Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
masyarakat utama pada beberapa populasi di dunia, pada berbagai ras dan kultur
yang hidup dari daerah Arctic hingga di daerah garis equator. Di negara maju,
namun lain halnya di negara berkembang insidensi OMSK masih tinggi dan
OMSK ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan dengan
adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat
terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau
berupa nanah.(2)
menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan
sembuh sendiri. Sehingga penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa
pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang
yang virulen pada OMSK tipe bening pun dapat menyebabkan suatu komplikasi.
(2)
OMSK ini dapat mempengaruhi fungsi pendengaran. Penderita OMSK
dapat memnderita tuli konduktif, tuli perseptif dan tuli campuran. (1) Berikut akan
dilaporkan laporan kasus atas nama ny. Harna 57 tahun yang menderita OMSK
dengan komplikasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telinga
Telinga sebagai alat pendengaran adalah salah satu indera terpenting yang
fungsi dengar dapat terjadi baik pada sistem konduksi suara maupun
sensorineural. (3)
1. telinga luar
2. telinga tengah
3. telinga dalam.
1. Telinga luar
terdiri dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga
luar meliputi daun telinga atau pinna. Bagian daun telinga berfungsi untuk
telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang
menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga.
suara ke telinga dalam. Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagai
otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek telinga
& akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus (DM/sakit gula)
Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran
pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada
bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di
1. Membran Timpani
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang
mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana timpani tidak tegak
lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang
luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan
umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya ( none of ligth).
kutaneum dan mukosum. Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan
anyaman penyabung elastis yaitu: (1) Bagian dalam sirkuler (2) Bagian
1. Pars tensa
permukaan yang tegang dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada
anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
2. Pars flaksida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan
lebih tipis dari pars tensa dan pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat
sulkus ini dan bagian ini disebut insisura timpanika ( Rivini). Permukaan
dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n.
oleh arteri timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh
Kavum Timpani
Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus
temporalis dari otak. Bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang
temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.
Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang yang tipis atau ada kalanya tidak
bahkan vena-vena dari telinga tengah menembus sutura ini dan berakhir
pada sinus petroskuamosa dan sinus petrosal superior dimana hal ini
Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari
bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari
3. Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini
juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada
timpani dengan vestibulum, dan ditutupi oleh telapak kaki stapes dan
fasialis. Kanalis ini di dalam kavum timpani tipis sekali atau tidak ada
posterior 1,6 mm. Kedua lekukan dari foramen ovale dan rotundum
secara klinis sangat penting ialah sinus posterior atau resesus fasial
superior oleh prosesus brevis inkus yang melekat kefosa inkudis. Lebar
4. Dinding posterior
inkudis yang merupakan suatu tempat prosesus brevis dari inkus dan
posterior dan sinus sigmoid. Disebelah dalam dari piramid dan nervus
5. Dinding anterior
bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng
tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang
serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih
udara mastoid. Diatas tuba terdapat sebeuah saluran yang berisi otot
6. Dinding lateral
Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran.
a. Epitimpanum.
timpani. sebagian besar atik diisi oleh maleus inkus. Dibagian superior
medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh penonjolan
dari maleus oleh suatu ruang yang sempit, disini dapat dijumpai muara
kearah lateral sebagai dinding liang telinga luar bagian tulang sebelah
b. Mesotimpanum
dibatasi oleh kapsul otik, yang terletaknya lebih rendah dari pada
jugulare.
2. Dua otot.
2. Inkus ( anvil/landasan)
Malleus
9,0 mm. Kepala terletak pada epitimpanum atau didalam rongga atik,
Inkus
Inkus terdiri dari badan inkus ( corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis
dan prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk
sudut lebih kurang 100 derajat. Inkus berukuran 4,8 mm x 5,5 mm pada
pinggir dari corpus, prosesus longus panjangnya 4,3 mm-5,5 mm. Inkus
kepala dari stapes. Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit,
suatu aksis yang merupakan suatu garis antara ligamentum maleus anterior
rotasi tersebut diubah menjadi gerakan seperti piston pada stapes melalui
sendi inkudostapedius.
