Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bahan Ajar
Bahan ajar terdiri dari: (1) Pendahuluan, (2) Sistem Irigasi Curah, (3) Komponen Irigasi
Curah, (4) Sprinkler Berputar, (5) Hidrolika dalam Sistem Irigasi Curah, (6) Rancang
Bangun Irigasi Curah. Di dalam File Tambahan Topik 11 tercantum buku dalam pdf
berjudul Pressurized Irrigation, FAO, 2000.
1. Pendahuluan
Pada metoda irigasi curah, air irigasi diberikan dengan cara menyemprotkan air ke
udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti hujan. Penyemprotan dibuat
dengan mengalirkan air bertekanan melalui orifice kecil atau nozzle. Tekanan biasanya
didapatkan dengan pemompaan. Untuk mendapatkan penyebaran air yang seragam
diperlukan pemilihan ukuran nozzle, tekanan operasional, spasing sprinkler dan laju
infiltrasi tanah yang sesuai.
(a) (b)
Gambar 1. Irigasi curah pada tanaman jeruk (a) dan jagung (b)
Cara yang paling sederhana yang sering digunakan untuk irigasi sayuran oleh petani
kecil adalah dengan menyiram menggunakan emrat (ebor) seperti diperlihatkan pada
Gambar 2. Luas bedengan (petakan) sayuran biasanya hanya sekitar 6 m2 yakni panjang
6 m, dan lebar 1 m. Untuk tanaman berakar pendek (seperti selada, sawi, kangkung,
bayam, kenikir, dan sebagainya), pada waktu kondisi cuaca normal irigasi dilakukan
satu hari sekali sebanyak 80 liter per petakan (efisiensi ± 35%). Pada waktu hari panas
air irigasi diberikan sampai 4 kali per hari dengan total pemberian 320 liter per petakan
1
(efisiensi ± 9%) . Sistim ini memerlukan banyak tenaga kerja untuk penyiraman dan
1
Data diambil dari hasil wawancara dengan petani penggarap lahan kosong di kota Bekasi pada bulan
Januari 2006.
sumber air harus tersedia berada di dekat kebun. Satu keluarga dengan tenaga kerja 2
orang (istri dan bapak) hanya mampu mengelola kebun seluas 400 – 500 m2.
Faktor-faktor pembatas
Berbagai faktor pembatas penggunaan irigasi curah adalah:
a. Kecepatan dan arah angin berpengaruh terhadap pola penyebaran air
b. Air irigasi harus cukup bersih bebas dari pasir dan kotoran lainnya
c. Investasi awal cukup tinggi
d. Diperlukan tenaga penggerak di mana tekanan air berkisar antara 0,5 - 10 kg/cm2.
Pada sistim sprinkler terdapat 3 tipe utama yakni (a) sistim berpindah (portable system),
(b) sistim solid atau permanen, dan (c) sistim semi-permanen.
Lateral dipindahkan dengan tenaga manusia ke posisi berikutnya pada pipa utama.
Umumnya lateral berpindah antara satu sampai empat kali per hari tergantung pada “set-
time” yang ditetapkan. Lateral berpindah berurutan dari satu posisi ke posisi lain sampai
seluruh lahan terairi. Pada sistim ini juga sering digunakan 2 atau lebih lateral bekerja
simultan (Gambar 6).
Peletakan sistim pipa dapat bermacam cara. Gambar 7 memperlihatkan alternatif tata-
letak dimana pipa utama berada pada satu sisi dari lahan. Perpindahan dengan tenaga
manusia memerlukan hari orang kerja (HOK) yang cukup besar, sehingga hanya cocok
untuk daerah dimana tenaga kerja manusia tersedia banyak dan tak mahal.
Satu lateral
Dua lateral
.
Gambar 6. Sistem sprinkler berpindah
setting irigasi ke setting lainnya dengan menggunakan tenaga gerak motor bakar
(internal combustion engine).
Pada waktu irigasi, lateral tetap pada satu lokasi sampai sejumlah air irigasi selesai
diaplikasikan. Pompa dihentikan dan pipa lateral dilepas dari pipa utama, airnya
dibuang, kemudian posisi lateral dipindahkan dengan tenaga penggerak. Lateral
disambung kembali dengan pipa utama di posisi berikutnya.
Sistim ini cocok digunakan di lahan datar, luas, berbentuk segi empat dengan tanaman
rendah dalam barisan. Lateral dipasang melintang barisan tanaman sehingga roda
penggerak ditempatkan di antara baris tanaman.
Pergerakan lateral juga dapat berputar mengelilingi suatu poros dan disebut dengan
sistem center pivot (Gambar 9).
Mobile rain-gun system (MRS). Sistem ini menggunakan sprinkler putar besar yang
bekerja pada tekanan tinggi mengairi areal yang luas.. Umumnya sprinkler dipasang
pada alat angkut bergerak sinambung memotong lahan selama beroperasi dan disebut
travellers (Gambar 10). Akhir-akhir ini menjadi sangat populer karena biaya modal per
hektar relatif rendah dan kebutuhan tenaga kerja lebih kecil.
Rain-guns umumnya beroperasi pada tekanan tinggi 5 – 10 bar, dengan debit 40 – 120
m3/jam. Dalam satu setting mampu mengairi areal lebar 100 m dan panjang 400 m
(sekitar 4 ha). Laju aplikasi berkisar antara 5 – 35 mm/jam. Tersedia dalam dua tipe (a)
Hose-pull system, dan (b) Hose-reel system.
Suatu kabel baja pelurus pada sprinkler carriage ditarik sampai ujung terjauh lapangan
dan dipantek kuat ke tanah. Valve coupler perlahan dibuka memulai irigasi. Rain-gun
carriage ditarik baik oleh “water motor” dengan tenaga dari aliran air menggunakan
piston atau turbin, atau menggunakan motor bakar.
