Você está na página 1de 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No.

3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

IDENTIFIKASI MEDICATION ERROR PADA RESEP PASIEN POLI


INTERNA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA Tk. III MANADO
Tiansi Veren Maalangen1), Gayatri Citraningtyas1), Weny I. Wiyono1)
1)
Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT, MANADO

ABSTRACT

Medication Error is every event that can be avoided which can cause or result in improper drug
service or harm the patient while the drug is under the supervision of health personnel or patients.
The aim of the study was to find out the prevalence of Medication Errors, which occur, in the
precscribing phase and the dispensing phase of internal outpatient clinic. This research is a
descriptive analysis research with prospective data collection. Study sample is 332 prescriptions of
internal outpatient clinic who entered the pharmaceutical installation of Bhayangkara Hospital, Level
III, in the period of January 2019. The results showed that there was a Medication Error in both
phases. Medication Error that occurs in the prescribing phase includes; no birth date (age) 80.12%,
no dosage form 38.85%, no consentration/dosage 27.71%, incomplete prescription of hard drugs
6.32%, can’t read prescribing letter 3.01%, incorrect/unclear patient name 1.20 %, there is no
number of drugs 0.30% and there are no administration rules 0.30%. Medication Error that occurs in
the dispensing phase includes; drug delivery outside the instructions is 8.13%, the drug delivered is
less that 1.81%, and writing etiquette is wrong or incomplete 0.30%. Based on the data above, it can
be concluded that there is a potensial of Medication Error in the prescribing and dispensing phase at
Bhayangkara Hospital, Level III, Manado.

Keywords: Medication Error, Prescribing, Dispensing, Clinic Internally Bhayangkara Hospital Tk.III
Manado.

ABSTRAK

Medication Error adalah setiap kejadian yang dapat dihindari yang dapat menyebabkan atau berakibat
pada pelayanan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam
pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. Tujuan penelitian yaitu mengetahui prevalensi Medication
Error yang terjadi pada fase prescribing dan fase dispensing pasien rawat jalan poli interna. Penelitian
ini merupakan penelitian analisis deskriptif dengan pengumpulan data secara prospektif. Terhadap
332 resep pasien rawat jalan Poli Interna yang masuk di instalasi farmasi Rumah Sakit Bhayangkara
Tk.III Manado periode bulan Januari 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi Medication
Error pada kedua fase tersebut. Medication Error yang terjadi pada Fase prescribing meliputi; tidak
ada tanggal lahir (usia) 80.12 %, tidak ada bentuk sediaan 38.85 %, tidak ada konsentrasi/dosis
sediaan 27.71 %, tidak lengkap penulisan resep obat keras 6.32 %, tulisan resep tidak terbaca 3.01 %,
salah/tidak jelas nama pasien 1.20 %, tidak ada jumlah obat 0.30 % dan tidak ada aturan pakai 0.30 %.
Medication Error yang terjadi pada Fase dispensing meliputi; pemberian obat diluar instruksi 8.13 %,
obat yang diserahkan kurang 1.81 %, dan penulisan etiket yang salah atau tidak lengkap 0.30 %.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa masih terjadi Medication Error pada fase
prescribing dan dispensing di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Manado.

Kata kunci : Medication Error, Prescribing, Dispensing, Poli Interna Rumah Sakit
Bhayangkara Tk.III Manado.

20
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN atau tidak jelas 6,50%. Sebuah studi


