Você está na página 1de 6

KAJIAN KRITIS (ARTIKEL)

Pembelajaran Bahasa Indonesia, Ada Harapan Mengubah Ulat Menjadi Kupu-Kupu

Sekali lagi, sekali lagi, setelah berkali-kali, kita kembali membaca artikel
yang menyoroti dengan tajam- kalau tidak bisa dikatakan sadis- tentang kegagalan
pembelajaran bahasa Indonesia dalam jenjang pendidikan formal dari TK sampai
Perguruan Tinggi. Pembelajaran Bahasa Indonesia dianggap tidak berdaya
menciptakan generasi yang kreatif dan inovatif dalam berkomunikasi secara lisan
maupun tertulis dalam wilayah global yang makin dinamis. Begitu banyak ungkapan
kekecewaan terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia.
Menurut Alfianto, pembelajaran BI tidak berhasil menjadikan manusia
Indonesia menjadi pengguna bahasa Indonesia yang mahir. Padahal, jika kita mau
melihat dengan jeli , kita bisa melihat begitu banyak kompetensi berbahasa yang
dimiliki kalangan generasi muda. Berbagai karya kreatif bisa kit abaca di berbagai
surat kabar maupun majalah-majalah. Bahkan , jika kita sering berjalan-jalan ke took-
toko buku, banyak karya seperti novel, kumpulan cerpen, dan kumpulan puisi karya
penulis muda yang telah diterbitkan dan berhasil merebut simpati pemirsa.
Hal yang luar biasa, tulisan kreatif kini juga sudah lahir dari tangan dingin
penulis pemula yang masih sangat belia. Tengoklah nama seperti, Izzati, Faiz
Abdurrahman, dan Nilam Zubir yang karya-karyanya telah memecahkan rekor MURI
. mereka juga telah mampu memompa semangat menulis rekan-rekan sebayanya.
Karya-karya mereka yang sesuai dengan dunianya mampu berdampingan dengan
ketenaran penulis muda yang juga sedang melejit seperti Andrea Hirata,
Habiburahman El Shirazy, Helvy Tiana Ros, dan Dewi Lestari.
Memang contoh tersebut barangkali bukan merupakan produk langsung dari
keberhasilan pembelajaran BI. Namun, paling tidak ini bisa memberikan harapan
bahwa pembelajaran BI juga bisa mengubah kepompong menjadi kupu-kupu dengan
warna-warni yang indah.
Satu hal lagi yang dikatakan penulis bahwa buku-buku bacaan sastra sangat
kurang sehingga minat baca sastra sering mandul karena tidak terakomodasi. Kondisi
itu mungkin benar kita alami beberapa wakti yang lalu. Namun, kondisi itu kini sudah
bergeser atau bisa dikatakan berubah sehingga memberikan harapan kepada kita
bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia yang kita lakukan mampu mengubah
kepompong menjadi kupu-kupu.
Buku-buku sastra sekarang sudah membanjiri toko-toko buku dan perpustakaan.
Berbagai lomba penulisan buku bacaan sastra sering diadakan seperti lomba
penulisan yang digelar setiap tahun oleh Pusat Perbukuan dan majalah sastra Horison.
Memang jika kita membandingkan antara demam menonton televisi dengan
minat membaca dan menulis sastra pasti tidak akan sebanding. Hal itu karena begitu
derasnya arus godaan televisi yang mampu menggaet minat dan selera publik yang
cenderung instan dan mudah.
Oleh karena itulah, inilah tantangan dan harapan bagi kita para guru BI di sekolah.
Sesungguhnya kita tidak perlu terus-menerus pesimis terhadap belum berhasilnya
pembelajaran BI. Kita yakin mencari kambing hitam kegagalan pembelajaran BI
hanya akan membuat kita kehilangan optimisme.
Maka mari kita awali melangkah dengan yakin bahwa para guru BI mampu
menjadikan pembelajaran BI menjadi salah satu mata pelajaran favorit. Pembelajaran
BI merupakan pembelajaran yang ditunggu oleh siswa-siswa kita. Pembelajaran BI
mampu menarik minat siswa-siswa kita sehingga mereka lebih berminat untuk
mengembangkan kemampuan dalam bidang yang produktif,misalnya menghasilkan
karya atau pun tulisan yang berbobot.
Marilah para guru, tunjukkan bahwa pembelajaran BI mampu mengantarkan siswa
untuk bermetamorfosis dari ulat menjadi kupu-kupu yang indah yang siap menghiasi
dan menjelajahi belantara bahasa. Semoga!
Kajian Kritis terhadap Artikel “Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah,
Metamorfosis Ulat menjadi Kepompong” Karya Achmad Alfianto

Oleh kelompok I (Aku)

