Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
3 GFR sedang 30 – 59
4 GFR berat 15 – 29
3. Patofisiologi
Kerusakan ginjal bermula dari gangguan pada fungsi nefron. Akibat dari
kerusakan yang terjadi yaitu perubahan pada glomerulus dan tubulus. Pada
keadaan ini terjadi gangguan keseimbangan homeostatis dalam tubuh. Pada
stadium akhir keadaan ini dapat mengakibatkan gangguan pada semua system
tubuh.
- Ketidakseimbangan cairan
Pada tahap permulaan, ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasi urin dengan baik sehingga mengakibatkan kehilangan
cairan. Pada keadaan ini akan terjadi osmosis dieresis serta dehidrasi.
Kehilangan fungsi nefron mengakibatkan ketidakmampuan untuk
mendilusi urin. Mengakibatkan isosthenuria , kondisi ketika osmolaritas
urin dan plasma seimbang (sekitar 1.010) dinamakan fixed specific
gravity . terjadinya anuria serta kelebihan airan terjadi jika GFR
menurun sampai 5 ml/min.
- Ketidakseimbangan sodium
Perubahan sodium terjadi dikarenakan nefron tidak mampu melakukan
pertukaran sodium didalam tubuh. Peningkatan eliminasi yang terjadi
melalui proses osmosis diueresis menyebabkan dehidrasi. Selain itu,
hhiponatremia dan dehidrasi dapat pula disebabkan oleh mual dan
muntah. Jika pemasukan cairan excessive , dilusi hiponatremia, edema
serta peningkatan berat badan dapat saja terjadi. Ketidakmampuan ginjal
berespon terhadap perubahan keseimbangan serum sodium, pemasukan
cairan dapat menyebabkan hipernatremia, kelebihan volume serta
hipertensi.
- Ketidakseimbangan potassium
Pengontrolan keseimbangan cairan dan asidosis metabolic tidak akan
mnegakibatkan hiperkalemia menjadi masalah tahap akhir gagal ginjal.
Keseimbangan potassium dapat berhubungan dengan sekresi aldosteron.
Hiperkalemia dapat terjadi akibat ketidakseimbangan pertukaran
potassium, pemakaian obat- obatan, sakit hiperkatabolisme (infeksi),
hiponatremia, asidosis akut.
- Ketidakseimbangan asam basa
Asidosis metabolic dapat terjadi karena tubulus ginjal tidak mampu
mengekskresi ion hydrogen. Asam pada kondisi ini tidak dapat difiltrasi
dengan baik pada GBM, kondisi penurunan produksi ammonia serta
disfungsi sel tubulus. Selain itu kegagalan dalam pertukaran bikarbonat
juga dapat menjadi penyebabnya. Serum hydrogen dapat dibuffer oleh
garam tulang menyebabkan metabolic asidosis yang memungkinkan
terjadinya osteodistrofi
- Ketidakseimbangan magnesium
Pada permulaan CKD magnesium memiliki nilai normal, tetapi secara
progresif mengalami penurunan. Kombinasi penurunan ekskresi dan
pemasukan cairan yang berlebih dapat menyebabkan depresi
neuromuscular dan henti jantung/ paru.
- Ketidakseimbangan fosfor dan kalsium
Pada keadaan normal keseimbangan ini dipengaruhi oleh hormone
paratiroid. Yang memepengaruhi reabsorbsi kalsium oleh ginjal,
mobilisasi kalsium dari tulang, depresi tubulus yang mereabsorbsi
fosfor. Vitamin D membantu absorbsi calcium dari saluran
gastrointestinal. Pada keadaan fungsi ginjal berkurang 20 – 25 %, terjadi
penurunan aktivitas kinerja vit D sehingga menyebabbkan hipokalsemia.