Medication Error adalah setiap pernah dilakukan terhadap resep dari
kejadian yang dapat dihindari yang dapat dokter spesialis anak pada tiga apotek di
menyebabkan atau berakibat pada Kota Manado dan dilakukan evaluasi
pelayanan obat yang tidak tepat atau kelengkapan administratif resep.
membahayakan pasien (NCCMERP, Berdasarkan 338 resep yang diperiksa,
2016). Medication Error sampai saat ini dapat disimpulkan resep tersebut
tetap menjadi salah satu permasalahan berpotensi terjadinya Medication Error
kesehatan yang banyak menimbulkan (Mamarimbing, 2012).
berbagai dampak bagi pasien mulai dari Berdasarkan berbagai penelitian di
resiko ringan bahkan resiko yang paling atas serta berdasarkan wawancara dari
parah yaitu menyebabkan suatu kematian Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Manado
(Aronson, 2009). Menurut Peraturan mengatakan, pada tahun 2017 pernah
Menteri Kesehatan RI (2014), Kesalahan terjadi kejadian Medication Error pada
pengobatan dapat terjadi dalam tiap proses pasien rawat jalan, namun belum sampai
pengobatan, baik dalam proses peresepan dikonsumsi oleh pasien. Peneliti tertarik
(prescribing), pembacaan resep untuk melakukan penelitian tentang
(transcribing), penyiapan hingga penye- Medication Error pada resep di poli
rahan obat (dispensing), maupun dalam interna Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III
proses penggunaan obat (administration). Manado.
Kesalahan dalam prescribing dan
dispensing merupakan dua hal yang sering METODOLOGI PENELITIAN
terjadi dalam kesalahan pengobatan. Penelitian ini dilakukan di instalasi
Institute of Medicine USA farmasi rawat jalan poli interna Rumah
memperkirakan Medication Error menjadi Sakit Bhayangkara Manado, pada bulan
penyebab 7000 kematian di USA pertahun Oktober 2018 - April 2019. Jenis
(Cahaya N, 2014). Penelitian serupa juga penelitian kualitatif yang bersifat
dilakukan oleh Kung et al (2013), di deskriptif dengan pengumpulan data
Rumah Sakit Universitas Bern, secara prospektif. Populasi dalam
Switzerland melaporkan sebanyak 288 penelitian ini adalah seluruh resep pasien
terjadi Medication Error dari total 24.617 poli interna di Rumah Sakit Bhayangkara
pengobatan yang diberikan pada pasien, di Manado pada bulan Januari 2019. Sampel
mana sebanyak 29% dari Medication yang dijadikan subjek penelitian adalah
Error berupa prescribing error, 13% resep pasien poli interna yang masuk di
transcribing error, dan 58% berupa Instalasi Farmasi selama penelitian
administration error. berlangsung. Sampel penelitian diambil
Berdasarkan penelitian Timbongol dengan menggunakan metode purposive
(2016), yang dilakukan terhadap resep sampling dengan kriteria inklusi dan
pasien rawat jalan di Poli Interna RSUD ekslusi.
Bitung menunjukkan Medication Error Data dikumpulkan dengan mencatat
yang terjadi pada tahap prescribing yaitu kejadian Medication Error pada fase
tidak ada bentuk sediaan 74,53%, tidak prescribing dan fase dispensing dari
ada dosis sediaan 20,87%, tidak ada umur pengamatan resep pasien Rawat Jalan Poli
pasien 62,87%, tulisan resep tidak terbaca Interna Rumah Sakit Bhayangkara

21
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

Manado. Data ditabulasi dalam bentuk HASIL DAN PEMBAHASAN


persentase dari masing-masing bentuk HASIL
kejadian Medication Error dengan Terhadap 332 resep pasien
menggunakan grafik. rawat jalan Poli Interna yang masuk
Analisis data dihitung dalam besaran di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
persentase pada fase kejadian Medication Bhayangkara Tk.III Manado. Sampel
Error. Menurut Sibagariang (2010), diambil berupa resep yang sesuai
penentuan besarnya persentase sebagai dengan kriteria inklusi dan kriteria
berikut: ekslusi kemudian dilakukan analisis
deskriptif, maka dapat diketahui
persentase Medication Error pada
Keterangan: fase prescribing dan fase dispensing.
P= Hasil Persentase
f= Frekuensi hasil (kejadian
Medication Error)
n= Total seluruh resep

90 [VALUE]%
80
70
60
50
[VALUE]%
40
[VALUE]%
30
20
[VALUE]%
10
[VALUE]% [VALUE]% [VALUE]%
[VALUE]%
0

Persentasi Kejadian

Gambar 1. Grafik Persentase Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Prescribing
di Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Manado.