Jika mengairi tanaman tahunan seperti buah-buahan, maka jaringan pipa dan sprinkler
seringkali tetap di tempat dari musim ke musim. Dalam kasus ini sistim tesebut disebut
sebagai sistim permanen. Umumnya pada sistim permanen jaringan perpipaan ditanam
di bawah tanah untuk menghindari kerusakan dari kendaraan pertanian yang lewat, atau
dipasang permanen di atas tanaman.
Umumnya pada sistim solid atau permanen hanya sebagian dari sistim bekerja secara
simultan. Hal ini tergantung pada ukuran pipa dan jumlah air tersedia. Debit aliran
disalurkan dari satu blok ke blok lainnya melalui hidran atau katup. Pada kondisi khusus
misalnya untuk pencegahan kabut beku (frost) diperlukan operasi simultan di seluruh
lahan.
Sistim solid atau permanen ini memerlukan tenaga kerja jauh lebih sedikit daripada
sistim bergerak dan juga memerlukan tenaga trampil lebih sedikit. Akan tetapi investasi
awalnya lebih besar karena jumlah pipa, sprinkler, dan perlengkapannya akan lebih
banyak. Jadi sistim ini hanya cocok untuk daerah yang tenaga kerjanya langka dan
mahal.
Sistim Semi-Permanen
Beberapa sistim baru dkembangkan akhir-akhir ini untuk memperoleh keuntungan
keduanya baik dari sistim berpindah maupun sistim solid-set. Rancangan diarahkan
untuk mendapatkan suatu kombinasi baik biaya investasi rendah maupun tenaga buruh
yang diperlukan juga rendah. Sistim ini disebut sebagai Semi-Permanen yang terdiri
dari (a) Sprinkler-hop system, (b) Pipe-grid system, (c) Hose-pull system dan (d) Hose
move system
Sprinkler-hop system
Sistim ini dalam beberapa hal menyerupai sistim berpindah (portable), tetapi sprinkler
ditempatkan pada posisi selang-seling sepanjang lateral (Gambar 14). Jika sejumlah air
2
irigasi sudah diaplikasikan maka sprinkler dilepas dan dipindah-geserkan atau hopped
sepanjang lateral ke posisi berikutnya dengan perioda (lama) irigasi yang sama.
Pipe-grid systems
Sistim ini dalam beberapa aspek hampir sama dengan solid-set system. Pipa lateral
diameter kecil sekitar 25 mm digunakan supaya biaya investasi rendah. Pipa lateral
dipasang di seluruh lahan dan tetap berada di lokasi selama periode irigasi, sehingga
perpindahan pipa lateral antar irigasi dapat dihindarkan. Dua buah sprinkler disambung
ke masing-masing lateral. Jika jumlah air irigasi sudah cukup diaplikasikan, maka
masing-masing sprinkler dilepas dan dipindahkan sepanjang lateral ke posisi berikutnya.
Prosedur ini diulang sampai seluruh lahan terairi. Sprinkler kemudian dipasang lagi
pada posisi awal untuk memulai periode irigasi berikutnya. Sprinkler disambung ke
lateral menggunakan katup (valves) seperti yang digunakan pada hop-system. Sistim ini
2
Hop: berpindah tempat ke samping dengan menggeser posisi kaki (kamus webster)
mengairi pada laju aplikasi rendah dengan periode lama, seringkali malam hari juga
beroperasi. Seperti pada “hop” system perpindahan sprinkler dapat diatur sesuai dengan
aktivitas budidaya tanaman lainnya. Suatu tipikal sistim ini beroperasi setiap hari paling
tidak dua buah sprinkler berpindah pada setiap lateral. Satu sprinkler berpindah pada
siang hari dan yang lainnya pada malam hari (Gambar 15).
Penggunaan slang plastik seperti ini dapat mengurangi jumlah lateral permanen, selain
itu juga memungkinkan fleksibilitas yang tinggi pada waktu irigasi. Sprinkler dapat
dipindahkan ke dekat pohon yang masih muda untuk mencegah pembasahan yang tak
perlu di lahan. Meskipun sistim ini relatif lebih kecil biayanya daripada sistim
permanen, biasanya masalah akan muncul dengan slang plastik. Slang plastik mudah
rusak oleh peralatan mesin pertanian dan jika ditangani secara kasar, selain itu juga
cepat rusak jika kena sinar matahari secara terus menerus.
Umumnya komponen irigasi curah terdiri dari: (a) pompa dengan tenaga penggerak
sebagai sumber tekanan, (b) pipa utama, (c) pipa lateral, (d) pipa peninggi (riser), dan
(e) kepala sprinkler (sprinkler head) (Gambar 18).
Gambar 18a. Komponen sistem irigasi curah dengan tenaga motor listrik
Gambar 18b. Komponen sistem irigasi curah dengan tenaga motor bakar
Tenaga penggerak
Sumber tenaga penggerak pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar (internal
combustion engine)
Pipa utama
Pipa utama (main line) adalah pipa yang mengalirkan air dari pompa ke pipa lateral.
Pipa utama dapat dibuat permanen di atas atau di bawah permukaan tanah, dapat pula
berpindah (portable) dari satu lahan ke lahan yang lain... Pipa beton tidak cocok untuk
tekanan tinggi. Untuk pipa utama yang berpindah, pipa biasanya terbuat dari almunium
yang ringan dan dilengkapi dengan quick coupling (Gambar 19). Sedangkan untuk pipa
utama yang ditanam, umumnya dipasang pada kedalaman 0,75 m di bawah permukaan
tanah. Pipa utama berdiameter antara 75 – 200 mm.
Pipa lateral
Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari pipa utama ke sprinkler. Pipa utama
biasanya terbuat dari baja, beton, asbestos cement, PVC atau pipa fleksibel. Pipa lateral
ini berdiameter lebih kecil dari pipa utama, umumnya lateral berdiameter 50 – 125 mm,
dapat bersifat permanen atau berpindah. Pipa lateral biasanya tersedia di pasaran dengan
ukuran panjang 5, 6 atau 12 meter setiap potongnya. Setiap potongan pipa dilengkapi
dengan quick coupling untuk mempermudah dan mempercepat proses menyambung dan
melepas pipa (Gambar 20) .
