Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ACARA CEPAT
(Resolution of Intellectual Property Disputes by Fast Proceeding)
ABSTRACT
Indonesia is one of WTO members that has ratified the WTO agreements. Through the full
compliance principle, the WTO/TRIPs members are required to adapt its national regulations
on Intellectual Property (IP) against such agreement fully. One of the important parts of the
agreement is the provision on the legal enforcement including the dispute resolution
mechanism that requires fast, simple, and affordable procedures but the decision binds all
disputing parties. The government with the parliament has adopted the legislations in
Intellectual Properties, i.e. Industrial Design Law, Integrated Circuit Layout Design Law,
Patent Law, Brand Law, and Copyright Law. These laws have stipulated a fast, simple, and
affordable IP dispute procedure by appointing a commercial court as the venue to resolve the
cases according to the WTO agreement. To accommodate the IP dispute resolutions in a
commercial court, the government has revised Law No. 4 of 1998 with Law No. 37 of 2004
concerning Bankruptcy & Suspension of Debt Payment Obligation. The Supreme Court that
has the authority on justice system has issued Supreme Court Regulation (Perma) No. 2 of
2015 concerning Simple Claim. Therefore the next question is how the arrangement of dispute
resolutions on IP about SCC (Small Claim Court), what is the characteristics of IP and which
justice institution to administer it and whether the Supreme Court Regulation (Perma) can be
used as the guidelines for resolving IP cases?. The method used in solving the problems is
normative research supported by primary resources, i.e. laws and legislations as well as
secondary materials of literature materials related to the subject matter.
Keywords: Fast, Simple, and Cheap IP Dispute Resolution.
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu anggota WTO yang telah telah meratifikasi perjanjian WTO.
Dengan menggunakan prinsip kesesuaian penuh maka negara-negara peserta persetujuan
WTO/TRIPs wajib menyesuaikan peraturan nasional bidang HKI mereka secara penuh
terhadap perjanjian dimaksud. Salah satu bagian terpenting dari perjanjian tersebut adalah
ketentuan mengenai penegakan hukum berikut mekanisme penyelesaian sengketa yang harus
dilakukan dengan mekanisme peradilan yang cepat, sederhana dan murah tetapi putusannya
mengikat para pihak yang berperkara. Pemerintah bersama legislatif telah menyesuaikan
peraturan di bidang HKI, seperti UU Desain Industri, UU Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
UU Paten, UU Merek dan UU Hak Cipta. Dalam ketentuan tersebut telah diatur tata cara
penyelesaian sengketa HKI dengan cepat, sederhana dan murah dengan menunjuk pengadilan
niaga sebagai tempat penyelesaian perkara sesuai persetujuan tersebut. Untuk mengakomodir
penyelesain sengketa HKI di pengadilan niaga, pemerintah telah merevisi UU Nomor 4
Tahun 1998 dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 74
Jurnal Penelitin Hukum
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Mahkamah Agung yang memiliki otoritasi pada
peradilan mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015 tentang Penyelesaian
Gugatan Sederhana. Oleh karena itu menjadi pertanyaan bagaimana pengaturan penyelesaian
sengketa HKI terkait SCC, bagaimana karakteristik sengketa HKI dan peradilan mana yang
menanganinya dan apakah Perma tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman penyelesaian
perkara HKI?. Adapun metode yang digunakan dalam memecahkan masalah adalah penelitian
normatif dengan didukung bahan primer seperti perundang-undangan dan bahan sekunder
berupa literatur yang terkait dengan pembahasan.
Kata Kunci: Penyelesaian Sengketa HKI Dengan Cepat, Sederhana dan Murah.