Stapes
sanggurdi beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4mm-4,5 mm. Stapes terdiri
dari kepala, leher, krura anterior dan posterior dan telapak kaki ( foot
permukaan posterior dari leher stapes. Kedua krura terdapat pada bagian
leher bawah yang lebar dan krura anterior lebih tipis dan kurang
panjang foot plat e 3 mm dan lebarnya 1,4 mm, dan terletak pada fenestra
vestibuli dimana ini melekat pada tepi tulang dari kapsul labirin oleh
Terdiri dari : otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot
panjang yang berada 12 mm diatas tuba eustachius. Otot ini melekat pada
dinding semikanal tensor timpani. Kanal ini terletak diatas liang telinga
bagian tulang dan terbuka kearah liang telinga sehingga disebut semikanal.
Tendon berinsersi pada bagian atas leher maleus. Muskulus tensor timpani
membran timpani tertarik kearah dalam sehingga menjadi lebih tegang dan
meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara serta
apek posterior leher stapes. M. Stapedius disarafi oleh salah satu cabang
sulkus timpani dan berjalan keatas depan lateral keprosesus longus dari
disekitar arteri karotis interna. Saraf dari pleksus ini dan kemudian
berlanjut pada :
superfisial mayor.
adalah bagian dari jaringan perasa dari 2/3 lidah dan palatum. Saraf
petrosa superfisial yang besar bercabang dari saraf kranial VII pada
kavum nasi dan orbita. Bagian lain dari saraf kranial VII membentuk
percabangan motor ke otot stapedius dan korda timpani. Korda timpani
Sebagian besar pembuluh darah yang menuju kavum timpani berasal dari
telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).
Prosesus Mastoideus
kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah
duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus
ad antrum. Aditus antrum mastoid adalah suatu pintu yang besar iregular
Prosesus brevis inkus sangat berdekatan dengan kedua struktur ini dan
kanalis semisirkularis 1,25 mm. Antrum mastoid adalah sinus yang berisi
tengah melalui aditus dan mempunyai sel-sel udara mastoid yang berasal
dan pada dewasa mempunyai volume 1 ml, panjang dari depan kebelakang
sekitar 14 mm, daria atas kebawah 9mm dan dari sisi lateral ke medial 7
bagian dati lantai fosa kranii media dan memisahkan antrum dengan otak
mm pada saat lahir hingga 12-15 mm pada dewasa. Dinding lateral pada
dengan otot digastrik dilateral dan sinus sigmoid di medial, meskipun pada
aerasi tulang mastoid yang jelek, struktur ini bisa berjarak 1 cm dari
tulang temporal, dan sel-sel udara yang terdapat didalam mastoid adalah
sebagian dari sistem pneumatisasi yang meliputi banyak bagian dari tulang
dengan udara didalam telinga tengah. Bila prosesus mastoid tetap berisi
seperti spon sehingga mastoiditis murni tidak dapat terjadi. Diantara usia 2
dan 5 tahun pada saat terjad i pneumatisasi prosesus terdiri atas campuran
konstitusional dan faktor peradangan pada waktu umur muda. Bila ada
sifat biologis mukosa tidak baik maka daya pneumatisasi hilang atau
kurang. Ini juga terjadi bila ada radang pada telinga yang tidak
sel-sel.
bertambah besar. Oleh karena itu bila ada radang pada sel-sel mastoid,
drainase tidak begitu baik hingga mudah terjadi radang pada mastoid
1. Terminal 5. Zygomatic
2. Perisinus 6. Facial
2. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian
rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan
perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki
Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala vestibuli,
skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli
tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala media dibatasi oleh
terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat
membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel
vestibulokoklearis.
2.2 Definisi
(OMSK) atau yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah
dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan
riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen.
