Você está na página 1de 18

Inovasi Sistem Edu-Zeroware (Education, Zero Waste, Waste Refinery)

sebagai Upaya Mengurangi Volume Sampah di TPA Piyungan


(Studi Kasus Kabupaten Sleman)
Leon Tandela1, Ria Verensia2, Nindi Yunia Rafmi3

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No.2, Senolowo,
Sinduadi, Kec. Mlati, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta55281
leon.tandela@mail.ugm.ac.id1 , riaverensia@mail.ugm.ac.id2

ABSTRACT

The few numbers of society in Daerah Istimewa Yogyakarta who manage the waste leads to the midden volume
to increase in Piyungan Landfill. Based on data from National Waste Management Information System 2017-2018,
Sleman Regency had 174.99 tons a day of waste delivered to Piyungan Landfill and 1056.87 tons waste a day left without
being handled. Due to this practice, Edu-Zeroware system (Education, Zero Waste, and Waste Refinery) is proposed to
reduce the midden volume itself in Piyungan and treat the waste in Sleman Regency. The writing methods of this paper
are literature research and observation in villages in Sleman. The result is that the role of society to manage the waste
comes as essential part to create a community within daily Zero Waste action. Edu-Zeroware system is started when the
society not only individually sort the waste out, but also in Tempat Pengolahan Sampah – Reuse, Reduce, Recycle,
Recovery (TPS-4R). The sorted and collected wastes in containers are differentiated by the characteristic as organic,
reusable, residue, and the harmful waste (B3). Organic waste becomes compost within biological proccess in biopot and
bipore holes. Anorganic waste in TPS-4R is further processed into usable product, such as modified paving block and
brick making. TPS-4R implements Waste Refinery Concepts and provides biogas instalation that is able to convert
organics into energy for domestic needs. While residue is delivered to Piyungan Landfill. Existing condition is redesigned
from Open Dumping to Sanitary Landfill and additionally equipped with incinerator mini for processing waste into
energy by incineration. Besides, these integrated waste treatment concepts started from villages in Sleman to landfill is
expected to reduce the midden volume in Piyungan significantly. It also can be an environmental education and boost
others to do the eco-friendly waste process.

Keywords: Education, Piyungan Landfill, TPS-4R, Waste Refinery, Zero Waste

I. PENDAHULUAN Permasalahan sampah yang terjadi di TPA


Piyungan saat ini adalah meningkatnya jumlah
1.1 Latar Belakang volume sampah dan melebihi daya tampung TPA.
Lahan TPA semakin sempit, faktor jarak
Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal
mengakibatkan pengangkutan sampah kurang
dengan latar belakangnya sebagai kota
efektif, teknologi pengolahan tidak optimal,
pariwisata dan kota pelajar. Hal ini
terbatasnya tempat penampungan sampah
menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta
sementara (TPS), kurangnya sosialisasi dan
selalu ramai dengan aktivitas masyarakat
dukungan pemerintah mengenai pengelolaan
yang ada, baik penduduk tetap, wisatawan
sampah serta minimnya edukasi dan manajemen
dan para pelajar. Mengingat hal tersebut,
diri pengelolaan sampah.
timbul dampak berupa peningkatan jumlah
Kabupaten Sleman menjadi salah satu
olume sampah yang akan menjadi potensi
Kabupaten di DIY dengan jumlah penduduk yang
bencana apabila masyarakat tidak
padat, sampah menjadi tantangan yang
berpartisipasi secara aktif dalam
memerlukan perhatian lebih. Tercatat, bahwa total
pengurangan atau pengelolaan sampah.
sampah Kabupaten Sleman per hari bila dihitung
Kota Yogyakarta, Kabupatan Bantul dan
dari jumlah penduduk Kabupaten Sleman adalah
Kabupaten Sleman menggunakan Tempat
kurang lebih 2.917.75 m3 per hari, namun jumlah
Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, saat
ini tentu dapat lebih besar bila dihitung dari
ini beralih nama menjadi Tempat
aktivitas yg terjadi di Sleman mengingat Sleman
Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)
merupakan daerah pendidikan dan wisata dengan
Piyungan meski dengan fungsi yang sama.
Edu-Zeroware 2019
2015
jumlah penduduk tidak tetap yang cukup pembangunan galian dan timbunan, serta
tinggi. lapisan struktur landfill.
Oleh sebab itu, dirancang sistem Edu-
Zeroware (Education, Zero Waste dan 1.4. Tujuan Penulisan
Waste Refinery) yang bertujuan untuk
mengurangi volume sampah di TPA Dari Latar Belakang dan Rumusan masalah
Piyungan dan menangani sampah dengan yang telah dijabarkan di atas, maka penulisan ini
Kabupaten Sleman sebagai objek dari studi bertujuan untuk :
kasus yang dilakukan. Sistem ini 1. Melakukan kajian alur proses yang
mengintegrasikan kelestarian lingkungan dilakukan di Kabupaten Sleman dalam upaya
sosial yang melibatkan masyarakat. pengelolaan sampah
2. Memberikan rekomendasi terhadap alur
1.2 Rumusan Masalah proses yang telah dilakukan untuk dapat
memaksimalkan proses pengelolaan
Berdasarkan latar belakang diatas, sampah.
maka terdapat beberapa permasalahan
yang akan dibahas dalam penulisan ini, 1.5. Metode Penelitian
diantaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana alur proses penanganan
sampah di Kabupaten Sleman,
Yogyakarta dengan sistem Edu-
Zeroware?
2. Bagaimana keadaan volume sampah
di TPA Piyungan dengan
menerapakan sistem Edu-Zeroware di
Kabupaten Sleman?
3. Bagaimana peran sistem Edu-
Zeroware dalam membentuk sebuah
eco-village yang berkelanjutan?

