Você está na página 1de 10

Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor.

Akuisisi
sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap
oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.

Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti pengambilalihan.
Kata akuisisi aslinya berasal dari bhs. Latin, acquisitio, dari kata kerja acquirere.

Kata ini sering digunakan dalam konteks bisnis, misalnya: "BenQ secara resmi melakukan akuisisi
terhadap salah satu bisnis mobile device (MD) milik perusahaan elektronik raksasa Jerman Siemens AG.

Pengertian Merger dan Akuisisi, Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana
perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger
dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-
merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di
perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai
penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan
melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban
perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi
(Harianto dan Sudomo, 2001, p.640).
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset
perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598).

Jenis-jenis Merger dan Akusisi


Menurut Damodaran 2001, suatu perusahaan dapat diakuisisi perusahaan lain dengan beberapa cara,
yaitu :
a. Merger
Pada merger, para direktur kedua pihak setuju untuk bergabung dengan persetujuan para pemegang
saham. Pada umumnya, penggabungan ini disetujui oleh paling sedikit 50% shareholder dari target firm
dan bidding firm. Pada akhirnya target firm akan menghilang (dengan atau tanpa proses likuidasi) dan
menjadi bagian dari bidding firm.
b. Konsolidasi
Setelah proses merger selesai, sebuah perusahaan baru tercipta dan pemegang saham kedua belah pihak
menerima saham baru di perusahaan ini.
c. Tender offer
Terjadi ketika sebuah perusahaan membeli saham yang beredar perusahaan lain tanpa persetujuan
manajemen target firm, dan disebut tender offer karena merupakan hostile takeover. Target firm akan tetap
bertahan selama tetap ada penolakan terhadap penawaran. Banyak tender offer yang kemudian berubah
menjadi merger karena bidding firm berhasil mengambil alih kontrol target firm.
d. Acquisistion of assets
Sebuah perusahaan membeli aset perusahaan lain melalui persetujuan pemegang saham target firm.
(p.835).
Pembagian akuisisi tersebut berbeda menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe 2002. Menurut mereka hanya ada
tiga cara untuk melakukan akuisisi, yaitu :
a. Merger atau konsolidasi
Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Biddingfirm tetap berdiri dengan
identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban milik target firm. Setelah merger target
firm berhenti untuk menjadi bagian dari bidding firm. Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya
perusahaan baru. Kedua perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum dan
menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger atau yang me-merger
tidak dibedakan.
b. Acquisition of stock
Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli voting stock perusahaan, dapat dengan cara membeli
sacara tunai, saham, atau surat berharga lain.Acquisition of stock dapat dilakukan dengan mengajukan
penawaran dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain, dan pada beberapa kasus, penawaran
diberikan langsung kepada pemilik perusahaan yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan
melakukan tender offer. Tender offer adalah penawaran kepada publik untuk membeli saham target firm,
diajukan dari sebuah perusahaan langsung kepada pemilik perusahaan lain.
c. Acquisition of assets
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada jenis ini, dibutuhkan
suara pemegang saham target firm sehingga tidak terdapat halangan dari pemegang saham minoritas,
seperti yang terdapat pada acquisition of stock (p.817-818).

Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat dibedakan :
a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama
bergabung.
b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaansupplier atau customernya.
c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam garis bisnis
yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan
penjualan dan distribusi yang sama.
d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger.
Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003, p.717).

Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi


Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu :
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi
usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru.
Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi
perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat
skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar
daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang
melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat
dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat
memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan
perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada
manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya
dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan
perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak
dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan
yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi
akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak
dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak,
tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan
lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target
firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban
hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh biddingfirm yang berminat
(Gitman, 2003, p.714-716).

Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi


Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain
(Harianto dan Sudomo, 2001, p.641)

Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para
pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut
diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642)

Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi


Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika
pemegang saham tidak menyukai tawaranBidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak
menjual kepada pihak Bidding firm.
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham
perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen
perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat
digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang
saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika
mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644).

Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan tersebut, maka
akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga
(sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga
menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643)
Menurut Reksohadiprojo dalam Wiharti
(1999) akuisisi dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha
yang lain, tetapi masih dalam bisnis yang sama.
2. Akuisisi vertikal, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan usaha yang
dibeli.
3. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada
hunungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan akuisisi sangat


banyak. Umumnya ia dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis, atau prestis.
Motif ekonomi adalah perusahaan melakukan akuisisi untuk mendapatkan
keuntungan ekonomis (jangka pendek maupun jangka panjang) dalam bentuk
rendahnya biaya bahan baku (untuk menekan biaya per unit produk), mutu bahan baku
terjamin (untuk mempertahankan kualitas produk), memperoleh berbagai sinergi (bagi
perusahaan sejenis), dan lain-lain.
Motif strategi adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk
mendapatkan posisi strategis (dalam pengertian luas). Misalnya untuk mendapatkan
pasar strategis dilakukan dengan mengambil alih perusahaan yang mapan dalam
pemasaran produk, mengambil alih perusahaan yang mempunyai lokasi strategis ( baik
Strategis bahan baku maupun konsumen), dan sebagainya.
Motif politis adalah penggabungan usaha perusahaan dilakukan karena adanya muatan
politis didalamnya, baik politis perusahaan maupun politis negara misalnya, akuisitor
melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan target untuk mendapatkan
legalitas, Sehingga perusahaan tersebut dapat dikendalikan sebagai satu kesatuan
dengan badan usaha akuisitor.
Motif prestis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk
perusahaan target semata-mata hanya berdasarkan prestis yang dapat menunjukkan
kepada siapa saja bahwa perusahaan akuisitor memang ”bonafit” dan dapat
”dipercaya”. Tujuan akhirnya adalah dapat mengakses kebutuhan dana dari pihak luar,
bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan merger dan akuisisi


