Você está na página 1de 14

pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195

September 2017

KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN BAWAH


DI LAHAN REVEGETASI PASCA TAMBANG BATUBARA

Krisna Adib Setiawan, Sutedjo*, Paulus Matius


Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman
Kampus Gunung Kelua, Jl. Panajam, Samarinda 75119
E-Mail: paktedjo@gmail.com

ABSTRACT
One component of the tropical rainforest ecosystem is the understorey plants. The plants are not only found at the
naturally forest floor, but also on disturbed land such as post-coalmine land. The presence of understorey plants in post-
coal mines will accelerate restoring disturbed forest land. This research aims to determine the condition of both
understorey and natural pioneer species at the post-coalmine land, in terms of species richness and its diversity. The
data was collected by using the ploted-line method, mainly over revegetated land. The result of inventory of understorey
species at revegetated land is 43 species, while from its surrounding is even 71 species respectively. The data showed
that the number of understorey species at revegetated land is lower than its sorrounding. The condition is probably close
related to the prior status of mining land as plantation and limited production forest. However, in compare with baseline
data at the early time of revegetation activity, the number of understorey species was more diverse at the time of study.
During inventory at the revegetation land was also found four species of pioneer plants namely Homalanthus populneus
(Geiseler) Pax., Macaranga gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg., Macaranga tanarius (L.) Muell.Arg., and Trema
orientalis L. ( Blume). Post-coalmining land is looking as severe degraded land following intensivelly managed, those
consequenly bring through a limited number of understorey species.
Keywords: Post mining; understorey; pioneer species

ABSTRAK
Salah satu komponen dari ekosistem hutan hujan tropis adalah tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah tidak hanya
dijumpai di lantai hutan, tapi juga di lahan terganggu seperti lahan pasca tambang batubara. Tumbuhnya secara alami
tumbuhan bawah di lahan pasca tambang batubara akan membantu dalam proses memulihkan lahan hutan yang
terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tumbuhan bawah dan jenis pionir alami di lahan pasca
tambang batubara dalam hal kekayaan jenis, keragaman jenis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode garis berpetak di lahan revegetasi. Hasil inventarisasi diluar lahan revegetasi dijumpai 71 jenis tumbuhan
bawah, sedangkan di lahan revegetasi dijumpai 43 jenis tumbuhan bawah. Dari kedua lokasi penelitian, jenis tumbuhan
bawah di lahan sekeliling lokasi penelitian dijumpai lebih banyak. Jika dibandingkan dengan data rona awal, jenis
tumbuhan bawah lebih beragam pada saat penelitian dilakukan. Kondisi tersebut diduga karena tempat penelitian
sebelum dilakukan penambangan merupakan hutan sekunder bekas hutan produksi yaitu Hutan Produksi Terbatas
(HPT) dan Hutan Tanaman Industri (HTI), sehingga memungkinkan jika memiliki keragaman jenis yang rendah. Di
lahan revegetasi terdapat 4 jenis tumbuhan pionir yaitu Homalanthus populneus (Geiseler) Pax., Macaranga gigantea
(Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg.,Macaranga tanarius (L.) Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume). Lahan pasca
tambang batubara merupakan lahan yang mengalami gangguan berat, serta merupakan komunitas yang terkendali oleh
manusia, sehingga memiliki keragaman jenis yang rendah.
Kata kunci: Pasca tambang; tumbuhan bawah; tumbuhan pionir

PENDAHULUAN hiperkumulator, yaitu dapat mentolerir logam


dengan konsentrasi tinggi dan dapat
Komunitas tumbuhan bawah tidak hanya
mengakumulasi logam tertentu dengan
dijumpai di lantai hutan, tapi juga terdapat di
konsentrasi tinggi pada jaringannya (Widyati,
lahan terbuka seperti tepi jalan, tebing sungai,
2011). Tumbuhan bawah juga merupakan jenis-
lahan pertanian, perkebunan dan di lahan
jenis yang toleran terhadap berbagai lingkungan
terganggu ringan maupun lahan terganggu berat
termasuk lingkungan yang kering, tandus, dan
seperti lahan pasca tambang batubara. Pada proses
miskin unsur hara. Oleh karena itu, tumbuhan
pertambangan batubara, akan menimbulkan
bawah banyak digunakan sebagai tanaman pionir
kerusakan terhadap bentang alam hutan, sehingga
guna merehabilitasi lahan-lahan marjinal dan
menghilangkan ekosistem secara permanen.
terganggu seperti lahan pasca tambang batubara,
Tumbuhnya secara alami tumbuhan bawah di
sehingga tumbuhnya secara alami tumbuhan
lahan pasca tambang, diduga bahwa komunitas
bawah di lahan pasca tambang batubara akan
vegetasi tersebut bersifat hipertoleran dan

182 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195


Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
September 2017

membantu dalam proses memulihkan kondisi jenis; dan mengetahui manfaat ekonomis maupun
lahan hutan terganggu akibat penambangan. ekologis.
Studi mengenai tumbuhan bawah khususnya
METODE
di lahan pasca tambang batubara maupun pada
lahan terganggu lainnya masih sedikit dilakukan. A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Selain itu, pemahaman oleh pelaku tambang
mengenai revegetasi di lahan pasca tambang juga Penelitian mengenai komposisi jenis
masih kurang, sehingga informasi mengenai tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca
tumbuhan bawah di lahan pasca tambang tambang batubara, dilaksanakan di lahan
sangatlah terbatas. Dalam penelitian ini, objek revegetasi tahun 2013 perusahaan tambang
penelitian adalah tumbuhan bawah yang tumbuh batubara PT Kitadin site Tandung Mayang, Kutai
secara alami, akan tetapi jenis-jenis pionir alami Timur, Kalimantan Timur untuk pengambilan
yang tumbuh di lokasi penelitian juga akan data. Sedangkan pengolahan data dilaksanakan di
diinventarisasi. Penelitian ini bertujuan untuk Laboratorium Dendrologi dan Ekologi Hutan
mengetahui kondisi tumbuhan bawah dan jenis- Fakultas Kehutanan Unmul. Waktu yang
jenis pionir alami di lahan pasca tambang digunakan untuk penelitian ini kurang lebih 6
batubara dalam hal kekayaan jenis; keragaman bulan mulai bulan Juli 2015 sampai dengan bulan
Desember 2015.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian


B. Alat dan Bahan Penelitian alkohol, kertas specimen, semua jenis tumbuhan
bawah di plot sampel.
Beberapa peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini, antara lain meteran, Global
Positioning System (GPS), luxmeter, clinometer,
parang, pita survey, meteran, kamera, kompas,
gunting stek dan buku panduan identifikasi jenis
liana. Sedangkan bahan yang digunakan adalah

183
Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

Gambar 2. Lahan revegetasi tahun 2013 PT Kitadin Site Tandung Mayang


C. Prosedur Penelitian tumbuhan bawah dan jenis-jenis pionir yang
tumbuh dari proses regenerasi alami. Adapun
1. Orientasi lapangan
pengumpulan data primer, dilakukan dengan
Kegiatan orientasi lapangan merupakan
pembuatan petak penelitian dan eksplorasi
bagian dari penelitian yang dilaksanakan sebelum
deskriptif. Pembuatan petak, dilaksanakan sesuai
pengambilan data di lapangan. Tahapan ini
dengan rencana dan tujuan penelitian, yaitu
dilaksanakan dengan mempelajari situasi dan
menggunakan metode garis berpetak (Kusmana,
kondisi lapangan secara menyeluruh. Tujuan pada
1997). Metode ini merupakan modifikasi dari
tahapan ini adalah untuk menetapkan lokasi yang
metode petak ganda atau metode jalur, yaitu
akan digunakan sebagai tempat penelitian yaitu
dengan cara melompati satu atau lebih petak
berupa petak penelitian, sehingga mempermudah
dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis
kegiatankegiatan pada tahapan selanjutnya.
terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang
2. Teknik pembuatan plot sama. Semua parameter kuantitatif dapat dihitung
Pengumpulan data primer dilakukan di lokasi sama dengan cara pada petak ganda maupun pada
penelitian dengan mengadakan inventarisasi cara jalur.
lapangan. Dimana data yang dikumpulkan adalah

Keterangan :
1, 2, 3 : petak contoh pengamatan 2x2 m untuk tumbuhan bawah
A, B, C : petak pengamatan 20x20 m
Gambar 3. Desain plot di lapangan dengan metode garis berpetak (Kusmana, 1997)
Pada penelitian ini, petak contoh dibuat pada m dengan jarak tiap petak 20 m, kemudian dalam
10 jalur sepanjang 200 m, dengan arah memotong petak ini dibuat petak contoh pengamatan
kontur. Masing-masing petak berukuran 20 × 20 berukuran 2 × 2 m sebanyak 1 petak contoh

184 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195


Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
September 2017

pengamatan. Sehingga total petak contoh yang dimulai dengan penentuan titik awal
pengamatan yang dibuat sebanyak 50 petak. kemudian mencatat intensitas cahaya. Setiap
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Liana yang ditemukan di sekitar jalur diambil dan
survey eksploratif yaitu memperoleh informasi dicatat jenisnya baik yang sudah diketahui
atau data-data dengan cara melakukan maupun yang belum diketahui nama jenisnya
pengamatan langsung di lokasi penelitian. diambil spesimennya untuk pembuatan herbarium
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode dan untuk proses identifikasi.
purposive sampling, di mana objek penelitian
3. Teknik pengambilan data
adalah tumbuhan Liana atau tumbuhan pemanjat.
Dalam inventarisasi tumbuhan bawah,
Untuk lokasi pengambilan sampel menggunakan
penghitungan jumlah individu dihitung
metode transek dengan lebar 20 meter yaitu
berdasarkan perawakan (habitus) masing-masing
menetapkan garis transek dengan arah memotong
jenis tumbuhan bawah. Dalam plot pengamatan,
garis kontur dengan batasan 3 paparan cahaya
tumbuhan bawah yang berperawakan herba, terna
yang berbeda yaitu terbuka, sedang dan tertutup
ataupun perdu, dihitung berdasarkan batangnya,
serta mempertimbangkan keterwakilan tipe
sedangkan tandan rumputrumputan dan teki-tekian
komunitas yang diamati. Informasi jenis Liana di
dihitung sebagai satu individu.
lokasi dikumpulkan dari 3 transek pengamatan,

Gambar 4. Pengambilan data tumbuhan bawah

Proses pengumpulan data dilakukan secara Sehingga hasil dari tahapan ini berupa gambaran
kuantitatif dan kualitatif. Pada tahapan ini, fakta-fakta dan penjelasan mengenai objek
pengambilan data dilakukan dengan penjelajahan penelitian sesuai dengan kenyataan sebagaimana
di lahan revegetasi dan di lahan luar tambang. adanya, serta menganalisa untuk memberikan
Penelitian ini kemudian diinterpretasikan dalam kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
bentuk penulisan deskriptif menggunakan
4. Analisis data
pendekatan kualitatif. Metode deskriptif
Untuk mengetahui gambaran kehadiran
memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah
tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca
atau fenomena-fenomena yang ada pada saat
tambang batubara, maka dari data yang
penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat
dikumpulkan dilakukan pengolahan data dengan
aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang
menganalisa keragaman menggunakan indeks
masalah yang diselidiki sebagaimana adanya
keragaman jenis, kemerataan jenis, dan dominansi
diiringi dengan interpretasi (Nawawi, 1990).
jenis.

