Você está na página 1de 18

PENYELESAIAN SENGKETA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL MELALUI

ACARA CEPAT
(Resolution of Intellectual Property Disputes by Fast Proceeding)

Henry Donald Lbn. Toruan


Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
Jl. H.R Rasunan Said Kav 4-5, Kuningan-Jakarta Selatan
Email: henrydonald.lt@gmail.com – HP : 081286032224
Tulisan Diterima: 31-01-2017; Direvisi 17-03-2017;
Disetujui Diterbitkan: 20-03-2017

ABSTRACT
Indonesia is one of WTO members that has ratified the WTO agreements. Through the full
compliance principle, the WTO/TRIPs members are required to adapt its national regulations
on Intellectual Property (IP) against such agreement fully. One of the important parts of the
agreement is the provision on the legal enforcement including the dispute resolution
mechanism that requires fast, simple, and affordable procedures but the decision binds all
disputing parties. The government with the parliament has adopted the legislations in
Intellectual Properties, i.e. Industrial Design Law, Integrated Circuit Layout Design Law,
Patent Law, Brand Law, and Copyright Law. These laws have stipulated a fast, simple, and
affordable IP dispute procedure by appointing a commercial court as the venue to resolve the
cases according to the WTO agreement. To accommodate the IP dispute resolutions in a
commercial court, the government has revised Law No. 4 of 1998 with Law No. 37 of 2004
concerning Bankruptcy & Suspension of Debt Payment Obligation. The Supreme Court that
has the authority on justice system has issued Supreme Court Regulation (Perma) No. 2 of
2015 concerning Simple Claim. Therefore the next question is how the arrangement of dispute
resolutions on IP about SCC (Small Claim Court), what is the characteristics of IP and which
justice institution to administer it and whether the Supreme Court Regulation (Perma) can be
used as the guidelines for resolving IP cases?. The method used in solving the problems is
normative research supported by primary resources, i.e. laws and legislations as well as
secondary materials of literature materials related to the subject matter.
Keywords: Fast, Simple, and Cheap IP Dispute Resolution.

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu anggota WTO yang telah telah meratifikasi perjanjian WTO.
Dengan menggunakan prinsip kesesuaian penuh maka negara-negara peserta persetujuan
WTO/TRIPs wajib menyesuaikan peraturan nasional bidang HKI mereka secara penuh
terhadap perjanjian dimaksud. Salah satu bagian terpenting dari perjanjian tersebut adalah
ketentuan mengenai penegakan hukum berikut mekanisme penyelesaian sengketa yang harus
dilakukan dengan mekanisme peradilan yang cepat, sederhana dan murah tetapi putusannya
mengikat para pihak yang berperkara. Pemerintah bersama legislatif telah menyesuaikan
peraturan di bidang HKI, seperti UU Desain Industri, UU Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
UU Paten, UU Merek dan UU Hak Cipta. Dalam ketentuan tersebut telah diatur tata cara
penyelesaian sengketa HKI dengan cepat, sederhana dan murah dengan menunjuk pengadilan
niaga sebagai tempat penyelesaian perkara sesuai persetujuan tersebut. Untuk mengakomodir
penyelesain sengketa HKI di pengadilan niaga, pemerintah telah merevisi UU Nomor 4
Tahun 1998 dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 74
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Mahkamah Agung yang memiliki otoritasi pada
peradilan mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015 tentang Penyelesaian
Gugatan Sederhana. Oleh karena itu menjadi pertanyaan bagaimana pengaturan penyelesaian
sengketa HKI terkait SCC, bagaimana karakteristik sengketa HKI dan peradilan mana yang
menanganinya dan apakah Perma tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman penyelesaian
perkara HKI?. Adapun metode yang digunakan dalam memecahkan masalah adalah penelitian
normatif dengan didukung bahan primer seperti perundang-undangan dan bahan sekunder
berupa literatur yang terkait dengan pembahasan.
Kata Kunci: Penyelesaian Sengketa HKI Dengan Cepat, Sederhana dan Murah.

PENDAHULUAN
Perlindungan Hak Kekayaan Indonesia telah meratifikasi perjanjian
Intelektual sebagai sebuah “Hak” yang WTO berdasarkan Undang-Undang No. 7
menjadi bagian dalam aktivitas Tahun 1994 tentang Pengesahan
perekonomian atau dengan kata lain HKI Agreement Establishing the World Trade
tidak dapat dilepaskan dari persoalan Organization dan telah menyesuaikan
ekonomi, karenanya HKI identik dengan peraturan di bidang HKI sebagai bentuk
komersialisasi karya intelektual. Pada perlindungan hukum sesuai dengan
gilirannya HKI menjadi tidak relevan kesepakatan perjanjian WTO. Sebagai
apabila tidak dikaitkan dengan proses atau konsekuensinya, peraturan di bidang HKI
kegiatan komersialisasi HKI itu sendiri. khususnya dalam penyelesaian sengketa,
Tesis ini semakin transparan dengan harus pula disesuaikan dengan
adanya frase Trade Related Aspects of kesepakatan tersebut. Namun masalahnya
Intellectual Property Rights Including kita tidak punya pengadilan yang bisa
Trade in Couterfeit Goods(TRIPs). Frase menyelesaikan sengketa dengan cepat,
ini muncul dalam kaitannya dengan sederhana dan murah, sebagaimana
masalah perdagangan internasional dan disyaratkan dalam perjanjian tersebut di
menjadi sebuah icon penting dalam atas. Sudah tidak rahasia lagi bahwa
pembicaraan tentang karya intelektual berperkara di pengadilan sangat rumit
manusia. TRIPS Agreement ini merupakan dengan penyelesaian waktu yang lama
kesepakatan internasional yang secara disertai biaya yang mahal.
umum lengkap berkenaan dengan Pada hal ciri-ciri pokok persetujuan
perlindungan HKI (Margono, 2013 : 5). TRIPs antara lain memuat ketentuan
Aspek-aspek dagang yang terkait mengenai penegakan hukum yang ketat
dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), berikut mekanisme penyelesaian
termasuk perdagangan barang palsu perselisihan atau sengketa hukum yang
(Trade Related Aspects of Intellectual cepat dengan menggunakan hukum acara
Property Rights Including Trade in peradilan perdata. Badan peradilan
Couterfeit Goods/TRIPs), merupakan tersebut sedapat mungkin mempunyai
bagian terpenting dari perjanjian World kewenangan, antara lain: menjatuhkan
Trade Organization (WTO). Dengan putusan membayar ganti rugi pada pihak
prinsip kesesuaian penuh (full compliance) yang berhak, memerintahkan barang yang
sebagai syarat minimal bagi para terbukti merupakan hasil pelanggaran
pesertanya, maka negara-negara peserta ditarik dari peredaran/perdagangan, tanpa
persetujuan TRIPs wajib menyesuaikan konpensasi apapun atau dimusnahkan,
peraturan perundang-undangan HKI memberikan konpensasi pada tergugat,
mereka secara penuh terhadap perjanjian memerintahkan diambilnya tindakan yang
internasional dimaksud. sementara yang cepat dan efektif.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 75
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Mekanisme penyelesaian sengketa secara ini, isu hukum yang diangkat adalah soal
cepat, sederhana dan murah, tetapi tetap penyelesaian sengketa HKI dengan
memberikan kekuatan hukum dikenal menggunakan asas sederhana, cepat dan
dengan istilah small claim court (SCC). murah. Tetapi di sisi lain MA
Untuk mengakomodir bentuk prosedur mengeluarkan Perma No. 2 Tahun 2015
penyelesaian sengketa (bisnis) yang hanya mengatur tata cara penyelesaian
sederhana, murah dan cepat sesuai dengan asas tersebut di peradilan umum
persetujuan TRIPs, yang putusannya tidak termasuk peradilan khusus. Oleh
mempunyai kekuatan mengikat seperti karena itulah penelitian ini ingin
putusan hakim. Maka tidak ada cara lain memccahkan masalah untuk mencari jalan
bahwa perkara HKI harus diselesaikan di keluar dari dikotomi aturan tersebut.
luar pengadilan negeri dalam bentuk Selanjutnya ia katakan bahwa: “Untuk
pengadilan khusus. Oleh karena itulah, memecahkan isu hukum... diperlukan
pemerintah mengubah Undang-Undang sumber-sumber penelitian. Sumber-
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan sumber penelitian hukum dapat dibedakan
dengan Undang-Undang No. 37 Tahun menjadi sumber-sumber penelitian yang
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan berupa bahan-bahan hukum primer dan
Kewajiban Pembayaran Utang. Mahkamah bahan-bahan hukum sekunder. Bahan-
Agung sebagai lembaga negara yang bahan hukum primer terdiri dari
memiliki otoritas mengeluarkan peraturan perundang-undangan, catatan-catatan
di lingkungan peradilan, telah resmi atau risalah dalam pembuatan
mengeluarkan Peraturan Mahkamah perundang-undangan dan putusan-putusan
Agung No. 2 Tahun 2015 tentang Tata hakim. Sedangkan bahan-bahan sekunder
Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. berupa semua publikasi tentang hukum
Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang bukan merupakan dokumen-
maka yang menjadi permasalahan adalah, dokumen resmi (Marzuki, 2011:141).”
bagaimana pengaturan penyelesaian Dalam memcahkan isu hukum ini, penulis
sengketa HKI terkait SCC, bagaimana akan menggunakan beberapa peraturan di
karakteristik sengketa HKI dan peradilan bidang HKI dan literatu yang terkait
mana yang menanganinya dan apakah dengan pembahasan.
Perma No. 2 Tahun 2015 dapat dijadikan
sebagai pedoman penyelesaian perkara PEMBAHASAN
HKI?. A. Pengertian dan Asas Umum
Penyelesaiaan Sengketa HKI
METODE PENELITIAN Istilah Hak Kekayaan Intelektual
Pendekatan yang digunakan dalam merupakan terjemahan langsung dari
penulisan artikel ini adalah metode intellectual property right. Selain istilah
penelitian normatif. Yang dimaksudkan intellectual property right, juga dikenal
dengan metode penelitian normatif adalah dengan istilah intangible property,
penelitian kepustakaan (Soerjono creative property, dan incorporeal
Soekanto dan Sri Mamuji, 2001:23). Peter property (Djumhana dan R. Djubaedah,
Mahmud Marzuki mengatakan bahwa: 2014:15). WIPO sebagai organisasi
“Penelitian hukum dilakukan untuk internasional yang mengurus bidang Hak
mencari pemecahan atas isu hukum yang Kekayaan Intelektual memberikan
timbul. Oleh karena itulah, penelitian penjelasan yang disebut intelectual
hukum merupakan suatu penelitian di property, yaitu:“intelectual property (IP)
dalam kerangka know-how dalam hukum. refers to creations of the mind: inventions,
Hasil yang dicapai adalah untuk literary and artistic works, and symbols,
memberikan preskripsi mengenai apa yang names, amages, and designs used in
seyogianya atas isu yang diajukan commerce.”
(Marzuki, 2011:41).” Dalam penelitian