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang


digunakan dalam penulisan yang
dilakukan ini adalah sebagai berikut
1. Kajian penelitian dalam merancang
sebuah komunitas eco-village yang
diberi nama GAMA-Village dimulai
dari skala rumah tangga yang berada
di Dusun Sukunan, Banyuraden,
Gamping, Area Sawah, Banyuraden,
Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2. Objek penulisan ini adalah
pengelolaan dan pengangkutan
sampah di TPA Piyungan dengan
memperhitungkan jumlah timbulan
sampah di Kabupaten Sleman.
3. Kajian Rencana Anggaran Biaya Gambar 1.1 Alur Metode Penelitian
(RAB) hanya memperhitungkan
Edu-Zeroware 2019
2015
II. TINJAUAN PUSTAKA TPST Piyungan dalam kondisi kritis karena TPST
ini masih beroperasi sampai sekarang tanpa
2.1 Kondisi Tempat Pemrosesan Sampah adanya perubahan luas tampungan badan sampah
Terpadu (TPST) Piyungan Saat Ini (10 Ha). Adanya pembebasan lahan ditahun 2016
sebesar 2,5 Ha pada bagian barat belum dapat
Kota Yogyakarta, Kabupatan Bantul dipergunakan karena terbentur pada masalah
dan Kabupaten Sleman menggunakan finansial sehingga pihak pengelola menunggu
TPA Piyungan, saat ini beralih nama adanya investor yang bersedia menjalin
menjadi Tempat Pengelolaan Sampah kemitraan untuk keperluan bisnis dibidang
Terpadu (TPST) Piyungan meski dengan pendauran ulang sampah.
fungsi yang sama. TPA Piyungan terletak Penumpukan sampah yang melebihi usia
di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, teknis mengisyaratkan bahwa beban pencemar
Kabupaten Bantul. Profil lokasi berupa dari pembusukan sampah di lokasi tersebut
lembah dengan kemiringan bervariasi, terhadap tanah, air dan udara melampaui daya
curam dan mendatar serta membentuk tampung dan daya dukung lingkungan
tanah ledok dengan jurang yang cukup sebagaimana yang menjadi pertimbangan dalam
dalam (40 meter). TPA ini memiliki luas perhitungan usia teknis. Pencemaran terhadap
12,5 Ha dengan kapasitas tampungan tanah, air dan udara di lokasi tersebut tidak
sebesar 2,7 juta m3. Adapun usia teknis bersifat lokal melainkan berdampak pula pada
TPST berdasarkan AMDAL adalah 17 kehidupan manusia sekitarnya. Jarak TPA dengan
tahun terhitung sejak terbangun dan kawasan permukiman yang cukup dekat berkisar
beroperasi pada tahun 1995. 20 meter tentu membawa dampak yang buruk
Permasalahan utama dari volume bagi kesehatan masyarakat karena adanya bakteri
sampah yang terus meningkat adalah dan zat berbahaya yang terkandung dalam air,
keterbatasan kapasitas TPA dalam tanah dan udara.
menampung sampah. Apabila Kondisi dilematis yang terjadi adalah jika TPA
kapasitasnya telah terlampaui bukan tidak Piyungan menghentikan operasionalnya sampai
mungkin terjadi bencana seperti ledakan dengan adanya investor untuk pengembangan
dan longsor sampah. Saat ini, sekitar 450- lahan 2,5 Ha yang telah dibebaskan maka
500 ton/hari diangkut ke TPST Piyungan. pencemaran sampah dapat terjadi di sumber-
Volume sampah tersebut akan terus sumber sampah yaitu kawasan permukiman,
meningkat seiring pertumbuhan ekonomi, perkantoran, dan lain sebagainya yang terletak di
jumlah penduduk dan pemenuhan tiga wilayah administratif yang menjadi cakupan
kebutuhan lahan untuk tujuan tertentu. layanan TPA Piyungan. Tidak adanya tempat
Selain, kenaikan tersebut juga penampung akhir sampah menyebabkan
dipengaruhi ketergantungan masyarakat masyarakat pada pilihan untuk menimbun
terhadap keberadaan TPA dan TPS serta sampah, membakar sampah dan membuang
sistem layanan pengangkutan sampah oleh sampah ke sungai.
Dinas Lingkungan Hidup tiap TPA Piyungan terbatas pada pengelolaan
kota/kabupaten. Masyarkat belum sampah semata dimana sampah yang diangkut ke
memiliki kesadaran lingkungan yang TPA ini dikelola dengan proses penimbangan,
cukup baik sehingga partipasi masyarakat penumpukan, pengurugan dan penimbunan
dalam upaya pemilahan sampah, sebagaimana sistem Controlled Landfill.
pembuangan sampah ke depo sampah atau Pengurangan volume sampah di TPST Piyungan
TPS secara mandiri serta mengolah terfokus pada pembusukan alami dan
sampah masih rendah. pengambilan sampah bernilai ekonomi oleh
Berdasarkan buku profil TPST Piyungan pemulung.
dan hasil wawancara menyatakan bahwa Beberapa pemulung mendirikan bangunan-
usia teknis operasionalnya berakhir pada bangunan baik gudang penyimpanan maupun
tahun 2012 atau terhitung 17 tahun sejak rumah pribadi di sekitar lokasi TPA Piyungan.
1995. Hal ini tentu mengisyaratkan bahwa Pengelola tidak secara resmi menjalin kemitraan
Edu-Zeroware 2019
2015
dengan pemulung namun tidak dapat pemerintah terkait dalam hal ini Satuan Kerja
dipungkiri peran pemulung cukup besar (SatKer) Pengembangan Sistem Penyehatan
sebagai upaya pengurangan volume Lingkungan Permukiman (PSPLP) Derah Istimewa
sampah di TPA, khususnya sampah Yogyakarta. Persebaran TPS 3R di Kabupaten
anorganik. Sleman dapat dilihat dari Tabel 2.1 berikut ini.
TPA Piyungan masih berorientasi pada
sistem kelola semata perlu melakukan Tabel 2.1 Lokasi dan Koordinat Wilayah DIY
perubahan ke arah pengolahan sampah Koordinat
Lokasi Tahun
agar proses penguraian sampah Lat (X) Long(Y)
Tamanmartani
berlangsung lebih efektif dan efisien guna Kalasan 2015 -7,74034 110,48959
mengurangi timbunan sampah. Minomartani II 2012 -7,73919 110,40273
Pengolahan sampah membutuhkan Kuton Tegaltirto
Berbah 2012 -7,81856 110,43982
persiapan dan perencanaan matang Klajoran
diberbagai lini seperti pendanaan, Sidokarta
pengadaan alat, tenaga kerja, peran Godean 2007 -7,77003 110,31273
Plumbon Tengah
pemerintah atau instansi terkait, Mororejo Tempel 2015 -7,6735 110,3232
partisipasi masyarakat, dan lain Minomartani
sebagainya. Pengelola telah melakukan Ngaglik 2015 -7,743 110,40922
Ngaran Balecatur
upaya composting sampah organik namun Gamping 2015 -7,80361 110,28797
dengan persentase yang sangat kecil yaitu Daplokan
5% dari total sampah organik. Padahal Margomulyo 2015 -7,72327 110,31367
Jetis
sampah organik merupakan jenis sampah Widodomartani 2015 -7,70108 110,44462
yang dominan di TPA Piyungan dengan Temu Lawak
komposisi 77,36% dari total volume Triharjo 2008 -7,68162 110,34474
Bayen
sampah (BPPT, 2016). Pengolahan Purwomartani 2013 -7,7501 110,45964
sampah seperti upaya composting, Candikarang
pembuatan kriya atau barang kerajinan, Sardonoharjo 2015 -7,70183 110,40986
Sucen Triharjo 2016 -7,70456 110,34586
briket, batako sterofoam, biogas, produksi Gudengan Kidul
biji plastik, dan jenis pendaur ulangan Margorejo 2017 -7,7167 110,39024
sampah lainnya akan signifikan Dayakan
Sardonoharjo 2017 -7,71665 110,38812
membantu pengurangan volume sampah Krandon
dan disisi lain memberikan manfaat Wedomartani 2016 -7,72355 110,41692
ekonomi serta berdampak baik terhadap Calukan
Sinduharjo 2015 -7,71761 110,41844
lingkungan. Sumber : Dzulfikar 2019

