Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. JUDUL
Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak Nyamplung dengan Menggunakan
Katalis Heterogen Cangkang Kerang.
hutan campuran (mixed-forest); cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak,
dan berbuah sepanjang tahun.
Biodiesel dihasilkan dari reaksi transesterifikasi dari trigliserida dengan alkohol dan
ditambahkan katalis untuk mempercepat reaksi. Produksi biodiesel dengan katalis homogen
menghasilkan rendemen yang tinggi dan waktu reaksi yang cepat. Namun permasalahan
yang timbul adalah diperlukannya teknologi yang lebih rumit untuk mendukung proses
pemisahan produk dari campuran katalis. Sementara dengan katalis heterogen, proses
pemisahan dapat berlangsung lebih cepat dan katalis dapat diregenerasi kembali.
C. PERUMUSAN MASALAH
Kebutuhan pembuatan biodiesel saat ini masih terkendala oleh rendemen tanaman
bahan baku yang rendah, persaingan bahan baku untuk kepentingan pangan, dan mahalnya
biaya produksi seperti harga katalis, serta proses tambahan jika menggunakan katalis
homogen. Oleh karena itu, penulis terinspirasi untuk membuat biodesel dengan bahan baku
dari tanaman yang kurang diketahui masyarakat namun ternyata berpotensial menghasilkan
minyak berendemen tinggi dengan menggunakan katalis dari limbah industri makanan yang
biasanya oleh kebanyakan orang dinilai tidak berguna lagi sehinga dibuang begitu saja dan
hal ini dapat mencemari lingkungan. Karenanya penulis berkeinginan melakukan penelitian
mengenai “Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak Nyamplung dengan
Menggunakan Katalis Cangkang Kerang”.
D. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Membuat biodiesel dari minyak nyamplung secara batch dengan katalis heterogen
cangkang kerang.
b) Memanfaatkan biji tanaman nyamplung dan cangkang kerang yang dihasilkan
c) Menciptakan energi yang terbarukan dengan bahan baku berendemen tinggi,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
d) Memperoleh kondisi operasi optimum dalam pembuatan biodiesel dari minyak
nyamplung dengan menggunakan cangkang kerang sebagai katalis heterogen padat.
3
F. KEGUNAAN
Kegunaan dari Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak Nyamplung dengan
Katalis Cangkang Kerang yaitu:
a) Sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
b) Dapat memanfaatkan limbah cangkang kerang
c) Teknologi terbarukan dalam proses pembuatan biodiesel dengan menggunakan
bahan baku minyak nyamplung
G. TINJAUAN PUSTAKA
Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan
(Wikipedia, 2010).
Keuntungan pemakaian biodiesel antara lain, dihasilkan dari sumber daya energi
terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin, bilangan setana tinggi (bilangan yang
menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam
ruang bakar mesin), viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik
daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin. Selain itu keuntungan biodiesel
juga dapat diproduksi secara lokal, mempunyai kandungan sulfur yang rendah, menurunkan
tingkat opasiti asap, menurunkan emisi gas buang dan yang terakhir keuntungannya adalah
pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility
petroleum diesel sampai 500 %.
4
Biodiesel memiliki karakteristik yang hampir sama dengan bahan bakar fosil solar.
Biodiesel dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi trigliserida yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewan dan reaksi esterifikasi asam lemak bebas (free fatty acid)
yang terdapat dalam minyak nyamplung dengan alcohol primer seperti metanol atau etanol.
Bahan baku
Trigliserida
Minyak atau lemak adalah substansi yang bersifat non soluble di air (hidrofobik)
terbuat dari satu mol gliserol dan tiga mol asam lemak. Minyak atau lemak juga biasa
dikenal sebagai trigliserida (Sonntag, 1979). Struktur kimia trigliserida disajikan pada
Gambar 1.
Nyamplung
Nyamplung termasuk dalam marga Callophylum yang mempunyai sebaran cukup
luas di dunia. Distribusi pohon nyamplung di Indonesia, mulai Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Selain itu, pohon tersebut juga
ditemui di wilayah Malaysia, Filipina, Thailand, dan Papua Nugini.