76 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Penjelasan yang diberikan WIPO melaksanakan prestasi namun tidak sesuai


menunjukkan bahwa Hak Kekayaan dengan yang diperjanjikan, (3)
Intelektual itu mencakup kreasi pikiran: melaksanakan prestasi namun terlambat
penemuan, karya sastra dan artistik, atau tidak tepat waktu, (4) melaksanakan
simbol-simbol, nama, gambar, dan desain hal-hal yang dilarang dalam perjanjian”.
yang digunakan dalam perdagangan. Disamping wanprestasi, sengketa terjadi
Adapun pengertian Hak Kekayaan sebab “perbuatan melawan hukum”.
Intelektual dirumuskan dalam Sengketa atau perbedaan pendapat terjadi
kalimat:“The term intellectual property berkenaan dengan pelaksanaan prestasi
refers broadly to the creations of the antar pihak, karenanya sengketa dapat
human mind. Intellectual property rights dilihat sebagai potensi dan sebagai sebab
protect the interests of creators by giving yang real (Khotibul Umam, 2010:6).
them property rights over their cretions.” Dengan demikian, sengketa itu bisa
Rumusan pengertian tersebut, yaitu muncul dari wanprestasi dan perbuatan
menunjuk pada sesuatu yang luas melawan hukum.
mengenai daya pikir dan kreasi manusia Pengertian “Asas” secara bahasa
(creation of the mind)yang berarti artinya dasar hukum, dasar (sesuatu yang
serangkaian proses berpikir yang logis dan menjadi tumpuan berfikir atau
suatu karya manusia yang lahir dengan berpendapat, dasar cita-cita (perkumpulan
sering kali realisasinya memerlukan usaha atau organisasi) (Sudarsono, 1992:36).
dengan curahan tenaga, karsa, cipta, Pengertian “Sederhana” secara bahasa
waktu, dan biaya. Karenanya, wajar artinya sedang (dalam arti pertengahan,
kepadanya diberikan hak dan perlindungan tidak tinggi, tidak rendah) (Kamus Besar
untuk kepentingan si pencipta atau orang- Bahasa Indonesia, 1990 : 163).
orang yang berkreasi tersebut (Djumhana Sederhana mengacu pada “complicated”
dan R. Djubaedah, 2014:16). tidaknya penyelesaian perkara
Penyelesian sengketa acara cepat bila (Setiawan,1992:426).
merujuk pada HIR/RBg sebagai pedoman Menurut Mukti Arto bahwa:
hukum acara perdata di Indonesia, tidak “Asas sederhana artinya caranya yang
mengenal kelembagaan tersebut. jelas, mudah dipahami dan tidak
Pembentukan SCC pada dasarnya berbelit. Yang penting disini ialah agar
bertujuan untuk menyelesaikan perkara para pihak dapat mengemukakan
dengan waktu yang cepat, biaya murah kehendaknya dengan jelas dan pasti
dan proses pembuktian yang sederhana, (tidak berubah-ubah) dan
tetapi putusannya mengikat bagi para penyelesaiannya dilakukan dengan
pihak. Oleh karena itu, SCC dapat jelas, terbuka runtut dan pasti, dengan
diartikan sebagai suatu mekanisme penerapan hukum acara yang fleksibel
pengadilan yang bersifat informal (di demi kepentingan para pihak yang
dalam pengadilan tetapi mekanismenya di menghendaki acara yang sederhana
luar mekanisme pengadilan pada (Arto, 2001:64).”
umumnya), dengan pemeriksaan perkara Menurut Sidik Sunaryo bahwa:
yang cepat untuk mengambil keputusan “Sederhana juga dapat dimaknai
atas tuntutan ganti kerugian yang nilai sebagai suatu proses yang tidak
gugatannya kecil. berbelit-belit, tidak rumit, jelas, lugas,
Konflik sebagai sengketa, dengan non interpretable, mudah dipahami,
bagian-bagiannya berupa konflik tuntutan mudah dilakukan, mudah diterapkan,
atau hak-hak. Sengketa berawal dari tidak sistematis, konkrit baik dalam sudut
dipenuhinya prestasi yang diperjanjikan pandang pencari keadilan, maupun
atau wanprestasi.” Bentuk-bentuk dalam sudut pandang penegak hukum
wanprestasi terdiri dari: (1) tidak yang mempunyai tingkat kualifikasi
melaksanakan prestasi sama sekali, (2) yang sangat beragam, baik dalam

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 77
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

