Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018
Abstract
Many of our society at villages in Papua Province are not getting maximum health services by
puskesmas for various reasons. Unfortunatly, the condition of the puskemas—which can be interpreted
as the face and image of the government—does not indicated the expected the attraction to visit.
People prefer to visit local public hospital or to practice doctors in the afternoon. This situation
affirms the poor image of puskesmas. What is wrong in Puskesmas?. This question should be
disclosed to fined what is really with our healh centers? The aims of this study was to find the root of
the problems of lack of capacity of puskesmas as public organization in doing health service to
society. This study uses literature study methods supported by data and documentation. The results of
the study shows that to solve the problems related to puskesmas as the basis of public healt service
hence there are two aspects that must be done that are 1). Structuring Organizational Structure and
2). Changing Organizational Culture. As the conlucion of this study is to bring well and qualified
health service to the community can be started by optimizing task and function of puskesmas as public
organization followed by commitment, good leadership, change of perspective, regulation
arrangement and strong will to improve the performance of puskesmas.
Abstrak
Banyak masyarakat kita, di pedesaan (baca : kampung-kampung) di Provinsi Papua kurang
mendapatkan pelayanan maksimal oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) karena beragam
alasan. Sayangnya, keadaan Puskesmas—yang dapat dimaknai sebagai wajah dan citra pemerintah—
tidak menunjukkan keadaan yang diharapkan, bahkan nyaris kehilangan daya tarik untuk dikunjungi.
Masyarakat lebih memilih berkunjung ke rumah sakit umum daerah (RSUD) atau ke dokter praktek
pada sore hari. Keadaan ini memberi penegasan pada buruknya citra Puskesmas. Ada apa di
Puskesmas? Pertanyaan ini patut diungkapkan untuk ditemukan ada apa sebenarnya dengan
Puskesmas-Puskesmas kita. Tujuan penelitian untuk menemukan akar masalah lemahnya kapasitas
puskesmas sebagai organisasi publik dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kajian ini menggunakan metode studi literatur yang didukung dengan data-data dan dokument. Hasil
kajian menunjukkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Puskesmas sebagai
basis pelayanan kesehatan masyarakat maka ada dua aspek yang harus dilakukan yakni 1). Penataan
Struktur Organisasi Puskesmas dan 2). Melakukan Perubahan Budaya Organisasi. Sebagai simpulan
kajian ini adalah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu prima kepada
masyarakat dapat dimulai dengan optimalisasi tugas dan fungsi Puskesmas sebagai organisasi publik
yang diikuti dengan komitmen, kepemimpinan, perubahan cara pandang, pengaturan regulasi, dan
kemauan yang kuat untuk memperbaiki kinerja puskesmas
70 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018
dalam organisasi dan mengingatkan pada Organisasi Modern. Dalam perspektif ini
adanya pengaruh sosial dan budaya bahwa semua unsur organisasi seperti
terhadap organisasi. Sejenak menengok manusia, tujuan, kerjasama, dan prinsip-
kebelakang bahwa munculnya Teori prinsip termaktup dalam bagian ini. Untuk
Organisasi Neoklasik ini diawali dengan itu penting dilakukan kajian terhadap
inspirasi percobaan yang dilakukan di eksistensi Puskesmas sebagai garda
Pabrik Howthorne tahun 1924 milik terdepan dalam melakukan tugas dan
perusahaan Western Elektric di Cicero fungsi primernya melayani kesehatan
yang disponsori oleh Lembaga Riset masyarakat di kampung-kampung si
Nasional Amerika. Percobaan yang seantero Tanah Papua.
dilakukan Elton Mayo periset dari Western Data Badan Pusat Statistik Provinsi
Electric yang menyimpulkan bahwa Papua tahun 2012 menyebutkan bahwa
pentingnya memperhatikan Insentif-Upah pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas)
dan Kondisi Kerja karyawan yang di seluruh Provinsi Papua berjumlah 334
dianggap sebagai faktor penting bagi unit yang dilayani oleh 346 tenaga dokter
peningkatan produktifitas. Dalam umum, 50 orang dokter gigi dan 855 bidan.
pembagian kerja Teori Organisasi Dari jumlah ini, maka puskesmas
Neoklasik memandang diperlukan adanya: terbanyak berada di Kabupaten Tolikara
Partisipasi; Perluasan kerja; dan yaitu sebanyak 27 Puskesmas yang
Manajemen bottom-up. dilayani 25 orang dokter umum, dua orang
Teori Organisasi Modern, Teori ini dokter gigi dan 12 orang bidan, sedangkan
muncul pada tahun 1950 sebagai akibat urutan kedua Puskesmas terbanyak adalah
ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu Kabupaten Nabire dengan 20 unit
Teori Organisasi Klasik dan Teori Puskesmas yang dilayani 15 orang dokter
Organisasi Neoklasik. Teori Organisasi umum, 4 orang dokter gigi dan 59 orang
Modern sering disebut dengan teori bidan.
