Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Politeknik Kesehatan Bengkulu atau yang sering disebut juga Poltekkes Bengkulu
merupakan institusi pendidikan tenaga kesehatan yang berada dibawah naungan Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes) yang secara langsung menjadi bagian dari
Kementrian Kesehatan RI yang bertugas dlam pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan. Politeknik Kesehatan Bengkulu merupakan pengembangan jenjang
pendidikan tinggi negara pendidikan tenaga kesehatan Indonesia dan merupakan bagian
dari kesehatan dalam bidang pembangunan nasional terpadu yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga terwujud bangsa / negara yang
maju, sejahtera lahir dan batin. Politeknik Kesehatan Bengkulu dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial nomor 298 /
Menkeskesos / SK / IV / 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan,
yang merupakan pengembangan dari 11 Akademi di bawah Kementrian Kesehatan RI.
Aset lancar adalah asset yang diharapkan untuk segara direalisasikan menjadi kas
dalam waktu 12 bulan setelah pelaporan. BMN yang diperlakukan sebagai aset lancar
adalah Persediaan. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai jangka waktu 12
bulan untuk digunakan oleh Pemerintah dalam kegiatannya atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. BMN yang dikelompokkan menjadi asset tetap meliputi tanah,
gedung dan bangunan, jalan, irirgasi dan jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, dan aset
tetap lainnya.
Selain masalah perlakuan asset tetap untuk penyusunan laporan keuangan, dalam
Pemerintahaan juga terdapat masalah manajemen asset tetap yang menjadi fokus
perhatian. Menurut Doli D. Siregar (2004), manajemen aset lebih ditujukan untuk
menjamin pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah sehinggan dapat
meningkatkan pendapatan, yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan guna
mencapai persyratan pemenuhan optimal bagi pelayanan dan tugas instansinyakepada
masyarakat. Manajemen asset terdiri dari lima tahapan, Inventarisasi Asset, Legal Audit,
Penilaian Asset, Optimalisasi Asset, dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Asset (SIMA) dalam pengawasan dan pengendalian asset.
Hingga kini, penelitian mengenai perlakuan akuntansi untuk organisasi sektor public,
khususnya institusi pendidikan khusus milik Pemerintah masih jarang ditemui. Padahal,
penelitian mengenai perlakuan akuntansi tersebut sangat diperlukan untuk mengkaji
kinerja institusi dan nantinya diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi evaluasi kinerja
organisasi sektor public pada umumnya. Selain itu, penelitian mengenai manajemen asset
milik Pemerintah juga jarang dilakukan. Oleh karena itu, Penulis melakukan penelitian
itu untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanapenerapan manajemen asset serta
penerapan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) pada organisasi
pemerintah, khususnya pada institusi pendidikan milik Pemerintah, yang dalam hal ini
Penulis melakukan penelitian pada Politeknik Kesehatan Bengkulu. Penulis akan
membahas topik yang berjudul “Analisa Penerapan Sistem Akuntansi Barang Milik
Negara dan Manajemen Aset Tetap(Studi Kasus Pada Politeknik Kesehatan
Bengkulu)”
1.2 Permasalahan
2. Penerapan sistem akuntansi Barang Milik Negara (BMN) untuk asset tetapnya
Penulis membatasi ruang lingkup penulisan pada sistem akuntansi instansi, yaitu
Sistem Akuntansi BMN, khususnya aset tetap. Penelitian ini berfokus pada
pembahasan mengenai bagaimana sistem manajemen asset di Poltekkes Bengkulu
dimulai dari proses inventarisasi asset, legal audit, hingga penilaian asset. Penelitian
ini juga membahas bagaimana akuntansi asset tetap di Poltekkes Bengkulu serta
membandingkan perlakuan tersebut dengan PSAK 16 dan PSAP 07. Pembahasan
pada karya akhir ini dibatasi untuk laporan keuangan Poltekkes tahun 2008-2009.
Penelitian ini berjenis kualitatif dengan pendekatan case study dengan format
deskriptif yaitu menjelaskan, meringkas berbagai situasi, kondisi dan variable yang
timbul dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini menggunakan
metode pengumpulan data yang terdiri dari:
1. Survey Kepustakaan
2. Survey Lapangan
3. Analisis Data
Penulisan skripsi ini di rencanakan akan dimulai dari awal Juli 2010 hingga akhir
Desember 2010.
1.7 Sistematika Penulisan
1. BAB 1 : Pendahuluan
Merupakan landasan teori dan literature yang membahas tentang asset tetap,
bagaimana perlakuan asset tetap menurut standar yang berlaku serta penjelasan
mengenai perlakuan asset tetap pada organisasi sektor publik.
Bab ini membahas tentang profil lengkap Politeknik Kesehatan Bengkulu yang
menjadi tempat melakukan penelitian (sebagai subjek penelitian).
