Você está na página 1de 9

Asuhan Keperawatn pada Penanggulangan Dampak Psikososial pada Bencana

Kiki Racmanissa 0906629416


Kasus 2
1. Pengkajian Keperawatan
 Data Umum
Nama : Ibu T
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
1). Data Subjektif
a. Klien selalu terkenang dengan suami dan anaknya
b. Klien tidak mau melihat foto suami dan anaknya
c. Klien sering terbangun saat tidur malam hari
d. Klien merasa nafsu makan menjadi menurun
e. Klien malas melakukan aktivitas
f. Klien merasa ada api yang menyulut
2). Data Objektif
a. Klien sering menangis
b. Klien kadang-kadang berteriak “api..api..api..”
c. Klien tampak sering melamun
d. Klien tampak defisit perawatan diri

2. Diagnosa
1. Sindrom Pasca Trauma
2. Berduka berhubungan dengan kehilangan nyata atau dirasakan
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidaksesuaian ikatan emosi
sekunder terhadap perasaan berduka dan pasca trauma.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi.
Data Masalah Keperawatan
Do : Klien kadang-kadang berteriak 1. Sindrom Pasca Trauma
“api..api..api..”
Ds : - Klien tidak mau melihat foto
suami dan anaknya
- Klien merasa ada api yang
menyulut

Do : Gelisah, tidak bisa tidur 2. Koping individu tidak efektif


Ds : Klien tidak mau melihat foto suami berhubungan dengan ketidaksesuaian
dan anaknya ikatan emosi sekunder terhadap perasaan
berduka dan pasca trauma.
Do : Klien sulit tidur dan gelisah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
Ds : Klien sering terbangun saat tidur
depresi
malam hari
Do : - Klien menangis
- Klien tampak sering melamun
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan
Ds : - Klien selalu terkenang suami dan
nyata atau dirasakan
anaknya.
 Klien sulit tidur

3. Intervensi

1. Sindrom Pasca Trauma


Tujuan : Klien dapat mengenali peristiwaa traumatis yang dialami
Klien dapat memahami hubungan antara peristiwa traumatis yang
dialaminya
Kriteria hasil : Klien memanfaatkan faktor pendukung yang bisa dijangkau
Klien dapat mengatasi sindrom pasca trauma dengan cara-cara yang diajarkan
Intervensi Rasional
Diskusikan dengan klien kejadian traumatis
yang dialaminya.
- Tanyain kesiapan klien untuk bercerita
- Diskusikan kejadian yang dialami oleh Klien dapat mengekspresikan apa yang dirasakan
pasien setelah kejadian
- Berikan penghargaan atas kemampuan
klien menceritakan traumatis yang
dialaminya.
Diskusikan dengan klien keadaan sebelum Klien dapat mengetahui tanda dan gejala sindrom yang
dan sesudah kejadian trauma
- Kondisi pikiran, pperasaan, fisik,
social, dan spiritual klien sebelum dan
sesudah kejadian terjadi
- Hubungan antara kondisi saat ini
dengan peristiwa traumatis yang
terjadi
Diskusikan cara-cara mengatasi sindrom
pasca trauma :
- Cara verbal(ventilasi perasaan)
Klien dapat mengatasi sindrom pasca trauma
- Cara fisik (nafas dalam, senam,
menggunakan cara-cara yang telah diajarkan
jogging)
- Cara social (sharing)
- Cara spiritual (berdoa)
Diskusikan sumber bantuan yang ada di
masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh
pasien
- Bantu identifikasi sumber bantuan
yang dimiliki : keluarga terdekat
Klien mengetahui bahwa keluarga merupakan salah
- Eksplorasi system pendukung yang
satu sumber bantuan yang bisa dimanfaatkan untuk
tersedia
mengatasi sindrom pasca trauma yang dialami klien
- Bantu berhubungan dengan sumber
bantuan dan system pendukung untuk
memenuhi kebutuhan klien
- Bantu membuat rangkuman aktifitas
lama dan memulai aktifitas yang baru