Gambar 20. (a) Pipa fleksibel, (b) Pipa kaku berpindah dengan sambungan pipa cepat
(quick coupler), (c) pipa sambungan permanen
Satu nozzle
Pop up
Big gun
Dua nozzle
Komponen lain:
a. Saringan
Saringan diperlukan bila sumber air yang digunakan untuk irigasi sprinkler berupa air
permukaan. Saringan harus mampu menahan sisa-sisa tanaman, sampah, biji-biji
rumput dan partikel-partikel kecil lainnya.
b. Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan diperlukan untuk mengendapkan pasir dan sedimen yang terbawa
oleh air yang diambil dari sungai, saluran atau sumur yang bergaram.
d. Katup Sadap
Katup sadap diperlukan untuk mengontrol tekanan pada pipa lateral bila perbedaan
tekanan aliran antara pipa utama dan pipa lateral cukup besar.
f. Katup Pengaman
Merupakan katup untuk menghindarkan tekanan air di dalam pipa yang berlebihan.
g. Tangki Injeksi
Larutan pupuk dan kimia lainnya dapat diinjeksikan ke sistem sprinkler melalui tangki
injeksi. Sistem injeksi yang diterapkan dapat berupa tangki tertutup atau venturi seperti
Gambar 23.
4. Sprinkler berputar
Sprinkler bekerja dengan cara menyemprotkan air bertekanan lewat suatu lubang kecil
atau nozzle ke udara. Jet air ini selama perjalanannya akan pecah menjadi butiran air
dan jatuh ke tanah atau tanaman. Sprinkler berputar horizontal dan menghasilkan pola
pembasahan berbentuk lingkaran. Jarak dari sprinkler ke lingkaran terluar disebut jarak
lemparan (throw) atau radius pembasahan. Tipikal sprinkler kecil akan membasahi
lahan dengan diameter basah 36 m (Gambar 24).
Sprinkler berputar disebabkan oleh adanya aliran jet air dan beban pegas pada lengan
ayun (swing arm). Pada waktu sprinkler beroperasi, lengan ayun bergerak karena jet air
dan memukul kepala sprinkler ke satu sisi, kemudian lengan ayun kembali ke posisi
semula karena adanya tegangan pegas. Kecepatan putar dikendalikan oleh tegangan
pegas (Gambar 25).
a) Tangki tertutup
b) Venturi
Sprinkler dikatagorikan ke dalam jenis tekanan rendah, medium, dan tinggi seperti
dideskripsikan dalam Tabel 1. Kriteria utama untuk pemilihan adalah: (1) laju
penyiraman, sebagai fungsi dari debit, diameter basah, dan spasing; (2) keseragaman
pemakaian air; (3) ukuran butiran air sebagai fungsi dari diameter nozzle dan tekanan
operasional; (4) biaya
Gambar 25. Proses putaran sprinkler dan hubungannya dengan areal pembasahan
Gravitasi,
Sprinkler di bawah Permanen, over- Overhead Tekanan Mene-
Tipe sprinkler sprinkler di bawah Tekanan rendah Tekanan tinggi
pohon, normal head kecil ngah
pohon
Selang tekanan (kg/cm2) 0,7 - 1,0 1 - 2,5 3,5 - 4,5 2,5 - 4,0 1,5 - 2,5 2,5 - 5,0 5 - 10
Debit sprinkler (lt/det) 0,06- 0,25 0,06- 0,25 0,2 - 0,6 0,6 - 2,0 0,3 - 1,0 2 - 10 10 - 50
Diameter nozzle (mm) 1-6 1,5 - 6 3-6 6 - 10 3-6 40 - 80 20 - 40
Diameter semprotan (m) 18 - 30 9 - 24 9 - 18 0,7 54 - 100
Selang spasi sprinkler
(segi-empat) (m) 0,5 - 1 1 0,67 - 1 0,5 - 1 0,5
Rekomendasi Biasanya Biasa digunakan Digunakan Umumnya 2 nozzle dapat Biasanya nozzle Digunakan
Kecepatan putar sprinkler menggunakan untuk spasi rapat, untuk buah- digunakan untuk digunakan tunggal, laju pada tanaman
(rpm) nozzle tunggal, buah-buahan, buahan, spasing aplikasi rendah dengan tekanan pemakaian air rapat. Tidak
digunakan di nozzle tunggal, segi-tiga, (3,5 - 6 mm/jam) rendah daripada antara 6 - 12 cocok apabila
Kesesuaian bawah pohon, putaran rendah pemakaian air untuk mengurangi nozzle tunggal. mm/jam, tidak berangin
keseragaman rendah (1,5 - 3 pengaruh angin. Diperlukan sesuai untuk
rendah mm/hari) Riser tinggi overlap yang kondisi berangin
diperlukan untuk lebih banyak.
buah-buahan dan laju pemakaian
riser rendah untuk air tinggi
tanaman pangan
Debit
Kecepatan aliran dalam pipa diukur dalam satuan m/det. Sedangkan debit aliran (m3/det)
merupakan luas penampang aliran (m2) dikalikan dengan kecepatan (m/det). Untuk sistim
sprinkler yang kecil, angka dalam satuan ini sangat kecil sehingga seringkali digunakan
satuan m3/jam. Pengukuran debit dari nozzle putar dapat dilakukan dengan cara
menyambungkan nozzle dengan slang plastik dan air yang keluar ditampung dalam wadah.
Waktu yang diperlukan untuk memenuhi wadah dicatat, dan volume wadah diukur,
sehingga debit dapat dihitung (Gambar 26).
Laju aplikasi
Laju siraman dari sekelompok sprinkler disebut laju aplikasi (application rate), dinyatakan
dengan satuan mm/jam. Laju aplikasi tergantung pada ukuran nozzle, tekanan operasional,
spasi antar sprinkler, dan arah serta kecepatan angin. Setiap pabrik pembuat sprinkler
mempunyai informasi mengenai ini. Laju aplikasi harus lebih kecil dari laju infiltrasi tanah,
sehingga limpasan (run off) dan erosi percik dapat dicegah. Tabel 2 memberikan contoh
karaktersitik dari salah satu pabrik sprinkler.
