Você está na página 1de 7

http://3rr0rists.com/medical/pemeriksaan-fisik-abdomen.

html
Pemeriksaan Fisik Abdomen

Suatu gejala merupakan manifestasi subjektif dari gangguan fungsi, dan tidak spesifik
untuk suatu penyakit, melainkan lebih condong kepada keadaan patofisiologinya,
misalnya gejala febris, bukan hanya merupakan gejala penyakit tifus abdominalis
namun dapat timbul juga pada penyakit yg lain seperti influenza, morbili,
pneumonia,dsb.

Pada traktus gastrointestinal (GIT) / saluran pencernaan, perubahan patofisiologis


dapat berupa perubahan sekresi, perubahan gerakan usus, pencernaan yang tidak
adekuat, gangguan penyerapan, atau bahkan suatu sumbatan (obstruksi). Akibat dari
gangguan fisiologis tersebut menimbulkan gejala seperti : nyeri abdomen, disfagia,
anoreksia, mual, muntah, perut kembung, konstipasi dan diare.

Sebaliknya tanda-tanda fisik penyakit GIT memperlihatkan secara objektif adanya


proses patologis dalam rongga abdomen misalnya : nyeri perut, ketegangan dinding
perut, terabanya massa, perubahan bunyi bising usus, adanya perdarahan, ikterus, dan
stigmata disfungsi hati.

Pada pemeriksaan fisik abdomen sama seperti pemeriksaan abdomen pada Penyakit
Dalam yaitu melalui tahapan : inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi, namun pada
penderita yang sangat kesakitan sebaiknya urutan pemeriksaan dari yang tidak
menyakitkan dahulu yaitu : inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Dengan
sistematika seperti ini diharapkan gejala/tanda dari gangguan pada organ-organ
intraabdomen tidak ada yang terlewatkan, misalnya tanda-tanda peritonitis, apendisitis
akut, asites, dsb.

http://blog.ilmukeperawatan.com/cara-melakukan-pemeriksaan-fisik-abdomen.html

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi,


palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan
perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita
belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.

TOPOGRAFI ANATOMI ABDOMEN


Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal
melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan
bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua
garis vertikal.
? Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
? Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-
line abdomen.
? Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal
kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka
kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat
dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di
daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri
bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal
yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung
kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.

INSPEKSI

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama
dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
? Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-
bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan
lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena
(obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
? Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
? Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali,
kista ovarii, hidronefrosis).
? Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
? Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
? Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
? Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan
gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

Perhatikan juga gerakan pasien:


? Pasien sering merubah posisi ? adanya obstruksi usus.
? Pasien sering menghindari gerakan ? iritasi peritoneum generalisata.
? Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi ?
peritonitis.
? Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri ?
pankreatitis parah.

AUSKULTASI
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising
pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
? Mendengarkan suara peristaltic usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh
bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara
dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi).
Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih
tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-sound).
Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan
sampai hilang.
? Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada
aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal,
terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.

PALPASI
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
? Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
? Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan
untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak
melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding
abdomen.
? Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
? Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta
untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan
menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus
rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang
selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
? Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan
kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di
bagian depan dinding abdomen.
? Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.
Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan
cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga
organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat
memantul.
Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan
pada organ oleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
? Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan,
dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.

Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas.
Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS.
Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba.
Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan
berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus

PERKUSI
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan,
menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa
berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta
adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal
adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup;
organ yang padat).
? Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk
mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi
usus, pekak hati akan menghilang.
? Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi
timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness dominant.
Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan akan
terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah. Cara pemeriksaan asites:
o Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada
satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan
ke sisi yang lain.
Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi
abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding
abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.
o Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur
terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua
sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai
tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya peralihan suara
redup.

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

NAMA :SUGENG WALUYO,S.Kep,S.Pd


Lahir : Banyuwangi, 28 Agustus 1974
Kode Akses : 110
Alamat : Benculuk – Cluring
Dinas : Bidang P2P Dinkes Bayuwangi
Silabus KDM Dosen Sugeng W
Pemeriksaan Fisik Abdomen : 6 x 50 menit
Konsep dasar Nuritrisi : 4 x 50 menit
Konsep Keseimbangan nutrisi : 6 x 50 menit

Pemeriksaan Fisik Abdomen


Persiapan Alat :
Stetoskop
Penggaris Kecil
Pita Pengukur
Pensil Gambar
Bantal Kecil
Persiapan Klien
Anjurkan klien utk mengosongkan kandung kencing
Atur ruangan agar dlm keadaan hangat
Tutupi dada atas dan tungkai
Buka abdomen Klien sd symphisis
Posisi klien terlentang tangan di kedua sisi sedikit menekuk
Letakan bantal di bawah lutut
Letakan bantal di bawah kepala
Jaga tangan P dan stetoskop dlm keadaan hangat
Riwayat
Bila kaji PQRST◊Klien mengalami Nyeri Abdomen
Tanyakan kebiasaan BAB Klien
terlokalisir dan◊Perhatikan gerakan dan posisi Klien terimobilisasi
Tanyakan apakah klien pernah Operasi
Tanyakan perubahan BB 24 jam terakhir

6. Kaji sendawa, sulit menelan,flatulensi,HM, diare,dst.


7. Tanyakan riwayat kanker ginjal, HT
8. Tentukan klien hamil atau tidak
9. Tanyakan apakah klien dlm pengaruh Obat
10. Minta klien menunjukkan lokasi nyeri sblm Pemeriksaan
Tekhnik pengkajian
1. Inspeksi

e. Bila abdomen tampak tegang minta klien berbalik ke samping; inspeksi area iga
dan panggul
ukur lingkar abdomen◊f. Bila di duga ada penegangan
g. Inspeksi gerakan respirasi normal ( srg pd laki-laki)
2. Auskultasi
Siapkan hangatkan berikut tangan perawat◊stetoskop
Tanyakan pd Klien w’ terakhir makan
Tentukan bagian stetoskop; diafragma utk usus dan bell utk pembuluh darah

d. Letakan sisi diafragma pada kuadran kiri bawah


dengarkan peristaltik usus (suara seperti bunyi berkumur ).
Normal terdengar setiap 5 detik sd 20 detik dg durasi lbh dari atau krg dari 1 detik.
Literatur lain 5 sd 35 kali per menit