bidang potensi pendidikan yang didaftarkan di kepaniteraan, kecuali jika


dimiliki, kondisi sosial ekonomi, memang menurut ketentuan hukum tidak
budaya dan lain-lain (Sunaryo, mungkin diselesaikan dalam waktu enam
2005:46).” bulan. Namun demikian, penyelesaian
M. Yahya Harahap mengatakan bahwa: yang cepat ini senantisa harus berjalan di
“Apa yang sudah sederhana, jangan atas aturan hukum yang benar, adil dan
sengaja dipersulit oleh hakim kearah teliti (Arto, 2001:65).Yang dicita-citakan
proses pemeriksaan yang berbelit-belit ialah suatu proses pemeriksaan yang relatif
dan tersendat-sendat sampai jalannya tidak memakan jangka waktu yang lama
pemeriksaan “mundur terus” untuk sampai bertahun-tahun sesuai dengan
sekian kali atas berbagai alasan yang kesederhanaan hukum acara itu sendiri
tidak sah menurut hukum. Hakim pilek, (Harahap, 1989:71).
persidangan mundur, hakim masuk Pengertian “biaya ringan” secara
kantor jam sebelas, pemeriksan bahasa biaya artinya uang yang
mundur. Hakim malas, pemeriksaan dikeluarkan untuk mengadakan
mundur. Keluarga panitera atau hakim (mendirikan, melakukan, dan sebagainya)
menyunat rasul anak, dijadikan alasan sesuatu, ongkos (administrasi ; ongkos
untuk mengundurkan pemeriksaan yang dikeluarkan untuk pengurusan surat
sidang, sekalipun para pihak dari dan sebagainya), biaya perkara seperti
tempat yang jauh sudah susah payah pemanggilan saksi dan materai (Kamus
mengongkosi para saksi yang akan Besar Bahasa Indonesia, 1990:113).
mereka hadapkan. Penasehat hukum Sedangkan ringan disini mengacu pada
pergi pesiar, dibenarkan sebagai alasan banyak atau sedikitnya biaya yang harus
mengundurkan pemeriksaan sidang. dikeluarkan oleh pencari keadilan dalam
Banyak hal-hal lucu dan menggelikan menyelesaikan sengketanya di depan
tapi sekaligus menyedihkan dalam pengadilan (Setiawan,1992:749). Biaya
praktek disekitar kelihaian dan ringan dalam hal ini berarti tidak
ketidakmoralan menukangi cara-cara dibutuhkan biaya lain kecuali benar-benar
yang berbelit-belit dalam pemeriksaan. diperlukan secara riil untuk penyelesaian
Pemeriksaan mundur terus dan tak perkara. Biaya harus ada tarif yang jelas
pernah sampai diakhir tujuan. Cara- dan seringan-ringannya. Segala
cara yang demikian disamping hakim pembayaran di pengadilan harus jelas
tak bermoral, sekaligus tidak kegunaanya dan diberi tanda terima uang.
profesional (Harahap, 1989:71).” Pengadilan harus
Pengertian “Cepat” secara bahasa mempertanggungjawabkan uang tersebut
artinya waktu singkat, dalam waktu kepada yang bersangkutan dengan
singkat; segera, tidak banyak seluk mencatatkannya dalam jurnal keuangan
beluknya (tidak banyak pernik) (Kamus perkara sehingga yang bersangkutan dapat
Besar Bahasa Indonesia,1990:792). melihatnya sewaktu-waktu (Arto,
Cepat atau yang pantas mengacu pada 2001:67).
“tempo” cepat atau lambatnya Berdasarkan Pasal 121 ayat (1) HIR
penyelesaian perkara penetapan biaya perkara dilakukan
(Setiawan,1992:427). Asas cepat dalam sesudah surat gugatan dibuat itu telah
proses peradilan disini artinya didaftarkan oleh panitera di dalam daftar
penyelesaian perkara memakan waktu yang disediakan untuk itu, maka ketua
tidak terlalu lama. Mahkamah Agung menentukan hari dan jam, waktu perkara
dalam Surat Edaran No. 1 tahun 1992 itu akan diperikasa di muka pengadilan.
memberikan batasan waktu paling lama Dalam Pasal 121 ayat (4) HIR menentukan
enam (6) bulan, artinya setiap perkara “mendaftarkan dalam daftar seperti yang
harus dapat diselesaikan dalam waktu dimaksud dalam ayat pertama, tidak boleh
enam (6) bulan sejak perkara itu dilakukan sebelum oleh penggugat ayat

78 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

pertama, tidak boleh dilakukan sebelum (Penjelasan Pasal 2 ayat (4)


oleh penggugat dibayar lebih dahulu UU No.48Tahun 2009). Biaya ringan juga
kepada panitera sejumlah uang yang mengandung makna bahwa mencari
besarnya untuk sementara diperkirakan keadilan melalui lembaga peradilan tidak
oleh Ketua Pengadilan Negeri menurut sekedar orang yang mempunyai harapan
keadaan perkara, untuk ongkos kantor akan jaminan keadilan di dalamnya tetapi
panitera, ongkos pemanggilan serta harus ada jaminan bahwa keadilan tidak
pemberitahuan yang diwajibkan kepada mahal, keadilan tidak dapat
kedua pihak dan harga materai yang akan dimaterialisasikan, dan keadilan yang
diperhitungkan. Jumlah yang dibayar lebih mandiri serta bebas dari nila-nilai lain
dahulu itu akan diperhitungkan kemudian” yang merusak nilai keadilan itu sendiri
(Makarao, 2004:43). (Sidik Sunaryo, 2005:48). Asas sederhana,
Menurut UU Nomor 48 Tahun 2009 cepat, dan biaya ringan dalam pemeriksaan
tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 2 dan menyelesaian perkara di pengadilan
ayat (4) disebutkan bahwa “peradilan tidak mengesampingkan ketelitian dan
dilakukan dengan sederhana, cepat, dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan
biaya ringan.” Dalam penjelasannya keadilan (Penjelasan Pasal 2 ayat (4)
dikatakan bahwa “Asas sederhana, cepat UUNo.48 Tahun 2009).
dan biaya ringan adalah asas peradilan Jadi, pemeriksaan perkara secara
yang paling mendasar dari pelaksanaan sederhana harus dilakukan tanpa berbelit-
dan pelayanan administrasi peradilan yang belit harus efisien dan efektif serta mudah
mengarah pada prinsip dan asas efektif dan dipahami pihak yang berperkara.
efisien. Sederhana adalah pemeriksaan dan Penyelesaian perkara harus secara cepat
penyelesaian perkara dilakukan dengan dengan batas waktu kalau bisa hanya 6
cara efesien dan efektif.” (enam) bulan. Biaya berperkara sedapat
Namun dalam praktiknya asas mungkin harus murah, yang dapat
sederhana hanya dimaknai sebatas masalah dijangkau oleh masyarakat pada
administratif belaka tanpa adanya umumnya.
pemahaman bahwa asas sederhana harus
menjadi jiwa dan semangat motivasi B. Pengaturan Penyelesaian Sengketa
penegak hukum yang dilaksanakan secara HKI melalui Pengajuan Gugatan
menyeluruh pada setiap tingkatan dan Perdata
institusi. Perintah Pasal 41 dan Pasal 42 TRIPs
Cepat, harus dimaknai sebagai upaya mengenai penyelesaian sengketa HKI
strategis untuk menjadikan sistem melalui peradilan SCC, telah
peradilan sebagai institusi yang dapat diimplementasikan pemerintah Indonesia
menjamin terwujudnya/tercapainya dengan menerbitkan UU No. 28 Tahun
keadilan dalam penegakan hukum secara 2014 tentang Hak Cipta (UUHC), UU 14
cepat oleh pencari keadilan (Sunaryo, Tahun 2001 tentang Paten (UU Paten), UU
2005:47). Bukan hanya asal cepat No. 15 tahun 2001 tentang Merek (UU
terselesaikan saja yang diterapkan tapi Merek), UU No. 31 Tahun 2000 tentang
pertimbangan yuridis, ketelitian, Desain Industri (UU DI), UU No. 32
kecermatan, maupun pertimbangan Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak
sosilogis yang menjamin rasa keadilan Sirkuit Terpadu UU DTLST), yang di
masyarakat juga diperhatikan. Asas ini dalamnya telah mengatur tentang
meliputi cepat dalam proses, cepat dalam penyelesaian sengketa gugatan ganti rugi
hasil, dan cepat dalam evaluasi terhadap secara perdata melalui Pengadilan Niaga.
kinerja dan tingkat produktifitas institusi Kecuali UU No. 29 Tahun 2000 tentang
peradilan. Perlindungan Varietas Tanaman (UUPVT)
Biaya ringan adalah biaya perkara yang dan UU No. 30 Tahun 2000 tentang
dapat dijangkau oleh masyarakat Rahasia Dagang (UURD) yang

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 79
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