2.2. Persebaran dan Keadaan TPS 3R di Jika diasumsikan dalam 1 KK terdiri dari 5
Sleman anggota keluarga, jumlah penduduk yang dapat
terlayani dengan adanya TPS 3R adalah 70.105
Sebaran TPS 3R yang ada di Daerah jiwa. Jumlah tersebut hanya 1,83% dari jumlah
Istimewa Yogyakarta sebanyak 46 lokasi total penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta.
dengan pembagian sebagai berikut : Asumsi jumlah 5 anggota keluarga yang digunakan
1. Kabupaten Bantul sebanyak 11 lokasi ini berdasarkan tingkat kepadatan penduduk di
2. Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 10 lokasi TPS 3R. Jumlah cakupan pelayanan TPS 3R
lokasi dapat dilihat pada Tabel 2.2. berikut.
3. Kabupaten Sleman sebanyak 17 lokasi
4. Kabupaten Kulonprogo 8 lokasi
Tabel 2.2. Lokasi dan Timbulan Sampah yang
dihasilan disetiap TPS 3R di Kabupaten Sleman
Data sebaran lokasi fasilitas berupa TPS KK
Timbulan
3R ini diteliti berdasarkan data pembangunan yang Desa yang
Lokasi Sampah
Terlaya Terlayani
fasilitas persampahan yang dibangun oleh (m3/hari)
ni
Edu-Zeroware 2019
2015
Tamanmartani dihuni sekitar 800 jiwa dengan 296 Kepala
Kalasan 200 Tamanmartani 2,16
Keluarga (KK) yang terbagi dalam 5 RT.
Minomartani II 156 Minomartani II 1,68
Kuton Sebagian besar KK di Kampung Sukunan
Tegaltirto mempunyai mata pencaharian sebagai petani,
Berbah 150 Tegaltirto 1,62
Klajoran buruh, pedagang dan usaha kecil rumahan, atau
Sidokarta dapat dibilang bahwa sebagian besar warganya
Godean 150 Sidokarta 1,62
Plumbon berpendidikan dan berpendapatan menengah ke
Tengah bawah, hanya sebagian kecil yang menjadi
Mororejo
Tempel 60 Mororejo 0,65 karyawan swasta, PNS dan TNI.
Minomartani Awal permasalahan pengelolaan sampah
Ngaglik 320 Minomartani I 3,46
Ngaran dirasakan oleh para petani yang sering
Balecatur menemukan buangan sampah di lahan mereka,
Gamping 80 Balecatur 0,86
Daplokan selain itu banyak warga yang merasa bingung
Margomulyo 130 Margomulyo 1,4 dan repot apabila harus membuang sampah
Jetis
Widodomartani 300 Widodomartani 3,24 mereka di TPS yang terletak cukup jauh dari
Temu Lawak Kampung Sukunan. Dengan adanya Pak
Triharjo 200 Triharjo 2,16
Bayen Iswanto sebagai penggagas pengelolaan sampah
Purwomartani 600 Purwomartani 6,48 swakelola mandiri dan produktif serta dibantu
Candikarang
Sardonoharjo 180 Sardonoharjo 1,94 dengan pihak swasta sebagai donatur, warga
Sucen Triharjo 260 Triharjo 2,81 Sukunan mulai mengembangkan sistem
Gudengan pengelolaan sampah tersebut yang dimulai dari
Kidul
Margorejo 420 Margorejo 4,54 tingkat rumah tangga hingga tingkat kelompok.
Dayakan Pemilihan sistem pengelolaan sampah
Sardonoharjo 308 Sardonoharjo 3,33
Krandon swakelola di Kampung Sukunan bertujuan
Wedomartani 106 Wedomartani 1,14 untuk menangani permasalahan sampah secara
Calukan
Sinduharjo 185 Sinduharjo 2 mandiri oleh masyarakat, oleh karena itu
Sumber : Dzulfikar,2019 pemulung tidak diijinkan masuk di lingkungan
Kampung Sukunan. Dengan adanya sistem
Proses pengangkutan yang dilakukan ini tersebut diharapkan akan tumbuh kesadaran
biasanya menggunakan kendaraan bermotor masyarakat dalam menjaga lingkungan dan
roda 3 (tiga) dan kendaraan jenis mobil bak memperkuat rasa kepemilikan akan Kampung
terbuka (pick up). Penggunaan dan pemilihan Sukunan sehingga warga akan lebih
armada yang digunakan tersebut lebih memberikan perhatian penuh terhadap
mengarah pada penyesuaian lokasi dan kebersihan dan keindahan lingkungan tempat
medan yang akan dilalui pada proses tinggal mereka.
pengangkutan yang mana lebih praktis dan
efektif sehingga bisa masuk pada jalan yang
lebih kecil agar seluruh pelanggan dapat
terlayani dengan baik dan merata.

Landasan penyusunan sistem pengelolaan


2.3 Sistem Pengelolaan Sampah sampah di Kampung Sukunan telah sesuai
Kampung Sukunan dengan penanganan sampah yang tertulis dalam
UU RI No.18 Tahun 2008 mengenai
Kampung Sukunan terletak di Pengolahan Sampah.
Kecamatan Gamping, Kabupaten
Sleman, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kampung Sukunan
mempunyai luas sekitar 42 Ha dan
Edu-Zeroware 2019
2015
tinggi yang meningkatkan nilai tambah limbah.
Pemulihan energi juga terjadi sehingga limbah
memegang peran penting sebagai pengganti
bahan baku asli. Hal ini menghemat sumber
daya fosil.
Konsep Waste Refinery merupakan
paradigma baru dalam pengelolaan sampah.
Sampah dinilai sebagai bahan baku potensial
untuk diolah kembali sebagai produk bernilai
tambah. Artinya, sampah merupakan bahan
baku yang dapat ditingkatkan nilainya melalui
proses-proses tertentu sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai energi produk-produk
baru hasil proses recycle.
Bebas Sampah atau Zero Waste dalam
bahasa Inggris adalah filsafat yang mendorong
perancangan ulang daur sumberdaya, dari
sistem linier menuju siklus tertutup, sehingga
Gambar 2.1 Bagan Pengelolaan semua produk digunakan kembali. Tidak ada
Sampah Kampung Sukunan sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) dan insinerator atau teknologi
2.4 Konsep Education dalam termal lainnya (gasifikasi, pirolisis). Definisi
Pengelolaan Sampah Bebas Sampah yang diakui secara internasional,
yang digunakan oleh Zero Waste International
Eco-village adalah desa/kampung Alliance (ZWIA) adalah: "Bebas Sampah
berbudaya lingkungan dimana adalah tujuan etis, ekonomis, efisien, dan
masyarakatnya mampu mengelola visioner, untuk memandu masyarakat dalam
lingkungannya sesuai dengan kaidah mengubah gaya hidup dan praktik-praktik
keberlanjutan meliputi konservasi, mereka dalam meniru siklus alami yang
pemanfaatan dan pemulihan lingkungan. berkelanjutan, dimana semua material yang
Selanjutnya Eco-village sebagai bentuk tidak terpakai lagi dirancang untuk menjadi
interaksi manusia terhadap lingkungan sumber daya bagi pihak lain untuk
untk mencapai kehidupan berkelanjutan menggunakannya. Bebas Sampah berarti
dan lestari. Eco-village ini memfasilitasi merancang dan mengelola produk dan proses
masyarakat untuk mengidentifikasi, untuk secara sistematis menghindari dan
mengkaji serta memecahkan berbagai menghilangkan jumlah dan daya racun limbah
persoalan yang dirasakan mengganggu dan material, melestarikan dan memulihkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini semua sumber daya, dan tidak membakar atau
merupakan aspek edukasi bagi menguburnya.
masyarakat mengenai pentingnya Bebas Sampah mengacu pada pengelolaan
partisipasi masyarakat dalam sampah dan pendekatan perencanaan yang
pengelolaan sampah. menekankan pencegahan sampah sebagai lawan
dari pendekatan pengelolaan end of pipe. Ini
2.5 Konsep Waste Refinery dan Zero adalah pendekatan sistem yang menyeluruh
Waste yang menyasar perubahan besar-besaran pada
bagaimana material mengalir melalui
Pengurangan ketergantungan bahan masyarakat, sehingga tidak ada yang sia-sia.
bakar fosil dan penghematan sumber Bebas Sampah mencakup lebih dari
daya menjadi semakin esensial dalam menghilangkan sampah melalui daur ulang dan
beberapa tahun terakhir. Dari perspektif penggunaan kembali, berfokus pada merancang
ini, terjadi tingkat daur ulang yang lebih ulang sistem produksi dan distribusi untuk
Edu-Zeroware 2019
2015
mengurangi limbah. Bebas Sampah
lebih merupakan tujuan atau cita-cita
daripada target yang sulit dicapai. Bebas
Sampah menyediakan prinsip-prinsip
pemandu untuk upaya penghilangan
sampah secara terus menerus.
Menghilangkan sampah dari
awal memerlukan keterlibatan yang
intensif terutama dari industri dan
pemerintah, karena mereka mermiliki
posisi yang lebih kuat daripada individu.
Bebas Sampah tidak akan mungkin
terwujud tanpa upaya dan tindakan
signifikan dari industri dan pemerintah.
Industri memiliki kontrol atas desain
produk dan kemasan, manufaktur proses
dan penentuan bahan yang digunakan. Gambar 2.2 Hierarki Pengelolaan Sampah
Pemerintah memiliki kemampuan untuk
membuat kebijakan dan memberikan Sebagai prioritas tertinggi pada Gambar
subsidi untuk desain proses produksi 2.1, reduce merupakan langkah untuk
yang lebih baik dan kemampuan untuk mengurangi timbulan sampah di sumbernya.
mengembangkan dan menerapkan Reduce dapat dilakukan sejak sebelum sampah
strategi pengelolaan sampah yang dihasilkan dengan cara merubah pola hidup
komprehensif yang dapat konsumtif, yaitu merubah kebiasaan boros dan
menghilangkan sampah daripada menghasilkan sampah menjadi hemat dan
sekadar mengelolanya. sedikit sampah. Dilanjutkan dengan reuse, yaitu
upaya memakai material agar tidak menjadi
sampah secara langsung, misalnya memakai
2.6. Pengelolaan Sampah dengan Konsep ember bekas menjadi pot bunga. Sampah yang
4R (Reduce, Reuse, Recycle dan tidak dapat di reduce dan reuse kemudian
Recovery) dimanfaatkan kembali dan didaur ulang
(recycle). (Kemenpupr, 2010)
Konsep 4R (Reduce, Reuse, Recovery merupakan langkah terakhir
Recycle dan Recovery) merupakan dasar sebelum dibuang ke TPA. Recovery
penanganan untuk mengurangi timbulan memulihkan energi yang terdapat pada sampah.
sampah. Pengelolaan sampah dilakukan Energi yang terkandung dalam sampah organik
dalam berbagai tahap, mulai dari sumber dapat dipulihkan melalui suatu pengelolaan
timbulnya sampah hingga TPA. Dalam yang terpola. Pengomposan merupakan salah
hierarki pengelolaan sampah seperti satu contoh recovery yang menghasilkan
pada Gambar 2.2, pembuangan di TPA kompos dari sampah organik. Pemanfaatan
merupakan langkah terakhir yang kurang sampah menjadi energi merupakan paradigma
disarankan. Hal tersebut disebabkan baru pengelolaan sampah yang apabila
arena TPA memiliki risiko yang tinggi diterapkan akan mengurangi timbulan sampah
berupa pencemaran tanah, air dan udara sebesar 60% hingga 90% (Singh dkk, 2015).
apabila tidak ditangani dengan baik (El- 2.7 Metode Tanah Urug Saniter (Sanitary
Haggar, 2007). Landfill)