Hipofosfotemia terjadi karena penurunan ekskresi ginjal. Penyebab ini
dapat menjadi pencetus kedua dari hipertiroidisme. Secara progresif, hal
ini dapat menyebabkan gangguan tulang yang disebut osteodistrofi
- Anemia
Penurunan eritropoetin dapat menyebabkan kondisi ini. Keadaan uremia
plasma dapat menyebabkan pemendekan kinerja RBCs dengan
menyebabkan kerusakan kemampuan membrane sel untuk memompa
sodium keluar mengakibatkan hemolisis dan swelling. Beberapa factor
yang dapat menyebabkan anemia diantaranya adalah kehilangan RBCs
pada ulserasi gastrointestinal, dialysis dan pengambilan darah untuk
laboratorium, defisiensi dialysis- induced folate, defisiensi zat besi, serta
penurunan hormon paratiroidisme yang menstimulasi fibrosis ostitis
( jaringan fibrosa yang menggantikan bone marrow). Pada tahap ini
terjadi normosistik, normokromik anemia pada saat hematokrit pada
batas 15% -30 %
- Kelainan perdarahan
Disebabkan oleh trombositopenia atau disfungsi platelet. Pada saat
terjadi akumulasi sisa nitrogen akan beresiko terjadinya hemoragik.
- Perubahan urea dan creatinin
Urea merupakan hasil dari metabolisme protein yang mengendap di
dalam ginjal. Nilai BUN tidak dapat diindikasikan untuk kegagalan
ginjal karena nilai BUN dapat dipenegaruhi oleh beberapa factor
antaranya peningkatan pemasukan protein, syok, serta dehidrasi. Serum
kreatinin lebih mengindikasikan kerja ginjal karena ekskresi kreatinin
ginjal merupakan penjumalahan dari hasil akumulasi dari seluruh tubuh.
Pada fungsi ginjal normal, penambahan serum kreatinin 1- 2 mg/dL
sebanding dengan penurunan GFR 120- 160 mL/min. pada gagal ginjal
berat, plasma kreatinin 10 mg/dL.
- Intoleransi karbohidrat
Intoleransi ini dapat disebabkan oleh kerusakan clearance insulin dan
resistensi periper terhadap insulin. Keracunan uremia dapat berhubungan
dengan kinerja insulin serta ikatan insulin berkurang pada keadaan ini.
Pada umumnya insulin akan menjadi normal ataupun mengalami
penurunan.
- Sindrom uremia
Sindrom ini terdapat pada semua tahap CKD, keadaan in dipengaruhi
oleh metabolisme serta menyebabkan gangguan pada semua system
tubuh. Selain itu dapat dipengaruhi oleh akumulasi sisa metabolisme
serta hormon paratiroid
Perubahan neurologi
Pada system ini terjadi neuropathy pada hamper 50% kasus,
peripheral neuropathy merupakan kejadian yang biasa pada
CKD. Gejala utama pada ekstremitas bawah termasuk kerusakan
respon sensori dan motorik, perasaan terbakar serta edema pada
kaki dan tangan. Komplikasi yang biasanya terjadi berupa
kehilangan sensasi/ kebas, pickling, dan pruritus dikarenakan
keabsenan pergerakan pada kaki. Perubahan progresif terjadi
pula pada system saraf pusat berupa drowsiness, gangguan pola
tidur, ketidakmamapuan dalam berkonsentrasi, penurunan
memory/ ingatan, halusinasi, demam, koma. Kejadian seperti
diatas dapat dikatakan sindrom uremik ensefalopati. Perubahan
ini terjadi akibat beberapa factor meliputi akumulasi uremia/
hormone paratiroid, penurunan ion kalsium pada cairan spinal
dengan retensi potassium dan fosfat, hipertensi, perubahan
transportasi cairan. Dialysis demensia merupakan kondisi yang
menyebabkan secara progresif seseorang melakukan terapi
hemodialisis
Perubahan kardiovaskuler
Hipertensi merupakan penyebab utama pada system ini, hal ini
disebabkan oleh perubahan secara vascular (nefrosklerosis),
peningkatan ekskresi rennin, ataupun kelebihan cairan. CHF dan
edema pulmonal dapat merupakan manifestasi dari kelebihan
cairan. Beberapa penyakit jantung yang berhubungan dengann
kondisi uremia yaitu stroke, aterosklerosis, infark miokard,
kardiomiopati, perikarditis, dan cardiac tamponade
Perubahan pernafasan
Kongesti pulmonall dapat terjadi walaupun tidak ada riwayat
kelebihan cairan. Pada umumnya dinamakan uremik paru/
uremik pneumonitis. Pneumonia merupakan kejadian akibat
CKD dikarenakan penurunana respon imun
Perubahan system gastrointestinal
Manifestasinya berupa mual, muntah, hiccups, anoreksia.
