Você está na página 1de 6

Reporting from National Geography, Indonesia is the second largest contributor to

garbage after China. Every year Indonesia is able to contribute garbage up to 187.2 million
tons and the first rank occupied by China reaches 262.9 million tons. This has prompted
several cities in Indonesia to start plastic diets, in an effort to reduce the use of plastic bags.
Local governments in Indonesia such as Banjarmasin, Balikpapan, Bogor, samarinda, and
Denpasar have issued regional regulations that prohibit the use of plastic bags.

Dilansir dari National geography, Indonesia menempati posisi kedua penyumbang sampah
terbesar setelah Cina. Setiap tahunnya Indonesia mampu menyumbang sampah hingga 187,2
juta ton dan peringkat pertama diduduki oleh Cina mencapai 262,9 juta ton. Hal ini yang
mendorong beberapa kota di Indonesia mulai melakukan diet plastik, sebagai upaya untuk
mengurangi penggunaan kantong plastik. Pemerintah daerah diIndonesia seperti banjarmasin,
balikpapan, bogor, samarinda, dan denpasar sudah mengeluarkan peraturan daerah yang
melarang penggunaan kantong plastik.

Reporting from WomanTalk, Banjarmasin Regional Regulation has been in effect


since June 1, 2016, stated in the Banjarmasin Mayor Regulation No. 18 of 2016 concerning
Reducing the Use of Plastic Bags. The policy of prohibiting the use of plastic bags is done in
modern shopping centers. Banjarmasin people are required to bring their own bags every time
they shop. Since this regional regulation was implemented, within 2 years, Banjarmasin City
managed to reduce 54 million pieces of plastic bags.

Dilansir dari WomanTalk, Peraturan Daerah Banjarmasin sudah berlaku sejak 1 Juni 2016,
tertuang pada Peraturan Wali Kota (Perwali) Banjarmasin Nomor 18 tahun 2016 tentang
Pengurangan Penggunaan Kantong plastik. Kebijakan larangan penggunaan kantong plastik
dilakukan pada pusat perbelanjaan modern. Masyarakat Banjarmasin diharuskan membawa
kantong sendiri setiap kali berbelanja. Sejak peraturan daerah ini diterapkan, dalam waktu 2
tahun, Kota Banjarmasin berhasil mengurangi 54 juta lembar kantong plastik. Adapun
peraturan daerah denpasar.

Reporting from detik.com, the Indonesian Retail Entrepreneurs Association (Aprindo)


announced a joint commitment with its members to carry out the Non-Free Plastic Bag
(KPTG) policy. This step is implemented starting on March 1, 2019. Plastics will be charged
a minimum of Rp 200. The reason is, Aprindo wants to educate the public to reduce the use
of plastic. In 2016, Aprindo had implemented the No Free Plastic Bag (KPTG) policy and
succeeded in successfully reducing the use of plastic. At that time it was asked to become a
pioneer in using paid plastic initiated by the Ministry of Environment and Forestry (KLHK).
However, he regretted the KLHK instead of issuing a national legal umbrella. In fact, until
now the regulation has not yet come out from KLHK.

Dilansir dari detik.com, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengumumkan


komitmen bersama dengan para anggotanya untuk melakukan kebijakan Kantong Plastik
Tidak Gratis (KPTG). Langkah ini diterapkan mulai, 1 Maret 2019. Plastik nantinya akan
dikenakan biaya minimal Rp 200. Alasannya, Aprindo ingin untuk melakukan edukasi
kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik. Pada tahun 2016, Aprindo sudah
melakukan kebijakan Kantong Plastik Tidak Gratis (KPTG) dan berhasil sukses mengurangi
penggunaan plastik. Waktu itu pihaknya diminta untuk menjadi pelopor menggunakan plastik
berbayar yang digagas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Namun,
pihaknya menyayangkan pihak KLHK alih-alih mengeluarkan payung hukum nasional.
Justru hingga kini aturan itu belum keluar juga dari KLHK.