―Analisa Sistem‖ atau ―Teori Terbuka‖ Kabupaten Jayapura memiliki 17
yang memadukan antara Teori Organisasi Puskesmas yang dilayani 22 orang dokter
Klasik dan Teori Organisasi Neoklasik. umum, 4 orang dokter gigi dan 51 bidan,
Teori Organisasi Modern melihat bahwa sedangkan Kota Jayapura tersebar 12
semua unsur organisasi sebagai satu Puskesmas yang dilayani 14 orang dokter
kesatuan yang saling bergantung dan tidak umum, 7 orang dokter gigi dan 134 bidan.
bisa dipisahkan. Organisasi bukan sistem Sementara Kabupaten Waropen memiliki
tertutup yang berkaitan dengan lingkungan 10 Puskesmas tanpa dokter umum dan
yang stabil akan tetapi organisasi dokter gigi. Di seluruh Puskesmas dilayani
merupakan sistem terbuka yang berkaitan oleh 11 orang bidan. Artinya 1 Puskesmas
dengan lingkungan dan apabila ingin hanya ada seorang bidan. Namun berbeda
survive maka ia harus bisa beradaptasi dengan Kabupaten Intan Jaya, yang secara
dengan lingkungan. struktur organisasi ada Puskesmasnya
Terkait dengan kajian Puskesmas sebanyak 6 unit, namun sangat
sebagai organisasi publik, maka disayangkan bahwa tidak ada bidan,
sesungguhnya Puskesmas mengenal apalagi dokter umum dan dokter gigi.
prinsip-prinsip yang dikemukakan Teori Keadaan ini sesungguhnya menjadi
Organisasi, baik Teori Organisasi klasik, keprihatinan bahwa Pemerintah (entah
Teori Organisasi Neoklasik, maupun Teori pemerintah pusat, provinsi, maupun
74 Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-
2084 (Online)
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018
Inilah yang barangkali kurang tersentuh, diuraikan pada bagian atas tulisan ini.
sehingga tidak jarang petugas ogah-ogahan Sebab, bukan tidak mungkin, dengan
untuk bekerja melayani masyarakat dan kepemimpinan (leadership) yang solid
lebih memilih ―menghilang‖ ke tempat lain akan menggerakkan struktur organisasi
dari pada melakukan pekerjaannya di dalam menjalankan Manajemen Organisasi
tempat tugas. Kadang fasilitas menjadi Puskesmas.
salah satu alasan petugas tidak berada di Perubahan Budaya Organisasi.
tempat. Tidak ada rumah, kalau pun ada Budaya Organisasi menjadi ―sistem makna
rumah tidak ada alat penerang, atau tidak bersama‖ yang dianut para anggota
dilengkapi dengan air bersih. Kalaupun organisasi Puskesmas yang membedakan
fasilitas rumah lengkap kadang hak-hak organisasi tersebut dengan organisasi
petugas (gaji dan jatah beras) termasuk lainnya. (Robbins 2008:256). Budaya
insentif tidak diberikan tepat waktu, organisasi mengukur bagaimana anggota
sehingga hal-hal ini menjadi alasan-alasan organisasi Puskesmas memandang
yang sebenarnya sangat klasik dan organisasi tempatnya bekerja. Misalnya
terdengar lucu saja, sebab terjadi berulang- apakah ada upaya untuk mendorong
ulang dan tidak pernah dibenahi. Oleh terjadinya kerjasama tim, apakah
sebab itu, dalam kaitannya dengan menghargai inovasi, inisiatif, disiplin, dan
penguatan kapasitas puskesmas sebagai sebagainya. secara eksplisit budaya
basis pelayanan kesehatan masyarakat di organisasi yang kuat erat kaitannya dengan
kampung-kampung maka ketersediaan rendahnya perpindahan anggotanya.
fasilitas dalam arti luas setidaknya menjadi Budaya organisasi memiliki fungsi-fungsi :
pertimbangan yang harus dipikirkan dan Pertama, sebagai penentu batas-batas
harus ditemukan solusinya. artinya budaya organisasi menciptakan
Selain fasilitas, pembiayaan perbedaan antara satu organisasi dengan
operasional Puskesmas pun menjadi hal organisasi lain. Dua, menjadi identitas
penting. Mengapa? Semua fasilitas yang anggota organisasi puskesmas. Tiga,
dibutuhkan puskesmas tentu harus dibeli, memfasilitasi sesuatu yang lebih besar
makanya alokasi dana untuk operasional daripada kepentingan individu. Empat,
Puskesmas harus benar-benar dianalisa dan sebagai alat perekat sosial. Lima, sebagai
ditetapkan besarannya, sehingga dalam hal alat kontrol yang menuntun pada
alokasi semua kebutuhan pembiayaan pembentukan perilaku.
harus bisa terkover dalam dana APBD Berikut adalah hakekat budaya
Kabupaten/kota dimana puskesmas itu organisasi, yaitu : satu, Inovasi-inovasi
berada. dalam hal model dan konsep pelayanan
Perilaku aparat kita disini adalah serta berani mengambil resiko; dua,
cenderung melakukan manipulasi anggaran Perhatian pada hal-hal detail. Tiga,
untuk pemenuhan berbagai kebutuhan Orientasi pada hasil. Artinya hasil kerja
pembelanjaan. Makanya, dalam kaitannya harus menjadi prioritas utama. Empat,
dengan pemenuhan kebutuhan anggaran Orientasi pada orang. Artinya bahwa
pembiayaan untuk operasional sebuah manusia dalam organisasi pada dasarnya
Puskesmas, dibutuhkan kepemimpinan merupakan faktor utama dalam organisasi.
(leadership), Kerjasama tim (tim work), oleh sebab itu, organisasi yang berorientasi
partisipasi (Partisipation), komunikasi manusia pada hakikatnya dapat mencapai
(communication), dan lainnya seperti yang tujuannya. Manusia menjadi penentu
dimaksudkan oleh teori organisasi yang keberhasilan organisasi. meski demikian,
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 77
Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/Publik
Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi) Vol 7 (1), Juni 2018
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg Jerald and Roberth A Baron.
(2003). Behavior in Organization. New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Copyright © 2018, Publik : (Jurnal Ilmu Administrasi), ISSN: 2301-573X (Print), ISSN: 2581-2084
(Online) 79