2. Berduka berhubungan dengan kehilangan nyata atau dirasakan.


Tujuan : Klien menunjukkan kemajuan dalam menghadapi atau melewati tahap
duka serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan kemajuan dalam menghadapi atau melewati tahap duka.
2. Berpartisipasi dalam pekerjaan dan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai
kemampuan.
3. Mengungkapkan ada kemajuan resolusi berduka dan harapan untuk masa depan.
Intervensi Rasional
Perhatikan ekspresi perasaan bersalah atau “Rasa bersalah orang yang selamat” memengaruhi
menyalahkan diri sendiri secara kebanyakan orang yang selamat dari trauma orang lain
verbal/nonverbal. yang meninggal,
Penerimaan perasaan dan dukungan terhadap
Akui realitas peraaan bersalah dan bantu klien
keterampilan koping yang baru membuat klien
untuk mengambil langkah kea rah revolusi.
mengambil risiko perilaku yang baru.
Bagaimanapun pilihan telah dibuat, klien selamat dari
Beri penguatan bahwa klien membuat kejaian tersebut. Klien memerlukan penerimaan posistif
keputusan terbaik yang dapat dibuat pada mutlak dan validasi keputusan dalam menyelesaikan
waktunya. peraaan bersalah dan mulai menghadapi proses
berduka.
Perhatikan tanda dan tahap berduka terhadap Identifikasi dan pemahaman terhadap berduka
diri sendiri dan/atau orang lain (menyangkal, membantu dalam memilih intervensi, merencanakan
depresi, tawar-menawar, penerimaan). asuhan, dan kemajuan ke arah resolusi.
Beri informasi tentang normalnya Individu mungkin percaya bahwa perasaan tersebut
perasaan/tindakan dalam hubungannya tidak dapat diterima dan dengan mengetahui perasaan
dengan tahap berduka. tersebut adalah normal dapat member perasaan lega.
Identifikasi faktor budaya dan cara individu
Budaya yang berbeda, berbeda pula cara menghadapi
menghadapi kehilangan sebelumnya.
kehilangan dan penting untuk membiarkan klien
Tunjukkan kekuatan/keterampilan koping
menghadapi situasi dalam caranya sendiri secara sehat.
positif individu.
Dengan mengidentifikasi cara yang bermanfaat, klien
Beri penguatan penggunaan keterampilan
telah menghadapi masalah, membuat klien merasa
koping yang efektif sebelumnya.
positif tentang diri sendiri.
Dukungan dan pemahaman tentang alasan perilaku
Bantu orang terdekat untuk mengahadapi klien member kesempatan bagi keluarga untuk bekerja
respons klien. dengan klien dalam pengembangan keterampilan kping
yang baru untuk menyelesaikan berduka.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidaksesuaian ikatan emosi
sekunder terhadap perasaan berduka dan pasca trauma.
Tujuan : Klien dapat mengembalikan koping individu menjadi efektif
Kriteria hasil :
1. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan keadaan emosi.
2. Mengidentifikasi perilaku dan konsekuensi perilaku.
3. Mengidentifikasi kekuatan diri dan dorongan yang diterima melalui dukungan
perawat.
4. Membuat keputusan dan menjalaninya melalui tindakan yang sesuai untuk mengubah
situasi yang mengancam.
Intervensi Rasional
Hubungan yang berkelanjutan dapat menciptakan
Ciptakan hubungan kerja dengan klien selama
kepercayaan, mengurangi perasaan isolasi, dan dapat
pemberian asuhan.
memfasilitasi koping.
Mengungkapkan aktual atau merasakan ancaman dapat
Bagi kesempatan untuk mengekspresikan
membantu mengurangi ansietas dan membuka
perhatian, prestasi, peraaan, dan pengharapan.
kesempatan untuk komunikasi yang berkelanjutan.
Hubungan saling percaya memfasilitasi pemecahan
Sampaikan perasaan penerimaan dan
masalah dan kesuksesan koping. Kesalahan dalam
pengertian. Hindari kesalahan penentraman
penentraman hati tidak membantu dan hanya akan
hati.
membuat ketidaknyamanan.
Dorong klien untuk mengidentifikasi Selama krisis, klien mungkin tidak mudah untuk
kekuatan dan kemampuannya. meningkatkan kekuatannya.
Bimbing klien untuk mengevaluasi dengan Ini dapat membantu mengetahui bahwa klien memiliki
teliti situasi dan kemampuan meraka. keahlian dan kekuatan emosi yang bekerja.
Eksplor sikap dan perasaan klien tentang Setiap klien memiliki keunikan. Budaya, kepercayaan,
kebutuhan perubahan gaya hidup. etnis, dan perbedaan individu memengaruhi sikap.
Dorong klien untuk mencari informasi yang Klien yang tidak berhasil dalam koping akan
meningkatkan koping mereka. membutuhkan bimbingan yang lebih.
Tetapkan informasi keinginan dan kebutuhan
Klien dengan inefektif koping telah mengurangi
klien. Jangan tetapkan jika klien mampu
kemampuan untuk mengasimilasikan informasi.
menangani sendiri.
Dorong klien untuk menetapkan tujuan yang Menetapkan tujuan yang realistis membantu klien
realistis. meningkatkan control situasi. Membimbing klien
melihat situasi di kelompok kecil akan membuat
masalah dapat dikendalikan.
Bantu klien untuk mengatasi masalah dengan Ini dapat meningkatkan kemerdekaan dan otonomi
cara yang membangun. klien.
Dalam setting akut, klien seringkali menemui
Kurangi stimulus lingkungan yang dapat
lingkungan dan peralatan baru, ini dapat meningkatkan
membuat salah penafsiran sebagai ancaman.
ansietas dan membuat koping semakin berat.
Tetapkan jalan keluar yang membantu Kesempatan bermain peran atau melatih tindakan yang
perkembangan perasaan pencapaian seseorang sesuai dapat meningkatkan kepercayaan untuk bersikap
dan harga diri. dalam situasi yang sebenarnya.
Kaji tanda atau kemajuan positif atau Klien dengan inefektif koping tidak mampu menilai
perubahan. kemajuan.
Dorong klien untuk mengkomunikasikan
Peraaan yang tidak terduga dapat meningkatkan stress.
perasaan dengan orang lain.
Pengkajian ini membantu klien fokus pada strategi
Kaji perilaku maladaptif.
yang sesuai.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan depresi.