Penyebabnya masih belum diketahui tetapi kemungkinan dapat
disebabkan oleh hidrasi serta restriksi protein. Selain itu tanda
dan gejala yang khas yaitu terjadinya fetor uremik, terjadi
salvisasi urea mengalami gangguan serta terdapat ammonia
menyebabkan rasa ammonia pada pernafasan. Mukosa bibir
kering, serta lidah berwarna kuning kecoklatan. Gastritis,
penyakit peptic ulser, esofagitis, colitis serta luka pada mulut
(uremik stomatitis)biasa terjadi. Perdarahan gastrointestinal dapat
terjadi akibat ulserasi dan capillary fragility
Perubahan system musculoskeletal
Kegagalan metabolism pada tulang dapat menyebabkan
osteodistropi ginjal yang disebabkan oleh komplikasi
hiperparatiroid, perubahan kalsium dan fosfor, penurunan sintesis
vit D serta metabolic asidosis. Kondisi ini dipengaruhi pula oleh
peningkatan tendensi yang berakibat pada fraktur. Manifestasi
osteodistropi adalah osteomalaise (penumpukan osteoid material
setelah terjadi kalsifikasi, dan dapat juga disebabkan oleh
jaringan yang kekurangan vit D ataupun dari intake alumunium),
fibrosa ostitis (terjadi ketika jaringan fibrosa menggantikan
jaringan pada tulang dan dapat terjadi akibat hiperparatiroid) ,
kalsifikasi metastatis jaringan lunak (deposisi kalsium dan
Kristal fosfatpada jaringan synovial dan jaringan lunak mata)
serta osteosklerosis (disebabkan oleh redistribusi dan remodeling
peningkatan densitas tulang berpengaruh pada wajah, rangka dan
spinal)
Perubahan system hematologi
Pada CKD sedang ke berat terjadi normokromik serta
normosisitik anemia, selain itu terjadi pula ketidakmampuan
koagulasi yang disebabkan oleh akibat platelet pada sebaigian
pasien dengan uremia. Hal ini dapat menyebabkan epistaksis,
purpura, hemoragikdengan trauma atupun pembedahan. Depresi
respon imunologi serta pagositosis akan menyebabkan
peningkatan insiden infeksi uremia
Perubahan dermatologi
Perubahan yang terjdai berupa pruritus, kulit kering, perubahan
warna kulit/ pigmentasi. Uremia ditandai oleh sallow, pigmentasi
kuning pada kulit berhubungan dengan pallor anemia yang
dikompbinasikan oleh deposisi pigmen urokrom pada lemak
subkutan. Kulit kering/ serosis merupakan penyebab dari atropi
kelenjar keringat dan dehidrasi. Pruritus uremia berhubungan
dengan akses hormone paratiroid, deposit kulit, neuropati perifer
sedangkan uremia frost terjadi pada uremia akut pada saat
simpanan urea di ekskresi di keringat dan menjadi Kristal
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada CKD dapat diklasifikasikan dalam 4
kelompok, manifestasi yang terdapat akan memberikan gambaran secara klinis
CKD tersebut.