185
Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

pada satu jenis. Jika beberapa jenis mendominansi


secara bersama-sama maka indeks dominansi
a. Indeks Keragaman Jenis akan mendekati nol.
Keragaman jenis merupakan ciri tingkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
komunitas dan struktur komunitas. Keragaman
juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas
untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada Penelitian mengenai komposisi jenis
gangguan terhadap komponen-komponennya tumbuhan bawah ini dilaksanakan di lahan
(Soegianto, 1994). Keragaman yang tinggi revegetasi pasca tambang batubara tahun 2013 PT
menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki Kitadin, site Tandung Mayang. Secara
kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang administrasi areal eksploitasi PT Kitadin site
terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi. Indeks Tandung Mayang terletak di wilayah Desa Suka
keragaman jenis menunjukkan nilai keseimbangan Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten
keragaman dalam suatu pembagian jumlah Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
individu tiap jenis. Berdasarkan peta paduserasi rencana tata ruang
Sedikit atau banyaknya keragaman jenis dapat wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan tata guna
dilihat dengan menggunakan indeks keragaman. lahan kesepakatan, PT Kitadin site Tandung
Keragaman mempunyai nilai terbesar jika semua Mayang berada dalam kawasan budidaya
individu berasal dari genus atau jenis yang kehutanan (KBK). Lahan tersebut merupakan
berbeda-beda. Sedangkan nilai terkecil didapat kawasan HPT seluas 1.487 Ha dan HTI PT Surya
satu genus atau satu jenis saja (Odum, 1993). Hutani Jaya seluas 851 Ha (Anonim, 2014).
Analisis keragaman jenis ditentukan dengan Sedangkan secara geografis terletak pada
menggunakan rumus indeks keragaman jenis koordinat 00°11'00" LU dan 117°21'11" BT.
Shannon (H’) menurut Magurran (1988). Dalam proses penambangan, PT Kitadin site
Tandung Mayang menggunakan sistem tambang
H' = - Σ{(ni/N). ln (ni/N)} terbuka (open pit mining) atau juga disebut
b. Indeks Kemerataan Jenis tambang permukaan. Kegiatan rehabilitasi lahan
Indeks kemerataan jenis (E) menurut Odum PT Kitadin site Tandung Mayang dimulai sejak
(1993), semakin besar nilai E menunjukkan tahun 2007 yang meliputi reklamasi dan
kelimpahan yang hampir seragam dan merata revegetasi. PT Kitadin site Tandung Mayang
antar jenis. Nilai indeks kemerataan jenis (E) mengelola areal eksploitasi seluas 2.338 Ha yang
berkisar antara 0-1, di mana 0 menunjukkan dibagi menjadi menjadi empat blok. Sedangkan
kelimpahan yang tidak merata, sedangkan angka untuk lahan revegetasi tahun 2013 PT Kitadin site
maksimal yaitu 1 menunjukkan kelimpahan yang Tandung Mayang seluas 50,78 Ha. Sebagian lahan
merata. revegetasi tahun 2013 pernah dipakai lokasi
penimbunan top soil (top soil stockpile) dari lahan
E= ( ) revegetasi tahun 2014. Sebagian lahan revegetasi
tersebut juga digunakan sebagai jalan akses
c. Indeks Dominansi Jenis (C) menuju lahan revegetasi tahun 2012 dan 2013.
Indeks dominansi jenis (Index of Dominance) Dalam penelitian ini, untuk menginventarisasi
adalah parameter yang menyatakan tingkat tumbuhan bawah menggunakan metode garis
terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies berpetak (Kusmana, 1997) sebanyak 50 plot
dalam suatu komunitas. Penguasaan atau contoh.Total luas areal penelitian sekitar ± 80.000
dominansi spesies dalam komunitas bisa terpusat m2.
pada satu spesies, beberapa spesies, atau pada Berdasarkan rencana reklamasi tahun 2010-
banyak spesies (Indriyanto, 2012). Indeks 2014 PT Kitadin site Tandung Mayang, untuk
dominansi dihitung dengan menggunakan rumus menjaga kestabilan lereng, lahan reklamasi
indeks dominansi jenis yang dikemukakan oleh dibentuk teras berjenjang atau teras bangku
Simpson (C) menurut Margalef (1958): dengan sudut kemiringan tiap teras (single slope)
sekitar 35°, sedangkan sudut kemiringan seluruh
C = Σ (ni/N)2 teras (overall slope) sekitar 18°. Lebar tiap teras
Nilai indeks dominansi jenis yang tertinggi (bidang olahan) seluas 20-30 m dan tinggi 20 m.
adalah 1, yang menunjukkan bahwa komunitas Pengaturan bentuk teras bangku tersebut telah
tersebut dikuasi oleh satu jenis atau terpusatnya sesuai dengan pedoman reklamasi lahan pada