Diameter
Tekanan Diameter Debit Laju aplikasi (mm/jam)
nozzle
(bar) basah (m) (m3/jam) untuk spasing (m)
(mm)
18 x 18 18 x 24 24 x 24
4 3,0 29 1,02 3,2
5 3,0 32 1,67 5,2 3,8
6 3,0 35 2,44 7,5 5,7 4,2
8 4,0 43 4,96 15,3 11,4 8,6
10 4,5 48 8,13 25,1 18,9 14,0
Tekanan operasi.
Peformansi suatu sprinkler akan baik jika mengikuti tekanan operasi yang disarankan oleh
pabrik pembuatnya. Jika tekanan operasi lebih kecil atau lebih besar dari yang
direkomendasikan maka akan terjadi penyimpangan kinerja seperti pada Gambar 27. Jika
tekanan terlalu rendah maka jet air tak mudah pecah sehingga sebagain besar air jatuh jauh
dari sprinkler. Butiran air yang besar akan jatuh dan merusak daun tanaman serta akan
memadatkan tanah. Jika tekanan terlalu besar, jet air pecah terlalu banyak menyebabkan
kabut mudah menguap dan hilang ke udara, dan sebagian besar air akan jatuh dekat
sprinkler. Kedua kondisi tersebut menyebabkan pola sebaran menyimpang jauh dari bentuk
segi-tiga. Kondisi tekanan rendah dan tekanan tinggi dapat diperagakan dengan mudah
seperti pada Gambar 28.
Gambar 28. Pengaruh tekanan pada pecahnya butiran dan jet air dari slang air
Pengukuran tekanan operasi pada waktu sistim bekerja dapat menggunakan Bourdon gauge
dilengkapi dengan pilot attachment pada lubang nozzle seperti pada Gambar 29. Untuk
melihat secara kasar di lapangan apakah tekanan operasional sudah memadai atau kurang
dapat digunakan petunjuk seperti pada Gambar 30
ditunjukkan pada Table 4. Sedangkan unjuk kerja dari sprinkler bernozle tunggal dan ganda
yang menunjukkan spasi optimum sprinkler disajikan pada Tabel 5a dan Tabel 5b
Tabel 5a. Spasi optimum (persegi empat) sprinkler ber nozle tunggal
Tabel 5b. Spasing optimum (persegi empat atau persegi tiga) sprinkler ber nozle ganda
Sebaran air
Umumnya sebaran air terbanyak berada di dekat sprinkler dan berkurang ke arah ujung.
Pola sebaran berbentuk segitiga (Gambar 31). Untuk membuat sebaran lebih seragam
beberapa sprinkler diletakkan secara overlap seperti pada Gambar 32. Pada kondisi tidak
ada angin, jarak spasi antar sprinkler dibuat sekitar 65% dari diameter basah.
Gambar 31. Pembasahan dan pola sebaran air dari satu sprinkler
Besarnya keseragaman sebaran air dari sprinkler dapat diukur di lapang dengan memasang
beberapa wadah penampung air dalam suatu grid dengan jarak tertentu (Gambar 33).
Selama waktu operasi tertentu, jumlah air yang tertampung dalam wadah diukur volumenya
dengan gelas ukur, kemudian dihitung kedalaman airnya dengan cara membagi volume air
dengan luas mulut wadah. Kemudian koefisien keseragaman (uniformity coefficient) dapat
dihitung.
Nilai keseragaman sebaran air dinyatakan dengan suatu parameter yang disebut koefisien
keseragaman (uniformity coefficient, Cu). Koefisien keseragaman (Cu) dipengaruhi oleh
hubungan antara tekanan, ukuran nozzle, spasing sprinkler dan kondisi angin. Menurut
Christiansen (1942), koefisien keseragaman dapat dihitung dengan persamaan /11.1/. Nilai
Cu sekitar 85% dianggap cukup baik untuk irigasi curah.
∑ X i − X
CU = 100 1,0 − ... /11.1/
X n
X : nilai rata-rata pengamatan (mm); n : jumlah total pengamatan; Xi : nilai masing-masing
pengamatan(mm).
(a)
(b)
(c)
Gambar 33. Tata-letak wadah untuk satu sprinkler (a), satu pipa lateral (b) dan diantara
beberapa sprinkler (c)
Contoh 11.1:
Tentukan nilai CU dari suatu percobaan di lapang dimana plot segi-empat dikelilingi oleh 4
buah sprinkler. Tipe sprinkler : 4,365 x 2,381 mm nozzle, dengan tekanan 2,8 kg/cm2. Spasi:
24 m x 24 m. Angin : 3,5 km/jam, arah Selatan - Barat. Kelembaban nisbi udara : 42%.
Waktu pengamatan : 1 jam. Hasil pengamatan seperti pada Gambar 34.
Tabel 7b. Spasi maksimum untuk sprinkler bertekanan rendah sampai medium
Set time
Istilah “set” adalah salah satu istilah yang sering digunakan dalam irigasi curah. Kata
tersebut merujuk pada suatu areal lahan yang diari oleh sebuah atau grup sprinkler. Set-time
adalah waktu yang digunakan sprinkler tersebut untuk menyelesaikan irigasi nya
(pemberian sejumlah air) pada satu posisi. Set-time tergantung pada laju aplikasi dan jumlah
air irigasi yang diperlukan.
Sekali suatu sistim irigasi curah dibangun, perubahan jumlah air yang diperlukan hanya
dapat diatur dengan merubah set-time. Tidak mungkin untuk merubah laju aplikasi karena
sudah tetap sesuai dengan tipe sprinkler, sistim pipa, dan pompa yang dipasang. Setiap
usaha untuk merubah laju aplikasi penyiraman dengan cara merubah tekanan operasi akan
menghasilkan sebaran air yang jelek .
