ilmiah
kerja; Wewenang & tanggung jawab; Empat kaidah Manajemen menurut
Disiplin; Kesatuan Perintah; Kesatuan Frederick W. Taylor:
pengarahan; Mendahulukan kepentingan a. Menggantikan metode kerja dalam
umum; Balas jasa; Sentralisasi; Rantai praktek dengan metode atas dasar ilmu
Skalar; Aturan; Keadilan; Kelanggengan pengetahuan.
personalia; Inisiatif; Semangat korps. b. Mengadakan seleksi, latihan dan
Fayol membagi kegiatan industri pengembangan karyawan
menjadi 6 kelompok : satu, Kegiatan c. Pengembangan ilmu tentang kerja,
Teknikal (Produksi, Manufaktur, seleksi, latihan dan pengembangan
Adaptasi). Dua, Kegiatan Komersil secara ilmiah perlu integrasikan.
(Pembelian, Penjualan, Pertukaran). Tiga, d. Perlu dikembangkan semangat dan
Kegiatan Financial (penggunaan optimum mental karyawan untuk mencapai
modal). Empat, Kegiatan Keamanan. manfaat Manajemen Ilmiah
Lima, Kegiatan Akuntansi. Enam, Teori Organisasi Neoklasik. Teori
Kegiatan Manajerial atau ―Fayol’s ini muncul dan dikenal dengan ―Teori
Functionalism‖ yaitu: Perencanaan; Hubungan Manusiawi‖. Kemunculan teori
Pengorganisasian; Pemberian Perintah; ini sebagai akibat ketidakpuasan dengan
Pengkoordinasian; Pengawasan. teori organisasi klasik. Ia hadir dan
James D. Mooney & Allen Reilly memberi penyempurnaan pada teori
(1931) menerbitkan buku ―Onward organisasi klasik. Teori ini menekankan
Industry‖ yang pada intinya menyebutkan pada pentingnya ―aspek psikologis‖ dan
bahwa ―Koordinasi Merupakan Faktor ―sosial karyawan” (sebagai individu
terpenting dalam perencanaan organisasi‖. ataupun kelompok kerja). Pelopor teori ini
Tiga prinsip yang harus diterapkan dalam antara lain Hugo Munsterberg (1913).
sebuah organisasi menurut mereka adalah: Munsterberg muncul dengan topik
Prinsip Koordinasi; Prinsip Skalar & ―Psycology and Insdustrial Effeciancy‖.
Hirarkis; dan Prinsip Fungsional. Buku yang ditulis ini kemudian menjadi
Teori Manajemen Ilmiah. Teori ini semacam jembatan penghubung antara
dikembangkan pada tahun 1900 oleh manajemen ilmiah dan neoklasik. Hugo
Frederick Winslow Taylor. Ia Munsterberg kemudian dikenal sebagai
mendefinisikan Manajemen Ilmiah sebagai pencetus Psikologi Industri. Inti pandangan
―Penerapan metode ilmiah pada studi, Hugo Munsterberg adalah penekanan pada
analisa dan pemecahan masalah adanya perbedaan karekteristik individu
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 73
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