penyelesaian sengketanya lewat kerugian di satu pihak, dan di pihak


Pengadilan Negeri. Dalam ketentuan lain ada orang yang dibebankan
tersebut telah diatur limit waktu pengajuan kewajiban untuk mengganti atas
gugatan hingga putusan hakim dengan kerugian yang diderita orang lain
waktu paling lama 6 (enam) bulan. tersebut karena perbuatannya. Peristiwa
Peraturan HKI di atas memiliki ganti rugi bukanlah peristiwa yang
pengaturan tersendiri tentang penyelesaian berdiri sendiri, melainkan ada kaitan
sengketa perdata di luar ketentuan hukum dengan peristiwa sebelumnya. Dalam
acara perdata kecuali UUPVT yang hanya terminologi hukum perdata peristiwa
mengatur tentang hak menggugat tanpa yang mendahuluinya itulah yang perlu
adanya pengaturan tentang penyelesaian diungkapkan. Ganti rugi timbul karena
sengketa perdata, di mana Pemegang hak adanya perbuatan melawan hukum
PVT atau pemegang lisensi berhak (sekali lagi bukan karena wanprestasi).
menuntut ganti rugi melalui Pengadilan Oleh karena itu, untuk mengajukan
Negeri (Pasal 67 ayat (1) UU PVT). gugatan ganti rugi haruslah dipenuhi
Begitu juga UURD memberi hak terlebih dahulu unsur perbuatan
menggugat pada Pemegang Hak Rahasia melawan hukum, yaitu:
Dagang atau penerima Lisensi ke 1. Adanya orang yang melakukan
Pengadilan Negeri dengan tuntutan ganti kesalahan
rugi atau penghentian semua perbuatan 2. Kesalahan itu menyebabkan orang
(Pasal 11). lain menderita kerugian (Saidin,
2015:266-267).”
Hak Cipta Apabila kedua unsur perbuatan
Haji OK. Saidin mengatakan bahwa : melawan hukum tersebut dipenuhi barulah
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif dapat diajukan ke Pengadilan Niaga
yang terdiri atas hak moral dan hak dengan tuntutan ganti rugi (Pasal 56
ekonomi. Sengketa terhadap hak cipta UUHC). Kedua unsur tersebut tercermin
adalah merupakan sengketa terhadap dalam Pasal 55 UUHC bahwa:
harta kekayaan yang dalam “Penyerahan Hak Cipta atas seluruh
terminologi hak cipta disebut sebagai Ciptaan kepada pihak lain tidak
economic rights. Sengketa tidak hanya mengurangi hak Pencipta atau ahli
berpangkal adanya perbuatan melawan warisnya untuk menggugat yang tanpa
hukum yang menimbulkan kerugian persetujuannya:
kepada pencipta ataupun penerima hak a. meniadakan nama Pencipta yang
yang dilakukan oleh pihak lain tercantum pada Ciptaan itu;
maupun adanya perbuatan wanprestasi b. mencantumkan nama Pencipta pada
sebagai akibat dari pelanggaran Ciptaannya;
klausul-klausul yang termuat dalam c. mengganti atau mengubah judul
perjanjian lisensi. Kedua bentuk Ciptaan; atau
perbuatan hukum itu secara umum d. mengubah isi Ciptaan.”
diatur di dalam Buku III KUHPerdata, Untuk mencegah berlanjutnya
yakni perbuatan yang dikategorikan pelanggaran hak cipta, maka atas
sebagai: permintaan pihak yang merasa dirugikan,
1. Onrechtmatigdaad Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat
2. Wanprestasi (Saidin, 2015:265- penetapan sementara (Pasal 67 UUHC).
266).” Pemeriksaan gugatan yang diajukan ke
Selanjutnya Haji OK. Saidin Pengadilan Niaga dimulai dalam jangka
mengatakan bahwa: waktu paling lama 60 (enam puluh) hari
“Secara teoritis, kata “ganti rugi” (Pasal 60 UUHC). Putusan atas gugatan
menunjukkan pada satu peristiwa di harus diucapkan paling lama 90 (sembilan
mana ada seorang yang menderita puluh) hari dan dapat diperpanjang paling

80 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan pembeda dan digunakan dalam kegiatan
Ketua Mahkamah Agung (Pasal 61 perdagangan barang atau jasa (Pasa1
UUHC). Jadi, batas waktu penyelesaian angka 1 UU Merek). Hak atas Merek
sengketa Hak Cipta paling lama 6 (enam) adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
bulan sudah termasuk waktu perpanjangan Negara kepada pemilik Merek yang
30 hari. terdaftar dalam Daftar Umum Merek
untuk jangka waktu tertentu dengan
Paten menggunakan sendiri Merek tersebut atau
Paten didefinisikan sebagai hak memberikan izin kepada pihak lain untuk
eksklusif yang diberikan oleh Negara menggunakannya (Pasal 3 UU Merek).
kepada Inventor atas hasil Invensinya di Pemilik Merek terdaftar dapat
bidang teknologi, yang untuk selama mengajukan gugatan ganti rugi pada
waktu tertentu melaksanakan sendiri Pengadilan Niaga, terhadap pihak lain
Invensinya tersebut atau memberikan yang secara tanpa hak menggunakan
persetujuannya kepada pihak lain untuk Merek yang mempunyai persamaan pada
melaksanakannya (Pasal 1 angka 1 UU pokoknya atau keseluruhannya untuk
Paten). Pemegang Paten memiliki hak barang atau jasa yang sejenis (Pasal 76 UU
eksklusif untuk melaksanakan Paten yang Merek). Gugatan atas pelanggaran Merek
dimilikinya dan melarang pihak lain yang tersebut dapat diajukan oleh penerima
tanpa persetujuannya (Pasal 16 ayat (1) Lisensi Merek terdaftar baik secara sendiri
UU Paten). maupun bersama-sama dengan pemilik
Pemegang Paten atau penerima lisensi Merek yang bersangkutan (Pasal 77 UU
berhak mengajukan gugatan ganti rugi Merek).
kepada Pengadilan Niaga setempat Tata cara gugatan pembatalan
terhadap siapapun yang dengan sengaja pendaftaran Merek diajukan kepada Ketua
dan tanpa hak melakukan perbuatan Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum
sebagaimana dimaksud (Pasal 118 ayat (1) tempat tinggal atau domisili tergugat.
UU Paten). Pengajuan gugatan ini Sidang pemeriksaan atas gugatan
dikarenakan bahwa Pemegang Paten pembatalan diselenggarakan dalam jangka
memiliki hak eksklusif untuk waktu paling lama 60 (enam puluh) hari.
melaksanakan Paten yang dimilikinya. Putusan atas gugatan pembatalan harus
Pemegang Paten dapat mengajukan diucapkan paling lama 90 (sembilan
pendaftaran gugatan kepada Pengadilan puluh) hari dan dapat diperpanjang paling
Niaga dalam waktu paling lama 14 (empat lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan
belas) hari. Sidang pemeriksaan atas Ketua Mahkamah Agung (Pasal 80 UU
gugatan dimulai dalam waktu paling Merek). Dengan demikian, pemeriksaan
lambat 60 (enam puluh) hari (Pasal 120 gugatan merek hingga putusan hanya
UU Paten). Putusan atas gugatan harus membutuhkan waktu 6 (enam) bulan.
diucapkan paling lambat 180 (seratus
delapan puluh) hari (Pasal 121 ayat (2) UU Desain Industri
Paten). Penyelesaian perkara di bidang Desain Industri adalah suatu kreasi
Paten pada pengadilan niaga mulai dari tentang bentuk, konfigurasi, atau
pemeriksaan gugatan sampai putusan komposisi garis atau warna, atau garis dan
relatif lebih lama dengan batas waktu warna, atau gabungan dari padanya yang
sekitar 8 (delapan) bulan. berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi
yang memberikan kesan estetis dan dapat
Merek diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau
Merek adalah tanda yang berupa dua dimensi serta dapat dipakai untuk
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- menghasilkan suatu produk, barang,
angka, susunan warna, atau kombinasi dari komoditas industri, atau kerajinan tangan
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya (Pasal 1 angka 1 UU DI).

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 81
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Pemegang Hak Desain Industri yang didalamnya terdapat berbagai


memiliki hak eksklusif untuk elemen dan sekurang-kurangnya satu
melaksanakan Hak Desain Industri yang dari elemen tersebutadalah elemen
dimilikinya dan untuk melarang orang lain aktif, yang sebagian atau seluruhnya
yang tanpa persetujuannya membuat, saling berkaitan serta dibentuksecara
memakai, menjual, mengimpor, terpadu di dalam sebuah bahan
mengekspor, dan/atau mengedarkan semikonduktor yang dimaksudkan
barang yang diberi Hak Desain Industri untukmenghasilkan fungsi elektronik.
kecuali pemakaian Desain Industri untuk 2. Desain Tata Letak adalah kreasi
kepentingan penelitian dan pendidikan berupa rancangan peletakan tiga
sepanjang tidak merugikan kepentingan dimensi dari berbagaielemen,
yang wajar dari pemegang Hak Desain sekurang-kurangnya satu dari elemen
Industri (Pasal 9 UU DI). Pemegang Hak tersebut adalah elemen aktif,
Desain Industri atau penerima Lisensi sertasebagian atau semua interkoneksi
dapat menggugat ganti rugi ke Pengadilan dalam suatu Sirkuit Terpadu dan
Niaga, siapa pun yang dengan sengaja dan peletakan tigadimensi tersebut
tanpa hak melakukan perbuatan dimaksudkan untuk persiapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 pembuatan Sirkuit Terpadu.
tersebut (Pasal 46 UUDI). 3. Pendesain adalah seorang atau
Hak Desain Industri diberikan atas beberapa orang yang menghasilkan
dasar Permohonan, yang diajukan kepada Desain Tata LetakSirkuit Terpadu.
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Desain Tata Letak Sirkit Terpadu
(Dirjen KI) (Pasal 10 dan Pasal 11). adalah Hak Desain Tata Letak Sirkuit
Desain Industri terdaftar dapat dibatalkan Terpadu diberikan untuk Desain Tata
oleh Direktorat Jenderal atas permintaan Letak Sirkuit Terpadu yang orisinal.
tertulis yang diajukan oleh pemegang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Desain Industri (Pasal 37 ayat (1) UUDI). dinyatakan orisinal apabila desain tersebut
Gugatan pembatalan pendaftaran Desain merupakan hasil karya mandiri Pendesain,
Industri diajukan kepada Ketua Pengadilan dan pada saat Desain Tata Letak Sirkuit
Niaga dan Panitera mendaftarkan gugatan Terpadu tersebut dibuat tidak merupakan
pembatalan. Sidang pemeriksaan sesuatu yang umum bagi para Pendesain
diselenggarakan dalam jangka waktu (Pasal 2). Sedangkan Hak Desain Tata
paling lama 60 (enam puluh) hari.Putusan Letak Sirkuit Terpadu tidak diberikan
harus diucapkan paling lama 90 (sembilan perlindungan jika bertentangan dengan
puluh) hari dan dapat diperpanjang paling peraturan perundang-undangan yang
lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan berlaku, ketertiban umum, agama, atau
Ketua Mahkamah Agung (Pasal 39 UU kesusilaan (Pasal 3). Gugatan pembatalan
DI). pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit
Dengan demikian, sengketa Hak Terpadu dapat diajukan oleh pihak yang
Desain Industri dapat timbul karena berkepentingan dengan alasan
perbuatan melawan hukum dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
pembatalan pendaftaran Desain Industri Pasal 3 tersebut di atas.
oleh pihak Dirjen KI. Batas waktu
pemeriksaan atas perkara tersebut paling
lama 6 (enam) bulan).