Menurut SNI 03-3241-1994, TPA


merupakan sarana fisik tempat pemrosesan
sampah agar sampah dapat dikembalikan ke
lingkungan secara aman. Sedangkan menurut
Edu-Zeroware 2019
2015
SNI 19-2454-2002, secara umum TPA III HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki metode-metode yang beragam
seperti sanitary landfill, controlled 3.1 Proses Pemilahan Sampah
landfill, modern landfill dan open
dumping. Metode yang dipilih dalam Pada sistem Edu-Zeroware, pemilahan
pengolahan sampah di TPA perlu dilakukan dari skala rumah tangga sampai ke
dilakukan dengan cara tepat, sehat dan Tempat Pengolahan Sampah -Reuse, Reduce,
tidak mencemari lingkungan. Oleh Recycle, Recovery (TPS-4R). Pemilihan sistem
karena itu, pengoperasian TPA pengelolaan sampah swakelola ini bertujuan
sebagaimana dimaksud pada Permen PU untuk menangani permasalahan sampah secara
no 3 tahun 2013 perlu menjamin fungsi: mandiri dari skala rumah tangga,
a. pengendalian vektor penyakit; komunal/lingkungan dan TPS-4R sehingga
b. sistem pengumpulan dan pengolahan tidak ada sampah yang dikirim ke TPST
lindi; (zerowaste). Sampah yang dikirim ke TPST
c. penanganan gas; hanya berupa residu hasil pengolahan dari TPS-
d. pemeliharaan estetika sekitar 4R.
lingkungan; Pemilahan yang dilakukan pada sistem Edu-
e. pelaksanaan keselamatan pekerja; Zeroware membagi sampah menjadi 5 jenis
dan yaitu:
f. penanganan tanggap darurat bahaya 1. Sampah Organik
kebakaran dan kelongsoran. 2. Sampah Guna Ulang
3. Sampah Daur Ulang
Pada penelitian kali ini akan 4. Sampah Residu
diterapkan metode sanitary landfill 5. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
karena metode pemusnahan sampah ini
dilakukan dengan cara menimbun tanah
selapis demi selapis sehingga sampah
tidak berada di ruang terbuka yang dapat
menimbulkan bau. Penutupan sampah
pada metode ini dilakukan setiap hari.
Oleh karena itu untuk mendukung
operasional sanitary landfiill, TPA
dilengkapi dengan sarana prasarana
sebagai berikut:
a. fasilitas umum (jalan masuk,
kantor/pos jaga, saluran drainase dan
pagar);
b. fasilitas perlindungan lingkungan
(laisan kedap air, pengumpul lindi, Gambar 3.1 Pemilahan Sampah Menurut
pengolahan lindi, ventilasi gas, Jenisnya
daerah penyangga, tanah penutup); Sistem Edu-Zeroware yang akan diterapkan
c. fasilitas penunjang (jembatan di Desa Sukunan (desa kajian GAMA-Village)
timbang, fasilitas air bersih, listrik, membentuk masyarakat desa yang dapat
bengkel dan hangar); dan mengolah dan memilah sampah berdasarkan
d. fasilitas operasional (alat besar dan jenis dan fungsinya secara mandiri. Proses
truk pengangkut tanah) pengolahan sampah akan dimulai dari
pemilahan sampah berdasarkan jenisnya seperti
pada Gambar 3.1. dalam skala Rumah Tangga.
Sampah Organik akan diolah menjadi kompos
yang digunakan untuk masing-masing rumah
tangga yang mengolahnya. Kemudian sampah
Edu-Zeroware 2019
2015
guna ulang dan sampah daur ulang akan
dioptimalkan untuk digunakan kembali
di rumah tangga. Namun, bagi
masyarakat desa yang pasif dalam
mengolah dan memilah sampah di
Rumah Tangga dan tidak dapat
mengolah sampah yang diproduksi,
dapat membuang sampah di pewadahan
komunal yang dirancang tersedia untuk
80KK.
Selanjutnya, pada pewadahan
komunal sampah organik diolah menjadi
pupuk komunal yang dapat digunakan
bersama dalam masyarakat. Kemudian
sampah guna ulang dan sampah daur
ulang akan dipilah dalam pewadahan
komunal. Selanjutnya sampah yang Sumber: Olahan Penulis 2019
tersisa pada pewadahan komunal akan
diolah pada TPS 4R. Pada TPS 4R Gambar 3.2 Bagan Alir Pemilahan Sampah
sampah organik akan diolah menjadi berdasarkan Jenisnya
kompos yang dapat digunakan oleh
masyarakat disekitar lokasi, selanjutnya 3.2 Proses Pewadahan Sampah
sampah guna ulang dan sampah daur
ulang akan diolah menjadi produk 3.2.1 Pewadahan Sampah Skala Rumah
kerajinan. Bagi masyarakat yang belum Tangga
mampu mengolah sampah di TPS 4R Sampah yang dipilah di skala Rumah
menjadi suatu produk, maka sisa sampah Tangga sesuai dengan Subbab 3.1
di TPS 4R akan diteruskan untuk dikumpulkan dalam wadah yang jenisnya
selanjutnya diolah di TPA. Pengolahan bersifat relatif atau disesuaikan dengan
sampah di TPA akan dilakukan dengan keinginan/preferensi masing-masing Rumah
menggunakan incinerator berupa Tangga. Wadah tersebut dapat berupa drum,
Tungku Sanira. karung goni, karung plastik, kaleng cat bekas,
Jenis sampah residu dan sampah B3 tempat sampah plastik, atau bahan lainnya.
akan dipilah dalam skala rumah tangga Untuk sampah organik, masing-masing
terlebih dahulu, selanjutnya diteruskan Rumah Tangga masyarakat akan mengolah
ke pewadahan komunal bagi sampah sampah organik menjadi kompos secara
yang tersisa dan masyarakat yang belum mandiri dengan media biopot dan biopori.
mampu mengolahnya, kemudian sampah Kelebihan metode ini adalah kebutuhan akan
yang masih tersisa akan diolah di TPS lahan yang rendah.
4R dan selanjutnya akan diteruskan di Berdasarkan data dari Badan Litbang dan
TPA. Pada TPA, sampah residu akan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan
diolah bersamaan sisa sampah organic, Kehutanan, pengomposan merupakan salah
sampah daur ulang dan sampah guna satu tahapan pembuatan biopot adalah
ulang menggunakan Tungku Sanira. pengomposan. Biopot adalah suatu wadah
Selanjutnya sampah B3 akan yang digunakan dalam kegiatan pembibitan
ditempatkan di gudang yang terdapat tanaman di persemaian, terbuat dari campuran
pada TPA. bahan organik yang telah dikomposkan dengan
Pemilahan sampah berdasarkan tanah liat dan mikroba tanah (seperti jamur dan
jenisnya berdasarkan system Edu- atau bakteri yang berguna), contonya
Zeroware dapat dilihat berdasarkan mikoriza, bakteri pelarut fosfat, bakteri
Gambar 3.2. berikut. penambat nitrogen dan lain-lain.
Edu-Zeroware 2019
2015
Biopori yang merupakan lubang
peresapan (dicetuskan oleh Dr. Kamir Mengacu pada SNI 19-2454-2002 Tata
Raziudin Brata, peneliti dari Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Departemen Ilmu Tanah dan Perkotaan, salah satu standar kapasitas wadah
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian komunal adalah 1000 liter per 80 KK.
Institut Pertanian Bogor) dapat Dilakukan perancangan wadah yang
dimanfaatkan menjadi media berjumlah 5 buah dengan volume masing-
pengomposan. masing wadah 200 liter sehingga total volume
sampah yang dapat ditampung adalah 1000
liter (Lihat Lampiran 1). Berdasarkan data
primer, jumlah KK di Kampung Sukunan
adalah 296 KK. Oleh karena itu, dibutuhkan
perencanaan lokasi penempatan pewadahan
komunal sebanyak 4 unit.
Wadah memiliki sifat kedap air, tahan
korosi, ringan, ekonomis, mudah dibuat oleh
masyarakat, mudh digunakan serta
Gambar 3.3 Biopot dikosongkan. Bahan pembuatan wadah
menggunakan material hasil daur ulang dari
sampah plastik. Sarana pewadahan ini terdiri
dari lima wadah dengan ketentuan dan warna
seperti Gambar 3.1.