Merupakan bagian yang membahas analisis atas data yang diperoleh dari laporan
keuangan objek penelitian.
Merupakan bagian akhir dari keseluruhan skripsi yang berisi kesimpulan beserta
saran-saran perbaikan bagi Poltekkes Bengkulu.
BAB II
Landasan Teori
2.1 Aset Tetap
Aset tetap dalam akuntansi adalah asset berwujud yang memiliki umur lebih dari
satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Jenis aset tidak lancer ini biasanya dibeli
untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Aset tetap
biasanya merupakan komponen aset yang nilainya paling besar dalam neraca suatu
entitas. Hal ini kemudian menjadikan penyajian dan pengungkapan aset tetap menjadi
sangat penting dalam laporan keuangan suatu entitas. Dibeberapa entitas, aset tetap
direferensikan sebagai property, plant, and equipment yang meliputi tanah, gedung,
peralatan, dan sebagainya.
Karakteristik utama aset tetap adalah sebagai berikut (Nordiawan, 2007, p.227):
b. Secara umum, aset tetap memiliki manfaal yang cukup lama (biasanya
beberapa tahun) dan oleh karenanya akan disusutkan selama masa manfaat
tersebut.
2.1.1.1 Definisi
Menurut PSAK 16 (Revisi 2007) yang dimaksud dengan aset tetap adalah aset
berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan;
2.1.1.2 Pengakuan
Nilai yang dapat diakui sebagai aset tetap dalam standar ini dapat dikategorikan
dalam dua macam, yaitu biaya perolehan awal dan biaya-biaya setelah perolehan. Biaya
perolehan awal sendiri baru boleh diakui sebagai aset tetap adalah jika:
Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk dikategorikan sebagai aset tetap pada
awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan oleh entitas dan diperlukan untuk menyiapkan aset tetap tersebut agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya sebagai aset tetap. Biaya perolehan aset tetap menurut
PSAK Nomor 16 Revisi Tahun 2007 meliputi:
1. Biaya perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi dengan diskon pembelian dan potongan lain
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
3. Estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Pada umumnya nilai perolehan suatu aset tetap sama dengan jumlah biaya (bisa
berupa kas maupun non-kas) untuk memperoleh aset tersebut, selain hal tersebut, aset
tetap dapat diperoleh dari pertukaran aset non-moneter. Prinsip utama pada pengukuran
aset tetap yang diperoleh dari pertukaran aset tetap ini adalah dengan menggunakan nilai
wajarnya, dalam hal nilai wajar aset tetap yang dipertukarkan tidak diketahui, nilai buku
dari aset tersebut dapat digunakan.
Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada
periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 (Revisi 2007) terdapat
perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang
pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16 (Revisi 2007) mengakui adanya
dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah:
1. Metode Biaya Historis ( PSAK Tahun 1994 dan PSAK Revisi 2007 )
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut
dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai asset.
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang
nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aset tetap
harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Penentuan nilai aset dengan menggunakan nilai wajar pada umumnya dilakukan
melalui penilai yang memiliki kualifikasi profesional. Untuk melakukan penilaian
terhadap tanah dan bangunan biasanya penilai menggunakan bukti pasar. sedangkan
untuk penilaian aset tetap lain seperti pabrik dan peralatan penilai akan menentukan
sendiri nilai pasar wajarnya. Dalam hal tidak ada pasar yang memperjualbelikan aset
tetap yang serupa, penentuan nilai pasar wajar dapat dilakukan dengan pendekatan
penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost
approach). Frekuensi pelaksanaan revaluasi sendiri tergantung pada perubahan nilai
wajar suatu aset. Jika nilai wajar yang tercatat berbeda secara material dengan nilai
revaluasi, maka revaluasi lanjutan perlu dilaksanakan. Untuk aset tetap yang mempunyai
perubahan nilai wajar secara fluktuatif dan sifatnya signifikan, revaluasi dapat
dilaksanakan tiap tahun. Sedangkan untuk beberapa aset lain yang tidak mengalami
perubahan secara fluktuatif dan signifikan, revaluasi tidak perlu dilaksanakan setiap
tahun. Untuk aset seperti itu revaluasi dapat dilakukan setiap tiga tahun atau lima tahun.
Untuk metode revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aset tetap pada
tanggal revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut.
Metode ini sering digunakan untuk bangunan
Revaluasi yang dilakukan pada sekelompok aset dengan kegunaan yang serupa
dilaksanakan secara bersamaan. Perlakuan ini bertujuan untuk menghindari perlakuan
revaluasi secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat
yang berbeda-beda. Namun revaluasi dalam kelompok aset dapat dilakukan secara
bergantian (rolling) sepanjang keseluruhan revaluasi dapat diselesaikan dalam waktu
yang singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.