Pelaporan ;
Suara usus terdengar tidak ada/ Hipoaktif, sangat lambat,
( mis; sekali dalam 1 menit ),
Hiperaktif (mis; tiap 3 detik).
Normoperistaltik (tiap 5 – 20 dtk)

e. Bila usus jarang sekali atau tdk ada maka tahan 3 – 5 menit
f. Letakan bagian bel stetoskop di atas aorta, arteri renal, arteri iliaka.
- Aorta di bawah superior umbilikus
Arteri renal pd garis tengah perut atau ke arah kiri atau ke kanan dari garis perut bag.
Atas mendekati panggul
Arteri iliaka pd area bwh umbilikus sbl kiri atau kanan.

Perkusi
Dimulai dari kwadran kanan atas kmd bergerak searah jarum jam
Perhatikan reaksi klien dan catat bila merasa nyeri
Lakukan perkusi pd area timpani dan redup
◊Timpani Udara
masa padat◊Redup
PALPASI
Tujuan :
Mengetahui bentuk, ukuran, konsistensi, dan struktur organ intra abdominal
Metode Palpasi
Palpasi Ringan
Letakan tangan dg jari-jari paralel thd perut
Gerakan jari melingkar dan tekan ke bawah sedalam 1 cm ( subcutan)
Lihat ekspresi wajah klien
Anjurkan klien memberi tahu area nyeri
2. Palpasi Dalam
Lakukan pd 4 kwadran dg area sensitif plg akhir
Tekan ¼ distal permukaan tangan pd tangan yang lain yg di letakan pd dinding perut.
Penekanan ke bawah dilakukan sedalam 4 – 5 cm atau mendekati jaringan subcutan.
Catat adanya masa, jelaskan ttg ; ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, konsistensi &
nyeri tekan.
Kesalahan : dikira adanya massa padahal batas lateral M.rektus abdominalis dan
faeces dlm kolon.
Scr khusus utk menget; hepar, lien. Renal, kandung kemih
Pengkajian Tk. Mahir
Palpasi Hepar
Dilakukan scr mengetahui pembesaran hepar◊bimanual

2. Langkah :
Berdiri di samping kanan klien
Letakan tangan kiri pd dinding thorak posterior pd tlg rusuk 11 – 12
Tekan tangan kiri shg mengangkat dinding dada

Letakan tangan kanan pd bts bawah tlg rusuk sisi kanan dg membentuk sudut + 45 0
dg M.rektus atau paralel dg otot tsb dg jari ke arah tulang rusuk
Biarkan klien ekhalasi, lakukan penekanan sedalam 4 – 5 cm ke arah bawah bts tulang
rusuk
Jaga posisi tangan anda dan suruh klien inhalasi
Rasakan normal reguler◊batas hepar bergerak menentang tangan

Bila hepar tak teraba / teraba jelas maka suruh klien menarik nafas dalam, sementara
anda jaga posisi tangan dan beri tekanan sedikit lbh dalam ( pd obesitas sulit).
Bila hepar membesar lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan. Catat dan
nyatakan dalam centimeter di bawah tulang rusuk.
Palpasi Lien
Lien tdk teraba pd org dewasa normal
Palpasi dikerjakan dg pola palpasi hepar
Langkah-langkah :
Anjurkan klien miring ke sisi kanan shg lien lbh dekat dg dinding perut.
Lakukan palpasi pd batas bawah tulang rusuk kiri dg mengg. Pola palpasi hepar.
Palpasi Ginjal
Scr otomatis lobus antar ginjal menyentuh diafragma & ginjal turun sewaktu inhalasi
Ginjal kanan terletak sejajar dg tulang rusuk ke-12 sdg yg kiri sejajar dg tulang rusuk
ke-11
Ukuran ginjal pd org dewasa umumnya panjang 11 cm dan lebar 4 cm tebal 2,5 cm.
Langkah-langkah
Aur posisi supinasi dg perawat berdiri disisi kanan klien
Palpasi ginjal kanan, letakan tangan kiri di bwh panggul dan elevasikan ginjal ke arah
anterior
Letakan tangan kanan pd dinding perut anterior pd garis midklavikularis dari tepi
batas costa
Tekan tangan kanan scr langsung ke atas (klien suruh menarik nafas panjang)
Pada org dewasa normal tdk teraba tetapi pd org yg sgt kurus bagian bwh ginjal
teraba.

Bila ginjal teraba, rasakan; kontur (bentuk), ukuran, dan nyeri tekan
Utk ginjal kiri lakukan disisi seberang klien, letakan tangan kiri di bwh panggul kmd
lkk tindakan spt palpasi ginjal kanan
Palpasi kandung kemih
Dpt dillk dg satu tangan
Teraba bila mengalami distensi
Kalau menget. Tk redup◊distensi lkk perkusi
Langkah-langkah
Taruh tangan (satu atau dua) diatas symphisis pubis dg arah paralel (menghadap ke
atas)
Tekan tangan ke bawah kmd sedikit putar ke samping kiri dan kanan
Catat adanya pembesaran tsb.

Diposkan oleh Asuhan Keperawatan di 22:49 Asuhan Keperawatan http://materi-


kuliah-akper.blogspot.com/

Você também pode gostar