3.2.2.2 Lokasi Penempatan Wadah

Dilakukan perencanaan lokasi


penempatan wadah dengan membagi
Kampung Sukunan yang terdiri dari 296 KK
menjadi 4 zona (Lihat Lampiran 2). Masing-
masing zona diestimasikan terdiri dari 80
KK. Satu pewadahan komunal melayani 80
Gambar 3.4 Contoh Gambar Lubang KK di setiap zona. Dengan demikian,
Peresapan Biopori terdapat 4 titik lokasi pewadahan komunal di
GAMA-Village dengan kriteria lokasi yang
disesuaikan dengan SNI 19-2454-200, yaitu
wadah tidak mengganggu pemakaian jalan,
dekat dengan sumber sampah dan mudah
pengoperasiannya.

3.3 Proses Pengumpulan Sampah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh


Dzulfikar (2019), didapat jumlah timbulan
sampah Kabupaten Sleman sebesar 2,16
Gambar 3.5 Pipa PVC sebagai Bahan untuk l/orang/hari. Dengan data tersebut maka dapat
Membuat Biopori diperhitungkan jumlah alat pengumpul untuk
pengumpulan sampah di Kampung Sukunan.
3.2.2 Pewadahan Sampah Komunal Berikut perhitungan jumlah alat pengumpul:
 Jumlah jiwa Kampung Sukunan = 858 jiwa
3.2.2.1 Kapasitas sampah yang ditampung
Edu-Zeroware 2019
2015
 Jumlah timbulan sampah Kabupaten
Sleman = 2,16 l/orang/hari
 Total Timbulan = 2,16 l/orang/hari x 858
jiwa = 1,85328 m3/hari
 Periodisasi = 1 hari sekali
 Ritasi = 2 kali
 Kapasitas alat pengumpul = 1 m3
(perencanaan) Gambar 3.6 Alat Pengumpul Sampah
 Faktor Pemadatan = 1,2 (SNI 3242:2008) Kampung Sukunan
 Perhitungan Jumlah Alat Pengumpul
(JAP) berdasarkan SNI 3242:2008 Perencanaan alat pengumpul sampah pada
sistem Edu-Zeroware akan memprioritaskan
Menghitung Jumlah Alat Pengumpul keramahan terhadap lingkungan. Salah satu
(gerobak/ becak sampah/ motor sampah/ contoh inovasi kendaraan ramah lingkungan
mobil bak kapasitas 1 m3 di perumahan adalah becak listrik UGM. Inovasi kendaraan
dengan rumus berikut: ini dapat membuka peluang dalam
perencanaan alat pengumpul sampah ramah
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖 lingkungan. Becak listrik dirancang dengan
𝐽𝐴𝑃 = …….. (1)
𝐾𝑘 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑅𝑘 kapasitas yang sesuai dengan standar alat
pengumpul sampah. Namun, pemanfaatan
Keterangan: energi listrik dalam proses pengumpulan
JAP : Jumlah Alat Pengangkut sampah yang akan membedakan alat
Kk : Kapasitas alat pengumpul pengumpul ini dengan alat pengumpul
Fp : Faktor pemadatan alat (1,2) konvensional yang menggunakan energi fosil.
Rk : Ritasi alat pengumpul
Kp : Kapasitas pelayanan

JAP = 1,85328 / (2x1,2x1)


= 0,772
(Dipakai 1 buah alat pengumpul)

Berdasarkan perencanaan
pewadahan dan pemilahan pada sistem
Edu-Zeroware, sampah yang terangkut
sudah terpilah dari sumbernya maupun Gambar 3.7. Becak Pengangkut Sampah ke
pewadahan komunal. Diperlukan TPS 4R
modifikasi terhadap alat angkut yaitu 3.4 Proses Pengolahan Sampah di TPS-4R
memberi sekat pada alat pengumpul.
Setelah sampah melalui proses
Dalam perancangan sekat yang
pengumpulan, maka selanjutnya dilakukan
dibutuhkan akan menyesuaikan dengan
proses pengolahan sampah di TPS-4R. Pada
jumlah wadah hasil pemilahan. Pada
sistem Edu-zeroware, pengolahan di TPS-4R
sistem ini, sampah dipilah menjadi 5
merupakan proses yang berfungsi untuk
jenis sehingga alat pengumpul juga
mengurangi beban sampah yang diangkut
diberi sekat yang membagi sampah
menuju TPA Piyungan. Setelah melalui
menjadi 5 jenis.
proses-proses seperti pemilahan,
pengomposan, daur ulang, dan sebagainya,
sampah residu yang tidak dapat diolah
kemudian diangkut ke TPA Piyungan. Konsep
TPS-4R yang akan diterapkan di Kampung
Sukunan mengacu pada Petunjuk Teknis TPS
Edu-Zeroware 2019
2015
3R (2016), dapat melayani 296 KK
dengan luas 225 m2. Penggambaran
detail denah TPS-4R dapat dilihat pada
Lampiran 3.