adalah:
1. Sinergi. Sinergi adalah kemampuan lebih yang diperoleh dari penggabungan
dua atau lebih kekuatan. Secara matematis dapat digambarkan penggabungan
angka, yaitu satu ditambah satu samam dengan dua (1+1=2). Sinergi bukan
mengasilkan jumlah dua, tetapi diatas dua yaitu menghasilkan tiga, empat
dan seterusnya ( 1+1=4). Istilah sinergi berasal dari kata synergy dalam
disiplin ilmu fisika. Sinergi menggambarkan penggabungan dua faktor akan
menghasilkan tenaga yang lebig besar dinbandingkan dengan jumlah tenaga
yang dihasilkan sebelum bergabung. Bila itu diterapkan, Kartini Muliadi
(1992) mengatakan dengan: ” it refer to the ability of a corporate combination
to be more profitable than the individual profit of the firm that were
combined”. Sinergi diperoleh dalam beberapa bentuk. Misalnya sinergi
finansial, sinergi pemasaran, sinergi penjualan dan lain-lain.
2. Tambahan Modal Kerja. Modal kerja bagi suatu perusahaan digunakan
untuk pembiayaan yang sifatnya jangka pendek. Tambahan modal kerja akan
lebih mudah diperoleh dari transaksi akuisisi.
3. Perubahan Biaya Finansial. Finansial secara umum dalam suatu perusahaan
merupakan ”darahnya” perusahaan. Finansial mempunyai kesempatan
bertambah lebih banyak jika dilakukan akuisisi dengan perusahaan target.
4. Meningkatkan Penjualan. Transaksi merjer dan akuisisi dapat meningkatkan
penjualan. Sedikitnya ada dua kemungkinan penjualan ini meningkat.
Pertama, pengambil alihan perusahaan target yang memproduksi produk
sejenis atau berlainan, dan kedua dengan cara mengambil alih perusahaan
target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk.
5. Memungkinkan Perluasan Pinjaman. Suatu perusahaan biasanya mempunyai
keterbatasan untuk memperoleh dana berupa pinjaman dari pihak ketiga.
Melalui merjer dan akuisisi memperbesar kemungkinan untuk melakukan
pinjaman melalui perusahaan target.
6. Memperoleh keunggulan manajemen Profesional. Manajemen Profesional
adalah sumber daya manusia yang semua orang mengakui merupakan aset
perusahaan (meskipun sampai sekarang masih kontroversi bagaimana cara
mengukur ”aset” ini). Melakukan merjer dan akuisisi dengan perusahaan
target yang mempunyai manajer yang profesional akan memperbesar
kemungkinan peningkatan prestasi perusahaan secara keseluruhan setelah
bergabung.
7. Mendapatkan Kompetisi yang lebih efektif. Memperoleh laba ynag tinggi
dari hasil pelemparan produk (meskipun produk baru). Menurut teoristis dan
praktis tidak akan lama diperoleh. Secara alamiah perusahaan lain akan
masuk menjual produk yang sama dan itu artinya persaingan menjadi kuat.
Melakukan merjer dan akuisisi terhadap perusahaan target yang ikut bermain
dalam pemasaran produk dapat memperoleh kedudukan yang kompetisi yang
lebih efektif.
8. Meningkatkan Efisiensi (Skala Ekonomi).
Berbagai keuntungan yang diperoleh dari segi ekonomis melalui transaksi merjer dan
akuisisi.
Murahnya bahan baku, proses produksi, pendistribusian dan lain-lain yang
lebih efisien bila dibandingkan sebelum dilakukan penggabungan.
9. Mengurangi Kompetisi. Pesaing bagi suatu perusahaan adalah ”musuh”.
Melakukan transaksi merjer dan akuisisi dengan perusahaan target (pesaing)
adalah salah satu jalan yang lebih mudah. Tujuannya pangsa pasar dapat
dikuasai dan dikendalikan.
10. Memperbaiki Posisi Pemegang Saham Berkenaan Dengan Undang-undang
Pemilikan Tanah. Khususnya di Amerika Serikat, melakukan akuisisi akan
menguntungkan pemegang saham dan pemilikan tanah. Diluar ketentuan
yang telah digariskan dalam Undang-undang bergabung dalam arti anti trust
law, pemegang saham dan pemilikan tanah terlindungi melalui akuisisi. Di
Indonesia, UU yang mengatur tentang akuisisi belum ada. Transaksi merger
dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan go public dapat memperoleh ”keuntungan
dari kekosongan perpajakan”. Setidaknya ada dua keuntungan yang diperoleh.
Pertama, akuisitor melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang terus
menerus merugi. Pada saat dibuat laporan keuntungan konsolidasi akhir tahun akan
menampakkan rugi, walaupun sebelumnya akuisitor berlaba. Akhirnya dengan cara ini
dapat menghilangkan kesempatan negara memperoleh penerimaan pajak melalui PPh
dari pembayaran deviden kepada pemegang saham. Kedua, transaksi akuisisi dapat
mengakibatkan perubahan kesempatan penerimaan pajak dari PPh pada pajak capital
gain.
11. Mengurangi Risiko Memasuki Industri Baru. Memasuki industri baru tentu
saja mengambil resiko yang besar. Oleh karena industri ini kurang berpengalaman
dalam menghadapi gejolak perekonomian maupun persaingan,
maka tindakan terbaik akuisitor mengambil alih merger dan akuisisi
perusahaan yang sudah lama berdiri dan berpengalaman serta tingkat resiko
yang jauh lebih rendah.
12. Pemanfaatn Kapasitas Hutang. Kapasitas hutang suatu perusahaan tentu
terbatas. Perusahaan target dapat memenuhi keterbatasan itu. Dana pinjaman
dari kreditor (pihak ketiga) yang akan lebih mudah dimanfaatkan untuk tujuan produktif.
13. Memecah-mecah Resiko.
Melakukan penggabungan usaha juga menggabungkan aset. Dengan pengabungan itu,
resiko bisnis tersebar ke beberapa pemegang saham yang melakukan penggabungan.
Beberapa Kasus Mengenai Merger dan Akuisisi

Pada kasus industri perbankan, krisis perekonomian yang terjadi di wilayah ekonomi
Asia Timur dan Asia Tenggara pada tahun 1997 telah membawa dampak terjadinya
kemelut di industri perbankan di dalam negeri. Cukup banyak lembaga perbankan yang
menghadapi permasalahan dan bahkan kemudian kolaps akibat krisis tersebut.