dalam organisasi dan mengingatkan pada Organisasi Modern. Dalam perspektif ini
adanya pengaruh sosial dan budaya bahwa semua unsur organisasi seperti
terhadap organisasi. Sejenak menengok manusia, tujuan, kerjasama, dan prinsip-
kebelakang bahwa munculnya Teori prinsip termaktup dalam bagian ini. Untuk
Organisasi Neoklasik ini diawali dengan itu penting dilakukan kajian terhadap
inspirasi percobaan yang dilakukan di eksistensi Puskesmas sebagai garda
Pabrik Howthorne tahun 1924 milik terdepan dalam melakukan tugas dan
perusahaan Western Elektric di Cicero fungsi primernya melayani kesehatan
yang disponsori oleh Lembaga Riset masyarakat di kampung-kampung si
Nasional Amerika. Percobaan yang seantero Tanah Papua.
dilakukan Elton Mayo periset dari Western Data Badan Pusat Statistik Provinsi
Electric yang menyimpulkan bahwa Papua tahun 2012 menyebutkan bahwa
pentingnya memperhatikan Insentif-Upah pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)
dan Kondisi Kerja karyawan yang di seluruh Provinsi Papua berjumlah 334
dianggap sebagai faktor penting bagi unit yang dilayani oleh 346 tenaga dokter
peningkatan produktifitas. Dalam umum, 50 orang dokter gigi dan 855 bidan.
pembagian kerja Teori Organisasi Dari jumlah ini, maka puskesmas
Neoklasik memandang diperlukan adanya: terbanyak berada di Kabupaten Tolikara
Partisipasi; Perluasan kerja; dan yaitu sebanyak 27 Puskesmas yang
Manajemen bottom-up. dilayani 25 orang dokter umum, dua orang
Teori Organisasi Modern, Teori ini dokter gigi dan 12 orang bidan, sedangkan
muncul pada tahun 1950 sebagai akibat urutan kedua Puskesmas terbanyak adalah
ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu Kabupaten Nabire dengan 20 unit
Teori Organisasi Klasik dan Teori Puskesmas yang dilayani 15 orang dokter
Organisasi Neoklasik. Teori Organisasi umum, 4 orang dokter gigi dan 59 orang
Modern sering disebut dengan teori bidan.
―Analisa Sistem‖ atau ―Teori Terbuka‖ Kabupaten Jayapura memiliki 17
yang memadukan antara Teori Organisasi Puskesmas yang dilayani 22 orang dokter
Klasik dan Teori Organisasi Neoklasik. umum, 4 orang dokter gigi dan 51 bidan,
Teori Organisasi Modern melihat bahwa sedangkan Kota Jayapura tersebar 12
semua unsur organisasi sebagai satu Puskesmas yang dilayani 14 orang dokter
kesatuan yang saling bergantung dan tidak umum, 7 orang dokter gigi dan 134 bidan.
bisa dipisahkan. Organisasi bukan sistem Sementara Kabupaten Waropen memiliki
tertutup yang berkaitan dengan lingkungan 10 Puskesmas tanpa dokter umum dan
yang stabil akan tetapi organisasi dokter gigi. Di seluruh Puskesmas dilayani
merupakan sistem terbuka yang berkaitan oleh 11 orang bidan. Artinya 1 Puskesmas
dengan lingkungan dan apabila ingin hanya ada seorang bidan. Namun berbeda
survive maka ia harus bisa beradaptasi dengan Kabupaten Intan Jaya, yang secara
dengan lingkungan. struktur organisasi ada Puskesmasnya
Terkait dengan kajian Puskesmas sebanyak 6 unit, namun sangat
sebagai organisasi publik, maka disayangkan bahwa tidak ada bidan,
sesungguhnya Puskesmas mengenal apalagi dokter umum dan dokter gigi.
prinsip-prinsip yang dikemukakan Teori Keadaan ini sesungguhnya menjadi
Organisasi, baik Teori Organisasi klasik, keprihatinan bahwa Pemerintah (entah
Teori Organisasi Neoklasik, maupun Teori pemerintah pusat, provinsi, maupun
74 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