3.5 Proses Pengangkutan Sampah


Menuju TPA
3.5.1.Pola Pengangkutan & Pemindahan
Berdasarkan atas operasional
pengelolaan sampah yang tertuang pada
Peraturan Gubernur DIY No.21 Tahun
Sumber: Permen PU No.3 Tahun 2013
2014, pemindahan skala kota/kabupaten
Gambar 3.9 Dump Truck
ke stasiun transfer (transfer depo)
diperlukan bila jarak ke lokasi TPA lebih
3.5.3 Rute Pengangkutan
besar dari 25 km. Walaupun begitu, pada
sistem Edu-Zeroware ini, pola Pada penelitian kali ini masing-masing rute
pemindahan akan dilakukan di TPS-4R pengangkutan menggunakan dump truck dengan
sehingga tidak dilakukan perencanaan kapasitas 8 m3 . Bahan bakar yang akan dibahas
stasiun transfer. Sampah residu dari TPS- dalam penelitian ini adalah solar dan diasumsikan
4R kemudian diangkut menuju TPA. 1 liter solar mampu menempuh jarak 8 km dengan
harga solar Rp.5500,- /liter. Dump truck
beroperasi untuk mengangkut residu di TPS-4R.
Pengangkutan akan melewati 4 lokasi TPS-
4R yaitu Kampung Sukunan, Ngaran Balecatur
Gamping Klajoran Sidokarta Godean dan
Daplokan Margomulyo. Pada penelitian kali ini,
Sumber: Olahan Penulis 2019 rute ditentukan berdasarkan rute tercepat dari
Gambar 3.8 Perbandingan Pola google maps sehingga potensi untuk kemacetan
Pengangkutan Sistem Transfer Depo dapat berkurang. Terdapat 2 alternatif rute
dengan Pola Pengangkutan Sistem Edu- pengangkutan yang direncanakan pada Gambar
Zeroware 3.10 berikut.

3.5.2 Alat Transportasi Pengangkut


Direncanakan moda pengangkut
sampah dari TPS-4R menuju TPA
berupa dump truck dengan kapasitas 8
m3. Menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 03/PRT/M/2013, dump truck
menggunakan sistem hidrolis untuk
mengangkat bak dan membongkar
muatannya (lihat Gambar dan memiliki
kapasitas awak maksimum 3 orang. Gambar 3.10 Rute Pengangkutan Rencana

Jadwal pengangkutan (lihat Lampiran Tabel


1) yang direncanakan adalah seminggu sekali
dengan dan sampah telah dipilah dan diolah di
TPS-4R, sehingga sampah yang diangkut hanya
berupa residu. Namun, pengangkutan dump truck
Edu-Zeroware 2019
2015
belum maksimal dari segi kapasitas. Perlu b. Menentukan saving matrix
dilakukan penentuan rute yang optimal Penentuan saving matrix dengan persamaan
menggunakan metode saving matrix. 2.
Analisis rute yang ditempuh disajikan di
Tabel 3.1 𝑆(𝑥, 𝑦) = 𝐽(𝑥, 𝑦) + 𝐽(𝑥, 𝑦) − 𝐽(𝑥, 𝑦)…..(2)

Dengan S(x,y) merupakan penghematan jarak


Tabel 3.1 Rute Dump Truck Perencanaan yaitu dari penggabungan antara rute x dan rute y
Rute Rute Volume Volume Jarak Jarak
sehingga diperoleh analisis saving matrix pada
yang sampah sampah tiap satu rute3.3 berikut.
Tabel
sama yang satu rute sebulan
satu terangkut bulan (km) (km)
Tabel 3.3 Matrix Penghematan Dump Truck
bulan satu kali (m3) 1 2 3
(m3)
0-1-2- 4 kali 4,64 18,56 54,7 1 218,8 0
X-0 2 7 0
3 6,5 6,6 0
Sumber: Olahan Penulis 2019

0-3-X- 4 kali 3,56 14,24 61,5 c.246Mengalokasikan TPS-4R ke dalam satu truk
0
Tahapan dalam mengklasifikasikan TPS-4R
32,8 464,8
Total biaya Bahan dalam
Rp.3195 masing-masing rute tentang iterasi-
Bakar 50,-iterasi adalah sebagai berikut:
Keterangan :
0 :Kampung Sukunan  Iterasi I: Dari Tabel 3.3 Diperoleh
1 :NgaranBalecaturGamping penghematan terbesar 7 yaitu penggabungan
2 : Klajoran Sidokarta Godean rute untuk TPS-4R Ngaran Balecatur
3 : Daplokan Margomulyo Gamping dan TPS-4R Kajoran Sidokarta
X : TPA Piyungan Godean. Pengangkutan pada kedua rute ini
Sumber: Olahan Penulis 2019
menghasilkan beban sampah sebesar 3,02
Penerapan metode saving matrix m3. Dengan demikian rute ini layak karena
untuk menentukan rute dump truck yang 3,02 m3 kurang dari 8 m3.
optimal diperlukan beberapa tahap, yaitu:  Iterasi II: Dari Tabel 3.3 Diperoleh
penghematan berikutnya 6,6 yaitu
penggabungan rute untuk TPS-4R Daplokan
a. Menentukan matrix jarak Margomulyo dan TPS-4R Kajoran Sidokarta
Godean. Pengangkutan pada kedua rute ini
Jarak antar TPS-4R maupun TPA menghasilkan beban sampah sebesar 2,48
diperoleh menggunakan aplikasi m3. Dengan demikian rute ini layak karena
google maps. Jarak yang diambil 3,02 m3 kurang dari 8 m3.
merupakan jarak dengan waktu
 Iterasi III: Dari Tabel 3.3 Diperoleh
tempuh tercepat untuk mengurangi
penghematan berikutnya 6,5 yaitu
risiko kemacetan. Matrix jarak dalam
penggabungan rute untuk TPS-4R Ngaran
satuan Kilometer (km) disajikan pada
Balecatur Gamping dan TPS-4R Daplokan
Tabel 3.2 berikut
Margomulyo. Berdasarkan iterasi
sebelumnya maka tidak perlu dicek karena
Tabel 3.2 Matrix Jarak Dump Truck kedua lokasi sudah masuk dalam rute.
0 1 2 3
1 4,7 0 Berdasarkan iterasi-iterasi tersebut dapat
2 7,9 5,6 0 disimpulkan bahwa pengambilan sampah di tiga
3 10,2 8,4 11,5 0 lokasi tersebut dapat dilakukan dalam satu kali
X 2,3 22,4 22,7 29,5 perjalanan.
Sumber: Analisis Data 2019
Edu-Zeroware 2019
2015
d. Penentuan rute menggunakan 3.5.4 Jadwal Pengangkutan
prosedur Nearest Neighbour
Menggunakan prosedur Nearest Berdasarkan Peraturan Gubernur
Neighbour yang merupakan suatu DIY No.21 Tahun 2014, pengangkutan
langkah pencarian rute dalam sampah minimal dilakukan dua kali dalam
mengurutkan rute perjalanan seminggu. Namun berdasarkan analisis
berdasarkan jarak terdekat sehingga pada Tabel 3.4 ,pengambilan residu di
diperoleh rute pada Tabel 3.4 dan masing-masing TPS-4R cukup dilakukan
Gambar 3.11 seminggu sekali dengan
mempertimbangkan penghematan biaya
Tabel 3.4 Rute Dump Truck dengan operasional dump truck. Jadwal
Analisis Saving Matrix pengangkutan sampah dirancang agar tidak
Rute Rute Volume Volume Jarak Jarak melewati peak hour lalu lintas yaitu pagi
yang sampah sampah tiap satu rute
sama yang satu rute sebulan (07.00-08.00), siang (12.00-13.00) dan sore
satu terangkut bulan (km) (km) (16.00-17.00). Sehingga berdasarkan
bulan satu kali (m3) asumsi jam kerja 7 jam per hari di antara
(m3)
jam puncak tersebut, maka didapatkan 2
0-1- 4 kali 6,04 24,16 69,6 278,4
2-X- sesi pengangkutan sampah yaitu sesi 1
0 (08.00-12.00) dan sesi 2 (13.00-16.00).
Total Bahan Bakar 24,16 278,4 Dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1.
Rp.1914
00,-
Sumber: Olahan Penulis 2019