Desain Tata Letak Sirkit Terpadu


(DTLST)
Pasal 1 UU DTLST mendefinikan:
1. Sirkuit Terpadu adalah suatu produk
dalam bentuk jadi atau setengah jadi,

82 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Tata cara gugatan pembatalan Tata cara gugatan ganti rugi perdata
pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit terhadap pelanggaran hak desain tata
Terpadu diajukan kepada Ketua letak sirkit terpadu diatur pada Pasal 40
Pengadilan Niaga dan Panitera yang menyatakan bahwa, “Tata cara
mendaftarkan gugatan pembatalan pada gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal
tanggal gugatan diajukan. Sidang 31 dan Pasal 33 berlaku secara mutatis
pemeriksaan atas gugatan pembatalan mutandis terhadap gugatan sebagaimana
diselenggarakan dalam jangka waktu dimaksud dalam Pasal 38.” Hal ini berarti
paling lama 60 (enam puluh) hari setelah bahwa tata caratata cara pembatalan hak
gugatan didaftarkan. Putusan atas desain tata letak sirkit terpadu sama
gugatan pembatalan harus diucapkan dengan gugatan ganti rugi.
paling lama 90 (sembilan puluh) hari Berdasarkan ketentuan tetang
setelah gugatan didaftarkan dan dapat penyelesaian sengketa yang terdapat dalam
diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) beberapa peraturan perundang-undangan
hari atas persetujuan Ketua Mahkamah HKI, khususnya mencermati jangka waktu
Agung (Pasal 31). penyelesaian sengketanya, terdapat 4 UU
Pemegang Hak atau penerima Lisensi yang memiliki kemiripan tata cara
dapat juga menggugat siapa pun ke penyelesaian sengketa, yaitu UU Hak
Pengadilan Niaga, dengan gugatan ganti Cipta, UU Merek, UUDI, dan UUDTLST.
rugi dan/atau penghentian semua Keempat UU tersebut memberikan jangka
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam waktu penyelesaian sengketa paling lama
Pasal 8 yaitu: 120 hari (+ 4 bulan) sampai dengan
a. Pemegang Hak memiliki hak pembacaan putusan, ditambah paling lama
eksklusif untuk melaksanakan 14 hari penyampaian putusan kepada para
Hak Desain Tata Letak Sirkuit pihak. Khusus untuk kasus di bidang
Terpadu yang dimilikinya dan Paten, jangka waktu dimaksud lebih lama
untuk melarang orang lain yang lagi, yaitu 14+60+180 hari (+ 8 bulan).
tanpa persetujuannya membuat, Dua regulasi di HKI, yaitu UU Rahasia
memakai, menjual, mengimpor, Dagang dan UU Perlindungan Varietas
mengekspor dan/atau Tanaman sama sekali tidak mengatur
mengedarkan barang yang di tentang tata cara peneyelesaian sengketa.
dalamnya terdapat seluruh atau
sebagian Desain yang telah diberi C. Karakteristik Sengketa Kekayaan
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Intelektual
Terpadu. a. Sengketa Pembatalan HKI
b. Dikecualikan dari ketentuan Terdaftar
sebagaimana dimaksud dalam Sengketa pembatalan atas HKI yang
ayat (1) adalah pemakaian Desain terdaftar merupakan suatu rangkaian
Tata Letak Sirkuit Terpadu untuk hukum yang terkait dengan sistem
kepentingan penelitian dan perlindungan hukum yang diatur dalam
pendidikan sepanjang tidak seperangkat ketentuan kekayaan
merugikan kepentingan yang intelektual. HKI Indonesia menggunakan
wajar dari pemegang Desain Tata azas konstitutif, dimana perlindungan
Letak Sirkuit Terpadu. (Pasal 38) hukum atas suatu kekayaan intelektual
diberikan pada pihak yang telah terdaftar
di Dirjen KI. Tanpa ada permintaan
pendaftaran, maka secara hukum tidak
akan ada perlindungan hukum atas
kekayaan intelektual. Dengan permintaan
pendaftaran dimaksud, Dirjen KI harus
memberikan keputusan, apakah kekayaan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 83
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

intelektual tersebut dapat didaftar atau tidak dapat memperluas fakta hukum yang
ditolak. Akan tetapi di dalam proses tidak terakomodir di dalam penolakan
pendaftaran dimaksud bisa jadi Dirjen KI dimaksud.
melakukan kesalahan dalam pendaftaran Keputusan Komisi Banding dalam
karena kurang pemahaman dari petugas regulasi merek dan paten tidak bersifat
pendaftar atau karena keterbatasan sumber final, karena masih dapat dilakukan upaya
data, sehingga tidak menutup hukum lanjutan terhadap penolakan
kemungkinan ada pihak-pihak yang Komisi Banding yang menguatkan
keberatan dengan keputusan dimaksud. keputusan Dirjen KI dengan mengajukan
gugatan ke Pengadilan Niaga. Gugatan ke
b. Keberatan terhadap Keputusan Pengadilan Niaga atas penolakan Komisi
Komisi Banding Banding merupakan implementasi
Regulasi HKI menggunakan sistem ketentuan Pasal 42 TRIPS, yang
konstitutif, yang mengharuskan adanya mengharuskan regulasi dibidang kekayaan
permintaan pendaftaran untuk intelektual menyediakan aturan hukum
perlindungan hukum atas suatu kekayaan penyelesaian sengketa melalui Pengadilan
intelektual. Permintaan pendaftaran Niaga dalam bentuk gugatan yang
dimaksud tidaklah seluruhnya dapat bertujuan untuk melakukan koreksi atas
didaftar oleh Dirjen KI, maka terhadap keputusan Dirjen KI.
permintaan pendaftaran yang telah ditolak
dapat mengajukan keberatan kepada c. Sengketa keberatan akan
Komisi Banding. Hal ini sesuai ketentuan penghapusan Pendaftaran Merek
WTO/TRIPs, yang mengharuskan negara atas prakarsa Dirjen KI
anggotanya memberikan prasarana hukum Sengketa penghapusan pendaftaran
terkait upaya hukum atas penolakan hanya dikenal dalam sistem hukum
pendaftaran kepada Komisi Banding. dibidang merek. Sengketa penghapusan
Karakteristik sengketa yang dapat adalah sengketa terkait dengan prakarsa
diajukan ke Komisi Banding adalah Dirjen KI yang melakukan penghapusan
terhadap penolakan permohonan yang pendaftaran merek sesuai kewenangan
berkaitan dengan alasan dan dasar yang diberikan oleh Undang-undang.
pertimbangan mengenai hal-hal yang Menurut UU Merek Pasal 61 ayat (2)
bersifat substantif sebagaimana diatur bahwa Penghapusan pendaftaran merek
dalam Pasal 29 ayat (1) UU Merek dan atas prakarsa Dirjen KI dapat dilakukan
Pasal 60 ayat (1) UU Paten. Hal-hal yang jika :
substantif yang permohonannya tidak a. Merek tidak digunakan selama 3
dapat didaftar atau yang ditolak merujuk (tiga) tahun berturut-turut dalam
pada Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 UU perdagangan barang dan/atau jasa
Merek. Sedangkan UU Paten merujuk sejak tanggal pendaftaran atau
pada Pasal 56 ayat (1) atau Pasal 56 ayat pemakaian terakhir, kecuali
(3). apabila ada alasan yang dapat
Komisi Banding adalah lembaga diterima oleh Direktorat Jenderal;
independen yang berada di Dirjen KI, atau
yang beranggotakan pihak luar b. Merek digunakan untuk jenis
(Akademisi) sesuai keahliannya dan barang dan/atau jasa yang tidak
ditambah pemeriksa senior/internal. Dalam sesuai dengan jenis barang atau
menjalankan fungsinya, anggota komisi jasa yang dimohonkan
banding harus memeriksa sesuai dengan pendaftaran, termasuk pemakaian
fakta hukum yang dijadikan sebagai Merek yang tidak sesuai dengan
pertimbangan hukum atas penolakan Merek yang didaftar.
pendaftaran kekayaan intelektual Dengan demikian, berarti Direktorat
dimaksud. Jadi anggota komisi banding Merek harus mengawasi secara kontinyu