186 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195


Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
September 2017

187
Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

B. Kehadiran Tumbuhan Bawah di Lahan pertumbuhan tanaman cepat tumbuh (tanaman


Revegetasi pokok).
Menurut Yasir dkk. (2015), jenis-jenis
Berdasarkan hasil inventarisasi dalam petak
tanaman penutup tanah (cover crop) tidak
pengamatan, terdapat 43 jenis dari 22 famili
selamanya memberikan dampak positif terhadap
tumbuhan bawah. Dari hasil inventarisasi terebut,
keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan
selain tumbuhan bawah, terdapat beberapa jenis
(reklamasi dan revegetasi). Jenis tanaman penutup
pionir alami dalam tingkat semai dantanaman
tanah Calopogonium sp. dan C. pubescens Benth.
penutup tanah (cover crop) yang masih bertahan
merupakan jenis yang cepat tumbuh, menjalar dan
sampai pada saat penelitian dilakukan yaitu
melilit sehingga jika ditanam dengan strategi yang
Calopogonium sp. dan Centrosema pubescens
tidak tepat akan berdampak terhadap biaya
Benth. Tanaman penutup tanah jenis C. pubescens
pemeliharaan tanaman yang sangat tinggi. Selain
Benth paling banyak dijumpai pada saat
itu, kedua jenis tersebut juga berpotensi menjadi
pengamatan. Pada beberapa titik di lahan
pesaing dan pengganggu tanaman pokok yang
revegetasi tahun 2013 PT Kitadin site Tandung
menyebabkan tanaman pokok hidup merana dan
Mayang, jenis tersebut justru menjadi pengganggu
mati, bahkan terkadang menjadi inang dari
bakteri, virus dan jamur.
Tabel 1. Jenis tumbuhan bawah yang dijumpai di lahan revegetasi pasca tambang batubara
No. Nama Famili Habitus Jumlah

1 Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob. Asteraceae Perdu 134


2 Cyperus rontudus L. Cyperaceae Herba 140
3 Desmodium heterophyllum (Wild.) DC. Leguminosae Herba 158
4 Imperata cylindrica (L.)Raeush Poaceae Herba 168
5 Lygodium microphyllum (Cav.) R. Br. Lygodiaceae Herba 26

6 Melastoma malabathricum L. Melastomataceae Perdu 33


7 Merremia peltata (L.) Merr. Convolvulaceae Liana 40
8 Mikania micrantha Kunth. Asteraceae Liana 323
9 Ottochloa nodosa (Kuth) Dandy Poaceae Herba 48
10 Paspalum conjugatum P.J. Bergius Poaceae Herba 1.519

Dari hasil inventarisasi, jenis-jenis yang jenis tumbuhan bawah serta semai dari beberapa
dijumpai tidak hanya tumbuhan bawah, tapi juga tumbuhan pionir yang jarang dijumpai dan hadir
terdapat beberapa jenis pionir alami dalam tingkat dengan jumlah individu 1 (satu) individu disajikan
semai. Dalam petak penelitian juga terdapat 12 pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis tumbuhan bawah yang jarang dijumpai di lahan revegetasi pasca tambang batubara
No. Jenis Famili Habitus Jumlah
1 Acrostichum aureum L. Pteridaceae Herba 1
2 Adenia macrophylla (Blume) Koord. Passifloraceae Liana 1
3 Blechnum serrulatum Rich Blechnaceae Herba 1
4 Clidemia hirta (L.) D. Don Melastomataceae Perdu 1
5 Dicranopteris linearis (Burm. f.) Underw. Gleicheniaceae Herba 1
6 Homalanthus populneus (Geiseler) Pax Euphorbiaceae Semai 1
7 Hyptis capitata Jacq. Lamiaceae Herba 1
8 Macaranga tanarius (L.) Mull.Arg. Euphorbiaceae Semai 1

188 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195


Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
September 2017

No. Jenis Famili Habitus Jumlah


9 Mimosa pigra L. Leguminosae Perdu 1
10 Schefflera elliptica (Blume) Harms Araliaceae Perdu 1
11 Solanum jamaicence Mill. Solanaceae Perdu 1
12 Urena lobata L. Malvaceae Perdu 1

C. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah relatif jenis pada komunitas yang satu hampir
sama (equitable) dengan yang lainnya
Dalam analisa keragaman, apabila distribusi
(Wirakusumah, 2003). Hasil analisa data
kelimpahan jenis sama pada beberapa komunitas,
tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca
keragamannya berbanding lurus dengan populasi
tambang batubara umur 3 tahun tertera pada Tabel
di dalamnya. Akan tetapi karena kadar kesamaan
3 berikut.
merupakan ukuran dari keragaman, dua
komunitas bisa tidak sama walaupun nilai
kekayaan jenisnya sama, apabila kelimpahan
Tabel 3. Nilai Indeks Keragaman Jenis, Kemerataan Jenis dan Dominansi Jenis
Jumlah Jumlah Individu
No. Indeks Jenis Seluruh Jenis (N) Nilai
(S)
1 Indeks Keragaman Jenis (H’) 1,82
2 Indeks Kemerataan Jenis (E) 43 2.782 0,48
3 Indeks Dominansi Jenis (C) 0,32