beberapa manifestasi klinis CKD sesuai dengan masalah yang ditimbulkan:
- Penuruanan fungsi
Peningkatan nilai BUN
Manifestasi klinis yang lainnya tidak muncul
- Insufisiensi ginjal
Azotermia
Nokturia
Anemia
- Gagal ginjal
Azotermia
Asidosis
Kerusakan dilusi urin
Anemia
Perubahan keseimbangan elektrolit (hipernatremia, hiperkaliemia,
hiperpospatemia)
- ESRD
Dipengaruhi oleh dua komponen yaitu: perubahan ekstretori dan mekanisme
regulasi yang akan mengakibatkan perubahan pada beberapa system organ
(kardiovaskuler, neuromuscular, hematologi, integument, hormonal
manifestasi. Pada kondisi ini ginjal tidak mampu lagi untuk
mempertahankan homeostatis
- Secara umum manifestasi klinis yang khas pada CKD yaitu:
Ktidakseimbangan elektrolit : mual, muntah, diare,hiponatremia,
hipernatremia, hipertensi, CHF, osteomalaise, ostetis fibrosa,
osteoslerosis,
Perubahan metabolic: hipoproteinemia, hiperkalemia, metabolic
asidosis
Perubahan hematologi: anemia, lemah, lemas, demam, hemolisis,
kehilangan kemampuan GI, perdarahan,
Perubahan GI: anoreksia, rasa garam, metalik, bau mulut ammonia,
stomatitis, parotitis, gingivitis, esofagitis, colitis, perdarahan GI,
diare, konstipasi
Perubahan imunologi: system imun menjadi rendah
Perubahan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia, hiperkalemia, asidosis,
hipermagnesemia, penurunan perfusi koronaria, atelerosklerosis,
abnormal metabolism KH dan lipid, miokremboli,
hiperparatiroidisme
Perubahan pernafasan: edema pulmonal, pneumonitis, paru uremik
Perubahan musculoskeletal: nyeri tulang, deformitas tulang,
osteodistropi
Perubahan integument: pruritus, kulit kering, perubahan warna kulit,
urokrome pigmentasi, rambut rontok
Perubahan neurologi: rasa terbakar pada kaki, ketidaknyamanan
posisi, perubahan pola gerak, paraplegia, kaki lemah, cepat lupa,
ketidakmampuan konsentrasi, disartria, depresi SSP, koma
Perubahan endokrin: hormone pertumbuhan dan prolaktin bertambah
Perubahan reproduksi: irregular menstruasi, amenor, infertilitas,
testicular atropi, oligospermae, penurunan motilitas sperma
Perubahan psikologis: dilusi, agitasi, emosi labil, depresi
5. Pemeriksaan diagnostic
- Laboratorium
Pemeriksaan darah
Komponen yang Nilai normal Nilai Rasional
diperiksa pada
CKD
6. Pengkajian keperawatan
System yang Gejala Tanda
dikaji
8. Manajeman konservatif
- Menegah memburuknya fungsi ginjal
- Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
- Mengurangi gejala uremia
- Koreksi factor reversible
- Pengobatan tepat
- Control hipertensi
- Cegah infeksi
- Pendidikan kesehatan
- Manajemen diet
Restriksi protein : agar memperhambat progress, mempertahankan
kondisi optimal, mengurangi akumulasi toksik, azotemia, mencegah
perburukan fungsi ginjal karena glomerulosklerosis
Konsumsi protein hewani (AA esensial):
CKD ringan (LFG 70 ml/ mnt): tanpa penurunan progresi ( DRP 1-
1,2 gr/Kg/ hr) dan penurunan progresif (DRP 0,5- 0,6 gr/Kg /hr)
CKD moderat (LFG 25- 70 )dan CKD lanjut: DRP 0,5- 0,6 gr/Kg /hr
Restriksi garam : 4-6 gr/hari (fungsi : mencegah retensi cairan dan
control hipertensi)
Restriksi cairan : cegah progres CKD
Restriksi potassium (pada tahap lanjut kelebihan potassium dapat
mengakibatkan hiperkalemia dan dapat menyebabkan abnormal
heart rhythm
- Terapi lain
Dialysis : hemodialisis dan peritoneal dialysis
Transplantasi
Komplikasi yang terjadi pada post transplantasi sebagai berikut:
Terjadi penolakan organ, rejeksi hiperakut (menit- jam), terjadi
thrombosis pada ginjal, rejeksi kronik (bulan- tahun), manifestasi
berupa peningkatan serum creatinin
Daftar pustaka
Patofisiologi CKD
CKD
Serum urea nitrogen
creatinin
Kerusakan nefron