Reporting from DietKantongPlastik, In 2016, the results of monitoring and evaluation


conducted by the Ministry of Environment and Forestry in 27 regions showed satisfactory
results, namely the occurrence of reduction of plastic bags averaging over 50% and even
reaching up to 82.90%. The government through the Director General of Waste, Waste and
Toxic Material Management, Dangerous by the Ministry of Environment and Forestry, said
that the paid plastic bag program continues. This regulation is because it will reduce the
amount of plastic waste that is now starting to damage the environment and become one of
the causes of global warming. It is estimated that 1 trillion plastic bags are used by the world
population in 1 year. This means there are around 1 million plastic bags per minute. It is
estimated that each person spends 170 plastic bags every year. Based on the 2015 Nielsen
Data, plastic use from the retail industry in Indonesia is only 26%, while the use of plastic
bags in the traditional market or traditional markets reaches 74%. It is estimated that
Indonesia's total waste in 2019 will reach 68 million tons. As many as 14% of them are
plastic waste. The overall national waste reduction target reaches 20% until 2020. What
deserves appreciation is the awareness of residents who shop at retail, to reduce the use of
plastic bags. Monitoring carried out until April 2016 showed that in Bandung, the use of
plastic bags was reduced to 48.96%, North Jakarta 61.40%, Palembang 60.46%, Pekanbaru
40%, and South Tangerang 82.90%. In addition, the Central Bureau of Statistics also noted a
significant decline in imports of plastic and it saved the country's foreign exchange of around
11 million US dollars.

Pada tahun 2016, hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan di 27 daerah menunjukkan hasil yang memuaskan, yaitu
terjadinya pengurangan kantong plastik rata-rata di atas 50% bahkan ada yang mencapai
hingga 82,90%. Pemerintah melalui Dirjen Pengelolaan Sampah, limbah, dan Bahan
Beracun, Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan program
kantong plastik berbayar tetap berlanjut. Peraturan ini karena akan mengurangi jumlah
sampah plastik yang kini mulai merusak lingkungan dan menjadi salah satu penyebab
terjadinya global warming atau pemanasan global. Diperkirakan, 1 triliun kantong plastik
digunakan penduduk dunia dalam 1 tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per
menit. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap
tahun. Berdasarkan Data Nielsen 2015, penggunaan plastik dari industri ritel di Indonesia
hanya 26%, sedangkan penggunaan kantong plastik di pasar rakyat atau pasar tradisional
mencapai 74%. Diperkirakan total sampah Indonesia pada 2019 mencapai 68 juta ton.
Sebanyak 14% di antaranya merupakan sampah plastik. Target pengurangan sampah
keseluruhan secara nasional mencapai 20% hingga 2020. Yang patut mendapat apresiasi
adalah kesadaran warga yang berbelanja di ritel, untuk mengurangi penggunaan kantong
plastik. Pemantauan yang dilakukan hingga April 2016 menunjukkan bahwa di Kota
Bandung, penggunaan kantong plastik berkurang hingga 48,96%, Jakarta Utara 61,40%,
Palembang 60,46%, Pekanbaru 40%, dan Tangerang Selatan 82,90%. Selain itu, Badan Pusat
Statistik juga mencatat penurunan impor plastik yang cukup signifikan dan itu menghemat
devisa negara sekitar 11 juta dolar AS.

The organization was made called the Plastic Bag Diet Movement and the
#NoStrawMovement Movement. The Plastic Bag Diet movement was the one who voiced
and invited people to replace their plastic bags with cloth bags and not use disposable plastic
items. In line with the #NoStrawMovement Movement, Clean Action Swietenia Puspa
Lestari's Founder Divers said this astonishing data underlies the launch of their
#NoStrawMovement movement in 2017 in response to the large number of plastic straws that
pollute the waters and beaches in Indonesia. The straw comes from restaurants, bottled
drinks, and other sources (packedstraw). World Wide FundforNature (WWF) also supports
plasticized movement. This was stated by the WWF Act Manager of Responsible Marine
Tourism and Plastic Pollution Program, Indarwati Aminuddin.