PENDAHULUAN
Perlindungan Hak Kekayaan Indonesia telah meratifikasi perjanjian
Intelektual sebagai sebuah “Hak” yang WTO berdasarkan Undang-Undang No. 7
menjadi bagian dalam aktivitas Tahun 1994 tentang Pengesahan
perekonomian atau dengan kata lain HKI Agreement Establishing the World Trade
tidak dapat dilepaskan dari persoalan Organization dan telah menyesuaikan
ekonomi, karenanya HKI identik dengan peraturan di bidang HKI sebagai bentuk
komersialisasi karya intelektual. Pada perlindungan hukum sesuai dengan
gilirannya HKI menjadi tidak relevan kesepakatan perjanjian WTO. Sebagai
apabila tidak dikaitkan dengan proses atau konsekuensinya, peraturan di bidang HKI
kegiatan komersialisasi HKI itu sendiri. khususnya dalam penyelesaian sengketa,
Tesis ini semakin transparan dengan harus pula disesuaikan dengan
adanya frase Trade Related Aspects of kesepakatan tersebut. Namun masalahnya
Intellectual Property Rights Including kita tidak punya pengadilan yang bisa
Trade in Couterfeit Goods(TRIPs). Frase menyelesaikan sengketa dengan cepat,
ini muncul dalam kaitannya dengan sederhana dan murah, sebagaimana
masalah perdagangan internasional dan disyaratkan dalam perjanjian tersebut di
menjadi sebuah icon penting dalam atas. Sudah tidak rahasia lagi bahwa
pembicaraan tentang karya intelektual berperkara di pengadilan sangat rumit
manusia. TRIPS Agreement ini merupakan dengan penyelesaian waktu yang lama
kesepakatan internasional yang secara disertai biaya yang mahal.
umum lengkap berkenaan dengan Pada hal ciri-ciri pokok persetujuan
perlindungan HKI (Margono, 2013 : 5). TRIPs antara lain memuat ketentuan
Aspek-aspek dagang yang terkait mengenai penegakan hukum yang ketat
dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), berikut mekanisme penyelesaian
termasuk perdagangan barang palsu perselisihan atau sengketa hukum yang
(Trade Related Aspects of Intellectual cepat dengan menggunakan hukum acara
Property Rights Including Trade in peradilan perdata. Badan peradilan
Couterfeit Goods/TRIPs), merupakan tersebut sedapat mungkin mempunyai
bagian terpenting dari perjanjian World kewenangan, antara lain: menjatuhkan
Trade Organization (WTO). Dengan putusan membayar ganti rugi pada pihak
prinsip kesesuaian penuh (full compliance) yang berhak, memerintahkan barang yang
sebagai syarat minimal bagi para terbukti merupakan hasil pelanggaran
pesertanya, maka negara-negara peserta ditarik dari peredaran/perdagangan, tanpa
persetujuan TRIPs wajib menyesuaikan konpensasi apapun atau dimusnahkan,
peraturan perundang-undangan HKI memberikan konpensasi pada tergugat,
mereka secara penuh terhadap perjanjian memerintahkan diambilnya tindakan yang
internasional dimaksud. sementara yang cepat dan efektif.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 75
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Mekanisme penyelesaian sengketa secara ini, isu hukum yang diangkat adalah soal
cepat, sederhana dan murah, tetapi tetap penyelesaian sengketa HKI dengan
memberikan kekuatan hukum dikenal menggunakan asas sederhana, cepat dan
dengan istilah small claim court (SCC). murah. Tetapi di sisi lain MA
Untuk mengakomodir bentuk prosedur mengeluarkan Perma No. 2 Tahun 2015
penyelesaian sengketa (bisnis) yang hanya mengatur tata cara penyelesaian
sederhana, murah dan cepat sesuai dengan asas tersebut di peradilan umum
persetujuan TRIPs, yang putusannya tidak termasuk peradilan khusus. Oleh
mempunyai kekuatan mengikat seperti karena itulah penelitian ini ingin
putusan hakim. Maka tidak ada cara lain memccahkan masalah untuk mencari jalan
bahwa perkara HKI harus diselesaikan di keluar dari dikotomi aturan tersebut.