Upaya penyelamatan dari bank-bank yang masih bertahan kemudian tertolong dengan
dijalankannya kebijakan “restrukturisasi finansial”dan strategi “merger dan akuisisi”.

Proses merger dan akuisisi di industri perbankan memang memiliki baik dampak yang
positip maupun dampak yang negatip, tergantung dari perspektif kita memandangnya.
Keberhasilan upaya merger dan akuisisi memerlukan keuletan dan jalan yang cukup
berliku bagi berbagai pihak yang ingin sukses menerapkan kebijakan ini.

Dampak Langsung dan Tidak Langsung.

Strategi merger dan akuisisi yang terjadi di industri perbankan dapat memberikan
dampak langsung pada perusahaan yang melakukan proses merger.

Secara mikroekonomi, penerapan strategi ini ternyata disamping dapat memberikan


pengaruh yang positip; dapat juga memberikan rekaman hitam dalam bentuk
kekecewaan, konflik dan bahkan kegagalan dari proses itu sendiri. Pada tingkat makro
ekonomi, sementara ini strategi merger dan akuisisi belum memberikan dampak positif
yang besar.

Pengaruh Mikroekonomi
Begitu dua atau lebih organisasi perbankan melakukan strategi merger maka akan
terjadi perubahan tingkah laku dari perusahaan gabungan tersebut.

Dampak positip yang sering dilaporkan adalah:

(1) Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan
yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat memanage risiko likuiditas
dengan lebih fleksibel.

(2) Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat tetapi
tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage biaya akibat
bertambahnya skala usaha.Efisiensi perusahaan dapat dilakukan lebih lanjut,
khususnya dalam efisiensi biaya provisi kredit.

(3) Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat
memperbesar margin bunga pinjaman.

Tetapi proses merger itu sendiri dapat juga memberikan pengaruh negatif berikut ini:

(1) Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat
terselesaikannya kemelut keuangan di salah satu bank peserta, maka harga penjualan
sahamnya cenderung akan dinilai dibawah harga pasar yang wajar.

(2) Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak
Direksi, manajer dan karyawan.

(3) Proses merger perbankan nasional di Indonesia biasanya diikuti dengan


pengurangan jumlah pegawai dan staf kurang profesional di perusahaan perbankan
hasil merger.

(4) Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik diantara
para anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil merger tersebut
dikuasai oleh lebih satu pemegang saham pengendali. Sebagian anggota komisaris dan
direksi yang ada cenderung untuk berlomba mewakili kepentingan masing-masing
pemilik dari bank hasil merger dengan menunjukkan prestasi kelompoknya masing-
masing.

(5) Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi
efisiensi; sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari sebagian
pihak Direksi dan staf profesional. Jika hal ini berlanjut cukup lama maka biasanya akan
diikuti dengan proses exodus para manager menengah yang profesional dan inovatif.
(6) Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan; sehingga tentunya perusahaan
hasil merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek.

Pengaruh Makro

Di beberapa negara berkembang lainnya di dunia, strategi merger biasa digunakan


untuk memperkuat dan memperluas kepemilikan Pemerintah pada industri perbankan.
Alasannya pelaksanaan strategi ini agar pemerintah dapat menjalankan program
pembangunan dengan dukungan lembaga perbankan yang dikendalikan

Strategi ini ternyata tidak sepenuhnya berhasil, karena yang terjadi adalah
mismanajemen dalam pengelolaan organisasi bank merger yang semakin besar,
dengan laporan banyaknya kejadian kasus , penunjukan rekanan teman sendiri,
inefisiensi penggunaan anggaran promosi dan anggaran pengembangan, serta
diketemukannya berbagai kasus korupsi.

Kasus di salah satu bank hasil merger di tanah air, membuktikan sebagian dari dugaan
ini. Kurangnya pengawasan dari pihak Dewan Komisaris, yang melimpahkan
kewenangan yang lebih besar pada pihak Direksi untuk memutuskan kelayakan kredit
usaha pada jumlah yang besar, telah membawa akibat meningkatnya angka NPL bank
tersebut.