3.6 Pemrosesan Akhir Sampah di TPA

3.6.1 Proyeksi Jumlah Penduduk dan Volume


Sampah

Berdasarkan data sekunder jumlah


penduduk Kabupaten Sleman dari 2013-2018
(Sumber : BPS 2019), dihitung proyeksi jumlah
prediksi penduduk dan volume sampah dengan
metode aritmatika. Dengan Jumlah prediksi
jumlah penduduk pada tahun 2035 sebanyak
2.085.801 di Kabupaten Sleman, maka volume
Gambar 3.11 Rute Pengangkutan dengan
timbulan sampah sebanyak 4505,331199 m3/hari.
Metode Saving Matrix
Ditargetkan pengolahan sampah pada TPS 4R
dapat berkurang sebanyak 30% dan pengolahan
Rute pengangkutan sampah sampah dengan insinerator sebesar 80%. Maka
dump truck sebelum menggunakan dapat diperkirakan volume sampah sebesar
metode saving matrix setiap bulan 630,7463678 m3 pada tahun 2035 setelah melalui
menempuh jarak 464,8 km dan proses pengolahan 4R dan insinerasi (lihat
dengan biaya bahan bakar Lampiran Tabel 2).
Rp.319550,-. Dengan metode
saving matrix maka didapat jarak 3.6.2 Rencana Tapak Perluasan TPA Piyungan
tempuh 278,4 km dan dengan biaya
bahan bakar Rp.191400,-. Dengan Berdasarkan kondisi eksisting TPA Piyungan
demikian jarak yang ditempuh lebih yang sudah overload, maka direncanakan
sedikit sehingga menghemat biaya perluasan TPA ke arah tenggara. Lokasi TPA
bahan bakar Rp.128150,-. Piyungan yang direncanakan terletak sekitar 16
km disebelah tenggara dari pusat Kota
Yogyakarta, tepatnya di Desa Bawuran,
Edu-Zeroware 2019
2015
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, 3.Tidak menggunakan bahan bakar minyak
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 4.Biaya operasional, Rp. 15.000/m
Penentuan lokasi ini berdasarkan pada sampah.
Masterplan dan DED TPA Piyungan pada 5. Hemat energi, daya listrik 6.000 watt.
tahun 2006. Penggambaran detail rencana 6. Dapat dioperasikan selama 24 jam
tapak TPA Piyungan dapat dilihat di 7. Kecepatan bakar 2 m3/jam dengan kadar
Lampiran 5. air sampah < 40%
8. Bahan komponen tungku produk lokal.
3.6.3 Pengolahan 4R di Bangunan TPST
Piyungan

Setelah sampah diangkut dari


TPS-4R, pengolahan sampah
dilanjutkan dengan pemrosesan akhir
di bangunan TPST (pusat 4R) di TPA
Piyungan. Pemrosesan akhir di TPST
mengikuti alur pengolahan di TPS-4R
kemudian dilanjutkan dengan sistem
insinerasi sampah residu dengan Sumber: Balitbang PUPR
Tungku SANIRA. Gambar 3.12Tungku Sanira
Sampah B3 yang telah dipilah
kemudian ditampung di gudang B3. Sistem insinerasi dengan Tungku Sanira
Sampah B3 tidak ditimbun didalam merupakan langkah terakhir pada proses
TPA, namun ditampung untuk pengolahan di bangunan TPST Piyungan. Sisa
dilanjutkan dengan pemrosesan oleh sampah berupa residu kemudian dibakar di
pihak ketiga. Hal ini Tungku Sanira dengan proses sebagai berikut:
mempertimbangkan kondisi eksisting 1. Masukan sampah ke dalam ruang bakar ±0,5m3 ,
TPA Piyungan yang belum memiliki dengan kandungan air <40%.
teknologi pengolahan sampah B3. 2. Bakar sampah pada ruang bakar.
Penggambaran detail layout 3. Hidupkan blower dan pompa sprayer.
bangunan TPST Piyungan dapat 4. Masukan sampah berikutnya setelah +15 menit,
dilihat di Lampiran 4. secara bertahap.
5. Kontrol air dalam bak filter setinggi batas
optimum.
3.6.4 Sistem Insinerasi dengan Tungku 6. Matikan blower dan pompa sprayer setelah
Sanira selesai pembakaran.
7. Bersihkan tungku dari abu sisa pembakaran dan
Sistem Insinerasi di TPA
air dalam filter setelah selesai pembakaran.
Piyungan menggunakan produk
Sehingga, proses pengolahan di TPA
Tungku Pembakaran Nir Racun
Piyungan tidak langsung menimbun sampah
(Tungku SANIRA). Tungku SANIRA
tanpa diolah terlebih dahulu. Setelah melalui
menggunakan lahan seluas 15m2 di
rangkaian proses 4R dan sistem insinerasi di
TPST Piyungan (lihat Lampiran 6).
bangunan TPST Piyungan, residu sampah hasil
Berikut merupakan keunggulan dari
insinerasi kemudian dijadikan bahan urugan sel
Tungku Sanira:
sampah di TPA Piyungan.
1. Zero Waste (Tidak menyisakan
sampah) 3.6.5 Rencana Pemimbunan di TPA Piyungan
2. Dapat untuk sampah organik dan
Pemrosesan akhir sampah kemudian
anorganik dengan ukuran 10 – 20
dilakukan dalam bentuk pengembalian sampah
cm,
residu sisa insinerasi ke media lingkungan (TPA)
non logam dan kaca
Edu-Zeroware 2019
2015
secara aman. Desain menggunakan tanah jenis alluvial yang
selpenimbunanansampah diperhitungkan menempati bagian tengah tapak lokasi atau
berdasarkan jumlah armada truk pada lembah (Masterplan TPA Piyungan, 2006).
tabel berikut: Tanah alluvial memiliki kandungan unsur
hara yang relatif tinggi sehingga dapat
Tabel 3.5. Volume Sampah yang digunakan untuk pemanfaatan lahan
Terangkut ke TPA pertanian setelah kapasitas TPA terpenuhi.