Adapun dibuatnya organisasi yang bernama Gerakan Diet Kantong Plastik dan Gerakan
#NoStrawMovement. Gerakan Diet Kantong Plastik adalah yang menyuarakan dan mengajak
masyarakat untuk mengganti kantong plastik mereka dengan tas kain dan tidak menggunakan
barang plastik sekali pakai. Selaras dengan Gerakan #NoStrawMovement, Founder Divers
Clean Action Swietenia Puspa Lestari mengatakan data mencengangkan ini melandasi
peluncuran gerakan #NoStrawMovement mereka pada tahun 2017 sebagai respon menyikapi
banyaknya sampah sedotan plastik yang mengotori perairan dan pantai di Indonesia. Sedotan
itu berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya (packedstraw). World Wide
FundforNature (WWF) juga mendukung gerakan antisedotan plastik. Hal ini dinyatakan oleh
Act Manajer of Responsible Marine Tourism and Plastic PollutionFree Ocen Program WWF,
Indarwati Aminuddin.

Reporting from Kompas, Based on data from sciencemag, the amount of global
plastic waste production since 1950 to 2015 tends to always show an increase. In 1950, world
waste production was at 2 million tons per year. While 65 years after that, in 2015 the
production of garbage has reached 381 million tons per year. This figure has increased more
than 190 times, with an average increase of 5.8 tons per year.

Dilansir dari Kompas, Berdasarkan data dari sciencemag, jumlah produksi sampah plastik
global sejak 1950 hingga 2015 cenderung selalu menunjukkan peningkatan. Pada 1950,
produksi sampah dunia ada di angka 2 juta ton per tahun. Sementara 65 tahun setelah itu,
pada 2015 produksi sampah sudah ada di angka 381 juta ton per tahun. Angka ini meningkat
lebih dari 190 kali lipat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 5,8 ton per tahun.

Reporting from the Technology Forum, the factors that cause damage to the
environment which until now is a factor in the disposal of plastic waste. Plastic bags have
become dangerous and difficult to manage waste. It takes tens or hundreds of years to make
the waste plastic bags completely decomposed. It takes 1000 years for plastic to decompose
or decompose perfectly. This is a very long time. When decomposed, plastic particles will
contaminate soil and ground water.
Dilansir dari Forum Teknologi, Faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang
sampai saat ini adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah
menjadi sampah yang berbahaya dan sulitdikelola.Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan
tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai.Dibutuhkan
waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai
dengansempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel
plastik akan mencemari tanah dan air tanah.

The total amount of plastic waste is generated, only around 10-15 percent is recycled.
While 60-70 percent are accommodated in landfills (TPA) and 15 percent to 30 percent have
not been managed. From 15-30 percent of this unmanaged plastic waste ends up being wasted
into the environment, especially to rivers, lakes, beaches and the sea.

Total timbulan sampah plastik, hanya sekitar 10-15 persen yang didaur ulang. Sementara 60-
70 persen ditampung di tempat pembuangan akhir (TPA) dan 15 persen-30 persen belum
terkelola.Dari 15-30 persen sampah plastik yang belum terkelola ini berakhir terbuang ke
lingkungan, terutama ke sungai, danau, pantai, dan laut.

The death of the sperm whale stranded in the waters of Wakatobi, Southeast Sulawesi
still attracts the attention of the general public. The concern is that in the 9.6 meter long
whale belly, plastic trashes weighing 5.9 kilograms were found.

Kematian paus sperma yang terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara masih
menyedot perhatian khalayak ramai. Hal yang memprihatinkan adalah dalam perut paus
sepanjang 9,6 meter tersebut ditemukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram.

The conclusion is that as a community of plastic users in their daily lives, from now
on they have to reduce by not using disposable items or plastic-based packaging so that they
do not cause a dangerous impact on the environment. Be aware that the dangers of using
plastic not only threaten the flora, fauna, environment and humans themselves. Start not using
plastic bags as a form of concern for your surroundings and future.

Kesimpulannya adalah bahwa sebagai komunitas pengguna plastik dalam kehidupan sehari-
hari mereka, mulai sekarang mereka harus mengurangi dengan tidak menggunakan barang-
barang sekali pakai atau kemasan berbasis plastik sehingga mereka tidak menimbulkan
dampak berbahaya bagi lingkungan. Ketahuilah bahwa bahaya menggunakan plastik tidak
hanya mengancam flora, fauna, lingkungan dan manusia itu sendiri. Mulailah tidak
menggunakan kantong plastik sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masa
depan Anda.

Você também pode gostar