Tahap Perkembangan Psikologi Anak Kaitannya dengan
Perawatan Gigi
Ali Taqwim
Para ahli ilmu jiwa anak membagi masa perkembangan ke dalam
beberapa periode, karena pada saat perkembangan tertentu, anak secara umum memperlihatkan ciri dan tingkah laku karakteristik yang hampir sama. Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisa, mencari pengalaman psikologis sama yang khas bagi individu pada umumnya yang dapat digunakan sebagai tanda perpindahan dari fase yang satu ke fase yang lain dalam perkembangannya (Laksmiastuti&Wardani, 2005).
Buhler (2004), membagi tahapan perkembangan seorang anak
secara psikologis. Tahapan tersebut terdiri dari 5 tahapan berdasarkan usia yaitu tahap 0-1 tahun, tahap 1-4 tahun, tahap 4-8 tahun, tahap 8-14 tahun, dan tahap 14-19 tahun.
Tahap 0-1 tahun
Pada tahap ini, anak mulai menghayati obyek di luar dirinya
sendiri, ketrampilan motoriknya mulai berkembang (Kartono, 1995), namun belum dapat diajak berkomunikasi. Anak cenderung takut terhadap benda atau orang yang belum dikenalnya. Sikap yang dianjurkan pada saat perawatan gigi adalah dengan melakukan pemeriksaan secepat dan sesingkat mungkin (Snawder, 1980; Laksmiastuti&Wardani, 2005).
Tahap 1-4 tahun
Tahap ini disebut juga fase bermain dengan subyektivitas yang
sangat menonjol. Anak mengenal dunia luas dengan penghayalan subyektif. Selain itu, anak juga suka memindahkan keadaan batinnya ke benda lain (misalnya sering berbicara sendiri dengan bonekanya atau hewan peliharaannya) (Kartono, 1995). Anak juga memiliki rasa takut pada orang asing atau sesuatu yang tidak dikenal, takut suara bising, cahaya terang, kegelapan dan takut dipisahkan dari orang tua. Selain itu, anak juga sering berpikiran tentang bahaya yang nyata maupun dari imajinasinya sendiri. Anak juga tidak suka menunggu lama (Laksmiastuti&Wardani, 2005).
Pada tahap ini ketrampilan motoriknya terus berkembang,
demikian juga ketrampilan berbahasanya. Anak sudah mulai bisa memahami kata-kata. Pada tahap ini anak umumnya sering bersikap kaku, menginginkan segala sesuatu sesuai keinginannya, menganggap harus memberi sebanyak dia menerima sesuatu, banyak bergerak seperti memukul dan menendang atau berlari, tetapi anak sudah mulai bisa diajak berkomunikasi dan berfikir. Sikap yang dianjurkan pada saat perawatan gigi adalah, pada usia 1-2 tahun dengan melakukan prosedur perawatan secara singkat dan sederhana. Pada anak usia 2-4 tahun, dokter gigi hendaknya memberi instruksi secara sederhana. Perlu kesabaran dan pengertian lebih, karena anak usia ini memerlukan kehangatan perasaan, persahabatan dan simpati dari orang lain (Snawder, 1980; Laksmiastuti&Wardani, 2005).
Tahap 4-8 tahun
Tahap ini merupakan masa bersosialisasi, mulai mengenal dunia
luar secara obyektif, mulai mengenal pekerjaan, kewajiban, mulai masuk sekolah, mulai punya tokoh identifikasi lain selain orang tua, yaitu guru (Kartono, 1995). Anak mulai menyukai percakapan, tidak terlalu menuntut tetapi tidak dapat menerima kritik, dan tidak mau disalahkan. Anak cenderung sukar beradaptasi dengan orang lain, orang lainlah yang harus menyesuaikan, keadaan emosi tergantung mood dan sering suka membesar-besarkan sesuatu (Laksmiastuti&Wardani, 2005).
Kemampuan intelektualnya mulai berkembnag, suka memberi
lebih pada orang lain, tetapi juga berharap mendapat lebih, selalu merasa dirinya benar dan selalu ingin menang. Usia 4-6 tahun merupakan puncak rasa takut seorang anak. Pada tahap ini, dokter gigi perlu pengertian yang besar dan perlu menjelaskan segala sesuatu dengan rinci. Anak sudah dapat mulai menerima instruksi dan dokter gigi mulai dapat melakukan prosedur perawatan yang lebih sistematis dan ideal, tetapi dengan sikap sedikit sikap toleran (Snawder, 1980; Laksmiastuti&Wardani, 2005).
Tahap 8-14 tahun
Pada tahap ini merupakan masa bereksperimen yang didorong
oleh rasa ingin tahu yang besar, pemusatan tenaga untuk berlatih dan bereksplorasi. Anak mulai menemukan identitas diri, obyektifitas (Kartono, 1995). Sudah mengerti hal yang baik dan buruk, lebih suka berkumpul dengan teman dibanding dengan keluarga. Pada usia ini anaka umumnya lebih bersikap toleransi, berusaha untuk mandiri, bersikap jujur, mematuhi peraturan dengan sukarela, mulai memeperhatikan tentang moral dan idealisme. Tahap ini merupakan masa eksplorasi intelektual, mulai timbulnya keinginan untuk mandiri, suka bekerjasama dengan orang lain, suka bekerja sosial, mulai memperhatikan kebersihan diri sendiri. Penderita anak-anak tidak mau dianggap remeh penderitaannya, tidak bisa dibujuk, cenderung mengatakan yang sesungguhnya. Anak mulai bisa mengendalikan rasa takutnya, tetapi tetap ada dalam dirinya. Pada tahap ini, dokter gigi sebaiknya tidak terlalu banyak menyalahkan, tetapi membiarkan anak merasa senang saat perawatan, melibatkan mereka apabila mungkin, memberi perhatian yang baik tentang keluhannya, rasa sakitnya, dan sebagainya. Berusaha mengerti tentang dia tanpa kesan memanjakan. Anak sudah dapat menerima tata cara perawatan yang ideal (Snawder, 1980; Laksmiastuti&Wardani, 2005).
Tahap 14-19 tahun
Pada tahap ini anak mulai memasuki masa kedewasaan,
sehingga obyektifitasnya terjadi dengan kesadaran. Mulai terjadi keselarasan antara sikap batin dan sikap yang keluar ke dunia nyata. Dokter gigi dapat melakukan pendekatan seperti pada penderita dewasa (Kartono, 1995).