Pengakuan terhadap kenaikan atau penurunan nilai akibat revaluasi dilakukan
langsung pada kenaikan atau penurunan akibat revaluasi, kecuali jika revaluasi dilakukan
pada tahun-tahun berikutnya. Apabila revaluasi dilakukan untuk yang kedua kali dan
seterusnya, terdapat perlakuan yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah:
• Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung
dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan tersebut harus
diakui di dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset
akibat revaluasi yang pernah dilakukan sebelumnya dalam laporan laba rugi.
• Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam
laporan laba rugi. Namun penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung
didebit ke dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut
tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Penentuan nilai wajar juga dilakukan pada saat perusahaan telah menentukan
adanya aset tetap yang akan dijual, terutama berhubungan dengan penghentian sebagian
operasi perusahaan.
Penyusutan dalam aset tetap merupakan alokasi secara sistematis atas biaya pada
saat awal perolehan dan biaya setelah perolehan yang dapat dikapitalisasi. Penyusutan
dilakukan selama masa manfaat dari aset tersebut. Jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset adalah sejumlah tercatatnya (baik model biaya maupun model revaluasi)
dikurangi dengan nilai residu aset tersebut. Jumlah tercatat tersebut disusutkan dengan
pilihan berbagai metode penyusutan. Metode penyusutan sendiri harus mencerminkan
ekspektasi pada konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas. Beban
penyusutan akan diakui dalam laporan laba rugi periode tersebut kecuali jika beban
tersebut dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset lainnya.
2.1.1.5 Pengungkapan
Dalam hal pengungkapan, PSAK 16 tentang aset tetap juga mensyaratkan untuk
setiap kelompok aset tetap, laporan keuangan sedikitnya harus mengungkapkan hal – hal
sebagai berikut:
i. Penambahan
ii. Aset yang diklasifikasikan sebagai yang tersedia untuk dijual (available
for sale) atau termasuk dalam kelompok yang akan dilepaskan yang
diklasifikasikan sebagai kelompok yang tersedia untuk dijual atau
pelepasan lainnya;
iv. Peningkatan atau penurunan akibat revaluasi serta rugi penurunan nilai
yang dikui atau dijurnal balik secara langsung pada ekuitas sesuai PSAK
48;
v. Rugi penurunan nilai yang diakui dan dijurnal balik dalam laporan laba
rugi sesuai PSAK 48;
vi. Penyusutan;
vii. Selisih nilai tukar yang timbul dalam penjabarab laporan keuangan dari
mata uang fungsional menjadi mata uang yang berbeda, termasuk
penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan
dari entitas pelapor;
a. Keberadaan dan jumlah yang dicadangkan atas hak milik, dan aset
tetap yang dijaminkan untuk utang;
Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal – hal
yang memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan
dan estimasi umur manfaat atau tariff penyusutan memberikan informasi bagi pengguna
laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang dipilih manajemen dan
memungkinkan perbandingan dengan entitas lain.
b. Jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah disusutkan penuh dan masih
digunakan;
Jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari penggunaaan aktif dan tidak
diklasifikasikan sebagai yang tersedia untuk dijual (available for sale).
2.1.2.2 Pengakuan
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi
criteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saatpenguasaannya berpindah. Selain itu,
saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah
terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya
sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor. Apabila perolehan aset tetap
belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses
administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan
proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset
tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap
tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas
sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.
2.1.2.3 Pengukuran
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan. Untuk aset tetap yang diperoleh dengan tanpa nilai,
misalnya dengan cara hibah atau donasi, maka biaya aset tetap tersebut adalah nilai wajar
saat aset tersebut diperoleh.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya
langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya
perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua
biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Pada saat pengakuan awal aset tetap tersebut, Biaya perolehan suatu aset tetap
terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang
membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Contoh biaya
yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
a. biaya persiapan tempat;
b. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan
bongkarmuat (handling cost);
c. biaya pemasangan (instalation cost);
d. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan
e. biaya konstruksi.
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan
datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus
ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. Kapitalisasi biaya tersebut harus
ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria sebagaimana yang
telah disebutkan dan/atau suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu
untuk dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi
atau tidak.
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi
akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali,
maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap
dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Penyusutan aset tetap disajikan sebagai
pengurang nilai aset tetap sesuai dengan harga perolehannya. Apabila terjadi keadaan
yang memungkinkan ada nya penilaikan kembali (revaluation), maka aset tetap akan
disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun
Diinvestasikan dalam Aet Tetap.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 07 tidak mengharuskan
pemerintah untuk menyajikan aset bersejarah (heritage assets) di neraca namun aset
tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Namun apabila aset
bersejarah tersebut memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai
sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran.
Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap
lainnya.
Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan
datang. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari
Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Dan pada akhirnya, aset
tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset
tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
2.1.2.4 Pengungkapan
Dalam hal pengungkapan, laporan keuangan harus mengungkapkan untuk
masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carrying amount);
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
i) Penambahan
ii) Pelepasan
iii) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada
iv) Mutasi aset tetap lainnya
c. Informasi penyusutan, meliputi:
i) Nilai penyusutan
ii) Metode penyusutan yang digunakan
iii) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
iv) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, laporan keuangan juga harus
mengungkapkan:
a. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap
b. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap
c. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi
d. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap
Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, hal-hal berikut harus
diungkapkan:
a. Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap
b. Tanggal efektif penilaian kembali
c. Jika ada, nama penilai independent
d. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya
pengganti
e. Nilai tercatat setiap jenis aset tetap
i) Perusahaan Perseroan
Berdasarkan PMK no. 59/PMK.06/ 2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Pusat, tujuan dari SAPP adalah sebagai berikut:
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang
berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
Ciri-ciri pokok atau karakteristik dari Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat antara
lain sebagai berikut:
a. Basis Akuntansi
c. Dana Tunggal
b. Neraca Pemerintah
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas
dari seluruh Kanwil Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk
dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran.
Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang
tersaji di dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan
Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai.
2.2.5 Klasifikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Gambar 2.1
Alur Manajemen Aset
a. Inventarisasi Aset
Inventarisasi Aset terdiri atas dua aspek yaitu Aspek Fisik dan Aspek
Yuridis/Legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis,
alamat, dan lain-lain. Sedangakan Aspek Yuridis adalah status penguasaan, masalah
legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan, dll.
b. Legal Audit
Legal Audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa:
c.Penilaian Aset
Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas
aset yang dikuasai. Biasanya dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen.
Hasil dari nilai tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan
maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang akan dijual.
d. Optimalisasi Aset
UPT ini memiliki Visi “Menghasilkan tenaga kesehatan profesional yang dapat
mewujudkan masyarakat mandiri dalam mencapai hidup sehat dan dapat bersaing di
pasar global”. Sedangkan Misi dari Poltekkes Bengkulu adalah sebagai berikut:
Pada tahun yang sama, di Kota Curup (Kabupaten Rejang Lebong) juga
diselenggarakan program pendidikan Akademi Keperawatan Depkes Curup. Akademi ini
juga merupakan hasil koversi dari SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) Curup, yang
didirikan sesuai dengan SK.Menkes RI nomor HK.00.06.102148 tanggal 18 Mei 1998.
SK yang penyelenggaraan pendidikannya dimulai tahun ajaran 1998/1999.
1. Jurusan Kebidanan
2. Jurusan Gizi
3. Jurusan Keperawatan:
a. Pendapatan
b. Belanja
c. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam
seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui
pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset
Lainnya.
a. Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12
(dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas,
piutang, dan persediaan.
c. Aset Lainnya
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena
penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan,
entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah
juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah.
Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari
kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan. Kewajiban
pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban
jangka panjang.
e. Ekuitas Dana
Aset tetap di Poltekkes Bengkulu dicatat dengan biaya perolehan aset tersebut
dikurangin dengan akumulasi penyusutan. Yang termasuk dalam aset tetap Poltekkes
Bengkulu adalah sebagai berikut:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.
Menurut petunjuk pelaksanaan aset di Poltekkes Bengkulu, tanah dinilai
dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya
pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya
pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan
sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua
yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut
dimaksudkan untuk dimusnahkan. Apabila penilaian tanah dengan menggunakan
biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai
wajar/harga taksiran pada saat perolehan.
Pengelolaan BMN di Poltekkes Bengkulu dilakukan oleh Unit Urusan Umum dan
Humas di bawah Sub Bagian Administrasi Umum. Bagian ini melakukan tugas
menghimpun data inventaris/ aset termasuk menyimpan seluruh dokumen kepemilikan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Bagian Urusan Umum dan Humas dibantu oleh pengurus
barang yang ada pada masing-masing unit kerja dan secara periodik (persemester atau
pertahun) menyampaikan Rekapitulasi Inventaris kepada Bagian Urusan Umum dan
Humas.