kabupaten/kota) sudah seharusnya beberapa kasus tidak jarang, Puskesmas


memberi ―perhatian‖ ekstra dalam tidak memiliki dokter, bidan dan fasilitas
kaitannya dengan penguatan dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
peningkatan kapasitas organisasi Kondisi ini dapat menjadi barometer
Puskesmas, sehingga sebagai basis bahwa tingkat dan derajat kesehatan
pelayanan kesehatan masyarakat semakin masyarakat kita masih sangat jauh dari
lebih baik, dan warga dapat menikmati yang diharapkan. Secara kemampuan kita
pelayanan kesehatan di Puskesmas secara tentu tidak meragukan kapasitas dan
lebih gampang, lebih mudah, lebih murah kapabilitas para petugas kita yang telah
serta lebih hemat, dari aspek waktu dan dinyatakan lolos seleksi penerimaan PNS
biaya dari pada berobat ke dokter praktek untuk menjadi tenaga kesehatan yang
yang cenderung lebih mahal. selanjutnya akan ditempatkan di desa-desa
(kampung-kampung jika di Papua) namun
METODE PENELITIAN tidak jarang ditemukan bahwa lebih
Penelitian ini menggunakan metode banyak petugas kesehatan (dokter, bidan)
survey lapangan, dengan observasi dengan meminta bertugas di kota daripada
wawancara lepas kepada pihak terkait bertugas di daerah-daerah. Katakanlah
pelaksanaan pelayanan publik di pada data BPS seperti yang dikemukakan
Puskesmas- Puskesmas yang ada di Papua. diatas bahwa pada beberapa daerah seperti:
Selain itu dalam penelitian ini data juga Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura,
dikumpulkan melalui studi literatur. Kabupaten Nabire dan Kabupaten Tolikara
Artinya membaca buku-buku referensi mengalami penumpukan bidan. Misalnya,
yang berkaitan dengan topik kajian yakni, pada sejumlah puskesmas di Kota Jayapura
puskemas, organisasi publik, dan tercatat ada 134 orang bidan, sementara di
pelayanan publik, kemudian kabupaten Waropen dan Kabupaten Intan
mengkombinasikannya dengan berbagai Jaya tidak memiliki dokter dan juga
dokumen termasuk data-data. Data-data perawat. Memang tidak mudah dalam
dan informasi yang telah dihimpun mengatur soal distribusi petugas kesehatan
kemudian dianalisis dengan menggunakan karena terkandung banyak aspek misalnya
pendekatan deskriptif kualitatif sehingga tingkat kebutuhan, perbedaan motivasi,
menghasilkan narasi yang menggambarkan ketersediaan fasilitas pelayanan dan
tujuan dari kajian ini, dimana perspektif fasilitas penunjang tugas pekerjaan, serta
yang digunakan mengenai pelayanan di beragamnya nilai insentif dan upah yang
Puskesmas ditinjau dalam sudut pandang diterima.
teori organisasi Sampai sekarang kita tidak tahu
kebutuhan pelayanan kesehatan
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat kita, yang terjadi adalah
Tidak bisa disangkal bahwa Pemerintah ―merasa cukup‖ dengan
Puskesmas memegang peranan penting menyediakan Puskesmas (bangunannya
dalam hal pelayanan kesehatan saja) tanpa dilengkapi dengan kebutuhan
masyarakat. Umumnya letak sebuah ideal yang benar-benar dibutuhkan
Puskesmas berada pada kecamatan masyarakat. Akibatnya, seperti yang
(distrik) sehingga diharapkan Puskesmas diungkapkan tadi bahwa ada Puskesmas
mampu melayani masyarakat dari beberapa tapi tidak ada dokter dan petugas kesehatan
kampung yang berada dalam sebuah lainnya.
wilayah distrik. Hanya saja, dalam
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 75
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