luar pengadilan negeri dalam bentuk Selanjutnya ia katakan bahwa: “Untuk
pengadilan khusus. Oleh karena itulah, memecahkan isu hukum... diperlukan
pemerintah mengubah Undang-Undang sumber-sumber penelitian. Sumber-
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan sumber penelitian hukum dapat dibedakan
dengan Undang-Undang No. 37 Tahun menjadi sumber-sumber penelitian yang
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan berupa bahan-bahan hukum primer dan
Kewajiban Pembayaran Utang. Mahkamah bahan-bahan hukum sekunder. Bahan-
Agung sebagai lembaga negara yang bahan hukum primer terdiri dari
memiliki otoritas mengeluarkan peraturan perundang-undangan, catatan-catatan
di lingkungan peradilan, telah resmi atau risalah dalam pembuatan
mengeluarkan Peraturan Mahkamah perundang-undangan dan putusan-putusan
Agung No. 2 Tahun 2015 tentang Tata hakim. Sedangkan bahan-bahan sekunder
Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. berupa semua publikasi tentang hukum
Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang bukan merupakan dokumen-
maka yang menjadi permasalahan adalah, dokumen resmi (Marzuki, 2011:141).”
bagaimana pengaturan penyelesaian Dalam memcahkan isu hukum ini, penulis
sengketa HKI terkait SCC, bagaimana akan menggunakan beberapa peraturan di
karakteristik sengketa HKI dan peradilan bidang HKI dan literatu yang terkait
mana yang menanganinya dan apakah dengan pembahasan.
Perma No. 2 Tahun 2015 dapat dijadikan
sebagai pedoman penyelesaian perkara PEMBAHASAN
HKI?. A. Pengertian dan Asas Umum
Penyelesaiaan Sengketa HKI
METODE PENELITIAN Istilah Hak Kekayaan Intelektual
Pendekatan yang digunakan dalam merupakan terjemahan langsung dari
penulisan artikel ini adalah metode intellectual property right. Selain istilah
penelitian normatif. Yang dimaksudkan intellectual property right, juga dikenal
dengan metode penelitian normatif adalah dengan istilah intangible property,
penelitian kepustakaan (Soerjono creative property, dan incorporeal
Soekanto dan Sri Mamuji, 2001:23). Peter property (Djumhana dan R. Djubaedah,
Mahmud Marzuki mengatakan bahwa: 2014:15). WIPO sebagai organisasi
“Penelitian hukum dilakukan untuk internasional yang mengurus bidang Hak
mencari pemecahan atas isu hukum yang Kekayaan Intelektual memberikan
timbul. Oleh karena itulah, penelitian penjelasan yang disebut intelectual
hukum merupakan suatu penelitian di property, yaitu:“intelectual property (IP)
dalam kerangka know-how dalam hukum. refers to creations of the mind: inventions,
Hasil yang dicapai adalah untuk literary and artistic works, and symbols,
memberikan preskripsi mengenai apa yang names, amages, and designs used in
seyogianya atas isu yang diajukan commerce.”
(Marzuki, 2011:41).” Dalam penelitian
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 77
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 79
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan pembeda dan digunakan dalam kegiatan
Ketua Mahkamah Agung (Pasal 61 perdagangan barang atau jasa (Pasa1
UUHC). Jadi, batas waktu penyelesaian angka 1 UU Merek). Hak atas Merek
sengketa Hak Cipta paling lama 6 (enam) adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
bulan sudah termasuk waktu perpanjangan Negara kepada pemilik Merek yang
30 hari. terdaftar dalam Daftar Umum Merek
untuk jangka waktu tertentu dengan
Paten menggunakan sendiri Merek tersebut atau
Paten didefinisikan sebagai hak memberikan izin kepada pihak lain untuk
eksklusif yang diberikan oleh Negara menggunakannya (Pasal 3 UU Merek).