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
d. Menentukan kondisi BMN dengan kriteria baik, rusak ringan, atau rusak berat
g. Membuat daftar BMN yang tidak ditemukan, belum pernah dicatat, dan rusak
berat serta daftar koreksi nilai
3. Tindak Lanjut
Kodefikasi BMN yang diterapkan di Poltekkes Bengkulu terdiri dari kode lokasi
ditambah dengan tahun perolehan dan kode barang ditambah dengan nomor urut
pendaftaran. Kode lokasi adalah kode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi unit
penaggung jawab akuntansi BMN. Kode ini terdiri dari 15 angka yang memuat kode
UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W, UAKPB, dan UAPKPB dengan sususan sebgai berikut:
Gambar 4.1
Kode Lokasi BMN
Sumber: Lampiran IV PMK no. 59/PMK.06/2005
Sedangkan kode barang dari BMN terdiri dari golongan, bidang, subkelompok,
dan sub-subkelompok sebagai berikut:
Gambar 4.2
Kode Barang BMN
Sumber: Lampiran IV PMK no. 59/PMK.06/2005
Pengelompokan/klasifikasi BMN seperti tersebut di atas berhubungan dengan
Sistem Akuntansi BMN pada masing-masing jenjang organisasi Akuntansi BMN. Pada
tingkat UAKPB, BMN berupa aset tetap diklasifikasikan ke dalam sub-sub kelompok,
pada tingkat UAPPB-W diklasifikasi ke dalam sub kelompok, pada tingkat UAPPB-E1
dan UAPB diklasifikasikan ke dalam kelompok. Sedangkan BMN berupa persediaan
pada tingkat UAKPB dan UAPPB-W diklasfikasikan ke dalam sub kelompok, sedangkan
pada tingkat UAPPB-E1 dab UAPB diklasifikasikan ke dalam kelompok.
Dengan demikian, Kode Registrasi adalah kode yang terdiri dari Kode Lokasi
ditambah dengan tahun perolehan dan Kode Barang ditambah dengan nomor urut
pendaftaran. Kode registrasi merupakan tanda pengenal BMN dengan susunan kode
seperti pada gambar 4.3.
Sebagai contoh
4.1.2 Legal Audit
Dalam rangka inventarisasi BMN, Poltekkes Bengkulu juga telah melakukan legal
audit, yaitu menentukan inventarisasi satatus penguasaan aset. Bagian Umum dan Humas
Poltekkes Bengkulu telah melakukan pengecekan status penguasaan aset dengan cara
mengecek semua sertifikat dan bkti kepemilikan aset, seperti sertfifikat tanah, BPKB
kendaraan bermotor dan sebagainya.
Legal audit yang dilakukan Poltekkes Bengkulu telah memberikan manfaat yang
besar terutama untuk menentukan BMN mana yang seharusnya diikutsertakan dalam
pencatatan aset tetap pada laporan keuangannya. Legal audit juga dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai permasalahan legal menyangkut status kepemilikan suatu aset, antara
lain status hak oenguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset
yang tidak termonitor, dan lain-lain. Sebagai bukti, Poltekkes Bengkulu dapat
mengetahui adanya tanah dan bangunan di Gang Haji Nazir senilai Rp 397.740.000 yang
seharusnya menjadi tanah yang dikelola Poltekkes Bengkulu dan saat ini sedang di kuasai
oleh pihak lain. Tanah dan bangunan ini kemudian dikeluarkan dari laporan keuangan
dikarenakan status penguasaaan atau pengelolaannya sedang tidak berada ditangan
Poltekkes Bengkulu.
Penilaian aset merupakan suatu proses kerja dalam manajemen aset tetap dimana
dalam proses ini dilakukan penilaian atas aset yang sedang dikuasai. Penilaian aset
dilakukan tim independen di tahun 2009 dengan hasil penilaian berupa saldo aset tetap
pada laporan keuangan per 31 Desember 2009 sebesar Rp 57.511.807.392 dengan rincian
seperti pada table 4.1. Saldo ini kemudin digunakan sebagai saldo awal aset tetap untuk
periode akuntansi berikutnya.
Penilaian aset tetap pada tahun 2009 telah memberikan saldo aset yang lebih
relevan bagi pencatatan di laporan keuangan periode terkait dan periode selanjutnya.
Namun, ada beberapa aset, misalnya alat peraga kesehatan berupa kerangka manusia
yang terbuat dari kayu yang sudah ada sejak tahun 1980, yang tidak dapat dinilai fair
value-nya pada saat penilaian aset ini. Hal ini disebabkan karena aset yang bersangkutan
sudah sangat tua dan tidak lagi ada pasar untuk aset tersebut, sehingga aset tersebut sulit
diperkirakan nilainya di masa kini. Dengan demikian, penilaian aset ini tidak dapat
dikatakan berhasil sepenuhnya dalam memperkirakan nilai aset di Poltekkes Bengkulu.
Tabel 4.1
Rincian Nilai Aset Tetap Poltekkes Bengkulu per 31 Desember 2009
%Naik /
No. Uraian 31-Des-09 31-Des-08
(Turun)
1 Tanah 6.240.100.000 82.585.700 1
2 Peralatan dan Mesin 26.345.124.715 10.486.094.638 40
3 Gedung dan Bangunan 13.996.127.200 8.475.841.725 61
4 Jalan/Irigasi/Jaringan 79.425.000 368.836.000 464
5 Aset Tetap Lainnya 1.829.498.677 1.860.301.224 102
6 Kontrusi DlmPengerjaan 9.021.531.800 - -
-
Jumlah 57.511.807.392 21.273.659.287 37
Optimalisasi aset merupakan salah satu proses kerja dalam manajemen aset.