OMSK merupakan lanjutan dari episode initial otitis media akut (OMA) yang
ditandai dengan adanya sekret persisten dari telinga tengah melalui perforasi
2.3 Prevalensi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih
sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul
oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa
kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi
menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan
yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan
pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT
insiden OMSK sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220
juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah
akan kesehatan yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang
dilakukan. (7)
2.4 Etiologi
1. Lingkungan
2. Genetik
4. Infeksi
6. Autoimun
7. Alergi
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga
mastoid.
discharge dari liang telinga penderita OMSK didapatkan hasil sebagai berikut :
(10)
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar
(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan
mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga
tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel
imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga
tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel
respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang
tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga
tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada
waktu bayi.(5)
2.6 Klasifikasi
1. Tipe tubotimpanal.
2. Tipe atikoantral
Beberapa nama lain digunakan untuk tipe ini OMSK tipe tulang karena
membran timpani yang terjadi pada tipe ini biasanya perforasi yang
marginal yang dihasilkan dari suatu kantong retraksi dan muncul di pars
tulang dari liang telinga luar, atik, antrum, dan sel-sel mastoid dapat
atikoantral’.(5)
yang dibatasi oleh epitel sel skuamosa yang diisi dengan debris keratin yang
infeksi kronik sehingga suatu otitis media kronik dengan kolesteatoma sering
dikatakan sebagai ‘penyakit yang tidak aman’ dan secara umum memerlukan
penatalaksanaan bedah.(5)
2.6 Diagnosis
Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di
liang telinga yang pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan
keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah. OMSK lebih sering
yaitu :
2. Pemeriksaan otoskopi
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
4. Pemeriksaan radiologi
2.7 Komplikasi
telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai demam,
intrakranial.
2.8 Penatalaksanaan
tipenya. Pada tipe aman atau benign pada prinsipnya adalah terpai konservatif
atau medikamentosa. Sedangkan pada tipe ganas atau malignan prinsipnya ialah
topikal.
1. Mastoidektomi sederhana
mastoid.
2. Mastoidektomi radikal
Bertujuan untuk mengeradikasi seluruh penyakit di mastoid dan telinga
tengah, di mana rongga mastoid, telinga tengah, dan liang telinga luar
dilakukan timpanoplasti.
terjadi biasanya bersifat tuli konduksi (conductive hearing loss) derajat ringan
akibat dari perforasi membrana timpani dan putusnya rantai tulang pendengaran
pada telinga tengah karena proses osteomielitis sehingga suara yang masuk ke
pendengaran derajat yang lebih tinggi lagi dapat terjadi bila proses infeksi
OMSK dan secara keseluruhan tidak kurang dari 164 juta kasus dengan
kekurangan pendengaran merupakan akibat dari OMSK dan sekitar 90% kejadian
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. H
Umur : 51 tahun
Suku : Banjar
No RMK : 913657
II. ANAMNESIS
Sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu os mengeluh keluar cairan awalnya
berwarna putih, encer dan tidak berbau, kemudian berwarna kekuningan kental
tersebut keluar terus menerus dan berbau dari telinga kiri. Sekitar satu bulan
setelah itu timbul benjolan di belakang telinga kiri, benjolan tersebut sangat
nyeri dan terasa panas ketika diraba, dan dua minggu sebelum masuk Rumah
Sakit benjolan tersebut pecah dan juga mengeluarkan cairan kuning kental
Os juga mengaku bahwa selama 1 bulan terakhir bibir dan senyum os tidak
normal yaitu miring seperti orang stroke, os juga mengaku sulit sekali menelan.
Satu tahun yang lalu os pernah kemasukan kapas di dalam telinga kirinya,
terambil dan hanya diberikan obat tetes telinga serta obat minum. Menurut os
Pasien sejak 2 tahun yang lalu menderita batuk lama, berdahak, sering disertai
penurunan nafsu makan dan terlihat jelas adanya penurunan berat badan.