kepada Inventor atas hasil Invensinya di Pemilik Merek terdaftar dapat
bidang teknologi, yang untuk selama mengajukan gugatan ganti rugi pada
waktu tertentu melaksanakan sendiri Pengadilan Niaga, terhadap pihak lain
Invensinya tersebut atau memberikan yang secara tanpa hak menggunakan
persetujuannya kepada pihak lain untuk Merek yang mempunyai persamaan pada
melaksanakannya (Pasal 1 angka 1 UU pokoknya atau keseluruhannya untuk
Paten). Pemegang Paten memiliki hak barang atau jasa yang sejenis (Pasal 76 UU
eksklusif untuk melaksanakan Paten yang Merek). Gugatan atas pelanggaran Merek
dimilikinya dan melarang pihak lain yang tersebut dapat diajukan oleh penerima
tanpa persetujuannya (Pasal 16 ayat (1) Lisensi Merek terdaftar baik secara sendiri
UU Paten). maupun bersama-sama dengan pemilik
Pemegang Paten atau penerima lisensi Merek yang bersangkutan (Pasal 77 UU
berhak mengajukan gugatan ganti rugi Merek).
kepada Pengadilan Niaga setempat Tata cara gugatan pembatalan
terhadap siapapun yang dengan sengaja pendaftaran Merek diajukan kepada Ketua
dan tanpa hak melakukan perbuatan Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum
sebagaimana dimaksud (Pasal 118 ayat (1) tempat tinggal atau domisili tergugat.
UU Paten). Pengajuan gugatan ini Sidang pemeriksaan atas gugatan
dikarenakan bahwa Pemegang Paten pembatalan diselenggarakan dalam jangka
memiliki hak eksklusif untuk waktu paling lama 60 (enam puluh) hari.
melaksanakan Paten yang dimilikinya. Putusan atas gugatan pembatalan harus
Pemegang Paten dapat mengajukan diucapkan paling lama 90 (sembilan
pendaftaran gugatan kepada Pengadilan puluh) hari dan dapat diperpanjang paling
Niaga dalam waktu paling lama 14 (empat lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan
belas) hari. Sidang pemeriksaan atas Ketua Mahkamah Agung (Pasal 80 UU
gugatan dimulai dalam waktu paling Merek). Dengan demikian, pemeriksaan
lambat 60 (enam puluh) hari (Pasal 120 gugatan merek hingga putusan hanya
UU Paten). Putusan atas gugatan harus membutuhkan waktu 6 (enam) bulan.
diucapkan paling lambat 180 (seratus
delapan puluh) hari (Pasal 121 ayat (2) UU Desain Industri
Paten). Penyelesaian perkara di bidang Desain Industri adalah suatu kreasi
Paten pada pengadilan niaga mulai dari tentang bentuk, konfigurasi, atau
pemeriksaan gugatan sampai putusan komposisi garis atau warna, atau garis dan
relatif lebih lama dengan batas waktu warna, atau gabungan dari padanya yang
sekitar 8 (delapan) bulan. berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi
yang memberikan kesan estetis dan dapat
Merek diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
Merek adalah tanda yang berupa dua dimensi serta dapat dipakai untuk
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- menghasilkan suatu produk, barang,
angka, susunan warna, atau kombinasi dari komoditas industri, atau kerajinan tangan
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya (Pasal 1 angka 1 UU DI).
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 81
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Tata cara gugatan pembatalan Tata cara gugatan ganti rugi perdata
pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit terhadap pelanggaran hak desain tata
Terpadu diajukan kepada Ketua letak sirkit terpadu diatur pada Pasal 40
Pengadilan Niaga dan Panitera yang menyatakan bahwa, “Tata cara
mendaftarkan gugatan pembatalan pada gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal
tanggal gugatan diajukan. Sidang 31 dan Pasal 33 berlaku secara mutatis
pemeriksaan atas gugatan pembatalan mutandis terhadap gugatan sebagaimana
diselenggarakan dalam jangka waktu dimaksud dalam Pasal 38.” Hal ini berarti
paling lama 60 (enam puluh) hari setelah bahwa tata caratata cara pembatalan hak
gugatan didaftarkan. Putusan atas desain tata letak sirkit terpadu sama
gugatan pembatalan harus diucapkan dengan gugatan ganti rugi.