Proses kerja ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah /
volume, legal dan ekonomi yang dimiliki ast tersebut. Pada tahapan ini, aset yang
dikuasai pemerintah diidentifikasi dan di kelompokkan atas aset yang memiliki potensi
dan yang tidak memiliki potensi.
a. Penyewaan aset
b. Pinjam Pakai
Menurut Doli D. Siregar (2004), salah satu sarana yang efektif untuk
meningkatkan kinerja keempat aspek diatas adalah pengembangan Sistem Informasi
Manajemen Aset (SIMA). Dalam sistem ini, keempat aspek tersebut diakomodasi dalam
sistem dengan menambahakan aspek pengawasan dan pengendalian, sehingga tiap
penanganan terhadap aset dapat termonitor dengan jelas, mulai dari lingkup penanganan
hingga siapa yang bertanggungjawab menanganinya (Supriyadi, 2008, p.30).
a. Saldo awal
SPM merupakan surat untuk membeli BMN, dan SPM yang telah disetujui
dikeluarkan SP2D-nya
• Faktur Pembelian
• Kuitansi
Jenis transaksi yang dicatat dalam SABMN meliputi tiga jenis, yaitu:
a. Perolehan BMN
Saldo Awal BMN merupakan saldo BMN pada awal tahun anggaran
berjalan atau awal tahun mulai diimplementasikannnya SABMN yang merupakan
akumulasi dari seluruh transaksi BMN tahun sebelumnya. Perolehan BMN yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
• Pembelian, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil
pembelian. Pembelian tahun 2008 tercatat sebesar Rp.488.977.248.
Sedangkan pembelian tahun 2009 tercatat sebesar Rp.7.250.215.832.
• Hibah, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil penerimaan
dari pihak ketiga diluar Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
• Sumbangan
b. Perubahan/ Mutasi BMN
Perubahan/ mutasi BMN dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
• Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas/nilai
BMN yang menggunakan satuan luas atau satuan lain yang
pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan BMN hilang.
• Pengembangan, merupakan transaksi pengembangan BMN yang
dikapitalisir yang mengakibatkan pemindahbukuan dari BI
Ekstrakomptabel ke BI Intrakomptabel atau perubahan nilai/satuan BMN
dalam BI Intrakomptabel.
• Perubahan Kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi
BMN.
• Koreksi Perubahan Nilai/Kuantitas, merupakan koreksi pencatatan
atas nilai/kuantitas BMN yang telah dicatat dan telah dilaporkan
sebelumnya.
Mutasi BMN berdasarkan laporan BMN 2009 adalah bertambah senilai
Rp.29.631.480.898, dan berkurang sebesar Rp.2.499.057.663.
c. Penghapusan BMN
Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari
pembukuan berdasarkan suatu surat keputusan pengahapusan oleh instansi yang
berwenang. Penghapusan meliputi hal-hal berikut ini:
• Transfer Keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN ke
UAKPB lain dalam satu UAPB di lingkungan Kementrian Kesehatan.
• Hibah, merupakan transaksi penyerahan BMN kepada pihak
ketiga.
• Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi BMN ke dalam
klasifikasi BMN yang lain. Transaksi ini berkaitan dengan transaksi
Reklasifikasi Masuk.
• Koreksi Pencatatan, merupakan transaksi untuk mengubah catatan
BMN yang telah dilaporkan sebelumnya.
Pada tahun 2009, total nilai BMN yang telah dihapus adalah sebesar
Rp.1.6287.330.733. Nilai pengapusan tersebut bukan hanya berasal dari
pengajuan penghapusan tahun 2009, tetapi juga pengajuan penghapusan tahun
2008 yang baru direalisasikan pada tahun 2009. Proses penghapusan ini
merupakan suatu masalah tersendiri terkait dengan birokrasi berjenjang yang
berlaku. Permasalahan penghapusan ini akan lebih lanjut dibahas pada
pembahasan selanjutnya.
Penyajian jumlah tercatat BMN untuk tahun anggaran 2009 dapat dilihat pada
table 4.2.
Tabel 4.2
Rincian Aset Tetap Menurut Laporan Keuangan Poltekkes Bengkulu
per 31 Desember 2009
Nama Aset Tetap Saldo
Tanah 6.240.100.000
Peralatan dan Mesin 26.345.124.715
Gedung dan Bangunan 13.996.127.200
Jalan/Irigasi/Jaringan 79.452.000
Aset Tetap Lainnya 1.829.498.677
Konstruksi Dalam Pengerjaan 9.021.531.800
Jumlah 57.511.807.392
Sumber: Laporan Keuangan Poltekkes Bengkulu per 31 Desember 2009
4.2.3.1 Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi
perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum seperti sertifikat tanah.
Apabila perolehan tanah belum didukung dengan bukti secara hukum maka tanah
tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaannya telah berpindah,
misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik
sebelumnya.