Puskesmas-puskesmas kita tahu seperti apa kualitas layanan yang


membutuhkan petugas kesehatan yang mereka terima, setidaknya mereka punya
cukup besar, seperti dokter umum, dokter hak untuk mengetahui tindakan medis
gigi, dan bidan. Jika memang untuk seperti apa yang mereka terima, dan
peningkatan kapasitas dan kualitasnya konsekuensi logis apa yang terjadi dengan
maka dibutuhkan beberapa orang spesialis tindakan medis yang mereka terima.
dan tenaga apoteker serta sejumlah analis. Semua ini setidaknya menjadi catatan
Hal ini tentu saja berkaitan dengan sumber penting untuk manajemen puskesmas. Kita
daya manusia (SDM) yang dibutuhkan harus bisa memikirkan pola dan cara-cara
oleh Puskesmas untuk menjawab baru yang lebih efisien dan praktis serta
kebutuhan masyarakat. Selain itu, apakah murah dan mudah untuk dilakukan
para petugasnya memang memiliki manajemen puskesmas agar tidak
keahlian (keterampilan) dalam melakukan membebani rakyat kita pada saat mereka
tugas-tugasnya. Sebab bukan tidak berobat di Puskesmas. Umumnya rakyat di
mungkin, secara organisasi seseorang kampung-kampung hanya mengandalkan
tercatat sebagai pegawai pada satu unit Puskesmas sebagai tempat mereka berobat.
organisasi pemerintah tapi apakah oknum Berbeda dengan rakyat di kota atau
atau individu tersebut mampu melakukan dipinggiran kota, yang memiliki alternatif
tugas dan fungsinya sebagai petugas lain untuk pengobatan, karena selain
kesehatan secara memadai? Tentu mengakses ke Puskesmas mereka bisa
pertanyaan ini patut dikedepankan agar langsung ke Rumah Sakit (tanpa rujukan)
masyarakat kita lebih kritis dan jeli melihat atau ke klinik-klinik terdekat yang
berbagai fenomena pelayanan kesehatan biasanya menjadi tempat bisnisnya dokter-
khususnya di tingkat Puskesmas. Apalagi dokter pemerintah di luar jam dinasnya di
ada pemeo bahwa Puskesmas merupakan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi atau
basis pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten/Kota.
kampung-kampung. Satu hal yang biasanya dilupakan
Selain memiliki orang-orang dengan Pemerintah melalui Satuan Kerja
kualifikasi seperti yang telah dijelaskan Perangkat Daerah (SKPD) atau dinas
tadi, maka setidaknya puskesmas harus teknis yang mengurus bidang kesehatan
ditopang dengan manajemen pelayanan adalah soal penyediaan fasilitas penunjang
puskesmas yang solid dan valid. Artinya pelayanan kesehatan di Puskesmas.
bahwa Puskesmas harus memiliki standar Penyediaan fasilitas ini biasanya terkait
pelayanan minimal (SPM) atau Standar dengan kebutuhan-kebutuhan
Prosedur Pelayanan (Standard Operating pelayanannya. Umumnya adalah fasilitas
Prosedure). Hal ini menjadi alat ukur bagi tenaga medisnya berupa rumah
keberhasilan pelayanan kesehatan kepada tinggal yang berdekatan dengan
masyarakat. Misalnya saja, pada saat Puskesmas, lalu fasilitas dan perabotan
pasien datang di depan puskesmas, mulai dalam rumah, serta fasilitas pendukung
mendaftar, proses pencatatan, pelayanan operasional Puskesmas diluar kebutuhan
diagnosis, hingga mendapatkan obat obat-obatan seperti ambulans dan lain
dibutuhkan waktu berapa lama. Kemudian sebagainya. Tentu saja untuk pemenuhan
jenis obat-obat apa saja yang harus kebutuhan ini, jarang sekali dilakukan
diberikan kepada pasien. Jenis dan analisis kebutuhan berdasarkan tingkat
standarnya serta ukurannya. Rakyat perlu kebutuhan rakyat di kampung-kampung.
76 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