Contoh 11.2:
Suatu sistim sprinkler digunakan pada laju aplikasi 10 mm/jam mengairi suatu areal
lapangan sejumlah 90 mm. Berapa set-time?
1. Kebutuhan air
Banyaknya air irigasi yang diberikan ditentukan berdasarkan kapasitas memegang air dari
tanah yang menunjukkan jumlah air tanah tersedia serta penyerapan air oleh tanaman.
Jumlah air tanah tersedia, yang merupakan selisih antara kapasitas lapang dengan titik layu
permanent, untuk beberpa jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 8. Akan tetapi, air irigasi
harus segera diberikan sebelum kadar air tanah mencapai titik layu permanent, yang disebut
dengan defisit air dibolehkan (MAD, management allowed deficit) seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. MAD
MAD (%) Tanaman dan kedalaman akar
25 – 40 Perakaran dangkal, tanaman sayuran dan buah-buahan bernilai tinggi
40 – 50 Buah-buahan1), perdu, berri dan tanaman dalam baris dengan perakaran
sedang
50 Tanaman pakan, tanaman biji-bijian dan tanaman baris dengan perakaran
dalam
1)
Beberapa tanaman buah-buahan mempunyai MAD yang lebih rendah pada masa akhir pembuahan
Total air tanah tersedia bagi tanaman merupakan jumlah dari air tanah tersedia pada semua
lapisan tanah tempat pertumbuhan akar. Kedalaman akar dari beberapa jenis tanaman
disajikan pada Tabel 10.
Kedalaman maksimum air irigasi (mm) yang diberikan per irigasi, dx, adalah:
MAD
dx = Wa Z / 11.2 /
100
dimana Wa : air tanah tersedia (mm/m) dan Z : kedalaman perakaran (m).
Interval antara dua pemberian air irigasi yang berturutan (f, hari) adalah:
f = dn /U d / 11.3 /
dimana dn : kedalaman air irigasi bersih per irigasi (mm), dan Ud : kebutuhan air tanaman
pada puncak kebutuhan (evapotranspirasi, Tabel 11.11) (mm/hari).
360 × Q
I= / 11.4 /
Se × Sl
dimana Q: debit curahan sprinkler (l/det), Se: spasing sepanjang lateral (m), dan Sl: spasing
antar lateral (m).
Untuk beberapa jenis tanah, laju pemberian maksimum disajikan pada Tabel 11.12,
sedangkan laju minimum yang disarankan adalah 3 mm/jam.
Lama pemberian air (T, jam) sebaiknya tidak melebihi dari 90 % waktu yang tersedia dalam
satu hari (24 jam) dan dihitung dengan rumus:
d
T= / 11.5 /
I
dimana d : kedalaman air total yang diberikan (mm), dan I : laju pemberian (mm/jam)
Berdasarkan persamaan di atas perlu dicatat bahwa f dan T adalah faktor penting yang
berhubungan dengan investasi modal per hektar dari perlengkapan alat. Makin besar hasil
kali f dan T makin kecil kapasitas sistem (biaya).
Contoh 11.5:
Tentukan kapasitas sistem irigasi curah untuk mengairi 16 hektar tanaman jagung. Laju
konsumsi air rencana (evapotranspirasi tanaman) = 5 mm/hari. Lengas tanah yang
digantikan di daerah perakaran pada setiap irigasi = 6 cm. Efisisensi irigasi 70%. Periode
(lamanya) irigasi adalah 10 hari, dengan selang irigasi 12 hari. Sistem ini dioperasikan
untuk 20 jam operasi per hari.
Penyelesaian :
Diketahui A = 16, f = 10, T = 20, d = 6, E = 0,7
Kapasitas sistem Q = 2,78 x (A x d)/(f x T x E) = 2,78 x (16 x 60)/(10 x 20 x 0,7) = 19
lt/det.
Contoh 11.6:
Suatu sistem irigasi curah dirancang untuk mengairi 8 hektar sayuran di tanah bertekstur
lempung berdebu (silt loam) dengan solum dalam, pada kondisi iklim cukup kering
(moderate dry). Lahan bertopografi datar. Tentukan: (a) batas laju pemberian air, (b)
periode (lama) irigasi, (c) kedalaman air irigasi neto setiap irigasi, (d) jumlah kedalaman air
yang dipompa untuk setiap pemakaian, dan (e) kapasitas sistem yang diperlukan per hektar
(cm/hari). Jika sistem ini beroperasi 15 jam/hari, tentukan kapasitas pompa (lt/detik)?.
Penyelesaian :
Dari Tabel 12. Batas laju pemakaian air = 1,3 cm/jam
3
Dari Tabel 8. Kapasitas tanah menahan air = 9,5 cm/m
Dari Tabel 10. Kedalaman daerah perakaran = 60 cm.
Dari Tabel 11, puncak konsumsi air oleh tanaman = 5 mm/hari. Jadi lama irigasi = 2,85/0,5
= 5,7 hari, dibulatkan 6 hari.
Untuk mengairi areal tersebut dalam waktu 6 hari, sistem tersebut harus mampu memompa
dengan debit (3,8 x 8)/6 = 5,05 ha.cm per hari atau (5,05 x 104 x 102 x 10-1)/(1 hari x 15
jam/hari x 3600 det/jam) = 9,4 lt/det.
Dapat juga dihitung dengan cara menggunakan persamaan /11.7/:
3
Kapasitas tanah menahan air sampai kapasitas lapang = 9,5 cm per meter kedalaman tanah
4
Faktor deplesi (p) = 50%
Dalam sistim irigasi curah, air dipompakan dari sumbernya (sumur, sungai, atau bendungan)
melalui pipa ke sprinkler, dan kemudian menyemprotkannya seseragam mungkin ke
tanaman. Rancangan rinci dari sistim ini harus dikerjakan oleh seorang insinyur ahli.