84 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

penggunaan merek dalam perdagangan sebagai ciptaan sebagaimana dimaksud


barang atau jasa agar dapat mengetahui dalam undang-undang dibidang hak cipta
apakah merek yang telah didaftar tersebut serta sudah dipublikasikan, maka pihak
digunakan atau tidak atau penggunaannya pencipta dapat mengajukan gugatan ganti
tidak sesuai yang dimohonkan. rugi. Jadi, tidak menggunakan pendekatan
Berdasarkan pengawasan inilah Direktorat pendaftaran sedangkan kegiatan
Merek memiliki bukti hukum yang kuat pendaftaran hak cipta dimaksud adalah
terhadap merek-merek yang dimaksud di sifatnya hanya administratif dan
atas. Ketatnya persyaratan tersebut pencatatan saja.
dimaksud untuk menghindarkan kesan Gugatan ganti rugi pada umumnya
tindakan sewenang-wenang Dirjen KI selain gugatan material juga pengajuan
sebagai lembaga pengelola kekayaan gugatan kerugian immaterial oleh pemilik
intelektual. Namun pengawasan ini tentu kekayaan intelektual. Kerugian akibat
bukan pekerjaan mudah dan harus di hilangnya keuntungan karena merosotnya
dukung jumlah pengawai yang cukup kepercayaan konsumen serta pudarnya
memadai. reputasi yang sudah dibangun oleh pemilik
kekayaan intelektual turut diperhitungkan.
d. Penghapusan Pendaftaran Merek Jadi, pengajuan gugatan dimaksudkan
oleh Pihak Ketiga untuk mengembalikan kerugian tersebut
Berdasarkan UU Merek Pasal 63 dan untuk biaya untuk membangun
bahwa “Penghapusan pendaftaran Merek kembali atau memulihkan reputasi pemilik
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud kekayaan intelektual.
dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a dan huruf
b dapat pula diajukan oleh pihak ketiga f. Penetapan Sementara
dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Penetapan sementara merupakan suatu
Niaga.” Gugatan demikian jarang hal baru yang dikembangkan dalam
dilakukan mengingat beban pembuktian kerangka penegakan hukum kekayaan
atas suatu kegiatan usaha yang dilakukan intelektual, sehingga dalam penerapannya
oleh pemilik merek terdaftar, apakah sering diidentikkan dengan putusan sela.
merek tersebut benar dipergunakan atau Penetapan sementara diajukan dalam
tidak, berada pada pihak yang bentuk permohonan guna mencegah
mendalilkan. Maka gugatan demikian kerugian yang lebih besar dari pemilik hak
sering ditolak, karena tidak cukupnya kekayaan intelektual atas produksi suatu
bukti di dalam persidangan. produk oleh pihak yang tidak berhak.
Implementasi penetapan sementara
e. Gugatan Ganti Rugi hanya terkesan sebagai pemenuhan
Gugatan ganti rugi adalah gugatan yang ketentuan standar minimum dalam
terkait penggunaan kekayaan intelektual kerangka penegakan hukum sesuai
oleh pihak lain dalam kegiatan komersial ketentuan Pasal 41 dan Pasal 42 TRIPs.
untuk mencari keuntungan tanpa Sejak adanya ketentuan tersebut dalam
persetujuan pemilik terdaftar. Dalam regulasi HKI, permohonan demikian
konteks hukum Merek, Paten, Desain belum pernah dilakukan oleh pemilik
Industri bahwa sistem perlindungan merek terdaftar atau pencipta/pemegang
hukum berdasarkan sistem konstitutif. hak cipta. Apakah karena beban biaya
Sehingga, yang dapat mengajukan gugatan jaminan yang menjadi persyaratan dalam
ke pengadilan niaga adalah pihak yang mengajukan permohonan dimaksud atau
terdaftar. Hal ini diatur dalam Pasal 76 UU karena hal lain.
Merek, Pasal 117 ayat (1) UU Paten dan Apabila ditinjau karaktersitik
Pasal 38 ayat (1) UU Desain Industri. hukum kekayaan intelektual terkait
Khusus dalam konteks hak cipta, penolakan pendaftaran merek dimana
sepanjang suatu karya dapat dikualifikasi pihak yang permohonannya ditolak dapat

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 85
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

mengajukan keberatan kepada Komisi berasal dari milik publik terlanjur


Banding. Pemohon pendaftaran merek diberikan hak eksklusif, maka dengan
sangat mengharapkan proses banding atas segera dilakukan pemeriksaan mendalam
keberatan dimaksud agar dapat dan Dirjen KI secepatnya membatalkan
diselesaikan dengan cepat, mengingat pendaftaran tersebut. Contoh, polemik
pendaftaran merek memiliki dampak pendaftaran merek MENDOAN oleh pihak
terhadap perdagangan, yang mensyaratkan perorangan yang diklaim sebagai milik
kepemilikan pendaftaran merek ketika komunitas masyarakat Banyumas.
akan melakukan ekspor suatu barang. Dengan demikian, sengketa HKI
Dapat tidaknya ekspor dilakukan memiliki karakteristik sendiri yang
tergantung kecepatan Komisi Banding berbeda dengan sengketa yang diatur
dalam melakukan pemeriksaan dalam Perma No. 2 Tahun 2015, yang
permohonan banding. Kecepatan putusan kriterianya hanya sengketa yang berasal
tersebut sangat dibutuhkan agar pelaku dari wanprestasi dan perbuaan melawan
usaha dapat melakukan tindakan lainnya. hukum yang dapat mengarah pada tuntutan
Di dalam menjalankan fungsinya, ganti rugi. Sengketa HKI dapat timbul dari
Dirjen KI perlu hati-hati melakukan perbuatan melawan hukum seperti
pemeriksaan atas permohonan pendaftaran penggunaan HKI tanpa hak yang dapat
yang bernuansa ketertiban umum, dituntut dengan ganti rugi. Tetapi ada juga
khususnya di bidang merek. Mengingat sengketa yang sifatnya administratif
pluralisme dialek, rumpun bahasa atau seperti pembatalan HKI terdaftar,
terkait dengan keagamaan atau keberatan terhadap keputusan Komisi
kepercayaan, karena kurangnya Banding, sengketa keberatan akan
pemahaman petugas pemeriksa sehingga penghapusan pendaftaran merek atas
mendaftarkan suatu merek, yang justru prakarsa Dirjen KI, penghapusan
dapat mencederai rasa keadilan kelompok pendaftaran merek oleh pihak ketiga,
masyarakat tertentu. Dalam hal terdapat penetapan sementara. Jadi, untuk beberapa
keberatan dari golongan masyarakat sengketa kekayaan intelektual dapat
tertentu, sebaiknya pembatalan merek dilakukan penyelesaian SCC dengan
tidak diproses melalui pengadilan niaga. tuntutan ganti rugi. Namun untuk sengketa
Sebab pengadilan niaga masih mengenal HKI lainnya bukan berupa tuntutan materil
upaya hukum lain, sehingga tapi pada pemulihan hak kepemilikan HKI
penyelesaiannya makan waktu lama. Pada guna menghindarkan kerugian yang lebih
hal kecepatan penyelesaian sengketa perlu besar pada pemilik hak yang sebenarnya.
segera dilakukan sebagai langkah untuk Penyelesaian sengketa HKI untuk kasus-
mengembalikan dan memulihkan keadaan kasus tertentu dapat diselesaikan dengan
kepada kondisi semula. Sebagai contoh SCC tapi ada juga sengketa HKI tertentu
kasus merek BUDHA BAR untuk jenis yang proses penyelesaian butuh waktu
jasa bar dan restoran, dimana pendaftaran lama, sehingga harus ditangani oleh
merek tersebut telah menyinggung Pengadilan Negeri.
perasaan umat Budha. Dalam perundang-undangan HKI
Untuk mendongkrak bisnisnya, memang telah diatur tata cara penyelesaian
terkadang masyarakat mengajukan sengketa seperti tata cara mengajukan
permohonan pendaftaran merek bernuansa gugatan dan batas waktu memutus suatu
kepentingan umum untuk digunakan pada perkara HKI di Pengadilan Niaga dengan
produk dengan motif ekonomi. Petugas pemeriksaan berasaskan peradilan yang
pemeriksa harus cermat menerima cepat, sederhana dan murah. Dalam
permohonan yang bernuansa kepentingan implementasinya belum tentu terealisasi
umum tersebut agar tidak menjadi bisa jadi pemeriksaan perkara di
sengketa dengan masyarakat. Apabila pengadilan mengalami keterlambatan. Hal
suatu hak kekayaan intelektual yang ini disebabkan lamanya waktu yang