Saldo tanah per 31 Desember 2009 sebesar Rp. 6.240.100.000,- mengalami
kenaikan sebesar Rp. 6.157.514.300 yaitu penyesuaian terhadap harga tanah
dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Rp. 82.585.700.
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau
dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah
BMN yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu-rambu,
serta Tugu Titik Kontrol.
Saldo Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2009 sebesar Rp.
13.996.127.200,- naik sebesar Rp.5.520.285.475 dibandingkan dengan periode tahun
sebelumnya sebesar Rp.8.475.841.725.
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN
yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air,
Instalasi, dan Jaringan.
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Aset di Poltekkes Bengkulu, Jalan, Irigasi, dan
Jaringan diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan
jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan
biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui kontrak meliputi
biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan,
dan pembongkaran bangunan lama. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan
yang dibangun secara swakelola meliputi biayalangsung dan tidak langsung, yang terdiri
dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan
pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.
Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan per 31 Desember 2009 sama dengan nilai
Irigasi dan Jaringan per 31 Desember 2008, hal ini disebabkan oleh tidak adanya
penambahan, pengurangan dan penghapusan Irigasi dan Jaringan. Saldo Jalan, Irigasi,
dan Jaringan per 31 Desember 2009 sebesar Rp.79.425.000.
Penerapan pengakuan jalan, irigasi, dan jaringan di Poltekkes Bengkulu telah
sesuai dengan PSAK 16 maupun PSAP 07 mengenai Aset Tetap yang mencantumkan
bahwa jalan, irigasi, dan jaringan diakui pada saat hak penguasaannya telah berpindah
atau hak kepemilikannya telah diserahkan. Pengukuran jalan, irigasi, dan jaringan juga
telah sesuai dengan prinsip historical cost yang disyaratkan pada PSAK 16 dan PSAP 07.
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan
Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Koleksi
Perpustakaan/ Buku, Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaa/Olah Raga, Hewan, Ikan dan
Tanaman.
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Aset di Poltekkes Bengkulu, Aset Tetap Lainnya
diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui
kontrak meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta
biaya perizinan. Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola
meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga
kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa
konsultan.
Nilai Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2009 sebesar Rp. 1.829.498.677,-
turun sebesar Rp. 30.802.547,- dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya sebesar
Rp. 1.860.301.224.
Penerapan aset tetap lainnya di Poltekkes Bengkulu telah sesuai dengan PSAK 16
maupun PSAP 07 mengenai Aset Tetap yang mencantumkan bahwa aset tetap lainnya
diakui pada saat hak penguasaannya telah berpindah atau hak kepemilikannya telah
diserahkan. Pengukuran aset tetap lainnya juga telah sesuai dengan prinsip historical cost
yang disyaratkan pada PSAK 16 dan PSAP 07.
4.2.4.1 Tanah
Dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan mengenai:
Gedung dan Bangunan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan informasi-informasi sebagai berikut:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
• Penambahan;
• Pengembangan; dan
• Penghapusan;
c. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan
Bangunan;
Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan informasi-informasi sebagai berikut:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
• Penambahan;
• Pengembangan; dan
• Penghapusan;
c. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan
Mesin.
Jalan, Irigasi, dan Jaringan disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain
itu di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan informasi-informasi sebagai
berikut:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
• Penambahan;
• Pengembangan; dan
• Penghapusan;
c. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan, Irigasi, dan
Jaringan
Aset Tetap Lainnya disajikan di Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di
dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan informasi-informasi sebagai berikut:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai.
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan dan penghapusan.
c. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya
Pengungkapan untuk aset tetap lainnya pada Laporan Keuangan Konsolidasian
sudah mencantumkan dasar penilaian dan jumlah tercatat pada akhir dan awal periode
yang terdapat dalam Laporan BMN. Namun, Laporan Keuangan Konsolidasian belum
mencantumkan kebijakan untuk aset tetap lainnya.
Legal audit juga dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan legal
menyangkut status kepemilikan suatu aset, antara lain status hak oenguasaan yang lemah,
aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.
Sebagai bukti, Poltekkes Bengkulu dapat mengetahui adanya tanah dan bangunan di
Gang Haji Nazir senilai Rp 397.740.000 yang seharusnya menjadi tanah yang dikelola
Poltekkes Bengkulu dan saat ini sedang di kuasai oleh pihak lain. Tanah dan bangunan
ini kemudian dikeluarkan dari laporan keuangan dikarenakan status penguasaaan atau
pengelolaannya sedang tidak berada ditangan Poltekkes Bengkulu.
Penilaian aset dilakukan tim independen di tahun 2009 dengan hasil penilaian
berupa saldo aset tetap pada laporan keuangan per 31 Desember 2009 sebesar Rp
57.511.807.392. Saldo ini kemudin digunakan sebagai saldo awal aset tetap untuk
periode akuntansi berikutnya.