Inilah yang barangkali kurang tersentuh, diuraikan pada bagian atas tulisan ini.
sehingga tidak jarang petugas ogah-ogahan Sebab, bukan tidak mungkin, dengan
untuk bekerja melayani masyarakat dan kepemimpinan (leadership) yang solid
lebih memilih ―menghilang‖ ke tempat lain akan menggerakkan struktur organisasi
dari pada melakukan pekerjaannya di dalam menjalankan Manajemen Organisasi
tempat tugas. Kadang fasilitas menjadi Puskesmas.
salah satu alasan petugas tidak berada di Perubahan Budaya Organisasi.
tempat. Tidak ada rumah, kalau pun ada Budaya Organisasi menjadi ―sistem makna
rumah tidak ada alat penerang, atau tidak bersama‖ yang dianut para anggota
dilengkapi dengan air bersih. Kalaupun organisasi Puskesmas yang membedakan
fasilitas rumah lengkap kadang hak-hak organisasi tersebut dengan organisasi
petugas (gaji dan jatah beras) termasuk lainnya. (Robbins 2008:256). Budaya
insentif tidak diberikan tepat waktu, organisasi mengukur bagaimana anggota
sehingga hal-hal ini menjadi alasan-alasan organisasi Puskesmas memandang
yang sebenarnya sangat klasik dan organisasi tempatnya bekerja. Misalnya
terdengar lucu saja, sebab terjadi berulang- apakah ada upaya untuk mendorong
ulang dan tidak pernah dibenahi. Oleh terjadinya kerjasama tim, apakah
sebab itu, dalam kaitannya dengan menghargai inovasi, inisiatif, disiplin, dan
penguatan kapasitas puskesmas sebagai sebagainya. secara eksplisit budaya
basis pelayanan kesehatan masyarakat di organisasi yang kuat erat kaitannya dengan
kampung-kampung maka ketersediaan rendahnya perpindahan anggotanya.
fasilitas dalam arti luas setidaknya menjadi Budaya organisasi memiliki fungsi-fungsi :
pertimbangan yang harus dipikirkan dan Pertama, sebagai penentu batas-batas
harus ditemukan solusinya. artinya budaya organisasi menciptakan
Selain fasilitas, pembiayaan perbedaan antara satu organisasi dengan
operasional Puskesmas pun menjadi hal organisasi lain. Dua, menjadi identitas
penting. Mengapa? Semua fasilitas yang anggota organisasi puskesmas. Tiga,
dibutuhkan puskesmas tentu harus dibeli, memfasilitasi sesuatu yang lebih besar
makanya alokasi dana untuk operasional daripada kepentingan individu. Empat,
Puskesmas harus benar-benar dianalisa dan sebagai alat perekat sosial. Lima, sebagai
ditetapkan besarannya, sehingga dalam hal alat kontrol yang menuntun pada
alokasi semua kebutuhan pembiayaan pembentukan perilaku.
harus bisa terkover dalam dana APBD Berikut adalah hakekat budaya
Kabupaten/kota dimana puskesmas itu organisasi, yaitu : satu, Inovasi-inovasi
berada. dalam hal model dan konsep pelayanan
Perilaku aparat kita disini adalah serta berani mengambil resiko; dua,
cenderung melakukan manipulasi anggaran Perhatian pada hal-hal detail. Tiga,
untuk pemenuhan berbagai kebutuhan Orientasi pada hasil. Artinya hasil kerja
pembelanjaan. Makanya, dalam kaitannya harus menjadi prioritas utama. Empat,
dengan pemenuhan kebutuhan anggaran Orientasi pada orang. Artinya bahwa
pembiayaan untuk operasional sebuah manusia dalam organisasi pada dasarnya
Puskesmas, dibutuhkan kepemimpinan merupakan faktor utama dalam organisasi.
(leadership), Kerjasama tim (tim work), oleh sebab itu, organisasi yang berorientasi
partisipasi (Partisipation), komunikasi manusia pada hakikatnya dapat mencapai
(communication), dan lainnya seperti yang tujuannya. Manusia menjadi penentu
dimaksudkan oleh teori organisasi yang keberhasilan organisasi. meski demikian,
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 77
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