Keluarga dan tetangga sekitar tidak ada yang menderita batuk lama. DM (-),
hipertensi (-)
Kesadaran : Apatis
Nadi = 88 x/menit
RR = 22 x/menit
Suhu = 37,2oC
Kepala dan leher
Sp. Saraf
Thorax
normal
Status Lokalis
Aurikula
Hematom - -
Tragus pain - +
Edema tragu - +
Canalis auditorius eksternus
Serumen + +
Othorrea - +
Hiperemi - sde
Membran timpani
Tes Pendengaran
Rinne + sde
Tenggorok
Faring
Status Neurologis
Refleks-refleks
Refleks Tendon/Periosteum (Kanan/Kiri):
Refleks Patologis :
Kernig : (+)/(+)
Laseque : (+)/(+)
Bruzinski I : (+)
Bruzinski II : (+)/(+)
Radiologis
V. DIAGNOSA
VI. PENATALAKSANAAN
Inj. Cefotaxim 2x 1 gr
FOLLOW UP
Tgl S O A P
26/12/2010 Othorhea(+)kiri TD= OMSK IVFD RL 20 tpm
ma/mi (</+) 110/70mmHg Sinistra + Inj Cefotaxim 2x1
sulit membuka N= 88 x/mnt Abses gr
mulut (+) RR=22 Retroaurikula Antrain 3 x 1 amp
x/mnt r sinistra Ro thorak
T = 37,2 oC Ro Skull AP
lateral
27/12/2010 Othorhea(+) TD= OMSK IVFD RL 20 tpm
kiri ma/mi (</ 120/70mmHg Sinistra + Inj Cefotaxim 2x1
+) N= 80 Abses gr
Sakit kepala x/mnt Retroaurikula Antrain 3 x 1 amp
(+) sakit RR=20 r sinistra Inj. Lamesan 1
membuka x/mnt amp/8 jam/iv
mulut (+), T = 36,9 oC
nyeri telinga
(+)kiri, nyeri
menelan (+)
28/12/2010 Othorhea(+) TD = 100/70 OMSK IVFD RL 20 tpm
Sakit kepala mmHg maligna Inj Cefotaxim 2x1
(+) nyeri N =76 x/mnt dengan gr
telinga S (+), RR=18 jaringan Antrain 3 x 1 amp
nyeri menelan x/mnt granulasi Inj. Lamesan 1
(+) T = 36,6 oC MAE + abses amp/8 jam/iv
Abses (+) retroaurikuler PO: Corsaneuron
Fistel (+) (S) 2 x 1 tab
Massa (+) Toilet telinga + G
jaringan V setiap hari
granulasi Konsul paru
29/12/2010 Othorhea(+) TD = 100/70 OMSK IVFD RL 20 tpm
Sakit kepala mmHg maligna Inj Cefotaxim 2x1
(+) nyeri N =78 x/mnt dengan gr
telinga S (+), RR=20 jaringan Antrain 3 x 1 amp
nyeri menelan x/mnt granulasi Inj. Lamesan 1
(+) T = 36,6 oC MAE + abses amp/8 jam/iv
retroaurikuler PO.Corsaneuron 2
(S)+ TB paru x 1 tab
aktif Ganti Verban tiap
hari, toilet telinga
Rawat bersama
dengan Paru
Terapi H/R/Z/E
(200/300/700/700)
+ raber paru
30/12/2010 Nyeri (-/+), TD = 50/40 OMSK IVFD RL 20 tpm
tinnitus (-/+), mmHg maligna Inj Cefotaxim 2x1
Pus (-/+), sesak N =88 x/mnt dengan gr
(+), nyeri RR=30 jaringan Antrain 3 x 1 amp
menelan (+) x/mnt granulasi Inj. Lamesan 1
T = 36,7 oC MAE + abses amp/8 jam/iv
retroaurikuler PO.Corsaneuron 2
(S)+ TB paru x 1 tab
aktif Ganti Verban tiap
hari, toilet telinga
Rawat bersama
dengan Paru
Terapi H/R/Z/E
(200/300/700/700)
+ raber paru
O2 (+)
Kultur pus
31/12/2010 Nyeri (-/+), TD = 90/70 OMSK IVFD RL 20 tpm
tinnitus (-/+), mmHg maligna Inf metronidazole
Pus (-/+),nyeri N =76 x/mnt dengan 1 x 1 Fls
menelan (+) RR=20 jaringan Antrain 3 x 1 amp
x/mnt granulasi Inj. Lamesan 1
T = 36,6 oC MAE + abses amp/8 jam/iv
retroaurikuler PO.Corsaneuron 2
(S)+ TB paru x 1 tab
aktif Ganti Verban tiap
hari, toilet telinga
Rawat bersama
dengan Paru
Terapi H/R/Z/E
(200/300/700/700)
+ raber paru
O2 3 lpm(+)
Kultur pus
1/1/2011 Nyeri (-/+), TD = 100/70 OMSK IVFD RL 20 tpm
tinnitus (-/+), mmHg maligna Inf metronidazole
Pus (-/+) N =78 x/mnt dengan 1 x 1 Fls
RR=18 jaringan Antrain 3 x 1 amp
x/mnt granulasi Inj. Lamesan 1
T = 36,6 oC MAE + abses amp/8 jam/iv
retroaurikuler PO.Corsaneuron 2