Tugasnya adalah memilih tipe yang sesuai dengan kondisi setempat, ukuran pompa, dan
ukuran unit tenaga penggerak. Untuk mengoperasikan perlengkapan sprinkler cukup oleh
teknisi yang tidak memerlukan keahlian rancangan. Akan tetapi pengetahuan tentang
bagaimana air dipompa dan mengalir dalam pipa, dan bagaimana disebarkannya oleh
sprinkler akan menolong teknisi atau operator irigasi curah untuk menggunakan
peralatannya secara baik dan benar.
Tekanan (Head)
Dalam pengertian umum tekanan adalah sebagai pengukur energi yang diperlukan untuk
mengoperasikan sistim sprinkler, dan secara spesifik didefinisikan sebagai gaya yang
bekerja seragam pada suatu luasan tertentu dengan satuan N/m2. Seringkali dinyatakan
dalam kN/m2, atau bar dimana 1 bar = 100 kN/m2 = 1 kgf/cm2 = 14,5 lbf/in2. Suatu tipikal
tekanan operasional untuk sprinkler kecil adalah 3 bar. Satuan lainnya yang sering dipakai
adalah psi (pound per square inch atau lbf/in2) dalam unit Imperial, dan kilogram gaya per
cm2 (kgf/cm2) dalam unit Eropa.
Tekanan dalam pipa dapat diukur dengan suatu alat Bourdon gauge (Gambar11.36). Di
dalam alat ini terdapat suatu tabung lengkung berbentuk oval yang berusaha untuk
meregang jika di bawah tekanan. Tabung ini dihubungkan dengan skala pengukur tekanan.
Insinyur perencana sering menyatakan tekanan dalam satuan tinggi air (head of water)
karena lebih nyaman untuk digunakan. Jika pengukur Bourdon digantikan dengan tabung
vertikal, tekanan air menyebabkan air dalam tabung akan naik. Tingginya kenaikan air ini
digunakan sebagai pengukur tekanan dalam pipa. Dalam SI unit: Head air (m) = 0,1 x
Tekanan (kN/m2), atau Head air (m) = 10 x Tekanan (bar). Pada imperial units : Head air
(ft) = 2,31 x Tekanan (psi).
Hidrolika Nozel
Secara umum hubungan antara tekanan atau head dengan debit sprinkler atau nozel
ditunjukkan pada persamaan berikut :
q = Kd P / 11.8 / q = Kd H / 11.9 /
dimana :
q: debit sprinkler (l/menit); Kd: koefisien debit nozel sesuai dengan peralatan yang
digunakan; P: tekanan operasi sprinkler (kPa); H: head operasi sprinkler (m)
Debit sprinkler juga dapat dihitung dengan rumus aliran pada orifice (Toricelli);
q = C.a 2g.h / 11.10 /
q: debit nozzle (m3/det); a: luas penampang nozzle atau orifice (m2); h: head tekanan pada
nozzle (m); g: gravitasi (m/det2); C: koefisien debit yang merupakan fungsi dari gesekan
dan kehilangan energi kontraksi (C untuk nozzle yang baik berkisar antara 0,95 - 0,96).
Atau dengan rumus
q = 0,00111.C.d 2 .P 1 / 2 / 11.11 /
q: lt/det; d: (mm); P: tekanan pada nozzle dalam kPa. Catatan: 1 mm air = 9,5 Pa; 1 atm =
10,34 m.
Tekanan operasi akan mempengaruhi ukuran butiran air yang keluar dari sprinkler. Tanda
(dalam Pillsbury, 1968), mengajukan suatu rumus untuk menentukan Indeks pemecahan air
(index of jet break up):
h
Pd = 0.4
/ 11.12 /
(10q)
Pd: indeks pemecahan air; h: head tekanan pada nozzle (m); q: debit sprinkler (lt/det).
Kehilangan energi gesekan pipa umumnya dihitung dengan rumus dari Hazen-William:
10,684.Q 1,85
v = 0,849.C.R 0, 63 .S 0,54 / 11.13 / dan hf = L / 11.14 /
C 1,85 .D 4,87
dimana: v: kecepatan rata-rata dalam pipa (m/detik); C: koefisien gesekan pipa; R: jari-jari
hidrolik (m); R = D/4 untuk penampang pipa lingkaran; L: panjang pipa (m); D: diameter
dalam pipa (m); S : gradien hidrolik = hf/L; hf : kehilangan head (m); Q : debit aliran
(m3/detik).
K s LQ 1,9
Hf = 4,9
(4,10 x10 − 6 ) / 11.15 /
D
dimana Hf: kehilangan tekanan karena gesekan (m), Ks: koefisien Scobey, L: panjang pipa
(m), Q: debit pipa (lt/det) dan D: diameter dalam (mm). Nilai Ks = 0,40 untuk pipa besi dan
alumunium dengan coupler; 0,42 untuk pipa galvanis dengan coupler.
Nilai C pada rumus Hazen-William, tergantung pada derajat kehalusan pipa bagian dalam,
jenis bahan pembuat pipa dan umur pipa (Tabel 13). Tabel 14 dan Tabel 15 dapat digunakan
untuk pendugaan kehilangan energi gesekan dari berbagai jenis pipa dengan nilai C tertentu
pada berbagai nilai debit aliran dan diameter pipa.
Contoh 11.7
Hitung kehilangan tekanan (head) karena gesekan pada pipa besi (baru) berdiameter 10 cm,
panjang 120 m jika air mengalir dengan debit 10 liter/detik.