Berdasarkan grafik di atas sediaan 38.85%, tidak ada


menunjukan bahwa pada fase prescribing konsentrasi/dosis sediaan 27.71%, tidak
yang berpotensi menimbulkan Medication lengkap penulisan resep obat keras 6.32%,
Error terbanyak ialah tidak ada tanggal tulisan resep tidak terbaca 3.01%,
lahir (usia) 80.12%, tidak ada bentuk salah/tidak jelas nama pasien 1.20%, tidak
22
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

ada jumlah obat 0.30% dan tidak ada


aturan pakai 0.30%.

9
[VALUE]%
8
7
6
5
4
3 [VALUE]%
2
1 [VALUE]%
0
Salah Penyerahan obat Penulisan etiket Pemberian obat Obat yang Obat kadaluarsa/
pengambilan pada pasien yang yang salah atau diluar instruksi diserahkan sudah rusak
obat salah tidak lengkap kurang

Persentase kejadian

Gambar 2. Grafik Persentase Hasil Penilaian Medication Error pada Fase Dispensing di
Poli Interna Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Manado

Berdasarkan grafik di atas dispensing, yaitu menyiapkan, meracik,


menunjukan bahwa pada fase dispensing dan memberikan obat serta menjelaskan
yang berpotensi menimbulkan Medication cara penggunaan obat kepada pasien, pada
Error terbanyak ialah pemberian obat di proses tersebut bisa terjadi dispensing
luar instruksi 8.13%, obat yang diserahkan error. Medication Error yang diamati
kurang 1.81% dan penulisan etiket yang ditulis dalam lembar kerja pengamatan
salah atau tidak lengkap 0.30%. yang akan dinilai berdasarkan formulir
yang telah dibuat oleh peneliti.
PEMBAHASAN
Alur pelayanan resep di Rumah Identifikasi Medication Error Pada Face
Sakit Bhayangkara dimulai dari konsultasi Prescribing
pasien dengan dokter. Pada tahap ini Penelitian ini menggunakan 11
dokter akan menentukan anamnesis, parameter untuk mengidentifikasi
diagnosis, terapi, serta menuliskan resep. Medication Error pada fase prescribing.
Pada tahapan penulisan resep bisa terjadi Hasil penelitian yang dilakukan di rumah
prescribing error yang dilakukan oleh sakit Bhayangkara menunjukkan bahwa,
dokter. Selanjutnya resep tersebut masih banyak resep yang tidak
diberikan kepada pasien dan diserahkan mencantumkan tanggal lahir atau usia
kepada apoteker di Istalasi Farmasi. pasien. Jika tanggal lahir atau usia tidak
Apoteker atau asisten apoteker akan dicantumkan dalam resep maka tidak dapat
melakukan skrining resep atau dijamin ketepatan dosis yang diberikan
pemeriksaan resep yang bertujuan untuk dan dapat menimbulkan kesalahan
mencegah atau mengatasi masalah yang pengobatan atau Medication Error
mungkin terjadi pada penulisan resep. (Wibisana, 2014). Bentuk sediaan juga
Kemudian dilanjutkan pada tahap berpengaruh terhadap pasien karena
23
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