Kekayaaan jenis akan berbanding lurus 0,48. Dalam analisa kemerataan jenis, apabila
dengan nilai keragaman jenis. Dalam menganalisis nilai dari indeks kemerataan jenis mendekati 1
keragaman menggunakan indeks keragaman jenis, (nilai maksimum), maka jumlah individu setiap
kemerataan jenis, dan dominansi jenis, akan jenis hampir sama. Dengan demikian, dalam petak
menunjukkan keseimbangan dalam sebaran penelitian terdapat beberapa jenis yang dominan.
jumlah individu setiap jenis serta menunjukkan Di mana jenis-jenis dominan tersebut diduga
kekayaan jenis (Odum, 1983). Indeks keragaman mampu memanfaatkan sumberdaya abiotik yang
jenis (H’) Shannon di lahan revegetasi pasca tersedia dengan lebih baik sehingga mampu
tambang batubara tahun 2013 PT Kitadin site menekan pertumbuhan jenis-jenis lain.
Tandung Mayang sebesar 1,82 dimana keragaman Indeks dominansi jenis (C) tumbuhan bawah
jenis dalam suatu komunitas cenderung akan di lahan revegetasi pasca tambang batubara tahun
rendah apabila secara fisik terkendali oleh 2013 PT Kitadin site Tandung Mayang sebesar
manusia. Dalam proses penambangan akan 0,32. Menurut Kusmana dan Istomo (1997), jika
merubah bentang alam dan tutupan tanah secara nilai indeks dominansi jenis mendekati 1, maka
total, sehingga dalam merehabilitasi lahan pasca dominansi terpusat pada satu atau beberapa jenis,
tambang harus dikendalikan oleh manusia. Lahan sedangkan apabila nilai indeks dominansi
pasca tambang diatur sedemikian rupa untuk mendekati 0, maka dominansi jenis dipusatkan
mengembalikan lahan seperti rona awal. Tegakan pada banyak jenis. Dari hasil analisa indeks
yang ada di lahan revegetasipun merupakan dominansi jenis menunjukkan bahwa lahan
tanaman homogen hasil budidaya manusia. revegetasi tahun 2013 PT Kitadin site Tandung
Kondisi demikian yang menyebabkan jenis yang Mayang dominansi jenis dipusatkan oleh banyak
dijumpai di lahan revegetasi hanya sedikit, jenis. Dominansi suatu jenis terjadi apabila suatu
sehingga memungkinkan jika di lahan revegetasi jenis dapat menyesuaikan diri pada habitat
memiliki keragaman jenis yang rendah. sekitarnya dengan baik, dalam hal ini persaingan
Indeks kemerataan jenis (E) tumbuhan bawah dengan jenis lain untuk mendapat sumber nutrisi
di lahan revegetasi pasca tambang batubara tahun dan ruang tumbuh (Alikodra, 1988). Oleh karena
2013 PT Kitadin site Tandung Mayang sebesar itu, pada petak penelitian diduga banyak jenis

189
Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

yang mampu beradaptasi di habitat sekitarnya famili, dengan habitus (perawakan) herba, liana,
dengan baik. perdu dan pohon pada tingkat semai. Total
seluruh tumbuhan bawah yang dijumpai
D. Proporsi Famili dan Habitus Tumbuhan
berjumlah 2.782 individu. Dari 22 famili
Bawah di Lahan Revegetasi
tumbuhan bawah, yang memiliki proporsi jenis
Berdasarkan hasil inventarisasi tumbuhan paling banyak dalam petak penelitian adalah
bawah di lahan revegetasi tahun 2013 PT Kitadin famili Poaceae, yaitu terdapat 8 jenis.
site Tandung Mayang, dijumpai 43 jenis dari 22

Gambar 7. Proporsi famili tumbuhan bawah


Dari 4 perawakan (habitus) tumbuhan bawah berhabitus herba. Lebih dari setengah jumlah jenis
yang berupa herba, liana, perdu, dan pohon pada yang dijumpai berhabitus herba, yaitu terdapat 24
tingkat semai, yang memiliki proporsi jenis paling jenis.
banyak dalam petak penelitian adalah jenis yang

Gambar 8. Proporsi perawakan (habitus) tumbuhan bawah


E. Jenis Dominan di Lahan Revegetasi umum terjadi baik pada hutan alam yang sedang
atau telah mengalami gangguan menjadi hutan
Dominansi jenis terutama dari sudut pandang
sekunder (Sutedjo, 2011). Untuk menduga kondisi
kepadatan individu merupakan keadaan yang
tanah khususnya tingkat kesuburan tanah,

190 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195


Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
September 2017

tumbuhan bawah dimanfaatkan sebagai indikator P. conjugatum P.J. Bergius juga memiliki jumlah
dengan dicirikan oleh jenis tumbuhan yang individu paling banyak, yaitu 1.519 individu dari
tumbuh secara dominan (Setiadi et al., 2005). total 2.784 individu tumbuhan bawah di lahan
Berdasarkan hasilnya penelitian Puspaningsih revegetasi. Berdasarkan ke dua indikasi tersebut,
(2011), tumbuhan bawah diduga sebagai menunjukkan bahwa P. conjugatum P.J. Bergius
monitoring tingkat keberhasilan reforestasi, memiliki toleransi yang tinggi terhadap
mengacu pada terbentuknya kembali struktur dan faktorfaktor lingkungan lahan pasca tambang
fungsi hutan klimaks (rona awal) karena batubara. Soerianegara dan Indrawan (2008),
tumbuhan bawah merupakan proses awal suksesi menyebutkan bahwa P. conjugatum P.J. Bergius
yang dapat menggambarkan reforestasi. dapat tumbuh subur pada karakter tanah tambang
Sedangkan pada hutan sekunder, tumbuhan bawah yang cenderung miskin hara dan kering. Selain itu
akan tumbuh apabila keadaan lingkungan P. conjugatum P.J. Bergius juga dapat tumbuh di
memungkinkan, seperti keadaan tanah yang tidak lahan yang mengandung merkuri, karena mampu
tererosi. mengakumulasikan logam merkuri dalam jumlah
Berdasarkan hasil inventarisasi, jenis yang cukup tinggi yaitu mencapai 47 mg Hg/Kg
Paspalum conjugatum P.J. Bergius merupakan bobot kering, sehingga jenis ini dapat tumbuh dan
jenis yang sering dijumpai di petak penelitian, mendominasi di lahan pasca tambang batubara
yaitu muncul pada 45 plot dari total 50 plot. Jenis (Juhaeti dkk, 2009).