Penyelesaian:
Dari Tabel 13, C untuk pipa besi baru = 130
10,684(0,01)1,85
Menggunakan rumus /11.14/: h f = × L = 0,019 x 120 m = 2,3 m
1301,85 (0,1) 4,87
Berikut ini persamaan-persamaan yang juga biasa digunakan dalam menentukan kehilangan
tekanan akibat friksi atau friction loss pada bahan plastik pipa lateral dan pipa utama sistem
irigasi curah :
hf = J × ( L / 100) / 11.18 /
Dengan multi outlet yang berjarak seragam
hf = J × F × ( L / 100) / 11.19 /
Untuk sambungan
hl = Kr × 8,26 × 10 4 × (Q 2 / D 4 ) / 11.20 /
dimana :
J: gradien kehilangan head (m/100 m), hf: kehilangan head akibat gesekan (m), hl:
kehilangan head akibat adanya katup dan sambungan (m), Q: debit sistem (l/det), D:
diameter dalam pipa (mm), F: koefesien reduksi (Tabel 16), Kr: koefesien resistansi (Tabel
17), L: panjang pipa (m).
Kehilangan head akibat gesekan untuk pipa PVC dapat juga ditentukan dengan
menggunakan nomogram pada Gambar 36.
Tabel 17. Koefisien resistansi, Kr, untuk pipa plastik dan alumunium
Nominal diameter , in
Fitting/katup 2 3 4 5 6 8 10 12
Coupler :
- ABC 1,2 0,8 0,4 0,3
- Hook-latch 0,6 0,4 0,3 0,2 0,2
- Ring-lock 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Elbow :
- Radius besar 0,4 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2
- Radius kecil 0,8 0,7 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5
Tee :
- Hidran 0,6 0,5 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3
- Side outlet 1,6 1,3 1,2 1,1 1,0 0,9 0,8 0,8
- Line flow 0,8 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4
- Side inlet 2,4 1,9 1,7 1,5 1,4 1,2 1,1 1,1
Katup :
- Butterfly 1,2 1,2 1,1 1,0 0,8 0,6 0,5 0,5
- Plate 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
- Check 2,2 2,0 1,8 1,5 1,5 1,3 1,2 1,1
- Hidran 8,0 7,5 7,0 6,7
Strainer 1,5 1,3 1,0 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5
Untuk memperoleh penyiraman yang seragam sepanjang lateral, diameter dan panjang pipa
serta penempatannya ditentukan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan variasi debit yang
tidak melebihi 10%. Distribusi debit yang ditentukan berdasarkan distribusi tekanan
dijelaskan dengan persamaan berikut :
Pin x − Pend x
∆Q = × 100 / 11.21 /
Pe x
dimana :
∆Q: perbedaan debit sprinkler sepanjang lateral (%), Pin: tekanan pada inlet/pangkal lateral
(m), Pend: tekanan pada outlet/ujung lateral (m), Pe: tekanan rata-rata pada sprinkler (m), x:
eksponen debit sprinkler.
Kehilangan tekanan pada debit tertentu akan lebih besar terjadi pada diameter pipa yang
lebih kecil. Kehilangan tekanan akan naik secara cepat dengan bertambahnya debit aliran,
khususnya pada dimeter pipa kecil. Kehilangan tekanan bertambah secara linier dengan
bertambah panjangnya pipa, jika panjang pipa menjadi dua kali maka kehilangan tekanan
juga menjadi dua kali.
Diameter pipa ditentukan berdasarkan kehilangan tekanan yang diijinkan, yaitu diameter
yang memberikan kehilangan tekanan lebih kecil pada debit aliran yang diinginan. Sebagai
pegangan kasar untuk menentukan diameter pipa pada berbagai debit dan panjang pipa
dapat digunakan Tabel 17 yang didasarkan pada kecepatan aliran dalam pipa lebih kecil dari
1,5 m/det.
Kehilangan head pada sub unit (∆Ps) dibatasi tidak lebih dari 20% dari tekanan operasi rata-
rata sistem. Kehilangan head (hf) pada lateral harus lebih kecil atau sama dengan ∆Hl,
demikian juga halnya pada manifold (pembagi) kehilangan headnya (hf) harus lebih kecil
atau sama dengan ∆Hm. Kehilangan tekanan karena gesekan di pipa utama maksimum
sebesar 0.41 m/10 m. Tekanan inlet lateral yang tertinggi diambil sebagai outlet manifold
pada sub unit.
Besarnya tekanan total dari sistem irigasi curah (total dinamic head,TDH) dihitung dengan
persamaan :
Ht = Hn + Hm + Hj + Hs .. /11.28/
dimana: Ht: total tekanan rencana yang diperlukan pompa untuk bekerja=TDH (m); Hn:
maksimum tekanan yang diperlukan pada pipa utama untuk menggerakan sprinkler pada
lateral dengan tekanan operasional tertentu, termasuk tinggi raiser (m); Hm: maksimum
energi hilang karena gesekan pada pipa utama, tinggi hisap dan NPSH (net positive suction
head) pompa (m); Hj: beda elevasi antara pompa dengan titik sambung lateral dengan pipa
utama (m); Hs: beda elevasi antara pompa dengan muka air sesudah drawdown (m).
Besarnya tenaga yang diperlukan untuk pemompaan air tergantung pada debit pemompaan,
total head, dan efisiensi pemompaan yang secara matematis ditunjukkan pada persamaan
berikut :
Q × TDH
BHP = / 11.29 /
C × Ep
dimana :
BHP: tenaga penggerak (kW), Q: debit pemompaan (l/detik), TDH: total dynamic head (m),
C: faktor konversi sebesar 102,0, Ep: efisiensi pemompaan
Dampak negatif palu air dapat dihindari dengan cara: (a) kecepatan aliran di pipa utama
tidak melebihi 2 m/det, (b) memulai dan mengahiri pemompaan secara perlahan, (c)
menutup katup atau hidran secara perlahan, (d) membuat jembatan pipa pada lokasi pipa
fleksibel yang dilalui kendaraan (Gambar 39), (e) mencegah penyumbatan dengan cara
penyaringan air irigasi dari sumbernya.
Penggunaan Pupuk
Larutan pupuk disimpan dalam suatu tangki dan dihubungkan dengan pipa lateral melalui
suatu venturi untuk mendapatkan perbedaan tekanan, sehingga larutan pupuk dapat
mengalir bersama dengan air irigasi.