Tujuan : Klien dapat beristirahat dan mengembalikan pola tidurnya.
Kriteria hasil:
1. Mengungkapkan pemahaman gangguan atau masalah tidur
2. Mengidentifikasi perilaku untuk meningkatkan tidur
3. Tidur adekuat/sesuai dengan kebutuhan jumlah jam tidur individu
4. Melaporkan peningkatan perasaan sehat dan merasa cukup beristirahat
Intervensi Rasional
Kaji gangguan pola tidur dengan observasi Informasi subjektif dan objektif merupakan pengkajian
dan laporan klien/orang terdekat. masalah individu dan mengarahkan intervensi.
Identifikasi penyebab dan faktor yang
Faktor-faktor ini mengganggu baik kemampuan untuk
berperan (mimpi buruk). Perhatikan adanya
tertidur maupun siklus tidur, dan memengaruhi kualitas
penggunaan kafein dan/atau alcohol, obat
tidur.
lain.
Sediakan lingkungan yang tenang: atur agar
Bantu dalam membentuk tidur/istirahat optimal yang
klien dapat tidur sebanyak mungkin tanpa
rutin.
gangguan.
Anjurkan klien untuk mengembangkan
perilaku rutin jika terdapat insomnia (tidak
tidur siang setelah tengah hari, mandi air
Ritual membantu menurunkan amsietas dan takut
hangat/minum susu hangat sebelum tidur,
mengahadapi tidak tidur semalaman. Catatan: L-
merilekskan pikiran, turun dari tempat tidur
triptofan dalam susu dipercaya dapat memicu tidur
10 menit setelah bangun jika tidak mampu
untuk tidur lagi, batasi tidur samapai 7 jam
setiap malam).
Jika tidak dapat tidur setelah 30 hingga 40
Aktifitas relaksasi dapat mempromosikan rasa kantuk
menit, anjurkan klien untuk melakukan
untuk tidur.
aktifitas relaksasi.

Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang, Apa betul ini dengan Ibu T.”
“ibu senang dipanggil apa?? Baik lah ibu T saja.”
“Ibu, saya suster Kiki yang bertugas merawat ibu pada shift ini dari pukul 14.00 sampai
21.00 WIB.Apabila ada yang diperlukan bisa memanggil saya di bagian perawat.”
b. Evaluasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah mengalami kejadian trauma yg lalu? “
c. Kontrak
” Bagaimana kalau kita berbincang tentang apa yg ibu alami dan perasaan saat ini
berhubungan dengan kejadian tersebut? Mau berapa lama kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 30 menit? Mau dimana? Bagaimana kalau diruang ini saja?

“Baik. Apakah ibu sudah siap?”

2. Fase Kerja
“Coba ibu ceritakan peristiwa yg ibu alami?”
“Apa yg ibu rasakan? Apakah ada perasaan takut dan terbayang terus peristiwa itu? (dapat
dikaji tanda dan gejala yg lain). Apa yg ibu pikirkan saat ini dengan adanya peristiwa itu?”
“Bagaimana kondisi fisik ibu setelah peristiwa itu? Apakah ada nyeri lambung atau sukat
tidur atau sakit kepala?”
“Bagaimana kehidupan beribadah ibu setelah peristiwa itu terjadi? Apakah jadi terganggu?”
“Bagaimana hubungan ibu dengan anggota keluarga yg lain? Apakah ibu menghindari
bertemi dengan orang lain? Apakah ada perubahan dalam interaksi dengan orang lain?”
“Bagus. Ibu sudah mampu menceritakan peristiwa yang ibu alami dan apa yg ibu alami saat
ini.”
“Apa yg ibu lakukan untuk mengatasi rasa tidak nyaman selama ini? “
“Apakah cara itu bisa mengatasi masalah?”
“Ada cara yg bisa ibu lakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan yg ibu alami akibat
peristiwa trauma tersebut, yaitu bercerita dengan orang lain . ibu bisa pilih cerita dengan
siapa yang ibu nyaman bercerita. Silakan ibu ceritakan apa pikiran dan perasaan yg ibu alami
kepada orang yg ibu percaya. Seperti saat ini yg kita lakukan. Siapa orang yg dekat dan ibu
percaya? Bagaimana bu? Mau dicoba?”

3. Terminasi

a. Evaluasi
Subjektif :“Bagaimana perasaan ibu setelah bercerita panjang lebar tadi? Apakah
merasa lebih lega?”
Objektif :“Jadi peristiwa yg ibu alami adalah …….. peristiwa itu menimbulkan
perasaan ……… kondisi fisik ibu menjadi ……… sementara itu hubungan dengan orang
lain menjadi ………. Kegiatan keagamaan ibu menjadi ………. Sampai sekarang.”


b. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau ibu mulai bercerita hal-hal yg ibu rasakan kepada saya atau keluarga
sehingga beban perasaan menjadi berkurang?”

c. Kontrak yang akan datang


“Baiklah Ibu Nani. Karena waktu sudah 30 menit dan ibu sudah sedikit tenang setelah
mengetahui dan bercerita tentang keadaan ibu, maka selesai sudah kegiatan kita saat ini.
Kita akan bertemu lagi 2 hari lagi ya bu? Saya akan datang jam 10 pagi. Kita akan bicara
tentang cara-cara mengurangi ketegangan .Apakah ibu setuju?”
“Baiklah saya permisi dulu. Selamat siang, Bu”

Você também pode gostar