Você está na página 1de 18

Kelompok 4

(kasus 3 dan 4)

Nama kelompok :

1. Dewi Nina Arifa (09110765)

2. Fertiana Sari (09110773)

3. Hervina (09110777)

4. Maulida Wulansari (09110793)

5. Maximus Manuel (09110794)

6. Richardus M.Anapah (09110804)

7. Ridha Rachmathiany (09110806)

Scenario Kasus 3

“Seorang anak perempuan,9 Tahun,diantar oleh Ibunya ke Poliklinik Mata dengan


keluhan sulit membaca tulisan di papan tulis.kakak dan ibunya memakai kaca mata”

MIOPI

PENDAHULUAN

Jumlah penderita rabun jauh (miopi/myopia) semakin meningkat. Penyebabnya adalah


pola hidup yang salah dan faktor keturunan.Biasanya rabun jauh lebih banyak menyerang orang
kota daripada orang desa. Hal itu terkait dengan aktivitas keseharian yang berbeda. Orang kota
cenderung berkutat dengan televisi, computer, game dan sebagainya yang tidak menuntut daya
akomodasi mata yang besar sedangkan di desa masih belum banyak hal seperti itu dan
kebanyakan bekerja sebagai petani yang mana daya akomodasi mata jauh diperlukan untuk
mengolah dan mengawasi lahan , sehingga resiko rabun jauh pun kecil.
Bagian-bagian mata

Mata mempunya 3 lapisan dinding, yaitu sklera, koroid dan retina. Sklera mempunyai fungsi
melindungi bola mata dari gangguan. Koroid berwarna coklat kehitaman yang berisi banyak
pembuluh darah sebagai nutrisi dan oksigen untuk retina. Sedangkan retina sangat peka terhadap
sinar, dan mempunyai sel-sel saraf yang berhubungan langsung dengan otak.

A. Pengertian Miopi

Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat
dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus
sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
B. Etiologi Miopi

1.Lensa mata tidak dapat menipis


2. Terjadi karena sistem optik yang sangat kuat pembiasannya, sehingga fokus bayangan
benda yang dilihat akan jatuh di depan retina
3. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain video games, main
komputer, main hp ponsel, dll. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata. Pelajari jarak
aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.
4. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan komputer,
di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain. Mata butuh istirahat
yang teratur dan sering agar tidak terus berkontraksi yang monoton.
5. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat yang
jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang rumah kita agar
kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.
6. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil
tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari langsung
yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain sebagainya.
7. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat
mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai kacamata
yang tidak sesuai dengan mata normal kita,dsb.
8. Kekurangan gizi. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata
sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja
terlalu diporsir. Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus
untuk mata.

9. Faktor keturunan dan lingkungan.Jika orang tua mengalami miopi dan menggunakan
kacamata, kemungkinan besar keturunannya juga akan terkena miopi. Kalau faktor
lingkungan, salah satu penyebabnya adalah terlalu banyak menonton televisi.
10. Peningkatan tekanan intraokoler

Para ahli yakin bahwa pemanjangan bola mata bukan sebagai akibat dari melemahnya lapisan
bola mata, tapi sebagai akibat dari peningkatan tekanan intraokuler.

11. Pencahayaan yang kurang

C. Patofisiologi Miopi

1.Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih
panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial
2.Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa
mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif
3.Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini
disebut miopia indeks
4. Miopi karena perubahan posisi lensa
Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaukoma

D. Tanda dan gejala Miopi

• Kabur melihat benda yang jauh

• Sakit kepala

• Cenderung memicingkan mata bila melihat benda yang jauh (untuk mendapatkan efek
pinhole)

• Selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda pada mata,

• Suka membaca terlalu dekat

E. Macam – Macam Miopi

Berdasarkan besar kelainan refraksi, miopi dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Miopi Ringan : ∫-0,25 D s/d ∫-3,00 D

2. Miopi sedang : ∫-3,25 D s/d ∫-6,00 D


3. Miopi berat : ∫-6,25 D atau lebih

Berdasarkan perrjalanan klinis , miopi dibagi:

1. Miopi simpleks : dimulai pada usia 7 – 9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti
tumbuh(± 20 tahun).

2. Miopi progresif maligna: miopi bertambah secara cepat (± 4,0 D/ tahun) dan sering
disertai perubahan vitero-retinal

Ada satu tipe miopi pada anak dengan miopi 10 D atau lebih yang tidak berubah sampai
dewasa.

Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopi menjadi :

• Miopi aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal.
• Miopi kurvatura, yaitu adanya peningkatan curvatura kornea atau lensa.
• Miopi indeks, terjadi peningkatan indeks bias pada cairan mata.

Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas (Ilyas, 2005) :

 Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.


 Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
 Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

Berdasarkan penyebab miopia, menurut Sidarta Ilyas :

 Miopia refraktif adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti pada
katarak.
 Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea
dan lensa yang normal.

Berdasarkan ukuran derajat dapat dibagi atas (Ilyas, 2006):

- Miopia ringan 1-3 dioptri


- Miopia sedang 3-6 dioptri
- Miopia berat > 6 dioptri

Menurut timbulnya oleh Lendner dibagi atas (Rahman,1992) :


- Kongenital
- Infantil
- Yuvenil

Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologi yang timbul pada mata, maka miopi
dibagi atas (Ilyas, 2003) :

~ Miopi simple

~ Miopi patologi

F. Penatalaksanaan
1.Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik
2.Lensa kontak
Untuk : anisometropia
Myopia tinggi
3.Bedah refrakstif
a. bedah refraktif kornea : tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan anterior kornea
( Excimer laser, operasi lasik )
b. bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan implantasi
lensa intraokuler

G.Komplikasi

1.Ablatio retina terutama pada miopi tinggi

2.Strabismus
a.esotropia bila miopi cukup tinggi bilateral
b.bexotropia pada miopi dengan anisometropia

3.Ambliopia terutama pada miopi dan anisometropia

H.Diagnosa/Cara Pemeriksaan

Refraksi Subyektif
• Metoda ‘trial and error’
• Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki
• Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita
• Mata diperiksa satu persatu
• Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata
• Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif

Refraksi Obyektif
a.Retinoskopi : dengan lensa kerja ∫+2.00 pemeriksa mengamati refleks fundus yang
bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against movement) kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi
b.Autorefraktometer (komputer)

I.Pencegahan Miopi
Pencegahan Miopi meliputi :
~Membaca pada jarak yang benar, 30 cm
~Membaca dalam ruangan yang terang
~Istirahatkan mata anda bila mata anda lelah.

Scenario Kasus 4
“Seorang Laki-laki ,55 Tahun datang ke Poli Mata RSU Gambiran mengeluh
penglihatan semakin kabur disertai penglihatan Kabur,tidak perih,tidak nyeri
dan mata tidak merah dari wawancara pasien dapat membaca dengan jarak
dekat sedikit membaik ,dai observasi ada bercak putih dimanik-manik Mata
dan tidak terdapat kotoran pada Mata”

KATARAK
A. Pengertian

Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari keduanya.
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak
bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa
bervariasi. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa berhenti dalam
perkembangan dan telah memulai proses degenerasi.
Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan
berkurang (Corwin, 2000).
B.Etiologi
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun ke atas.Akan tetapi katarak dapat
terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
2. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong,
panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak
traumatik.
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )
5. Defek kongenital

C. Manifestasi Klinik Katarak

Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan
akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif (-).

Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis. tanda dan Gejala umum penyakit katarak meliputi :

• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat dobel pada satu mata.
• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

D. Fisiologi lensa mata

sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat difokuskan pada retina. Perubahan kekuatan
retraksi disebut akomodasi.
2 (dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
a.Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih cembung)
b.Kekuatan Fungsi lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan refraksi
lensa berubah dari muskulus siliaris.
Bila muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter antara posterior lensa
menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang.
Sebaliknya bila muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn berkurang, sehingga
bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan refraksi bertambah.
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein
yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semi permeable.
Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah
protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa
transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan
katarak.
Terjadinya penumpukan cairan atau degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut
menyebabkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.

Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Perubahan Kompresi sentral (serat) Jumlah protein


serabut
Keruh Densitas Membentuk
massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan


- Gangguan rasa cahaya
- Kecemasan
meningkat nyaman (nyeri)
Penglihatan
- Kurang - Resiko tinggi
/Buta
pengetahu terjadinya
infeksi - Gangguan sensori persepsi
- Resiko tinggi visual
terjadinya injuri - Risiko tinggi cidera fisik
:

F. Pembagian Katarak
1.Katarak Congenital
Pada umumnya bilateral. Banyak disebabkan oleh virus rubella pada trimester I kehamilan bila
pada pemeriksaan positif rubella, maka operasi sebaiknya ditunda sampai umur 2 tahun karena
virus masih aktif di dalam lensa. Kalau dioperasi akan terjadi endoftalmitis dan mata akan
menjadi rusak. Bila kekeruhan bilateral segera lakukan operasi satu mata dulu kurang dari 6
bulan untuk membentuk visus normal. Sedangkan mata satunya dapat dioperasi setelah umur 2
tahun.
2.Katarak Jevenil
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development
cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat - serat
lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract.
Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
3.Katarak Senilis
Katarak senilis ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan dengan proses
ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya
nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik atau proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan akomodasi
lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang dimanifestasi dalam
bentuk presbiopia:
a. Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan
daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior.
Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat
keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila
dilakukan tes bayangan iris (shadow test) akan negatif.
b. Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi tidak atau
belum mengenal seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah
cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata
akan menjadi myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi
kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan
ini positif.
c. Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli
anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-
abuan. Pada pemeriksaan iris shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik Lama).
d. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar
melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
• Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis disebut
SHRUNKEN KATARAK.
• Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami perubahan,
akibatnya nucleus jatuh disebut MORGANIAN KATARAK. Operasi pada saat ini kurang
menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.
Katarak senilis :
o Paling sering dijumpai
o Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur 40 tahun
oHampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda. Kekeruhan dapat dimulai
dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
oGejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak mulainya terjadi kekeruhan
sampai matur dibutuhkan waktu beberapa tahun.
oReaksi pupil terhadap cahaya normal.

