Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Akuisisi
sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap
oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.
Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti pengambilalihan.
Kata akuisisi aslinya berasal dari bhs. Latin, acquisitio, dari kata kerja acquirere.
Kata ini sering digunakan dalam konteks bisnis, misalnya: "BenQ secara resmi melakukan akuisisi
terhadap salah satu bisnis mobile device (MD) milik perusahaan elektronik raksasa Jerman Siemens AG.
Pengertian Merger dan Akuisisi, Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana
perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger
dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-
merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di
perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain yaitu sebagai
penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan
melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban
perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi
(Harianto dan Sudomo, 2001, p.640).
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset
perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598).
Sedangkan berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung, merger atau akuisisi dapat dibedakan :
a. Horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama
bergabung.
b. Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaansupplier atau customernya.
c. Congeneric merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam garis bisnis
yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan
penjualan dan distribusi yang sama.
d. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger.
Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003, p.717).
Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para
pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut
diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642)
Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan tersebut, maka
akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga
(sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga
menimbulkan biaya legal yang tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643)
Menurut Reksohadiprojo dalam Wiharti
(1999) akuisisi dapat dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha
yang lain, tetapi masih dalam bisnis yang sama.
2. Akuisisi vertikal, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan usaha yang
dibeli.
3. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada
hunungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli.
Pada kasus industri perbankan, krisis perekonomian yang terjadi di wilayah ekonomi
Asia Timur dan Asia Tenggara pada tahun 1997 telah membawa dampak terjadinya
kemelut di industri perbankan di dalam negeri. Cukup banyak lembaga perbankan yang
menghadapi permasalahan dan bahkan kemudian kolaps akibat krisis tersebut.
Upaya penyelamatan dari bank-bank yang masih bertahan kemudian tertolong dengan
dijalankannya kebijakan “restrukturisasi finansial”dan strategi “merger dan akuisisi”.
Proses merger dan akuisisi di industri perbankan memang memiliki baik dampak yang
positip maupun dampak yang negatip, tergantung dari perspektif kita memandangnya.
Keberhasilan upaya merger dan akuisisi memerlukan keuletan dan jalan yang cukup
berliku bagi berbagai pihak yang ingin sukses menerapkan kebijakan ini.
Strategi merger dan akuisisi yang terjadi di industri perbankan dapat memberikan
dampak langsung pada perusahaan yang melakukan proses merger.
Pengaruh Mikroekonomi
Begitu dua atau lebih organisasi perbankan melakukan strategi merger maka akan
terjadi perubahan tingkah laku dari perusahaan gabungan tersebut.
(1) Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar perusahaan
yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat memanage risiko likuiditas
dengan lebih fleksibel.
(2) Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat tetapi
tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage biaya akibat
bertambahnya skala usaha.Efisiensi perusahaan dapat dilakukan lebih lanjut,
khususnya dalam efisiensi biaya provisi kredit.
(3) Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat
memperbesar margin bunga pinjaman.
Tetapi proses merger itu sendiri dapat juga memberikan pengaruh negatif berikut ini:
(1) Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat
terselesaikannya kemelut keuangan di salah satu bank peserta, maka harga penjualan
sahamnya cenderung akan dinilai dibawah harga pasar yang wajar.
(2) Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak
Direksi, manajer dan karyawan.
(4) Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik diantara
para anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil merger tersebut
dikuasai oleh lebih satu pemegang saham pengendali. Sebagian anggota komisaris dan
direksi yang ada cenderung untuk berlomba mewakili kepentingan masing-masing
pemilik dari bank hasil merger dengan menunjukkan prestasi kelompoknya masing-
masing.
(5) Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi
efisiensi; sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari sebagian
pihak Direksi dan staf profesional. Jika hal ini berlanjut cukup lama maka biasanya akan
diikuti dengan proses exodus para manager menengah yang profesional dan inovatif.
(6) Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan; sehingga tentunya perusahaan
hasil merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek.