Gambar 9. Paspalum conjugatum P.J. Bergius


F. Jenis Pionir Lahan Revegetasi alami di lahan revegetasi pasca tambang batubara
yang berumur ±3 tahun, mengindikasikan bahwa
Jenis pionir atau perintis adalah jenis-jenis
mulai adanya keterpulihan lahan.
pohon yang pertama menguasai daerah yang tidak
Jenis-jenis pionir yang dijumpai tersebut
bervegetasi. Pada petak penelitian juga dijumpai
umumnya memiliki kemampuan cepat tumbuh,
jenis-jenis pionir berupa pohon pada tingkat
menghasilkan serasah yang mudah
semai. Jenis pionir yang dijumpai pada petak
terdekomposisi, memiliki sistem perakaran yang
penelitian adalah Homalanthus populneus
baik, dan mampu bersimbiosis dengan jenis jamur
(Geiseler) Pax., Macaranga gigantea (Rchb.f. &
atau cendawan tertentu. Selain itu, jenis-jenis
Zoll.) Muell.Arg., Macaranga tanarius (L.)
pionir juga memiliki biji yang sangat kecil,
Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume).
ringan, dan banyak, sehingga mudah diterbangkan
Dari keempat jenis tersebut, terdapat 3 jenis yang
oleh angin, burung atau satwa liar lainnya (Yassir
merupakan jenis pohon pada rona awal yaitu M.
dan Sitepu, 2014). Selanjutnya Yassir dan
gigantea (Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg., M.
Wilarso (2007), jenis pionir seperti H. Populneus
tanarius (L.) Muell.Arg., dan T. orientalis L.
(Geiseler) Pax.,M. gigantea (Rchb.f. & Zoll.)
(Blume). Tumbuhnya jenis-jenis tersebut secara

191
Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

Muell.Arg., M. tanarius (L.) Muell.Arg., dan kemampuan berasosiasi dengan cendawan


T.orientalis L. (Blume) adalah jenis-jenis mikoriza arbuskula (CMA) ataupun Rhizobium.
potensial yang perlu dikembangkan untuk Apabila dibandingkan dengan data tumbuhan
mendukung kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan bawah pada saat rona awal, seperti yang
yang mengalami kerusakan berat seperti lahan tercantum pada dokumen Analisis Mengenai
bekas tambang batubara. Pertimbangan Dampak Lingkungan (Amdal), jenis yang
pertimbangan tersebut didasarkan karena selain dijumpai saat penelitian lebih banyak seperti
jenis-jenis tersebut adaptif, juga memiliki tertera pada Gambar 10.

Gambar 10. Perbandingan jumlah jenis dan famili tumbuhan bawah di lahan revegetasi dan rona awal
Kondisi tersebut diduga karena tempat
G. Jenis Invasif yang Ditemukan di Lahan
penelitian sebelum dilakukan penambangan
Revegetasi
merupakan hutan sekunder bekas hutan produksi
yaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Gangguan terhadap suatu komunitas tidak
Tanaman Industri (HTI) PT Surya Hutani Jaya, hanya disebabkan oleh eksploitasi yang
sehingga memungkinkan memiliki kekayaan berlebihan, alih fungsi lahan, atau perubahan
jenis yang rendah dibandingkan keragaman jenis iklim, namun juga disebabkan oleh adanya jenis
pada saat penelitian dilaksanakan. invasif yang memiliki kemampuan tumbuh dan
Jenis-jenis tumbuhan bawah maupun pionir menyebar secara cepat, mengalahkan jenis
yang dijumpai di lahan revegetasi, beberapa lainnya. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan
diantaranya merupakan jenis vegetasi yang ada Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
pada rona awal. Terdapat 7 jenis tumbuhan P.94/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016, jenis invasif
bawah yang merupakan tumbuhan bawah pada adalah spesies, baik spesies asli maupun bukan,
rona awal yaitu Acrostichum sp.,Cyperus sp, yang mengkolonisasi suatu habitat secara masif
Imperata cylindrica (L.) Raeush, Melastoma sp., yang dapat menimbulkan kerugian terhadap
Merremia peltata (L.) Merr., Paspalum ekologi, ekonomi dan sosial. Sedangkan jenis
conjugatum P.J. Bergiusdan Piper aduncum L. asing invasif diartikan sebagai tumbuhan, hewan,
Sedangkan dari jenis pohon yang dijumpai, mikroorganisme, dan organisme lain yang bukan
terdapat 3 jenis pohon yang merupakan pohon merupakan bagian dari suatu ekosistem yang
pada rona awal yaitu Macaranga gigantea dapat menimbulkan kerusakan ekosistem,
(Rchb.f. & Zoll.) Muell.Arg., Macaranga tanarius lingkungan, kerugian ekonomi, dan berdampak
(L.) Muell.Arg., dan Trema orientalis L. (Blume). negatif terhadap keragaman hayati dan kesehatan
Tumbuhnya jenis-jenis tersebut di lahan manusia. Adapun jenis-jenis tersebut disajikan
revegetasi pasca tambang yang berumur ±3,
pada Tabel 4 berikut.
mengindikasikan bahwa mulai adanya
keterpulihan lahan.

192 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195


Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
September 2017

Tabel 4. Jenis invasif yang ditemukan di lahan revegetasi


No. Jenis Famili
1 Asystasia gangetica (L.) T.anderson Acentaceae
2 Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob. Asteraceae
3 Clidemia hirta (L.) D. Don Melastomataceae
4 Dicranopteris linearis (Burm. f.) Underw. Gleicheniaceae
5 Imperata cylindrica (L.) Raeush Poaceae
6 Merremia peltata (L.) Merr. Convolvulaceae
7 Mikania micrantha Kunth. Asteraceae
8 Mimosa pigra L. Fabaceae
9 Mimosa pudica (L.) Fabaceae
10 Panicum repens L. Poaceae
11 Passiflora foetida L. Passifloraceae
12 Piper aduncum L. Piperaceae
13 Sphagneticola triloba (L.) Pruski Asteraceae
14 Urena lobata L. Malvaceae