Dampak negatif terjadi karena tidak transparannya perusahaan merger milik pemerintah
yang tidak diawasi sepenuhnya oleh publik.

Pada perspektif yang lain,strategi merger dan akuisisi dipandang sebagai alat untuk
memperkuat struktur kapital perbankan secara makro — di lokasi operasi peserta bank
merger.

Tujuan ini dilaksanakan agar tercapai proses penguatan landasan keuangan perbankan
nasional menuju konvergensi.

Dalam kaitan ini Bank Indonesia beberapa tahun terakhir telah merubah kebijakan
publiknya untuk mengundang partisipasi asing dalam proses merger bank-bank
nasional di Indonesia – sehingga diharapkan akan tercapai arsitektur pengaturan
kapitalisasi perbankan secara bentuk “kerucut piramida”. Kebijakan ini tentunya perlu
dilakukan secara hati-hati, dan bahkan jika perlu dikaji ulang, mengingat bukti-bukti
empiris yang belum mendukung sepenuhnya dugaan tersebut.

Internasionalisasi kepemilikan asing dalam arsitektur perbankan nasional memiliki


potensi yang akan memberikan dampak negatip pada perekonomian nasional,
mengingat beberapa potensi ancaman berikut ini:
(1) Kemungkinan timbulnya kesenjangan antara proses akumulasi dana pihak ketiga
dan proses penyalurannya untuk kepentingan perekonomian lokal dan nasional.

(2) Kurangnya partisipasi bank asing dalam pendanaan kegiatan usaha berskala besar
di tanah air, seperti pendanaan program pembangunan infrastuktur, mengingat
perhitungan managemen resiko yang sangat ketat yang mereka jalankan.

(3) Pada saat kondisi politik di dalam negeri menghadapi skenario kemelut dan krisis,
maka cadangan bank-bank asing di Indonesia akan terjadi.

(4) Bank asing akan memindahkan sementara waktu dana yang terhimpun di dalam
negeri ke anak-anak perusahaan holding yang lokasinya terdekat, seperti di Singapura
dan Hongkong.

(5) Tingkat multiplier penyerapan tenaga kerja di bank milik asing akan cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan angka-angka multiplier pada perusahaan perbankan milik
swasta domestik dan perusahaan BUMN.

Untuk kecap Bango, Unilever mengakuisisinya dari PT Sakura Aneka Food, sebuah
perusahaan keluarga yang didirikan pada 1928. Ketika diakuisisi, perusahaan itu
tengah dipimpin oleh generasi ketiganya, Eppy Kartadinata, 57 tahun, dengan omzet
sekitar Rp1 miliar per bulan. Cukup prospektif. Apalagi kecap Bango juga berhasil lolos
uji FDA (Food & Drug Agency), badan yang mengawasi obat dan makanan di AS,
sehingga bisa mengekspor produknya hingga ke Singapura, Kanada, Australia, dan
Eropa, selain tentunya ke AS. Selama ini volume ekspornya memang belum seberapa,
baru 10% dari total produksi. Selain itu, perusahaan ini juga baru membangun pabrik
baru seluas 8,5 hektare di Subang, Jawa Barat.
Guna mengambil alih kecap Bango, pihak Unilever melakukan pendekatan selama
hampir satu tahun penuh kepada pemiliknya--bukan pendekatan yang mudah. Cuma,
kondisi kecap Bango memang tak terlalu menguntungkan akibat pasarnya mulai
digerogoti oleh kecap-kecap yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar, yang
memiliki teknologi lebih maju dan modal kuat. Sementara itu, bagi kecap Bango,
promosi saja menjadi sesuatu yang mahal. Melorotnya pamor kecap Bango juga tak
lepas dari konflik keluarga yang banyak mewarnai perjalanan bisnisnya. Maka, akhirnya
tak tertahankan lagi, kecap Bango pun pindah ke Unilever.

Você também pode gostar