bentuk sediaan obat dipilih demi membaca nama obat, konsentrasi obat,
kenyamanan pasien serta meningkatkan aturan pakai obat, jumlah obat, dan
keberhasilan terapi pada saat penggunaan kesalahan dalam penyiapan maupun
obat oleh pasien (Wiedyaningsih, 2004). pemberian obat pada pasien (Susanti,
Dalam resep tidak ada bentuk sediaan obat 2013). Hasil penelitian di Rumah Sakit
terjadi karena sebagian dokter menunjukkan bahwa terdapat beberapa
menganggap petugas kefarmasian sudah resep yang tidak jelas nama pasiennya.
paham bentuk sediaan obat yang sering Nama pasien penting dalam penulisan
diresepkan. resep untuk memastikan kepemilikan resep
Hasil penelitian menunjukkan pasien dan untuk menghidari kesalahan
bahwa masih banyak penulisan resep yang pemberian obat sehingga pengobatan pada
tidak ada konsentrasi/dosis sediaan. pasien dapat tercapai (Anani et al, 2017).
Kesalahan berupa tidak ada Dalam penulisan resep tidak ada
konsentrasi/bentuk sediaan ini dapat jumlah obat dapat berakibat fatal dalam
merugikan pasien karena dapat penggunaan obat karena penulisan jumlah
menyebabkan kegagalan terapi pada saat obat sangat dibutuhkan untuk menentukan
penggunaan obat oleh pasien. Jika berapa banyak obat yang dibutuhkan untuk
konsentrasi obat lebih kecil dari kebutuhan terapi pada pasien tersebut. Jumlah obat
pasien maka tujuan terapi/ pengobatan juga berhubungan dengan dosis obat yang
yang dijalani tidak tercapai, namun jika akan diberikan, dimana dosis itu sendiri
dosis obat yang diberikan lebih tinggi adalah jumlah atau ukuran yang
maka sangat berbahaya bisa menimbulkan diharapkan dapat menghasilkan efek terapi
toksisitas bahkan kematian (Susanti, pada fungsi tubuh yang mengalami
2013). Berdasarkan hasil penelitian resep gangguan (Pernama, 2017). Hasil
obat narkotika dan psikotropika kadang penelitian menunjukkan bahwa ada salah
tidak ditulis sesuai dengan kelengkapan satu resep yang tidak tercantum aturan
resep seperti contoh Codein dan pakai. Dalam penulisan resep tidak ada
Alprazolam ditulis tidak lengkap yaitu aturan pakai dapat berakibat pada
tidak adanya tanda tangan dokter, nomor kesalahan dalam penggunaan obat. Aturan
telepon dokter, serta tidak diberi cap dalam pakai pada resep obat sangat penting maka
resep tersebut. Berdasarkan observasi harus ditulis dengan jelas agar tidak terjadi
peneliti terhadap tenaga kefarmasian kesalahan dalam penggunaan obat.
tentang penulisan resep yang tidak jelas
ataupun tentang penggantian obat, tenaga Identifikasi Medication Error Pada Fase
farmasi selalu mengkonfirmasikan kembali Dispensing
kepada dokter sebelum resep tersebut Sistem penyerahan obat pada
disiapkan dan diberikan kepada pasien. pasien poli interna Rumah Sakit
Berdasarkan hasil penelitian Bhayangkara dilakukan oleh apoteker atau
menunjukkan bahwa masih ada tulisan asisten apoteker. Kejadian Medication
resep tidak jelas atau tidak terbaca yang Error yang paling banyak terjadi pada fase
menyebabkan adanya hambatan ketika ini adalah pemberian obat di luar instruksi.
resep tersebut akan diberikan kepada Pemberian obat di luar instruksi dapat
pasien serta berdampak pada tahap berakibat fatal dimana dapat menghasilkan
selanjutnya, seperti kesalahan pada saat efek terapi yang berbeda serta dapat