Meskipun terdapat 14 jenis tergolong karena itu untuk mengetahui potensi jenis-jenis
invasif, namun 6 jenis yang bermanfaat terhadap tersebut menjadi invasif, perlu adanya penelitian
lingkungan dimana jenis tersebut berpotensi lebih lanjut mengenai jenis-jenis invasif di lahan
sebagai tanaman penutup tanah yang berguna revegetasi pasca tambang batubara.
untuk mengendalikan erosi di lahan pasca H. Manfaat Jenis Tumbuhan Bawah yang
tambang batubara. Jenis tersebut adalah C. hirta Ditemukan di Lahan Revegetasi
(L.) D. Don, C. odorata (L.) R.M.King & H.Rob.,
I. cylindrica (L.) Raeush, M. micrantha Kunth., Berdasarkan literatur tentang tumbuhan
M. pigra L., dan M. pudica L. sehingga dengan berguna, tumbuhan bawah yang dijumpai di lahan
tumbuhnya jenis tersebut secara alami di lahan revegetasi pasca tambang batubara memiliki
pasca tambang justru akan membantu proses manfaat baik secara ekonomis maupun ekologis.
rehabilitasi lahan terganggu. Di lahan yang Dari 43 jenis tumbuhan bawah, terdapat 37 jenis
memiliki kestabilan tanah yang rendah, lereng yang bermanfaat. Manfaat atau kegunaan
yang curam, serta lahan reklamasi maupun tumbuhan bawah digolongkan menjadi 12
revegetasi, jenis-jenis tersebut sangat dibutuhkan kelompok kegunaan yaitu pemanfaatan sebagai
(Yassir, 2015). tumbuhan obat; tumbuhan pangan; tumbuhan
Introduksi suatu jenis tumbuhan yang pakan ternak; tumbuhan pakan satwa liar;
melewati batas geografi, baik disengaja maupun tumbuhan kerajinan dan perkakas; tumbuhan
tidak, dapat menyebabkan perubahan struktur penghasil kayu bakar; tumbuhan penghasil bahan
tumbuhan di ekosistem yang baru, sehingga industri; tumbuhan ritual; tumbuhan hias;
menyebabkan kerugian karena dapat mengancam tumbuhan penghasil minyak atsiri dan aromatik;
ekosistem dan keragaman hayati. Meskipun tumbuhan bahan pewarna; serta tumbuhan yang
demikian, jenis invasif tidak selalu menjadi jenis bermanfaat terhadap lingkungan. Jumlah jenis
penggangu apabila di habitat yang berbeda maupun famili tumbuhan bawah yang berguna
terdapat musuh alami yang berfungsi sebagai disajikan pada Tabel 5.
pengendali alami dari jenis invasif tersebut. Oleh
Tabel 5. Manfaat tumbuhan yang ditemukan di lahan revegetasi
Jumlah Jumlah
No. Kelompok Kegunaan
Jenis Famili
1 Tumbuhan obat 32 19
2 Tumbuhan pangan 10 9

193
Komposisi jenis tumbuhan bawah di lahan revegetasi pasca tambang batubara Setiawan, Sutedjo dan Matius

Jumlah Jumlah
No. Kelompok Kegunaan
Jenis Famili
3 Tumbuhan pakan ternak 11 5
4 Tumbuhan pakan satwa liar 3 3
5 Tumbuhan kerajinan dan perkakas 5 5
6 Tumbuhan penghasil kayu bakar 2 1
7 Tumbuhan penghasil bahan industri 1 1
8 Tumbuhan ritual 3 3
9 Tumbuhan hias 3 3
10 Tumbuhan penghasil minyak atsiri dan aromatik 3 3
11 Tumbuhan bahan pewarna 1 1
12 Tumbuhan yang bermanfaat terhadap lingkungan 14 7

KESIMPULAN Aththorick, T.A. 2005. Kemiripan Komunitas


Tumbuhan Bawah pada Beberapa Tipe
Lahan pasca tambang batubara merupakan
Ekosistem Perkebunan di Kabupaten
lahan yang mengalami gangguan berat, serta
Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi
merupakan komunitas yang terkendali oleh
Penelitian. 17 (5): 42-48.
manusia, sehingga memiliki keragaman jenis yang
Barbour, G.M., J.K. Burke, and W.D. Pitts. 1987.
rendah.Pada lahan revegetasi pasca tambang ini
Terrestrial Plant Ecology. Los Angeles: The
jenis-jenis pionir yang tumbuh alami beberapa
Benjamin/Cummings Publishing Company.
diantaranya merupakan tumbuhan berkayu umur
Inc.
panjang.Beberapa tumbuhan bawah berpotensi
Barnes, B.V., D.R. Zak, S.R. Denton, and S.H.
mendukung rehabilitasi lahan pasca tambang serta
Spurr. 1997. Forest Ecology. Fourt Edition.
punya potensi kegunaan/manfaat tertentu.
John Wiley & Sons Inc. New York.
DAFTAR PUSTAKA Brockerhoff, Eckehard G., Hervé Jacte, John A.
Anonim. 2014. 100 of the World’s Worst Invasive Parrotta, Christopher Quine, and Jeffrey
Alien Species: A Selection From the Global Ayer. 2008. Plantation Forests and
Invasive Species Database. Auckland: Biodiversity: Oxymoron or Opportunity?
ISSG/SSC /IUCN. Biodiversity and Conservation 17(5): 925-
Anonim. 2013. Laporan Pelaksanaan Kegiatan 951.
Reklamasi Periode 2013. Kutai Timur: PT Djufri. 2010. Komposisi dan Keanekaragaman
Kitadin site Tandung Mayang Kutai Timur. Tumbuhan Bawah pada Tegakan Akasia di
Anonim. 2017. A New Subfamily Classification Taman Nasional Baluran Jawa Timur.
of the Leguminosae Based on A Jurnal Biologi Edukasi,Vol. 2 No. 2
Taxonomically Comprehensive Phylogeny. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/article/
Zurich Open Repository and Archive, view/436. (Diakes pada tanggal 09
University of Zurich. Taxon, 66 (1): 44-77. September 2016, 0:54 Wita).
Alikodra, H.S. 1988. Dasar Pembinaan Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi
Margasatwa. Bogor: Fakultas Pertanian Aksara.
Institut Pertanian Bogor. Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan
Alpert, P., E. Bone, and C. Holzapfel. 2000. Organisasi Ekosistem Komunitas dan
Invasive, Invasibility, and the Role of Lingkungan. Jakarta: Penerbit Bumi
Enviromental Stressin the Spread of Non- Aksara.
Native Plants. Prespectives in Plant Islami, T dan W.H., Utomo. 1995. Hubungan
Ecology Evolution and Systematic 3: 52- Tanah, Air, dan Tanaman. Semarang: IKIP
66. Semarang Press.
Arief, Arifin. 1994. Hutan Hakikat Hutan dan Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun Praktikum
Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.