(S)+ TB paru x 1 tab
aktif Ganti Verban tiap
hari, toilet telinga
Rawat bersama
dengan Paru
Terapi H/R/Z/E
(200/300/700/700)
+ raber paru
Hasil kultur (-)
2/1/2011 Nyeri (-/+), TD = 90/70 OMSK IVFD RL 20 tpm
tinnitus (-/+), mmHg maligna Inf metronidazole
Pus (-/+) N =78 x/mnt dengan 1 x 1 Fls
RR=18 jaringan Antrain 3 x 1 amp
x/mnt granulasi Inj. Lamesan 1
T = 36,6 oC MAE + abses amp/8 jam/iv
retroaurikuler PO.Corsaneuron 2
(S)+ TB paru x 1 tab
aktif Ganti Verban tiap
hari, toilet telinga
Rawat bersama
dengan Paru
Terapi H/R/Z/E
(200/300/700/700)
+ raber paru
Hasil kultur (-)
BAB IV
PEMBAHASAN
infeksi kronis yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum
timpani, ditandai dengan perforasi membran timpani, sekret yang keluar terus-
cairan dari telinga kanan terus menerus, dimana sekret awalnya berwarna putih,
encer dan tidak berbau, kemudian berubah menjadi agak kental, kekuningan, dan
berbau selama kurang lebih tiga bulan. Sehingga pada pasien ini dapat didiagnosis
OMSK. Pada pasien ini dari hasil pemeriksaan tidak dapat dilakukan penilaian
Satu bulan yang lalu mulai muncul benjolan di belakang telinga, benjolan
tersebut pecah dan mengeluarkan cairan kental berwarna kekuningan dan berbau.
diperhebat oleh karena pembentukan asam oleh bakteri. Proses nekrosis tulang ini
dengan sekret yang kental dan berbau. Hal ini dipertegas dengan dilakukannya
pemeriksaan foto roentgen mastoid ditandai dengan air cell mastoid yang
sekitarnya. Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti
mukosa saluran napas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih
ada sawar kedua yaitu dinding kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini
berbahaya. Apabila infeksi ini mengarah ke dalam, ke tulag temporal, maka akan
abses otak. Sehingga disimpulkan pada pasien ini terjadi komplikasi berupa abses
retroaurikuler dan adanya parese n. Fasialis yang ditandai dengan bibir miring ke
arah kanan.
kurang kooperatif maka pemeriksaan pelana (garpu tala) sulit dievaluasi hasilnya.
pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat pula
terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin, atau tuli campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,
karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi sampai
dengan efektif ke fenestra ovalis. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim pengantaran
pendengaran. Namun tujuan utama dari terapi ini adalah mencegah terjadinya
(TB) kronik aktif maka pada pasien ini diberikan terapi TB. Infeksi TB ini tidak
KESIMPULAN
masyarakat dengan congek adalah suatu infeksi telinga tengah OMSK merupakan
OMSK, kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status
kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk
prevalensi OMSK 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% pasien yang berobat
dengan keluarnya cairan dari telinga yang lamanya lebih dari 2 bulan.
Berdasarkan tipe klinisnya, OMSK dibagi atas tipe jinak (tipe tubotimpanal) di
mana proses peradangannya hanya terbatas pada mukosa telinga tengah, serta tipe
terjadi akibat komplikasi ke intrakranial pada 18,6% kasus. Sebagian besar kasus
komplikasi OMSK terjadi karena penderita cenderung mengabaikan keluhan