Nyamplung sebenarnya sudah berkembang sejak jaman Kerajaan Majapahit dengan
nama hitaullo dan digunakan sebagai alat penerang dalam pertemuan warga. Bagian
nyamplung yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel yaitu bagian bijinya. Biji
nyamplung berbentuk bulat tebal dan keras, berukuran relatif besar berdiameter 2,5-4 cm,
daging biji tipis dan biji yang telah kering dapat tahan disimpan selama 1 bulan, inti biji
mengandung minyak berwarna kuning kecoklatan.
2. Seluruh parameter kualitas biodiesel telah sesuai dengan standar SNI 04-7182-2006 dan
ASTMD 6751
3. Minyak biji nyamplung memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak
tanah. Dalam uji untuk mendidihkan air, ternyata minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml,
sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml.
4. Mempunyai keunggulan kompetitif di masa depan antara lain :
a. Biodiesel nyamplung dapat digunakan sebagai pencampur solar dengan komposisi
tertentu, bahkan dapat digunakan 100% apabila teknologi pengolahan tepat;
b. Kualitas emisi lebih baik dari solar;
c. Dapat digunakan sebagai biokarosen pengganti minyak tanah.
Alkohol
Alkohol digunakan sebagai reaktan dalam reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi.
Alkohol yang sering digunakan adalah metanol dan etanol. Dalam skala industri, metanol
lebih banyak digunakan karena harganya lebih murah daripada alkohol yang lain. Selain itu
methanol memiliki sifat yang lebih reaktif dibandingkan dengan jenis alkohol lainnya.
Alkohol diumpankan dalam reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi dalam jumlah
berlebih untuk mendapatkan konversi maksimum. Pemakaian alkohol yang berlebih tentu
saja menambah biaya produksi pembuatan biodiesel, oleh karena itu alkohol sisa di daur
ulang.
Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama yaitu katalis homogen dan
katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase
yang sama.
7
Salah satu cara untuk meningkatkan efiensi adalah dengan menggunakan katalis
heterogen. Pada prinsipnya perbedaan katalis homogen dengan katalis heterogen ialah pada
katalis heterogen material katalis dapat diambil kembali (tidak hilang) dan dapat digunakan
kembali sebagai katalis sehingga proses pembuatan biodiesel menjadi lebih sederhana dan
lebih murah. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan katalis heterogen
untuk proses transesterifikasi.
Cangkang Kerang
Cangkang kerang mengandung kadar kalsium karbonat (CaCO3) yang lebih tinggi di
banding cangkang telur, keramik, batu gamping atau bahan lainnya. Hal ini terlihat dari
tingkat kekerasan cangkang kerang. Semakin keras cangkang, maka semakin tinggi tingkat
kandungan kalsium karbonat (CaCO3) nya.
Cangkang kerang yang dijadikan sebagai katalis dalam pembuatan biodiesl
mengalami perlakuan pemanasan terlebih dahulu untuk mengubah struktur yang ada
dalamnya. Reaksi perlakuan pemanasan pada cangkang kerang
MgCO3- MgO- Ca(OH)2-Mg(OH)2-CaCO3 → -MgO-CaO
Ukuran katalis sangat berhubungan dengan luas kontak permukaan yang berdampak pada
reaksi, karena semakin besar luas kontak permukaan akan semakin cepat proses berlansung.
Shuli Yan dkk menggunakan katalis heterogen padat pada pembuatan biodiesel dari minyak
biji lobak dengan ukuran 0,3-0,8 mm yang menghasilkan konversi 92%.
Gliserol
Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang
bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang menyusun
berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis saat dikecap, namun
bersifat racun. Gliserol dapat diperoleh dari proses saponifikasi lemak hewan,
transesterifikasi pembuatan bahan bakar biodiesel dan proses epiklorohidrin serta proses
pengolahan minyak goring (Wikipedia, 2010).
Gliserol merupakan produk hasil samping pembuatan biodiesel yang paling penting
tetapi memiliki nilai ekonomis yang rendah karena masih mengandung impurities antara
8
lain metanol, asam lemak (sebagai sabun) dan garam. Crude gliserol didapatkan dari hasil
proses transesterifikasi trigliserida dengan larutan metoksida pada proses pembuatan
biodiesel.