paling lama 90 (sembilan puluh) hari Berdasarkan ketentuan tetang
setelah gugatan didaftarkan dan dapat penyelesaian sengketa yang terdapat dalam
diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) beberapa peraturan perundang-undangan
hari atas persetujuan Ketua Mahkamah HKI, khususnya mencermati jangka waktu
Agung (Pasal 31). penyelesaian sengketanya, terdapat 4 UU
Pemegang Hak atau penerima Lisensi yang memiliki kemiripan tata cara
dapat juga menggugat siapa pun ke penyelesaian sengketa, yaitu UU Hak
Pengadilan Niaga, dengan gugatan ganti Cipta, UU Merek, UUDI, dan UUDTLST.
rugi dan/atau penghentian semua Keempat UU tersebut memberikan jangka
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam waktu penyelesaian sengketa paling lama
Pasal 8 yaitu: 120 hari (+ 4 bulan) sampai dengan
a. Pemegang Hak memiliki hak pembacaan putusan, ditambah paling lama
eksklusif untuk melaksanakan 14 hari penyampaian putusan kepada para
Hak Desain Tata Letak Sirkuit pihak. Khusus untuk kasus di bidang
Terpadu yang dimilikinya dan Paten, jangka waktu dimaksud lebih lama
untuk melarang orang lain yang lagi, yaitu 14+60+180 hari (+ 8 bulan).
tanpa persetujuannya membuat, Dua regulasi di HKI, yaitu UU Rahasia
memakai, menjual, mengimpor, Dagang dan UU Perlindungan Varietas
mengekspor dan/atau Tanaman sama sekali tidak mengatur
mengedarkan barang yang di tentang tata cara peneyelesaian sengketa.
dalamnya terdapat seluruh atau
sebagian Desain yang telah diberi C. Karakteristik Sengketa Kekayaan
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Intelektual
Terpadu. a. Sengketa Pembatalan HKI
b. Dikecualikan dari ketentuan Terdaftar
sebagaimana dimaksud dalam Sengketa pembatalan atas HKI yang
ayat (1) adalah pemakaian Desain terdaftar merupakan suatu rangkaian
Tata Letak Sirkuit Terpadu untuk hukum yang terkait dengan sistem
kepentingan penelitian dan perlindungan hukum yang diatur dalam
pendidikan sepanjang tidak seperangkat ketentuan kekayaan
merugikan kepentingan yang intelektual. HKI Indonesia menggunakan
wajar dari pemegang Desain Tata azas konstitutif, dimana perlindungan
Letak Sirkuit Terpadu. (Pasal 38) hukum atas suatu kekayaan intelektual
diberikan pada pihak yang telah terdaftar
di Dirjen KI. Tanpa ada permintaan
pendaftaran, maka secara hukum tidak
akan ada perlindungan hukum atas
kekayaan intelektual. Dengan permintaan
pendaftaran dimaksud, Dirjen KI harus
memberikan keputusan, apakah kekayaan
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 83
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
intelektual tersebut dapat didaftar atau tidak dapat memperluas fakta hukum yang
ditolak. Akan tetapi di dalam proses tidak terakomodir di dalam penolakan
pendaftaran dimaksud bisa jadi Dirjen KI dimaksud.
melakukan kesalahan dalam pendaftaran Keputusan Komisi Banding dalam
karena kurang pemahaman dari petugas regulasi merek dan paten tidak bersifat
pendaftar atau karena keterbatasan sumber final, karena masih dapat dilakukan upaya
data, sehingga tidak menutup hukum lanjutan terhadap penolakan
kemungkinan ada pihak-pihak yang Komisi Banding yang menguatkan
keberatan dengan keputusan dimaksud. keputusan Dirjen KI dengan mengajukan
gugatan ke Pengadilan Niaga. Gugatan ke
b. Keberatan terhadap Keputusan Pengadilan Niaga atas penolakan Komisi
Komisi Banding Banding merupakan implementasi
Regulasi HKI menggunakan sistem ketentuan Pasal 42 TRIPS, yang
konstitutif, yang mengharuskan adanya mengharuskan regulasi dibidang kekayaan
permintaan pendaftaran untuk intelektual menyediakan aturan hukum
perlindungan hukum atas suatu kekayaan penyelesaian sengketa melalui Pengadilan
intelektual. Permintaan pendaftaran Niaga dalam bentuk gugatan yang
dimaksud tidaklah seluruhnya dapat bertujuan untuk melakukan koreksi atas
didaftar oleh Dirjen KI, maka terhadap keputusan Dirjen KI.