86 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

diperlukan pengadilan dalam pemanggilan HKI sesuai yang diatur dalam UU Hak
para pihak yang berperkara, khususnya Cipta dengan melakukan tambahan dan
yang berada diluar juridiksi pengadilan koreksi mengenai waktu pemanggilan para
niaga. Apalagi pengadilan niaga hanya pihak, maka peradilan dengan SCC akan
terdapat di kota-kota provinsi tertentu saja terealisasi sesuai dengan harapan guna
seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan mendukung dunia bisnis.
Makasar. Tentu memerlukan Dengan adanya penetapan sementara
pendelegasian pemanggilan pihak tersebut merupakan langkah awal memberi
berperkara melalui pengadilan ditempat rasa aman bagi pencari keadilan atas
pihak yang dipanggil. Lebih memakan pelanggaran pihak lain yang tidak berhak
waktu lama lagi bila pihak yang dipanggil dan sekaligus mencegah agar tidak terjadi
tersebut berada diluar negeri. Jika salah kerugian yang lebih besar lagi. Disamping
satu pihak berperkara berada di luar itu amar dalam penetapan sementara
negeri, maka akan dipanggil melalui tersebut bila dikabulkan, harus pula
Kedutaan RI di negara tersebut. Sehingga menyatakan HKI yang disengkatan
dibutuhkan waktu selama satu bulan untuk tersebut milik pemohon.
proses pemanggilannya. Penetapan Sementara tersebut menjadi
Pemanggilan para pihak yang ternyata putusan pertama pengadilan dan dapat
tidak hadir pada panggilan pertama akan ditempuh dengan waktu yang cepat dan
dipanggil lagi dengan panggilan kedua sederhana serta biaya yang murah.
bahkan sampai dengan pemanggilan yang Terhadap penetapan sementara tersebut,
ketiga dan selanjutnya majelis hakim pengadilan harus memberitahukan kepada
membuat sikap atas pemanggilan tersebut pihak yang terkait atau yang dirugikan
apakah akan dipanggil melalui panggilan dalam waktu 2 (dua) x 24 jam setelah
umum, melalui media massa ataupun penetapan sementara tersebut dibacakan
pemanggilan yang ditempelkan pada dimuka persidangan. Pihak yang
kantor pemerintah daerah setempat. Jika diberitahukan dalam kurun waktu 30 (tiga
pola pemanggilan yang sedemikian rupa puluh) hari setelah memperoleh
harus dijalankan, maka akan pemberitahuan dapat mengajukan
membutuhkan waktu yang lama untuk keberatannya ke pengadilan ( seperti hal
dimulainya sidang pemeriksaan perkara. verzet)
Keinginan Indonesia untuk Terhadap keberatan yang diajukan,
melaksanakan small claim court sudah maka pengadilan selanjutnya memeriksa
tercantum dalam berbagai ketentuan perkara keberatan tersebut yang mana
perundang-undangan tentang HKI dan putusannya dapat menguatkan isi
telah pula diatur tata cara mengajukan penetapan sementara ataupun menolak isi
gugatan ke pengadilan niaga dalam penetapan sementara. Dengan demikian
penyelesaian sengketa HKI. Namun pemeriksaan perkara keberatan (verzet)
pengaturan tersebut perlu diatur secara menjadi pemeriksaan perkara yang kedua
detail mengenai mekanisme dan waktu (tingkat kedua) dan atas putusan majelis
yang diperlukan dalam beracara. hakim dalam memeriksa keberatan
Pengaturan atas penetepan sementara oleh tersebut hanya bisa dilakukan upaya
pengadilan niaga dalam menangani hukum kasasi.
sengketa HKI, merupakan terobosan
dalam mempercepat penyelesaian sengketa D. Peradilan yang Menangani
tanpa harus menunggu putusan. UU Hak Penyelesaian Perkara Sengketa HKI
Cipta secara lebih rinci telah menguraikan Konsekuensi ratifikasi pemerintah
tata cara mengajukan gugatan ke Indonesia atas persetujuanWTO/TRIPs
Pengadilan Niaga khususnya pengajuan berarti secara hukum wajib menyesuaikan
permohonan Penetapan Sementara HKI sesuai yang tercantum dalam TRIPs.
tersebut. Jika tata cara menangani sengketa Indonesia telah mengimplementasikannya

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 87
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

dengan berbagai ketentuan HKI dilakukan secara bertahap dengan


sebagaimana telah dijelaskan di atas. Keputusan Presiden, dengan
Dalam perjanjian tersebut diamanatkan memperhatikan kebutuhan dan
bahwa penyelesian perkara HKI harus kesiapan sumber daya yang
dapat dilakukan dengan cepat, sederhana diperlukan.
dan murah dalam lingkup peradilan niaga. Berdasarkan Pasal 300 UU No. 37
Pemerintah Indonesia telah Tahun 2004 ini kembali ditegaskan bahwa
menerbitkan Peraturan Pemerintah peradilan niaga selain berwenang
Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 1 memeriksa perkara di bidang kepailitan
Tahun 1998 tentang Perubahan atas juga berwenang pula memeriksa dan
Undang-Undang tentang Kepailitan. memutus perkara lain di bidang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- perniagaan yang penetapannya dilakukan
Undang ini merupakan perubahan dan dengan undang-undang, yaitu peraturan
penyempurnaan dari Faillissement perundang-undangan di bidang HKI yang
Verordening Staatsblad tahun 1905 telah disebut di atas. Semua ketentuan
Nomor 217 jo Staatsblad Tahun 1906 HKI mengatur tata cara penyelesaian
Nomor 834. Kemudian Perppu ini sengketa sesuai bidang masing-masing,
ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 4 yang penyelesaiannya dapat dilakukan di
Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan pengadilan niaga maupun pengadilan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang negeri.
No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Perlindungan hukum melalui
Undang-Undang tentang Kepailitan penyelesaian sengketa HKI di Pengadilan
menjadi Undang-Undang, selanjutnya Niaga dengan biaya murah dan cepat
disingkat dengan UUK. sudah menjadi kebutuhan, terlebih dengan
Dalam Pasal 280 ayat (2) UUK berlakunya pengintegrasian ekonomi
disebutkan bahwa: Indonesia dengan Masyarakat Ekonomi
“Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud ASEAN (MEA). Sebab, karakter sengketa
dalam ayat (1), selain memeriksa dan hak kekayaan intelektual tersebut secara
memutuskan permohonan pernyataan hukum juga sifatnya ada yang
pailit dan penundaan kewajiban membutuhkan penyelesaian secara cepat
pembayaran utang, berwenang pula khususnya terkait dengan ketertiban umum
memeriksa dan memutuskan perkara lain dan kesusilaan.
di bidang perniagaan yang penetapannya Penyelesaian sengketa kekayaan
dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.” intelektual sebagai bagian dari
Namun UUK No. 4 Tahun 1998 perdagangan dan bisnis, perlu kepastian
kemudian diubah dengan Undang-Undang hukum dengan proses hukum yang cepat,
No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan sederhana dan murah.Terkait sengketa
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. perdata di bidang kekayaan intelektual,
Dalam Pasal 300 UU No. 37 Tahun 2004 sesuai regulasi HKI telah menunjuk
ini disebutkan bahwa: pengadilan niaga sebagai lembaga
(1) Pengadilan sebagaimana dimaksud penyelesaian sengketa HKI. Perkara yang
dalam Undang-Undang ini, selain menyangkut sengketa HKI di Pengadilan
memeriksa dan memutus permohonan Niaga telah dilaksanakan sesuai tata cara
pernyataan pailit dan Penundaan yang ada dalam peraturan HKI. Batas
Kewajiban Pembayaran Utang, waktu peyelesaian hingga putusan paling
berwenang pula memeriksa dan lama berkisar 6 (enam) bulan. Namun
memutus perkara lain di bidang keberadaan pengadilan niaga sangat
perniagaan yang penetapannya terbatas jumlahnya, hanya terdapat di kota-
dilakukan dengan undang-undang. kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
(2) Pembentukan Pengadilan Medan dan Makasar. Sementara untuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beberapa kasus HKI, penyelesaian