Pengaruh Makro
Strategi ini ternyata tidak sepenuhnya berhasil, karena yang terjadi adalah
mismanajemen dalam pengelolaan organisasi bank merger yang semakin besar,
dengan laporan banyaknya kejadian kasus , penunjukan rekanan teman sendiri,
inefisiensi penggunaan anggaran promosi dan anggaran pengembangan, serta
diketemukannya berbagai kasus korupsi.
Kasus di salah satu bank hasil merger di tanah air, membuktikan sebagian dari dugaan
ini. Kurangnya pengawasan dari pihak Dewan Komisaris, yang melimpahkan
kewenangan yang lebih besar pada pihak Direksi untuk memutuskan kelayakan kredit
usaha pada jumlah yang besar, telah membawa akibat meningkatnya angka NPL bank
tersebut.
Dampak negatif terjadi karena tidak transparannya perusahaan merger milik pemerintah
yang tidak diawasi sepenuhnya oleh publik.
Pada perspektif yang lain,strategi merger dan akuisisi dipandang sebagai alat untuk
memperkuat struktur kapital perbankan secara makro — di lokasi operasi peserta bank
merger.
Tujuan ini dilaksanakan agar tercapai proses penguatan landasan keuangan perbankan
nasional menuju konvergensi.
Dalam kaitan ini Bank Indonesia beberapa tahun terakhir telah merubah kebijakan
publiknya untuk mengundang partisipasi asing dalam proses merger bank-bank
nasional di Indonesia – sehingga diharapkan akan tercapai arsitektur pengaturan
kapitalisasi perbankan secara bentuk “kerucut piramida”. Kebijakan ini tentunya perlu
dilakukan secara hati-hati, dan bahkan jika perlu dikaji ulang, mengingat bukti-bukti
empiris yang belum mendukung sepenuhnya dugaan tersebut.
(2) Kurangnya partisipasi bank asing dalam pendanaan kegiatan usaha berskala besar
di tanah air, seperti pendanaan program pembangunan infrastuktur, mengingat
perhitungan managemen resiko yang sangat ketat yang mereka jalankan.
(3) Pada saat kondisi politik di dalam negeri menghadapi skenario kemelut dan krisis,
maka cadangan bank-bank asing di Indonesia akan terjadi.
(4) Bank asing akan memindahkan sementara waktu dana yang terhimpun di dalam
negeri ke anak-anak perusahaan holding yang lokasinya terdekat, seperti di Singapura
dan Hongkong.
(5) Tingkat multiplier penyerapan tenaga kerja di bank milik asing akan cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan angka-angka multiplier pada perusahaan perbankan milik
swasta domestik dan perusahaan BUMN.
Untuk kecap Bango, Unilever mengakuisisinya dari PT Sakura Aneka Food, sebuah
perusahaan keluarga yang didirikan pada 1928. Ketika diakuisisi, perusahaan itu
tengah dipimpin oleh generasi ketiganya, Eppy Kartadinata, 57 tahun, dengan omzet
sekitar Rp1 miliar per bulan. Cukup prospektif. Apalagi kecap Bango juga berhasil lolos
uji FDA (Food & Drug Agency), badan yang mengawasi obat dan makanan di AS,
sehingga bisa mengekspor produknya hingga ke Singapura, Kanada, Australia, dan
Eropa, selain tentunya ke AS. Selama ini volume ekspornya memang belum seberapa,
baru 10% dari total produksi. Selain itu, perusahaan ini juga baru membangun pabrik
baru seluas 8,5 hektare di Subang, Jawa Barat.
Guna mengambil alih kecap Bango, pihak Unilever melakukan pendekatan selama
hampir satu tahun penuh kepada pemiliknya--bukan pendekatan yang mudah. Cuma,
kondisi kecap Bango memang tak terlalu menguntungkan akibat pasarnya mulai
digerogoti oleh kecap-kecap yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar, yang
memiliki teknologi lebih maju dan modal kuat. Sementara itu, bagi kecap Bango,
promosi saja menjadi sesuatu yang mahal. Melorotnya pamor kecap Bango juga tak
lepas dari konflik keluarga yang banyak mewarnai perjalanan bisnisnya. Maka, akhirnya
tak tertahankan lagi, kecap Bango pun pindah ke Unilever.