permintaan pendaftaran yang telah ditolak
dapat mengajukan keberatan kepada c. Sengketa keberatan akan
Komisi Banding. Hal ini sesuai ketentuan penghapusan Pendaftaran Merek
WTO/TRIPs, yang mengharuskan negara atas prakarsa Dirjen KI
anggotanya memberikan prasarana hukum Sengketa penghapusan pendaftaran
terkait upaya hukum atas penolakan hanya dikenal dalam sistem hukum
pendaftaran kepada Komisi Banding. dibidang merek. Sengketa penghapusan
Karakteristik sengketa yang dapat adalah sengketa terkait dengan prakarsa
diajukan ke Komisi Banding adalah Dirjen KI yang melakukan penghapusan
terhadap penolakan permohonan yang pendaftaran merek sesuai kewenangan
berkaitan dengan alasan dan dasar yang diberikan oleh Undang-undang.
pertimbangan mengenai hal-hal yang Menurut UU Merek Pasal 61 ayat (2)
bersifat substantif sebagaimana diatur bahwa Penghapusan pendaftaran merek
dalam Pasal 29 ayat (1) UU Merek dan atas prakarsa Dirjen KI dapat dilakukan
Pasal 60 ayat (1) UU Paten. Hal-hal yang jika :
substantif yang permohonannya tidak a. Merek tidak digunakan selama 3
dapat didaftar atau yang ditolak merujuk (tiga) tahun berturut-turut dalam
pada Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 UU perdagangan barang dan/atau jasa
Merek. Sedangkan UU Paten merujuk sejak tanggal pendaftaran atau
pada Pasal 56 ayat (1) atau Pasal 56 ayat pemakaian terakhir, kecuali
(3). apabila ada alasan yang dapat
Komisi Banding adalah lembaga diterima oleh Direktorat Jenderal;
independen yang berada di Dirjen KI, atau
yang beranggotakan pihak luar b. Merek digunakan untuk jenis
(Akademisi) sesuai keahliannya dan barang dan/atau jasa yang tidak
ditambah pemeriksa senior/internal. Dalam sesuai dengan jenis barang atau
menjalankan fungsinya, anggota komisi jasa yang dimohonkan
banding harus memeriksa sesuai dengan pendaftaran, termasuk pemakaian
fakta hukum yang dijadikan sebagai Merek yang tidak sesuai dengan
pertimbangan hukum atas penolakan Merek yang didaftar.
pendaftaran kekayaan intelektual Dengan demikian, berarti Direktorat
dimaksud. Jadi anggota komisi banding Merek harus mengawasi secara kontinyu
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 85
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
diperlukan pengadilan dalam pemanggilan HKI sesuai yang diatur dalam UU Hak
para pihak yang berperkara, khususnya Cipta dengan melakukan tambahan dan
yang berada diluar juridiksi pengadilan koreksi mengenai waktu pemanggilan para
niaga. Apalagi pengadilan niaga hanya pihak, maka peradilan dengan SCC akan
terdapat di kota-kota provinsi tertentu saja terealisasi sesuai dengan harapan guna
seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan mendukung dunia bisnis.