194 Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195


Ulin – J Hut Trop 1(2): 182-195 pISSN 2599 1205, eISSN 2599 1183
September 2017

Juhaeti, Titi, N. Hidayati, F. Syarif dan S. Forest. Ecology and Conservation Journal
Hidayat. 2009. Uji Potensi Tumbuhan for Tropical Studies. Ecositrop Vol. 1 No. 1
Akumulator Merkuri untuk Fitoremediasi 2011.
Lingkungan Tercemar Akibat Kegiatan Valkenburg, J.L.C.H. van, and N.
Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Bunyapraphatsara. 2003. Plant Resources
Kampung Leuwi Bolang, Desa Bantar of South-East Asia 12 (2) Medical and
Karet, Kecamatan Nanggung, Bogor. Jurnal Poisonous Plants. Bogor: Prosea
Biologi Indonesia 6 (1):1-11. Foundation.
Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. Widyati, Enny. 2011. Potensi Tumbuhan Bawah
Bogor: ITB Press. Sebagai Akumulator Logam Berat untuk
Leksono, Amin S. 2011. Keanekaragaman Hayati: Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas
Teori dan Aplikasi. Malang: Universitas Tambang. Pusat Penelitian Produktivitas
Brawijaya Press. Hutan. Jurnal mitra Hutan Tanaman. Vol. 6
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and (2): 37-55.
It’s Measurement. Chapman and Hall: Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar
USA. Ekologi bagi Populasi dan Kamunitas.
Mukhtar, A.S. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhan Jakarta: Universitas Indonesia (UI – Press).
pada Kawasan Bekas Tambang Batubara di Yassir, Ishak, dan Wilarso S. 2007.
kalimantan Timur (Plant Succession at Ex Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada
Coal Mine area in East Kalimantan). Jurnal Lahan Kritis di Samboja, Kalimantan
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,Vol. Timur (Understory Diversity in
9 No. 4: 341- MarginalLand in Samboja, East
350,2012.http://ejournal.fordamof.org/latih Kalimantan). Jurnal Info Hutan. Pusat
an/index.php/JPHKA/article/view/1102. Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
(Diakes pada tanggal 25 September 2016, Konervasi Alam Bogor. Vol. IV No. 3.
14:54 Wita). Yassir, Ishak, dan Wilarso S. 2007. Potensi dan
Notohadiprawito, T. 1999. Tanah dan Status Cendawan Mikoriza Arbuskula
Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral (CMA) pada Lahan Kritis di Samboja
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Kalimantan
dan Kebudayaan. Timur (Potency and Arbuscular Mycorrhizal
Odum, E.HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Fungi (AMF) Status in Marginal Land in
Terjemah oleh Tjahjono Samingan dari Samboja East Kalimantan). Jurnal Info
buku Fundamental of Ecology. Yogyakarta: Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gadjah Mada University Press. Hutan dan Konservasi Alam Bogor. Vol. IV
Orr SP, Rudgers JA, Clay K. 2005. Invasive No. 2.
Plants Can Inhibit Native Tree Seedling: Yassir, Ishak, dan Arbainsyah. 2011. Diversity of
Testing Potential Allelopathic Mechanism. Plant Communities Upon Secondary
Pl Ecol 181: 153-165. Succession in Imperata Grassland of East
Sastroutomo, S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Kalimantan, Indonesia. Disampaikan dalam
Gramedia. International Meeting Strengthening forest
Segupta M. 1993. Enviromental Impact of Science and Technology for Better Forestry
Mining: Monitoring, Restoration, and Development.
Control. Boca Raton: Lewi Publisher. Yassir, Ishak dan Bina Swasta Sitepu. 2014. Jenis-
Setiadi, D. 2005. Keanekaragaman Spesies Jenis Tumbuhan Bawah dari Proses
Tingkat Pohon di Taman Wisata Alam Regenerasi Alami di Lahan Bekas Tambang
Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Batubara. Balikpapan: Balai Penelitian
Biodiversitas Vol.8 (2): 118122. Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Yassir, Ishak, dkk. 2015. Tanaman Penutup Tanah
Analisis Populasi dan Komunitas. Jakarta: (Cover Crop) untuk Reklamasi Tambang
Pernerbit Usaha Nasional. Batubara. Balikpapan: Balai Penelitian
Soerianegara, I., dan A. Indrawan. 2008. Ekologi Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.
Hutan Indonesia. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Sutedjo. 2011. Succession at Secondary Stands in
Bukit Soeharto Research and Education

195

Você também pode gostar