Larutan pupuk dapat pula dihubungkan melalui pipa isap dari pompa. Sistim ini lebih
sederhana tetapi harus hati-hati dalam pemakaiannya karena dapat merusak baling-baling
(impeller) pompa menjadi mudah karatan. Kuantitas pupuk yang diinjeksikan dihitung
berdasarkan persamaan:
D s × Dl × N s × W f
WF = / 11.30 /
10000
WF: jumlah pupuk untuk setiap pemakaian (kg); Ds : jarak antar sprinkler (m); Dl : jarak
antar lateral (m); Ns : jumlah sprinkler; Wf : dosis pupuk yang direkomendasikan (kg/ha)
Contoh 11.8 :
Setiap lateral mempunyai 12 sprinkler dengan jarak antar sprinkler 14 meter. Jarak antar
lateral 20 meter. Tentukan jumlah pupuk yang digunakan setiap penyiraman apabila dosis
yang direkomendasikan 80 kg/ha.
Untuk merancang bangun suatu sistem irigasi curah, disarankan untuk mengikuti prosedur
sebagai berikut:
1. Kumpulkan informasi/data mengenai tanah, topografi, sumber air, sumber tenaga, jenis
tanaman yang akan di tanam dan rencana jadwal tanam
2. Penentuan kebutuhan air irigasi :
a. Prediksi jumlah atau kedalaman air irigasi yang diperlukan pada setiap pemberian
air
b. Tentukan kebutuhan air irigasi: puncak, harian, musiman atau tahunan
c. Tentukan frekuensi atau interval irigasi
d. Tentukan kapasitas sistem yang diperlukan
e. Tentukan laju pemberian air yang optimal
3. Desain sistem :
a. Tentukan spasing, debit, ukuran nozle dan tekanan operasi dari sprinkler pada
kondisi laju pemberian air yang optimal serta jumlah sprinkler yang dioperasikan
secara bersamaan
b. Desain tata-letak dari sistem yang terbaik yang memenuhi (a)
c. Bila diperlukan lakukan penyesuaian (adjusment) dari (2) dan (3a)
d. Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa lateral
e. Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa utama
4. Penentuan pompa :
a. Tentukan total tenaga dinamik (TDH) yang diperlukan
b. Tentukan pompa yang sesuai dengan debit dan TDH yang diperlukan
Contoh 11.9:
Tentukan rancang bangun sistim irigasi sprinkler berpindah untuk lahan seluas 16,2 ha.
Laju pemberian maksimum = 15 mm/jam, laju pemberian 58 mm selama 8,1 hari atau
seluas 2 ha per hari. Kecepatan angin = 6,7 km/jam, Ha = 276 kPa, Hj = 1,0 m, He = 0,6 m,
Hs = 5,0 m, Hr = 0,8 m, NPSH = 2,0 m, Sl = 12 m dan Sm = 18 m. Variasi tekanan di
lateral yang diijinkan = 20 % dari tekanan rata-rata. Sumur terletak di tengah lahan.
Penyelesaian:
Tata letak dari sprinkler, lateral dan pipa utama adalah seperti Gambar 40 berikut.
Asumsi bahwa sprinkler pertama berjarak 12 m dari pipa utama, maka jumlah sprinkler per
lateral = (201.2 – 12)/12 = 15,8 , dibulatkan menjadi 16 buah
Asumsi bahwa lateral pertama berjarak 12 m dari sisi, maka jumlah lateral = (402,5 – 12)/18
= 21,7 , dibulatkan menjadi 22 buah.
(1) Jumlah lateral yang beroperasi per hari : (2,0 ha x 10000 m2/ha)/(16 x 12 m x 18 m) =
5,8 , dibulatkan menjadi 6 buah lateral
Untuk menekan jumlah lateral yang dipindahkan, maka dapat dipilih 2 buah lateral yang
beroperasi bersamaan dan dipindahkan 3 kali per hari.
(2) Sprinkler :
Debit per sprinkler
Q = (12 m x 18 m x 15 mm/hr x 10000 cm2/m2)/(10 mm/cm x 100 cm3/lt x 3600
det/jam) = 0,9 lt/det
Debit per lateral = 16 x 0.9 = 14,4 lt/det
Debit per operasi = kapasitas sistem = 2 x 14,4 = 28,8 lt/det
Dari Tabel 11.4, dengan Ha= 276 kPa dan debit 0,9 lt/det, sprinkler yang sesuai adalah
yang berukuran 6,35 mm x 3, 97 mm dengan diameter pembahasan 31 m.
Dengan persamaan /11.15/ hitung kehilangan tekanan pada pipa lateral (192 m) dan pipa
utama (189 m) untuk pipa 76,2 mm, 101,6 mm dan 127,0 mm. Nilai F untuk 16
sprinkler = 0,38
Dipilih pipa lateral yang berdiameter 101,6 mm (3,2 m < 5,0 m) dan pipa utama yang
berdiameter 127,0 mm (2,7 < 7,7)
Pertanyaan :
Daftar Pustaka
1. Keller, J dan R.D. Bliesner. 1990. Sprinkle and Trickle Irrigation. AVI Book. New
York. USA
2. Phocaides, A. 2000. Technical Handbook on Pressurized Irrigation Techniques. Food
and Agriculture Organization of The United Nations, Rome, Italy.
3. Kay, Melvyn, 1983. Sprinkler Irrigation: Equipment and Practices. Batsford Acad emic
and Educational, London. UK
4. Michael, A.M., 1978. Irrigation: Theory and Practice. Vikas Publ. Ltd. New Delhi
5. Prastowo dan Liyantono. 2002. Prosedur Rancangan Irigasi Curah. Laboratorium
Teknik Tanah dan Air, Jurusan Teknik Pertanian, Fateta IPB.
6. Schwab, G.O., R.K. Frevert, T.W. Edminster, K.K. Barnes, 1981. Soil and Water
Conservation Engineering. John Wiley & Sons, New York, USA.
7. Jensen, M.E. 1980. Desain and Operation of Farm Irrigation System.ASAE. Michigan.
USA