Makasar. Tentu memerlukan Dengan adanya penetapan sementara
pendelegasian pemanggilan pihak tersebut merupakan langkah awal memberi
berperkara melalui pengadilan ditempat rasa aman bagi pencari keadilan atas
pihak yang dipanggil. Lebih memakan pelanggaran pihak lain yang tidak berhak
waktu lama lagi bila pihak yang dipanggil dan sekaligus mencegah agar tidak terjadi
tersebut berada diluar negeri. Jika salah kerugian yang lebih besar lagi. Disamping
satu pihak berperkara berada di luar itu amar dalam penetapan sementara
negeri, maka akan dipanggil melalui tersebut bila dikabulkan, harus pula
Kedutaan RI di negara tersebut. Sehingga menyatakan HKI yang disengkatan
dibutuhkan waktu selama satu bulan untuk tersebut milik pemohon.
proses pemanggilannya. Penetapan Sementara tersebut menjadi
Pemanggilan para pihak yang ternyata putusan pertama pengadilan dan dapat
tidak hadir pada panggilan pertama akan ditempuh dengan waktu yang cepat dan
dipanggil lagi dengan panggilan kedua sederhana serta biaya yang murah.
bahkan sampai dengan pemanggilan yang Terhadap penetapan sementara tersebut,
ketiga dan selanjutnya majelis hakim pengadilan harus memberitahukan kepada
membuat sikap atas pemanggilan tersebut pihak yang terkait atau yang dirugikan
apakah akan dipanggil melalui panggilan dalam waktu 2 (dua) x 24 jam setelah
umum, melalui media massa ataupun penetapan sementara tersebut dibacakan
pemanggilan yang ditempelkan pada dimuka persidangan. Pihak yang
kantor pemerintah daerah setempat. Jika diberitahukan dalam kurun waktu 30 (tiga
pola pemanggilan yang sedemikian rupa puluh) hari setelah memperoleh
harus dijalankan, maka akan pemberitahuan dapat mengajukan
membutuhkan waktu yang lama untuk keberatannya ke pengadilan ( seperti hal
dimulainya sidang pemeriksaan perkara. verzet)
Keinginan Indonesia untuk Terhadap keberatan yang diajukan,
melaksanakan small claim court sudah maka pengadilan selanjutnya memeriksa
tercantum dalam berbagai ketentuan perkara keberatan tersebut yang mana
perundang-undangan tentang HKI dan putusannya dapat menguatkan isi
telah pula diatur tata cara mengajukan penetapan sementara ataupun menolak isi
gugatan ke pengadilan niaga dalam penetapan sementara. Dengan demikian
penyelesaian sengketa HKI. Namun pemeriksaan perkara keberatan (verzet)
pengaturan tersebut perlu diatur secara menjadi pemeriksaan perkara yang kedua
detail mengenai mekanisme dan waktu (tingkat kedua) dan atas putusan majelis
yang diperlukan dalam beracara. hakim dalam memeriksa keberatan
Pengaturan atas penetepan sementara oleh tersebut hanya bisa dilakukan upaya
pengadilan niaga dalam menangani hukum kasasi.
sengketa HKI, merupakan terobosan
dalam mempercepat penyelesaian sengketa D. Peradilan yang Menangani
tanpa harus menunggu putusan. UU Hak Penyelesaian Perkara Sengketa HKI
Cipta secara lebih rinci telah menguraikan Konsekuensi ratifikasi pemerintah
tata cara mengajukan gugatan ke Indonesia atas persetujuanWTO/TRIPs
Pengadilan Niaga khususnya pengajuan berarti secara hukum wajib menyesuaikan
permohonan Penetapan Sementara HKI sesuai yang tercantum dalam TRIPs.
tersebut. Jika tata cara menangani sengketa Indonesia telah mengimplementasikannya
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 87
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
sengketa menggunakan tata cara SCC nasional dan internasional sertai terikat
harus lewat pengadilan niaga, yang khusus dengan kesepakatan WTO/TRIPs
menangani sengketa HKI. Sehingga .