24
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

menyebabkan interaksi obat. Pada Instalasi Bhayangkara jam kerja setiap tenaga
Farmasi Rumah sakit Bhayangkara jika farmasi hanya dua orang dalam satu shift
terdapat obat yang kosong apoteker selama 24 jam, sehingga dapat
maupun asisten apoteker selalu menyebabkan kesalahan dalam
mengkonfirmasi kepada dokter apabila pengobatan.
obat tersebut ingin diganti. Contoh yaitu Kesalahan dalam penyerahan obat
obat yang diminta Irbesartan 300 mg tetapi pada pasien yang salah dan obat
yang diberikan Irbesartan 150 mg hal ini kadaluarsa atau obat rusak dapat
menyebabkan pasien tidak mendapatkan menyebabkan terjadinya Medication Error
hasil terapi yang sesuai dengan hasil terapi yang fatal. Dalam penelitian tidak terdapat
yang diinginkan. Penyusunan obat di kesalahan dalam hal tersebut, dikarenakan
instalasi farmasi Rumah Sakit setiap penyerahan resep dipanggil untuk
Bhayangkara disusun berdasarkan alfabet dikonfirmasi terlebih dahulu dengan
serta penyimpanan berdasarkan FIFO (first pasien agar tidak terjadi kesalahan.
In First Out), tetapi untuk nama dan Ruangan Instalasi Farmasi dilengkapi
tampilan yang hampir sama (LASA/look dengan dua pendingin/AC yang masing-
alike sound alike) tidak diberi tanda, masing di letakkan pada ruang tunggu dan
sehingga dapat menyebabkan salah ruang peracikan. Obat-obat yang tidak
pengambilan obat (Penama, 2017). stabil pada suhu rungan disimpan di lemari
Selama penelitian terdapat beberapa es sehingga tidak terdapat obat yang
kasus kesalahan pada saat pemberian obat, kadaluarsa maupun obat rusak.
yaitu masih ada obat yang kurang atau Berdasarkan data di atas, dapat diketahui
tidak diberikan. Kesalahan ini juga terjadi bahwa masih kerap terjadi Medication
dikarenakan, banyaknya resep yang masuk Error dalam praktek sehari-hari di instalasi
ke Instalasi Farmasi sehingga farmasi Rumah Sakit Bhayangkara
mengakibatkan tenaga farmasi kesulitan Manado. Tindakan untuk mencegah
untuk melakukan konfirmasi kepada terjadinya Medication Error di Rumah
dokter untuk mengganti obat tersebut. Sakit Bhayangkara, yaitu sebaiknya
Selanjutnya dalam penelitian terdapat penulis resep harus lebih teliti dalam
salah satu resep yang penulisan etiket penulisan resep, juga perlu adanya
salah atau tidak lengkap, dimana dalam kerjasama antara apoteker dan dokter,
penulisan etiket tidak ditulis tanggal perlu dilakukan edukasi/pembelajaran
penulisan resep serta nama pasien. yang bertujuan untuk mengembangkan
Kesalahan ini terjadi karena banyaknya pengetahuan. Keterbatasan penelitian
resep yang masuk ke instalasi farmasi hanya sebatas penulisan resep, penyiapan
sehingga menyebabkan tenaga farmasi serta pemberian obat kepada pasien.
kurang memperhatikan dengan baik dalam Namun penelitian ini tidak dapat
menulis etiket. Beban kerja sangat mengidentifikasi proses penggunaan obat
berpengaruh pada pelayanan kefarmasian (fase Administration) pada pasien yang
yang mengakibatkan ketidakseimbangan mengalami Medication Error.
dalam jumlah resep yang harus dilayani
dengan jumlah tenaga farmasi yang berada
di Instalasi farmasi (Pernama, 2017). Di
instalasi farmasi Rumah sakit