dapatlah disebutkan bahwa orientasi ini Kesehatan masyarakat, serta bagaimana


sering dilupakan dalam prakteknya. Puskesmas menjalankan tugas pokok dan
Pengabaian terhadap karier seseorang atau fungsinya, serta mengatasi kendala-
ketidakpedulian terhadap bawahan juga kendala manajemen puskesmas, serta
menjadi kontradiksi dengan bagaimana masalah sumber daya manusia petugas
membangun budaya organisasi yang etis yang berdinas di Puskesmas, hal yang
atau tanggap terhadap pelanggan. Lima, harus dilakukan adalah bagaimana
Orientasi tim. Hasil kerja puskesmas penataan Struktur Organisasi Puskesmas.
merupakan kinerja tim, dimana di Dalam perspektif Teori Organisasi
puskesmas semua pekerjaan dikerjakan Puskesmas dipandang sebagai organisasi
secara bersama-sama (tim). Enam, publik memiliki hubungan dan keterkaitan
Keagresifan. Agresif dimaksudkan dengan struktur organisasi, dimana pada
bagaimana anggota organisasi Puskesmas struktur organisasi biasanya melekat unsur-
berlomba-lomba atau berkompetisi secara unsur :
sehat melakukan yang terbaik. (hal-hal  Tanggung jawab, tanggung jawab
yang tepat). Ketepatan melakukan sesuatu setiap orang yang bekerja di
yang baik pada dasarnya merupakan ciri puskesmas akan terlihat melalui
membangun budaya organisasi dan struktur organisasinya.
merupakan salah satu kultur kuat dari  Kewenangan (otoritas), kewenangan
organisasi. Tujuh, stabilitas. Stabilitas yang dimilikipun akan menjadi
dalam membangun budaya atau kultur legitimasi ketika sebuah keputusan
organisasi yang etis dan tanggap diambil berdasarkan tugas
pelanggan. Artinya bahwa stabilitas bukan  Tugas dan fungsi (tusi). Tusi akan
mempertahankan “status quo” atau terlihat jelas dalam struktur organisasi
sesuatu yang negatif. Sebaliknya ―status dimana bidang-bidang kerja yang
quo” dalam konteks membangun kultur menjadi tujuan pelayanan organisasi.
organisasi yang etis dan tanggap  Hirarki, dalam struktur organisasi akan
pelanggan. Hal ini sebenarnya merupakan terlihat jelas, bahwa siapa yang
niat suci untuk menjaga citra Puskesmas menjadi pimpinan dan siapa yang
sebagai organisasi publik yang bertugas menjadi bawahan. Pimpinan akan
melakukan pelayanan kesehatan kepada terlihat kewenangannya dan hasil
masyarakat. Sebagai bagian terakhir dari pekerjaan dilaporkan ke mana,
tulisan ini, saya mau menyampaikan Singkatnya siapa melaporkan kepada
bahwa untuk mendekatkan pelayanan siapa.
kesehatan yang layak dan bermutu prima  Hubungan kerja. hubungan kerja akan
kepada masyarakat dapat dimulai dengan terlihat melalui garis-garis pada
optimalisasi tugas dan fungsi Puskesmas struktur organisasi, dimana hubungan
sebagai organisasi publik kordinasi dan hubungan langsung atas
garis komando.
PENUTUP  Serta sistem informasi organisasi.
Kesimpulan
Saran
Memang tidak mudah untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang Optimalisasi peran, tugas dan fungsi
berkaitan dengan penataan organisasi Puskesmas tentu harus diikuti dengan
komitmen, kepemimpinan, perubahan cara
Puskesmas sebagai basis Pelayanan
78 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018

pandang, pengaturan regulasi, dan


kemauan yang kuat untuk memperbaiki
kinerja Puskesmas. Puskesmas merupakan
citra diri atau potret/wajah pemerintah kita,
sebab apapun alasannya, sektor kesehatan
merupakan urusan wajib pemerintah yang
mau tidak mau suka tidak suka harus
dilakukan sebagai bagian dari tugas dan
fungsi negara. Semoga Puskesmas-
puskesmas kita semakin memacu dirinya
untuk lebih meningkatkan pelayanannya
kepada masyarakat kita yang hampir 80
persen berdiam di kampung-kampung
dimana puskesmas itu berada.

DAFTAR PUSTAKA
Greenberg Jerald and Roberth A Baron.
(2003). Behavior in Organization. New
Jersey: Pearson Education, Inc.

Kusdi. (2009) Teori Organisasi dan


Administrasi. Jakarta : Salemba
Humanika

Miftha Thoha. (2012). Perilaku Organisasi,


Konsep Dasar dan Aplikasinya Jakarta :
Radja Grafindo Persada

Provinsi Papua dalam Angka. (2012). Badan


Pusat Statistik : Provinsi Papua.

Robbins Stephen. (1998) Teori Organisasi :


Struktur Desain dan Aplikasi, Edisi III
Jakarta : Arcan

---------------------, dan Timothy A Judge,


(2008). Perilaku Organisasi
(Organization Behavior) Buku 2 Edisi
12. Jakarta : Person Education dan
Salemba Empat

Maniagasi YG. (2014). Perilaku Birokrasi


Pelayanan Publik, Studi Kasus
Pelayanan Kesehatan pada RSUD
Yowari Kabupaten Jayapura (Tesis
Magister) Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 79

Você também pode gostar