Trigliserida bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan gliserin. Kedua produk
reaksi ini membentuk dua fasa yang mudah dipisahkan. Fasa gliserin terletak dibawah dan
fasa ester alkil diatas. Ester dapat dimurnikan lebih lanjut untuk memperoleh biodiesel yang
sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. Gliserin dimurnikan sebagai produk samping
pembuatan biodiesel. Gliserin merupakan senyawa penting dalam industri. Gliserin banyak
digunakan sebagai pelarut, bahan kosmetik, sabun cair, dan lain-lain. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh J.Y. Nurin Andyna pada tahun 2009, 100 gram minyak
nyamplung dapat menghasilkan 45 gram biodiesel dengan menggunakan katalis NaOH.
Mekanisme katalisis dengan katalis padat seperti CaO pada suatu reaksi
transesterifikasi dapat dilihat di bawah ini :
10
Pada reaksi transesterifikasi, langkah awal reaksi yang terjadi adalah proton dari
metanol berikatan dengan katalis CaO membentuk ion metoksida. Ion metoksida
menyerang karbonil karbon pada molekul trigliserida yang mengawali pembentukkan
alkoksi karbonil intermediet. Lalu alkoksi karbonil intermediet dibagi menjadi dua molekul
yaitu FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dan anion dari trigliserida. Anion dari trigliserida
berikatan dengan ion H+ membentuk digliserida dan pembentukan kembali CaO. Proses ini
mengalami perulangan, digliserida pada tahap 3 menjadi monogliserida dan akhirnya
gliserol (Kouzudkk, 2008).
baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C. Penggunaan katalis padat dapat
meminimalisir resiko terjadinya reaksi penyabunan dan memudahkan pada proses
pemisahan produk. Namun penggunaan katalis padat yang berlebihan dapat mengurangi
persen perolehan karena katalis padat akan mengadsorbsi produk yang terbentuk (Huaping
dkk, 2006).
4. Perbandingan Reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar antara
alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi menggunakan rasio molar alkohol-minyak =
1 : 6. Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempunyai viskositas
yang rendah dibandingkan viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala (flash point).
Hal ini disebabkan karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang mudah terbakar. Perbandingan
alkohol minyak = 1 : 2,2 (etanol : minyak) didapatkan campuran reaksi yang bagus
(Kusmiyati, 1995).
H. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan sedangkan untuk tempat pelaksanaan
dilakukan di Politeknik Negeri Bandung oleh 3 orang mahasiswa dan satu orang
pembimbing. Adapun analisa produk biodiesel yang dihasilkan dilakukan di laboratorium
di luar Politeknik Negeri Bandung dan di laboratorium Politeknik Negeri Bandung .
Materi Penelitian
Persiapan Peralatan
Persiapan yang dilakukan adalah peminjaman alat-alat dan perakitan sistem proses
pembuatan biodiesel secara batch. Peralatan tersebut meliputi seperangkan alat esterifiksai
dan alat transesterifikasi. Peralatan yang dipinjam sebagian besar berasal dari Laboratorium
Satuan Proses Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
12
Analisis Data
Tahap analisa produk yang dilakukan terdiri dari :
1) Pengukuran pH dilakukan dengan pH indikator.
2) Pengukuran viskositas dengan viskometer digital Brookfield.
3) Pengukuran bilangan asam menggunakan metoda titrimetri.
4) Pengukuran densitas dengan mengunakan piknometer.
5) Pengukuran titik nyala (flash point) dilakukan dengan alat Flash point tester.
6) Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan Bom kalorimeter.
I. JADWAL KEGIATAN
J. RANCANGAN BIAYA
Tabel 2. Rincian Biaya Bahan Pakai
No. Nama Bahan Jumlah Biaya per satuan Total
1 Minyak Nyamplung 15 L Rp. 4.500,00 Rp. 67.500,00
2 Methanol teknis 20 L Rp. 16.000,00 Rp. 320.000,00
3 Asam Sulfat 2L Rp. 15.000,00 Rp. 30.000,00
4 Cangkang kerang 5 kg Rp. 2.500,00 Rp. 12.500,00
5 Paraffin 6L Rp. 55.000,00 Rp. 330.000,00
6 Aquadest 40 L Rp. 3.000,00 Rp. 120.000,00
7 Phenoptaleint 1 pkg Rp. 100.000,00 Rp 100.000,00
8 Asam Asetat Glacial 1L Rp. 90.000,00 Rp. 90.000,00
15
K. DAFTAR PUSTAKA
Andyna, J.Y. Nurin. 2009. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Nyamplung
(Calophyllum inophyllum). http://digilib.itb.ac.id.