25
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

KESIMPULAN Cahaya, N. 2014. Prevalensi Prescribing


Berdasarkan penelitian yang Error Pada Pasien Rawat Inap Stroke
dilakukan dapat disimpulkan bahwa; dan Diabetes Mellitus Di Rsud Ulin
1. Medication Error yang terjadi pada Banjarmasin. Jurnal Pharmascience.
fase prescribing yaitu karena tidak ada 1(1)
tanggal lahir (usia) 80.12 %, tidak ada Kung, K., Carrel, T., Wittwer, B.,
bentuk sediaan 38.85 %, tidak ada Engberg, S., Zimmermann, N., dan
konsentrasi/dosis sediaan 27.71 %, Schwendimann, R. 2013. Medication
tidak lengkap penulisan resep obat Errors in A Swiss Cardiovascular
keras 6.32 %, tulisan resep tidak Surgery Department: A Cross-
terbaca 3.01 %, salah/tidak jelas nama Sectional Study Based on A Novel
pasien 1.20 %, tidak ada jumlah obat Medication Error Report Method.
0.30 % dan tidak ada aturan pakai Nursing Research and Practice. 4.
0.30%. Mamarimbing, M. 2012. Evaluasi
2. Pada fase dispensing yang berpotensi Kelengkapan Administratif Resep dari
menimbulkan Medication Error yaitu Dokter Spesialis Anak pada Tiga
terjadi karena pemberian obat di luar Apotek di Kota Manado [Skripsi].
instruksi 8.13%, obat yang diserahkan Universitas Sam Ratulangi, Manado.
kurang 1.81 %, dan penulisan etiket National Coordination Council for
yang salah atau tidak lengkap 0.30 %. Medication Error Reporting and
Prevention (NCCMERP). 2016.
SARAN
http://www.nccmerp.org/about-
1. Perlu dilakukan penambahan personil medication-errors [2 september
tenaga farmasi di Instalasi Farmasi. 2018].
2. Kepada dokter, farmasis, dan tenaga Peraturan Menteri Kesehatan Republik
kesehatan lainnya untuk lebih Indonesia Nomor 58. 2014. Tentang
memperhatikan hal-hal yang standar pelayanan kefarmasian di
berpotensi untuk menimbulkan Rumah Sakit. Departemen Kesehatan
Medication Error pada fase RI, Jakarta.
prescribing dan fase dispensing. Pernama, A Maulidan. 2017. Evaluasi
3. Kepada peneliti selanjutnya agar Medication Error pada Resep Pasien
dilakukan penelitian lebih lanjut Diabetes Melitus Tipe II Ditinjau Dari
mengenai Medication Error pada Fase Prescribing, Transcribing, dan
fase-fase selanjutnya. Dispensing Di Instalasi Rawat Jalan
Salah Satu Rumah Sakit Jakarta Utara
DAFTAR PUSTAKA
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Dan
Anani., Lizma F., dan Jaka F. 2017.
Ilmu Kesehatan Program Studi
Analisis Prescribing Error Di
Farmasi, Jakarta.
Beberapa Apotek Wilayah Samarinda
Sibagariang. 2010. Buku Saku Metodologi
Ulu. Mulawarman Pharmaceuticals
Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma
Conference. 7(8).
Kesehatan. CV.Trans Info Media,
Aronson, J. K. 2009. Medication Errors:
Jakarta.
Definition and Classification. British
Susanti I. 2013. Identifikasi Medication
Journal of Clinical Pharmacology. 67:
Error Pada Fase Prescribing,
599-604.
26
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS 2019 ISSN 2302 - 2493

Transcribing, Dan Dispensing Di


Depo Farmasi Rawat Inap Penyakit
Dalam Gedung Teratai, Instalasi
Farmasi Rsup Fatmawati [Skripsi].
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi,
Jakarta.
Timbongol, C. 2016. Identifikasi
Kesalahan Pengobatan (Medication
Error) pada tahap peresepan
(Prescribing) di Poli Interna RSUD
Bitung [Skripsi]. FMIPA Unsrat,
Manado.
Wibisana, A. 2014. Hubungan
Kelengkapan Administratif Resep Dan
Polifarmasi Dengan Potensi
Medication Error Pada Resep In
Health Penyakit Gastritis Di Apotek
Sehat Bersama Periode Februari –
April 2014. Proceeding of the 6th
Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences. 7(8).
Wiedyaningsih, C. 2004. Tinjauan
terhadap bentuk sediaan obat: kajian
resep-resep di apotek kotamadya
Yogyakarta. Jurnal Farmasi
Indonesia. 14 (4).

27

Você também pode gostar