88 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

sengketa menggunakan tata cara SCC nasional dan internasional sertai terikat
harus lewat pengadilan niaga, yang khusus dengan kesepakatan WTO/TRIPs
menangani sengketa HKI. Sehingga .
penyelesaian sengketa HKI dengan SCC KESIMPULAN
tersebut, kemungkinan tidak dapat Pengaturan penyelesaian sengketa HKI
dilakukan dengan cepat dan murah. melalui peradilan SCC berdasarkan
Sedangkan penyelesaian sengketa perintah Pasal 41 dan Pasal 42 TRIPs,
menggunakan Perma No. 2 Tahun 2015 telah diimplementasikan pemerintah
tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Indonesia dalam Perundang-undangan di
Sederhana ditentukan bahwa bahwa bidang Hak Cipta, Rahasia Dagang,
Penyelesaian Gugatan Sederhana adalah Desain Industri, Paten, Merek. Kecuali UU
tata cara pemeriksaan di persidangan Perlindungan Varietas Tanaman (UUPVT)
terhadap gugatan perdata dengan nilai dan UU Rahasia Dagang, dimana
gugatan materil paling banyak Rp. penyelesaian sengketanya lewat
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) yang Pengadilan Negeri. Dalam ketentuan
diselesaikan dengan tata cara tersebut telah diatur limit waktu pengajuan
pembuktiannya sederhana denga Hakim gugatan hingga putusan hakim dengan
Tunggal (Pasal 1 angka 1 dan 3). Gugatan waktu paling lama 6 (enam) bulan.
sederhana diajukan terhadap perkara Namun, karena pengadilan niaga lokasinya
cidera janji atau perbuatan melawan hanya ada di Jakarta, Surabaya, Medan
hukum dengan nilai gugatan materil paling dan Makassar. Maka kemungkinan
banyak 200 juta (Pasa 3 ayat 1). Bahkan penyelesaian sengketa dengan SCC tidak
dengan tegas dikatakan dalam Pasal 3 ayat tercapai malah menjadi mahal dan lama.
(2 ) bahwa Tidak termasuk gugatan Karakteristik perlindungan hukum
sederhana: a. Perkara yang penyelesaian penyelesaian perkara HKI berbeda dengan
sengketanya dilakukan melalui pengadilan tata cara penyelesaian sengketa sederhana
khusus sebagaimana diatur dalam yang diatur dalam Perma No. 2 Tahun
peraturan perundang-undangan. 2015 yang objek sengketanya terdiri dari
Dengan mengacu pada Pasal 3 ayat (2) perkara wanprestasi dan perbuatan
Perma tersebut di atas, dapat disimpulkan melawan hukum. Sengketa HKI ada yang
bahwa MA menganggap bahwa perkara sifatnya perbuatan melawan hukum
HKI dengan penyelesaian sengketa dengan tuntutan ganti rugi. Tetapi ada juga
sederhana di peradilan niaga yang di atur berupa sengketa administratif meliputi
dalam peraturan perundang-undangan HKI sengketa pembatalan atas HKI yang
bukanlah objek SCC. Pada hal terdaftar, keberatan atas keputusan Komisi
sebagaimana telah disinggung sebelumnya Banding, sengketa keberatan akan
bahwa MA memiliki otoritas terhadap penghapusan pendaftaran Merek atas
semua peradilan. Jika MA sudah prakarsa Dirjen KI, penghapusan
mengingkari perkara HKI bukan menjadi pendaftaran merek atas prakarsa oleh
objek sengketa dengan SCC, berarti akan pihak ketiga, dan penetapan sementara.
ada hambatan dalam berperkara di Peradilan yang ditunjuk untuk
pengadilan niaga untuk penyelesaian kasus menyelesaikan sengketa HKI dengan SCC
HKI. Sebaiknya, MA perlu meninjau adalah Pengadilan Niaga sesuai Pasal 300
kembali Perma No. 2 Tahun 2015 agar Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
dapat mengakomodir penyelesaian tentang Kepailitan dan Penundaan
sengketa di bidang HKI dengan Kewajiban Pembayaran Utang. Namun
pemeriksaan sederhana dengan tidak dengan terbitnya Perma No. 2 Tahun 2015
membatasi pemeriksaan hanya pada sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3
perkara wanprestasi dan perbuatan ayat (2) a seolah-olah sengketa HKI bukan
melawan hukum. Terlebih lagi, masalah sebagai objek perara yang dapat
HKI ini menyangkut perdagangan baik

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 89
Jurnal Penelitin Hukum

De Jure No740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

menggunakan tata cara penyelesaian DAFTAR KEPUSTAKAAN


sederhana.
Saran Buku :
Pengaturan tata cara penyelesaian Arto,A. Mukti, Mencari Keadilan (Kritik
sengketa melalui SCC dalam ketentuan Dan Solusi Terhadap Praktik
HKI masih perlu dibuat lebih terperinci Paradilan Perdata di Indonesia),
agar lebih jelas dalam Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset,
pengimplementasiannya.Batas waktu 2001.
pemanggilan para pihak yang berperkara Djumhana,Muhammad dan R. Djubaedah,
perlu memperhitungkan jarak domisili Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori,
pihak berperkara dengan lokasi pengadilan dan Praktiknya di Indonesia, Bandung:
niaga,karena tidak tertutup kemungkinan Citra Aditya Bakti, 2014.
salah satu pihak yang berperkara Harahap, M. Yahya, Kedudukan
berdomisili di luar negeri. Kewenangan dan Acara Peradilan
Perlu dibuat aturan yang lebih Agama (Undangundang No 7 Tahun
terperinci mengenai perkara apa saja yang 1989), Jakarta : Sinar Grafika Offset,
dapat diajukan melalui SCC 2003.
Penambahan pengadilan niaga sangat Makarao,Moh. Taufik, Pokok-Pokok
diperlukan untuk menjangkau daerah yang Hukum Acara Perdata, Jakarta : PT
jauh dari lokasi peradilan yang ada Rineka Cipta, 2004.
sekarang. Sehingga perkara HKI yang Marzuki,Peter Mahmud, Penelitian
terjadi di luar provinsi tersebut di atas Hukum, Kencana, 2011.
akan menyita waktu dan biaya bila harus Margono,Suyud, Hukum Hak Kekayaan
berperkara di salah satu kota tersebut di Intelektual (HKI), Edisi I, Bandung:
atas. Selain itu, Perma No 2 Tahun 2015 Pustaka Reka Cipta, 2013
perlu evaluasi kembali guna Soekanto,Soerjono dan Sri Mamuji,
mengakomodir sengketa HKI. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2001.
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : PT
Rineka Cipta, 1992.
Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan
Hukum Acara Perdata, Bandung : PT
Alumni, 1992.
Saidin, Haji OK, Aspek Hukum Hak
Kekayaan Intelektual (Intelectual
Property Rights), Ed. Revisi, - Cet. 9, -
Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Sunaryo,Sidik,Kapita Selekta Sistem
Peradilan Pidana, UMM Press,
Malang,2005.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
1990.
Umam, Khotibul, Penyelesaian Sengketa
Di luar Pengadilan, Penerbit Pustaka
Yustisia, cet.I, 2010.
Perundang-undangan:
Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman.

90 Penyelesaian Sengketa Hak Kekeyaan Intelektual... (Henry Donald Lbn Toruan)


Jurnal Penelitin Hukum

De Jure Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000


tentang Rahasia Dagang.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000
tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001
tentang Paten.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri.
Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang
Desain Tata Letak Sirkit Terpadu.
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.

Peraturan Mahkamah Agung (Perma):


Perma No. 2 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana.
Perma No. 5 Tahun 2012 tentang
Penetapan Sementara.

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 17 No. 1, Maret 2017: 74 - 91 91

Você também pode gostar