3.6.6 Analisa Struktur TPA dengan Aplikasi


Slope/w

Perencanaan tinggi timbunan TPA


Piyungan disesuaikan dengan permodelan
aplikasi Slope/w untuk mencapai faktor
aman yang diinginkan. Menurut Litbang
Sumber: Analisa Penulis 2019 Pekerjaan Umum berat jenis sampah yang
digunakan adalah 200-350 kg/m3, kohesi 0,2
kg/cm2 dan sudut gesek internal 200.
Dengan pendekatan asumsi
volume sampah sesuai SNI 19-3964-
1994 maka estimasi sampah terangkut
ke TPA dengan peningkatan armada
150% merupakan kondisi ideal untuk
jangka panjang.

Tabel 3.6. Perhitungan Zona TPA

Gambar 3.13 Permodelan Stabilitas Lereng


Dengan Aplikasi Slope/w

Dalam analisis menggunakan Slope/w,


diperoleh angka-angka keamanan timbunan
rencana terhadap kelongsoran melalui beberapa
metode pada tabel berikut:

Tabel 3.7. Analisa Stabilitas Lereng dengan


Sumber: Analisa Penulis 2019 Aplikasi Slope/w

Dengan umur rencana 15 tahun


dibutuhkan zona TPA sebesar 2,94
ha. Pelapisan direncanakan sebanyak
5 lapis dengan ketinggian maksimum
10m. Setelah mencapai lapisan Sumber :
Analisa Tim 2019
terakhir, maka sampah diberi lapisan
penutup dengan seperti pada
Lampiran 7. Pelapisan tanah vegetasi Dengan demikian angka keamanan minimum
untuk proses landfarming stabilitas lereng yang diperoleh dari software
Slope/w, diperoleh angka-angka keamanan
Edu-Zeroware 2019
2015
dengan FS>1,5 sehingga dinyatakan aman IV. KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap kelongsoran.
4.1. Kesimpulan
3.6.7 Sistem Pengelolaan Air Lindi
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data,
Pola pengumpulan air lindi di TPA maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
Piyungan direncanakan dengan berikut :
kemiringan 5% sehingga tidak dibutuhkan 1. Proses penanganan sampah di Kabupaten
perencanaan pompa. Pengolahan air lindi Sleman, Yogyakarta menerapkan sistem
di TPA Piyungan menggunakan kriteria Edu-Zeroware (Education, Zerowaste,
desain sebagai berikut: Waste Refinery) dimulai dengan proses
pemilahan dan pewadahan sampah secara
Tabel 3.8. Kriteria desain pengolahan air mandiri, proses pewadahan sampah secara
lindi komunal, proses pengumpulan sampah ke
TPS 4R, proses pengolahan sampah di TPS
4R, proses pengangkutan dan pengolahan
residu di Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu.
2. Keadaan volume sampah di TPA Piyungan
dengan menerapakan sistem Edu-Zeroware
di Kabupaten Sleman adalah berkurang.
Pengolahan sampah yang terintegrasi dan
dimulai dari sumbernya memiliki fokus
Sumber : Kementrian PUPR
mengurangi volume sampah sebanyak 30%
lewat TPS-4R dan 80% dengan insinerator.
Digunakan alternatif teknologi
Selain itu, perbandingan sumber daya yang
berupa Kolam Anaerobik, Kolam
mengolah sampah dengan sistem Edu-
Fakultatif, Kolam Maturasi dan
Zeroware lebih seimbang dibandingkan
Wetland. Penggambaran detail skema
pengolahan sampah yang hanya dilakukan di
pengelolaan air lindi dapat dilihat di
TPA.
Lampiran 8.
3. Peran sistem Edu-Zeroware dalam
membentuk sebuah eco-village yang
3.6.8 Sistem Pengumpulan dan
berkelanjutan adalah penciptaan sebuah
Pengelolaan Gas Metan pada TPA
masyarakat GAMA-Village yang mandiri
dalam mengelola sampah rumah tangga yang
Proses pengumpulan dan pengolahan
ditimbulkan sehingga permasalahan yang
gas metan pada TPA menggunakan cara
ditimbulkan dari volume sampah yang
aktif, yaitu terdiri dari saluran pipa
membuldak di TPA Piyungan dapat
pengumpul gas, blower dan kemudian
dikurangi. Eco-village harus mampu
pengolahan dilanjutkan dengan instalasi
membentuk sebuah lingkungan dengan
pengolahan lanjutan gas. Skema
siklus tertutup, yaitu komponen biotik dan
penanaman pipa gas metan dilakukan
abiotik yang saling terintegrasi. Dengan
secara vertikal. Penggambaran detail
demikian, limbah (sampah) yang dihasilkan
skema pengumpulan dan pengolahan gas
sudah diproses dari hulu (sumbernya).
metan dapat dilihat di Lampiran 9.

3.6.9 Rencana Anggaran Biaya 4.2. Saran

Dari penelitian ini, beberapa saran yang penulis


Untuk RAB pembangunan struktur
ajukan kepada pembaca yaitu :
TPA berjumlah Rp.5808080250,00
(Dapat dilihat di Lampiran Tabel 3). 1. Penulis sebaiknya melaksanakan analisis
Edu-Zeroware 2019
2015
yang lebih kuantitatif dalam Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 3242-2008
menganalisis produksi timbulan tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman.
sampah dari setiap individu dengan
pengumpulan data dari penduduk Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 03-3241-
yang dijadikan objek penelitian. 1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA
Sampah.
2. Dalam merancang ulang sebuah
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI 19-3964-
sebaiknya dilakukan analisis Rencana 1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran
Anggaran Biaya (RAB) Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
pembangunan TPA dengan Perkotaan.
memperhatikan seluruh tahapan,
mulai dari biaya pra konstruksi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
pelaksanaan konstruksi, pasca Indonesia. 2013. PERMENPU No. 03/PRT/M/2013
konstruksi, hingga perawatan tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
bangunan. Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah
3. Dalam membentuk sebuah komunitas Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
eco-village, perlu diperhatikan aspek Tangga.
sosial dan budaya, yaitu kebiasaan /
tradisi masyarakat yang telah Undang-Undang Republik Indonesia.2008. UU RI
terbentuk dan cara untuk membentuk No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
sebuah kebiasaan. Dengan demikian,
diperlukan pendekatan dengan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
metode-metode tertentu. Rakyat. 2016. Petunjuk Teknis TPS 3R Tempat
Pengolahan Sampah 3R.
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Tim ECO-GAMA mengucapkan Rakyat. 2017. Tungku Sanira Tungku Pembakaran
terimakasih yang sebesar-besarnya segala Sampah Nir Racun.
bentuk bantuan dari berbagai pihak.
Terimakasih kami sampaikan kepada: Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa
1. Intan Supraba, ST., M.Sc., Ph.D. Yogyakarta. 2014. Peraturan Gubernur DIY No.21
selaku dosen pembimbing tim ECO- Tahun 2014 tentang Pedoman Penanganan Sampah,
GAMA. Perizinan Usaha Pengelolaan Sampah, dan
2. Narasumber-narasumber dari Kompensasi Lingkungan.
Kampung Sukunan dan TPA
Piyungan. El-Haggar, S. M. 2007. Sustainable Industrial
Design and Waste Management: Cradle-to-cradle
for Sustainable Development, Elsevier Academic
DAFTAR PUSTAKA Press Maryland Heights, MO.

Singh, R, dkk.2015. Energy Recovery from Waste.


Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Impending Power Demand and Innovative Energy
Sleman Dalam Angka 2018. Paths – ISBN: 978-93-83083-84-8.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 19- Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Pengelolaan
2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Persampahan dan Drainase DIY.2006. Masterplan
Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. dan DED TPA Piyungan.

Você também pode gostar