Ayu, Dyah dan Ali Zibbeni. 2009. Pengaruh Stir Washing, Bubble Washing, dan Dry
Washing Terhadap Kadar Metil Ester dalam Biodiesel dari Biji Nyamplung
(Calophyllum inophyllum). Surabaya : Institut Teknologi Surabaya.
Bustomi, Sofwan dkk. 2008. Nyamplung (Callophyllum inophyllum L) Sumber Energi
Biofuel yang Potensial. Jakarta : Departemen Kehutanan
Crane, Sylvie, et. Al. 2005. Composition of Fatty Acids Triacylglycerols and
Unsaponifiable Matter in Callophyllum callaba L. Oil from Guadeloupe.
Phytochemistry Vol. 66 : 1825 – 1831
Kouzu, Masato, Takekazu Kasuno dkk. 2008. Calcium Oxide as a Solid Base Caltalyst for
Transesterification of Soybean Oil and Its Application to Biodiesesl Production (on
line). http://www.sciencedirect.com.
Liu, Xuejun, He, Huayang dkk. 2007. Transesterification of Soybean Oil to Biodiesel Using
CaO as a Solid Base Catalyst (on line). http://www.sciencedirect.com
Mukti, Rendi dan Herti Nur Arianti. 2009. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang
Sebagai Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Bahan Baku Minyak
Goreng Bekas (Wate Cooking Oil). Bandung : Jurusan Teknik Kimia
Murniasih, Dedeh. 2009. Kajian Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Nyamplung.
Bogor : Institut Pertanian Bogor
Ngamcharussrivachai, Chawalit dkk. 2007. Modified Dolomites as Catalysts for Palm
Kernel Oil Transesterification. http://www.elsevier.com
Yan, Lu, Liang. 2007. Supported CaO Catalysts Used in the Transesterification of
Rapessed Oil for the Purpose of Biodiesel Production. http://www.sciencedirect.com.
Yoeswono, dkk.2008.kinetics of Palm Oil Tranesterification in Methanol with Potasium
Hydroxide as A Catatyst. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada
Yulistina, Citra dan Lidya Elizabeth. 2008. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa
dengan Katalis Kalsium Oksida. Bandung: Jurusan Teknik Kimia.
17
L. LAMPIRAN
Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a) Nama Lengkap : Shinta Aningditya
b) NIM : 08401025
c) Jurusan / Program Studi : Teknik Kimia / Teknik Kimia
d) Universitas/Institut/Politeknik : Politeknik Negeri Bandung
e) Alamat Rumah : Jl Paseban Raya no 11 Panghegar Permai 2
Bandung
f) No. Tel./HP : 085624704415
g) Alamat Email : im_shinta@yahoo.com
Tanda Tangan
Shinta Aningditya
NIM. 08401025
2. Anggota Pelaksana
Anggota 1
a) Nama Lengkap : Mira Anisa
b) NIM : 08401016
c) Jurusan / Program Studi : Teknik Kimia / Teknik Kimia
d) Universitas/Institut/Politeknik : Politeknik Negeri Bandung
e) Alamat Rumah : Jl Raya Bandung Km.9 No. 98 Cianjur
f) No. Tel./HP : 085222280175
g) Alamat Email : miraanisa@gmail.com
Tanda Tangan
Mira Anisa
08401016
18
Anggota 2
a) Nama Lengkap : Ade Trie Nugraha
b) NIM : 091411066
c) Jurusan / Program Studi : Teknik Kimia / Teknik Kimia
d) Universitas/Institut/Politeknik : Politeknik Negeri Bandung
e) Alamat Rumah : Jln. Situgunting Timur 2 No. 41 Bandung
f) No. Tel./HP : 085722211134
g) Alamat Email : adetrienugraha@gmail.com
Tanda Tangan
Tanda Tangan
Rispiandi, ST
NIP. 196910161995121001