G. Pemeriksaan
1) Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
2) Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan bayangan hitam
disebut iris shadow.
3) Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar orange disebut fundus
reflek.
4) Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris shadow menghilang dan
fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).

H. Pengobatan
Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan jika
penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan
kegiatannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya
dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau
menggunakan lensa pembesar.
Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
- Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang
kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi).
- Pembedahan intrakapsuler : lensa beserta kapsulnya diangkat. Pada saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa buatan
sebagai pengganti lensa yang telah diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler, biasanya lensa
intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali terjadi
infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihat yang serius.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama
beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep.
Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung
mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

I. Pencegahan
Pencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan
menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa mengurangi
jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
J. Asuhan keperawatan pada klien dengan katarak
PENGKAJIAN
1 Data Dasar Klien
Neurosensori : gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja, merasa di ruang gelap,
penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar.
Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
peningkatan air mata
Aktivitas/ istirahat : perubahan aktivitas sehubungan dengan gangguan penglihatan
2 Pemeriksaan Diagnostik
Tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan (kartu Snellen) : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem
saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
Lapang penglihatan : menurun
Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intraokuler (Normal : 12-25 mmHg)
Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnosa katarak.
Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemia sistemik/ infeksi.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Interpretasi terhadap warna berhubungan dengan nukleus okuler menjadi coklat
kekuningan
Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv (pembedahan)
III. PERENCANAAN
1 Tujuan
Mempertahankan penglihatan pada tingkat sebaik mungkin
Pasien mengatasi perubahan situasi dengan tindakan positif
Mencegah infeksi pasca bedah katarak
2 Kriteria Hasil
Pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
Pasien mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
Pasien dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema,
demam.
Pasien dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi.
IV. IMPLEMENTASI
Diagnosa 1: Gangguan sensori_perseptual: penglihatan b.d. nukleus okuler menjadi coklat
kekuningan
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat
dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya
hanya satu mata diperbaiki perprosedur
Orientasikan pasien terhadap lingkingan, staf, orang lain di areanya. Memberi peningkatan
kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi.
Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi: partahankan pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari anestesia. Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan
mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Menurunkan
resiko jatuh bila pasien bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong orang terdekat
tinggal dengan pasien. Memberkan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan
bingung.
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata. Gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan
mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan. Catatan: Iritasi lokal harus dilaporkan
ke dokter, tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara.

Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya mmemperbesar kurang lebih
25%, penglihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada. Perubahan ketajaman dan kedalaman
persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/meningkatkan risiko cedera sampai pasien
belajar untuk mengkompensasi.
Letakkan barang yang dibutuhkan/ posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak
dioperasi. Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
penolongan bila diperlukan.
Diagnosa 2: Resti infeksi b. d. proses invasif (pembedahan)
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.
Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu
basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan.
Tenik aseptik manurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi. Mencegah kontaminasi
dan kerusakan sisi operasi.
Obsrvasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase
purulen. Identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK. Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah
prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Asana ISK meningkatkan risiko kontaminasi silang.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topikal, parenteral, atau subkonjungtival.)
Steroid
Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi
infeksi. Catatan: Steroid mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien mengalami
implantasi IOL.
Digunakan untuk menurunkan inflamasi.

Daftar pustaka
James,Bruce, dkk.2006.Oftalmologi.Jakarta:PT. Erlangga
http://www.adipedia.com/rabun-jauh-miopi-penyebab-dan-metode-pengobatannya/

http://exdeath-health.blogspot.com/
http://www.medicalera.com/index.php?
option=com_kunena&Itemid=355&func=view&catid=60&id=17#1276

http://arsanasv.co.cc/jenis-katarak-cara-pengobatan
http://optikonline.info/search/macam+macam+katarak
http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-katarak/
http://www.indonesiaindonesia.com/f/13178-katarak/
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/01ea47f0778c3774e5f6613aa366998eeb5ec744.pdf.

Você também pode gostar