Dalam tulisan ini kami akan mengkritisi artikel karya Achmad Alfianto yang
berjudul “Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah, Metamorfosis Ulat menjadi
Kepompong dari sudut linguistika, identifikasi informasi awal, telaah informasi,
informasi isi, logika dan penalaran, objektivitas, dan keabsahan data.
Dilihat dari sudut pandang linguistika, artikel ini masih terdapat kekeliruan
linguistik sebagai berikut.
Halaman Paragra Baris Kesalahan Seharusnya
f
1 - Judul Huruf kapital semua Huruf awal tiap unsur kata
saja yang menggunakan
huruf kapital kecuali pada
kata depan dan kata hubung.
1 4 Kurang tandan koma
(,): ... siswa mampu menguasai,
... siswa mampu memahami, dan dapat ....
menguasai, memahami
dan dapat ....
1 dan 3 dan Tidak memberi spasi:
2 8 dimana Di mana
3 2 2
2 3 Kurang spasi:
... benar.Hal ini ... ... benar. Hal ini ...
3 2 Kurang kata
penghubung dan:
..., bersifat hafalan, ..., bersifat hafalan, dan
penuh ... penuh ...
8 Kurang kata pelajaran:
... menempatkan ... menempatkan pelajaran
pelajaran ini sebagai ini sebagai pelajaran pavorit.
pavorit.

2 1 7 Akhiran –nya:
... telah membuat para ... telah membuat para siswa
siswanya mulai ... mulai ...
3 1, 2 Kata tidak baku:
dan 3 rapih rapi
3 2 Kesalahan pilihan kata:
Membaca rapih Menulis rapi
5 3 Kata yang tidak relefan:
... anak-anak di banyak ... anak-anak di banyak kelas
kelas .... ....
2-3 5/1 4 dan Penggunaan kata depan
5 yang tidak perlu:
Dari data tersebut Data tersebut
menggambarkan hasil menggambarkan hasil
dari KBM ... KBM ...
3 2 2 Pilihan kata tidak tepat:
... masih tidak kunjung ... masih belum
menunjukkan ... menunjukkan ...
2 3 Pilihan kata tidak tepat:
... proses KBM yang ... proses KBM yang muncul
mulai muncul di ... di ...
2 4 Kurang kata depan di:
Pada saat SMP ... Pada saat di SMP ...
3 1 Kurang tanda baca
koma (,):
Seharusnya pada saat ... Seharusnya, pada saat ...
3 3 1 Kesalahan penulisan
partikel:
... Bahasa Indonesiapun ... Bahasa Indonesia pun ...
...
3 3 3 Penggunaan huruf besar
untuk nama diri dan
tanda koma (,):
... dalam pelajaran ... dalam pelajaran bahasa
bahasa indonesia materi Indonesia, materi ....
....
3 7 Kurang kata
penghubung:
... pola-pola hafalan ... pola-pola hafalan yang
masih ... masih ...
4 2 Kurang koma (,):
Minat siswa baik Minat siswa, baik yang ...
yang ...
4 8 Kata depan tidak tepat:
Dengan demikian Dengan demikian apresiasi
apresiasi dari pembelajaran ...
pembelajaran ...
4 9 Kesalahan penulisan
kata:
... praktek ... ... praktik ...
3-4 4-1 11/1 Tidak
efektif/berlebihan: ... sangat berguna ... atau ...
... sangat berguna sekali berguna sekali ...
...
4 1 1 Kurang koma (,):
... pengajaran tersebut ... pengajaran tersebut,
saya .... saya ....
1 6 Penulisan kata:
praktek Praktik
2 2 Pilihan kata:
... diraih atas tes ... ... diraih pada/dalam tes ...
2 8 Penulisan kata depan:
dimana di mana
3 4 Penulisan akhiran:
... dilaporkannya bahwa ... dilaporkan bahwa ...
...

Artikel ini berisi ulasan mengenai pentingnya pendidikan Bahasa Indonesia bagi
para siswa di sekolah. Data yang diungkapkan dalam artikel ini berdasarkan hasil
penelitian UNESCO dan UNICEF yang dipaparkan secara jelas dan akurat. Artikel
ini dilengkapi dengan hasil tes dari UNESCO dan UNICEF tentang keterampilan
menulis anak SD dan penggunaan ejaan.
Persepsi sebagian guru tentang keberhasilan siwa lebih banyak dilihat dari UUB
atau UAN. Guru adalah faktor dominan penyabab rendahnya mutu suatu sekolah.
Terdapat logika terbalik, yaitu kenyataan bahwa setelah 12 tahun belajar bahasa,
yang smestinya siswa-siswa menguasai bahasa ternyata tidak seperti yang
diharapkan.
Artikel ini mengungkapkan kenyataan secara objektif karena menggambarkan
keadaan yang sesunggunya. Data yang ditampilkan pun dapat diterima, karena semua
yang dipaparkan adalah realita yang benar-benar terjadi di lapangan. Datanya pun
valid karena merupakan hasil penelitian berbagai pihak yang terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Bogor, 10 Oktober 2009

Você também pode gostar