Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Definisi Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari
kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62)
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun. Penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
2.2. Etiologi
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia
rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas.
2. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas
yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak
traumatik.
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )
5. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti German measles
atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan ( diwariskan secara
autosomal domonan ) atau bisa disebabkan oleh :
Infeksi congenital, seperti campak jerman ( german measles )
Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula yang meningkat).
Factor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :
Penyakit metabolik yang diturunkan
Riwayat katarak dalam keluarga
Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
Faktor keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir.
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
gangguan pertumbuhan,
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
Rokok dan Alkohol
Operasi mata sebelumnya.
Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:
Kadar kalsium yang rendah
Diabetes mellitus
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik
Faktor lingkungan ( trauma, penyinaran, sinar ultraviolet )
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1) Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2) Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3) Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
4) Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia
di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun
c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak
kekeruhan yang tidak teratur.penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau
gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah
sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita
katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan
melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh
penderita katarak, seperti :
1) Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
2) Warna terlihat pudar.
3) Sulit melihat saat malam hari.
4) Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak
bertambah luas.
d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.
2) Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan mendapatkan lensa buatan
sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik
yang disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa
di dalam mata.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat penyembuhan selama
beberapa minggu setelah pembedahan di berikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata
dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari
logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh. Adapaun penatalaksanaan pada saat post
operasi antara lain :
1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan diperbolehkan :
Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama
Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran
Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan sedikit kepala
kebelakang saat mencuci rambut
2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan kacamata pada
siang hari
3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak dioperasi, dan tidak
boleh telengkup
4. Aktivitas dengan duduk
5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
Tidur pada sisi yang sakit
Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
Mengejan saat defekasi
Memakai sabun mendekati mata
Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
Berhubungan seks
Mengendarai kendaraan
Batuk, bersin, dan muntah
Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan punggung tetap lurus
untuk mengambil sesuatu dari lantai.
2.8. Komplikasi
Penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5 à ambliopia sensori.
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan
Uveitis.
2.9. Prognosis
Penderita penyakit katarak memiliki prognosis untuk menjadi lebih baik setelah dilakukan
pembedahan dan disiplin dalam mematuhi penatalaksanaan.
2.10. Web of caution
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1) Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada
pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia
> 40 tahun.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan
katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas, sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaikipenglihatan, fotophobia ( glukoma akut ).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ),
pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan
peningkatan air mata ).
6) Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor
seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
O2
Na dan Ca
Reaksi radang
5). DS : -
DO: – Bercak putih di depan pupil
( leukokoria )
- Katarak terlihat segera setelah bayi lahir – 1 thn Defek kongenital
Gg metabolisme
serat lensa
Koagulasi
Pembedahan lensa
Nyeri
Pembedahan lensa
Resiko infeksi
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori
dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
ii. Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.
Observasi tanda-tanda disorientasi.
iii. Orientasikan klien tehadap lingkungan.
iv. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
v. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata.
vi. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
vii. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi. viii. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan
lebih lanjut.
2) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan –
kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
Tujuan:
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas,
penampilan, balutan mata.
Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki
kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. xiv. Kondisi mata post operasi mempengaruhi
visus pasien
Tujuan :
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
xix. Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.
xx. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
xxi. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
xxii. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, dll.
xxiii. Anjurkan klien tidur terlentang. xxiv. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat
mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
xxv. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.
Tujuan/kriteria evaluasi:
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, Derajat kecemasan akan
dipengaruhidan peralatan yang akan digunakan. bagaimana informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh individu.
Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.
Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan .
INTERVENSI RASIONAL
Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep.
Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya yang kuat. Pemakaian sesuai dengan resep
akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa.
Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang
harus dilaporkan segera kepada dokter.
Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang
benar memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan. xxviii. Penemuan dan penanganan awal
komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
xxix. Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
xxx. Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah
xxxi. Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.
7) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai
dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.
INTERVENSI RASIONAL
xxxii. Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia luar
xxxiii. Jaga area kesterilan luka operasi
xxxiv. Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka
xxxv. Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis 1Mengurangi kontaminasi dan
paparan pasien terhadap agen infektious.
Mencegah dan mengurangi transmisi kuman.
mencegah kontaminasi pathogen