Penilaian aset tetap pada tahun 2009 telah memberikan saldo aset yang lebih
relevan bagi pencatatan di laporan keuangan periode terkait dan periode selanjutnya.
Namun, ada beberapa aset, misalnya alat peraga kesehatan berupa kerangka manusia
yang terbuat dari kayu yang sudah ada sejak tahun 1980, yang tidak dapat dinilai fair
value-nya pada saat penilaian aset ini. Hal ini disebabkan karena aset yang bersangkutan
sudah sangat tua dan tidak lagi ada pasar untuk aset tersebut, sehingga aset tersebut sulit
diperkirakan nilainya di masa kini. Dengan demikian, penilaian aset ini tidak dapat
dikatakan berhasil sepenuhnya dalam memperkirakan nilai aset di Poltekkes Bengkulu
secara keseluruhan.
Optimalisasi aset dilakukan untuk aset-aset yang tidak digunakan agar tidak
membebani laporan keuangan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, optimalisasi
aset dapat dilakukan dengan penyewaan aset, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, serta
BGS/BSG.
.iii Menetapkan perkiraan nilai batas terendah penjualan barang yang telah
dihapus
d. Laporan daftar BMN yang diusulkan untuk dihapus, yang memuat data sebagai
berikut:
i. Nama BMN
ii. Harga perolehan BMN (merupakan harga yang tercantum dalam Buku
Inventaris Intrakomptabel atau Ekstrakomptabel dari SIMAK-BMN)
.ii Selain tnah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan BMN perpaket
usulan sampai dengan Rp.100.000.000
Pada tahun 2009, total nilai BMN yang telah dihapus adalah sebesar
Rp.1.6287.330.733. Dalam penghapusan BMN yang dilakukan oleh Poltekkes Bengkulu,
terdapat permasalahan lain, yaitu tidak adanya pengklasifikasian BMN yang akan
dihapuskan menurut kondisinya. Hal ini bertentangan dengan aturan SIMAK-BMN yang
mengharuskan adanya klasifikasi kondisi BMN yang akan dihapuskan, apakah BMN
tersebut dalam kondisi baik, rusak ringan, atau rusak berat. Kondisi ini menyebabkan
informasi mengenai penghapusan BMN Poltekkes Bengkulu tidak informative bagi
penggunanya, dan dapat menyebabkan proses penghapusan BMN di Poltekkes Bengkulu
menjadi lebih rumit.
Permasalahan birokrasi dan tidak adanya klasifikasi kondisi BMN yang akan
dihapuskan ini seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam penerapan SABMN di
Poltekkes Bengkulu. Khusus untuk masalah birokrasi, masalah ini seharusnya juga
menjadi permasalahan seluruh instansi pemerintahan yang menerapkan SABMN. Hal ini
dikarenakan permasalahan birokrasi telah lama menjadi perhatian utama masyarakat dan
sudah seharusnya pula pemerintah menaruh perhatian lebih pada permaslahan
penghapusan BMN ini. Birokrasi yang berbelit-belit akan terus menjadikan penerapan
SABMN menjadi tidak efektif dan berisiko menimbulkan kerugian Negara dalam jumlah
yang tidak sedikit.
Selain kedua permasalahan diatas, penyajian untuk aset tetap yang sedang
diajukan penghapusannya masih tercatat di Neraca Poltekkes Bengkulu sebagai bagian
dari nilai tercatat Aset Tetap. Padahal, aset-aset ini sudah tidak lagi digunakan untuk
menunjang kegiatan operasional Poltekkes Bengkulu. Hal ini menyebabkan kerancuan
pada definisi aset tetap yang tercatat di Neraca. Aset-aset tetap yang sedang diajukan
penghapusannya dan sudah tidak lagi digunakan untuk operasional sebaiknya tidak lagi
dicatat ke dalam kelompok Aset Tetap dan dicatan dalam kelompok akun yang terpisah,
misalnya Aset Lainnya.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Manajemen aset tetap di Poltekkes Bengkulu terdiri dari lima tahapan kerja yang
satu sama lainnya berhubungan dan saling terintegrasi, yaitu:
a. Inventarisasi Aset
b. Legal Audit
c. Penilaian Aset
d. Optimalisasi Aset
Jenis transaksi yang dicatat dalam SABMN meliputi tiga jenis, yaitu:
Perolehan BMN
Selain itu, aset tetap yang sedang diajukan penghapusannya masih tercatat
sebagai komponen Aset Tetap pada Neraca. Aset-aset tetap yang sedang diajukan
penghapusannya dan sudah tidak lagi digunakan untuk operasional sebaiknya
tidak lagi dicatat ke dalam kelompok Aset Tetap di Neraca, tetapi dimasukkan ke
dalam kelompok Aset Lainnya, karena sudah digunakan untuk menunjang
kegiatan operasional Poltekkes Bengkulu.