penyelesaian sengketa HKI dengan SCC KESIMPULAN
tersebut, kemungkinan tidak dapat Pengaturan penyelesaian sengketa HKI
dilakukan dengan cepat dan murah. melalui peradilan SCC berdasarkan
Sedangkan penyelesaian sengketa perintah Pasal 41 dan Pasal 42 TRIPs,
menggunakan Perma No. 2 Tahun 2015 telah diimplementasikan pemerintah
tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Indonesia dalam Perundang-undangan di
Sederhana ditentukan bahwa bahwa bidang Hak Cipta, Rahasia Dagang,
Penyelesaian Gugatan Sederhana adalah Desain Industri, Paten, Merek. Kecuali UU
tata cara pemeriksaan di persidangan Perlindungan Varietas Tanaman (UUPVT)
terhadap gugatan perdata dengan nilai dan UU Rahasia Dagang, dimana
gugatan materil paling banyak Rp. penyelesaian sengketanya lewat
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) yang Pengadilan Negeri. Dalam ketentuan
diselesaikan dengan tata cara tersebut telah diatur limit waktu pengajuan
pembuktiannya sederhana denga Hakim gugatan hingga putusan hakim dengan
Tunggal (Pasal 1 angka 1 dan 3). Gugatan waktu paling lama 6 (enam) bulan.
sederhana diajukan terhadap perkara Namun, karena pengadilan niaga lokasinya
cidera janji atau perbuatan melawan hanya ada di Jakarta, Surabaya, Medan
hukum dengan nilai gugatan materil paling dan Makassar. Maka kemungkinan
banyak 200 juta (Pasa 3 ayat 1). Bahkan penyelesaian sengketa dengan SCC tidak
dengan tegas dikatakan dalam Pasal 3 ayat tercapai malah menjadi mahal dan lama.
(2 ) bahwa Tidak termasuk gugatan Karakteristik perlindungan hukum
sederhana: a. Perkara yang penyelesaian penyelesaian perkara HKI berbeda dengan
sengketanya dilakukan melalui pengadilan tata cara penyelesaian sengketa sederhana
khusus sebagaimana diatur dalam yang diatur dalam Perma No. 2 Tahun
peraturan perundang-undangan. 2015 yang objek sengketanya terdiri dari
Dengan mengacu pada Pasal 3 ayat (2) perkara wanprestasi dan perbuatan
Perma tersebut di atas, dapat disimpulkan melawan hukum. Sengketa HKI ada yang
bahwa MA menganggap bahwa perkara sifatnya perbuatan melawan hukum
HKI dengan penyelesaian sengketa dengan tuntutan ganti rugi. Tetapi ada juga
sederhana di peradilan niaga yang di atur berupa sengketa administratif meliputi
dalam peraturan perundang-undangan HKI sengketa pembatalan atas HKI yang
bukanlah objek SCC. Pada hal terdaftar, keberatan atas keputusan Komisi
sebagaimana telah disinggung sebelumnya Banding, sengketa keberatan akan
bahwa MA memiliki otoritas terhadap penghapusan pendaftaran Merek atas
semua peradilan. Jika MA sudah prakarsa Dirjen KI, penghapusan
mengingkari perkara HKI bukan menjadi pendaftaran merek atas prakarsa oleh
objek sengketa dengan SCC, berarti akan pihak ketiga, dan penetapan sementara.
ada hambatan dalam berperkara di Peradilan yang ditunjuk untuk
pengadilan niaga untuk penyelesaian kasus menyelesaikan sengketa HKI dengan SCC
HKI. Sebaiknya, MA perlu meninjau adalah Pengadilan Niaga sesuai Pasal 300
kembali Perma No. 2 Tahun 2015 agar Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
dapat mengakomodir penyelesaian tentang Kepailitan dan Penundaan
sengketa di bidang HKI dengan Kewajiban Pembayaran Utang. Namun
pemeriksaan sederhana dengan tidak dengan terbitnya Perma No. 2 Tahun 2015
membatasi pemeriksaan hanya pada sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3
perkara wanprestasi dan perbuatan ayat (2) a seolah-olah sengketa HKI bukan
melawan hukum. Terlebih lagi, masalah sebagai objek perara yang dapat
HKI ini menyangkut perdagangan baik
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 89
Jurnal Penelitin Hukum
De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 91